PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CILEGON.

(1)

DI KOTA CILEGON

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari SyaratMemperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

AHMAD YUSRON

1204797

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

DI KOTA CILEGON

Oleh

AHMAD YUSRON

1204797

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Magister PendidikanProgram Studi Administrasi Pendidikan

© AHMAD YUSRON2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Pembimbing I

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP.197005241994022001

Pembimbing II

Dr. Hj. Cicih Sutarsih, M.Pd NIP.197009291998022001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah... 7

C.Rumusan Masalah... 10

D.Tujuan Penelitian ... 11

E.Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A.Kajian Pustaka ... 14

1. Mutu Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 14

a. Pengertian Mutu ... 14

b. Pengertian Mutu Sekolah ... 21

c. Indikator Mutu Sekolah ... 24

d. Total Quality Manajemen (TQM) ... 30

e. Total Quality Manajemen in School ... 33

1) TQM dalam Konteks Pendidikan ... 33

2) Mutu Pembelajaran ... 37

3) Kendala-kendala yang Harus Diatasi Ketika Memperkenalkan TQM... 38


(5)

a.Pengertian Kepemimpinan ... 42

b.Pengertian Kepemimpinan Autentik ... 65

c.Indikator Kepemimpinan Autentik... 73

3. Iklim Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 76

a.Pengertian Iklim Sekolah ... 76

b.Urgensi Iklim Sekolah ... 80

c.Indikator Iklim Sekolah ... 83

B.Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 93

1. Penelitian Kepemimpinan Autentik ... 93

2. Penellitian Iklim Sekolah ... 94

3. Penelitian Mutu Sekolah ... 95

C.Kerangka Penelitian ... 96

D.Hipotesis Penelitian ... 96

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 97

A. Lokasi dan Metode Penelitian ... 97

1. Lokasi Penelitian ... 97

2. Populasi Penelitian ... 97

3. Sampel Penelitian ... 97

B. Hubugan Antar Variabel Penelitian ... 100

C. Metode Penelitian ... 101

D. Definisi Operasional Variabel ... 101

1. Variabel Kepemimpinan Autentik (X1) ... 101

2. Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 102

3. Variabel Mutu Sekolah (Y) ... 103

E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 111

1. Tahap Uji Coba Angket ... 112

2. Tahap Pengujian Hasil Angket ... 112

a. Uji Validitas Instrumen ... 112

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 115


(6)

1. Menentukan Gambaran Umum Variabel ... 119

2. Uji Normalitas Distribusi Data ... 119

3. Uji Homogenitas ... 125

4. Uji Linearitas ... 126

5. Uji Hipotesis ... 127

6. Analisis Regresi ... 129

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 131

A. Hasil Penelitian ... 131

1. Deskripsi Data ... 131

a. Deskripsi Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah ... 132

b. Deskripsi Iklim Sekolah ... 134

c. Deskripsi Mutu Sekolah ... 136

2. Pengujian Analisis ... 137

a. Uji Normalitas Data... 138

b. Uji Linearitas Data ... 142

c. Uji Homogenitas Data ... 143

1) Uji Homogenitas Variabel Kepemimpinan Autentik ... 143

2) Uji Homogenitas Variabel Iklim Sekolah ... 144

3) Uji HomogenitasMutu Sekolah ... 145

d. Pengujian Hipotesis ... 146

1) Hipotesis Pertama ... 146

2) Hipotesis Kedua ... 148

3) Hipotesis Ketiga ... 149

B. Pembahasan... 151

1. Analisis Deskripsi Data Penelitian ... 151

a. Deskripsi Kepemimpinan Autentik kepala Sekolah... 151

b. Deskripsi Iklim Sekolah ... 154

c. Deskripsi Mutu Sekolah ... 156


(7)

a. Pengaruh Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah terhadap

Mutu Sekolah ... 158

b. Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah ... 159

c. Pengaruh Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar di Kota Cilegon ... 160

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 163

A. Kesimpulan ... 163

B. Rekomendasi ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 167 LAMPIRAN


(8)

PengaruhKepemimpinan Autentik Kepala Sekolah danIklimSekolahterhadapMutuSekolahDasar di Kota Cilegon

Oleh : Ahmad Yusron

Abstrak

Mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menciptakan iklim sekolah yang kondusif bagi para guru, staf dan siswa.Hal ini yang melatarbelakangi penelitian dengan judul “pengaruh kepemimpinan autentik dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon” yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan autentik kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif analisis dengan mengambil sampel sebanyak 60 kepala sekolah dan 352 responden guru yang tersebar di 60 sekolah dasar negeri di Kota Cilegon dengan menggunakan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Pengolahan data penelitian ini menggunakan MS. Excel 2007 dan SPSS versi 20 dengan menggunakan teknik penghitungan statistik dengan hasil penelitian diperoleh gambaran aktual: (1) Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah; Iklim sekolah dan Mutu sekolah berada pada kategori yang cukup tinggi,(2) pengaruh kepemimpinan autentik terhadapmutu sekolah berada pada korelasi yang cukup kuat (3) pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah berada pada korelasi yang cukup kuat, dan (4) pengaruhkepemimpinan autentik kepala sekolah dan Iklim sekolah terhadap mutu sekolah berada pada korelasi yang cukup kuat. Rekomendasi dalam penelitian ini untuk mengoptimalkan mutu sekolah, perlu didukung oleh faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan, diantaranya yaitu penerapan kepemimpinan autentik bagi para kepala sekolah yang harus dilakukan secara konsisten, terintegrasi antar dimensi, konstruktif sesuai perkembangan masyarakat dan kontinyu serta penciptaaan dan penjagaan iklim sekolah yang kondusif dalam menumbuhkan motivasi dan rasa nyaman bagi seluruh warga sekolah dalam berinteraksi sosial dan profesional melaksanakan tugasnya masing-masing untuk mewujudkan mutu sekolah.


(9)

An Influence of Authentic Leadership Principals and School Climate on Quality of Primary Schools in Cilegon

By : Ahmad Yusron

Abstract

The quality of education in schools is largely determined by the school leadership that is able to create a school climate that is conducive to the teachers , staff and students . This is the background of the research with the title of " the influence of authentic leadership and school climate on the quality of primary schools in the city of Cilegon " which aims to determine how much influence the principal authentic leadership and school climate on school quality . This study used a quantitative approach with a descriptive method of analysis by taking a sample of 60 principals and 352 respondents spread over 60 teachers in public primary schools in Cilegon using stratified random sampling technique of sampling . This research data processing using MS. Excel 2007 and SPSS version 20 statistical calculation using the technique with an actual picture of the results obtained : (1) Authentic Leadership Principal ; Quality of school climate and school are at a high enough category , (2) the effect of authentic leadership on the quality of the school is at a fairly strong correlation (3) the influence of school climate on school quality are at a fairly strong correlation, and (4) the effect of authentic leadership principals and school climate on school quality are at a fairly strong correlation. Recommendations in this study to optimize the quality of schools , need to be supported by factors that positively and significantly, among which the application of authentic leadership for principals that should be done consistently, integrated inter-dimensional, constructive and continuous with the development of society and the creation and maintenance of school climate that is conducive to foster motivation and a sense of comfort for the whole school community to interact socially and professionally carry out their respective duties to realize the quality of the school .


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Relevansi mutu pendidikan dengan kehidupan masyarakat secara global, merupakan persoalan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang menuntut perhatian dan penanganan serius dari seluruh komponen bangsa. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang diselenggarakan secara terencana, teratur, terarah, dan berkesinambungan.

Berbagai upaya kearah tersebut terus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan profesionalisme guru, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi persyaratan teknis pendidikan. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan relevansi kualitas pendidikan ini antara lain dilaksanakan melalui upaya perubahan kurikulum dan metode mengajar, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan buku sumber belajar, peningkatan sumberdaya manusia (khususnya guru), serta pengembangan manajemen penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.

Pengembangan dalam aspek manajemen pendidikan dibakukan melalui penetapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan yang tertuang dalam PP No. 32 Tahun 2013. Disamping itu, mutu pendidikan dipengaruhi pula oleh sistem pengelolaan pendidikan di sekolah serta kinerja personil sekolah. Sistem pengelolaan pendidikan di sekolah dilandasi oleh visi dan misi sekolah yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan persekolahan dalam hal ini adalah menjamin kompetensi minimal dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak.


(11)

Saat ini yang kita rasakan adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itu diperoleh setelah kita membandingkan pendidikan di negara kita dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penyokong dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yang tidak kalah berkompetisi atau bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, terlihat jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.

Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk selalu bergerak

dinamis penuh upaya inovasi, dan mengkondisikan diri sebagai lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu memperhatikan tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Untuk itu sekolah dituntut untuk selalu berusaha menyempurnakan desain atau standar proses dan hasil pendidikan agar dapat

menghasilkan “lulusan” yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sehubungan


(12)

peningkatan mutu berbasis sekolah terdapat 7 (tujuh) indikator untuk peningkatan mutu sekolah; yaitu: (1) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (2) Sekolah yang memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai; (3) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat; (4) Adanya harapan yang tinggi dari personil sekolah untuk berprestasi; (5) Adanya pengembangan staf sekolah secara terus menerus sesuai tuntutan IPTEK; (6) Adanya pelaksanaan evaluasi secara terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif; (7) Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua/masyarakat. (Engkoswara & Komariah, 2010:315). Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam menyusun rencana serta melaksanakan proses pengembangan sumberdaya manusia atau personal sekolah, termasuk peserta didiknya.

Mutu pendidikan atau mutu sekolah seringkali tertuju pada mutu lulusan, tetapi merupakan kemustahilan pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, kalau tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Kata mutu seringkali jadi perdebatan mengenai apa sesungguhnya ”mutu” tersebut. Salah satu definisi mutu secara etiomologis adalah (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb); kualitas (Kamus Besar Bahasa Indonesia/Balai Pusataka). Untuk menentukan bahwa pendidikan bermutu atau tidak dapat terlihat dari indikator-indikator mutu pendidikan. Indikator mutu pendidikan menurut Sallis (2008:37) dapat terlihat dari dua sudut pandang yaitu sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan (service provider) dan siswa sebagai pengguna jasa (customer) yang di dalamnya ada orang tua, masyarakat dan stakeholder.

Mutu dalam pendidikan bukanlah merupakan barang akan tetapi merupakan layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud


(13)

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan penggunaan peralatan dan teknik-teknik tertentu.

Komitmen tersebut harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat. Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi. Maka keberhasilan dari pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil akhirnya. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam mengusahakan peningkatan mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih dalam kerangka acuan kebijakan pendidikan yayasan, nasional dan daerah.

Kenyataan di lapangan, banyak siswa yang telah lulus dari lembaga pendidikan menjadi pengangguran, tidak siap untuk menjadi warga negera yang bertanggung jawab dan produktif, sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta akhirnya mendorong terjadinya instabilitas nasional, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Kondisi tersebut, permasalahan pokoknya adalah para siswa yang merupakan produk sistem pendidikan yang diselenggarakan tidak berfokus pada mutu. Oleh karenanya untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggan, maka kepala sekolah terlebih dahulu harus memuaskan pelanggan internalnya, yaitu para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga kebersihan.

Para personil yang merupakan pelanggan internal inilah merupakan pihak penentu dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Guru adalah pelaksana


(14)

kegiatan inti (core business) sekolah yaitu proses pembelajaran yanag akan menentukan kualitas lulusannya. Pustakawan adalah SDM/personil yang memberikan layanan sumber pembelajaran tekstual untuk mendukung kegiatan akademik/pembelajaran. Laboran adalah personil/SDM yang mendukung kegiatan akademik/embelajaran siswa pada skala laboratorium sebagai kelanjutan atau membuktikan berbagai teori yang telah dipelajari melalui pembelajaran literatur.

Tenaga administrasi adalah kegiatan pendukung, agar kegiatan akademik/pembelajaran di sekolah, baik administrasi akademik maupun administrasi non akademik dapat berjalan dengan baik.

Tenaga kebersihan sebagai personil/SDM sekolah yang mendukung agar suasana sekolah tetap asri dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Dan tenaga keamanan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana sekolah agar tetap aman dan terkendali.

Kepuasan pelanggan internal sekolah pada dasarnya adalah jika mereka dapat bekerja atau menjalankan tugas dengan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai, mendapatkan kompensasi yang layak atas kinerja yang telah diberikan, baik dalam bentuk finansial, material maupun non material serta kesejahteraan secara luas. Sebagai wujud atau bukti adanya kepuasan pelanggan internal sekolah adalah para guru, tenaga admnistrasi, pustakawan, laboran, tenaga kebersihan dan kemanan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sesuai sistem, prosedur dan tata kerja yang telah ditentukan. Dengan adanya kepuasan pelanggan internal ini diharapkan mereka dapat mewujudkan kepuasan terhadap pelanggan eksternal sekolah sehingga akan membawa dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Mutu pendidikan bersifat relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis. Engkoswara, Komariah (2011:305) menyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyaratan dan ketentuan yang diinginkan pelanggan dan menimbulkan


(15)

kepuasan. Menurut Koswara & Triatna (2012:288), sumbangan pendidikan terhadap pembangunan bangsa bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang bermutu baik dari sisi input, proses, output maupun outcome. Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih sangat memprihatinkan. (Mulyasa, 2012:158-159).

Mengapa pendidikan harus bermutu?. Saat ini dunia pendidikan nasional dihadapkan pada problematika-problematika dan tantangan baik nasional maupun internasional. Pembangunan ekonomi masih belum bisa beranjak dari stagnasi dari level krisis yang terjadi dari tahun 1997, masih banyaknya konflik, ketimpangan penyelenggaraan negara yang memberi kesempatan pada korupsi dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini emberikan tantangan yang besar dalam dunia pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu memecahkan dan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan beradab.

Kota Cilegon merupakan kota yang sedang berkembang, di Provinsi Banten hasil UN SD/MI mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 0.18% pada tahun 2011/2012 rata-rata UN SD sebesar 7,24 dan pada tahun 2012/2013 mengalami peningkatan rata-rata menjadi 7,42. Artinya dengan adanya peningkatan yang signifikan hasil pembelajaran untuk tingkat SD/MI di Provinsi Banten sudah sangat baik. Secara spesifik kondisi hasil belajar siswa yang dinilai melalui UN pada Provinsi Banten per Kabupaten/Kota sesuai peringkat tertinggi sampai yang terendah dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(16)

Tabel 1.1

Rata-rata UN SD/MI Provinsi Banten 2012/2013

Kabupaten/ Kota Jumlah Peserta UN

SD/MI

Rata-Rata UN SD/MI

Kota Tangerang 30.239 8,13

Kota Cilegon 7,830 8,03

Kota Tangerang Selatan 21,911 7,62

Kab. Tangerang 54,636 7,44

Kota Serang 12,612 7,18

Kab. Serang 32,359 7,10

Kab. Pandeglang 28,249 7,05

Kab. Lebak 29,143 6,55

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Banten (2013)

Dari tabel di atas dapat diketahui Kota Cilegon berada pada peringkat dua setelah Kota Tangerang, maka dapat disimpulkan hasil prestasi belajar siswa SD di Kota Cilegon termasuk dalam kategori baik. Namun jika hasil prestasi belajar siswa di Kota Cilegon baik, maka dapat diasumsikan mutu sekolah pun dalam kategori baik. Perolehan nilai yang tinggi saja tidak menjamin bahwa sekolah tersebut adalah sekolah yang bermutu namun nilai adalah salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu proses pendidikan. Namun begitu faktor lain yang bersifat non akademis juga harus menjadi perhatian guru maupun kepala sekolah. Adanya keterampilan-keterampilan lain yang dikuasai siswa juga berpengaruh terhadap penilaian terhadap mutu sekolah tersebut. Selain itu disiplin, moral/tingkah laku, dan kerja sama yang ditunjukkan sebagi hasil belajar oleh siswa juga menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut.

Untuk mengetahui permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berkaitan dengan mutu Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kota Cilegon yang sudah termasuk dalam kategori “baik” tersebut sehingga dapat


(17)

diketahui apa yang membuat kualitas pendidikan di Kota Cilegon dapat berhasil sehingga dapat diinduksikan ke daerah lain agar terwujudnya kualitas pendidikan yang merata di Provinsi Banten khususnya dan di Indonesia umumnya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Mengenai permasalahan mutu sekolah dianggap merupakan suatu objek yang sangat luas dimana mutu merupakan sasaran yang ingin dicapai untuk setiap sekolah, baik dari sisi masukan instruksional proses maupun dari sisi keluaran yang terukur secara objektif (tangible) dan yang berdasarkan penilaian subjektif (intangible). Dijelaskan Hoy & Miskel (2008:303) bahwa karakteristik sekolah efektif yang berimplikasi pada mutu sekolah tersebut adalah: kepemimpinan yang memahami bidang pendidikan, memiliki kurikulum yang bermutu/kesempatan untuk belajar, berorientasi pada pencapaian/prestasi, menunjukkan waktu belajar yang efektif, umpanbalik dan penguatan, iklim ruang belajar yang kondusif, iklim sekolah yang kondusif, keterlibatan orang tua, kemandirian dalam pembelajaran, melakukan evaluasi terhadap potensi-potensi sekolah, adanya konsensus dan kohesi, pengajaran yang terstruktur, dan pengajaran yang adaptif. Senada dengan pendapat Hoy & Miskel tadi, Mulyasa (2012:92) menyebutkan bahwa iklim dan budaya sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar. Dan akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat berkembang secara optimal. Lebih lanjut Mulyasa (2012:181) mengemukakan bahwa faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

Menurut pendapat John West-Burnham dalam Ross Millikan (2010:81)

“Leadership is fundamental to school improvement and transformation. It is

now widely understood that leadership is at its most effective when it is widely


(18)

Kepemimpinan adalah sesuatu yang mendasar dalam proses transformasi dan kemajuan sekolah. Ini mengandung pemahaman yang telah diakui bahwa kepemimpinan merupakan hal yang paling efektif ketika menjalankan pengelolaan sekolah. Dari beberapa pendapat diatas sebagaimana digambarkan berikut ini :

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah

Diadopsi dari Baker, 2005; Sallis 2010, Rashed, 2000; Reddy, 2007; dan PP. No. 32/2013

Mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah berdasarkan pendapat para ahli diatas, terdapat hal-hal yang belum terlaksana secara optimal dalam proses peningkatan mutu di sekolah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan, lemahnya komitmen mutu yang kuat dari kepala sekolah menyebabkan tidak tercapainya visi dan misi sekolah serta kepemimpinan sekolah yang kuat dan efektif yang mampu mengorganisasikan komponen-komponen sekolah

2. Kurikulum, konten yang tercermin dalam kurikulum yang tidak relevan dalam pengembangan keterampilan dasar, terutama di bidang keaksaraan, berhitung dan keterampilan untuk hidup (lifeskill).

Mutu Sekolah

Kepemimpinan Pendidikan

Sarana dan Prasarana

Berorientasi Prestasi Iklim Sekolah yang Kondusif

Strategi Pembelajaran yang Efektif

Penjaminan Mutu

Kurikulum yang Bermutu

Keterlibatan Orang Tua


(19)

3. Berorientasi prestasi, hasil yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap, dan dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional dan partisipasi positif dalam masyarakat

4. Sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan tujuan pembelajaran menjadi penghambat dalam mencapai mutu pendidikan

5. Iklim sekolah, masih kurangnya perhatian perhatian terhadap penciptaan iklim sekolah yang baik, kondusif dan berpihak pada peningkatan mutu sekolah secara terpadu

6. Keterlibatan orang tua; sekolah sebagai institusi dalam penyedia jasa pendidikan semestinya mempunyai komitmen utnutk memberikan kepuasan terhadap konsumennya termasuk orang tua murid. Saat ini terlihat pelibatan orang tua terhadap proses perbaikan mutu tidak terlihat, karena hanya sebatas hal-hal yang bersifat administratif saja, belum pada keterlibatan yang bersifat konstruktif.

7. Strategi pembelajaran, guru perlu mengadopsi dan mencoba menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran untuk lebih mengefektifkan proses pembelajarannya.

8. Pengawasan dan penjaminan mutu, lemahnya pengawasan dan evaluasi diri yang kurang menyentuh hal-hal substantif yang dapat mengidentifikasi kelemahan institusi sehingga tidak dapat menemukan formula untuk memperbaiki kekurangan tersebut.

Dari mengadopsi beberapa pendapat terkait dengan faktor yang mempengaruhi mutu sekolah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor kepemimpinan di sekolah sebagai variabel bebas (x1) dan faktor iklim sekolah sebagai variabel bebas (x2). Alasan penulis meneliti dua faktor tersebut yaitu karena terbukti telah banyak penelitian tentang kepemimpinan yang sampai


(20)

saat ini, dipercaya sebagai faktor penting yang memperngaruhi perilaku orang, menjadikann organisasi menjadi sangat terkenal, berkembang dan maju (Aan Komariah, JIP Jilid 18, 2012:194).

Kemudian berdasarkan pendapat Ross Millikan (2010:81) menyatakan

bahwa “However, leadership is such a crucial factor in educational

decision-making, oversight, processes and outcomes, whether this is enacted by the Federal Minister for Education, or any others in the range of leadership roles

through to the student-teacher in a school classroom”.

Penjelasan Ross Millikan tersebut mengandung makna bahwa kepemimpinan adalah salah satu faktor krusial dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi pendidikan, kekeliruan yang disebabkan olehnya sangat berdampak pada proses dan hasil pembelajaran di sekolah tersebut. 2. Rumusan Masalah

Masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah tentang kepemimpinan autentik, iklim sekolah dan mutu sekolah dasar di Kota Cilegon.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan mutu sekolah melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan peningkatan kepuasan pelanggan.

Dilihat dari capaian prestasi akademik siswa di Kota Cilegon cukup membanggakan dan termasuk dalam kategori baik, namun dilihat dari sudut pandang pengelolaan siswa, kelas dan sekolah secara organisasi yang belum memprioritaskan mutu sekolah, dirasa masih banyak hal yang harus dibenahi dan diupayakan secara terpadu dan berkesinambungan, hal ini terlihat dari rendahnya pemberdayaan staf dan guru, rendahnya kemampuan kognitif siswa


(21)

seperti penanaman nilai positif, sikap sosial, dan etika. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin di sekolah yaitu kepala sekolah sebagai manajer dan lingkungan belajar yang tidak mendukung terwujudnya siswa yang kreatif dan kritis yang pada akhirnya sangat mempengaruhi mutu sekolah tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menetapkan masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan autentik di sekolah dasar di Kota Cilegon?

2. Bagaimana gambaran iklim sekolah dasar di Kota Cilegon? 3. Bagaimana gambaran mutu sekolah dasar di Kota Cilegon?

4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan autentik terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon?

5. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon?

6. Bagaimana pengaruh kepemimpinan autentik dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mutu sekolah dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan autentik kepala sekolah dan faktor iklim sekolah di sekolah dasar di Kota Cilegon.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisa :

1. Kepemimpinan autentik kepala sekolah di sekolah dasar di Kota Cilegon 2. Iklim sekolah di sekolah dasar di Kota Cilegon

3. Mutu sekolah dasar di Kota Cilegon

4. Pengaruh kepemimpinan autentik kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon


(22)

5. Pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon

6. Pengaruh kepemimpinan autentik kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah dasar di Kota Cilegon

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan wacana disiplin ilmu pengembangan sumber daya manusia, ditinjau dari konsep kepemimpinan autentik, iklim sekolah dan mutu sekolah

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, bagi:

a. Kepala Sekolah supaya memperhatikan kondisi lingkungan sekolah, mengendalikan dan mengelola unsur-unsur yang ada di sekolah untuk peningkatan mutu sekolah.

b. Tenaga pendidik dan kependidkan agar ikut berperan serta dalam peningkatan mutu sekolah yang telah diprogramkan.

c. Bagi peneliti supaya lebih mengkaji secara komprehensif tentang peningkatan mutu sekolah.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis berisi urutan penulisan dari setiap bab dalam tesis yang ditulis secara sistematis, terdiri dari 5 bab yang diawali dari bab 1 sampai bab terakhir. Secara lebih rinci isi dari setiap bab akan dijelaskan sebagaimana berikut ini:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi latar belakang penelitian yang membahas mengenai alasan penelitian, pentingnya masalah itu diteliti dan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, identifikasi masalah dan perumusan masalah membahas mengenai rumusan dan analisis masalah serta identifikasi variabel-variabel penelitian, tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai, manfaat penelitian memaparkan kegunaan penelitian baik secara teoritis


(23)

maupun praktis, struktur organisasi tesis memperlihatkan susunan pokok bahasan di dalam tesis.

Bab II Kajian Pustaka,kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian, dalam bab ini berisi kajian pustaka yang mendukung penelitian, kerangka pemikiran menggambarkan rumusan hipotesis dengan mengkaji hubungan antara teoritis dengan variabel-variabel penelitian, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara yang dirumuskan dalam penelitian

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini berisi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian yang menjadi sasaran dalam penelitian, desain penelitian menggambarkan bentuk variabel-variabel penelitian, metode penelitian menjabarkan metode apa yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan, definisi operasional dirumuskan untuk melahirkan satu indikator-indikator dari setiap variabel, instrumen peneliti berupa angket, tes, dll, proses pengembangan instrumen berkaitan dengan uji reliabilitas dan validitas, teknik pengumpulan data membahas mengenai teknik yang dipilih untuk memperoleh informasi atau data, dan analisis data tugasnya melaporkan secara rinci tahap-tahap analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,dalam bab ini berisi pengolahan atau analisis datauntuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti dan pembahasan atau temuan analisis memaparkan temuan yang dikaitkan dengan teori yang telah dibahas pada Bab 2.

Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis.


(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilaksanakan adalahdi SD se-Kota Cilegon. Obyek penelitiannya adalah Sekolah Dasar, baik yang berstatus negeri maupun swasta yang berjumlah 149 Sekolah Dasar, dengan subyek data adalah Kepala Sekolah dan guru .

2. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2012: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah guru, baik guru kelas dan mata pelajaran serta guru yang diberi tugas sebagai kepala sekolah pada Sekolah Dasar se Kota Cilegon tahun ajaran 2012-2013 dari 149 sekolah di 8 Kecamatan se-Kota Cilegon.

3. Sampel

Sampel menurut Sugiono (2012: 81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, dan sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili). Berkaitan dengan

teknik ini pula, Nasution (Riduwan, 2012: 57) berpendapat bahwa “Mutu

penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu

pelaksanaan dan pengolahannya”. Melalui sampel ini sebagian dari jumlah

populasi diambil datanya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis. Hasil akhir penelitian yang didapatkan kemudian digunakan untuk merefleksikan keadaan populasi yang ada (Sukardi, 2007: 54).


(25)

Keuntungan menggunakan sampel adalah penelitian lebih efektif (lebih cermat dan teliti bila jumlah data tidak terlalu banyak), dan lebih efisien (ada penghematan waktu, tenaga dan biaya).

Memperhatikan pernyataan diatas, serta jumlah populasi sebanyak 149 SD , maka teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik stratified random sampling, pengambilan sampel dari anggota populasi dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasi heterogen/berstrata (Riduwan, 2012: 58).

Rumus yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel penelitian ini dengan menggunakan pendapat Arikunto (2005) dalam Riduwan (2012:

95) yang mengemukakan bahwa: “Apabila subyek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20% - 25% atau lebih”.

Sampel penelitian mengambil lokasi penelitian di sekolah dasar se- Kota Cilegon dengan jumlah populasi 149, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling), sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari pendapat Slovin dengan menggunakan teknik sampling stratified random sampling (Burhan, 2005:105), yaitu :

1 N.d

N

n 2

 

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi atau penyimpangan terhadap populasi 1 = angka konstan

Berikut dilakukan penyebaran sampel, yang disajikan dalam tabel dibawah ini :


(26)

Tabel 3.1

Persebaran Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

kepsek Jumlah Guru

1 SDN Ciwedus I 1 6

2 SDN Ciwedus II 1 5

3 SDN Ketileng I 1 6

4 SDN Ketileng II 1 7

5 SDN Balok I 1 5

6 SDN Ciwaduk 1 7

7 SDN Cilegon I 1 6

8 SDN Cilegon II 1 4

9 SDN Cilegon IV 1 6

10 SDN Cilegon V 1 5

11 SDN Cilegon VII 1 5

12 SDN Cilegon IX 1 5

13 SDN Cilegon X 1 7

14 SDN Cilegon XI 1 5

15 SDN Cilegon XII 1 6

16 SDN Blok C 1 6

17 SDN Kubang Laban 1 6

18 SDN Kependilan 1 4

19 SDN Sukmajaya II 1 5

20 SDN Masigit II 1 4

21 SDN Panggung rawi 1 3

22 SDN Taman Sari III 1 5

23 SDN Taman Sari V 1 3

24 SDN Merak 1 5

25 SDN Mekar sari 1 5

26 SDN Tembulun 1 7

27 SDN Widiyatama 1 6

28 SDN Gunung batur 1 6

29 SDN Tegal wangi 1 6


(27)

B. Hubungan antar Variabel Penelitian

Hubungan antar variabel penelitian ini adalah korelasi dan regresi dari variabel X1, X2 terhadap Y1, berikut ini gambar desain penelitian yang akan diteliti :

ryx1

32 SDN Grogol II 1 7

33 SDN Cikuasa II 1 6

34 SDN Gerem I 1 4

35 SDN Kebon Dalem 1 6

36 SDN Kumbang Kutu I 1 6

37 SDN Purwakarta 1 7

38 SDN purwakarta I 1 6

39 SDN Simpang tiga 1 7

40 SDN Kumbangkalak II 1 7

No Nama Sekolah Jumlah

kepsek Jumlah Guru

41 SDN Ramanuju 1 6

42 SDN Sumapir 1 6

43 SDN Tegal Ratu 1 7

44 SDN Jangkar 1 6

45 SDN Ciwandan 1 6

46 SDN Pangabuan 1 6

47 SDN Banjar negara 1 6

48 SDN Belungbang 1 6

49 SDN Kubang lesung kulon 1 6

50 SDN Kubangsepat II 1 6

51 SDN Taman baru II 1 7

52 SDN Samangraya II 1 8

53 SDN Delingseng 1 7

54 SDN Kedaleman I 1 6

55 SDN Kedaleman IV 1 7

56 SDN Cikerut 1 7

57 SDN Cibeber II 1 6

58 SDN Cibeber III 1 7

59 SDN Bulakan I 1 6

60 SDN Bulakan II 1 6

Jumlah 60 352

Jumlah seluruh responden 412


(28)

ryx1x2

ryx2

Gambar 3.1 Hubungan antar variabel

Keterangan :

- Variabel X1 adalah kepemimpinan autentik;

Pada hubungan Ryx1 memperlihatkan adanya korelasi antara variabel kepemimpinan autentik terhadap mutu sekolah, yang didasarkan pada konsep dan teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

- Variabel X2 adalah iklim sekolah;

Pada hubungan Ryx2 memperlihatkan adanya korelasi antara variabel iklim sekolah terhadap mutu sekolah, yang didasarkan pada konsep dan teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan; dan

- Variabel Y adalah mutu sekolah

Pada hubungan Ryx1x2 memperlihatkan adanya korelasi secara bersama-sama antara variabel kepemimpinan autentik dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah, yang didasarkan pada konsep dan teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode survei melalui analisis korelasi dan regresi. dalam Riduwan (2012: 65), bahwa metode ini dimaksudkan untuk penyelidikan yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang serta memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi sosial dengan memusatkan pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan pengaruh antara berbagai


(29)

Penulis mengambil pendekatan serta metode ini dengan alasan bahwa masalah yang akan diteliti merupakan masalah saat ini dan ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan autentik dan iklim sekolah terhadapmutu sekolah di Sekolah Dasar se-Kota Cilegon.

D. Definisi Operasional Variabel 1. Kepemimpinan Autentik

Konsep teoritis tentang kepemimpinan autentik diatas, penulis merumuskan konsep kepemimpinan autentik adalah kepemimpinan yang selalu secara terus menerus berkomitmen dalam mengembangkan kemampuannya untuk dirinya sendiri dan orang lain (interpersonal development) dengan mengedepankan prinsip kesadaran diri dan kedisiplinan yang tinggi, dengan dimensi sebagai berikut :

1. Kesadaran diri/heart/empati : Memimpin dengan kelembutan, belas kasih dan ketulusan untuk melayani secara ikhlas serta memahami kemampuannya serta mengembangkannya untuk orang lain dan mengetahui kekurangannya dan berusaha untuk mengatasinya;

2. Komitmen/purpose: Memiliki etos kerja dan motivasi yang tinggi terhadap tujuan organisasi;

3. Nilai/keteladanan/profesional/moral/kedisiplinan diri : Memilikiintegritas dalam bertindak, menggambarkan sikap hidup yang menjadikan keyakinan sebagai way of life, satunya perkataan dan perbuatan serta senantiasa mengajak orang-orang untuk menanamkan sistem nilai dalam praktik keteladanan

4. Legitimasi : Menjadi pemimpin yang diakui dan dihormati dari segi pengetahuan dan perilaku

5. Relationship/involvement/transparency: Membangun hubungan produktif yang didasarkan pada mutual trust antara pemimpin dan yang dipimpinnya juga membangun hubungan dengan kolega untuk membangun educational network;


(30)

6. Kompetensi/Pengembangan kemampuan: Memiliki pengetahuan khusus tentang kurikulum, pembelajaran dan pengajaran pedagogi, dan prosedur penilaian, yang berkaitan dengan semua tingkat penyediaan pendidikan dan mengetahui prosedur pengembangan profesionalisme guru.

2. Iklim Sekolah

Konsep dan dimensi iklim sekolah dari para pakar diatas, penulis menyimpulkan bahwa iklim sekolah merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah yang tercermin dalam kepribadian individu setiap warga sekolah, dengan 4 dimensi sebagai berikut :

1. School system system/Relationship/principal and teacher behavior :

Hubungan dan perilaku serta interaksi antar kepala sekolah, guru, staf sekolah, siswa dan keluarga warga sekolah dan adanya aturan yang mengatur hubungan tersebut;

2. Safety : Adanya rasa aman dan nyaman bagi warga sekolah dalam

menjalankan tugasnya;

3. Institutional environment/phisycal environment: Bangunan sekolah,

fasilitas dan perlengkapan pendukung pembelajaran;

4. School expectation : Hasil yang diharapkan warga sekolah

3. Mutu Sekolah

Konsep mutu sekolah sebagai suatu keadaan yang ideal yang menuntut adanya interaksi sistem pendukung pendidikan secara keseluruhan, yang diuraikan dalam 8 dimensi mutu sekolah, yaitu :

1. Quality Learner, yaitu peserta didikyangsehat dan cukup gizi serta

pengalaman belajar usia dini, pemantauan frekuensi kehadiran siswa, termasuk dukungan dari keluarga untuk belajar pada siswa.

2. School context/organizational context, yaitu meliputi unsur-unsur


(31)

kuat dan efektif yang mampu mengorganisasikan komponen-komponen sekolah

3. Quality learning Environment, yaitu lingkunganyang amandan

didukungdengansumber daya yang memadai;

4. Quality content

Konten yangtercermin dalamkurikulum yang relevan . Kualitas konten mengacu pada kurikulum yang dimaksudkan dalam pembelajaran di sekolah.

5. Quality process, yaitu pembelajaran melalui bimbingan dan pelatihan

menggunakan pengajaran yang berpusat padaanak menggunakan pendekatan pengelolaanruang kelasyang baik

6. Quality Assurance yaitu jaminan keberlangsungan mutu untuk semua

komponen untuk terus ditingkatkan secara terus menerus dan dievaluasi

7. Quality culture/budaya mutu, menjaga hubungan dengan pelanggan di

manatujuan utamanya adalah penerapan budaya mutu secara konsisten terhadap seluruh warga sekolah

8. Quality Outcome yaitu hasilyang mencakuppengetahuan, keterampilan

dan sikap.

Untuk pengembangan instrumen, maka penelitian ini menempuh dengan beberapa cara yaitu :

1. Menentukan indikator indikator dari tiap-tiap variabel penelitian (variabel Kepemimpinan Autentik (X1),Iklim Sekolah(X2) danMutu sekolah (Y) berdasarkan acuan dari teori tiap variabel tersebut.

2. Mengembangkan indikator menjadi sub-sub indikator yang sesuai,yang nantinya sebagai acuan item-item pertanyaan, dengan penentuan nomor urut.


(32)

4. Menyusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang tepat, jelas dari tiap-tiap sub indikator yang telah ditetapkan pada instrumen penelitian, dengan arahan pembimbing.

5. Menetapkan skala pengukuran dan kriteria skor untuk tiap-tiap item alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert, yaitu untuk skor tertinggi 5 terendah 1.

5 = Selalu / SL 4 = Sering / SR

3 = Kadang-kadang / KD 2 = Jarang / JR

1 = Tidak pernah

6. Menyusun angket / kuisioner penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket berstruktur. Angket berstruktur adalah alat pengumpul data dalam bentuk formulir berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti dengan alternatif jawaban telah disediakan, dimana responden diminta untuk merespon setiap item pertanyaan dengan cara membubuhkan tanda checklis(√).

Alasan pemilihan angket berstruktur ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu :

a. Angket lebih praktis untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. b. Mempermudah responden dalam mengisi kuesioner karena alternatif

jawaban telah tersedia.

c. Peneliti memperoleh data yang seragam, sehingga memudahkan proses pengolahan data

d. Angket relatif lebih efektif dan efisien dari segi waktu, tenaga, dan biaya.


(33)

Berikut ini dipaparkan kisi-kisi instrumen variabel yang dijadikan variabel penelitian, yang terdiri atas dua variabel dependen (X1 dan X2) dan satu variabel independen (Y).

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Kepemimpinan Autentik (X1) Kepemimpinan

autentik adalah

kepemimpinan yang selalu secara terus menerus berkomitmen dalam

mengembangkan kemampuannya untuk dirinya sendiri dan

orang lain

(interpersonal

development) dengan mengedepankan prinsip kesadaran diri dan kedisiplinan yang tinggi

1. Komitmen /purpose

a.memiliki etos kerja

1) Kepala sekolah melibatkan guru dalam merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah

2) Kepala sekolah melibatkan guru dalam menganalisa kebutuhan untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah

b.motivasi yang tinggi terhadap tujuan organisasi

1) Kepala sekolah mempunyai komiten yang tinggi dalam mewujudkan tujuan sekolah

2) Kepala sekolah mempunyai integritas yang tinggi serta jujur dalam menyatakan kebenaran

3) Kepala sekolah memberikan motivasi yang tinggi kepada guru dan staf dalam melaksanakan tugasnya

4) Kepala sekolah mampu

mengekspresikan keyakinan, komitmen dan semangat dalam mencapai tujuan organisasi

2. Kesadaran diri/heart/e mpati

a. Memimpin dengan kelembutan, belas kasih dan ketulusan

1) Kepala sekolah memiliki empati/rasa peduli terhadap perasaan guru/staf 2) Kepala sekolah tidak segan-segan untuk

mengakui upaya profesional dari guru dan staf

b. Memahami kemampuan-nya serta mengembang kannya untuk orang lain

1) Kepala sekolah mampu mengidentifikasi

kekurangannya dan berusaha

memperbaikinya

2) Kepala sekolah menggali dan


(34)

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

c. Mengetahui kekurangan-nya dan berusaha untuk mengatasinya

1) Kepala sekolah memahami dan

menghormati kebutuhan guru dan staf

2) Kepala sekolah mampu

mengekspresikan rasa kasih sayang terhadap guru, staf dan siswa

3. Nilai/ketela danan/ profesional/ moral/ kedisiplinan diri a. Integritas dalam bertindak,

1) Kepala sekolah mampu menjadi teladan yang baik dalam kehidupan organisasi maupun kehidupan pribadinya

2) Kepala sekolah memiliki kedisiplinan yang tinggi dan konsisten dalam tindakannya untuk menuju kesuksesan b. Menggambark

an sikap hidup yang

menjadikan keyakinan sebagai way of life,

1) Kepala sekolah menjunjung tinggi nilai-nilai profesional dan praktek keteladanan yang positif

2) Kepala sekolah mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan berusaha mencapai hasil terbaik

3) Kepala sekolah memberikan bimbingan melalui keahlian profesional

c. Kesatuan perkataan dan perbuatan untuk mengajak orang lain berbat.

3) Kepala sekolah memberikan dukungan dan peluang untuk pengembangan pribadi dan intelektual guru dan staf sekolah

4) Kepala sekolah mengembangkan nilai-nilai karakter dan moral dalam visi, misi dan tujuan sekolah

4. Legitimasi a. Menjadi pemimpin yang diakui dan dihormati

dari segi

pengetahuan dan perilaku

1) Kepala sekolah mendapatkan pengakuan dan dihormati sebagai pemimpin di sekolah

2) Kepala sekolah mampu mengelola dan mengatasi konflik yang terjadi di sekolah

5. Transpa-ransi a. Membangun hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin

1) Kepala sekolah mampu membangun hubungan yang produktif yang didasari komitmen dan kepercayaan terhadap guru dan staf

2) Kepala sekolah mendorong dan memungkinkan guru untuk mengambil peran kepemimpinan

3) Kepala sekolah mendorong guru dan staf

untuk mengambil resiko dan

mengembangkan kreativitas

4) Kepala sekolah menilai dan

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa


(35)

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

b. Membangun hubungan dengan kolega

1) Kepala sekolah mampu membangun jaringan dengan pihak lain dalam memajukan sekolah

2) Kepala sekolah memberikan

penghargaan atas kerjasama tim dalam memajukan sekolah

6. Kompetensi / Pengem-bangan ke-mampuan a. Memiliki pengetahuan khusus tentang kurikulum dan pengajaran

1) Kepala sekolah memberikan bimbingan dan dorongan melalui keahlian profesional dan memberi contoh 2) Kepala sekolah memiliki pengetahuan

khusus tentang kurikulum, pembelajaran dan pengajaran pedagogik

b. Memiliki pengetahuan khusus tentang prosedur penilaian ,

1) Kepala sekolah memiliki pengetahuan khusus tentang penilaian kinerja guru 2) Kepala sekolah mampu menilai potensi

nyata dan tersembunyi dari setiap siswa c. Mengetahui

prosedur pengembangan profesionalis-me guru

1) Kepala sekolah mampu melaksanakan prosedur pengembangan profesional guru

2) Kepala sekolah berusaha untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa secara holistik

Iklim Sekolah (X2) : Kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah yang tercermin dalam kepribadian individu setiap warga sekolah

1. Sistem sekolah, hubungan, kekepalasek olahan dan perilaku guru

a. School system system/ Relationship/p rincipal and teacher behavior

1) Sekolah mempunyai tata tertib sekolah diketahui oleh siswa dan orangtua siswa 2) Tata tertib sekolah disosiaisasikan kepada

seluruh warga siswa

3) Diterapkannya aturan disiplin dan sanksi bagi warga sekolah

4) Perkembangan siswa (prestasi, kemajuan belajar, perkembangan sosio-emosional) dan kehadiran siswa dicatat oleh guru 5) Menanamkan sikap bertanggung jawab

terhadap siswa dalam pembelajaran b. Hubungan

dan perilaku serta interaksi antar kepala sekolah, guru, staf sekolah, siswa dan warga sekolah

1) Siswa memilliki sikap saling menghargai dan toleransi terhadap sesama

2) Siswa memiliki dan mempraktikkan sopan santun dalam berbicara dan bertindak 3) Siswa dapat menerima kekurangan dan

kelebihan siswa lain

4) Sekolah mengalokasikan waktu untuk pengembangan kemampuan sosio-afektif (perilaku sosial, sopan santun, moral dan motivasi) pada siswa

c. Adanya aturan yang mengikat hubungan

1) Menerapkan sanksi bila siswa melanggar peraturan dan menginformasikannya kepada orang tua siswa


(36)

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

3) Kepala sekolah mengevaluasi kegiatan pedagogik guru

4) Kepala sekolah secara aktif mendukung pengembangan perilaku pedagogik guru 5) Sekolah memberikan perhatian pada

situasi dan kondisi tempat tinggal siswa 6) Sekolah mempunyai hubungan dengan

layanan pendukung seperti pelayanan kesehatan, lembaga penyedia layanan pembelajaran, polisi, dan layanan sosial. 7) Guru saling membantu dan mendukung

satu sama lain

8) Guru menghormati kompetensi

profesional rekan-rekan mereka

9) Guru menyelesaikan pekerjaan mereka dengan kekuatan, semangat, dan kesenangan

10) Teman-teman terdekat guru adalah anggota guru yang lain di sekolah ini 11) Guru memiliki kelompok satu sama lain 12) Adanya anggapan pertemuan/rapat

sekolah tidak berguna

13) Ada kelompok minoritas guru yang selalu menentang mayoritas

14) Guru mengeluh/meracau ketika mereka berbicara pada pertemuan/rapat sekolah 15) Guru meninggalkan sekolah sesegera

mungkin setelah jam pelajaran selesai 2. Keselamata

n/Safety

a. Safety : Adanya rasa aman dan nyaman bagi warga sekolah dalam menjalankan tugasnya

1) Siswa mendapatkan rasa aman di lingkungan sekolah

2) Siswa belajar dengan penuh konsentrasi 3) Sekolah memberikan suasana yang

nyaman dan bersahabat untuk belajar 4) Sekolah membatasi halaman sekolah

dengan jalan umum

5) Sekolah menyediakan tempat dan alat bermain yang aman untuk siswa

3. Lingkungan Fisik

a. Bangunan sekolah, b. fasilitas dan

perlengkapan pendukung pembelajaran

1) Warga sekolah menjaga kebersihan lingkungan sekolah

2) Kondisi bangunan terpelihara dengan baik 3) Adanya perawatan bangunan dan fasilitas

sekolah secara rutin

4) Sekolah menyediakan kantin sekolah 5) Ruang kelas terpelihara dengan baik 6) Sekolah menyediakan fasilitas belajar

yang memadai


(37)

Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator

Sekolah diharapkan

warga sekolah

bersikap dan berfikir kritis

2) Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi

3) Hasil pekerjaan siswa didokumentasikan di depan kelas

4) Memberikan kebebasan pada siswa dalam bertanya dan menjawab ketika belajar 5) Sekolah memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan bakat dan potensinya 6) Melibatkan semua siswa dalam proses

pembelajaran dan memberikan penilaian atas partisipasi postif dari siswa

7) Memberikan arahan dan cara yang positif dalam menangani jawaban siswa yang kurang/tidak tepat dan memberikan penilaian terhadap upaya siswa dalam menjawab pertanyaan

8) Warga sekolah mempunyai rasa bangga terhadap sekolahnya


(38)

Definisi Operasional

Variabel

Dimensi Indikator Sub Indikator

Mutu Sekolah (Y)Suatu keadaan yang ideal yang menuntut adanya interaksi sistem pendukung pendidikan secara keseluruhan.

1. Quality Learner

Peserta didikyangsehat dan cukup gizi;

1) Sekolah melakukan pemeriksaan kesehatan siswa 2) Angka kehadiran siswa 90% atau melebihi setiap

harinya

3) Siswa sehat secara jasmani dan rohani

4) Tingginya dukungan keluarga terhadap siswa untuk belajar

5) Sekolah memantau perkembangan gizi siswa 2. School

context/ organizational context

School context/ organizational context : Konteks sekolah sebagai organisasi yang berkomitmen terhadap mutu

1) Kepala sekolah mengembangkan strategi peningkatan mutu melalui visi, misi dan tujuan sekolah

2) Adanya Kerjasama tim (kepala sekolah, guru, staf, komite sekolah dan orang tua siswa) yang kuat untuk peningkatan mutu

3) Personil sekolah melakukan pelayanan dengan mengedepankan analisis kebutuhan siswa

4) Dalam memajukan pendidikan, semua personil sekolah melakukan kerjasama yang baik

5) Sekolah bekerjasama dengan perusahaan dalam rangka peningkatan mutu sekolah

6) Adanya komitmen mutu yang kuat dari kepala sekolah

7) Adanya komitmen mutu yang kuat dari guru dan staf sekolah

8) Adanya upaya untuk menganalisa kebutuhan dan kepuasan pengguna jasa (siswa, guru, staf, orang tua siswa)

9) Sekolah menerapkan kebijakan dan disiplin terhadap semua warga sekola

10) Adanya dukungan kepemimpinan yang kuat 11) Dukungan administrasi sekolah yang akuntabel 3. Quality

learning Environment

Lingkunganyang amandan didukungdengans umber daya yang memadai;

1) Petugas melakukan perawatan ruang dan gedung sekolah

2) Sekolah menjaga keamanan pembelajaran sehingga berjalan dengan baik

3) Siswa merasa betah di sekolah dengan ventilasi ruangan yang ada

4) Kebersihan sekolah terpelihara dengan baik 5) Ruang yang ada di sekolah dipergunakan sesuai

dengan fungsinya

6) Toilet tersedia secara terpisah antara laki-laki dan perempuan

7) Sanitasi air di sekolah berjalan dengan lancar 8) Sekolah memiliki pembatas ruangan dengan

baik

9) Sekolah menyediakan ukuran kelas yang ideal yang memperhatikan rasio kelas:siswa


(39)

Definisi Operasional

Variabel

Dimensi Indikator Sub Indikator

12) Adanya interaksi antara infrastruktur sekolah dengan dimensi pembelajaran lainnya

4. Quality content

Konten yangtercermin dalamkurikulum yang relevan

1) Menerapkan kurikulum berstandar

2) Menampilkan keunikan konten lokal dan nasional

5. Quality process

Menggunakanpen

gajaran yang

berpusat

padaanakMenggu nakan pendekatan pengelolaanruang kelasyang baik

1) Pengaturan kegiatan pembelajaran dilakukan secara teratur

2) Pola pembelajaran yang berpusat pada siswa 3) Model penilaian dapat memetakan hasil

pembelajaran siswa

4) Menggunakan penilaian formatif untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa 6. Quality

Assurance

Quality

Assurance :

Penjaminan mutu

untuk terus

ditingkatkan

secara terus

menerus dan

dievaluasi

1) Dalam rangka peningkatan mutu, pengawas sekolah melakukan supervisi ke sekolah 2) Dalam rangka peningkatan mutu, pengelola

pendidikan kecamatan melakukan pembinaan sekolah

3) Dalam peningkatan mutu, pengelola pendidikan kabupaten/kota melakukan pembinaan sekolah 4) Sekolah berusaha memberikan pelayanan

pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat

7. Quality culture/ menjaga hubungan dengan pelanggan

Quality Culture: Penerapan

budaya mutu

secara konsisten terhadap seluruh warga sekolah

1) Perilaku guru yang memberikan rasa aman terhadap siswa

2) Guru memiliki dan menggunakan kemampuan profesionalnya

3) Tidak adanya diskriminasi/perbedaan perlakuan terhadap siswa

4) Guru memberikan hukuman pelanggaran tata tertib tanpa memberikan kecacatan pada tubuh siswa

5) Pengembangan kompetensi guru

6) Sekolah memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat terkait kemajuan sekolah

7) Sekolah melakukan rekreasi secara berkala 8) Sekolah memberikan rasa damai, nyaman dan


(40)

Definisi Operasional

Variabel

Dimensi Indikator Sub Indikator

8. Quality Outcome

Hasilyang mencakuppengeta huan,

keterampilan dan sikap

1) Penggunaan bahasa lokal di sekolah

2) Siswa memiliki prestasi dalam membaca dan menghitung

3) Menghasilkan lulusan yang sehat jasmani dan rohani

4) Menghasilkan lulusan yang mempunyai keahlian dan kemampuan sosial.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Proses Pengembangan Instrumen adalah tata cara pengumpulan data yang terdiri dari serangkaian kegiatan dalam upaya pengumpulan data dari obyek penelitian. Prosedur ini ditempuh melalui tiga tahap, yaitu : (1) Tahap uji coba angket, (2) Tahap pengujian hasil angket dan (3) Penyebaran dan pengumpulan angket.

1. Tahap Ujicoba Angket

Sebelum angket penelitian disebar kepada seluruh sampel, dilakukan terlebih dulu ujicoba angket terhadap responden yang karekteristiknya sama dengan sampel penelitian.Pelaksanaan ujicoba angket dimaksudkan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari item-item kuisioner/angket penelitian, agar dapat meminimalisir kesalahan alat pengukur penelitian dan hasil penelitian dapat dipertanggung-jawabkan karena memiliki tingkat kevalidan dan kereliabilitasan yang tinggi.

Untuk uji coba ini, penulis melaksanakan ujicoba pada 30 kepala sekolah dan 30 guru di luar Kota Cilegon. Angket yang diujicobakan terdiri dari kuisioner yang terdiri dari tiga bagian dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 3.4


(41)

No Variabel Jumlah Item

1 Kepemimpinan Autentik 33

2 Iklim sekolah 45

3 Mutu sekolah 50

Total 128

2. Tahap Pengujian Hasil Angket a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Arikunto (Riduwan, 2004: 109) menjelaskan bahwa

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan

atau kesahihan suatu alat ukur”.

Sugiyono (Riduwan, 2012: 97) mengatakan, instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment Akdon (Riduwan, 2012: 98) yaitu :

� = ∑ − (∑ )

.∑ 2− ∑ ² . { .∑ 2− ∑ 2}

dimana :


(42)

∑ Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

N = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji -t dengan rumus : = �√ −2

1− �² Dimana : t = Nilai t hitung

R = Koofesien korelasi Hasil r hitung n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) Untuk � = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n

– 2)Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknyat hitung

< t tabel berarti tidak valid.

Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteriapenafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

- Antara 0,800 sampai dengan 1, 000 (sangat tinggi) - Antara 0,600 sampai dengan 0,799 (tinggi)

- Antara 0,400 sampai dengan 0, 599 (cukup tinggi) - Antara 0,200 sampai dengan 0, 399 (rendah)

- Antara 0,000 sampai dengan 0, 199 (sangat rendah/ tidak valid) Dalam penelitian ini digunakan penghitungan dengan menggunakan SPSS for window 20 terhadap ketiga variabel ini, dengan hasil sebagai berikut:

1) Pengujian Validitas Variabel Kepemimpinautentik(X1)Kepala Sekolah

Dari hasil penghitungan SPSS 20 ini, terdapat 7 item pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 1, 2, 7, 10, 12, 20, dan 23 Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, ke- 7 item ini tetap


(43)

2) Pengujian Validitas Variabel Iklim Sekolah (X2)

Dari hasil penghitungan SPSS 20 ini, terdapat 9 item pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 1, 6, 8, 14, 20, 25, 29, 35 dan 41. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, ke-9 item ini tetap dipertahankan tetapi dikonstruksi.

3) Pengujian Validitas Variabel Mutu sekolah (Y)

Dari hasil penghitungan SPSS 20 ini, terdapat 10 item pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 7,9, 11,16, 20, 22, 24, 38, 46dan 49. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, ke-6 item ini tetap dipertahankan tetapi dikonstruksi.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen).

Metode pengujian reliabilitas instrument ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : belah dua (split halt) dan Spearman Brown, Kuder Richardson- 20 (KR – 20), KR -21, Anova Hoyt dan Alpha, (Riduwan, 2012 : 102).Penelitian ini menggunakan metode Alpha, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Dimana :

r11 = Nilai reliabilitas

∑ Si = Jumlah varians skor tiap – tiapitem

St = Varians total

K = Jumlah item

�11 =

� −1 . 1


(44)

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut :

Langkah 1:Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :

Dimana :

Si = Varian skore tiap – tiap item ∑Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

N = Jumlah responden

Langkah 2:Kemudian menjumlahkan varians semua item dengan rumus :

Dimana :

∑Si = Jumlah varian semu

S1, S2, S3 ...n = Varians item ke 1, 2,3 ...n

Langkah ke 3 : Menghitung varians total dengan rumus :

Langkah ke 4 : Masukan nilai Alpha dengan rumus :

Dimana :

r11 = Nilai reliabilitas

∑ Si = Jumlah varians skor tiap-tiapitem =∑ 1

2 ∑ 2

� �

∑Si = S1 + S2 + S3...

=∑ 1

2 ∑ 2

� �

�11 = �

� −1 . 1


(45)

k = Jumlah item

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan bantuan SPSS For Windows 20,0. Berikut hasil penghitungan uji reliabilitas masing-masing variabel :

a. Variabel KepemimpinanAutentik Kepala Sekolah(X2) Tabel 3.5

Uji Realibilitas Variabel Kepemimpinan Autentik Kepala Sekolah Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items 0,05 0,940

Dengan membandingkan r11 yang dihitung dengan menggunakan SPSS

20 dengan r tabel maka didapat kaidah keputusan jika r11> r tabel maka data

kepemimpinan autentik kepala sekolah reliabel hal ini terbukti nilai r tabel

Product Moment dengan dk = N – 1 = 10 – 1 = 9, dengan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,666 sedangkan r hitung menggunakan SPSS 20

didapat 0,940.

Kesimpulan : karena r11 = 0,940 lebih besar dari r tabel = 0,666, maka

semua data yang dianalisis menggunakan metode alpha adalah reliabel. b. Uji ReliabelitasIklim Sekolah (X2)

Dengan membandingkan r11 yang dihitung dengan menggunakan

SPSS 20 dengan r tabel maka didapat kaidah keputusan jika r11> r tabel

maka data iklim sekolahreliable, hal ini terbukti nilai r tabel Product

Moment dengan dk = N – 1 = 10 – 1 = 9, dengan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,666 sedangkan r hitung menggunakan SPSS 20 didapat

0,891.

Kesimpulan : karena r11= 0,891 lebih besar dari r tabel = 0,666, maka

semua data yang dianalisis menggunakan metode alfha adalah reliabel. c. Uji Reliabelitas VariabelMutu Sekolah (Y)


(46)

Tabel 3.6

Uji Realibilitas Variabel Mutu Sekolah Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items 0,05 0,721

Dengan membandingkan r11 yang dihitung dengan menggunakan SPSS

20 dengan r tabel maka didapat kaidah keputusan jika r11> r tabel maka data

mutu sekolah reliabel, hal ini terbukti nilai r tabel Product Moment dengan

dk = N – 1 = 10 – 1 = 9, dengan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel =

0,666 sedangkan r hitung menggunakan SPSS 20 didapat 0,721.

Kesimpulan : karena r11 = 0,721 lebih besar dari r tabel = 0,666, maka

semua data yang dianalisis menggunakan metode alfha adalah reliabel.

3. Penyebaran dan Pengumpulan Angket

Setelah tahap ujicoba angket telah dilakukan, dan hasil ujicobanyatelah dikonsultasikan dengan pembimbing, serta dilakukan perbaikan terhadap pernyataan yang tidak valid dari tiap-tiap variabel, agar memenuhi kriteria validitas dan realibilitas, maka barulah angket disebarkan kepada sejumlah sampel penelitian kemudian dikumpulkan kembali untuk dilakukan pengolahan data.

F. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan penyeleksian data yang diperoleh dari responden melalui angket. Dengan begitu dapat diketahui data yang terkumpul layak atau tidak layak untuk diolah. Sedangkan klasifikasi data dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya karena


(47)

data telah dikelompokkan sesuai dengan variabel-variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemeriksaan jumlah angket, disini jumlah angket yang terkumpul dipastikan mendekati jumlah angket yang disebar.

b. Memeriksa kebutuhan jumlah lembaran angket, dipastikan tidak terdapat kekurangan jumlah lembar dalam tiap angket.

c. Memeriksa angket yang bisa diolah.

d. Mengelompokkan angket-angket tersebut berdasarkan variabel yang bersangkutan, kemudian memberikan skorpada tiap alternatif jawaban. Berdasarkan angket yang telah disebardi seluruh SD se Kota Cilegon, peneliti melakukan seleksi dengan menganalisis angket yang telah terkumpul dengan maksud apakah datayang diperoleh melalui angketyang telah terkumpul layak atau tidaknyauntuk diolah.

Dari seleksi data yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari 412 angket yang disebar kepada responden, yang terkumpul dan dapat diolah sebanyak 412 kuesioner. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Rekapitulasi jumlah angket yang dapat diolah

Jumlah Sampel Jumlah Angket

Tersebar Terkumpul Dapat Diolah

Guru 352 352 352

KepalaSekolah 60 60 60

Total 412 412 412

Setelah melakukan penyeleksian data. kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan variabel penelitian yang ada. Selanjutnya dilakukan pemberian bobot atau skor pada setiap alternatif jawaban berdasarkan skor yang telah ditetapkan. Dalam klasifikasi data disajikan skor


(48)

1. Menentukan Gambaran Umum Variabel Penelitian

Untuk memudahkan menganalisa jawaban responden maka dilakukan kategorisasi terhadap rata-rata skor tanggapan responden. Penentuan kategori skor tanggapan ini didasarkan pada rentang skor maksimum dengan skor minimum dimana rentang ini dibagi dalam 5 kategori sesuai dengan jumlah kategori pada instrumen penelitian. Prinsip kategorisasi ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2005) seperti tabel dibawah ini :

Tabel 3.8

Kriteria Penilaian Skor Tanggapan Responden

No Rata-rata Skor Kriteria

1 1,00 - 1,80 Sangat rendah / Sangat tidak kondusif

2 1,81 - 2,60 Rendah / Tidak Kondusif

3 2,61 - 3,40 Cukup Tinggi / Cukup Kondusif

4 3,41 - 4,20 Tinggi / Kondusif

5 4,21 - 5,00 Sangat Tinggi / Sangat Kondusif

2. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik apa yang digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal maka akan digunakan statistik parametrik, namun apabila penyebaran datanya tidak normal maka akan digunakan teknik statistik non parametrik, rumus yang digunakan dalam pengujian distribusi ini yaitu rumus Chi kuadrat (Riduan, 2010: 182)

2 =

� −1

Keterangan:(Akdon dan Hadi, 2005: 171) X2 = Chi Kuadrat

fo = frekuensi


(49)

Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametrik, di mana penggunaan statistik parametrik mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2011:172) Oleh, karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data. Adapun dalam penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS For Windows 20.

Dalam menjelaskan basil uji apakah sebuah distribusi data bisa dikatakan normal atau tidak dengan pedoman pengambilan keputusan: a. Jika nilai Asymp. Sig. atau signifikansi (P-value) atau

probabilitas<0.05, distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai Asymp. Sig.atau signifikansi (P-value) atau probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.

Adapun perhitungan uji normalitas distribusi data tiap variabel adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Variabel X1 (Kepemimpinan Autentik Kepala

Sekolah)

Setelah data skor total dari angket Variabel X1 di lampiran direkapitulasi dan dimasukkan ke dalam Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 20 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.9

Uji Normalitas Variabel X1

(Kepemimpinanautentik kepala sekolah) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1

N 60

Normal Parametersa Mean 92.7925

Std. Deviation 1.03413E1 Most Extreme Differences Absolute .043


(50)

Negative -.029

Kolmogorov-Smirnov Z .334

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Test distribution is Normal.

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Dalam pengujian hipotesis normalitas data. kriteria untuk menolak atau menerima Ho berdasarkan P-value adalah sebagai berikut:

Jika P-value < (taraf signifikansi), maka Ho ditolak.

Jika P-value ≥ , maka Ho tidak dapat ditolak atau Ha ditolak.

Dari tabel di atas terlihat bahwa skor variabel Perilaku KepemimpinanKepala Sekolah memiliki P-value (Significance) = 0,200 untuk Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov, yang berarti lebih besar dari taraf signilikansi  = 0,05.

P-value (Significance 0,200 > = 0,05

Ho : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal tidak dapat ditolak.

Data tersebut di atas juga dimasukkan ke dalam grafik normal probability plot dan hasilnya sebagai berikut:


(1)

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh sebab itu penulis merekomendasikan beberapa upaya yang dapat dilakukan kepada :

1. Para guru

a. Tumbuhkan komitmen dan dedikasi tinggi sebagai guru profesional yang bermotivasi tinggi, aktif, dan berkeinginan mengembangkan minat profesionalnya demi peningkatan kinerja gurunya.

2. Kepala Sekolah

Berikan kesempatan serta dukungan moril dan materiil terhadap kegiatan pengembangan keprofesionalan guru baik ditingkat gugus, kecamatan atau pada lembaga pendidikan yang lain.

3. Kepada pemangku kebijakan tingkat Kabupaten/Kota/Propinsi

Rencanakan program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB).

3. Pada Variabel Mutu Sekolah

Bermakna pelaksanaan lembaga sekolah itu mencakup fase masukan , proses, dan keluaran yang terintegrasi, terdapat indikator-indikator yang masih rendah yaitu dukungan orang tua di fase masukan.

Dalam rangka mengoptimalkan mutu sekolah, perlu didukung oleh berbagai faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan, diantaranya yaitu penerapan kepemimpinan autentik bagi para kepala sekolah yang harus dilakukan secara lebih baik, terintegrasi antar dimensi, konstruktif sesuai perkembangan masyarakat dan kontinyu serta penciptaaan dan penjagaan iklim sekolah yang kondusif untuk membangun motivasi dan rasa nyaman bagi seluruh warga sekolah dalam berinteraksi sosial dan profesional melaksanakan tugasnya masing-masing untuk pencapaian tujuan sekolah, juga perlu didukung oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti


(2)

167

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manajemen sekolah, kemitraan, hubungan orang tua dan masyarakat dan sebagainya.


(3)

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 167

DAFTAR PUSTAKA

Avolio, Bruce J, William L. Gardner, Fred Luthans, Douglas R. May, Fred Walumbwa. (2005). “Can you see the real me?” A self-based model of authentic leader and follower development, Gallup Leadership Institute, College of Business Administration, University of Nebraska-Lincoln, Lincoln

Avolio, B. J., Gardner, W. L., Walumbwa, F. O., Luthans, F., & May, D. R. (2004). Unlockingthe mask: A look at the process by which authentic leaders impact follower attitudes andbehaviors. The Leadership Quarterly, 15, 801–823

Avolio, Bruce J. and Gardner, William L. (2006). Authentic Leadership Development: Getting to The Root of Positive Forms of Leadership. The Leadership Quarterly 16. Gallup Leadership Institute, College of Business Administration, University of Nebraska-Lincoln, NE, United States

Avolio, Bruce J. and Luthans, Fred J. (2006). The High Impact Leader: Moments Matter in accelerating Authentic Leadership. New York: McGraw-Hill.

Bungin, Burhan, (2005), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Cohen, Jonathan (2010). School Climate: Engaging the Whole Village Teaching

the Whole Child, National Shool Climate Center

Engkoswara, dan Komariah, Aan.(2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Freiberg, Jerome (2005). School Climate : Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments, Philadelphia: Falmer Press Taylor & Francis e-Library

Gardner L. William. (2005). Can you see the real me? self-based model of authentic leader and follower development; Gallup Leadership Institute, Lincoln, United States

George, Bill (2003). Authentic Leadership : Rediscovering the Secret to Creating Lasting Value. Jossey-Bass, United States.

George, Bill (2007). True North : Discover Your Authentic Leadership. the Secret to Creating Lasting Value. Jossey-Bass, United States.


(4)

168

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hersey, Paul, Blanchard, Kenneth and Johnson, Dewey. (2012). Management Of Organizational Behavior 10th edition. Newyork : Prentice Hall.

Hoy, W. K. & Miskel, C. G. (2011). Educational administration: Theory, research, and practice, 9th edition. New York: McGraw-Hill.

Komariah, Aan dan Triatna, C. (2006).Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.Jakarta : Bumi Aksara

Komariah, Aan (2012).Authentic Leadership Kepala Sekolah dalam Penanaman Sistem Nilai-Nilai Pendidikan . Jurnal Ilmu Pendidikan, 18, (2), 194-200. Maxwell, John (2001). The Power of Leadership : Thomas Nelson, USA

Maxwell, John (1995). Developing The Leader Arround You: Thomas Nelson, USA

Millikan, Ross H. (2010). Authentic Educational Leadership in School. Xlibris Corp. Australia.

Mulyasa , H.E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Musakabe, Herman. (2004). Mencari Kepemimpinan Sejati, di Tengah Krisis dan Reformasi. Jakarta: Penerbit Citra Insan Pembaru.

Preble, William. (2011). School Climate The Heart and Soul of a School. Philadelphia: Falmer Press Taylor & Francis e-Library

Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda Karya. Reddy, Sujata (2007). SCHOOL QUALITY Perspectives from the Developed and

Developing Countries. UNESCO.

Riduwan.(2007). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika. Bandung. Alfabeta --- (2008).Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Badung: Alfabeta.

--- (2010).Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen.P. (2009).Organizational Behavior 13th edition. London: Pearson Education.

Sagala, Syaiful. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.


(5)

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sallis, Edward. (2002). Total Quality Management in Education (third edition) : London Kogan Page Ltd Pentonville Road N1 9JN UK

Saondi, Ondi. (2009). Menjadi Sekolah Unggul. Oleced: Al Tarbiyah

Saud, Udin Syaefudin. (2008). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta Siagian, Sondang, P. (1994). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka

Cipta.

---. (2003).Manajemen Sumberdaya Manusia.Jakarta : Rineka Cipta.

--- (2004).Administrasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Smith, Richard., Bhindi, Narottam., Hansen, Jens., Riley, Dan & Rall, Johan

(2008) Questioning the notion of ‘authentic’ leadership in education: The

perspectives of „followers‟. Refereed paper presented at the Changing

Climates: Education for Sustainable Futures international research conference of the Australian Association for Research in Education (AARE), Brisbane

Soetopo, Hendyat. (2010). Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sugiyono, (2003).Statistika Untuk Penelitian Cetakan Ke Lima. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2012).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Cetakan Ke Lima belas. Bandung: Alfabeta.

--- (2009).Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

--- (2008).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhartono, Suparlan. (2008). Wawasan Pendidikan (Sebuah Pengantar Pendidikan) Cetakan 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutista, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Townsend, Tony (2003) Restructuring and Quality: Issues for Tomorrow‟s Schools. Taylor & Francis e-Library


(6)

170

Ahmad Yusron, 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN AUTENTIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA CIREBON

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Umaedi.(1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan Mutu. Tersedia online :http://ssep.net/director.html