TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH : STUDI KASUS DI DESA PETTONG KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN BANGKALAN.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI
WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN ALHIKMAH

(Studi Kasus di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan)

SKRIPSI
Oleh:
SYAIFULLOH
NIM: C0121108

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Islam
SURABAYA
2016

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sengketa Ahli Waris
Dalam Penggunaan Tanah Yayasan aL-Hikmah (Studi Kasus di Desa Pettong

Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan) telah diperiksa dan disetujui
untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 19 Februari 2016
Pembimbing,

Moh, Hatta,M.HI.
NIP. 197110262007011012

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PENGESAHAN
Skripsi yang di tulis oleh Syaifulloh ini telah dipertahankan di depan Sidang
Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel pada
hari Selasa, 10 Mei 2016, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program sarjana strata dalam Ilmu Syariah.
Majelis Munaqasah Skripsi:


Penguji I,

Penguji II,

Moh, Hatta,M.HI
NIP. 197110262007011012

H. Arif Jamaluddin Malik, M.Ag
NIP.197211061996031001

Penguji III,

Penguji IV,

Nurul Asiya Nadhifah, M.H.I
NIP.197504232003122001

Hj. Ifa Mutiatul Khoiroh, S.H. M. Kn
NIP. 197903312007102002


Surabaya, 17 Mei2016
Mengesahkan,
Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya

Dekan,

Dr. H. Sahid, MH, M.Ag
NIP. 196803091996031002

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan penelitian lapangan dengan judul Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Sengketa Ahli Waris Dalam Penggunaan Tanah
Yayasan Al-Hikmah (Studi Kasus di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan). Perumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana
Problematika sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah oleh yayasan alHikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, dan (2)
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sengketa ahli waris oleh penggunaan

tanah yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan.
Penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif
yaitu suatu analisis yang bertujuan untuk memberi deskripsi mengenai keadaan
secara mendalam terhadap sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah yayasan
al-Hikmah. Data tersebut diuji dengan ketentuan yang ada dan yang sesuai
dengan hukum Islam dengan pola pikir deduktif. Hasil penelitian dan pengujian
tersebut disimpulkan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil pemecahan
permasalahan yang ada sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibatasi
dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian diperoleh data persoalan sengketa ahli waris
terhadap tanah yang digunakan oleh yayasan bermula ketika salah satu ahli waris
memberikan tanah ke yayasan tanpa sepengatahuan ahli waris yang lain sehingga
terjadi kesalah fahaman yang berakumulasi menjadi sengketa. Hal ini karena
tanah waris yang belum dibagikan sehingga menyebakan salah satu ahli waris
ada yang tidak terima dan menjadi masalah sampai sekarang. hukum tanah yang
di berikan oleh salah satu ahli waris kepada yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan tidak boleh di gunakan karena
tanah tersebut milik dari tiga dari ahli waris, dan tidak mendapat ijin dari ahli
waris yang lain. Hal ini sesui dengan al-Quran surat An-Nisa' ayat 11, 12 dan

176.
Dari uraian di atas, hendaknya masyarakat apabila ingin mewakafkan
sebaiknya berkonsultasi atau meminta pertimbangan setidaknya memberitahu
ahli waris yang lain.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ........................................................iv
MOTTO ..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................................vii
ABSTRAK .........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
BAB I


PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...............................................7
C. Rumusan Masalah ........................................................................8
D. Kajian Pustaka .............................................................................8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................10
F. Kegunaan Penelitian ..................................................................11
G. Definisi Operasional ..................................................................11
H. Metode Penelitian ......................................................................12
I. Sistematika Pembahasan ............................................................16

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II KAJIAN KAJIAN TEORI TENTANG HUKUM WARIS DAN
SENGKETA AHLI WARIS
A. Tinjauan Hukum Waris .............................................................18
1. Pengertian Hukum Waris ......................................................18

2. Dasar Hukum Waris ..............................................................22
3. Rukun dan Syarat Waris........................................................29
4. Asas-Asas Hukum Waris Islam ...........................................32
5. Sebab-Sebab Kewarisan .......................................................37
6. Sistem Penggolongan Ahli Waris .........................................40
B. Sistem Penggunaan Tanah Berdasarkan Perundang-Undangan Yang
Berlaku di Indonesia. .................................................................48
1. Hak Milik (HM) ....................................................................48
2. Terjadinya Hak Milik ............................................................51
3. Terhapnya Hak Milik ............................................................52
4. Hak Guna Bangunan (HGB) ................................................52
5. Hapusnya Hak Guna Bangunan ............................................56

BAB III SENGKETA TANAH WARIS ANTARA AHLI WARIS DENGAN
YAYASAN AL-HIKMAH DESA PETTONG, KECAMATAN
TANAH MERAH BANGKALAN ................................................58
A. Sejarah Keberadaan Yayasan al-Hikmah .......................................58
1. Awal Berdiri ..............................................................................58

2. Aset Yayasan al-Hikmah Desa Pettong ......................................59

B. Profil desa Pettong .........................................................................60

1. Kondisi Kosial Kegamaan Masyarakat Penttong………….... 62

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Kondisi Pendidikan Masyarakat Pettong…………….............63
4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Pettong …………….. .............64
C. Problematika Sengketa Ahli Waris Dalam Penggunaan Tanah di
Yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan …………… ................................................64
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI
WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN ALHIKMAH…. ...................................................................................68
A. Analisi Sengketa Ahli Waris Dalam Penggunaan Tanah di
Yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan .....................................................................68
B. Dalam Hukum Islam Terhadap Sengketa Ahli Waris Dalam
Penggunaan Tanah di Yayasan al-Hikmah di Desa Pettong

Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan ...........................71

BAB V

PENUTUP ......................................................................................76
A. Kesimpulan ................................................................................76
B. Saran ..........................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang melingkupinya. Salah satu permasalahan yang sering
muncul dalam kehidupan adalah permasalahan yang berkaitan dengan
kebendaan atau kekayaan, karena kebendaan atau kekayaan merupakan
faktor yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia.
Permasalahan kebendaan dan kekayaan itu terjadi, ketika masingmasing pihak merasa berhak memiliki dan ingin menguasai atas benda
dan kekayaan tersebut. Adanya saling merasa berhak atas benda atau
kekayaan inilah yang menimbulkan sengketa di antara mereka. Salah
satu bentuk sengketa atas kebendaan atau kekayaan yang sering terjadi
adalah sengketa tentang warisan.
Hal ini dapat dimengerti sebab masalah waris pasti dialami setiap
manusia. Selain itu, hukum waris juga menyangkut harta benda yang
apabila tidak diberikan ketentuan yang pasti, maka akan menimbulkan
sengketa diantara ahli waris.
Membicarakan masalah kewarisan berarti membicarakan peralihan
harta dari orang yang telah mati kepada orang yang masih hidup.
Dengan demikian fi~qh Ma~w>aris mengandung arti ketentuan yang
berdasar kepada wahyu Allah Swt yang mengatur hal ihwal peralihan

1


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

harta dari seseorang yang telah mati kepada orang yang masih hidup.1
Sedang pada pelaksanaannya masalah pembagian warisan ini sering
menjadi penyebab persengketaan di antara para ahli warisnya. Untuk
itulah syari’at Islam telah mengantisipasinya dengan meletakkan
kewarisan Islam secara terperinci dan sistematis. Islam adalah agama
yang lengkap dan sempurna, hal itu dapat dilihat dari al-Quran dan alHadist. Keduanya merupakan sumber hukum yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia untuk menyelamatkan manusia di dunia dan
akhirat.
Semua kelengkapan dan kesempurnaan Islam dapat dilihat dari
adanya perintah dan larangan yang merupakan hukum dan ditaati oleh
setiap manusia yang beragama Islam serta beriman kepada Allah Swt
dan RasulNya. Salah satu hukum yang diatur dalam ajaran Islam adalah
hukum waris. Hukum waris tersebut diwajibkan oleh Islam kepada
seluruh manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Salah satu dasar tentang pengaturan pembagian warisan adalah
dalam surat an-Nisa>’ ayat 7.

         
          

1

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), 147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan (Q.S An-Nisa ayat :13-14)2.
Selain itu ada juga Rasulullah SAW yang menunjukkan kewajiban
melaksanakan membagi harta pusaka sebagaimana berikut

ُ ِ‫ﻋﻦ ا‬
:‫ﺳﻠّﻢ ﻗﻞ‬
ُ ‫ﺿﻰ ﷲ َﻋﻨ ُﮭ َﻤﺎ ﻗﺎل َر‬
َ ُ‫ﺻﻠّﻰ ﷲ‬
ِ ‫ﺑﻦ َﻋﺒﱠﺎ س َر‬
َ
َ ‫ﻋﻠﯿ ِﮫ َو‬
َ ‫ﺳﻮ ُل ﷲ‬
(‫ﻲ ﻓَ ُﮭ َﻮ ِﻷ َ ْوﻟَﻰ َر ُﺟ ٍﻞ ذَ َﻛ ٍﺮ)رواه اﻟﺒﺨﺎري‬
َ ِ‫"أَ ْﻟ ِﺤﻘُﻮا ْاﻟﻔَ َﺮاﺋ‬
َ ‫ﺾ ﺑِﺄ َ ْھ ِﻠ َﮭﺎ ﻓَ َﻤﺎ ﺑَ ِﻘ‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. Ia telah berkata, telah bersabda Rasulullah
Saw : Bagikanla olehmu harta warisan kepada para ahli waris
yang berhak ( sesuai jatah masing-masing ) sedangkan sisanya
adalah bagi Ashobah laki-laki yang terdekat. (HR. Bukhari).”3
Berdasarkan Hadist di atas, bahwa betapa pentingnya membagi
harta warisan kepada ahli waris dengan segera. Pembagian tersebut
merupakan kewajiban bagi ahli waris yang bersangkutan, agar ahli waris
yang lain dapat memiliki dan menguasai harta bagianya masing-masing
tanpa adanya halangan dari pihak lain.
Allah Swt mensyariatkan hukum waris ini bertujuan untuk
memperkuat hubungan kekerabatan dan memperkokoh tali kasih sayang
ketentuan hukum waris ini termasuk ketentuan hukum yang dijelaskan
secara rinci dalam ayat-ayat al-Quran. Mereka yang menerima hak waris

2

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Proyek Pengadaan Kitab Suci AlQur’an : Jakarta, 1940), 116.
3
Iman Buchari, Hadits Shahih Buchari, (PT Al Hidayah, Surabaya, 2003), 245.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

ini ada yang tergolong karena adanya hubungan perkawinan atau
keturunan baik ke atas maupun ke bawah.4
Hukum Islam menghindari dan menghilangkan kemudharatan,
apalagi sesuatu yang berkaitan dengan masalah waris, sering
menimbulkan masalah di antara ahli waris yang memiliki hak kewarisan.
Oleh karena itu, hukum Islam menganjurkan ahli waris agar
menyegerakan pembagian harta waris demi menghindari dampak
negatif, jika harta tersebut diabaikan dalam pelaksanaan pembagian oleh
ahli waris, dampak negatif itu bisa saja seperti salah satu ahli waris
kehilangan hak warisnya, dikarenakan ahli waris yang lain telah
menyalahgunakan atau mengambil haknya, sehingga terjadi masalah
diantara mereka. Karena ini kurang etis dan membutuhkan waktu serta
pemikiran yang tepat karena ini menyangkut semua anggota keluarga
yang menjadi ahli waris agar semuanya mendapatkan bagian sesuai
bagiannya.
Dalam proses penerusan dan pengoperan harta benda inilah,
terdapat harta benda orang tua yang nantinya akan menjadi harta
warisan yang akan dibagi kepada para ahli waris yang mempunyai hak
waris. Karena harta warisan belum dibagi, masing-masing ahli waris
(dalam hal ini adalah anak-anaknya) masih mempunyai hak yang sama
atas harta warisan itu. Jika ada lebih dari seorang ahli waris maka
warisan itu merupakan mede eigendom (hak milik bersama).
4

Asmawi, Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta:Teras komplek,2009), 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Eigendom adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda.
Seseorang yang mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda
dapat berbuat apa saja dengan benda itu (menjual, menggadaikan,
memberikan, bahkan merusak), asal saja ia tidak melanggar undangundang atau hak orang lain.5
Namun diantara para ahli waris itu disinyalir ada yang mempunyai
itikad kurang baik untuk sekedar memperoleh bagian warisan yang lebih
banyak dibanding dengan yang lainnya. Cara yang dimaksud adalah
menggunakan harta warisan yang belum dibagi, berupa beberapa meter
tanah yang nantinya akan menjadi harta warisan yang akan dibagi, tanpa
persetujuan dari ahli waris yang lain. Padahal harta waris yang dipakai
itu masih hak milik bersama dan belum diketahui siapa yang akan
menerima bagian dari tanah tersebut sebagai hak warisnya.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan rasa tidak senang, jengkel
dan iri adalah karena berkurangnya bagian harta warisan yang akan
dibagi akibat telah dijual Tergugat, maka akan berkurang pula bagian
harta warisan yang akan diperoleh para Penggugat atau ahli waris yang
lainnya. Bukan hanya bagian si Tergugat yang menjual tanah warisan
tersebut saja yang berkurang, tapi bagian para Penggugat atau ahli waris
yang lain juga ikut berkurang.

5

Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditrya Bhakti,
1993), 143-144.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Sengketa ahli waris

terhadap penggunaan tanah

Yayasan al-

Hikmah Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan,
Tanah yang di gunakan Yayasan al-Hikmah terjadi kurang lebih dua
puluh tahun yang lalu. Hal ini di sebabkan karena tanah yang di pakai
Yayasan al-Hikmah Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan di gunakan oleh saudaranya tanpa sepengatahuan saudaranya
yang lain kemudian di pergunakan oleh Yayasan al-Hikmah Desa
Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, setelah ahli
waris yang lain mengetahui bahwa tanahnya digunakan oleh saudaranya
dan di pergunakan sebagai tanah Yayasan al-Hikmah. Semenjak itu
tanah menjadi sengketa keluarga atau ahli waris.
Harta warisan merupakan amanah, maka seharusnya harta warisan
diserahkan kepada yang menerimanya dan sebagai harta bersama ahli
waris, maka tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi dengan
cara mengambil sebagian untuk digunakan oleh Yayasan al Hikmah dan
untuk membayar hutangnya tanpa sepengetahuan ahli waris lainya ,
seperti terjadi di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan.
Penyimpangan ini menimbulkan permasalahan di dalam sebuah
keluarga seharusnya harta warisan terlebih dahulu dibagikan kepada ahli
warisnya, baru masing-masing boleh mempergunakan untuk keperluan
sendiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan ini, yang terbingkai dalam judul: Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Sengketa Ahli Waris Dalam Penggunaan Tanah
Yayasan al-Hikmah (Studi Kasus di Desa Pettong Kecamatan Tanah
Merah Kabupaten Bangkalan)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka
yang menjadi identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Problematika sengketa ahli waris

dalam penggunaan tanah oleh

yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan.
2. Deskripsi sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah oleh yayasan
al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sengketa ahli waris dalam
penggunaan tanah oleh yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan.
4. Tinjauan hukum Islam terhadap sengketa ahli waris

dalam

penggunaan tanah oleh yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Dari identifikasi permasalahan di atas, peneliti membatasi dan
hanya memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut:
1. Problematika sengketa ahli waris

dalam penggunaan tanah di

yayasan al Hikmah di desa pettong kecamatan tanah merah
kabupaten Bangkalan.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap sengketa ahli waris

dalam

penggunaan tanah di yayasan al Hikmah di desa Pettong
kecamatan tanah merah kabupaten Bangkalan.
C. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
permasalahan pokok yang menjadi kajian penulis adalah :
1. Bagaimana Problematika sengketa ahli waris dalam penggunaan
tanah oleh yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah
Merah Kabupaten Bangkalan?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sengketa ahli waris
dalam penggunaan tanah oleh yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan?

D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevansi
dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, penelitian yang
dimaksud di antaranya:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

1. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tentang Pembahasan Obyek
Sengketa Harta Waris”. Dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa
hasil dari penyelesaian sengketa warisan tanah dari pewaris bahwa
pembagian warisan setelah pewaris meninggal dunia, sesuai dengan
hukum Islam. Sedangkan dari ahli waris bahwa anak menghijab
semua ahli waris, hal ini tidak sesuai dengan hukum waris dalam
Islam.6
2. Skripsi yang berjudul “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Putusan PA

Gresik dan PA Surabaya Tentang Penyelesaiayan Objek Gugatan
Sengketa Waris”. Secara hukum formil, gugatan penggugat
Obscuurlibel (kabur): tidak terpenuhi persyaratan formil sebagai surat
gugatan, antara lain tidak dimasukkannya seorang ahli waris sebagai
pihak yaitu Sundoyo (ayah kandung almarhumah Ny. Markini), tidak
disebutkan kapan pewaris meninggal dunia, tidak disebutkan secara
jelas siapa yang menguasai tanah yang menjadi sengketa waris, serta
tidak disebutkannya secara rinci asal usul tanah harta sengketa dan
status obyek sengketa tersebut.7
3. Skripsi yang berjudul “Penjualan Harta Warisan Yang Belum Dibagi
Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata (Studi Putusan
6

Parmiyati Maksin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama
Surabaya Tentang Pembahasan Obyek Sengketa Harta Waris, (Skripsi Mahasiswi Fakultas
Syari'ah Jurusan Al-Ahwal Al-Sakhsiyah Sunan Ampel Surabaya 2007).
Afifatul Umami, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Putusan PA Gresik dan PA Surabaya
Tentang Penyelesaiayan Objek Gugatan Sengketa Waris, (Skripsi Mahasiswi Fakultas
Syari'ah Jurusan Al-Ahwal Al-Sakhsiyah Sunan Ampel Surabaya 2008).

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Pengadilan Negeri Salatiga No. 32/Pdt.G/2009/PN. Sal)”. Dan selama
persidangan tidak ditemukan alasan Dwang, Dwaling, Bedrog
(paksaan, kesesatan, tipu daya, kebohongan) terhadap para Penggugat
dalam proses pengalihan hak atas tanah sengketa tersebut, maka
menurut penilaian Majelis, kesepakatan yang dituangkan dalam Akte
pembagian hak bersama No.234/AGMY/2006 adalah sah dengan
segala akibat hukumnya karena telah memenuhi syarat obyektif dan
subyektif.8
Berdasarkan pustaka di atas, semuanya membahas tentang
gugatan dan sengketa tanah waris, tidak satupun yang bersinggungan
dengan masalah sengketa tanah waris yang di gunakan oleh yayasan
Oleh karena itu, penelitian di sini berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, terlebih lagi obyek penelitiannya dalam hal ini adalah
Yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan.

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui secara spesifik problematika sengketa ahli waris
dalam penggunaan tanah oleh Yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan.
8

Titik Khumairoh, Penjualan Harta Warisan Yang Belum Dibagi Dalam Tinjauan Hukum
Islam Dan Hukum Perdata (Studi Putusan Pengadilan Negeri Salatiga No.
32/Pdt.G/2009/PN. Sal. Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al Syakhshiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN ) Salatiga 2011.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Untuk mengetahui Tinjauan hukum Islam terhadap sengketa ahli
waris

dalam penggunaan tanah oleh yayasan al-Hikmah di Desa

Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
yang berguna dalam dua aspek berikut:
1. Dari segi teoritis:
a. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
khazanah keilmuan, khususnya pengertian dan praktek waris dan
penyelesaian sengketa tanah waris.
b. Dapat memberikan pemahaman bagi para pembaca tentang
pentingnya perbagian harta waris.
2. Dari segi praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan
rujukan bagi masyarakat secara umum sebagai ilmu tentang hukum
waris, khususnya untuk masalah sengketa tanah waris di yayasan al
Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan dalam Tinjuan Hukum Islam.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah memahami judul skripsi ini, penulis akan
menguraikan maksud dari variabel penelitian tersebut. Adapun yang
perlu dijelaskan dalam definisi operasional tersebut adalah:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

1. Hukum Islam : adalah hukum yang bersumber dari Al-Qur'an dan
hadist serta ketentuan materi Kompilasi Hukum Islam.
2. Sengketa harta waris: adalah pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang pembagian
segala harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris setelah
dikurangi dengan semua hutangnya9. Dalam skripsi ini meneliti
permasalahan sengketa tanah yang gunakan oleh yayasan sebelum
dibagikan kepada semua ahli waris.
3. Penggunaan tanah diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria.10
waris oleh Yayasan al-Hikmah sebelum tanah waris di bagikan
kepada ahli waris di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang
berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil
kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.11 Metode
penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian hukum normatif
doctrinal yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumber-

9

Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT. Citra Aditrya Bhakti,
1993),292.
10
Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan; Pemberian Hak Atas Tanah Negara,
Sertipikat Dan Permasalahan, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2002), 5-6
11
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), 21-22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

sumber tertulis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian yang
difokuskan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang yang dijadikan sumber informasi, untuk
menganalisa data secara non-statistik. Penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research), yaitu penelitian yang didasarkan pada obyek
lapangan di daerah atau lokasi tertentu guna mendapatkan data yang
nyata dan benar.12 Obyek lapangan penelitian yang dimaksud di sini
adalah Yayasan Al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan.
Metode penelitian ini memuat uraian tentang:
1. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah sumber dimana data dapat
diperoleh.13 Ada dua sumber data yang dipergunakan, yaitu:
a. Data Primer, yaitu data dari sumber-sumber primer, yaitu sumber
asli yang memuat informasi / data yang berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah
informasi yang diperoleh dari yayasan al-Hikmah di Desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, antara lain ahli
waris, pimpinan yayasan, dan kepala desa.
b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari data kepustakaan,
buku, dokumen dan lain sebagainya. Data sekunder diperoleh dari
12

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, cet VI (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2000) , 31.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendelatan Praktek, cet XII, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998), 120.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa
data kepustakaan yang berkorelasi erat dengan pembahasan obyek
penelitian.14
2. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah:
a. Interview yaitu bentuk komunikasi atau percakapan antara dua
orang atau lebih guna memperoleh informasi. Seorang peneliti
bertanya

langsung

kepada

subjek

atau

responden

untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan guna mencapai tujuannya
dan memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan
penelitian.15 Interview ini berupa indept interview (wawancara yang
mendalam) terhadap beberapa orang informan yang terkait dengan
perihal tema penelitian ini, seperti tokoh agama, masyarakat
setempat, ahli waris dan pihak-pihak yang bersangkutan untuk
memperoleh data tentang masalah sengketa tanah waris di yayasan
al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan.
b. Studi

kepustakaan,

menggunakan

metode

library

research

(penelitian kepustakaan) yaitu suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menghimpun data dari literatur, dan literatur yang
digunakan tidak terbatas hanya pada buku-buku tapi berupa bahan
dokumentasi, agar dapat ditemukan berbagai teori hukum, dalil,

14
15

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 91.
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 113.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

pendapat, guna menganalisa masalah, terutama masalah yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dikaji.

3. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, dilakukan dengan cara mengedit data,
lalu data yang sudah diedit tadi dikelompokkan, diberikan
pengkodean, disusun berdasarkan kategorisasi dan diklasifikasikan
berdasarkan permasalahan yang dirumuskan secara deduktif. Dari
data yang sudah diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis secara
kualitatif.16
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis data
kualitatif. Teknik pengelolaan data ini bertolak dari berbagai fakta
yang teridentifikasi yang muncul atau merupakan penelitian
deskriptif sebagaimana penelitian yang terjadi saat ini.17 Atau dengan
kata lain, bahwa data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
angka secara langsung.18
Dalam menganalisa data, dipergunakan metode analisis data
normatif. Data normatif merupakan kegiatan untuk mengadakan
16

Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), 135.
17
Ibnu Hajar, Dasar‐dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1996), 274.
18
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, cet ke‐2, (Jakarta: Rajawali, 1990),
134.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi
berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis
tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi.
Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif, yaitu cara
penulisan dengan menggunakan pengamatan terhadap gejala,
peristiwa dan kondisi aktual di masa sekarang.19
Dari hasil analisis inilah diharapkan menjadi suatu jawaban dari
gambaran permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu
dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil suatu kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dan penulisan skripsi ini terdiri atas lima
bab yang masing-masing menampakkan titik berat yang berbeda, namun
dalam satu kesatuan saling mendukung dan melengkapi. Maka Penulis
mengklasifikasikan dan menjelaskan permasalahan dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi latar
belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka,

tujuan

penelitian,

kegunaan

hasil

penelitian,

definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, merupakan tinjauan umum tentang Pengertian waris,
dasar Hukum waris, syarat dan rukun waris, asas-asas hukum waris
19

Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 15.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Islam sebab-sebab kewarisan, dan sebab- penghalang waris, serta sistem
penggunaan tanah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Bab Ketiga, merupakan penjelasan letak geografis daerah tempat
penelitian penulis, yaitu profil desa dan kasus sengketa tanah waris di
yayasan al-Hikam di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan, dan faktor penyebab dan proses terjadinya sengketa tanah
waris di yayasan al-Hikmah di Desa Pettong Kecamatan Tanah Merah
Kabupaten Bangkalan.
Bab Keempat, merupakan analisis hasil penelitian terhadap
sengketa tanah waris di yayasan al-Hikmah di desa Pettong Kecamatan
Tanah Merah Kabupaten Bangkalan, dan Analisis Hukum Islam
terhadap sengketa tanah waris di yayasan al-Hikmah di desa Pettong
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan.
Bab Kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

BAB II
HAJIAN TEORI TENTANG HUHUM WARIS DAN SENGHETA AHLI
WARIS
A. Tinjauan Hukum Waris
1. Pengertian Hukum Waris
Hukum waris sering dikenal dengan istilah fara>id. Hal ini karena dalam
Islam, bagian-bagian warisan yang menjadi hak ahli waris telah ditentukan
dalam al-Quran. Hukum waris dalam Islam mendapat perhatian besar, karena
pembagian

warisan

sering

menimbulkan

akibat-akibat

yang

tidak

menguntungkan.1
Secara etimologis, fara>id diambil dari kata fard yang berarti taqdir
“ketentuan”. Dalam terminologi bahwa kata fard adalah bagian yang telah
ditentukan bagi ahli waris.2
Sedangkan hukum waris menurut fiqh maw>aris adalah fiqih yang
berkaitan dengan pembagian harta warisan, mengetahui perhitungan agar
sampai kepada mengetahui bagian harta warisan dan bagian-bagian yang
wajib diterima dari harta peninggalan untuk setiap yang berhak
menerimanya.3

1

Ahmad Rofiq , Hukum Islam di Indonesia, (PT Raja GrafindoPersada, Jakarta,1995),355.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta Selatan: Pena Pundi Aksara, 2006),479.
3
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Gema Insani Press, Jakarta,
1995), 33.

2

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Dalam bahasa Arab berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang
lain atau dari suatu kaum kepada kaum lain disebut Al-mi>rats.4 Sedangkan
makna Al-mi>~ra>ts menurut istilah yang dikenal para ulama ialah
berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli
warisnya yang masih hidup.
Waris berarti menggantikan tempat dari seseorang yang meninggal
dalam hubungan hukum harta kekayannya. Hubungan-hubungan hukum yang
lain, misalnya hubungan hukum dalam hukum keluarga5. Dalam redaksi yang
lain, Hasby Ash-Shiddieqy mengemukakan, hukum kewarisan adalah hukum
yang mengatur siapa-siapa orang yang mewarisi dan tidak mewarisi, bagian
penerimaan setiap ahli waris dan cara-cara pembagiannya. Berbeda dengan
dua definisi di atas, Wirjono Prodjodikoro menjelaskan, warisan adalah soal
apa dan bagaimana berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang
kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal akan beralih kepada orang lain
yang masih hidup.6
Waris dalam bahasa Indonesia disebut pusaka, yaitu harta benda dan
hak yang ditinggalkan oleh orang yang mati untuk dibagikan kepada yang
berhak menerimanya. Pembagian itu lazim disebut Fara>id, artinya menurut
hukum Islam ialah pembagian pusaka bagi yang berhak menerimanya.7

4

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Gema Insani Press, Jakarta,
1995), 33.
5
R Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Waris Hodifikasi, (Surabaya Airlangga University Press),
3.
6
Ahmad Rofiq , Hukum Islam di Indonesia, 355.
7
Moh Rifai, Ilmu Fiqih Islam, (CV Toha Putra, Semarang,1978), 513.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Waris adalah peralihan harta peninggalan dari seseorang yang
meninggal dunia (pewaris) kepada yang masih hidup (ahli waris), baik harta
yang ditinggalkannya, orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan
tersebut, bagian masing- masing ahli waris, maupun cara penyelesaian
pembagian harta peninggalan itu. Dalam warisan Islam, peralihan
kepemilikan harta dari seseorang kepada orang lain terjadi setelah yang
mempunyai harta meninggal dunia, dikenal dengan hukum fara>id.8
Para fuqaha mendefinisikan hukum kewarisan Islam sebagai suatu ilmu
yang dengannya dapat di yakini siapa yang menerima pusaka, siapa yang
tidak menerima pusaka, serta beragam kadar yang diterima tiap-tiap ahli
waris dan bagaimana cara pembagianya. Definisi tersebut menekankan dari
segi orang yang mewaris, orang yang tidak mewaris, besarnya bagian yang
diterima oleh masing-masing ahli waris, serta cara membagikan warisan
kepada ahli waris.9
Hukum kewarisan Islam (fara>id) adalah hukum yang mengatur
peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal kepada orang yang
masih hidup. Dalam kitab al-Mawa>ris fi al-Sya>ri’ah al-Isla>miyah karangan
Muhammad Ali Ash-Shabuni disebutkan bahwa perpindahan dari orang yang
meninggal kepada ahli warisnya tidaklah hanya harta tetapi juga mencakup
tanah dan hak-hak lain yang sah.10

8

Ibid., 2.
Rachmad Budiono, Pembaruan Hukum Hewarisan Islam Di Indonesia (Bandung: Citra
Adityabakti, 1999), 1.
10
Muhammad Ali Ash-Sahabuni, al-Mawa>ris Fial-Syar>i’ah Al-Is>lamiyah, (Da>r al-Hutub alIsla>miyah, 2005), 41.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Hak-hak ahli waris dalam hukum kewarisan Islam pada dasarnya
dinyatakan dalam jumlah atau bagian tertentu dengan angka yang pasti.
Angka pasti itu dinyatakan dalam al-Quran. Bagian angka tersebut biasa
dalam kitab-kitab fiqh disebut dengan faridah dengan bentuk jama’ fara>id.
Sehingga ulama fiqh menamakan hukum tentang pembagian warisan dengan

fara>id.

11

Agama Islam mengatur cara pewarisan itu berasaskan keadilan antara
kepentingan anggota keluarga, kepentingan agama dan kepentingan
masyarakat. Dalam ilmu fara>id selain memberi warisan kepada pihak suami
atau isteri, kedua suami isteri itu juga memberi warisan kepada
keturunannya baik secara garis lurus ke bawah, garis lurus ke atas, atau garis
ke samping, baik laki-laki atau perempuan.12
Dengan demikian, maka hukum kewarisan Islam bersifat individual.
Harena sifatnya yang individu adalah bukti nyata pengakuan waris Islam
terhadap hak seseorang terhadap kepemilikian harta warisan yang
ditinggalkan oleh pewaris. Hal ini merupakan semangat dari hak asasi bagi
manusia. Namun demikian, masih banyak tuduhan dan pertentangan bahwa
waris Islam tidak adil dan mendiskriminasi kaum perempuan. Oleh karena
itu, skripsi ini akan membahas secara khusus tentang relenvansi antara waris
dengan

hak

asasi

manusia,

tidak

pernah

membedakan

apalagi

11

Mahalliy, Syarhu Mihaj Al-Thalibin, Jilid III, (Dar Ihya’ Al-Hutub Al Arabiy, Cairo, t.t), 134135.
12
Ibid,.136.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

mendiskriminasi perempuan, tetapi sebaliknya waris Islam memberikan rasa
keadilan kepada semua ahli waris di bawah naungan Allah SWT.
2. Dasar Hukum waris
Syariat Islam telah menetapkan ketentuan mengenai pewarisan yang
sangat baik, bijaksana dan adil. Peraturan yang berkaitan dengan
pemindahan harta benda milik seseorang yang ditinggalkan setelah
meninggal dunia kepada ahli warisnya baik ahli waris perempuan maupun.
ahli waris laki-laki. Warisan atau harta peninggalan menurut hukum Islam
yaitu, "Sejumlah harta benda serta segala hak dari yang meninggal dunia
dalam keadaan bersih". Artinya, harta peninggalan yang diwarisi oleh para
ahli waris adalah sejumlah harta benda serta segala hak, setelah dikurangi
dengan pembayaran hutang-hutang pewaris dan pembayaran-pembayaran
lain yang diakibatkan oleh wafatnya si peninggal waris. Hitab suci al-Quran
telah menjelaskan semua ketentuan hukum mengenai pewarisan dengan
keterangan yang luas dan menyeluruh, sehingga tidak seorang pun dari ahli
waris yang tidak memperoleh bagian dalam pembagian warisan. Al-Quran
menegaskan secara terperinci ketentuan ahli waris yang disebut fu~ru>dul-

muqah (bagian yang ditentukan), atau bagian ashabah serta orangorang yang tidak termasuk ahli waris. Hukum-hukum waris tersebut
bersumber pada al- Quran dan Hadits, sebagai berikut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

a. Ayat-ayat Al-Quran
1) QS. An-Nisa’ (4): 7

         
          

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan. (QS. An-Nisa’ ayat 7)13
Ayat ini menjelaskan bahwa dalam hukum Islam, bukan hanya
laki-laki yang memiliki hak waris, akan tetapi perempuan juga
mempunyai hak waris dan agama juga pelindung hak-hak perempuan.
Selain itu, yang lebih utama dalam kewarisan Islam adalah pembagian
waris yang adil, bukan pada jumlahnya.14
2) QS. An-Nisa’ (4): 11

            
             

              

             

13
14

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 115.
Allamah Hamal, Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur'an (Jakarta: al-Huda, 2004), 489

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

            
            

Artinya:

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki
sama dengan bagahian dua orang anak perempuan,15 dan jika
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo
harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masingmasingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana." (QS, aN-Nisa’ Ayat 11)16

3) QS. An-Nisa’ (4): 12

             
           

             

           

              
15

Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari
perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (lihat surat an nisaa
ayat 34).
16
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Proyek Pengadaan Hitab Suci Al- Quran :
Jakarta, 1940), 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

          

              

      

Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak,
Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat
atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau
(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati
baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), Maka bagi masing masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam h

Dokumen yang terkait

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM GADAI TANAH DI KECAMATAN TAWANGMANGU Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Gadai Tanah di Kecamatan Tawangmangu.

0 3 10

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM GADAI TANAH DI KECAMATAN TAWANGMANGU Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Gadai Tanah di Kecamatan Tawangmangu.

0 2 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 13 30

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAGI HASIL PENGGARAPAN TANAH SAWAH DI DESA PALUR KECAMATAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Penggarapan Tanah Sawah Di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 2 18

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA HAK MILIK ATAS TANAH KARENA HIBAH TERHADAP AHLI WARIS YANG BERHAK Proses Penyelesaian Sengketa Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Terhadap Ahli Waris Yang Berhak Mendapatkan Harta Warisan (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyo

0 3 14

SUMPAH POCONG DALAM SENGKETA TANAH WARIS ADAT MENURUT HUKUM ADAT MINANGKABAU DAN HUKUM ISLAM.

0 1 1

ANALISIS PENDAPAT EMPAT MADZHAB TENTANG NIKAH TAHLIL : STUDI KASUS DI DESA KRANGGAN BARAT, KECAMATAN TANAH MERAH, KABUPATEN BANGKALAN.

0 6 97

”PERANAN KEPALA DESA DALAM PENYELESAIAN SENGKETATANAH SEBAGAI HAK WARIS” (Studi Penelitian di Desa Inbate Kecamatan Bikomi Nilulat Kabupaten Timor Tengah Utara)

0 6 67

BAB II KONSEP PENGGANTIAN TEMPAT AHLI WARIS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Tinjauan Umum tentang Hukum Kewarisan Islam - Analisis Yuridis Penerapan Khi Dalam Penggantian Tempat Ahli Waris/Ahli Waris Pengganti Pada Masyarakat Kecamatan

0 0 36

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAPPASANRA TANAH SAWAH DI DESA TANAH HARAPAN KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA

0 1 87