ANALISIS PENDAPAT EMPAT MADZHAB TENTANG NIKAH TAHLIL : STUDI KASUS DI DESA KRANGGAN BARAT, KECAMATAN TANAH MERAH, KABUPATEN BANGKALAN.

ANALISIS PENDAPAT EMPAT MADZHAB TENTANG NIKAH TAH}LIl di Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan? (2)Bagaimana Analisis pendapat empat madzhab tentang sahnya
nikah tah}~li>l di Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan?
Data penelitian dihimpun melalui wawancara secara langsung dengan pelaku
praktek nikah tah}~li>l dan tetangga pelaku, serta literatur pendukung yang relevan terhadap
permasalahan yang penulis angkat dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama praktek nikah tah}li>l di Desa
Kranggan Barat Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan merupakan orang-orang
yang telah mentalak istrinya sampai terjadi talak ba’in, orang yang melakukan praktek
nikah tah}~li>l rata-rata disebabkan (1) berpendidikan rendah serta masalah ekonomi
sehingga mengakibatkan timbulnya pertengkaran dan terlontar kata-kata talak dari mulut
suami. (2) karena hadirnya orang ketiga dalam keluarga, (3) orang yang melakukan nikah
maha~llil setelah istri ditalak tiga oleh suaminya, maka
cara yang di lakukan sederhana nikah sirri mengundang kerabat dekat dan tetangga.
Kedua praktek nikah tah}~li>l menurut pendapat empat madzhab tentang sahnya nikah tah}li>l
menurut Imam Abu Hanifah apabila seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang telah
ditalak tiga oleh suaminya dengan maksud agar wanita tersebut dapat dinikahi kembali
oleh mantan suaminya, maka hukum pernikahannya sah. Imam Malik berpendapat bahwa
nikah tah}li>l yang dilakukan dengan bersyarat ini dapat di fasakh. Pendapat Imam Syafi’i
dalam persoalan nikah tah}li>l, menyamakan hukum nikah tah}li>l dengan nikah mut’ah
hukumnya tidak sah, Menurut pendapat Madzhab Hambali bahwa pernikahan seorang

laki-laki dengan seorang wanita yang sudah di talak tiga oleh suaminya dengan tujuan
untuk menghalalkan wanita itu menikah kembali dengan mantan suaminya, maka
hukumnya haram.
Dapat disimpulkan bahwa pendapat emapat madzhab terhadap praktek nikah tah}li>l
ada perbedaan hukumnya ada yang mengharamkan ada yang tidak.
Saran: sabaiknya dalam membina rumah tangga harus lebih berhati-hati dalam
masalah ucapan supaya tidak sampai mengucapkan kata-kata talak kepada istrinya sampai
berulang kali, karena kata talak tetap dikatakan sah walau dalam keadaan marah.

ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ....................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ vii

ABSTRAK ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................... 8
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 13
F. Kegunaan Penelitian .................................................................. 13
G. Definisi Operasional .................................................................. 14
H. Metode Penelitian ...................................................................... 15
I. Sistematika Pembahasan ........................................................... 18

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG HUKUM NIKAH TAH}LIl ..................................... 20
1. Pengertian Nikah Tah}li>l ....................................................... 20

2. Sebab-Sebab Terjadinya Nikah Tah}li>l ................................. 28
3. Lafaz Akad Nikah Tah}li>l ...................................................... 31
4. Rukun dan Syarat Nikah Tah}li>l ........................................... 34
5. Pernikahan yang Dilarang .................................................... 36
B. Hukum Nikah Tah}li>l Dalam Pandangan Ulama’ Madzhab ..... 46

DI DESA
BAB III HASIL PENELETIAN TENTANG NIKAH TAH}LIl di Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan …………… ........................................... 60

xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH TAH}LIl di Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan ................................................................ 70
B. Analisis Pendapat Empat Madzhab Tentang Sahnya Nikah Tah}li>l Di
Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangakalan
................................................................................................... 75
BAB V


PENUTUP ...................................................................................... 85

A. Kesimpulan................................................................................ 85
B. Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama rah}matulla>h yang dititipkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk menyelamatkan manusia untuk menggapai jalan yang
lurus. Sebagai makhluk sosial dan beragama, manusia memerlukan syariat
untuk dapat mempertahankan dan menyempurnakan agamanya itu. Dengan
demikian terdapat lima hal yang merupakan syarat bagi kehidupan manusia,
yaitu: agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan. Kelima hal ini disebut dengan


d}aru>riyat al-khamsah (lima kebutuhan dasar) pada diri setiap manusia.1
Segi kehidupan yang diatur oleh Allah tersebut dapat dikelompokkan
kepada dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan lahir
manusia dengan Allah penciptanya. Aturan tentang hal ini disebut hukum
ibadah. Tujuannya untuk menjaga hubungan antara Allah dan makhluknya,
yang disebut H}ablun Min Alla>h. Kedua, hal-hal yang berkaitan dengan
hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya, yang disebut H}ablun

Min an-Na>s.Salah satu contoh H}ablun Min an-Na>s yang merupakan kebutuhan
manusia yaitu pernikahan, Ikatan penikahan merupakan ikatan suci yang
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah dan

mawaddah. Ikatan pernikahan bukan saja ikatan perdata tetapi ikatan lahir
batin antara seorang suami dengan seorang istri.
1

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 2-3.

1


1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Pernikahan menurut ajaran Islam merupakan ikatan atau perjanjian suci
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk rumah
tangga atau keluarga bahagia, kekal abadi sebagaimana yang dicantumkan
dalam Al-Qur’an Surat al-Ru>m ayat 21:

‫اجا لت ْسك وا إلْي ها وجعل ب ْي ك ْم مودةً ور ْْةً إن ي‬
ً ‫وم ْن آياته أ ْن خلق لك ْم م ْن أنْفسك ْم أ ْزو‬
ٍ ‫ذلك َي‬
‫ات لق ْوٍم ي ت فكرون‬
Artinya: ‚Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir‛(QS al-Ru>m

ayat 21):.2
Dalam Hukum islam pernikahan berasal dari kata ‚nikah‛ yang menurut
bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk
bersetubuh.3 Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
karena Negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Di sini dinyatakan dengan tegas bahwa
perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani tetapi
juga unsur batin atau rohani.4
Hikmah dari adanya pernikahan bagi laki-laki dan perempuan yang
hidup bersama dalam satu rumah tangga adalah masyarakat luas mengakui

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti,
1992), 644.
3
Rahman, Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), 7.
4
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:
Prenada Media, 2006), 43.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

secara sah sebagai suami istri dan dijatuhkan dari prasangka yang bersifat
negatif dan memojokkan, Setiap sesuatu yang telah disyariatkan dan dilarang
Allah SWT pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu, bahkan para ulama
Fiqih membahasnya dalam suatu pembahasan yaitu dalam masalah Maqa>s}id

al-Shari>’ah salah satunya adalah memelihara keturunan. Memelihara
keturunan dilihat dari segi tingkat kebutuhannya dapat dibedakan menjadi
beberapa tingkatan :
1. Memelihara keturunan dalam tingkat d}aru>riya>h seperti disyariatkannya
nikah dan larangan berzina.
2. Memelihara keturunan dalam tingkat h}ajj>i>yah, seperti ditetapkannya
menyebutkan mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan diberikan hak
talak kepada suami.
3. Memelihara keturunan dalam tingkat tabsi>ni>yah, seperti disyariatkannya
khitbah atau walimah.5

Setelah kita ketahui tentang penjabaran pernikahan, maka kita harus
ketahui juga hal yang sering terjadi dalam pernikahan yaitu perceraian. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, perceraian berarti perpisahan atau
perpecahan. Islam melarang perceraian yang bisa merobohkan sendi-sendi
keluarga dan menyebarkan aib-aibnya, melemahkan kesatuan umat dan
membuat perasan mendendam serta mengkoyak-koyak tabir kehormatan.6

5

Sapiudin, Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), 229.
Syekh Muhammad Alwi al-Maliki, Ada>b al-Isla>m fi> Niz}a>m al-Usrah, Terj. Ms. Udin dan Izzah
Sf, Sendi-Sendi Kehidupan Keluarga Bimbingan Bagi Calon Pengantin, (Yogyakarta: Agung
Lestari, 1993), 87.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4


Meskipun tidak ada ayat Al-Qur’an yang menyuruh atau melarang
melakukan talak, namun talak itu termasuk perbuatan yang tidak disenangi
Nabi Saw. Ketidaksenangan Nabi Saw kepada perceraian itu terlihat dalam
haditsnya dari Ibnu Umar menurut riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan
disahkan oleh Al-Hakim, sabda Nabi:

‫اْال اي اه‬
ْ ‫ قال رس ْول اه صلي اه عليه وسلم ابْغض‬: ‫ع ْن ابن عمر رضي اه عْه قال‬
7
)‫الطاق (روا ابو داود وابن ماجه وصححه اْاكم‬
Artinya: Ibnu Umar ra., mengatakan: Rasulullah Saw bersabda: perbuatan
halal yang sangat dibenci oleh Allah ialah talak (HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah dan disahkan oleh Al-Hakim).
Walaupun talak itu dibenci namun terjadi dalam suatu rumah tangga,
dan sebagai jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan
tertentu (darurat, logis dan argumentatif) boleh dilakukan.
Dengan melihat kepada kemungkinan bolehnya si suami kembali
kepada mantan istrinya, talak itu ada dua macam:Pertama, T}ala>q raj'i>.
Menurut Muhammad Jawad Mughniyah yaitu talak dimana suami masih
memiliki hak untuk kembali kepada istrinya (rujuk) sepanjang istrinya

tersebut masih alam masa 'idd>ah, baik istri tersebut bersedia dirujuk maupun
tidak.9 Hal senada dikemukakan juga oleh Ibnu Rusyd bahwa t}ala>q raj'i>adalah
suatu talak dimana suami memiliki hak untuk merujuk istri.10

7

Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani, Bulu>gh al-Mara>m, (Bairut: Daar al-Kutub al-Ijtimaiyah, tth),
223.
8
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 201.
9
Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala> al-Madha>hi>b al-Khamsah, Terj. Masykur, Afif
Muhammad, Idrus al-Kaff, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2001), 451.
10
Ibnu Rusyd, Bida>yah al Mujtahi>d wa Niha>yah al-Muqtas}i>d, Juz. II, (Beirut: Dar Al-Jiil, 1409
H/1989), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Dalam al-Qur'an diungkapkan bahwa t}ala>q raj'i>adalah talak satu atau
talak dua tanpa didahului tebusan dari pihak istri, dimana suami boleh rujuk
kepada istri, sebagaimana firman Allah pada surat al-Baqa>rah (2) ayat 229:

ٍ
ٍ ‫ف او تسريح بإحس‬
‫ان‬
ٌ ‫الطاق مرتان فإ ْمس‬
ْ ٌ ْ ْ ْ ‫اك ب ْعرْو‬
Artinya: Talak itu adalah sampai dua kali, sesudah itu tahanlah dengan baik
atau lepaskanlah dengan baik. (Q.S. al-Baqarah: 229)
Kedua, T}ala>q ba>'in, menurut Ibrahim Muhammad al-Jamal, t}ala>q ba>’in
adalah talak yang menceraikan istri dari suaminya sama sekali, suami tak
dapat lagi secara sepihak merujuki istrinya.11 Dengan kata lain, tala>q ba>'in
yaitu talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan suami
kembali kepada istrinya kecuali dengan nikah baru, talak ba>’in inilah yang
tepat untuk disebut putusnya perkawinan.
Sebagian madzhab berpendapat, pernikahan istri dengan suami kedua
tersebut bukanlah suatu rekayasa licik, akal-akalan, seperti nikah muh}all>i>l
(sengaja diselang). Sebagian madzhab lainnya mengatakan, hal itu dapat saja
terjadi dan halal bagi suami pertama. Berdasarkan perselisihan Madzhab
tersebut maka, perlu adanya pengertian nikah tah}li>l, dan alasan-alasan
diperbolehkannya maupun tidak.
Nikah tah}li>l artinya nikah yang dimaksudkan untuk menghalalkan bekas
istri yang telah ditalak tiga kali. Maksudnya, istri yang ditalak tiga itu
menikah semalam atau dua malam dengan seorang laki-laki agar ia bisa
11

Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqh al-Mar’ah al-Musli>mah, Terj. Anshori Umar Sitanggal,
Fiqih Wanita, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1986), 411.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kembali kepada suaminya pertama yang telah menalaknya tiga kali.12Madzhab
Maliki berpendapat bahwa nikah tah}li>lhukumnya haram dan nikahnya
batal.Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa nikah tah}li>l hukumnya sah dengan
jalan syarat dan tujuan dalam nikah tah}li>ltidak diucapkan ketika akad nikah
akan tetapi hanya diniati dalam hati, maka akad nikahnya tetap sah dan
menjadi nikah biasa. Madzhab Hambali mempunyai pandangan yang sama
dengan madzhab Maliki. Sedangkan Madzhab Hanifi berpendapat bahwa
nikah tah}li>l itu sah, bahkan muh}all>i>lbisa mendapat pahala jika motif
pernikahannya bertujuan untuk mendamaikan dan merukunkan kembali
sehingga mereka dapat menikah lagi.13
Namun demikian halnya dengan dilarangnya oleh syariat melakukan
nikah tah}li>l karena tidak memenuhi Maqa>s}id al-Shari>’ah.Pernikahan tah}li>l
atau pernikahan dengan laki-laki kedua bisa menjadi syarat agar bisa nikah
kembali suami pertama, dengan syarat :
a. Dalam pernikahan yang dilakukan harus terjadi hubungan badan antara
sang wanita dengan suami kedua.
b. Pernikahan ini dilakukan secara alami tanpa ada rekayasa dari mantan
suami maupun suami kedua. Jika ada rekayasa maka pernikahan seperti ini
disebut sebagai ‚nika>h tah}li>l‛, laki-laki kedua yang menikahi sang wanita
karena rekayasa disebut ‚muh}all>i>l‛, suami pertama disebut ‚muh}all>al lahu‛.
Dalam pernikahan tah}li>l, tidak ada sedikitpun kehendak untuk
menikahinya. Jika maksudnya untuk menggaulinya hari itu dan ada seseorang
12
13

Ibnu Mas’ud, Fiqih Madzhab Syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 302.
Ibid., 304.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

yang mengisyaratkan kepadanya untuk menceraikannya maka perbuatan ini
tidak dibolehkan, dimana ia bermaksud untuk menggaulinya selama satu hari
atau dua hari. Berbeda dengan orang menikah dengan maksud tertentu,
sementara perkaranya ada di tangannya. Dalam hal ini, tidak ada seorangpun
yang mengisyaratkan agar menceraikan istrinya.
Namun fenomena di desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan, masih adanya seseorang yang melakukan nikah tah}li>l,
dengan tujuan untuk menghalalkan perempuan yang telah ditalak tiga oleh
mantan suaminya, agar mantan suaminya dapat kembali menikahi perempuan
tersebut dikarenakan menilai adanya rasa belas kasih kepada kedua belah
pihak yang menginginkan rujuk kembali demi memenuhi rasa saling mencintai
dan membangun rumah tangga yang lebih baik (samawa), terlebih kepada
anak-anaknya yang masih membutuhkan asupan kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Adapun akad nikah tah}li>l ini dilakukan hanya dihadiri oleh beberapa
orang saja, tanpa adanya walimah atau resepsi pernikahan.
Pernikahan tah}li>l ini tanpa harus ada pencatatan perkawinan dan hanya
dilakukan dengan niat menceraikannya setelah didukhul bukan untuk niat
membentuk rumah tangga yang kekal. Faktanya, umur pernikahan tahlil yang
dilakukan ini hanya sehari semalam saja dan hanya sebatas setelah didukhul
lalu diceraikannya. Namun dalam hal ini suami kedua (muh}all>i>l) ini bukan
berniat untuk sekedar mendapat kepuasan ataupun bahkan mendapatkan upah
dari kedua belah pihak, akan tetapi ini hanya didasari karena rasa iba dan ingin
menolong kedua belah pihak supaya rujuk kembali.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Dengan latar belakang masalah yang seperti itu, maka mendorong
penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang permasalahan ini dan mencoba
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi yaitu
memilih tema ini dengan judul: Analisis Pendapat Empat Madzhab tentang
Nika>h tah}li>l (Studi Kasus di Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah, maka yang menjadi
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Praktek nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten bangkalan.
2. Deskripsi dan pengertian nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat, Kecamatan
Tanah Merah, Kabupaten bangkalan.
3. Pendapat empat madzhab tentang nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat,
Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten bangkalan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat,
Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten bangkalan.
5. Analisis pendapat empat madzhab tentang nikah tah}li>l di Desa Kranggan
Barat, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten bangkalan.
Sedangkan batasan maasalah yang menjadi titik fokus penulis dalam
penelitian ini, yaitu penulis akan mengkaji tentang:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

1. praktek nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah,
Kabupaten Bangkalan.
2. Analisis pendapat empat madzhab tentang sahnya nikah tah}li>l di Desa
Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan.

C. Rumusan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tersebut maka penulis Agar lebih praktis
dan lebih operasional dalam penelitian ini, maka rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana praktek nikah tah}li>l di Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah
Merah, Kabupaten Bangkalan?
2. Bagaimana Analisis pendapat empat madzhab tentang sahnya nikah tah}li>l
di Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan?

D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevansi dengan
penelitian yang sedang peneliti lakukan, penelitian yang dimaksud di
antaranya:
1. Penelitian yang diususun oleh Ade farid Muhsin, ‚Pelaksanaan Talak Tiga

di Desa Tanjungsari Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya Jawa
Barat dalam Perspektif Hukum Islam‛. Dalam skripsi ini membahas
tentang pelaksanaan talak tiga yang terjadi di desa Tanjungsari,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Tasikmalaya, Jawa Barat ditinjau dari sudut pandang hukum Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijtihad para ulama’ dan hal ini
terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya talak tiga, yaitu
istri terbukti berselingkuh, tidak bisa memberikan keturunan (mandul),
dank arena factor ekonomi. Faktor-faktor tersebut memang dibenarkan
oleh hukum Islam, namun dalam menjatuhkan talak seharusnya suami
hanya menjatuhkan talak satu saja dengan tujuan mempunyai sikap
kehati-hatian supaya tujuan perkawinan tidak rusak.14
2. Penelitian yang disusun oleh M. Sja’roni, Ini merupakan Jurnal yang
berjudul ‚Nikah Muh}all>il dalam Perspektif Empat Madzhab‛, dalam
jurnal ini penulis menjelaskan tentang pengertian nikah muh}all>il dan
status hukum nikah muh}all>il menurut berbagai pendapat empat madzhab,
yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali dengan membandingkan antara
pendapat madzhab satu dengan madzhab yang lain dalam penentuannya
serta argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh masing-masing
madzhab tersebut. Madzhab Hanafi membolehkan nikahmuh}all>il dan
menganggap akad nikah yang bertujuan untuk menghalalkan perempuan
yang ditalak tiga kawin kembali dengan mantan suaminya itu tetap sah.
Bahkan simuh}all>il bisa mendapat pahala jika motif pernikahannya
bertujuan untuk mendamaikan dan merukunkan kembali sehingga suami
istri yang sudah bercerai tiga kali itu dapat kawin lagi. Tetapi bila

14

Ade farid Muhsin, ‚Pelaksanaan Talak Tiga di Desa Tanjungsari Kecamatan Salopa
Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dalam Perspektif Hukum Islam‛ (Skripsi--IAIN Sunan

Ampel, Surabaya, 2010), 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tujuannya untuk menuruti dan memuaskan nafsu syahwatnya, atau ingin
menjadi profesi sebagai muh}all>il sehingga dapat menerima upah atau
bayaran, maka status hukumnya makruh tah}ri>m. Madzhab Maliki
memandang bahwa nikah muh}all>il hukumnya haram dan nikahnya batal,
baik persyaratan tah}li>l di ucapkan ketika akad nikah, maupun tujuan tah}li>l
hanya diniati dalam hati saja. Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa nikah

muh}all>il harus dilihat dari dua aspek, yaitu persyaratan tah}li>l yang
diucapkan dan tujuan tah}li>l dalam hati. Jika persyaratan tah}li>l diucapkan
ketika akad nikah maka nikahnya batal. Tetapi bila tujuan tah}li>l hanya
diniati dalam hati, maka akad nikahnya tetap sah dan menjadi nikah biasa.
Madzhab Hambali mempunyai pandangan yang sama dengan pandangan
madzhab Maliki, yaitu memandang bahwa nikah muh}all>il yang dilakukan
seorang muh}all>il baik menggunakan persyaratan tah}li>l yang disebutkan
pada waktu akad nikah, maupun hanya mempunyai maksud yang diniati
dalam hatinya saja, maka hukumnya haram, nikahnya menjadi batal dan
tidak dapat menghalalkan kembalinya wanita yang ditalak tiga itu kawin
lagi dengan mantan suaminya15
Penelitian ini berbeda dengan penelitain penulis karena dalam penelitian
penulis tentang orang yang melakukan praktek nikah tahlil istrinya tidak
boleh di jimak oleh mahallil.
3. Penelitian yang diususun oleh M. Da'in Fazani, ‚Analisis Pendapat Imam

Syafi'i tentang Sahnya Nikah muh}all>il‛. Dalam skripsi ini membahas
15

M. Sja’roni, ‚Nikah Muh}all>il dalam Perspektif Empat Madzhab‛, Qualita Ahsana, No. 3, Vol.
VII (Desember, 2005), 102-103.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tentang Nikah muh}all>il adalah nikah yang dimaksudkan untuk
menghalalkan bekas istri yang telah ditalak tiga kali. Imam Malik
berpendapat bahwa nikah muh}all>il dapat dibatalkan. Sedangkan Abu
Hanifah berpendapat bahwa nikah muh}all>il itu sah. Adapun Imam Malik
berpendapat bahwa akadnya rusak dan batal sehingga perkawinan
selanjutnya oleh mantan suami pertama tidak sah, menurut Imam Syafi'i
akadnya dianggap sah. nikah muh}all>il itu sah dan qiyas yang digunakan
Imam Syafi'i sudah tepat karena peran dan fungsi perkawinan itu sendiri
adalah untuk menghalalkan hubungan suami istri. Persoalan adanya
rekayasa dalam nikah muh}all>il adalah tidak bisa dijadikan alasan yang
kuat untuk mengharamkan nikah muh}all>il.16
4. Penelitian yang diususun oleh Sopriyanto, ‚Praktek Nikah Tah}li>l (Studi

Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin VII, Kabupaten
Bungo, Jambi)‛. Dalam skripsi ini membahas tentang praktek nikah tah}li>l
di Desa Suka Jaya oleh orang-orang yang ingin rujuk kembali dengan
setelah bercerai sampai tiga kali, pernikahan ini dilakukan seperti biasa
dan umur pernikahannya tidak berlangsung lama hanya berkisar tiga hari
sampai satu minggu. Motivasi dilakukannya nikah tah}li>l yaitu untuk
mengahalalkan kembali istri yang ditalak tiga kali oleh suaminya, hal ini
diperbolehkan karena menurut hukum adat yang berlaku di sana bahwa
salah satu yang harus dan wajib disegerakan adalah orang yang bercerai
dan ingin kembali rujuk, si muh}all>il membantu mereka melanjutkan
16

M. Da’in Fazani, ‚Analisis Pendapat Imam Syafi'i tentang Sahnya Nikah muh}all>il‛, (Skripsi—
IAIN Wali Songo, Semarang, 2010), 73.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

kehidupan rumah tangganya. Menurut hukum islam adalah haram jika
suatu syarat tah}li>l di dalam akadnya, namun jika tidak ada syarat didalam
akadnya dan bertujuan untuk membantu orang tersebut dan tidak ada
rekayasa maka nikah ini adalah sah, karena yang membatalkan suatu akad
itu adalah syarat yang diucapkan dalam suatu akad.17
Berdasarkan telaah pustaka yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu
penelitian yang telah dijelaskan tersebut belum mengungkapkan pendapat
dari empat madzhab tentang nikah tah}li>l.

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui secara spesifik bagaimana praktek nikah tah}li>l di Desa
Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan.
2. Untuk mengetahui metode atau analisis pendapat empat madzhab tentang
nikah tah}li>l.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
berguna dalam dua aspek berikut:
1. Dari segi teoritis:

17

Sopriyanto, ‚Praktek Nikah Tah}li>l (Studi Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin
VII, Kabupaten Bungo, Jambi)‛, (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 51-52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

a. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi satu diantara
khazanah keilmuan, khususnya pengertian dan praktek nikah tah}li>l
untuk peningkatan pola hidup berumah tangga.
b. Dapat memberikan pemahaman bagi para pembaca pentingnya arti
sebuah keluarga dengan landasan sakinah, mawaddah, warahmah.
2. Dari segi praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan
rujukan bagi masyarakat secara umum sebagai ilmu tentang perkawinan,
khususnya untuk praktek nikah tah}li>l yang dilakukan di Desa Kranggan
Barat, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan dengan ditinjau
dari pendapat empat madzhab yang mana nantinya ditemui suatu
kesepakatan hukum di dalamnya.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah memahami judul skripsi ini, penulis akan
menguraikan maksud dari variabel penelitian tersebut. Adapun yang perlu
dijelaskan dalam definisi operasional tersebut adalah:
1. Empat Madzhab : Nikah tah}li>l, terdapat perbedaan pendapat antara
madzhab yang satu dengan madzhab yang lain, terutama empat
madzhab yaitu; Madzhab Maliki,madzhab Syafi’i, madzhab Hambali,
dan madzhab Hanafi.
2. Nikah tah}li>l : adalah salah satu bentuk pernikahan seorang laki-laki
dengan seorang wanita yang sudah ditalak tiga oleh suaminya semalam
atau dua malam dengan tujuan agar wanita itu dapat nikah kembali

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

dengan mantan suaminya setelah suami yang kedua menceraikannya
dan sudah menjalani masa iddahnya.

H. Metode Penelitian
Metode penelitan bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan cara pemecahannya.18 Metode penelitian dalam skripsi ini
merupakan jenis penelitian hukum normatif doctrinal yaitu dengan jalan
melakukan penelitian terhadap sumber-sumber tertulis, maka penelitian ini
bersifat kualitatif. Penelitian yang difokuskan untuk menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dijadikan
sumber informasi, untuk menganalisa data secara non-statistik. Sedangkan

Library Research menurut Sutrisno Hadi, adalah suatu riset kepustakaan atau
penelitian murni. Dalam penelitan ini dilakukan dengan mengkaji dokumen
atau sumber tertulis seperti kitab/buku, majalah, dan lain-lain.
Metode penelitian ini memuat uraian tentang:
1. Data yang dikumpulkan
Terkait dengan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian
ini data yang dikumpulkan yaitu:
a. Data tentang pelaksanaan praktik nikah tah}li>l

18

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), 21-22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Data tentang pendapat dari empat madzhab mengenai sahnya
nikah tah}li>l
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber primer dan
sumber sekunder, yaitu:
a. Sumber primer adalah data yang diperoleh langsung terhadap
tokoh terkait, seperti pelaku nikah tah}li>l, tokoh agama dan tokoh
masyarakat.
b. Sumber sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan
judul di atas, di antaranya: Al-Qur’an; buku-buku teks yang ditulis
oleh para ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum,
Kitab-kitab seperti: Kitab Fiqh empat madzhab karangan

Abdurrahman Al-Jaziri, S}ahi>h al-Bukha>ri>; S}ahi>h Musli>m; Fath} alMu'i>n; Bida>yah al-Mujtah}i>d wa Nih}a>yah al-Muqtas}i>d; Kifa>yah alAkhya>r; Subu>lus Sala>m; Fiqh} al-Sunn>ah, dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh semua data yang dibutuhkan, digunakan alat
pengumpul data sebagai berikut:
a. Wawancara, bentuk komunikasi atau percakapan antara dua orang
atau lebih guna memperoleh informasi. Seorang peneliti bertanya
langsung kepada subjek atau responden untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan guna mencapai tujuannya dan
memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penelitian.19 Wawancara ini berupa indept interview (wawancara
yang mendalam) terhadap beberapa orang informan yang terkait
dengan perihal tema penelitian ini, seperti pelaku, tokoh agama,
serta masyarakat setempat.
b. Studi

kepustakaan,

menggunakan

metode

library research

(penelitian kepustakaan) yaitu suatu kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan menghimpun data dari literatur, dan literatur
yang digunakan tidak terbatas hanya pada buku-buku tapi berupa
bahan dokumentasi, agar dapat ditemukan berbagai teori hukum,
dalil, pendapat, guna menganalisa masalah, terutama masalah yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dikaji.
4. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, dilakukan dengan cara mengedit data,
lalu data yang sudah diedit tadi dikelompokkan dan diberikan
pengkodean

dan

disusun

berdasarkan

kategorisasi

dan

diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang dirumuskan secara
deduktif. Dari data yang sudah diperoleh tersebut selanjutnya
dianalisis secara kualitatif.20
5. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, maka penulis akan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan metode analisis deskriptif deduktif,

19

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 113.
Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
135.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

yaitu bermula dari hal-hal bersifat umum yaitu berupa buku-buku
atau kitab-kitab maupun Undang-undang yang menjelaskan tentang
hukum Islam, khususnya yaitu dalam hal perkawinan, kemudian
merujuk atau mengerucut kepada nikah tah}li>l. Dari hasil analisis
inilah

diharapkan

menjadi

suatu

jawaban

dari

gambaran

permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa
lebih lanjut untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Adapun
pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku
Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Ekonomi
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel tahun 2015.21

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dan penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab
yang masing-masing menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam
satu

kesatuan

saling

mendukung

dan

melengkapi.

Maka

Penulis

mengklasifikasikan dan menjelaskan permasalahan dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.

21

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi,
(Surabaya: Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014),
5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Bab Kedua, merupakan tinjauan umum tentang nikah tah}li>lyang
meliputi pengertian definisi nikah tah}li>l, Sebab-sebab terjadinya nikah tah}li>l,
lafadz nikah tah}li>l,rukun dan syarat nikah tah}li>l, pernikahan yang dilarang,
serta hukum nikah tah}li>ldalam pandangan ulama’ madzhab.
Bab Ketiga, merupakan penjelasan letak geografis daerah tempat
penelitian penulis, yaitu profil desa dan kasus nikah tah}li>lyang meliputi
deskripsi nikah tah}li>l, latar belakang adanya nikah tah}li>l.
Bab Keempat, merupakan analisi hasil penelitian, Penulis menguraiakan
secara rinci latar belakang faktor-faktor penyebab dan proses pelaksanaan
praktik nikah tah}li>ldi Desa Kranggan, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten
Bangkalan, serta menganalisis lebih mendalam pendapat empat madzhab
tentang nikah tah}li>l.
Bab Kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG HUKUM NIKAH TAH}LI>L

A. Tinjauan Umum NikahTah}li>l
1. Pengertian Nikah Tah}li>l
Kata kawin (nikah) dapat didekati dari tiga aspek pengertian (makna),
yakni makna Lughawi, makna Ushuli (syar’i), dan makna Fiqhi (hukum).1
Menurut makna lughawi, dalam bahasa Indonesia, kawin diartikan
dengan (a) menikah, (b) bersetubuh, (c) berkelamin (untuk hewan).2 Dalam

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kawin diartikan dengan ‚menjalin
kehidupan baru dengan bersuami atau beristri, menikah, melakukan
hubungan seksual, bersetubuh.3
Sedangkan menurut literature Fiqih berbahasa Arab, disebut dengan
dua kata yaitu nikah ( ‫ ) نكح‬dan zawaj ( ‫) زواج‬. Kedua kata ini yang terpakai
dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam AlQur’an dan hadits Nabi.4
Dan kata nakaha banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin
seperti halnya terdapat dalam Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 3:

1

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 41
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 398
3
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Cita Media Pres, t.t.), 344.
4
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahah dan
Undang-undang Perkawinan , 35.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

‫َا‬
ْ
َ َ ََٰۡ
ۡ
‫ه ْ َ َ َ َ ه‬
َ َ ‫كݗ كم َقݚ ٱلنك ق َساكءق َم ۡث َ ٰ َ ه َ َ َ ه‬
ٰ ‫ِن خ ۡقݍ هܢ ۡݗ أَ هت ۡݐس هقطݠا قِ ٱۡت‬
‫كحݠا ما طاب ل‬
‫م فٱن ق‬
ۖ‫َ وث ٰܣ وربٰع‬
ْ ‫َ ۡ ۡ ه ۡ َ ا َ ۡ ه ْ َ َ َ ً َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ه ه ۡ َٰ َ َ ۡ َ ٓ َ ا َ ه‬
)3 : ‫َ أَ ت هعݠ ݠ ا( ل ساء‬
‫فإقن خقݍܢݗ أَ تع قد ݠا فوٰحقدة أو ما لݓܠ أي ٰنك ۚݗ ذ قݑ أد‬
Artinya:‚Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim,
maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi,
dua, tiga, atau empat orang dan jika kamu takut tidak akan berlaku
adil cukup satu orang saja‛.5
Menurut Amin Suma, mengutarakan secara harfiah bahwa; an-nikah
berarti ( ‫) لو ء‬, ( ‫) لج ع ( ) ل م‬.6Al-wath’u berasal dari kata ‫ و أ‬- ‫ يطأ‬-‫و أ‬,
artinya berjalan diatas, melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki,
menggauli dan bersetubuh atau bersenggama.7 Seperti halnya kata nikah
yang terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 230;

َ َ َ
‫ا‬
َ ۡ ‫َ تَنݓ َقح َز ۡو ًجا َغ‬
ٰ ‫فَإقن َطل َݐ َݟا فََ َ ُقݔ هلۥ قم ۢݚ َب ۡع هد َح ا‬
)032 : ‫ۡههۥ(البقرة‬
Artinya: ‚maka jika suami menalaknya (setelah talak dua kali), maka
perempuan itu tidak boleh dinikahinya hingga perempuan itu kawin
dengan laki-laki lain‛.8
Dari ayat di atas mengisaratkan kawin (nikah) mengandung arti
hubungan kelamin bukan hanya sekedar akad nikah saja karena ada
penjelasan lain dari hadits Nabi bahwa setelah akad nikah dengan laki-laki
kedua perempuan tersebut belum boleh dinikahi kembali oleh mantan

5

Al-Qur'an dan Terjemahannya,(Madinah: Proyek Percetakan Al-Qur'anul Karim Kepunyaan Raja
Fahd Maddina Al-Munawarah, t.t.), 115.
6
Amin Suma, Hukum..., 43
7
Ahmad Warson Munawir, AL-Munawir Qamus Arab – Indonesia, (Yogyakarta: Pondok
Pesantren AL-Munawir, 1984), 1671-1672
8
Al-Qur’an dan tarjamahnya..., 56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

suaminya yang pertama, selama suami yang kedua belum melakukan
hubungan kelamin dengan perempuan tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan kata perkawinan dengan makna nikah
dalam kontek syar'i seperti yang diungkapkan oleh ulama' fiqih, terdapat
berbagai rumusan yang satu sama lain berbeda akan tetapi memiliki ma'na
dan maksud yang sama, misalnya ta'rif nikah yang diberikan oleh empat
madzhab yang masyhur (Hanafiyah, Syafi'iyah, Malikiyah dan Hanbaliyah),
yaitu definisi nikah menurut madzhab hanafiyah nikah adalah: ‚Akad yang
memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang
secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan wanita, terutama guna
mendapatkan kenikmatan biologis‛. Sedangkan menurut madzhab-madzhab
Syafi’iyah, nikah dirumuskan dengan ‚akad yang menjamin kepemilikan
untuk bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal) ‚‫ ال كاح‬atau ‫; اْو التزويج‬
atau turunan (makna) dari keduanya‛. Sedangkan madzhab Malikiyah,
perkawinan (pernikahan) adalah: ‚sebuah ungkapan (sebutan) atau title bagi
suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan
(seksual) semata-mata‛. Sedangkan madzhab Hanbaliyah mendefinisikan
nikah adalah ‚akad yang menggunakan lafaz ‫ ال كاح‬yang bermakna ‫اْو التزويج‬
dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang‛.9
Sedangkan menurut sebagian fukaha perkawinan ialah;

‫ع ْقد ي تضمن اباحة وطْئ بل ْفظ ال كاح او الت ْزويْج ا ْومع ا ها‬
9

Abdurrohman Al-Jaziri, Alfiqih 'Ala Madzahib Al Arba'ah juz IV, (Bairut: Darul Fikkri, 1424
H/2003 M), 4-5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Artinya; "Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehen hubungan
kelamin dengan lafadl nikah atau ziwaj atau yang semakna dengan
keduanya itu.10
Sedangkan ‚Nikah muh}all>i>l‛ ialah seorang laki-laki menikahi seorang
wanita dengan syarat, apabila nanti mereka telah bersetubuh11, maka tidak
ada lagi ikatan pernikahan diantara mereka. Atau, laki-laki itu menikahi
wanita tersebut dengan tujuan agar wanita itu ‚halal‛ dinikahi kembali oleh
suami sebelumnya yang telah menjatuhkan talak tiga. Ini bila syarat itu di
sebutkan dalam akad. Selain itu, nikah muh}all>il> ini mengimplikasikan
putusnya tali pernikahan tanpa adanya usaha mewujudkan tujuan pernikahan
itu sendiri. Ini menyerupai nikah mut’ah. Padahal, mewujudkan tujuan
pernikahan merupakan hakikat akad nikah.12
Secara etimologi tah}li>l berarti menghalalkan sesuatu yang hukumnya
adalah haram.Kalau dikaitkan kepada perkawinanakanberarti perbuatan yang
menyebabkan seseorang yang semula haram melangsungkan perkawinan
menjadi boleh atau halal.
Orang yang dapat menyebabkan halalnya orang lain melakukan
perkawinan itu disebut muh}all>i>l, sedangkan orang yang telah halal
melakukan perkawinan disebabkan oleh perkawinan yang dilakukan muh}all>i>l
dinamai muh}all>a>lah. Nikah tah}li>l dengan demikian adalah perkawinan yang
10
Depag RI, Ilmu Fiqih Jilid II, (Jakarta; Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1982/1983), 48.
11
Sebagian ulama ada mensyaratkan setelah bersetubuh, dan ada pula tidak mensyaratkan
keduanya bersetubuh, sehingga pernikahan ini juga disebut ‚nikah muh}all>il ‛.
12
Wahbah zuhaili Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar,diterjemahkan dalam fiqh imam syafi’I
2,penerjemah Muhammad afifi,abdul hafiz, (Jakarta: Almahira, 2010),510.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dilakukan untuk menghalalkan orang yang telahmelakukan talak tiga untuk
segera kembali kepada istrinyadengan nikah baru.13
Nikah tah}li>ladalah menikah seorang wanita yang ditalak tiga dengan
syarat setelah sisuami kedua menghalalkannya (menggauli) bagi suami
pertama, maka suami kedua mencerai wanita tersebut.14Menurut Sayyid
Sabiq dalam bukunya fikih sunnah nikah muh}all>i>l adalah seorang laki-laki
yang menikahi perempuan yang sudah ditalak tiga kali dan sudah habis masa
iddahnya dan dia melakukan dukhul (hubungan suami istri) dengannya,
kemudian mentalaknya supaya perempuan itu halal dinikahi oleh suami yang
pertama.15
Selanjutnya Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayah al-Mujtahid,
mendefenisikan nikah muh}all>i>l sebagai berikut:Adapun nikah muh}all>i>l yaitu
yang dimaksud dengan nikahnya untuk menghalalkan istri yang ditalak tiga
itu.16Dalam ensiklopedi Islamdijelaskan bahwa nikah muh}all>i>l adalah
seseorang yang mengawini perempuan yang telah ditalaktiga oleh suaminya
dan masa iddahnya sudah habis dengan dimaksud agar perempuan ini
nantinya, jika telah ditalak pula, halal dikawini suami sebelumnya17
Menurut Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, pernikahan muh}all>i>l
adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan wanita yang

13

Amir Syarifuddin, HukumPerkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), 103-104.
Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, SyarahBulughulMaram, (Jakarta: Pustaka
Azzam,2006), .354.
15
Sayyid Sabiq, Fikihsunnah, Alih Bahasa, LeliShofa, Moh. Abidun, Mujahidin Muhayan,
(Jakarta: P.T. Pena aksara, 2009), 507.
16
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid,(Bairut: Daar al-Fikri,tt), Juz II, 44.
17
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT IchtiarBaru, 2000), Jilid III,
254.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

telah ditalak tiga kali (oleh suami pertamanya) setelah selesai masa iddahnya
yang kemudian mentalak kembali agar halal dinikahi oleh suaminya yang
pertama.18

Tah}li>l artinya menghalalkan, maksud yang dikehendaki menurut ilmu
fiqh ialah suatu bentuk perkawinan yang semata mata untuk menghalalkan
kembalinya suami kepada mantan istrinya, akibat dari hak rujuk setelah
talak ketiga.Demikian ini sesuaidenganfirman Allah dalam surat AlBaqarahayat 230.

َ ‫َۡ ه َ ا َ َ َۡ ً َ َۡه َ َ اَ َ ََ ه َ َ َ َ ك‬
َ َ َ
‫ا‬
ٰ ‫فَإقن َطل َݐ َݟا فََ َ ُقݔ هلۥ قم ۢݚ بعد ح‬
‫اح عل ۡي قݟ َݙا أن‬
‫َ تنݓقح زوجا غۡهۥ فإقن طلݐݟا فَ جن‬
َ
َ َ
‫َََ َ َك َ اك َ ه َ ه ه َ ا َ ۡ َ ه ه ا‬
‫يَاجعا إقن ظنا أن يݐقيݙا حدود ٱل ق وت قلݑ‬
٠ ‫ح هدود ٱل ق يهبَ كي ق هن َݟا ل قݐ ۡݠ ٖم َي ۡعل هݙݠن‬
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua),
Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin
dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami
pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah
hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau)
Mengetahui. (QS, Al-Baqarah ayat 230).
Seperti yang dijelaskan dalam hadits yang berbunyi: artinya:
‛Rasulullah SAW, melaknat muh}all>il dan muh}all>il lahu.‛

‫وعن ابن مسعود رضي اه ع ه قال لعن رس ْول اه صلى الله علْيه وسلم امحلّل والْمحلل له‬
)‫(روا ال سائ والرمذى‬
Artinya: ‛Dari Ibn Mas'ud r.a berkata: Rasulullah Saw melaknat orang lakilaki yang menikahi sorang perempuan dengan tujuan agar
perempuan itu diperbolehkan menikah kembali dengan suami
18

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, fiqhu As-Sunnah An-Nisa’. Diterjemahkan oleh; Beni
Sarbeni, Ensiklopedi Fiqih Wanita, 2008. Bogor; Tim Pustaka Ibnu Katsir, jilid 2, cet-1, 245.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

pertama (mu