MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA : ANALISIS PELAYANAN KONSELING KARIR.

(1)

MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN

PENDERITA

SKIZOFRENIA

LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA

(ANALISIS PELAYANAN KONSELING KARIR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos I)

Disusun Oleh:

Helpia Kholis

(B03211009)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(2)

MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN

PENDERITA

SKIZOFRENIA

LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA

(ANALISIS PELAYANAN KONSELING KARIR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos I)

Disusun Oleh:

Helpia Kholis

(B03211009)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Helpia Kholis (B03211009). Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya.

Fokus penelitian ini adalah (1). Bagaimana proses pelaksanaan model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia oleh Liponsos di Keputih Surabaya. (2). Bagaimana hasil akhir dari model konseling karir yang diberikan oleh pihak Liponsos terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati dengan metode yang ditentukan. Dalam analisis ini, peneliti menggunakan pola pikir yang sesuai dengan fakta-fakta di lapangan tentang Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya

Hasil penelitian menunjukan dalam aplikasi Model konseling karir terhadap mantan penderita skizofrenia liponsos di Keputih Surabaya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai konselor pembimbing menerapkan proses konseling karir terhadap klien terlihat ketika pembimbing mengarahkan klien saat klien mengalami kecemasan saat memilih pekerjaannya . Dari analisis peneliti pembimbing menggunakan konseling keterampilan sebagai alat komunikasi terhadap klien dan sebagai pemilihan pekerjaan yang cocok bagi klien. Dalam konseling Keterampilan ini klien dapat berproduktif dan berpenghasilan dari hasil keterampilan yang dibuatnya.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN ORENTISITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematis Pembahasan ... 24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSELING KARIR DAN SKIZOFRENIA ... 26

A. Konseling Karir ... 26

1. Pengetian Konseling Karir ... 26

2. Tujuan Konseling Karir ... 28

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Karir... 30

4. Proses Konseling Karir ... 36

5. Model Konseling Karir ... 38

B. Skizofrenia ... 41

1. Pengertian Skizofrenia ... 41

2. Faktor Penyebab Skizofrenia ... 45

3. Gejala-gejala ... 48


(8)

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 51

BAB III APLIKASI MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA ... 56

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 56

1. Sejarah Berdirinya Liponsos ... 56

2. Deskripsi Konselor ... 62

3. Deskripsi Pembimbing Liponsos ... 62

4. Deskripsi Klien ... 66

5. Deskripsi Masalah... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68

1. Proses Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya ... 68

2. Hasil dari Proses Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya. ... 72

BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA ... 83

A. Analisis Proses Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya ... 83

B. Hasil dari Proses Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia di Keputih Surabaya... 88

BAB V PENUTUP ... 92

A. KESIMPULAN ... 92

B. SARAN ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riset dasar kesehatan nasional tahun 2007 menyebutkan sekitar satu juta orang di indonesia mengalami gangguan jiwa berat, sedang 19 juta orang lainnya menderita gangguan jiwa ringan hingga sedang. Belum ada angka yang lebih mutahir dari riset ini namun menurut tren global seperti ramalan WHO, jumlah penderita sakit mental akan terus meningkat hingga mencapai 450 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2013.1

Meraka yang tidak sehat secara mental adalah individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dalam 4 area kehidupan. Pertama, tidak mampu bersosialisasi dengan baik. Kedua, menggalami gangguan secara emosi, di antaranya depresi, mudah cemas, dan gangguan emosi karena gangguan seksual. Ketiga, mereka yang mengalami gangguan tidur (insomnia), tidak mampu mengontrol berat badannya dan merusak tubuh lewat kebiasaan merokok berlebihan, minum alkohol dan zat adiktif lainnya. Keempat, mudah mengalami kelelehan dan kebosanan yang sangat dalam bekerja atau bekerja dengan berlebihan (workaholic).

Gangguan jiwa sangat banyak jenisnya seperti psikoanalitik, stress, depresi, skizofrenia dan lain sebagainya. Namun, pada penelitian ini saya akan menjelaskan tentang skizofrenia, orang-orang awam menyebutnya

“gila”, adalah sekelompok reaksi psikotis dengan ciri-ciri pengenduran diri

1


(10)

2

dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan afektif yang kadang kala disertai halusinasi dan delusi serta tingkah laku yang negatif atau merusak. Skizofrenia adalah penyakit di mana kepribadian seseorang mengalami keretakan alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang normal, alam pikiran, perasaan dan perbuatan ada kaitannya atau searah, tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus baik satu atau semuanya. Indikator premorbid (pra sakit) pre skizofrenia antara lain: ketidak mampuan seseorang mengekspresikan emosi : wajah dingin, jarang senyum, acuh tak acuh2.

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang bisa disembuhkan dengan perawatan medis seperti psikiater dan farmatologi, konseling tidak bisa menyembuhkan penyakit ini. Namun, apabila pasien sudah sembuh maka konselor bisa memberikan proses konseling terhadap pasien mantan penderita skizofrenia, dalam hal ini masalah karir atau pekerjaan, karena terkadang seorang yang mengalami gangguan jiwa seperti skizofrenia ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan kemampuannya dan rentannya penyakit ini akan kambuh lagi pada diri mantan skizofrenia, apabila orang tersebut merasa tertekan dengan pekerjaan maka penyakit itu akan kambuh dan orang tersebut akan menjadi stress.

Akan tetapi hal tersebut sering menimbulkan masalah bagi klien, masalah yang dimaksud adalah kondisi yang tidak diinginkan dan menyimpang yang tidak semestinya dan mendorong untuk dipecahkan.

2

. Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme,(jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2008) hal: 7-10.


(11)

3

Pemerintah memberikan sarana dan pra sarana untuk masyarakat yang mengalami kekurangan yang kurang beruntung yang bernaungan di Dinas Sosial yaitu Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) Keputih Surabaya adalah tempat yang didalamnya menampung, membina dan memperdayakan orang-orang yang kurang beruntung seperti, Gepeng, orang penyakit jiwa (Skrizofrenia), PSK, dan orang jompo.

Di samping kelompok somatogenik dan psikogenik terdapat kelompok lain yaitu sosiogenik dan gabungan dari beberapa teori yang lain. Kelompok sosiogenik mengatakan bahwa timbulnya skizofrenia dipengaruhi oleh faktor kemiskinan dan beban psiko sosial yang berat.3.

Maka dari itu setiap orang yang tinggal di Liponsos memerlukan pembinaan pekerjaan untuk bisa bekerja produktif dalam menghasilkan suatu karya ketrampilan kemudian bisa menjadikan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhannya di sini peran konseling karir oleh pihak Liponsos untuk memberikan arahan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan atau potensi yang di miliki setiap individu dalam hal ini adalah mantan penderita skrizofernia Liponsos di Keputih Surabaya.

Dari sini keterampilan berpengaruh untuk mengetahui bakat yang dimiliki oleh seseorang sehingga keterampilan sangat bisa menunjang usaha dan menghasilkan investasi bagi setiap orang misalnya seorang yang mengalami despresi dan stress dia diberikan kesibukan untuk menghasilkan suatu karya seperti bisa membuat keterampilan membuat keset, taplak

3


(12)

4

meja, bross. Keterampilan ini juga bermanfaat sebagai terapi bagi mantan penderita skizofrenia agar dia bisa melupakan masalah yang ada pada dirinya. Dan dari hasil keterampilan yang dibuat oleh mantan penderita skizofrenia tersebut dapat digunakan sebagai modal usaha kecil yang sebagai pekerjaan bagi mantan penderita tersebut.

Pentingnya konseling karir dalam memberikan bimbingan konseling pekerjaan (karir) bagi mantan penderita skizofrenia. Karena akibat gangguan jiiwa ini negara mengalami kerugian pada tahun 1997 adalah Rp 31 trilliun\tahun karena hilangnya produktivitas rakyat mengalami gangguan jiwa.4

Pada hakikatnya manusia tidak bisa terlepas dari suatu problem, baik problem bersifat fisik, psikis, keluarga, sosial dan juga religius. Problem ini pasti menuntut adanya penyelesaian, akan tetapi problem tidak bisa diselesaikan oleh individu yang mempunyai problem pada dirinya sendiri, melainkan individu tersebut membutuhkan seseorang yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dalam hal ini adalah masalah pekerjaan, karena setiap orang dalam masyarakat membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya. Dalam hal ini setiap individu harus mampu untuk membuat suatu rencana atau keputusan sendiri dalam mempersiapkan karir dimasa depannya. Seperti di uraikan dalam QS. (At-Taubah ayat 105) yang berbunyi:

4


(13)

5                        

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.5

Setiap orang dapat memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya antara kemampuan dengan lingkungan hidupnya, memperoleh keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidupnya. tugas seorang konselor adalah memberikan arahan kepada seorang pekerja untuk mencari bakat yang dimilikinya dan menyesuaikan pekerjaannya sesuai dengan kesenangannya agar dia merasa nikmat dan nyaman dalam pekerjaaannya.6

Dalam setiap memberikan bantuan kepada seseorang dalam memecahkan masalah karirnya konselor harus mengetahui kemampuan dan bakat klien agar kita dapat memilihkan apa yang tepat dia pilih dalam melakukan pekerjaan maka seorang konselor memiliki metode khusus dalam menentukan penempatan pekerjaan yang cocok dalam melakukan pekerjaan. Seperti QS. Yusuf [12]:67 yang berbunyi:

                                            

Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang

5

. Alwasin, Alqur’an Tajwid Kode, Transliterasi Per kata, Terjemah Per Kata,(Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013) hal 203

6

. Mohammad Surya, Dasar-dasar Bimbingan Konseling (teori dan konsep), (Yogyakarta:Kota Kembang,1988), hal 32


(14)

6

berlain-lain; Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".7

Sifat dan ciri konseling karir/bimbingan pekerjaan8.

a. Bimbingan pekerjaan adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu individu agar dapat menumbuhkan gambaran dirinya. Gambaran itu mempunyai ciri integritas artinya bahwa ia bebas dari pertentangan atau perlawanan atau kerusakan.

b. Bahwa bimbingan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang bertujuan juga untuk menolong individu untuk menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya dalam dunia pekerjaan, peranan tersebut sesuai dengan kemungkinannya yang bermacam-macam.

c. Konseling pekerjaan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk menolong individu untuk mencoba dan menyelami gambaran yang dibuatnya bagi dirinya dan peranannya dalam lapangan hidup nyata. Yang berarti bahwa bimbingan pekerjaan memberikan kepadanya kesempatan untuk mencoba dan memilih dalam suasana yang cocok.

d. Bahwa konseling pekerjaan akhirnya bertujuan untuk menolong individu untuk mencapai gambaran tentang dirinya dalam lapangan pekerjaan. Demikian itu dapat membawanya kepada

7

. . Elfi Mu‟awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah dasar,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009, cet1), hal 83-89.

8

Sttia dan Mahnoudhana, BimbinganPendidikan Dan Pekerjaan, (Jakarta:Bulan Bintang,1978) , hal:65


(15)

7

terjaminnya kebahagiaan bagi dirinya dan manfaat bagi masyarakat.

Dari penjelasan di atas seorang mantan gangguan mental skizofrenia sangatlah butuh konseling dalam prosess penyembuhan mentalnya agar mereka bisa berproduksi di masa depannya. Dalam melakukan terapi kepada klien mantan penderita skizofrenia maka seorang penerapis tentunya memiliki model (cara) khusus untuk berkomunikasi dengan klien agar hubungan konseling antara konselor dan klien bisa terjalin dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan pada tema di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia oleh Liponsos di Keputih Surabaya? 2. Bagaimana hasil akhir dari model konseling karir yang diberikan oleh

pihak Liponsos terhadap seorang mantan penderita skizofrenia?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan utama penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia oleh Liponsos di Keputih Surabaya.


(16)

8

2. Untuk mengetahui hasil akhir dari model konseling karir yang diberikan oleh pihak Liponsos di Keputih Surabaya terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.

D. Manfaat Penelitian

Dari permasalahan di atas, penelitian ini diharapkan mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk peneliti maupun pembaca, paling tidak untuk dua aspek:

1. Manfaat Teoritis

a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta sumbangan pemikiran tentang model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan Bimbingan Konseling Islam tentang model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk mengetahui model konseling karir yang tepat dalam mengatasi seorang mantan skizofrenia.

b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi dari sejumlah kosep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Model


(17)

9

Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Skizofrenia LIPONSOS di Keputih Surabaya”. Adapun definisi konsep dari penelitian antara lain: 1. Model Konseling Karir

Konseling karir adalah merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir, untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya antara kemampuan dengan lingkungan hidupnya, memperoleh keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidupnya9. Maka tugas seorang konselor memberikan arahan kepada klien untuk mencari bakat yang dimilikinya dan menyesuaikan pekerjaannya sesuai dengan minat klien, sehingga klien merasa enjoy dan nyaman serta tidak mengalami ketertekanan dalam melakukan pekerjaannya.

Menurut Sutirna model konseling dibagi menjadi 3 yaitu: Directive Counseling, Non Directive Counseling dan Elective Counseling. Dari penelitian ini ingin menjelaskan tentang model konseling karir yang diberikan oleh konselor dari pihak liponsos dalam melakukan pembinaan pelatihan keterampilan pekerjaan terhadap seorang mantan penderita skizofrenia dan bagaimana model konseling yang diberikan agar klien bisa melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat yang ia miliki.

9

. Mohammad Surya, Dasar-dasarBimbinganKonseling (teori dan konsep), (Yogya Karta:Kota Kembang,1988), hal 32


(18)

10

2. Skrizofrenia

Skizofrenia adalah penyakit di mana kepribadian seseorang mengalami keretakan alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang normal, alam pikiran, perasaan dan perbuatan ada kaitannya atau searah, tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus baik satu atau semuanya.10 Jadi skizofrenia adalah gangguan kejiwaan seseorang, sakit ini bisa disebabkan oleh sosial, genetik maupun lingkungan keluarga yang bisa membuat orang tersebut merasa tidak nyaman sehingga orang tersebut tertekan dan mengalami stress dan menjadi despresi berat.

Kemudian timbulnya penyakit ganguan jiwa yang dimaksud Skizofrenia yang mana penyakit ini tidak bisa disembuhkan dengan cara konseling namun bisa disembuhkan oleh ahli psikoterapi dan Farmakoterapi. Setelah penderita skizofrenia dinyatakan sembuh maka konseling juga bisa berperan untuk memberikan terapi seperti memberikan konseling tentang karir terhadap mantan skizofrenia terapi ini berfungsi untuk memberikan kesibukan bagi mantan skizofrenia agar tidak mengingatkan masalah berat yang dia alami. Karena skizofrenia ini adalah penyakit mental yang suatu saat akan kambuh lagi. Adapun penelitian di lapangan pada konseli yang bernama bu Erna (klien) dia memiliki ciri-ciri seperti pandangannya tidak fokus, bicaranya suka ngelantur dan tak terarah, suka ketawa sendiri, sering

10

. Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2008), hal: 5-7


(19)

11

melamun dan dia berhalusinasi seakan-akan dia menjadi anak dari orang arab.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.11 Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya12 terhadap model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya.

Selanjutnya, untuk dapat memberikan diskripsi yang baik, dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Akan diterapkan tahap-tahap terdiri atas.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.13

Jadi dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengamati serta menggambarkan bagaimana penanganan yang dilakukan oleh Liponsos terutama oleh pembimbing yang menangani mantan penderita

11

. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:ALFABETA,Cet.XIV,2011), hal 6.

12

. Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 28

13

. LexyJ. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 6.


(20)

12

skizofrenia dalam memberikan pelatihan dan bimbingan rohani. Kemudian di analisa kedalam konseling karir oleh peneliti

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah Seorang Mantan Penderita Skizofrenia dan Pembimbing Keterampilan.

Nama lembaga : DINAS SOSIAL (LIPONSOS) Alamat Lembaga : JL. Keputih Tegal No.32 Surabaya 3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah: 1) Data Primer

Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.14 Data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh langsung dari latar belakang lembaga, konselor, pembimbing dan klien yang akan diteliti oleh peneliti, proses model konseling serta

14


(21)

13

hasil akhir konseling karir yang diberikan oleh Liponsos terhadap seorang mantan penderita skizofrenia (data tentang ibu Erna)

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer dan dapat diperoleh dari luar objek penelitian.15 Atau data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.16Data penelitian ini yang menjadi sumber data skunder adalah data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan melengkapi informasi terkait dengan objek penelitian, baik yang berbentuk buku, karya tulis dan dokumentasi data tertulis yang ada pada Liponsos di Keputih Surabaya.( bu Erni selaku TU liponsos) b. Sumber Data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini agar mendapatkan data yang kongkrit, yang dimakasud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.17

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh peneliti di lapangan yaitu informasi dari pihak LIPONSOS yang memberikan konseling karir terhadap

15

.Moh Nazir, Metodelogi Penelitian (Jakarta:Ghalia Indonesia,1998), hal. 235.

16

.Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif

(Surabaya:Airlangga University Press,2001), hal. 128.

17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2002), hal 107.


(22)

14

seorang mantan skizofrenia. dalam penelitian ini saya mengambil sumber langsung dari bu Erna selaku mantan penderita skizofrenia liponsos di Keputih Surabaya dan Pak Supardi (Pembimbing Keterampilan).

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari literatur serta petugas Lembaga LIPONSOS. Saya mengambil dara langsung dari bu erni (TU), pak Topan (psikiater), bu wiwik (pendamping pembina) dan bu Sri (Kepala UPTD Liponsos).

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahap dalam penelitian. Sebagaimana yang telah ditulis oleh Lexy.J.Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif. 3 tahap tersebut antara lain:

a. Tahap Pra Lapangan

1. Menyusun Rancangan Penelitian

a. Menentukan atau memilih masalah, dalam penelitian ini peneliti memilih dan meneliti tentang model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.


(23)

15

b. Membuat latar belakang masalah yaitu mengapa permasalahan pada judul penelitian itu diangkat dan apa letak keunikannya dari model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia.

c. Perumusan masalah yaitu menyusun beberapa permasalahan inti yang menjadi fokus penelitian ini sehingga masalah yang diteliti dan dibahas tidak campur aduk dan melebar pada hal yang tidak sesuai tema awalnya.

d. Mengurus semua administrasi penelitian, yaitu mulai dari pengajuan judul sampai pembuatan proposal serta mengurus surat perijinan penelitian yang rencanannya akan diajukan pada Liponsos di Keputih Surabaya. 2. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam tahap ini peneliti ingin mencari dan memilih lokasi yang akan diteliti yaitu pada Liponsos di Keputih Surabaya.

3. Menilai Keadaan Lapangan

Kemudian peneliti memberikan penilaian keadaan lapangan Liponsos di Keputih Surabaya yang telah di Observasi.


(24)

16

4. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Dalam hal ini Peneliti mencarai tau tentang lembaga, klien dan konselor dengan cara memanfaatkan para informan yang ada pada Lingkungan Liponsos.

5. Menyiapkan Peluang Kapan Penelitian

Kemudian merancang waktu untuk melakukan penelitian pada Liponsos di Keputih Surabaya.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Tahap ini peneliti mamahami penelitian, persiapan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data di lapangan. Di sini peneliti menindak lanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang dapat diteliti dengan cara mengumpulkan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Jadi dalam tahap ini peneliti mempersiapkan data yang mencakup tetang kondisi atau keadaan lembaga Liposos di Keputih Surabaya.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.18 Tahap ini adalah bagaimana seorang pembina atau konselor Liponsos di keputih dalam melakukan penerapan proses model konseling

18


(25)

17

terhadap seorang mantan penderita skizofrenia di Keputih Surabaya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung dari lapangan yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Dalam mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan metode yaitu:

a. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.19 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam teknik ini digunakan untuk menggali informasi dari pembina lembaga (Supardi), kepala (sri), karyawan (Erni) dan seorang mantan penderita skizofrenia di LIPONSOS Surabaya (Erna).

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi.20 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen

19

. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfa Beta,2008),hal 72.

20

. M.Iqbal Hasan, Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2002), hal 87.


(26)

18

merupakan perlengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.21 Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang didukung dari data sekunder yang berkaitan dengan proses model konseling karir terhadap seorang mantan penderita skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya.

c. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal secara umum, peneliti mengumpulakan atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah ditemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.22

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif, yaitu

21

. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:ALFABETA,Cet.XIV,2011), hal 240.

22

.Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta:Graha Ilmu 2006), hal 224.


(27)

19

observasi yang dilakukan secara eksplorasi yang tidak terstruktur, serta penelitian turut ambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi. Dalam proses ini peneliti mengamati perilaku klien seorang mantan penderita skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan konseling karir oleh pembina Liponsos di Keputih Surabaya. Dan juga mengamati cara konselor memberikan model konseling pada saat proses konseling terhadap mantan penderita skizofrenia. Dan pengamatan dari gejala-gejala yang nampak pada diri klien, ketika konselor berbicara kepada seorang mantan penderita skrizofrenia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

NO Jenis Data Sumber Data TPD

1 a. Identitas Klien b. Usia Klien

c. Masalah Yang dihadapi klien d. Proses konseling Yang

dilakukan Klien W +O

2. a. Identitas Pembimbing b. Pendidikan Pembimbing c. Usia Pembimbing d. Pengalaman dan Proses

Konseling yang dilakukan

Pembimbing

W + O

3. a. Kondisi klien

b. Kondisi lembaga dan lingkungan

Informasi pihak liponsos, pembina serta perawat mantan


(28)

20

skizofrenia 4. a. Luas wilayah Penelitian

b.Jumlah Penghuni Liponsos b. Batas Wilayah

Gambaran Lokasi Penelitian

O + W + D

Keterangan :

TPD :Teknik Pengumpulan Data O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi 6. Teknik dan Analisis Data

Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.23 Analisis Deskriptif yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskrepsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.24 Dalam teknik ini peneliti menuliskan gambaran yang telah diamati, yaitu mengamati konselor pada saat melakukan proses model konseling pada klien seorang mantan penderita skizofrenia Liponsos di keputih surabaya, di sini peneliti menuliskan hasil observasi dengan menggunakan kalimat yang berbentuk diskriptif.

23

.Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press,2001), hal 143.

24


(29)

21

7. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin dalam pelaksanaan penting mendapatkan hasil yang maksimal, kesalahan dan keliruan penelitian juga besar kemungkian terjadi. Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya yang menganalisa data-data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan pada data-data tersebut, maka dari itu untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui cara-cara memperoleh tingkat keabsahan data antara lain:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Teknik ini memperpanjang pengamatan agar hubungan peneliti dengan narasumber agar semakin terbentuk Rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajarinya. Dengan memperpanjang pengamatan ini peneliti dapat mengecek kembali apakah data yang diperoleh nya merupakan data yang sudah benar atau salah. Jika data yang diperoleh tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan yang lebih luas sehingga data yang diperolehnya pasti kebenarannya.25

25

.Sugiono, Memahami Penelitihan Kualitatif, (Bandung:ALFABETA,Cet.XIV,2011), hal.122-123.


(30)

22

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan ini tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjang keikutsertaan peneliti dalam latar penelitian.26

Jadi dalam melakukan penelitian pada Liponsos peneliti harus bisa melakukan pendekatan Rapport kepada pembimbing dan klien pada lembaga itu agar bisa menjalin keakraban, dengan ini pihak liponsos dapat terbuka dengan peneliti dan data yang diterima pasti kebenarannya dan dapat dipertanggung jawabkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten dan tentative.27Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan kesinambungan.

Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur dalam stuasi yang sangat relevan dengan persoalan penelitian, sehingga data tersebut dapat diterima. Dengan kata lain menelaah data-data yang terkait dengan fokus penelitian, sehingga data-data tersebut data dipahami dan tidak

26

.Lexy J. Maelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 327.

27

. Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling


(31)

23

diragukan. Peneliti melakukan pengamatan yang lebih mendalam mengenai data-data yang berkaitan dengan klien.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan tentang kepribadian pembina, keadaan klien sebelum dan sesudah proses konseling, dan penerapan model konseling karir terhadap seorang mantan Skizofrenia di LIPONSOS.

c. Triangulasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan melakukan beberapa perbandingan, karena triangulasi merupakan teknik gabungan yang dilakukan untuk keperluan pengecekan atau pembanding. Dengan adanya teknik ini bisa diketahui alasan terjadinya perbedaan penulisan, memanfaatkan pengamatan lain untuk pengecekan kembali data yang diperoleh. Triangulasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data yang telah diperoleh, dan membandingkan perkataan orang tentang stuasi penelitian dengan apa yang dikatakan kondisi sepanjang waktu, kemudian peneliti juga melakukan perbandingan wawancara dengan isi dokumen yang terkait.28

28

. Lexy.J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal 327-332.


(32)

24

Dalam hal ini peneliti (konselor), membandingkan antara data wawancara pembina dan klien dengan data dokumentasi yang ada pada Liponsos di Keputih Surabaya.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan dalam penelitian ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan lebih mudah untuk dipahami serta lebih sistematis dalam penyusunannya, maka penulis membagi lima bab dalam penulisan pada penelitian ini yang sistematikanya sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan dalam bab ini membahas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, antara lain: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Subyek Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Teknik Pemeriksaan keabsahan Data dan Terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sistematika Pembahasaan

BAB II.Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini membahas tentang kajian teorotik yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang dikaji, pembahasan meliputi: Model konseling karir (pengertian, tujuan, proses konseling model) terhadap seorang mantan penderita skizofrenia (Pengertian, faktor penyebab, gejala-gejala dan penyembuhan).

BAB III. Penyajian Data, yang membahas tentang Diskripsi Umum Objek Penelitian dan Deskripsi Hasil Penelitian, Deskripsi Umum Objek


(33)

25

Penelitian membahas tentang Setting Penelitian yang meliputi Deskripsi Lokasi, Konselor, Pembina, Konseli dan Masalah. Sedangkan Deskripsi Hasil Penelitian membahas tentang deskripsi model konseling karir Terhadap seorang mantan penderita skizofrenia, Jenis keterampilan yang diberikan kepada seorang mantan skizofrenia, Deskripsi hasil akhir Usaha yang diterima dari hasil ketrampilan yang dilakukan oleh seorang mantan penderita skizofrenia.

BAB IV. Analisis Data. Pada bab ini memaparkan tentang Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya skizofrenia, Analisis proses pelaksanaan konseling karir oleh LIPONSOS terhadap seorang mantan penderita skizofrenia untuk menghasilkan usaha, Analisis hasil akhir proses pelaksanaan model konseling karir tehadap seorang mantan penderita skizofrenia.

BAB V. Penutup. Berisi kesimpulan dan saran yang menyangkut hasil penelitian oleh penulis.


(34)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KONSELING KARIR DAN SKIZOFRENIA

A. Konseling Karir

1. Pengertian Konseling Karir

Sebagaian telah diketahui konseling adalah wawancara yang melibatakan dua pihak, konselor dan konseli, dalam memahami dan merumuskan masalah mencari jalan keluar dan melaksanakan jalan keluar tersebut.1

Konseling karir adalah merupakan teknik bimbingan karir melalui pendekatan individual dalam serangkaian wawancara penyuluhan (counseling interview). Penyuluhan merupakan pengkhususan kegiatan penyuluhan dalam masalah khusus yaitu masalah karir2.

Pengertian konseling karir di atas adalah mengacu pada layanan konseling karir. Karena pada hakekatnya layanan konseling karir bukan saja dapat dilaksanakan melalui pendekatan kelompok, tetapi juga melalui pendekatan individual. Adapun konseling karir islami merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai mahluk Allah yang seharusnya dalam mencari dan melakukan pekerjaan senantiasa selaras dengan ketentuan dalam petunjuk Allah

1

. Kartini kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya (Teknik Bimbingan dan Praktek), (Jakrta: CV. Rajawali, 1985), hal 181.

2

. Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir Di dalam Bimbingan Karir (Suatu Pendahuluan), (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1989), hal 12.


(35)

27

sehingga dapat mencapai kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.3 Sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam Surat At-Taubah ayat 105:

                             

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Jadi yang dimaksud di sini adalah konseling karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelolah karirnya4. menurut penjelasan di atas seorang konselor harus mengetahui proses dan teknik-teknik pelayan konseling agar proses konseling berjalan dengan baik dan di sini peneliti ingin menggali konseling yang dilakukan oleh pembimbing pada kliennya di Liponsos.

3. Elfi Mu‟awanah dan Rifa Hidayah,

Bimbingan Konseling Islam di Sekolah dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009, cet1) hal 83-89.

4

. Mohammad Thayeb Manrrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Akasara, 1992 cet I), hal 18-19


(36)

28

2. Tujuan Konseling Karir

Tujuan bimbingan konseling karir menurut Muhammad Thayeb Manrrihu, adalah fasilitasi pilihan dan implementasi pekerjaan dalam kehidupan seseorang. Bila orang tersebut memilih suatu pekerjaan, maka orang tersebut sebenarnya memilih suatu rangkaian hal-hal selain dari isi dan tugas-tugas pekerjaan untuk dilaksanakan5.

Jadi maka sebelum konselor menentukan karir seseorang untuk bekerja, maka penting seorang konselor untuk melakukan konseling terhadap klien, karena apabila klien menepati pekerjaan itu maka klien itu harus mau melakukan pekerjaan dan tugas-tugas dalam tempat kerja tersebut dan harus mampu melakukannya. Pentingnya seorang konselor untuk mengetahui bakat dan kemampuan seorang klien yang akan menempati suatu pekerjaan itu sangat dibutuhkan, sehingga konselor bisa memberikan arahan kepada klien agar klien dapat menentukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dia miliki.

Menurut Mohammad Surya, tujuan konseling karir dapat dibagi menjadi 3 tatanan. 6

(a) Konseling karir sebagai proses pengesahan atau penguatan pilihan yang telah dibuat oleh klien, banyak klien telah melakukan suatu tindakan

5

. Mohammad Thayeb Manrrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Akasara, 1992 cet I), hal 39.

6

. Mohammad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori), (Yogyakarta, Kota Kembang, 1988, cet 1), hal 230-231.


(37)

29

menilai dirinya sendiri, menilai kesempatan yang ada, dan membuat pilihan tentantif sebagai hasil pengalaman orang tua dan gurunya. Dalam konseling karir tindakannya itu lebih dimantapkan.

(b) Proses memperjelas tujuan-tujuan vocasional. Seseorang mengumpulkan informasi tentang karir dan kepribadiannya sepanjang waktu, akan tetapi mereka sering menghadapi kesulitan dalam menafsirkan data dan mulai membuat pilihan dalam konteks perencanaan perjalanan hidupnya. Di sini konselor bertujuan untuk dapat membantu klien dalam mempersepsi secara lebih jelas.

(c) Membantu klien dalam menemukan fakta tentang dirinya dan dunia kerja yang belum diketahui sebelumnya. Dengan cara ini klien dapat membuat perencanaan dan pemilihan secara lebih tepat.

Konseling karir adalah tugas dari psikologi terapeutik. Psikologi terapeutik adalah merupakan batang tubuh pengetahuan yang mengumpulkan data dari berbagai bidang profesi yang bersangkutan, yang seluruhnya bisa menegakkan fungsi-fungsi bantuan. Fungsi-fungsi bantuan yang ditegakkan oleh psikologi terapeutik adalah sumber pada berbagai disiplin ilmu yang melandasi profesi ini, seperti psikologi sekolah, psikologi klinis, psikologi konseling, psikologi pastoral, psikiatri dan pekerjaan sosial.7

6.

Moh. Surya, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori dan Konsep), (Yogyakarta: Kota Kembang:1988), hal 25.


(38)

30

Menurut pendapat Barmer dalam bukunya Dewa Ketut, tujuan konseling karir ialah suatu proses membantu klien dalam menemukan fakta tentang dirinya dan dunia kerja yang belum diketahui sebelumnya8. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf Juntika, konseling karir untuk membantu individu dalam merencanakan, pengembangan masalah-masalah karir.9

Tujuan konseling karir pada penelitian ini bertujuan untuk membantu klien untuk memilihkan pekerjaan yang cocok bagi klien agar ketika keluar dari Liponsos klien bisa bekerja dan menghasilkan usaha yang produktif.

Jadi yang dimaksud dari penelitian ini adalah untuk membantu seorang dalam memahami dan memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sesuai dengan melihat kemampuan dan minat yang ada pada diri seorang klien, kemudian mengambilkan keputusan dengan cara yang tepat dan efektif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan karir seorang

Bekerja merupakan hal yang utama dalam citra kita dan masyarakat. Bekerja merupakan satu-satunya pangkal tolak bagi setiap

8

Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir di Dalam Bimbingan Karrir (Suatu Pendahuluan). (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), hal 19.

9

. Syamsu Yusuf Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), hal 11.


(39)

31

manusia yang ingin mencari nafkah untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari-hari, bagi dirinya sendiri maupun keluarganya10.

Secara khusus sebenarnya banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja. Faktor tersebut dibagi menjadi 2 golongan yaitu:11

a) Faktor-faktor dari dalam diri sendiri (interen) (1) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan yang sangat penting dalam berhasil tidaknya seorang melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam pengertian suatu tugas bertambah tinggi kecerdasan yang diperlukan untuk melaksanakannya. Kecerdasan di bawah normal hanya cocok bagi pekerjaan sederhana yang rutin. Apabila seseorang yang cerdas (apalagi yang sangat cerdas) harus melaksanakan tugas-tugas yang sangat sederhana dan monoton, dia akan cepat merasa bosan, tidak puas, bahkan menderita.

(2) Keterampilan dan kecakapan

Seringkali kita melihat seseorang berhasil di suatu bidang atau usaha. Lalu kita ikut-ikutan dalam bidang tersebut,

10

. Kartini kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya (Teknik Bimbingan dan Praktek), (Jakrta: CV. Rajawali, 1985), hal 46.

11

.Mohammad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori), (Yogyakarta, Kota Kembang, 1988, cet 1), hal 190.


(40)

32

meskipun kita tidak menyukainya, akhirnya tidak akan berhasil. Kita hanya melihat setelah dia berhasil, dalam menjalankan proses inilah yang memerlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, kita tidak perlu meniru-niru, karena kita melihat banyak orang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam bidang.

(3) Bakat

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum kita mempunyai pekerjaan tetap atau meneruskan belajar ialah menemukan bakat yang ada pada diri sendiri dan mempraktikannya. Bakat memiliki pengaruh dalam karir khususnya dalam kesesuaian bakat dengan pilihan jabatan atau karir12. Dalam surat Yusuf [12]:55 terdapat kandungan tentang memilih pekerjaan sesuai dengan potensi yang dimiliki

  

 

   

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

Banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat atau kemampuan yang sesuai pada dirinya, akibatnya banyak di antara mereka yang gagal di tengah jalan, atau tidak berhasil

12

. Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 1991), hal 177


(41)

33

di dalam bekerja. Dengan bekerja manusia dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada pada dirinya. (4) Kemampuan dan Minat

Syarat untuk mendapatkan ketenangan bekarja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang dipegangnya harus sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Tugas dan jabatan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan minat banyak memberikan hambatan bagi kesuksesan dalam kerja. Minat adalah kencenderungan konseli untuk tertarik pada suatu kegiatan tertentu dalam hal ini pekerjaan.13

(5) Motivasi

Dalam mencapai keberhasilan kerja, perlu adanya motifasi-motifasi sebagai berikut: motif kreatif, motif mencari efisiensi, motif mencapai sesuatu, motif bekerja. Pemberian dorongan agar mencapai kesuksesan.14

(6) Kesehatan

Di dalam bekerja semboyan “ Men sana in corpore

sano” (dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat)

adalah sangat berguna. Kesehatan sangat membantu proses

13

. Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana Prenanda Group, 2013), hal 81.

14

. Priyanto dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakrta: PT.Reneka Cipta,2004), 368.


(42)

34

kerja seseorang dalam menyelesaikan segala tugas-tugasnya. Jika kesehatan terganggu, maka pekerjaan pun akan ikut terganggu. Sehingga memelihara kesehatan adalah langkah yang berguna untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan. (7) Kebutuhan psikologis

Secara umum kebutuhan psikologis merupakan keadaan, stuasi yang bersifat kejiwaan15. Hal ini berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologis tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kebutuhannya.

(8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

Jika cita-cita dan tujuan seseorang sudah sesuai dengan sistem nilainya, maka di dalam mencapainya pun disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tekad yang tinggi.

Dari berberapa faktor di atas, maka seseorang dapat dikatakan berhasil dalam bekerja apabila orang tersebut cerdas dalam memilih pekerjaan, memiliki suatu ketrampilan, bisa menemukan bakat yang dia miliki, orang berminat dan memiliki kemampuan pada pekerjaan tersebut, memiliki tekad

15

. Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana Prenanda Group, 2013), hal 92.


(43)

35

untuk maju dalam bekerja, orang tersebut sehat jasmani dan rohani itu sangat penting dalam melakukan suatu pekerjaan apabila sakit maka pekerjaan itu akan terhambat.

b) Faktor-faktor dari luar diri sendiri (eksteren) 1) Lingkungan keluarga (rumah)

Keadaan keluarga mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang yang sedang bekerja. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja juga pekerjaan yang dikerjakan akan terganggu. Dan apabila lingkungan keluarga penuh dengan keharmonisasian dan kebahagiaan, keadaan akan sangat menunjang bagi keberhasilan pekerja dalam bekerja. Jadi anggota keluarga yang mendorong dan mendukung kerja seseorang sangat turut membantu secara mental dan spritual dalam keberhasilan kerja.16

2) Lingkungan tempat kerja

Stuasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena setiap kali seseorang bekerja maka iapun harus memasuki stuasi kerja tersebut. Tentu saja stuasi yang menyenangkan akan mendorong seseorang untuk bekerja dengan senang dan giat. Seperti job scurity (rasa aman dalam

16

. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal159.


(44)

36

bekerjanya), kesempatan untuk mendapatkan kemajuan, rekan kerja, hubungan dengan pimpinan dan gaji.17

Jadi, keberhasilan seorang bukan ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungannya di mana ia berada. Tidak ada sesuatu yang dapat berhasil dengan baik, yang diperoleh tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu tanamkan pada diri kita masing-masing, bahwa keberhasilan membutuhkan usaha yang keras dan kemauan yang kuat.

4. Proses Konseling Karir

Konseling karir pada umumnya mengacu suatu proses yang teratur, dimulai dari proses pengembangan hubungan sampai dengan proses tindak lanjut dan perubahan-perubahan rencanya yang lebih pontensial. Menurut menurut Lawrence M. Brammer dan Everett L.Shostrom dalam bukunya Dewa Ketut, mengemukan tujuh langkah yang bisa dilalui dalam Proses Konseling18:

1) Mengenai Perumusan dan Penetapan Suatu Kebutuhan untuk Membantu, tujuan proses ini agar klien, memungkinkan dapat merumuskan mengenai masalahnya

17

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV. Andi OFFSET,2005), hal194.

18

Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir di Dalma Bimbingan Karir (suatu pendahuluan), hal 130-137.


(45)

37

2) Penetapan Hubungan (Establishingt the Relationship), tujuan utama proses ini adalah membangun suatu hubungan dengan klien (rapport).

3) Penentuan tujuan dan eksplorasi alternatif (Determinating goals and exploring alternatuves), yaitu mengulas kembali dari proses konseling. Menanyakan kepada klien tentang pendapatnya.

4) Memecahkan tentang berbagai masalah dan tujuan (working on problems and goals).

5) Mempermudah kesadaran, kesadaran diartikan pengetahuan diri (self-knowledge) dari apa yang dilihat, dan didengarkan dan dirasakan seseorang. Yang dimaksud di sini adalah mengenali kemampuan dari sendiri yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, pendidikan yang dia peroleh.19

6) Merencanakan arah kegiatan, pada intinya pada langkah ini adalah membantu klien dalam menemukan ide-ide yang baru.

7) Menilai hasil dan tidakan akhir atau hasil akhir pada proses konseling. Jadi, dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi klien pentingnya konselor untuk memiliki ketrampilan konseling sebagai model pemilihan karir seseorang.

19


(46)

38

5. Model Konseling Karir

Menurut Sutirna model adalah suatu rencana atau pola kegiatan yang dapat digunakan untuk membentuk, merancang, dan memandu suatu kegiatan.20

Model adalah cara yang dilakukan konselor untuk membantu memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi klien dalam masalah ini ada 3 model21.

(1) Directive counseling

Dipelopori oleh G.williamson model ini dilaksanakan oleh konselor dalam membantu klien di sini konselor berperan aktif dalam mengambil insiatif dalam proses konseling sehingga klien hanya menerima apa yang dikemukakan oleh konselor.

Maksudnya konselor berperan penting dalam menentukan pekerjaan klien tanpa meminta pendapat kepada klien, sehingga klien menerima apa yang diputuskan oleh konselor.

(2) Non directive counseling

Model ini disebut pula “Client Centered Counseling” yaitu memberikan suatu gambaran proses konseling yang menjadi pusatnya adalah klien bukan konselor. Yang dimaksud di sini

20

. Sutirna, Bimbingan Konseling (Pendidikan Formal dan Non Formal),(Yogyakarta: Andi,2013),hal 111.

21

. Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani HM, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Aneka Cipta, 1991), hal 41-49.


(47)

39

adalah klien berperan aktif pada proses konseling dalam menentukan karir kedepannya, konselor hanya memberikan gambaran dan mengarahkan pembicaraan klien, sehingga klien dapat menggali potensi yang ada pada dirinya dan bisa menentukan sendiri pekerjaan yang diinginkannya.

(3) Elective Counseling

Model ini dicetuskan pertama kali oleh F.P. Robinson model ini gabungan antara Directive Counseling dan Non Directive Counseling tergantung mana yang tepat dan dibutuhkan oleh klien. teknik ini sering digunakan oleh konselor, karena keberhasilan konselor untuk menjalankan tugas-tugasnya tidak hanya berpegang dalam satu model saja yang digunakan melainkan dapat dipadukan dengan sifat masalah klien dengan stuasi konseling itu sendiri. Jadi maksud di sini adalah dalam menyelesaikan masalah klien konselor tidak hanya menggunakan satu model pendekatan saja, namun pendapat konselor dan klien juga berguna bagi pemutusan karir kedepan klien.

Dalam mempelajari model konseling karir, maka penting bagi konselor untuk memahami terlebih dahulu model kepribadian setiap klien yang bertujuan untuk menentukan karir kedepan klien.

Model-model konseling dalam konseling karir merupakan penerapan model konseling untuk membantu klien dalam membuat


(48)

40

keputusan perencanaan karirnya. Proses konseling karir lebih dari sekedar proses rasional menjodohkan antara penilaian individu dengan informasi dan okupulasi kedalam perencanaan karir.22

Model- model konseling individual yang sistematik. Menurut Stewart et al dalam bukunya Muhammad Thoyib, mengemukakan

suatu pendekatan “ konseling sistemattik”, di mana berbagai aspek

proses konseling yang diidentifikasi secara jelas dan diorganisasi menjadi sebuah sekuensi yang dimaksud untuk memecahkan masalah-masalah klien secara efisien dan efektif. Model yang diajukan digambarkan menurut 13 urutan fungsi:23

a) Proses verbal

b) Berada dalam interaksi dinamik

c) Konselor menggunakan pembadaharaan d) Membantu pemahaman diri

e) Memulai konstruksi model tentang masalah-masalah klien f) Memutuskan tentang tujuan

g) Menentukan daan mengimplementasikan strategi pencapaian tujuan klien

22

. Kartini Kartono , Menyiapkan dan membandu karir, (Surabaya: CV.Raja Wali,1985 cet 1) hal 21-30

23

. Mohammad Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal 186-187


(49)

41

h) Penampilan klien di evaluasi baik atas dasar kemajuan dibandingkan dengan sebelumnya

i) Bila tujuan tercapai dan tidak nampak diperlukannya konseling lanjutan maka konselor mulai menghentikan kontak reguler dengan klien

j) Tidak lanjut atau memantau penampilan klien

Jadi dari proses model konseling di atas adalah cara seorang konselor dalam menyelesaikan masalah karir pada sekelompok orang yang membutuhkan pengarahan karir pekerjaan kedepannya, agar mereka mengetahui bakat dan kemampuan yang mereka miliki dari setiap masing-masing individu.

B. Skizofrenia

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah penyakit di mana kepribadiaan mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang normal, alam pikir, perasaan, dan perbuatan ada kaitannya atau searah, tetapi pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau semuanya 24.

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat di berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara

28

.Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan jiwa dan Okultisme Membedakan Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka,2008), hal 7-8.


(50)

42

kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1 % populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat sekitar 25-35 tahun.25

Menurut Kartini Kartono schizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan disintregrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang ambigious (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup, dan berdiam dalam dunia fantasi.26

Skizofrenia menurut pandangan Bleuler diartikan sebagai “

kepribadian terbelah” (schizophernia berasal dari kata Yunani dan terdiri

dari dua kata, yakni schistos: terbelah dan phren: otak). Dengan demikian, skizofrenia berarti otak terbelah atau kepribadian terbelah). Istilah ini sangat menyesatkan karena bagi masyarakat luas, kepribadian terbelah berarti sama dengan amnesia dan gangguan identitas disosiatif (kepribadian ganda). Sebenarnya istilah terbelah di sini diartikan sebagai diri yang terpisah dari kenyataan.27 Gangguan Skizofrenia diklasifikasikan menjadi 5 tipe utama yaitu:

25

.www. Google scholar,Jurnal Universitas Sumatra Utara, pukul 10.05.

26

. Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung:Mandar Maju,2000), hal 131.

27


(51)

43

(a) Skizofrenia yang tidak teratur (Hebefrenik)

Gangguan ini bercirikan tingkah laku bodoh, ketidak paduan antara pikiran, bicara dan tindakan, sifat kekanak-kanakan. Biasanya terdapat pada kalangan remaja, biasanya orang yang menderita gangguan ini tidak lagi tertarik pada dunia sekitarnya, dan ia hampir sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri. Sesekali dia emosi, seperti menangis dan tertawa, yang menimpanya bukan akibat stimulus-stimulus dari luar, tatapi stimulus-stimulus-stimulus-stimulus yang berasal dari dunia khayalan tepat dia hidup.

(b) Skizofrenia Katatonik (kaku)

Tingkah laku yang ditujukan oleh penderita ini mengalami pengunduran diri dari kenyataan, tetapi kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar dibandingkan oleh tipe-tipe skrizofrenia yang lain. Menurut Kartini Kartono, keadaan tidak sadar seperti badannya terasa kaku, tidak pejal dan tidak bisa dibengkokkan, dan penderita ini kadang memiliki delusi-delusi seperti (ingin mati saja). Si penderita kadang membius dirinya sendiri atau berdiam diri seperti patung dalam waktu yang cukup lama.28

(c) Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia merupakan bentuk gangguan psikotik (penyakit mental berat) yang relatif sering. Prevalensi seumur hidup hampir

28


(52)

44

mencapai 1 %, insidens setiap tahunnya sekitar 10-15 per 100.000, dan perawatanrata-rata didokter umum adalah 10-20 pasien skrizofrenik, bergantung pada lokasi dan lingkungan sosial tempat praktik. Skrizofrenia merupakan sindrom dengan berbagai presentasi dan satu variable, perjalanan penyakit umumnya jangka panjang, serta sering kambuh.

(D) Tipe residual

Tipe ini merupakan katagori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memeperlihatkan gejala-gejala residual, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan efek datar.

Meskipun skizofrenia sering disalah artikan sebagai “ kepribadian

terbelah (split personality)”, diagnosisnya memiliki kesahihan yang

baik, bahkan pada berbagai usia dan budaya, meskipun tidak ada penanda biokimia. Biasanya onset timbul sebelum usia 30 tahun, laki-laki cenderung menunjukkan gejala empat tahun lebih awal dari pada perempuan. 29

Dari keterangan di atas orang yang menderita skizofrenia bukan berarti termasuk orang gila namun hanya sifat atau kepribadiannya saja

29.


(53)

45

seperti orang gila. Orang yang menderita skizofrenia ini memiliki dunia sendiri yang mereka anggap itu dunia yang dia inginkan. Dan orang yang mendirita gangguan jiwa ini terlihat apabila orang tersebut pada usia yang dewasa.

2. Faktor Penyebab

Skrizofrenia adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor yang sampai hari ini belum diketehui pasti. Beberapa penelitian menunjukan bahwa penderita pada umumnya mengalami ketidak seimbangan pada cairan kimia otak.30

Menurut Kartini Kartono penyebab penyakit ini adalah „kebiasaan berfikir yang salah, disebabkan oleh perasaan iri hati, selfish, egosentrisme, terlampau sensitif dan kerap kali di inggapi rasa curiga.31 Menurut perspektif islam penyebab penyakit ini adalah buruk sangka (su‟udhan) yaitu apapun yang dilakukan orang lain perlu dicurigai, berburuk sangka akan berlanjut pada sikap penuh kecurigaan, tidak komunikatif/ kooperatif dan suka mencela (sakhar).32 sesuai dengan firman Allah swt dalam QS.Al-Hujurat[49]:11

                                            30.

Julianto Simanjuntak, Koseling Gangguan Jiwa dan Okulistime Membedakan Gangguan Jiwa Dan kerasukan, hal 9.

31

. Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung, Mandar Maju, 2000), hal 141.

32


(54)

46

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Menurut Hartono dalam bukunya Julianto Simanjuntak faktor penyebab sakit skizofrenia dibagi menjadi 3.33

(a) Faktor Genetis

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa kasus yang disebabkan faktor keturunan (genetis).

Tabel 2.2 Faktor Genetis Penyebab Sakit Skizofrenia

Populasi Insiden (%)

Populasi umum 1,0

Saudara kandung (bukan kembar) 8,0

Ayah atau ibu kandung 12,0

Saudara kembar disygot penderita 12,0

Anak kandung penderita 40,0

Saudara kembar monozigot penderita 47,0

Dari studi terhadap keluarga pada penderita, dijumpai angka atau prestasi yang lebih tinggi dibanding populasi umum. Dari faktor genetis skizofrenia diwariskan secara multi faktorial, yang artinya penyakit ini

33

. Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme Membedakan Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). Hal 14-16


(55)

47

tidak hanya dipengaruhi atau disebabkan oleh faktor genetis tetapi juga lingkungan.

(b) Faktor Non-genetis (1) Faktor lingkungan

Sebagian dari para ahli menyatakan faktor lingkunganlah yang menjadi sebab utama skizofrenia, dan bukanya faktor genetis, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi atau menimbulkan penyakit ini adalah: kebudayaan, ekonomi, pendidikan, faktor sosial, penggunaaan obat-obatan, stress karena pemerkosaan, penganiayaan yang berat, peceraian dan sebagainya.

(2) Faktor Biologi

Yang dimaksud dengan faktor biologis adalah faktor faal sebagai penyebab penyakit. Faktor faali bisa berupa kerusakan jaringan otak atau struktur otak yang abnormal. Kerusakan ini biasanya dibawa sejak lahir.

(3) Faktor Psikosional

Menurut teori psikoanalisis, kerusakan yang menentukna penyakit mental adalah gangguan dari organisasi “ego” yang kemudian mempengaruhi cara interpretasi terhadap realitas dan kemampuan pengendalian dorongan seks.34 Ganguain ini sebagai

38.

Julianto Simanjuntak, Koseling Gangguan Jiwa dan Okulistime Membedakan Gangguan Jiwa Dan kerasukan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal 20


(56)

48

akibat distorisi dalam hubungan timbal balik antara bayi dan ibunya, di mana si anak tidak berkembang melampau fase oral dari perkembangan jiwanya.

3. Gejala-gejala

Gejala-gejala yang terlihat dari penderita skizofrenia ini menurut kartini-kartono dibagi menjadi 2 yaitu35:

1) Gejala Fisik : ada gangguan motorik berupa retardasi jasmaniah, lamban gerak-geriknya. Tingkah lakunya jadi stereotipis, yaitu kadang-kadang ada gerak-gerak motorik lambat, tidak teratur, dan kaku atau tingkah lakunya menjadi aneh-aneh eksentrik.

2) Gejala Psikis

a) Intelek dan ingatannya jadi sangat mundur. Ia menjadi sangat introvet (tertutup) dan day dreamer (pemimpi siang). Tidak ada atau sedikit sekali berkontak dengan lingkungannya. Tendensi menjadi autis sangat kuat.

b) Penderita mengalami regresi atau degenerasi mental, sehingga menjadi acuh tak acuh dan apatis, tanpa minat pada dunia sekitarnya, tanpa kontak sosial.

c) Afeksi dan perasaan kemesraannya menipis. Menjadi jorok dan kotor, tidak tau malu, suka memperlihatkan alat kelaminnya; dan sering bertingkah laku abmoral.

35


(57)

49

d) Dia mengalami macam-macam angan-angan seperti ilusi, dilusi dan halusinasi.

e) Ia sering mengarang kata-kata atau istilah-istilah baru yang tidak mengandung arti.

f) Emosinya banyak terganggu.

g) Gangguan kepribadian berupa breakdwon mental secara total. Seperti tiba-tiba perasaan kebencian dan dendam yang meluap-luap.

Kriteria resmi skizofrenia diseluruh dunia umumnya mengacu pada DSM-IV yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (sebuah buku panduan lengkap tentang tentang penyakit jiwa). Kreteria diagnostik itu adalah adanya waham (delusi), halusinasi, bicara terdisorganisasi (sering menyimpang), prilaku yang terdisorganisasi gejala negatif (pendataran afektif, tidak ada kemauan) dan terjadinya disfungsi sosial atau pekerjaan. 36

4. Penyembuhan

Penyembuhan bagi penderita skizofrenia dibagi menjadi 237: 1) Terapi biologis

Pada pelaksanaan ini terdapat 3 bagian yaitu terapi dengan menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif, dan pembedahan bagian otak. Terapi dengan menggunakan anti psikosis dapat meredahkan

36.

Kaplan dan Sadock, Sinopsis Psikiatri, hal 707

37.

Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme ,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). Hal 29-30


(58)

50

gejala-gejala skizofrenia. obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prollixin). Obat ini disebut obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan. Tetapi tidak menimbulkan tidur lelap.

2) Terapi psikosional

Secara historis, sejumlah penanganan psikososial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga.

a.) Terapi kelompok merupakan salah satu terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapis berperan sebagai fasilitator dan pemberi arah di dalamnya.

b.) Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh lagi


(59)

51

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Judul : Pemberdayaan Mantan Penderita Gangguan Jiwa.38 Nama : Euis Rahman Krishendrijanto.

Tahun : 2014

Persamaan :

Proses pemberdayaan mantan penderita gangguan jiwa yang dilakukan Pondok Pesantren Mental Pasuruhan dengan Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya yaitu: a. Tahap pemberdayaan razia, penyembuhan.

b. Tahap pemberdayaan pemulihan mantan penderita gangguan jiwa (pembaruan dan uji coba), diberikannya layanan (pelatihan ketrampilan, bercocok tatanam, pekerjaan rumah tangga), pemenuhan kebutuhan (makan, minum, pakaian, pendidikan dan kesehatan). Metode penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif.

Perbedaan :

Pemberdayaan Mantan Penderita Gangguan jiwa di Pondok Pesantren Pasuruhan dengan Model konseling Karir terhadap Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya yaitu :

38

www. Google scholar sosopol no 1 vol1, januari 2014 (2014, 1(1) 75-82), Euis Rahman, Krishendrijanto pukul 02.52


(60)

52

a. Liponsos adalah lembaga yang bernaungan DINAS SOSIAL pemerintah kota yang tujuan memperdayakan para glandangan, gepeng dan psikotik (skizofrenia) yang dirazia karena mereka berkeliaran dijalanan, sedangkan Pondok Pesantren Pasuruan ini adalah pondok yang dimiliki oleh perorangan yang tujuannya membantu dan memperdayakan orang-orang yang kurang beruntung khusus gangguan mental atau sakit jiwa yang kemudian penyembuhannya dengan ajaran-ajaran islam dan dikumpulkan dengan santri yang normal.

b. Pondok pesantren pasuruhan dalam melakukan pembinaan memberikan ketrampilan seperti menjaga caffe, jualan beras, bercocok tanam,dan perkerjaan rumah yang kegiatannya itu hanya di lingkungan pondok. Namu pada LIPONSOS para mantan skizofrenia hanya diberikan konseling karir lewat ketrampilan menjahit, menyulam, bercocok tanam dan memasak sebagai tujuan apa bila mereka dikembalikan pada tempat mereka tinggal maka mereka bisa berproduksi dan berkerja, yang terutama sakit skizofrenia nya tidak kambuh karena dengan itu mereka memiliki rutinitas dan kesibukan dalam melakukan kegiatan.

2. Judul : Karir Konseling Dengan Pendekatan Psikodinamik Penulis : Faztilmi

Tahun : 2012 Persamaan :


(61)

53

Dalam penelitian ini dengan penelitian apa yang saya buat adalah sama-sama menggali pontensi, minat bakat apa yang ada pada diri klien dengan cara memberikan tes.

Perbedaan:

Perbedaan dalam penelitihan ini adalah jika peneliti diatas menggunakan pendekan psikodinamik, dalam proses konselingnya menggunakan metode Client-Centered yang di mana klien diperintah kan untuk mencari sendiri bakat yang dia miliki kemudian konselor menentukan karirnya dari apa yang disampaikan klien, namun proses yang dilakukan oleh pihak Liponsos dengan cara menggunakan model Elective Counseling yang mana konselor dan klien berperan penting dalam menyelesaikan masalah karir klien dan juga menggunakan Model Konseling Keterampilan yang bertujuan untuk mengetahui bakat yang dimiliki oleh klien.

3. Judul : Bimbingan dan Konseling Karir dengan Menggunakan Instrumen Holland Hexagon Dalam Menangani Kebimbangan Peminatan Karir Seorang Siawa Kelas X Di MA Billingual Krian Sidoarjo.

Penulis : Shella Nanda Arofah

Nim : (B03210061)

Tahun : 2014


(1)

50

gejala-gejala skizofrenia. obat yang digunakan adalah chlorpromazine

(thorazine) dan fluphenazine decanoate (prollixin). Obat ini disebut obat

penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan

kelesuan. Tetapi tidak menimbulkan tidur lelap.

2) Terapi psikosional

Secara historis, sejumlah penanganan psikososial terdapat dua bagian

yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga.

a.) Terapi kelompok merupakan salah satu terapi humanistik. Pada terapi

ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapis

berperan sebagai fasilitator dan pemberi arah di dalamnya.

b.) Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk khusus dari terapi

kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar

dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga

berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa


(2)

51

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Judul : Pemberdayaan Mantan Penderita Gangguan Jiwa.38

Nama : Euis Rahman Krishendrijanto.

Tahun : 2014

Persamaan :

Proses pemberdayaan mantan penderita gangguan jiwa yang dilakukan

Pondok Pesantren Mental Pasuruhan dengan Model Konseling Karir Terhadap

Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya yaitu:

a. Tahap pemberdayaan razia, penyembuhan.

b. Tahap pemberdayaan pemulihan mantan penderita gangguan jiwa

(pembaruan dan uji coba), diberikannya layanan (pelatihan ketrampilan,

bercocok tatanam, pekerjaan rumah tangga), pemenuhan kebutuhan

(makan, minum, pakaian, pendidikan dan kesehatan). Metode penelitian

yang digunakan sama-sama menggunakan metodelogi penelitian kualitatif

deskriptif.

Perbedaan :

Pemberdayaan Mantan Penderita Gangguan jiwa di Pondok Pesantren

Pasuruhan dengan Model konseling Karir terhadap Mantan Penderita

Skizofrenia Liponsos di Keputih Surabaya yaitu :

38

www. Google scholar sosopol no 1 vol1, januari 2014 (2014, 1(1) 75-82), Euis Rahman, Krishendrijanto pukul 02.52


(3)

52

a. Liponsos adalah lembaga yang bernaungan DINAS SOSIAL pemerintah

kota yang tujuan memperdayakan para glandangan, gepeng dan psikotik

(skizofrenia) yang dirazia karena mereka berkeliaran dijalanan, sedangkan

Pondok Pesantren Pasuruan ini adalah pondok yang dimiliki oleh

perorangan yang tujuannya membantu dan memperdayakan orang-orang

yang kurang beruntung khusus gangguan mental atau sakit jiwa yang

kemudian penyembuhannya dengan ajaran-ajaran islam dan dikumpulkan

dengan santri yang normal.

b. Pondok pesantren pasuruhan dalam melakukan pembinaan memberikan

ketrampilan seperti menjaga caffe, jualan beras, bercocok tanam,dan

perkerjaan rumah yang kegiatannya itu hanya di lingkungan pondok.

Namu pada LIPONSOS para mantan skizofrenia hanya diberikan

konseling karir lewat ketrampilan menjahit, menyulam, bercocok tanam

dan memasak sebagai tujuan apa bila mereka dikembalikan pada tempat

mereka tinggal maka mereka bisa berproduksi dan berkerja, yang terutama

sakit skizofrenia nya tidak kambuh karena dengan itu mereka memiliki

rutinitas dan kesibukan dalam melakukan kegiatan.

2. Judul : Karir Konseling Dengan Pendekatan Psikodinamik

Penulis : Faztilmi

Tahun : 2012


(4)

53

Dalam penelitian ini dengan penelitian apa yang saya buat adalah sama-sama

menggali pontensi, minat bakat apa yang ada pada diri klien dengan cara

memberikan tes.

Perbedaan:

Perbedaan dalam penelitihan ini adalah jika peneliti diatas menggunakan

pendekan psikodinamik, dalam proses konselingnya menggunakan metode

Client-Centered yang di mana klien diperintah kan untuk mencari sendiri

bakat yang dia miliki kemudian konselor menentukan karirnya dari apa yang

disampaikan klien, namun proses yang dilakukan oleh pihak Liponsos dengan

cara menggunakan model Elective Counseling yang mana konselor dan klien

berperan penting dalam menyelesaikan masalah karir klien dan juga

menggunakan Model Konseling Keterampilan yang bertujuan untuk

mengetahui bakat yang dimiliki oleh klien.

3. Judul : Bimbingan dan Konseling Karir dengan Menggunakan

Instrumen Holland Hexagon Dalam Menangani Kebimbangan

Peminatan Karir Seorang Siawa Kelas X Di MA Billingual Krian Sidoarjo.

Penulis : Shella Nanda Arofah

Nim : (B03210061)

Tahun : 2014


(5)

54

Persamaanya adalah menggunakan metode kualitatif dan tujuan konseling

karir ini adalah untuk mengetahui peminatan apa yang diinginkan oleh klien

sesuai dengan bakat dan minat yang mereka inginkan.

Perbedaan :

Perbedaan penelitian ini adalah dari segi model yang digunakan dari penelitan

di atas menggunakan teori Holland saja sebagai instrumennya, sedangkan dari

penelitian yang saya buat ini adalah menggunakan beberapa model konseling

yang sebagai pilihan yang sesuai bagi klien, sedangkan klien yang yang

dimaksud dari peneliti di atas adalah para siswa, namun klien yang saya teliti

adalah penderita skizofrenia.

4. Judul :Metode Konseling Karir Oleh Cita Qomariyah Dalam

Membina Skill Mahasiswa di Iqma IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Penulis : Dian Safitri

Nim : B03209053

Tahun : 2013

Persamaan :

Sama-sama menggunakan penelitian kualitatif dan sama dalam melakukan

penelitian ini mencari tahu kepada konselor yang mengajarkan model

pemberian bimbingan karir yang ada disuatu lembaga.

Perbedaan :

Jika penelitian diatas memusatkan cara pengajaran yaitu agar klien lebih


(6)

55

Mahasiswa IQMA di IAIN Sunan Ampel Surabaya, namun dalam penelitian

yang saya buat adalah bagaimana klien bisa memilih karirnya dengan cara