Qanun NAD NOMOR 15 TAHUN 2002
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NOMOR 15 TAHUN 2002
TENTANG
PERIZINAN KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Menimbang :
a.
bahwa hut an merupakan anugerah Allah SWT, merupakan kekayaan alam yang dikuasai oleh
negara, memberikan manf aat serbaguna bagi umat manusia karenanya waj ib disyukuri, diurus
dan dimanf aat kan secara opt imal sert a dij aga kelest ariannya unt uk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat .
b.
bahwa berdasarkan Undang-undang Nanggroe Aceh Darussalam No. 18 t ahun 2001 t ent ang
Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berwenang menggali dan
mengelola sumberdaya hut an, bagi kemakmuran rakyat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
c.
bahwa sehubungan dengan but ir a dan b diat as dipandang perlu unt uk dit et apkan dalam suat u
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Mengingat :
1.
Undang-undang No. 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Propinsi Aceh dan
Perubahan Perat uran Pembent ukan Propinsi Sumat era Ut ara; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
2.
Undang-undang No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
3.
Undang-undang No. 22 t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
4.
Undang-undang No. 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1103);
5.
Undang-undang No. 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
6.
Undang-undang No. 44 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Propinsi Daerah
Ist imewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3893);
7.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa
Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
8.
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1985 t ent ang Perlindungan Hut an (Lemabaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);
9.
Perat uran Pemerint ah RI Nomor 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66);
10. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 35 t ahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67).
Dengan perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PERIZINAN KEHUTANAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesat u
Pengert ian
Pasal
1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pemerint ah Pusat , selanj ut nya disebut Pemerint ah, adalah perangkat Negara Kesat uan
Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para Ment eri
Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Gubernur besert a Perangkat Daerah
Ot onom sebagai Badan Eksekut if Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupat en/ Kot a, adalah Daerah Ot onom dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
dipimpin oleh Bupat i / Walikot a at au nama lain.
Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kehut anan adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan hut an dan
hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu.
Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan
lainnya t idak dapat dipisahkan.
Kawasan hut an adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh Pemerint ah
dan at au Pemerint ah Provinsi unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap yang
meliput i kawasan lindung dan kawasan budidaya kehut anan.
Hut an produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi hasil
hut an.
Hut an Lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai perlindungan
sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir, mengendalikan erosi,
mencegah inst rusi air laut , dan memelihara kesuburan t anah.
Hut an Konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai f ungsi
pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya yang t erdiri at as
kawasan hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan t aman buru.
Hut an Konversi adalah kawasan hut an produksi yang diperunt ukkan diluar kegiat an kehut anan
dan at au penggunaan lain
14. Cagar al am adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
t umbuhan dan at au sat wa sert a ekosist emnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami
15. Taman Nasional adalah kawasan pelest arian alam yang mempunyai ekosist em asri, dikelola
dengan sist em zonasi yang dimanf aat kan unt uk t uj uan penelit ian, ilmu penget ahuan,
pendidikan, menunj ang budidaya, pariwisat a dan rekreasi alam.
16. Zona int i adalah bagian kawasan Taman Nasional yang mut lak dilindungi dan t idak
diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh akt ivit as manusia
17. Zona rimba adalah bagian kawasan Taman Nasional yang berf ungsi sebagai penyangga zona
int i.
18. Hut an Kemasyarakat an adalah hut an negara dengan sist em pengelolaan hut an yang bert uj uan
unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa menggangu f ungsi pokoknya.
19. Hut an rakyat adalah hut an t anaman yang berada di at as t anah yang dibebani hak milik
maupun hak lainnya di luar kawasan hut an.
20. Hasil Hut an adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang berasal
dari hut an.
21. Sumberdaya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang t erdiri Sumberdaya al am hayat i dan
non hayat i.
22. Tat a hut an adalah kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, mencakup
pengelompokan sumberdaya hut an sesuai dengan t ipe ekosist em dan pot ensi yang t erkandung
di dalamnya dengan t uj uan unt uk memperol eh manf aat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lest ari yang meliput i pembagian kawasan hut an dalam blok-blok
berdasarkan ekosist em, t ipe, f ungsi dan rencana pemanf aat an hut an.
23. Pemanf aat an hut an adalah bent uk kegiat an pemanf aat an kawasan hut an, pemanf aat an j asa
lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan
bukan kayu sert a kegiat an hut an kemasyarakat an secara opt imal, berkeadilan unt uk
kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
24. Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK) adalah Izin usaha unt uk memanf aat kan ruang t umbuh
sehingga diperoleh manf aat sepert i usaha budidaya dengan t idak mengurangi f ungsi ut ama
kawasan
25. Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) adalah izin usaha yang memanf aat kan
pot ensi j asa lingkungan dengan t idak merusak lingkungannya dan t idak mengurangi f ungsi
pokoknya
26. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) adalah izin unt uk memanf aat kan hut an
produksi yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan, perbenihan at au pembibit an,
penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan, pengolahan dan
pemasaran hasil hut an kayu.
27. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT) adalah suat u kegiat an
usaha di dalam kawasan hut an produksi, baik t anaman murni at au campuran, unt uk
menghasilkan produk ut ama berupa kayu, yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan,
pembibit an, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan,
pengolahan dan pemasaran.
28. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) adalah izin usaha unt uk
melaksanakan pemanf aat an hasil hut an bukan kayu pada areal hut an yang t elah dit et apkan
dan t idak dibebani hak-hak lain sej enisnya.
29. Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) adalah izin unt uk melaksanakan pemungut an
berupa kayu dari hut an rakyat dan at au areal t anah yang t elah dibebani hak milik secara sah
30. Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) adal ah izin yang diberikan unt uk melaksanakan
penebangan dan penggunaan kayu dari areal hut an yang t elah dit et apkan at au pada areal
penggunaan lain yang t idak dibebani HPH at au hak-hak lain di bidang Kehut anan.
31. Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) adalah izin unt uk melaksanakan
pemungut an / pengumpulan/ penyadapan dan penggunaan hasil hut an bukan kayu dari areal
hut an yang dit et apkan at au pada areal penggunaan lain yang t idak dibebani hak-hak lain yang
sej enis.
32. Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an adalah izin yang diberikan oleh gubernur kepada
masyarakat set empat unt uk melakukan pengelol aaan hut an kemasyarakat an.
33. Indust ri primer hasil hut an kayu adalah pengolahan kayu bulat dan at au kayu bahan baku
serpih menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
34. Indust ri primer hasil hut an bukan kayu adal ah pengolahan hasil hut an bukan kayu menj adi
barang set engah j adi at au barang j adi.
35. Hut an alam adalah suat u lapangan yang bert umbuhan pohon-pohon alami yang secara
keseluruhan merupakan persekut uan hidup alam hayat i besert a alam lingkungannya.
36. Hut an t anaman adalah hut an yang dibangun dalam rangka meningkat kan pot ensi dan kualit as
hut an produksi dengan menerapkan silvikult ur int ensif
37. Tanaman pokok adalah j enis t anaman hut an yang memiliki luas dan at au nilai ekonomi
dominan
38. Daur t anaman adalah j angka wakt u yang diperlukan bagi suat u j enis t anaman sej ak mulai
penanaman sampai mencapai masa t ebang.
39. Masyarakat set empat adalah kelompok-kelompok masyarakat yang t inggal didalam at au
disekit ar hut an dan memil iki ciri sebagai suat u komunit as yang didasarkan pada kekerabat an,
kesamaan mat a pencaharian yang t erkait dengan hut an.
40. Peorangan adalah orang perorang anggot a masyarakat set empat yang cakap bert indak
menuirut hukum dan Warga Negara Indonesia
41. Koperasi adalah suat u badan hukum yang beranggot akan masyarakat yang berlandaskan
kegiat annya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
at as asas kekeluargaan
42. BUMN adalah Badan Usaha Milik Negara yang memperoleh izin usaha di bidang kehut anan
43. BUMD adalah Badan Usaha Milik Daerah yang memperoleh izin usaha di bidang kehut anan
44. Badan Usaha Milik Swast a Indonesia/ Asing adal ah Badan Usaha Milik Swast a yang berbent uk
perseroan t erbat as yang berbadan hukum Indonesia dan memperoleh izin usaha di bidang
kehut anan
45. Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada pemegang izin
usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang dilakukan sekali pada saat
izin t ersebut diberikan.
46. Provisi sumber daya hut an adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai inst rinsik
dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.
47. Dana reboisasi adalah dana unt uk reboisasi dan rehabilit asi hut an sert a kegiat an
pendukungnya yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanf aat an hasil hut an dari hut an
alam berupa kayu.
48. Penggunaan kawasan hut an adalah kegiat an penggunaan kawasan hut an unt uk pembangunan
di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan f ungsi pokok kawasan hut an.
Bagian Kedua
Asas dan Tuj uan
Pasal
2
Penyelenggaraan Perizinan Kehut anan dilaksanakan berdasarkan asas rasionalit as, opt imalit as,
manf aat yang berkelanj ut an dan lest ari dengan memperhat ikan rasa keadilan, kerakyat an,
kebersamaan, ket erbukaan, ket erpaduan dan kemit raan.
Pasal 3
Pemanf aat an hut an dan Penggunaan kawasan hut an bert uj uan :
a.
mewuj udkan keberadaan sumberdaya hut an yang berkualit as t inggi, memperoleh manf aat
ekonomi, sosial dan ekologi yang opt imal dan lest ari sert a menj amin dist ribusi manf aat nya
secara adil dan merat a dengan mengikut sert akan masyarakat di sekit ar hut an;
b.
mengopt imalkan aneka f ungsi hut an dan meningkat kan kemampuan sert a keberdayaan
masyarakat secara part isipat if , berkeadilan dan berwawasan lingkungan sehingga mampu
mencipt akan ket ahanan sosial, budaya dan ekonomi;
c.
menghasilkan produk ut ama berupa hasil hut an kayu dan at au bukan kayu, j asa lingkungan
guna memenuhi kebut uhan masyarakat dan/ at au memperluas kesempat an bekerj a dan
berusaha.
BAB II
PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Bagian Kesat u
Pemanf aat an Hut an
Pasal 4
(1)
Pemanf aat an hut an bert uj uan unt uk memper oleh manf aat yang opt imal bagi kesej aht eraan
seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
(2)
Pemanf aat an hut an dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan,
pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan
kayu.
Pasal 5
(1)
Pemanf aat an kawasan dapat dilakukan pada kawasan, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi.
(2)
Pemanf aat an Jasa Lingkungan dapat dilakukan pada kawasan hut an konservasi selain hut an cagar
alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi
(3)
Pemanf aat an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an yang dikonversi dan kawasan
hut an produksi yang t erdiri dari hut an alam dan hut an t anaman.
(4)
Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan pada, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi, sert a pada kawasan hut an yang dikonversi.
(5)
Pemungut an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an produksi, kawasan hut an
yang dikonversi dan kawasan budidaya non kehut anan at au di luar kawasan hut an.
(6)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan pada, kawasan hut an lindung dan kawasan
hut an produksi, sert a kawasan hut an yang dikonversi.
(7)
Kegiat an hut an kemasyarakat an dilakukan pada kawasan hut an lindung dan kawasan hut an
produksi.
(8)
Indust ri primer hasil hut an dapat dibangun di dalam kawasan hut an produksi dan di luar kawasan
hut an.
Pasal
6
(1)
Pemanf aat an kawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK)
(2)
Pemanf aat an Jasa Lingkungan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL)
(3)
Pemanf aat an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (3) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha
Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT)
(4)
Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (4) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Alam (IUPHHBK-HA)
dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Tanaman (IUPHHBK-HT)
(5)
Pemungut an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (5) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam(IPHHK-HA) dan Izin Pemungut an Kayu
Tanah Milik (IPK-TM)
(6)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (6) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Alam (IPHHBK-HA)
(7)
Kegiat an hut an kemasyarakat an sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (7) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm).
(8)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan (7) akan diat ur
dengan keput usan Gubernur.
Pasal 7
(1)
Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK), Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada hut an
produksi, dan Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPK-TM) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an
Bukan Kayu (IPHHBK) masing-masing sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1), (5) dan (6)
dapat diberikan kepada perorangan dan koperasi.
(2)
Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) kecuali usaha dalam kegiat an pembinaan
ment al dan f isik, usaha carbont rade, usaha penelit ian dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an
Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) dan (4) dapat diberikan
kepada perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.
(3)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an
Tanaman (IUPHHT) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada areal hut an yang
dikonversi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) dan (5) dapat diberikan kepada
perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.
(4)
Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7)
dapat diberikan kepada Koperasi Masyarakat set empat yang didukung oleh adanya lembaga
masyarakat dan memiliki at uran-at uran int ernal baik dalam hal at uran sosial kemasyarakat an
maupun at uran-at uran pengelolaan hut an.
Pasal 8
(1)
Izin usaha indust ri dan izin perluasan indust ri primer hasil hut an kayu dan bukan kayu dapat
diberikan kepada :
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
Izin usaha indust ri penggergaj ian kayu dengan kapasit as produksi sampai dengan 2. 000 (dua
ribu) met er kubik per t ahun dapat diberikan kepada :
a.
b.
(3)
perorangan;
koperasi;
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
Badan Usaha Milik Swast a (BUMS) Indonesia.
perorangan;
koperasi.
Tanda daf t ar indust ri unt uk indust ri primer hasil hut an bukan kayu skala kecil dapat diberikan
kepada :
a.
b.
perorangan;
koperasi.
(4) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kedua
Penggunaan Kawasan Hut an
Pasal
9
(1)
Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan diluar kegiat an kehut anan hanya
dapat dilakukan didalam kawasan hut an produksi dan kawasan hut an lindung t anpa mengubah
f ungsi pokok kawasan hut an.
(2)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud ayat (1) meliput i penggunaan unt uk t uj uan
st rat egis dan at au kepent ingan t erbat as.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
BAB III
LUAS AREAL DAN JANGKA WAKTU PERIZINAN
Pasal 10
(1)
Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1) diberikan
kepada :
a.
b.
c.
(2)
Perorangan dengan luas areal Maksimal 5 (lima) Ha dan j angka wakt u maksimal 5
(lima) t ahun
Koperasi dengan luas areal Maksimal 50 (lima puluh) Ha dan j angka wakt u maksimal 5
(lima) t ahun
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUP-JL) sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2)
diberikan :
a.
b.
Dengan luas maksimal 1. 000 (seribu) Ha unt uk j angka wakt u paling lama 10 (sepuluh)
t ahun; dan
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam sat u
provinsi.
(3)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3)
diberikan kepada koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan luas areal Maksimal 40. 000
(empat puluh ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 35 (t iga puluh lima) t ahun dan diberikan
maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(4)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Tanaman (IUPHHT) sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (3) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia / asing
dengan luas areal Maksimal 50. 000 (lima puluh ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 35 (t iga
puluh lima) t ahun dit ambah 1 (sat u) daur dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap
pemohon dalam wilayah provinsi.
(5)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (4) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan luas
areal Maksimal 5. 000 (lima ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 5 (lima) t ahun dan diberikan
maksimum 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(6)
Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5)
diberikan kepada :
a.
b.
c.
Perorangan dan koperasi dengan luas areal maksimal 100 (serat us) Ha dan j angka wakt u
maksimal 1 (sat u) t ahun pada hut an produksi
Koperasi , BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia dengan luas areal Maksimal 500 (lima rat us) Ha
dan j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun unt uk areal hut an yang dikonversi (IPHHK-HK); dan
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(7)
Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5) diberikan
kepada perorangan dan koperasi dengan t arget produksi maksimal 500 M3 (lima rat us met er
kubik) dalam j angka wakt u 1 (sat u) t ahun dan diberikan 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon
dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(8)
Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5)
diberikan kepada perorangan dan koperasi dengan luas areal maksimal 100 (serat us) Ha dan
j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap
pemohon dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(9)
Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7)
diberikan dengan luas areal maksimal 10. 000 (sepul uh ribu) Ha dalam j angka wakt u 10 (sepuluh)
t ahun.
BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN
Pasal 11
(1)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) dan (4) dit uj ukan kepada
Gubernur dan t embusannya disampaikan kepada Ment eri Kehut anan danKepala Dinas Kehut anan
Provinsi
(2)
Penanda t anganan dan penerbit an Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu pada Hut an Alam
dan at au Hut an Tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
memperhat ikan Berit a Acara Perset uj uan Bersama ant ara Ment eri Kehut anan dan Gubernur
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(3)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (5) dit uj ukan kepada gubernur dan
t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi
(4)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1), (2), (6) dan (8) dit uj ukan
kepada Gubernur, c/ q Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepala
Dinas Kehut anan, Inst ansi Teknis Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama lain dan Kepala UPT
Dinas Kehut anan.
(5)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) dit uj ukan kepada Gubernur c/ q
Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Inst ansi
Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(6)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) dit uj ukan kepada Gubernur C/ q
Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dengan t embusan Dinas Inst ansi Kehut anan Kabupat en/ Kot a
at au nama lain.
(7)
Permohonan sebagaimana dimaksud pasal 8 unt uk kapsit as produksi sampai dengan 6. 000 (enam
ribu) m3 per t ahun dan Tanda Daf t ar sebagaimana dimaksud ayat (3) dit uj ukan kepada Kepala
Dinas Kehut anan Provinsi dan unt uk kapasit as Produksi lebih besar dari 6. 000 (enam ribu) m3 per
t ahun dit uj ukan kepada Gubernur dengan t embusan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi.
(8)
Unt uk menj amin t ert ibnya penyel enggaraan perizinan dibidang kehut anan Pemerint ah Provinsi
dapat menyerahkan t ugas-t ugas perbant uan kepada Kabupat en/ Kot a at au nama lain sert a perlu
dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan yang diat ur dengan Keput usan Gubernur.
BAB V
IURAN KEHUTANAN
Pasal
12
(1)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) dan (2) dikenakan iuran Izin usaha
pemanf aat an hut an.
(2)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) dan (6) dikenakan iuran izin usaha
pemanf aat an hut an, provisi sumber daya hut an dan Dana Reboisasi.
(3)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (4) dikenakan iuran izin usaha
pemanf aat an hut an dan provisi sumber daya hut an.
(4)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (5) dikenakan iuran izin usaha dan provisi
sumber daya hut an.
(5)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) hanya dikenakan ret ribusi.
(6)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (8) dikenakan provisi sumber daya hut an.
(7)
Tarif iuran kehut anan mempedomani perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(8)
Gubernur dapat memberikan masukan kepada Ment eri Kehut anan t ent ang perubahan t arif iuran
izin usaha pemanf aat an hut an.
BAB VI
PEREDARAN DAN PEMASARAN HASIL HUTAN
Pasal 13
(1)
Dalam rangka melindungi hak-hak negara at as hasil hut an dan kelest arian hut an, dilakuakn
pengendalian peredaran dan pemasaran hasil hut an melalui penat ausahaan hasil hut an.
(2)
Semua hasil hut an yang berasal dari hut an negara dilakukan pengukuran dan penguj ian oleh
pet ugas yang berwenang.
(3)
Terhadap f isik hasil hut an yang t elah diukur dan diuj i sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diberikan t anda sebagai bukt i legalit as.
(4)
Set iap pengangkut an, penguasaan at au pemi likan hasil hut an waj ib dilengkapi bersama-sama
dengan dokumen surat ket erangan sahnya hasil hut an yang dit erbit kan oleh pej abat berwenang.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang t eknis pelaksanaan ayat (1), (2), (3) dan (4) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 14
Hasil hut an berupa kayu bulat dan bahan baku serpih dilarang unt uk diekspor.
Pasal 15
(1)
Apabila hasil hut an yang diangkut , dikuasai at au dimiliki t idak dilengkapi bersama-sama dengan
surat ket erangan sahnya hasil hut an, maka hasil hut an t ersebut dinyat akan sebagai hasil hut an
t idak sah.
(2)
Terhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan proses
penanganan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Terhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan pelelangan.
(4)
Hasil pelelangan t erhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), yang
t elah memiliki kekuat an hukum t et ap, sebagian dialokasikan unt uk insent if bagi pihak yang
berj asa dalam penyelamat an kekayaan negara.
(5)
Ket ent uan pemberian insent if bagi pihak yang berj asa dalam upaya penyelamat an kekayaan
negara sebagaimana dimaksud dal am ayat (3) dan (4) diat ur dengan Keput usan Bersama Ment eri
dengan Ment eri yang bert anggung j awab dibidang keuangan.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 16
(1)
Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an mempunyai hak
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
(2)
Melaksanakan berbagai kegiat an dalam areal usaha pemanf aat an dan pemungut an hasil
hut an yang berkait an dengan izin usahanya
Melaksanakan berbagai kegiat an dalam areal usaha hut an t anaman yang berkait an dengan
izin usahanya
Melakukan kegiat an eksploit asi mulai dari penebangan sampai dengan pemasaran sesuai
dengan izin usahanya
Memperoleh pelayanan yang baik dari inst ansi t erkait
Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an berkewaj iban sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Membayar iuran kehut anan sesuai perat uran yang berlaku.
Mencegah / membat asi kerusakan hut an dan kawasan hut an
Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat sert a perorangan
Membuat sert a menyusun RKD, RKL dan RKT secara baik dan benar
Melaksanakan penat aan bat as areal dan penat aan hut an
Melaksanakan kegiat an pengayaan, pemeliharaan, penj arangan dan pengamanan
secara berkelanj ut an
Mempekerj akan secukupnya t enaga t eknis di bidang kehut anan dan t enaga lain sesuai
dengan kebut uhan dengan mengut amakan t enaga kerj a di sekit ar kawasan hut an.
h. Mengadakan kemit raan dengan masyarakat set empat , BUMN, BUMS Indonesia/ Asing
i. Membuat Amdal bagi usaha pemanf aat an hasil hut an sesuai dengan perat uran dan
perundang-undangan yang berlaku
BAB VIII
HAPUSNYA IZIN DAN PERPANJANGAN IZIN
Pasal 17
Hapusnya Izin
(1)
Izin pemanf aat an hut an dapat menj adi hapus, apabila :
a. j angka wakt u izin t elah berakhir;
c.
d.
b. izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang kenakan kepada pemegang izin;
izin diserahkan kembali oleh pemegang izin dengan pernyat aan t ert ulis kepada pemberi
izin sebelum j angka wakt u izin berakhir;
t arget volume at au berat yang dizinkan dalam izin pemungut an hasil hut an t elah
t erpenuhi.
(2)
Sebelum izin dit erima kembali oleh pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c,
t erlebih dahulu diaudit secara komprehensif .
(3)
Berdasarkan hasil laporan audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pemberi izin dapat
menerima at au menerima dengan persyarat an at au menolak pengembalian izin t ersebut .
(4)
Hapusnya izin at as ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak membebaskan
kewaj iban pemegang izin unt uk :
a.
b.
melunasi seluruh kewaj iban f inansial sert a memenuhi kewaj iban-kewaj iban lain yang
dit et apkan oleh Pemerint ah at au Pemerint ah Provinsi;
melaksanakan semua ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan berkait an dengan berakhirnya
izin sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.
(5)
Pada saat hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) barang t idak bergerak dan at au
t anaman yang t elah dibangun dan at au dit anam dalam areal kerj a menj adi milik negara.
(6)
Dengan hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerint ah dan at au Pemerint ah
Daerah t idak bert anggung j awab at as kewaj iban pemegang izin t erhadap pihak ket iga.
Pasal 18
Perpanj angan Izin
(1)
Perizinan kehut anan sebagaimana t ersebut pada pasal 7 ayat 1 dapat diperpanj ang apabila
j angka wakt u yang diberikan t elah berakhir.
(2)
Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan diat ur dengan Keput usan Gubernur.
BAB IX
SANKSI
Pasal 19
Pelanggaran at as penyelenggaraan izin pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an, indust ri
primer hasil hut an dikenakan sanksi pidana dan at au sanksi administ rat if berdasarkan kepada
ket ent uan perat uran dan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN LAIN
Pasal 20
Qanun t ent ang Perizinan Kehut anan ini adalah unt uk :
a.
b.
menj adi pedoman bagi Dinas Kehut anan Provinsi, inst ansi t eknis kehut anan / UPT Dinas
Kehut anan Kabupat en/ Kot a dan inst ansi t erkait lainnya; sert a
merupakan pedoman bagi pemegang izin dalam melaksanakan kegiat an usaha
pemanf aat an dan pemungut an hasil hut an pada hut an lindung, hut an produksi (hut an
produksi t erbat as at au hut an produksi yang dapat dikonversi) dan hut an konservasi selain
hut an cagar alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1).
Semua perizinan di bidang kehut anan sebelum dit et apkan Qanun ini t et ap berlaku, sampai
dengan berakhir masa berlakunya izin.
(2).
Perizinan di bidang kehut anan yang t elah mendapat kan perset uj uan pencadangan, proses
penyelesaian perizinannya dilaksanakan oleh Gubernur.
(3).
Permohonan izin di bidang kehut anan yang belum mendapat perset uj uan pencadangan, proses
penyelesaiannya berpedoman kepada ket ent uan Qanun ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Dengan dit et apkannya Qanun ini, maka ket ent uan Perizinan di bidang Kehut anan yang t erbit sebelum
Qanun ini dit et apkan, dan bert ent angan dengan Qanun ini, dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 23
Qanun ini berlaku sej ak t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan penempat annya
dalam Lembaran Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
(7 Sya’ ban 1423)
GUBERNUR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekretaris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
ttd.
THANTHAWI ISHAK, SH
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NO. 58 SERI E NOMOR 7
NOMOR 15 TAHUN 2002
TENTANG
PERIZINAN KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Menimbang :
a.
bahwa hut an merupakan anugerah Allah SWT, merupakan kekayaan alam yang dikuasai oleh
negara, memberikan manf aat serbaguna bagi umat manusia karenanya waj ib disyukuri, diurus
dan dimanf aat kan secara opt imal sert a dij aga kelest ariannya unt uk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat .
b.
bahwa berdasarkan Undang-undang Nanggroe Aceh Darussalam No. 18 t ahun 2001 t ent ang
Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berwenang menggali dan
mengelola sumberdaya hut an, bagi kemakmuran rakyat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
c.
bahwa sehubungan dengan but ir a dan b diat as dipandang perlu unt uk dit et apkan dalam suat u
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Mengingat :
1.
Undang-undang No. 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Propinsi Aceh dan
Perubahan Perat uran Pembent ukan Propinsi Sumat era Ut ara; (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
2.
Undang-undang No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
3.
Undang-undang No. 22 t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
4.
Undang-undang No. 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 1103);
5.
Undang-undang No. 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
6.
Undang-undang No. 44 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Propinsi Daerah
Ist imewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3893);
7.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa
Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
8.
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1985 t ent ang Perlindungan Hut an (Lemabaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);
9.
Perat uran Pemerint ah RI Nomor 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66);
10. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 35 t ahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67).
Dengan perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PERIZINAN KEHUTANAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesat u
Pengert ian
Pasal
1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pemerint ah Pusat , selanj ut nya disebut Pemerint ah, adalah perangkat Negara Kesat uan
Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para Ment eri
Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Gubernur besert a Perangkat Daerah
Ot onom sebagai Badan Eksekut if Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kabupat en/ Kot a, adalah Daerah Ot onom dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
dipimpin oleh Bupat i / Walikot a at au nama lain.
Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kehut anan adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan hut an dan
hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu.
Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan
lainnya t idak dapat dipisahkan.
Kawasan hut an adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh Pemerint ah
dan at au Pemerint ah Provinsi unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap yang
meliput i kawasan lindung dan kawasan budidaya kehut anan.
Hut an produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi hasil
hut an.
Hut an Lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai perlindungan
sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir, mengendalikan erosi,
mencegah inst rusi air laut , dan memelihara kesuburan t anah.
Hut an Konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai f ungsi
pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya yang t erdiri at as
kawasan hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan t aman buru.
Hut an Konversi adalah kawasan hut an produksi yang diperunt ukkan diluar kegiat an kehut anan
dan at au penggunaan lain
14. Cagar al am adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
t umbuhan dan at au sat wa sert a ekosist emnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami
15. Taman Nasional adalah kawasan pelest arian alam yang mempunyai ekosist em asri, dikelola
dengan sist em zonasi yang dimanf aat kan unt uk t uj uan penelit ian, ilmu penget ahuan,
pendidikan, menunj ang budidaya, pariwisat a dan rekreasi alam.
16. Zona int i adalah bagian kawasan Taman Nasional yang mut lak dilindungi dan t idak
diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh akt ivit as manusia
17. Zona rimba adalah bagian kawasan Taman Nasional yang berf ungsi sebagai penyangga zona
int i.
18. Hut an Kemasyarakat an adalah hut an negara dengan sist em pengelolaan hut an yang bert uj uan
unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa menggangu f ungsi pokoknya.
19. Hut an rakyat adalah hut an t anaman yang berada di at as t anah yang dibebani hak milik
maupun hak lainnya di luar kawasan hut an.
20. Hasil Hut an adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang berasal
dari hut an.
21. Sumberdaya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang t erdiri Sumberdaya al am hayat i dan
non hayat i.
22. Tat a hut an adalah kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, mencakup
pengelompokan sumberdaya hut an sesuai dengan t ipe ekosist em dan pot ensi yang t erkandung
di dalamnya dengan t uj uan unt uk memperol eh manf aat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lest ari yang meliput i pembagian kawasan hut an dalam blok-blok
berdasarkan ekosist em, t ipe, f ungsi dan rencana pemanf aat an hut an.
23. Pemanf aat an hut an adalah bent uk kegiat an pemanf aat an kawasan hut an, pemanf aat an j asa
lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan
bukan kayu sert a kegiat an hut an kemasyarakat an secara opt imal, berkeadilan unt uk
kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
24. Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK) adalah Izin usaha unt uk memanf aat kan ruang t umbuh
sehingga diperoleh manf aat sepert i usaha budidaya dengan t idak mengurangi f ungsi ut ama
kawasan
25. Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) adalah izin usaha yang memanf aat kan
pot ensi j asa lingkungan dengan t idak merusak lingkungannya dan t idak mengurangi f ungsi
pokoknya
26. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) adalah izin unt uk memanf aat kan hut an
produksi yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan, perbenihan at au pembibit an,
penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan, pengolahan dan
pemasaran hasil hut an kayu.
27. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT) adalah suat u kegiat an
usaha di dalam kawasan hut an produksi, baik t anaman murni at au campuran, unt uk
menghasilkan produk ut ama berupa kayu, yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan,
pembibit an, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan,
pengolahan dan pemasaran.
28. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) adalah izin usaha unt uk
melaksanakan pemanf aat an hasil hut an bukan kayu pada areal hut an yang t elah dit et apkan
dan t idak dibebani hak-hak lain sej enisnya.
29. Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) adalah izin unt uk melaksanakan pemungut an
berupa kayu dari hut an rakyat dan at au areal t anah yang t elah dibebani hak milik secara sah
30. Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) adal ah izin yang diberikan unt uk melaksanakan
penebangan dan penggunaan kayu dari areal hut an yang t elah dit et apkan at au pada areal
penggunaan lain yang t idak dibebani HPH at au hak-hak lain di bidang Kehut anan.
31. Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) adalah izin unt uk melaksanakan
pemungut an / pengumpulan/ penyadapan dan penggunaan hasil hut an bukan kayu dari areal
hut an yang dit et apkan at au pada areal penggunaan lain yang t idak dibebani hak-hak lain yang
sej enis.
32. Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an adalah izin yang diberikan oleh gubernur kepada
masyarakat set empat unt uk melakukan pengelol aaan hut an kemasyarakat an.
33. Indust ri primer hasil hut an kayu adalah pengolahan kayu bulat dan at au kayu bahan baku
serpih menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
34. Indust ri primer hasil hut an bukan kayu adal ah pengolahan hasil hut an bukan kayu menj adi
barang set engah j adi at au barang j adi.
35. Hut an alam adalah suat u lapangan yang bert umbuhan pohon-pohon alami yang secara
keseluruhan merupakan persekut uan hidup alam hayat i besert a alam lingkungannya.
36. Hut an t anaman adalah hut an yang dibangun dalam rangka meningkat kan pot ensi dan kualit as
hut an produksi dengan menerapkan silvikult ur int ensif
37. Tanaman pokok adalah j enis t anaman hut an yang memiliki luas dan at au nilai ekonomi
dominan
38. Daur t anaman adalah j angka wakt u yang diperlukan bagi suat u j enis t anaman sej ak mulai
penanaman sampai mencapai masa t ebang.
39. Masyarakat set empat adalah kelompok-kelompok masyarakat yang t inggal didalam at au
disekit ar hut an dan memil iki ciri sebagai suat u komunit as yang didasarkan pada kekerabat an,
kesamaan mat a pencaharian yang t erkait dengan hut an.
40. Peorangan adalah orang perorang anggot a masyarakat set empat yang cakap bert indak
menuirut hukum dan Warga Negara Indonesia
41. Koperasi adalah suat u badan hukum yang beranggot akan masyarakat yang berlandaskan
kegiat annya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
at as asas kekeluargaan
42. BUMN adalah Badan Usaha Milik Negara yang memperoleh izin usaha di bidang kehut anan
43. BUMD adalah Badan Usaha Milik Daerah yang memperoleh izin usaha di bidang kehut anan
44. Badan Usaha Milik Swast a Indonesia/ Asing adal ah Badan Usaha Milik Swast a yang berbent uk
perseroan t erbat as yang berbadan hukum Indonesia dan memperoleh izin usaha di bidang
kehut anan
45. Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada pemegang izin
usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang dilakukan sekali pada saat
izin t ersebut diberikan.
46. Provisi sumber daya hut an adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai inst rinsik
dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.
47. Dana reboisasi adalah dana unt uk reboisasi dan rehabilit asi hut an sert a kegiat an
pendukungnya yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanf aat an hasil hut an dari hut an
alam berupa kayu.
48. Penggunaan kawasan hut an adalah kegiat an penggunaan kawasan hut an unt uk pembangunan
di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan f ungsi pokok kawasan hut an.
Bagian Kedua
Asas dan Tuj uan
Pasal
2
Penyelenggaraan Perizinan Kehut anan dilaksanakan berdasarkan asas rasionalit as, opt imalit as,
manf aat yang berkelanj ut an dan lest ari dengan memperhat ikan rasa keadilan, kerakyat an,
kebersamaan, ket erbukaan, ket erpaduan dan kemit raan.
Pasal 3
Pemanf aat an hut an dan Penggunaan kawasan hut an bert uj uan :
a.
mewuj udkan keberadaan sumberdaya hut an yang berkualit as t inggi, memperoleh manf aat
ekonomi, sosial dan ekologi yang opt imal dan lest ari sert a menj amin dist ribusi manf aat nya
secara adil dan merat a dengan mengikut sert akan masyarakat di sekit ar hut an;
b.
mengopt imalkan aneka f ungsi hut an dan meningkat kan kemampuan sert a keberdayaan
masyarakat secara part isipat if , berkeadilan dan berwawasan lingkungan sehingga mampu
mencipt akan ket ahanan sosial, budaya dan ekonomi;
c.
menghasilkan produk ut ama berupa hasil hut an kayu dan at au bukan kayu, j asa lingkungan
guna memenuhi kebut uhan masyarakat dan/ at au memperluas kesempat an bekerj a dan
berusaha.
BAB II
PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Bagian Kesat u
Pemanf aat an Hut an
Pasal 4
(1)
Pemanf aat an hut an bert uj uan unt uk memper oleh manf aat yang opt imal bagi kesej aht eraan
seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
(2)
Pemanf aat an hut an dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan,
pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan
kayu.
Pasal 5
(1)
Pemanf aat an kawasan dapat dilakukan pada kawasan, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi.
(2)
Pemanf aat an Jasa Lingkungan dapat dilakukan pada kawasan hut an konservasi selain hut an cagar
alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi
(3)
Pemanf aat an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an yang dikonversi dan kawasan
hut an produksi yang t erdiri dari hut an alam dan hut an t anaman.
(4)
Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan pada, kawasan hut an lindung dan hut an
produksi, sert a pada kawasan hut an yang dikonversi.
(5)
Pemungut an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an produksi, kawasan hut an
yang dikonversi dan kawasan budidaya non kehut anan at au di luar kawasan hut an.
(6)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan pada, kawasan hut an lindung dan kawasan
hut an produksi, sert a kawasan hut an yang dikonversi.
(7)
Kegiat an hut an kemasyarakat an dilakukan pada kawasan hut an lindung dan kawasan hut an
produksi.
(8)
Indust ri primer hasil hut an dapat dibangun di dalam kawasan hut an produksi dan di luar kawasan
hut an.
Pasal
6
(1)
Pemanf aat an kawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK)
(2)
Pemanf aat an Jasa Lingkungan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL)
(3)
Pemanf aat an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (3) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha
Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT)
(4)
Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (4) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Alam (IUPHHBK-HA)
dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Tanaman (IUPHHBK-HT)
(5)
Pemungut an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (5) dilaksanakan melalui
pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam(IPHHK-HA) dan Izin Pemungut an Kayu
Tanah Milik (IPK-TM)
(6)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (6) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Alam (IPHHBK-HA)
(7)
Kegiat an hut an kemasyarakat an sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (7) dilaksanakan
melalui pemberian Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm).
(8)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan (7) akan diat ur
dengan keput usan Gubernur.
Pasal 7
(1)
Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK), Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada hut an
produksi, dan Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPK-TM) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an
Bukan Kayu (IPHHBK) masing-masing sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1), (5) dan (6)
dapat diberikan kepada perorangan dan koperasi.
(2)
Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) kecuali usaha dalam kegiat an pembinaan
ment al dan f isik, usaha carbont rade, usaha penelit ian dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an
Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) dan (4) dapat diberikan
kepada perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.
(3)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an
Tanaman (IUPHHT) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada areal hut an yang
dikonversi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) dan (5) dapat diberikan kepada
perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.
(4)
Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7)
dapat diberikan kepada Koperasi Masyarakat set empat yang didukung oleh adanya lembaga
masyarakat dan memiliki at uran-at uran int ernal baik dalam hal at uran sosial kemasyarakat an
maupun at uran-at uran pengelolaan hut an.
Pasal 8
(1)
Izin usaha indust ri dan izin perluasan indust ri primer hasil hut an kayu dan bukan kayu dapat
diberikan kepada :
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
Izin usaha indust ri penggergaj ian kayu dengan kapasit as produksi sampai dengan 2. 000 (dua
ribu) met er kubik per t ahun dapat diberikan kepada :
a.
b.
(3)
perorangan;
koperasi;
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
Badan Usaha Milik Swast a (BUMS) Indonesia.
perorangan;
koperasi.
Tanda daf t ar indust ri unt uk indust ri primer hasil hut an bukan kayu skala kecil dapat diberikan
kepada :
a.
b.
perorangan;
koperasi.
(4) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kedua
Penggunaan Kawasan Hut an
Pasal
9
(1)
Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan diluar kegiat an kehut anan hanya
dapat dilakukan didalam kawasan hut an produksi dan kawasan hut an lindung t anpa mengubah
f ungsi pokok kawasan hut an.
(2)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud ayat (1) meliput i penggunaan unt uk t uj uan
st rat egis dan at au kepent ingan t erbat as.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
BAB III
LUAS AREAL DAN JANGKA WAKTU PERIZINAN
Pasal 10
(1)
Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1) diberikan
kepada :
a.
b.
c.
(2)
Perorangan dengan luas areal Maksimal 5 (lima) Ha dan j angka wakt u maksimal 5
(lima) t ahun
Koperasi dengan luas areal Maksimal 50 (lima puluh) Ha dan j angka wakt u maksimal 5
(lima) t ahun
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUP-JL) sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2)
diberikan :
a.
b.
Dengan luas maksimal 1. 000 (seribu) Ha unt uk j angka wakt u paling lama 10 (sepuluh)
t ahun; dan
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam sat u
provinsi.
(3)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3)
diberikan kepada koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan luas areal Maksimal 40. 000
(empat puluh ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 35 (t iga puluh lima) t ahun dan diberikan
maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(4)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Tanaman (IUPHHT) sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (3) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia / asing
dengan luas areal Maksimal 50. 000 (lima puluh ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 35 (t iga
puluh lima) t ahun dit ambah 1 (sat u) daur dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap
pemohon dalam wilayah provinsi.
(5)
Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (4) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan luas
areal Maksimal 5. 000 (lima ribu) Ha dalam j angka wakt u maksimal 5 (lima) t ahun dan diberikan
maksimum 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(6)
Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5)
diberikan kepada :
a.
b.
c.
Perorangan dan koperasi dengan luas areal maksimal 100 (serat us) Ha dan j angka wakt u
maksimal 1 (sat u) t ahun pada hut an produksi
Koperasi , BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia dengan luas areal Maksimal 500 (lima rat us) Ha
dan j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun unt uk areal hut an yang dikonversi (IPHHK-HK); dan
Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.
(7)
Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5) diberikan
kepada perorangan dan koperasi dengan t arget produksi maksimal 500 M3 (lima rat us met er
kubik) dalam j angka wakt u 1 (sat u) t ahun dan diberikan 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon
dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(8)
Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5)
diberikan kepada perorangan dan koperasi dengan luas areal maksimal 100 (serat us) Ha dan
j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap
pemohon dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(9)
Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7)
diberikan dengan luas areal maksimal 10. 000 (sepul uh ribu) Ha dalam j angka wakt u 10 (sepuluh)
t ahun.
BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN
Pasal 11
(1)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) dan (4) dit uj ukan kepada
Gubernur dan t embusannya disampaikan kepada Ment eri Kehut anan danKepala Dinas Kehut anan
Provinsi
(2)
Penanda t anganan dan penerbit an Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu pada Hut an Alam
dan at au Hut an Tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
memperhat ikan Berit a Acara Perset uj uan Bersama ant ara Ment eri Kehut anan dan Gubernur
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(3)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (5) dit uj ukan kepada gubernur dan
t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi
(4)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1), (2), (6) dan (8) dit uj ukan
kepada Gubernur, c/ q Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepala
Dinas Kehut anan, Inst ansi Teknis Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama lain dan Kepala UPT
Dinas Kehut anan.
(5)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) dit uj ukan kepada Gubernur c/ q
Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Inst ansi
Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(6)
Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) dit uj ukan kepada Gubernur C/ q
Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dengan t embusan Dinas Inst ansi Kehut anan Kabupat en/ Kot a
at au nama lain.
(7)
Permohonan sebagaimana dimaksud pasal 8 unt uk kapsit as produksi sampai dengan 6. 000 (enam
ribu) m3 per t ahun dan Tanda Daf t ar sebagaimana dimaksud ayat (3) dit uj ukan kepada Kepala
Dinas Kehut anan Provinsi dan unt uk kapasit as Produksi lebih besar dari 6. 000 (enam ribu) m3 per
t ahun dit uj ukan kepada Gubernur dengan t embusan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi.
(8)
Unt uk menj amin t ert ibnya penyel enggaraan perizinan dibidang kehut anan Pemerint ah Provinsi
dapat menyerahkan t ugas-t ugas perbant uan kepada Kabupat en/ Kot a at au nama lain sert a perlu
dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan yang diat ur dengan Keput usan Gubernur.
BAB V
IURAN KEHUTANAN
Pasal
12
(1)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) dan (2) dikenakan iuran Izin usaha
pemanf aat an hut an.
(2)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) dan (6) dikenakan iuran izin usaha
pemanf aat an hut an, provisi sumber daya hut an dan Dana Reboisasi.
(3)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (4) dikenakan iuran izin usaha
pemanf aat an hut an dan provisi sumber daya hut an.
(4)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (5) dikenakan iuran izin usaha dan provisi
sumber daya hut an.
(5)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) hanya dikenakan ret ribusi.
(6)
Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (8) dikenakan provisi sumber daya hut an.
(7)
Tarif iuran kehut anan mempedomani perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(8)
Gubernur dapat memberikan masukan kepada Ment eri Kehut anan t ent ang perubahan t arif iuran
izin usaha pemanf aat an hut an.
BAB VI
PEREDARAN DAN PEMASARAN HASIL HUTAN
Pasal 13
(1)
Dalam rangka melindungi hak-hak negara at as hasil hut an dan kelest arian hut an, dilakuakn
pengendalian peredaran dan pemasaran hasil hut an melalui penat ausahaan hasil hut an.
(2)
Semua hasil hut an yang berasal dari hut an negara dilakukan pengukuran dan penguj ian oleh
pet ugas yang berwenang.
(3)
Terhadap f isik hasil hut an yang t elah diukur dan diuj i sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diberikan t anda sebagai bukt i legalit as.
(4)
Set iap pengangkut an, penguasaan at au pemi likan hasil hut an waj ib dilengkapi bersama-sama
dengan dokumen surat ket erangan sahnya hasil hut an yang dit erbit kan oleh pej abat berwenang.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang t eknis pelaksanaan ayat (1), (2), (3) dan (4) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 14
Hasil hut an berupa kayu bulat dan bahan baku serpih dilarang unt uk diekspor.
Pasal 15
(1)
Apabila hasil hut an yang diangkut , dikuasai at au dimiliki t idak dilengkapi bersama-sama dengan
surat ket erangan sahnya hasil hut an, maka hasil hut an t ersebut dinyat akan sebagai hasil hut an
t idak sah.
(2)
Terhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan proses
penanganan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Terhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan pelelangan.
(4)
Hasil pelelangan t erhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), yang
t elah memiliki kekuat an hukum t et ap, sebagian dialokasikan unt uk insent if bagi pihak yang
berj asa dalam penyelamat an kekayaan negara.
(5)
Ket ent uan pemberian insent if bagi pihak yang berj asa dalam upaya penyelamat an kekayaan
negara sebagaimana dimaksud dal am ayat (3) dan (4) diat ur dengan Keput usan Bersama Ment eri
dengan Ment eri yang bert anggung j awab dibidang keuangan.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 16
(1)
Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an mempunyai hak
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
(2)
Melaksanakan berbagai kegiat an dalam areal usaha pemanf aat an dan pemungut an hasil
hut an yang berkait an dengan izin usahanya
Melaksanakan berbagai kegiat an dalam areal usaha hut an t anaman yang berkait an dengan
izin usahanya
Melakukan kegiat an eksploit asi mulai dari penebangan sampai dengan pemasaran sesuai
dengan izin usahanya
Memperoleh pelayanan yang baik dari inst ansi t erkait
Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an berkewaj iban sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Membayar iuran kehut anan sesuai perat uran yang berlaku.
Mencegah / membat asi kerusakan hut an dan kawasan hut an
Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat sert a perorangan
Membuat sert a menyusun RKD, RKL dan RKT secara baik dan benar
Melaksanakan penat aan bat as areal dan penat aan hut an
Melaksanakan kegiat an pengayaan, pemeliharaan, penj arangan dan pengamanan
secara berkelanj ut an
Mempekerj akan secukupnya t enaga t eknis di bidang kehut anan dan t enaga lain sesuai
dengan kebut uhan dengan mengut amakan t enaga kerj a di sekit ar kawasan hut an.
h. Mengadakan kemit raan dengan masyarakat set empat , BUMN, BUMS Indonesia/ Asing
i. Membuat Amdal bagi usaha pemanf aat an hasil hut an sesuai dengan perat uran dan
perundang-undangan yang berlaku
BAB VIII
HAPUSNYA IZIN DAN PERPANJANGAN IZIN
Pasal 17
Hapusnya Izin
(1)
Izin pemanf aat an hut an dapat menj adi hapus, apabila :
a. j angka wakt u izin t elah berakhir;
c.
d.
b. izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang kenakan kepada pemegang izin;
izin diserahkan kembali oleh pemegang izin dengan pernyat aan t ert ulis kepada pemberi
izin sebelum j angka wakt u izin berakhir;
t arget volume at au berat yang dizinkan dalam izin pemungut an hasil hut an t elah
t erpenuhi.
(2)
Sebelum izin dit erima kembali oleh pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c,
t erlebih dahulu diaudit secara komprehensif .
(3)
Berdasarkan hasil laporan audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pemberi izin dapat
menerima at au menerima dengan persyarat an at au menolak pengembalian izin t ersebut .
(4)
Hapusnya izin at as ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak membebaskan
kewaj iban pemegang izin unt uk :
a.
b.
melunasi seluruh kewaj iban f inansial sert a memenuhi kewaj iban-kewaj iban lain yang
dit et apkan oleh Pemerint ah at au Pemerint ah Provinsi;
melaksanakan semua ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan berkait an dengan berakhirnya
izin sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.
(5)
Pada saat hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) barang t idak bergerak dan at au
t anaman yang t elah dibangun dan at au dit anam dalam areal kerj a menj adi milik negara.
(6)
Dengan hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerint ah dan at au Pemerint ah
Daerah t idak bert anggung j awab at as kewaj iban pemegang izin t erhadap pihak ket iga.
Pasal 18
Perpanj angan Izin
(1)
Perizinan kehut anan sebagaimana t ersebut pada pasal 7 ayat 1 dapat diperpanj ang apabila
j angka wakt u yang diberikan t elah berakhir.
(2)
Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan diat ur dengan Keput usan Gubernur.
BAB IX
SANKSI
Pasal 19
Pelanggaran at as penyelenggaraan izin pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an, indust ri
primer hasil hut an dikenakan sanksi pidana dan at au sanksi administ rat if berdasarkan kepada
ket ent uan perat uran dan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN LAIN
Pasal 20
Qanun t ent ang Perizinan Kehut anan ini adalah unt uk :
a.
b.
menj adi pedoman bagi Dinas Kehut anan Provinsi, inst ansi t eknis kehut anan / UPT Dinas
Kehut anan Kabupat en/ Kot a dan inst ansi t erkait lainnya; sert a
merupakan pedoman bagi pemegang izin dalam melaksanakan kegiat an usaha
pemanf aat an dan pemungut an hasil hut an pada hut an lindung, hut an produksi (hut an
produksi t erbat as at au hut an produksi yang dapat dikonversi) dan hut an konservasi selain
hut an cagar alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1).
Semua perizinan di bidang kehut anan sebelum dit et apkan Qanun ini t et ap berlaku, sampai
dengan berakhir masa berlakunya izin.
(2).
Perizinan di bidang kehut anan yang t elah mendapat kan perset uj uan pencadangan, proses
penyelesaian perizinannya dilaksanakan oleh Gubernur.
(3).
Permohonan izin di bidang kehut anan yang belum mendapat perset uj uan pencadangan, proses
penyelesaiannya berpedoman kepada ket ent uan Qanun ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Dengan dit et apkannya Qanun ini, maka ket ent uan Perizinan di bidang Kehut anan yang t erbit sebelum
Qanun ini dit et apkan, dan bert ent angan dengan Qanun ini, dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 23
Qanun ini berlaku sej ak t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan penempat annya
dalam Lembaran Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
(7 Sya’ ban 1423)
GUBERNUR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekretaris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
ttd.
THANTHAWI ISHAK, SH
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NO. 58 SERI E NOMOR 7