Qanun NAD NOMOR 14 TAHUN 2002
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NOMOR : 14 TAHUN 2002
TENTANG
KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Menimbang :
a.
bahwa hut an merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa yang perlu dimanf aat kan unt uk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan dipert ahankan kelest arian f ungsinya sehingga
dapat meningkat kan pembangunan yang berkelanj ut an dan melindungi ekosist emnya;
b.
bahwa unt uk t et ap menj aga kelest arian hut an di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu
mempert imbangkan karakt erist ik t ipe dan f ungsi hut an, kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS), sosial ekonomi dan budaya (Sosekbud) sert a kelembagaan masyarakat ;
c.
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, t elah dit et apkan Ot onomi
Khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
d.
bahwa unt uk maksud t ersebut di at as perlu dit et apkan dalam suat u Qanun Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Propinsi
Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Propinsi Sumat era Ut ara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor
1103);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);
Undang-undang Nomor 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
Undang-undang Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
Undang-undang Nomor 44 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Daerah
Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3893);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah
Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 t ahun 1985 t ent ang Perlindungan Hut an (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 394, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3294);
Perat uran Pemerint ah Nomor 27 t ahun 1999 t ent ang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
Perat uran Pemerint ah Nomor 25 t ahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah Pusat
dan Propinsi Sebagai daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 t ahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3982);
Perat uran Pemerint ah Nomor 104 t ahun 2000 t ent ang Dana Perimbangan (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4021);
Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66);
Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67);
Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Perat uran Daerah Propinsi Daerah Ist imewa Aceh Nomor 13 Tahun 2001 t ent ang
Susunan Organisasi dan Tat a Kerj a Dinas Kehut anan Propinsi Daerah Ist imewa Aceh
(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 42).
Dengan Perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG KEHUTANAN
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesat u
Pengert ian
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemerint ah Pusat , selanj ut nya disebut Pemerint ah, adalah perangkat Negara
Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para Ment eri.
Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pemerint ah Provinsi adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam besert a
Perangkat Daerah Ot onom sebagai Badan Eksekut if Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupat en/ Kot a at au nama lain adalah daerah Ot onom dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yang dipimpin oleh Bupat i/ Walikot a at au nama lain.
Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kehut anan adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan
hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu.
Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang
sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan.
Kawasan Hut an adalah Wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi unt uk dipert ahankan keberadaannya
sebagai hut an t et ap yang meliput i kawasan lindung dan kawasan budidaya kehut anan.
Hut an kot a adalah suat u kawasan hut an t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan
berdasarkan kepent ingan pengat uran iklim mikro, est et ika dan resapan air di set iap
kot a.
Hut an negara adalah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as
t anah, dapat berupa hut an adat .
Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah, yang
dibukt ikan dengan alas t it el at au hak at as t anah.
Hut an adat adalah hut an negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat .
Hut an produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an.
Hut an Lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah inst rusi air laut , dan memelihara kesuburan t anah.
Hut an Konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya
yang t erdiri at as kawasan hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan
t aman buru.
Hut an kemasyarakat an adalah hut an negara dengan sist em pengelolaan hut an yang
bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa mengganggu f ungsi
pokoknya.
Hasil hut an adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang
berasal dari hut an.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah Wilayah geograf is yang secara alami dibat asi oleh
bat as alam berupa punggung perbukit an/ pegunungan yang merupakan sat u kesat uan
sist em hidro-orologis, sebagai unit pengelolaan hut an secara lest ari.
Tat a hut an adalah kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, mencakup
pengelompokan sumberdaya hut an sesuai dengan t ipe ekosist em dan pot ensi yang
t erkandung di dalamnya dengan t uj uan unt uk memperoleh manf aat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat secara lest ari.
Rencana pengelolaan hut an j angka panj ang adalah rencana yang memuat kegiat an
secara makro t ent ang pedoman, arahan sert a dasar-dasar pengelolaan hut an unt uk
mencapai t uj uan pengelolaan hut an dalam j angka wakt u 20 (dua puluh) t ahun,
disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.
Rencana pengelolaan hut an j angka menengah adalah rencana yang memuat
penj abaran rencana pengelolaan hut an j angka panj ang dalam j angka wakt u 5 (lima)
t ahun, disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.
Rencana pengelolaan hut an j angka pendek adalah rencana yang memuat kegiat an
operasional secara det ail yang merupakan penj abaran rencana pengelolaan dalam
j angka wakt u 1 (sat u) t ahun yang disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi berdasarkan
masukan dari Inst ansi yang menangani bidang kehut anan di Kabupat en/ Kot a at au
nama lain dan disahkan oleh Gubernur.
Pemanf aat an hut an adalah bent uk kegiat an pemanf aat an kawasan hut an,
pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a
pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu, secara opt imal berkeadilan unt uk
kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
Indust ri primer hasil hut an kayu adalah pengolahan kayu bulat dan at au kayu bahan
baku serpih menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
26. Indust ri primer hasil hut an bukan kayu adalah pengolahan hasil hut an bukan kayu
menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
27. Penggunaan kawasan hut an adalah kegiat an penggunaan kawasan hut an unt uk
pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan f ungsi pokok
kawasan hut an.
28. Rehabilit asi hut an dan lahan adalah upaya unt uk memulihkan, mempert ahankan dan
meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung, produkt if it as, dan
peranannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga.
29. Reklamasi hut an adalah kegiat an unt uk memulihkan kembali lahan dan veget asi hut an
yang rusak agar dapat berf ungsi sesuai dengan perunt ukannya.
30. Perlindungan hut an adalah kegiat an unt uk mencegah dan membat asi kerusakan
hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang disebabkan oleh perbuat an manusia,
t ernak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit .
31. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang t inggal dalam kawasan t ert ent u
secara t urun t emurun berdasarkan kesamaan wil ayah dan at au hubungan darah yang
memiliki wilayah adat dan pranat a-pranat a adat t ersendiri.
32. Masyarakat set empat adalah sekelompok orang yang t inggal didalam dan at au
disekit ar hut an yang berdasarkan pada kesamaan wilayah t empat t inggal.
33. Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada
pemegang izin usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang
dilakukan sekali pada saat izin t ersebut diberikan.
34. Provisi sumber daya hut an adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai
inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.
35. Dana reboisasi adalah dana unt uk reboisasi dan rehabilit asi hut an sert a kegiat an
pendukungnya yang dipungut dari pemegang Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an dari
hut an alam berupa kayu.
Bagian Kedua
Asas dan Tuj uan
Pasal 2
(1)
Penyelenggaraan Kehut anan berasaskan manf aat yang berkelanj ut an secara lest ari,
kerakyat an, keadilan, kemit raan, ket erbukaan dan akunt abilit as publik sert a
ket erpaduan.
(2)
Penyelenggaraan kehut anan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bert uj uan unt uk
memperoleh manf aat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam rangka
pembangunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan pert imbangan, ekologi,
ekonomi dan sosial budaya, dalam kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai dengan:
a.
b.
c.
d.
e.
menj amin keberadaan hut an dengan luasan yang past i dan sebaran proporsional;
mengopt imalkan aneka f ungsi hut an yang meliput i f ungsi konservasi, f ungsi lindung
dan f ungsi produksi unt uk mencapai manf aat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
yang seimbang dan lest ari;
meningkat kan daya dukung daerah aliran sungai;
meningkat kan kemampuan unt uk mengembangkan kapasit as dan keberdayaan
masyarakat secara part isipat if , berkeadi lan dan berwawasan lingkungan sehingga
mampu mencipt akan ket ahanan sosial dan ekonomi sert a ket ahanan t erhadap akibat
perubahan ekst ernal; dan
menj amin dist ribusi manf aat yang berkeadilan dan berkelanj ut an.
Bagian Ket iga
Penguasaan Hut an
Pasal 3
(1)
Semua hut an di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam t ermasuk kekayaan alam yang
t erkandung didalamnya dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi yang dimanf aat kan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat .
(2)
Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberi kewenangan dan t anggung
j awab kepada Pemerint ah Provinsi unt uk menyelenggarakan pengelolaan hut an di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara lest ari yang dalam pelaksanaannya secara
menyeluruh t erbagi kedalam kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS).
BAB II
STATUS DAN FUNGSI HUTAN
Pasal 4
(1)
Penet apan st at us f ungsi hut an dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
didasarkan kepada kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS).
(2)
Kelompok-kelompok DAS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t erdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
(3)
Kelompok DAS wilayah I meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Aceh, Sub Kelompok DAS
Krueng Baro, Sub Kelompok DAS Krueng Teunom, Sub Kelompok DAS Krueng Sabee,
Sub Kelompok DAS A. Set uy dan Sub Kelompok DAS A. Raya;
Kelompok DAS wilayah II meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Meureudu, Sub
Kelompok DAS Krueng Peusangan dan Sub Kelompok DAS Krueng Pasee;
Kelompok DAS Wilayah III meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Jambo Aye/ Krueng
Arakundo, Sub Kelompok DAS Krueng Peureulak dan Sub Kelompok DAS Krueng
Tamiang;
Kelompok DAS Wilayah IV meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Woyla, Sub Kelompok
DAS Krueng Meureubo, Sub Kelompok DAS Krueng Tripa dan Sub Kelompok DAS L.
Lasikin;
Kelompok DAS Wilayah V meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Kuala Bat ee, Sub
Kelompok DAS Krueng Kluet dan Sub Kelompok DAS Krueng Singkil.
Dalam rangka penyelenggaraan kegiat an kehut anan pada kelompok-kelompok Daerah
Aliran Sungai (DAS), dibent uk Unit -unit Pelaksana Teknis Dinas Kehut anan Provinsi yang
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 5
(1)
Hut an berdasarkan st at usnya t erdiri dari :
a. Hut an Negara; dan
b. Hut an Hak.
(2)
Hut an Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat berupa hut an adat .
(3)
Penunj ukan dan at au penet apan hut an adat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksankan oleh Pemerint ah Provinsi, sepanj ang masih ada dan diakui keberadaannya
oleh masyarakat adat set empat .
(4)
Penet apan krit eria dan st andar hut an adat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur
lebih lanj ut dengan keput usan Gubernur.
(5)
Hut an hak yang mempunyai f ungsi konservasi at au lindung dapat diubah st at usnya
menj adi kawasan hut an.
(6)
Dalam hal hut an hak diubah st at usnya menj adi kawasan hut an sebagaimana dimaksud
ayat (5), Pemerint ah dan at au Pemerint ah provinsi berkewaj iban memberikan
kompensasi kepada pemegang hak sesuai perat uran perundangan yang berlaku.
(7)
Dalam hal hut an hak dif ungsikan sebagai kawasan konservasi at au lindung, pemerint ah
dapat memberikan insent if kepada pemegang hak.
(8)
Pemerint ah, Pemerint ah Provinsi, Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain
berkewaj iban unt uk mengembangkan hut an hak melalui pengembangan kelembagaan.
Pasal 6
(1)
Hut an mempunyai 3 f ungsi pokok :
a. Fungsi Konservasi
b. Fungsi Lindung
c. Fungsi Produksi
(2)
Berdasarkan f ungsi pokok hut an dimaksud pada ayat (1), dit et apkan :
a. Hut an Konservasi
b. Hut an Lindung
c. Hut an Produksi
(3)
Hut an konservasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a t erdiri dari kawasan
hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan t aman buru, yang dit unj uk dan
at au dit et apkan oleh Pemerint ah, kecuali Taman Hut an Raya.
(4)
Hut an lindung, hut an produksi dan Taman Hut an Raya dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah Provinsi.
(5)
Hut an produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c t erdiri dari hut an alam dan
hut an t anaman.
Pasal 7
(1)
Pemerint ah Provinsi dapat menunj uk dan at au menet apkan hut an t ert ent u unt uk t uj uan
khusus.
(2)
Penunj ukan dan at au penet apan kawasan hut an dengan t uj uan khusus sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) yang diperl ukan unt uk kepent ingan umum, sepert i:
a. pengembangan keist imewaan aceh;
b. pendidikan dan lat ihan;
c. penelit ian dan pengembangan;
d. percont ohan budidaya kehut anan dan penyuluhan.
(3)
Kawasan hut an dengan t uj uan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) t idak
mengubah f ungsi pokok hut an.
Pasal 8
(1)
Unt uk kepent ingan pengat uran iklim mikro, est et ika dan resapan air, diset iap kot a
dit unj uk dan at au dit et apkan kawasan t ert ent u sebagai hut an kot a.
(2)
Hut an kot a sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Kehut anan Provinsi set elah
mendapat pert imbangan dari pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
BAB III
PENGURUSAN HUTAN
Pasal 9
Pengurusan hut an Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam meliput i kegiat an penyelenggaraan :
a. perencanaan kehut anan;
b. pengelolaan hut an;
c. penelit ian, pengembangan pendidikan dan lat ihan, sert a penyuluhan kehut anan; dan
d. pengawasan, monit oring dan evaluasi.
Bagian Kesat u
Perencanaan Kehut anan
Pasal 10
(1)
Perencanaan kehut anan dimaksudkan unt uk memberikan pedoman dan arah yang
menj amin t ercapainya t uj uan bagi kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
berkelanj ut an.
(2)
Perencanaan kehut anan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, meliput i :
a. invent arisasi hut an;
b. pengukuhan kawasan hut an;
c. penat agunaan kawasan hut an;
d. pembent ukan wilayah pengelolaan hut an; dan
e. penyusunan rencana kehut anan.
(3)
Penyelenggaraan perencanaan kehut anan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur
lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Kedua
Pengelolaan Hut an
Pasal 11
(1)
Pengelolaan hut an sebagaimana dimaksud pada pasal 9 huruf b meliput i kegiat an :
a. t at a hut an dan penyusunan rencana pengelolaan hut an;
b. pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an;
c. rehabilit asi dan reklamasi hut an;
d. perlindungan hut an dan konservasi alam.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengel olaan hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 12
(1)
Tat a hut an dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hut an secara int ensif unt uk
memperoleh manf aat yang opt imal dan lest ari.
(2)
Pelaksanaan t at a hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada set iap unit
at au kesat uan pengelolaan hut an di kawasan hut an lindung, hut an produksi dan Taman
Hut an Raya.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) akan diat ur
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 13
(1)
Berdasarkan hasil t at a hut an pada set iap unit at au kesat uan pengelolaan hut an
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 disusun rencana pengelolaan hut an dengan
memperhat ikan aspirasi, part isipasi dan nilai budaya masyarakat sert a kondisi
lingkungan.
(2)
Penyusunan rencana pengelolaan hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliput i :
a. rencana pengelolaan hut an j angka panj ang;
b. rencana pengelolaan hut an j angka menengah;
c. rencana pengelolaan hut an j angka pendek.
(3)
Rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memuat perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, pengawasan sebagai dasar
kegiat an pengelolaan hut an.
(4)
Penyusunan rencana pengelolaan hut an unt uk kawasan hut an lindung, hut an produksi dan
Taman Hut an Raya diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 14
(1)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf b, bert uj uan unt uk
memperoleh manf aat yang opt imal dan berkelanj ut an bagi kesej aht eraan seluruh
masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
(2)
Pemanf aat an hut an dapat dilakukan pada semua kawasan hut an kecuali pada hut an cagar
alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional.
(3)
Pemanf aat an Hut an Pelest arian Alam dan Hut an Suaka Alam sert a Taman Buru diat ur
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pemanf aat an hut an lindung dan hut an produksi akan
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 15
(1)
Pemanf aat an hut an lindung dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa
lingkungan, dan pemungut an hasil hut an bukan kayu.
(2)
Pemanf aat an hut an lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanf aat an
kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, dan pemungut an hasil hut an bukan kayu.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) akan diat ur
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 16
(1)
Pemanf aat an hut an produksi dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa
lingkungan, dan pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, sert a pemungut an hasil
hut an kayu dan bukan kayu.
(2)
Pemanf aat an hut an produksi dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanf aat an
kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, dan pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan
kayu, sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu.
(3)
Unt uk menj amin asas keadilan, berkelanj ut an, dan lest ari maka izin usaha pemanf aat an
hut an dibat asi dengan mempert imbangkan aspek kelest arian hut an dan aspek kelest arian
usaha.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) akan
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 17
Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat , set iap badan usaha yang memperoleh izin
usaha pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu
dan bukan kayu sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu dapat melibat akan
kelembagaan masyarakat di sekit ar kawasan hut an.
Pasal 18
(1)
Usaha pemanf aat an hasil hut an meliput i kegiat an penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan dan pemasaran hasil hut an.
(2)
Usaha pemanf aat an hasil hut an oleh masyarakat di sekit ar kawasan hut an, dapat
dilakukan t anpa mengganggu f ungsi pokoknya dalam rangka pemberdayaan masyarakat
yang diselenggarakan melalui pola hut an kemasyarakat an.
(3)
Pemanenan dan pengolahan hasil hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak
boleh melebihi daya dukung hut an secara lest ari.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 19
Pengelolaan kawasan hut an unt uk t uj uan khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 dapat
diberikan kepada :
a. masyarakat adat ;
b. lembaga pendidikan;
c. lembaga penelit ian;
d. lembaga sosial dan keagamaan.
Pasal 20
(1)
Set iap pemegang izin usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 14,
pasal 15 dan pasal 16 dikenakan iuran izin usaha berdasarkan luas hut an yang diberikan
dalam izin dan dipungut sekali pada saat izin usaha diberikan.
(2)
Set iap produksi hasil hut an kayu yang di hasilkan dari izin usaha pemanf aat an hasil hut an
kayu dan pemungut an kayu pada hut an al am dikenakan Provisi dan Dana Reboisasi.
(3)
Set iap produksi kayu dari izin pemanf aat an hasil hut an kayu dari hut an t anaman,
dikenakan provisi.
(4)
Set iap produksi hasil hut an bukan kayu dari izin usaha pemanf aat an dan pemungut an
dikenakan provisi.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat
(4) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 21
(1)
Pemanf aat an hut an hak dilakukan oleh pemegang hak at as t anah yang bersangkut an,
sesuai dengan f ungsinya.
(2)
Pemanf aat an hut an hak yang berf ungsi konservasi dan lindung dapat dilakukan sepanj ang
t idak mengganggu f ungsinya sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Pemanf aat an hut an hak yang berf ungsi produksi dapat dilakukan kegiat an unt uk
memproduksi hasil hut an sesuai pot ensi dan daya dukung lahan.
(4)
Pemanf aat an hut an adat dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkut an
sesuai dengan f ungsinya.
(5)
Pemanf aat an hut an adat yang berf ungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan
sepanj ang t idak mengganggu f ungsinya.
(6)
Ket ent uan lebih lanj ut t erhadap pemanf aat an hut an hak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 22
(1)
Dalam rangka peningkat an nilai t ambah hasil hut an dan ef isiensi penggunaan bahan baku
dibangun indust ri primer hasil hut an.
(2)
Indust ri primer hasil hut an, t erdiri at as indust ri primer hasil hut an kayu dan indust ri
primer hasil hut an bukan kayu.
(3)
Kapasit as izin indust ri primer hasil hut an primer t idak melebihi daya dukung hut an secara
lest ari.
(4)
Sumber bahan baku indust ri primer hasil hut an dapat berasal dari hut an alam, hut an
t anaman, hut an hak dan hasil dari perkebunan berupa kayu.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai indust ri primer hasil hut an diat ur dalam Keput usan
Gubernur.
Pasal 23
(1)
Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan diluar kegiat an kehut anan
hanya dapat dilakukan didalam kawasan hut an produksi dan kawasan hut an lindung.
(2)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana di maksud dalam ayat (1) dapat dilakukan t anpa
mengubah f ungsi pokok kawasan hut an.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 24
(1)
Rehabilit asi hut an dan lahan dimaksudkan unt uk memulihkan, mempert ahankan dan
meningkat kan f ungsi hut an dan lahan agar daya dukung, produkt if it as, dan peranannya
dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga.
(2)
Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui kegiat an :
a. reboisasi;
b. penghij auan;
c. pemeliharaan;
d. pengayaan t anaman; at au
e. penerapan t eknik konservasi t anah secara veget at if dan sipil t eknis, pada l ahan krit is
dan t idak produkt if .
(3)
Kegiat an rehabilit asi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan disemua hut an dan
kawasan hut an kecuali cagar alam dan zona int i t aman nasional.
(4)
Penyelenggaraan rehabilit asi hut an dan lahan diut amakan pelaksanaannya melalui
pendekat an part isipat if dalam rangka mengembangkan pot ensi dan memberdayakan
masyarakat .
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 25
(1)
Set iap orang yang mengelola dan at au memanf aat kan hut an, waj ib melaksanakan
rehabilit asi hut an unt uk t uj uan pembinaan hut an, perlindungan dan konservasi.
(2)
Dalam pelaksanaan rehabilit asi hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) set iap orang
dapat memint a pendampingan kepada lembaga swadaya masyarakat yang bergerak
dibidang kehut anan dan perguruan t inggi kehut anan at au pihak lain.
(3)
Pemerint ah Provinsi melalui inst ansi kehut anan berkewaj iban menf asilit asi pelaksanaan
rehabilit asi hut an dan lahan secara t eknis dan managerial.
Pasal 26
(1)
Reklamasi hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf c, dimaksudkan unt uk
memperbaiki at au memulihkan kembali lahan dan veget asi hut an yang rusak agar dapat
berf ungsi secara opt imal sesuai dengan perunt ukannya.
(2)
Kegiat an reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i invent arisasi lokasi,
penet apan lokasi, perencanaan dan pelaksanaan, pengawasan, monit oring dan evaluasi.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 27
(1)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (1) yang
mengakibat kan kerusakan hut an, waj ib dilakukan reklamasi dan at au rehabilit asi sesuai
dengan pola yang dit et apkan Pemerint ah Provinsi.
(2)
Kawasan hut an bekas areal pert ambangan, waj ib dilaksanakan reklamasi hut an oleh
pemegang izin pert ambangan sesuai dengan t ahapan kegiat an pert ambangan.
(3)
Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hut an unt uk kepent ingan diluar kegiat an
kehut anan yang mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah waj ib
membayar dana j aminan reklamasi dan rehabilit asi.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 28
Penyelenggaraan perlindungan hut an dan konservasi alam bert uj uan menj aga hut an, kawasan
hut an dan lingkungannya, agar f ungsi lindung, f ungsi konservasi, dan f ungsi produksi t ercapai
secara opt imal dan lest ari.
Pasal 29
Perlindungan hut an, kawasan hut an dan konservasi alam merupakan usaha unt uk :
a.
mencegah dan membat asi kerusakan hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an
yang disebabkan oleh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran, daya-daya al am, hama
sert a penyakit ;
b.
mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
at as hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hut an;
c.
mempert ahankan dan menj aga kelest arian keanekaragaman f lora dan f auna.
Pasal 30
(1)
Pemerint ah Provinsi mengat ur perlindungan hut an baik didalam kawasan hut an maupun
diluar kawasan hut an.
(2)
Pemegang izin usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada pasal 14, pasal 15
dan pasal 16, sert a pihak-pihak yang menerima wewenang pengelolaan hut an
sebagaimana dimaksud pada pasal 19 diwaj ibkan melindungi hut an dalam areal kerj anya.
(3)
Perlindungan hut an pada hut an hak dilakukan oleh pemegang haknya.
(4)
Unt uk menj amin pelaksanaan perlindungan hut an secara lest ari, masyarakat
diikut sert akan dalam upaya perlindungan hut an.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 31
(1)
Set iap orang dilarang :
a.
merusak prasarana dan sarana perlindungan hut an;
b.
melakukan kegiat an yang menimbulkan kerusakan hut an bagi set iap orang yang
diberikan izin usaha pemanf aat an kawasan, izin usaha pemanf aat an j asa lingkungan,
izin usaha pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, sert a izin usaha
pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu;
c. mengerj akan dan at au menggunakan dan at au menduduki kawasan hut an secara t idak
sah;
d. merambah kawasan hut an;
e. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hut an dengan radius at au j arak sampai
dengan :
1. 500 (lima rat us) met er dari t epi waduk at au danau;
2. 200 (dua rat us) met er dari t epi mat a air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
3. 100 (serat us) met er dari kiri kanan t epi sungai;
4. 50 (lima puluh) met er dari kiri kanan t epi anak sungai;
5. 2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang;
6. 130 (serat us t iga puluh) kali selisih pasang t ert inggi dan pasang t erendah dari
t epi pant ai;
f . membakar hut an;
g. menebang pohon at au memanen at au memungut hasil hut an di dalam hut an t anpa
memiliki hak at au izin dari pej abat yang berwenang;
h. menerima, membeli at au menj ual, menerima t ukar, menerima t it ipan, menyimpan,
at au memiliki hasil hut an yang diket ahui at au pat ut diduga berasal dari kawasan
hut an yang diambil at au dipungut secara t idak sah;
i. melakukan kegiat an penyelidikan umum at au eksplorasi at au eksploit asi bahan
t ambang di dalam kawasan hut an t anpa izin dari pej abat yang berwenang;
j . mengangkut , menguasai at au memiliki hasil hut an yang t idak dilengkapi bersamasama dengan Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an (SKSHH);
k. menggembalakan t ernak didalam kawasan hut an yang t idak dit unj uk secara khusus
unt uk maksud t ersebut oleh pej abat yang berwenang;
l. membawa alat -alat berat dan at au alat -alat lainnya yang lazim at au pat ut diduga
akan digunakan unt uk mengangkut hasil hut an didalam kawasan hut an t anpa izin dari
pej abat yang berwenang;
m. membawa alat -alat yang lazim digunakan unt uk menebang, memot ong at au
membelah pohon didalam kawasan hut an t anpa izin dari pej abat yang berwenang;
n. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan sert a
membahayakan keberadaan at au kelangsungan f ungsi hut an ke dalam kawasan hut an;
dan
o. mengeluarkan, membawa dan mengangkut t umbuh-t umbuhan dan sat wa liar yang
t idak dilindungi Undang-undang yang berasal dari kawasan hut an t anpa izin pej abat
yang berwenang.
(2)
Ket ent uan t ent ang mengeluarkan, membawa dan at au mengangkut t umbuhan dan at au
sat wa yang dilindungi akan diat ur sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian ket iga
Penelit ian dan Pengembangan, Pendidikan dan Lat ihan
Sert a Penyuluhan Kehut anan
Pasal 32
(1)
Penelit ian dan pengembangan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan kemampuan
pengurusan hut an dalam mewuj udkan pengelolaan hut an secara lest ari dan peningkat an
nilai t ambah hasil hut an.
(2)
Penyelenggaraan, pengembangan dan publikasi sert a pelayanan kehut anan dilakukan
oleh Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi dan dapat bekerj asama dengan perguruan
t inggi, dunia usaha dan masyarakat .
(3)
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi berkewaj iban melindungi hasil penemuan ilmu
penget ahuan dan t eknologi di bidang kehut anan sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku.
(4)
Izin melakukan penelit ian dibidang kehut anan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dapat diberikan oleh Pemerint ah Provinsi kepada penelit i dengan mengacu kepada
perat uran perundang-undangan yang berlaku dan melaporkan hasil penelit iannya kepada
Pemerint ah Provinsi.
Pasal 33
(1)
Pendidikan dan lat ihan kehut anan dimaksudkan unt uk mengembangkan dan
meningkat kan kualit as sumber daya manusia kehut anan yang t erampil, prof esional,
berdedikasi, j uj ur sert a amanah dan berakhlak mulia didasari pada iman dan t aqwa pada
Allah SWT.
(2)
Penyelenggaraan pendidikan dan lat ihan kehut anan dilakukan oleh Pemerint ah,
Pemerint ah Provinsi, dunia usaha dan masyarakat .
(3)
Pemerint ah Provinsi mendorong dan mencipt akan kondisi yang mendukung sert a
mengalokasikan dana yang memadai bagi t erselenggaranya pendidikan dan lat ihan, dalam
rangka meningkat kan kuant it as dan kual it as sumber daya manusia dibidang kehut anan
ant ara lain dari dana penerimaan ot onomi khusus Provinsi.
Pasal 34
(1)
Penyuluhan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket rampilan
sert a mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung
pembangunan kehut anan at as dasar kesadaran akan pent ingnya pelest arian sumber daya
hut an bagi kehidupan manusia.
(2)
Penyelenggaraan penyuluhan kehut anan di lakukan oleh Pemerint ah Provinsi, Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain dan dunia usaha sert a masyarakat .
(3)
Pemerint ah Provinsi dan Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain waj ib mendorong
dan mencipt akan kondisi yang mendukung t erselenggaranya kegiat an penyuluhan
kehut anan.
Pasal 35
(1)
Dunia usaha dalam bidang kehut anan waj i b menyediakan dana invest asi unt uk penelit ian
dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyuluhan kehut anan.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Keempat
Pengawasan, Monit oring dan Evaluasi
Pasal 36
(1)
Pengawasan, monit oring dan evaluasi kehut anan dimaksudkan unt uk mencermat i,
menelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan hut an sehingga t uj uannya dapat
t ercapai secara maksimal dan sekaligus merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au
penyempurnaan pengurusan hut an lebih lanj ut .
(2)
Dinas Kehut anan Provinsi waj ib melakukan pengawasan, monit oring dan evaluasi
kehut anan t erhadap pengelolaan dan at au pemanf aat an hut an.
(3)
Inst ansi yang menangani bidang kehut anan di Kabupat en/ Kot a at au nama lain
berkewaj iban melaksanakan pengawasan kehut anan sepanj ang yang diserahkan oleh
Pemerint ah Provinsi.
(4)
Masyarakat secara perorangan at au berkelompok sert a Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dapat berperan sert a dalam pengawasan, monit oring dan evaluasi dalam
penyelenggaraan kehut anan.
Pasal 37
(1)
Pemerint ah Provinsi melalui Dinas Kehut anan Provinsi berkewaj iban melakukan
pengawasan, monit oring dan evaluasi kehut anan t erhadap pengurusan hut an yang
diselenggarakan oleh Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pengawasan kehut anan diat ur dengan keput usan
Gubernur.
BAB IV
KEWENANGAN
Pasal 38
(1)
Dalam rangka menggali dan memberdayakan sumber daya hut an Pemerint ah Provinsi
mempunyai kewenangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(2)
menyelenggarakan penelit ian dan pengembangan sert a perencanaan Kehut anan;
menyelenggarakan penunj ukkan dan at au penet apan hut an lindung, hut an Produksi
dan Taman Hut an Raya;
menyelenggarakan invent arisasi, pengukuhan, penat agunaan kawasan hut an,
pembent ukan wilayah pengelolaan hut an;
menyelenggarakan pengamanan dan pelest arian f ungsi hut an;
menyelenggarakan pengelol aan t aman hut an raya;
menyelenggarakan t at a hut an dan penyusunan rencana pengelolaan hut an;
menyelenggarakan perizinan pengelolaan hut an meliput i : Izin Usaha Pemanf aat an
Kawasan, Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan, Izin Usaha Pemanf aat an Hasil
Hut an, Izin Pemungut an Hasil Hut an, Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an, Izin
Pemungut an Kayu Tanah Milik dan Izin Usaha Indust ri Primer Hasil Hut an;
menyelenggarakan pembinaan pengolahan hasil hut an;
menyelenggarakan rehabilit asi dan reklamasi hut an;
menyelenggarakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan hut an;
menyelenggarakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian t erhadap pelaksanaan
kegiat an Kehut anan oleh Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
Penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dil aksanakan
oleh Dinas Kehut anan Provinsi.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut t erhadap penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf g, diat ur dalam Qanun t ersendiri.
(4)
Pelaksanaan t ugas-t ugas pembant uan di bidang Kehut anan oleh Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain akan diat ur lebih lanj ut dalam Keput usan Gubernur.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 39
(1)
Masyarakat berhak menikmat i kualit as lingkungan hidup, dan dapat memanf aat kan hasil
hut an, menget ahui inf ormasi penyelenggaraan kehut anan memperoleh kompensasi,
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Dalam rangka meningkat kan peran sert a dan peluang usaha masyarakat di dalam dan di
sekit ar kawasan hut an, dapat dit et apkan kawasan hut an kemasyarakat an.
(3)
Masyarakat berkewaj iban unt uk ikut sert a memelihara dan menj aga kawasan hut an dari
gangguan dan perusakan, melaksanakan rehabilit asi hut an, dan dapat memint a
pendampingan, pelayanan, dukungan kepada Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain, at au pihak lain.
(4)
Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain, waj ib
memf asilit asi peran sert a masyarakat dalam pengelolaan hut an sehingga meningkat kan
usaha pemberdayaan masyarakat didalam dan disekit ar kawasaan hut an.
(5)
Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain memf asilit asi
upaya pemberdayaan kelembagaan masyarakat adat dalam mengelola sumberdaya hut an
dan dapat didampingi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang
kehut anan dan at au perguruan t inggi kehut anan.
BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN
Pasal 40
(1)
Penyelesaian sengket a kehut anan dapat dit empuh melalui pengadilan at au diluar
pengadilan, sepert i Lembaga Adat berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengket a.
(2)
Penyelesaian sengket a melalui pengadilan dimaksudkan unt uk memperoleh keput usan
mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au t indakan t ert ent u
lainnya.
(3)
Selain keput usan unt uk melakukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), hakim dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as set iap hari ket erlambat an
penyelesaian t indakan t ert ent u t ersebut .
Pasal 41
(1)
Penyelesaian sengket a Kehut anan diluar pengadilan dimaksudkan unt uk mencapai
kesepakat an mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au t indakan
t ert ent u yang dilakukan unt uk memulihkan f ungsi hut an.
(2)
Dalam penyelesaian sengket a kehut anan diluar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) para pihak bersengket a dapat memint a j asa pihak ket iga yang dit unj uk bersama.
(3)
Penyelesaian sengket a Kehut anan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t idak berlaku
bagi t indak pidana.
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 42
(1)
Kegiat an perlindungan dan pengamanan hut an sert a penyidikan at as t indak pidana
kehut anan dilakukan oleh Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan at au Polisi
Hut an (POLHUT) Dinas Kehut anan Provinsi, yang pengangkat annya dit et apkan at au
dit unj uk sesuai dengan perat uran dan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Dalam melaksanakan t ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) para pej abat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dan at au Polisi Hut an (POLHUT) berwenang :
a. mengadakan pat roli/ perondaan di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
b. memeriksa surat -surat at au dokumen yang berkait an dengan pengangkut an hasil
hut an di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
c. menerima laporan at au pengaduan dari seseorang t ent ang adanya t indak pidana;
d. melakukan t indakan pert ama pada saat it u di t empat kej adian dan melakukan
pemeriksaan;
e. menyuruh berhent i seseorang t ersangka dan memeriksa t anda pengenal diri
t ersangka;
f. melakukan penyit aan benda at au surat ;
g. mengambil sidik j ari dan memot ret seseorang;
h. memanggil seseorang unt uk didengar dan diperiksa sebagai t ersangka at au saksi;
i. mendat angkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
j. mengadakan penghent ian penyidikan set elah mendapat pet unj uk dari Penyidik Umum
k.
bahwa t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa t ersebut bukan merupakan t indak
pidana dan selanj ut nya melalui Penyidik Umum memberit ahukan hal t ersebut kepada
Penunt ut Umum, t ersangka at au keluarga;
mengadakan t indakan lain menurut hukum yang dapat dipert anggungj awabkan.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf a dan b diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun
dan denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(2)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf c, huruf d dan huruf e diancam dengan pidana penj ara paling lama 10
(sepuluh) t ahun dan denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(3)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf f diancam dengan pidana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(4)
Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada
pasal 31 ayat (1) huruf g diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 1. 500. 000. 000, - (Sat u milyar lima rat us j ut a rupiah).
(5)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf h diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(6)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf i diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(7)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf j diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 10. 000. 000. 000, - (sepuluh milyar rupiah).
(8)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf k diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) bulan dan denda
paling banyak Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a rupiah).
(9)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf l diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(10)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf m diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 1. 000. 000. 000, - (sat u milyar rupiah).
(11)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf n diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 1. 000. 000. 000, - (sat u milyar rupiah).
(12)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf o diancam dengan pidana penj ara paling lama 1 (sat u) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 50. 000. 000, - (lima puluh j ut a rupiah).
(13)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kej ahat an dan t indak
pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran.
(14)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (1) apabila dilakukan oleh dan
at au at as nama badan hukum at au badan usaha, t unt ut an dan sanksi pidananya
dij at uhkan t erhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama,
dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing dit ambah 1/ 3
(sepert iga) dari pidana yang dij at uhkan.
(15)
Semua hasil hut an dari hasil kej ahat an dan pelanggaran dan at au alat -alat t ermasuk
alat angkut nya yang dipergunakan unt uk melakukan kej ahat an dan at au pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas unt uk Negara.
Pasal 44
Selain ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud pada pasal 43, t erhadap pelaku t indak pidana
kehut anan dapat dikenakan pidana t ambahan berupa:
a. pencabut an izin pemanf aat an hut an;
b. perampasan peralat an dan barang-barang yang digunakan sert a keunt ungan yang
diperoleh dari t indak pidana kehut anan;
c. pemulihan f ungsi hut an.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
(1)
Kawasan hut an yang t elah dit unj uk dan at au dit et apkan berdasarkan Perat uran
Perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Qanun ini, dinyat akan t et ap
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan ket ent uan ini.
(2)
Semua perat uran Perundang-undangan di bidang Kehut anan yang t elah ada, sepanj ang
t idak bert ent angan dengan Qanun ini, t et ap berlaku sampai dengan dikeluarkannya
pengat uran pelaksanaan dengan Keput usan Gubernur berdasarkan Qanun ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Hal-hal yang belum diat ur dalam Qanun ini sepanj ang mengenai pelaksanaannya akan diat ur
lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 47
Qanun ini mulai berlaku pada t anggal disahkan.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Qanun ini
dengan penempat annya dalam Lembaran Daer ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
7 Sya’ ban 1423
GUBERNUR PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekret aris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
t t d.
Thant hawi Ishak, SH.
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 57 SERI E
NOMOR 6
NOMOR : 14 TAHUN 2002
TENTANG
KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Menimbang :
a.
bahwa hut an merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa yang perlu dimanf aat kan unt uk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan dipert ahankan kelest arian f ungsinya sehingga
dapat meningkat kan pembangunan yang berkelanj ut an dan melindungi ekosist emnya;
b.
bahwa unt uk t et ap menj aga kelest arian hut an di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu
mempert imbangkan karakt erist ik t ipe dan f ungsi hut an, kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS), sosial ekonomi dan budaya (Sosekbud) sert a kelembagaan masyarakat ;
c.
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, t elah dit et apkan Ot onomi
Khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
d.
bahwa unt uk maksud t ersebut di at as perlu dit et apkan dalam suat u Qanun Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Propinsi
Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Propinsi Sumat era Ut ara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor
1103);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3419);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);
Undang-undang Nomor 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
Undang-undang Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
Undang-undang Nomor 44 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Daerah
Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3893);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah
Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Perat uran Pemerint ah Nomor 28 t ahun 1985 t ent ang Perlindungan Hut an (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 394, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3294);
Perat uran Pemerint ah Nomor 27 t ahun 1999 t ent ang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
Perat uran Pemerint ah Nomor 25 t ahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah Pusat
dan Propinsi Sebagai daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 t ahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3982);
Perat uran Pemerint ah Nomor 104 t ahun 2000 t ent ang Dana Perimbangan (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4021);
Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66);
Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67);
Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Perat uran Daerah Propinsi Daerah Ist imewa Aceh Nomor 13 Tahun 2001 t ent ang
Susunan Organisasi dan Tat a Kerj a Dinas Kehut anan Propinsi Daerah Ist imewa Aceh
(Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 42).
Dengan Perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG KEHUTANAN
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesat u
Pengert ian
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemerint ah Pusat , selanj ut nya disebut Pemerint ah, adalah perangkat Negara
Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para Ment eri.
Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pemerint ah Provinsi adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam besert a
Perangkat Daerah Ot onom sebagai Badan Eksekut if Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupat en/ Kot a at au nama lain adalah daerah Ot onom dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yang dipimpin oleh Bupat i/ Walikot a at au nama lain.
Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kehut anan adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan
hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu.
Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang
sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan.
Kawasan Hut an adalah Wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi unt uk dipert ahankan keberadaannya
sebagai hut an t et ap yang meliput i kawasan lindung dan kawasan budidaya kehut anan.
Hut an kot a adalah suat u kawasan hut an t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan
berdasarkan kepent ingan pengat uran iklim mikro, est et ika dan resapan air di set iap
kot a.
Hut an negara adalah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as
t anah, dapat berupa hut an adat .
Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah, yang
dibukt ikan dengan alas t it el at au hak at as t anah.
Hut an adat adalah hut an negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat .
Hut an produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an.
Hut an Lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah inst rusi air laut , dan memelihara kesuburan t anah.
Hut an Konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya
yang t erdiri at as kawasan hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan
t aman buru.
Hut an kemasyarakat an adalah hut an negara dengan sist em pengelolaan hut an yang
bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa mengganggu f ungsi
pokoknya.
Hasil hut an adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang
berasal dari hut an.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah Wilayah geograf is yang secara alami dibat asi oleh
bat as alam berupa punggung perbukit an/ pegunungan yang merupakan sat u kesat uan
sist em hidro-orologis, sebagai unit pengelolaan hut an secara lest ari.
Tat a hut an adalah kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, mencakup
pengelompokan sumberdaya hut an sesuai dengan t ipe ekosist em dan pot ensi yang
t erkandung di dalamnya dengan t uj uan unt uk memperoleh manf aat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat secara lest ari.
Rencana pengelolaan hut an j angka panj ang adalah rencana yang memuat kegiat an
secara makro t ent ang pedoman, arahan sert a dasar-dasar pengelolaan hut an unt uk
mencapai t uj uan pengelolaan hut an dalam j angka wakt u 20 (dua puluh) t ahun,
disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.
Rencana pengelolaan hut an j angka menengah adalah rencana yang memuat
penj abaran rencana pengelolaan hut an j angka panj ang dalam j angka wakt u 5 (lima)
t ahun, disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi dan disahkan oleh Gubernur.
Rencana pengelolaan hut an j angka pendek adalah rencana yang memuat kegiat an
operasional secara det ail yang merupakan penj abaran rencana pengelolaan dalam
j angka wakt u 1 (sat u) t ahun yang disusun oleh Dinas Kehut anan Provinsi berdasarkan
masukan dari Inst ansi yang menangani bidang kehut anan di Kabupat en/ Kot a at au
nama lain dan disahkan oleh Gubernur.
Pemanf aat an hut an adalah bent uk kegiat an pemanf aat an kawasan hut an,
pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a
pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu, secara opt imal berkeadilan unt uk
kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
Indust ri primer hasil hut an kayu adalah pengolahan kayu bulat dan at au kayu bahan
baku serpih menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
26. Indust ri primer hasil hut an bukan kayu adalah pengolahan hasil hut an bukan kayu
menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.
27. Penggunaan kawasan hut an adalah kegiat an penggunaan kawasan hut an unt uk
pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan f ungsi pokok
kawasan hut an.
28. Rehabilit asi hut an dan lahan adalah upaya unt uk memulihkan, mempert ahankan dan
meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung, produkt if it as, dan
peranannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga.
29. Reklamasi hut an adalah kegiat an unt uk memulihkan kembali lahan dan veget asi hut an
yang rusak agar dapat berf ungsi sesuai dengan perunt ukannya.
30. Perlindungan hut an adalah kegiat an unt uk mencegah dan membat asi kerusakan
hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang disebabkan oleh perbuat an manusia,
t ernak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit .
31. Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang t inggal dalam kawasan t ert ent u
secara t urun t emurun berdasarkan kesamaan wil ayah dan at au hubungan darah yang
memiliki wilayah adat dan pranat a-pranat a adat t ersendiri.
32. Masyarakat set empat adalah sekelompok orang yang t inggal didalam dan at au
disekit ar hut an yang berdasarkan pada kesamaan wilayah t empat t inggal.
33. Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada
pemegang izin usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang
dilakukan sekali pada saat izin t ersebut diberikan.
34. Provisi sumber daya hut an adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai
inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.
35. Dana reboisasi adalah dana unt uk reboisasi dan rehabilit asi hut an sert a kegiat an
pendukungnya yang dipungut dari pemegang Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an dari
hut an alam berupa kayu.
Bagian Kedua
Asas dan Tuj uan
Pasal 2
(1)
Penyelenggaraan Kehut anan berasaskan manf aat yang berkelanj ut an secara lest ari,
kerakyat an, keadilan, kemit raan, ket erbukaan dan akunt abilit as publik sert a
ket erpaduan.
(2)
Penyelenggaraan kehut anan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bert uj uan unt uk
memperoleh manf aat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam rangka
pembangunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan pert imbangan, ekologi,
ekonomi dan sosial budaya, dalam kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai dengan:
a.
b.
c.
d.
e.
menj amin keberadaan hut an dengan luasan yang past i dan sebaran proporsional;
mengopt imalkan aneka f ungsi hut an yang meliput i f ungsi konservasi, f ungsi lindung
dan f ungsi produksi unt uk mencapai manf aat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
yang seimbang dan lest ari;
meningkat kan daya dukung daerah aliran sungai;
meningkat kan kemampuan unt uk mengembangkan kapasit as dan keberdayaan
masyarakat secara part isipat if , berkeadi lan dan berwawasan lingkungan sehingga
mampu mencipt akan ket ahanan sosial dan ekonomi sert a ket ahanan t erhadap akibat
perubahan ekst ernal; dan
menj amin dist ribusi manf aat yang berkeadilan dan berkelanj ut an.
Bagian Ket iga
Penguasaan Hut an
Pasal 3
(1)
Semua hut an di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam t ermasuk kekayaan alam yang
t erkandung didalamnya dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi yang dimanf aat kan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat .
(2)
Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberi kewenangan dan t anggung
j awab kepada Pemerint ah Provinsi unt uk menyelenggarakan pengelolaan hut an di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara lest ari yang dalam pelaksanaannya secara
menyeluruh t erbagi kedalam kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS).
BAB II
STATUS DAN FUNGSI HUTAN
Pasal 4
(1)
Penet apan st at us f ungsi hut an dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
didasarkan kepada kelompok-kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS).
(2)
Kelompok-kelompok DAS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t erdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
(3)
Kelompok DAS wilayah I meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Aceh, Sub Kelompok DAS
Krueng Baro, Sub Kelompok DAS Krueng Teunom, Sub Kelompok DAS Krueng Sabee,
Sub Kelompok DAS A. Set uy dan Sub Kelompok DAS A. Raya;
Kelompok DAS wilayah II meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Meureudu, Sub
Kelompok DAS Krueng Peusangan dan Sub Kelompok DAS Krueng Pasee;
Kelompok DAS Wilayah III meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Jambo Aye/ Krueng
Arakundo, Sub Kelompok DAS Krueng Peureulak dan Sub Kelompok DAS Krueng
Tamiang;
Kelompok DAS Wilayah IV meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Woyla, Sub Kelompok
DAS Krueng Meureubo, Sub Kelompok DAS Krueng Tripa dan Sub Kelompok DAS L.
Lasikin;
Kelompok DAS Wilayah V meliput i : Sub Kelompok DAS Krueng Kuala Bat ee, Sub
Kelompok DAS Krueng Kluet dan Sub Kelompok DAS Krueng Singkil.
Dalam rangka penyelenggaraan kegiat an kehut anan pada kelompok-kelompok Daerah
Aliran Sungai (DAS), dibent uk Unit -unit Pelaksana Teknis Dinas Kehut anan Provinsi yang
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 5
(1)
Hut an berdasarkan st at usnya t erdiri dari :
a. Hut an Negara; dan
b. Hut an Hak.
(2)
Hut an Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat berupa hut an adat .
(3)
Penunj ukan dan at au penet apan hut an adat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilaksankan oleh Pemerint ah Provinsi, sepanj ang masih ada dan diakui keberadaannya
oleh masyarakat adat set empat .
(4)
Penet apan krit eria dan st andar hut an adat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diat ur
lebih lanj ut dengan keput usan Gubernur.
(5)
Hut an hak yang mempunyai f ungsi konservasi at au lindung dapat diubah st at usnya
menj adi kawasan hut an.
(6)
Dalam hal hut an hak diubah st at usnya menj adi kawasan hut an sebagaimana dimaksud
ayat (5), Pemerint ah dan at au Pemerint ah provinsi berkewaj iban memberikan
kompensasi kepada pemegang hak sesuai perat uran perundangan yang berlaku.
(7)
Dalam hal hut an hak dif ungsikan sebagai kawasan konservasi at au lindung, pemerint ah
dapat memberikan insent if kepada pemegang hak.
(8)
Pemerint ah, Pemerint ah Provinsi, Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain
berkewaj iban unt uk mengembangkan hut an hak melalui pengembangan kelembagaan.
Pasal 6
(1)
Hut an mempunyai 3 f ungsi pokok :
a. Fungsi Konservasi
b. Fungsi Lindung
c. Fungsi Produksi
(2)
Berdasarkan f ungsi pokok hut an dimaksud pada ayat (1), dit et apkan :
a. Hut an Konservasi
b. Hut an Lindung
c. Hut an Produksi
(3)
Hut an konservasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a t erdiri dari kawasan
hut an suaka alam, kawasan hut an pelest arian alam dan t aman buru, yang dit unj uk dan
at au dit et apkan oleh Pemerint ah, kecuali Taman Hut an Raya.
(4)
Hut an lindung, hut an produksi dan Taman Hut an Raya dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah Provinsi.
(5)
Hut an produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c t erdiri dari hut an alam dan
hut an t anaman.
Pasal 7
(1)
Pemerint ah Provinsi dapat menunj uk dan at au menet apkan hut an t ert ent u unt uk t uj uan
khusus.
(2)
Penunj ukan dan at au penet apan kawasan hut an dengan t uj uan khusus sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) yang diperl ukan unt uk kepent ingan umum, sepert i:
a. pengembangan keist imewaan aceh;
b. pendidikan dan lat ihan;
c. penelit ian dan pengembangan;
d. percont ohan budidaya kehut anan dan penyuluhan.
(3)
Kawasan hut an dengan t uj uan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) t idak
mengubah f ungsi pokok hut an.
Pasal 8
(1)
Unt uk kepent ingan pengat uran iklim mikro, est et ika dan resapan air, diset iap kot a
dit unj uk dan at au dit et apkan kawasan t ert ent u sebagai hut an kot a.
(2)
Hut an kot a sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Kehut anan Provinsi set elah
mendapat pert imbangan dari pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
BAB III
PENGURUSAN HUTAN
Pasal 9
Pengurusan hut an Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam meliput i kegiat an penyelenggaraan :
a. perencanaan kehut anan;
b. pengelolaan hut an;
c. penelit ian, pengembangan pendidikan dan lat ihan, sert a penyuluhan kehut anan; dan
d. pengawasan, monit oring dan evaluasi.
Bagian Kesat u
Perencanaan Kehut anan
Pasal 10
(1)
Perencanaan kehut anan dimaksudkan unt uk memberikan pedoman dan arah yang
menj amin t ercapainya t uj uan bagi kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan
berkelanj ut an.
(2)
Perencanaan kehut anan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, meliput i :
a. invent arisasi hut an;
b. pengukuhan kawasan hut an;
c. penat agunaan kawasan hut an;
d. pembent ukan wilayah pengelolaan hut an; dan
e. penyusunan rencana kehut anan.
(3)
Penyelenggaraan perencanaan kehut anan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur
lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Kedua
Pengelolaan Hut an
Pasal 11
(1)
Pengelolaan hut an sebagaimana dimaksud pada pasal 9 huruf b meliput i kegiat an :
a. t at a hut an dan penyusunan rencana pengelolaan hut an;
b. pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an;
c. rehabilit asi dan reklamasi hut an;
d. perlindungan hut an dan konservasi alam.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengel olaan hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 12
(1)
Tat a hut an dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hut an secara int ensif unt uk
memperoleh manf aat yang opt imal dan lest ari.
(2)
Pelaksanaan t at a hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada set iap unit
at au kesat uan pengelolaan hut an di kawasan hut an lindung, hut an produksi dan Taman
Hut an Raya.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) akan diat ur
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 13
(1)
Berdasarkan hasil t at a hut an pada set iap unit at au kesat uan pengelolaan hut an
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 disusun rencana pengelolaan hut an dengan
memperhat ikan aspirasi, part isipasi dan nilai budaya masyarakat sert a kondisi
lingkungan.
(2)
Penyusunan rencana pengelolaan hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliput i :
a. rencana pengelolaan hut an j angka panj ang;
b. rencana pengelolaan hut an j angka menengah;
c. rencana pengelolaan hut an j angka pendek.
(3)
Rencana pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memuat perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, pengawasan sebagai dasar
kegiat an pengelolaan hut an.
(4)
Penyusunan rencana pengelolaan hut an unt uk kawasan hut an lindung, hut an produksi dan
Taman Hut an Raya diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 14
(1)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf b, bert uj uan unt uk
memperoleh manf aat yang opt imal dan berkelanj ut an bagi kesej aht eraan seluruh
masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga kelest ariannya.
(2)
Pemanf aat an hut an dapat dilakukan pada semua kawasan hut an kecuali pada hut an cagar
alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional.
(3)
Pemanf aat an Hut an Pelest arian Alam dan Hut an Suaka Alam sert a Taman Buru diat ur
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pemanf aat an hut an lindung dan hut an produksi akan
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 15
(1)
Pemanf aat an hut an lindung dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa
lingkungan, dan pemungut an hasil hut an bukan kayu.
(2)
Pemanf aat an hut an lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanf aat an
kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, dan pemungut an hasil hut an bukan kayu.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) akan diat ur
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 16
(1)
Pemanf aat an hut an produksi dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa
lingkungan, dan pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, sert a pemungut an hasil
hut an kayu dan bukan kayu.
(2)
Pemanf aat an hut an produksi dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanf aat an
kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, dan pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan
kayu, sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu.
(3)
Unt uk menj amin asas keadilan, berkelanj ut an, dan lest ari maka izin usaha pemanf aat an
hut an dibat asi dengan mempert imbangkan aspek kelest arian hut an dan aspek kelest arian
usaha.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) akan
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 17
Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat , set iap badan usaha yang memperoleh izin
usaha pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu
dan bukan kayu sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu dapat melibat akan
kelembagaan masyarakat di sekit ar kawasan hut an.
Pasal 18
(1)
Usaha pemanf aat an hasil hut an meliput i kegiat an penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan dan pemasaran hasil hut an.
(2)
Usaha pemanf aat an hasil hut an oleh masyarakat di sekit ar kawasan hut an, dapat
dilakukan t anpa mengganggu f ungsi pokoknya dalam rangka pemberdayaan masyarakat
yang diselenggarakan melalui pola hut an kemasyarakat an.
(3)
Pemanenan dan pengolahan hasil hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak
boleh melebihi daya dukung hut an secara lest ari.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 19
Pengelolaan kawasan hut an unt uk t uj uan khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 dapat
diberikan kepada :
a. masyarakat adat ;
b. lembaga pendidikan;
c. lembaga penelit ian;
d. lembaga sosial dan keagamaan.
Pasal 20
(1)
Set iap pemegang izin usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 14,
pasal 15 dan pasal 16 dikenakan iuran izin usaha berdasarkan luas hut an yang diberikan
dalam izin dan dipungut sekali pada saat izin usaha diberikan.
(2)
Set iap produksi hasil hut an kayu yang di hasilkan dari izin usaha pemanf aat an hasil hut an
kayu dan pemungut an kayu pada hut an al am dikenakan Provisi dan Dana Reboisasi.
(3)
Set iap produksi kayu dari izin pemanf aat an hasil hut an kayu dari hut an t anaman,
dikenakan provisi.
(4)
Set iap produksi hasil hut an bukan kayu dari izin usaha pemanf aat an dan pemungut an
dikenakan provisi.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat
(4) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 21
(1)
Pemanf aat an hut an hak dilakukan oleh pemegang hak at as t anah yang bersangkut an,
sesuai dengan f ungsinya.
(2)
Pemanf aat an hut an hak yang berf ungsi konservasi dan lindung dapat dilakukan sepanj ang
t idak mengganggu f ungsinya sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Pemanf aat an hut an hak yang berf ungsi produksi dapat dilakukan kegiat an unt uk
memproduksi hasil hut an sesuai pot ensi dan daya dukung lahan.
(4)
Pemanf aat an hut an adat dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkut an
sesuai dengan f ungsinya.
(5)
Pemanf aat an hut an adat yang berf ungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan
sepanj ang t idak mengganggu f ungsinya.
(6)
Ket ent uan lebih lanj ut t erhadap pemanf aat an hut an hak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 22
(1)
Dalam rangka peningkat an nilai t ambah hasil hut an dan ef isiensi penggunaan bahan baku
dibangun indust ri primer hasil hut an.
(2)
Indust ri primer hasil hut an, t erdiri at as indust ri primer hasil hut an kayu dan indust ri
primer hasil hut an bukan kayu.
(3)
Kapasit as izin indust ri primer hasil hut an primer t idak melebihi daya dukung hut an secara
lest ari.
(4)
Sumber bahan baku indust ri primer hasil hut an dapat berasal dari hut an alam, hut an
t anaman, hut an hak dan hasil dari perkebunan berupa kayu.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai indust ri primer hasil hut an diat ur dalam Keput usan
Gubernur.
Pasal 23
(1)
Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan diluar kegiat an kehut anan
hanya dapat dilakukan didalam kawasan hut an produksi dan kawasan hut an lindung.
(2)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana di maksud dalam ayat (1) dapat dilakukan t anpa
mengubah f ungsi pokok kawasan hut an.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 24
(1)
Rehabilit asi hut an dan lahan dimaksudkan unt uk memulihkan, mempert ahankan dan
meningkat kan f ungsi hut an dan lahan agar daya dukung, produkt if it as, dan peranannya
dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga.
(2)
Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui kegiat an :
a. reboisasi;
b. penghij auan;
c. pemeliharaan;
d. pengayaan t anaman; at au
e. penerapan t eknik konservasi t anah secara veget at if dan sipil t eknis, pada l ahan krit is
dan t idak produkt if .
(3)
Kegiat an rehabilit asi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan disemua hut an dan
kawasan hut an kecuali cagar alam dan zona int i t aman nasional.
(4)
Penyelenggaraan rehabilit asi hut an dan lahan diut amakan pelaksanaannya melalui
pendekat an part isipat if dalam rangka mengembangkan pot ensi dan memberdayakan
masyarakat .
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 25
(1)
Set iap orang yang mengelola dan at au memanf aat kan hut an, waj ib melaksanakan
rehabilit asi hut an unt uk t uj uan pembinaan hut an, perlindungan dan konservasi.
(2)
Dalam pelaksanaan rehabilit asi hut an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) set iap orang
dapat memint a pendampingan kepada lembaga swadaya masyarakat yang bergerak
dibidang kehut anan dan perguruan t inggi kehut anan at au pihak lain.
(3)
Pemerint ah Provinsi melalui inst ansi kehut anan berkewaj iban menf asilit asi pelaksanaan
rehabilit asi hut an dan lahan secara t eknis dan managerial.
Pasal 26
(1)
Reklamasi hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 huruf c, dimaksudkan unt uk
memperbaiki at au memulihkan kembali lahan dan veget asi hut an yang rusak agar dapat
berf ungsi secara opt imal sesuai dengan perunt ukannya.
(2)
Kegiat an reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i invent arisasi lokasi,
penet apan lokasi, perencanaan dan pelaksanaan, pengawasan, monit oring dan evaluasi.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 27
(1)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (1) yang
mengakibat kan kerusakan hut an, waj ib dilakukan reklamasi dan at au rehabilit asi sesuai
dengan pola yang dit et apkan Pemerint ah Provinsi.
(2)
Kawasan hut an bekas areal pert ambangan, waj ib dilaksanakan reklamasi hut an oleh
pemegang izin pert ambangan sesuai dengan t ahapan kegiat an pert ambangan.
(3)
Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hut an unt uk kepent ingan diluar kegiat an
kehut anan yang mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah waj ib
membayar dana j aminan reklamasi dan rehabilit asi.
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 28
Penyelenggaraan perlindungan hut an dan konservasi alam bert uj uan menj aga hut an, kawasan
hut an dan lingkungannya, agar f ungsi lindung, f ungsi konservasi, dan f ungsi produksi t ercapai
secara opt imal dan lest ari.
Pasal 29
Perlindungan hut an, kawasan hut an dan konservasi alam merupakan usaha unt uk :
a.
mencegah dan membat asi kerusakan hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an
yang disebabkan oleh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran, daya-daya al am, hama
sert a penyakit ;
b.
mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
at as hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hut an;
c.
mempert ahankan dan menj aga kelest arian keanekaragaman f lora dan f auna.
Pasal 30
(1)
Pemerint ah Provinsi mengat ur perlindungan hut an baik didalam kawasan hut an maupun
diluar kawasan hut an.
(2)
Pemegang izin usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada pasal 14, pasal 15
dan pasal 16, sert a pihak-pihak yang menerima wewenang pengelolaan hut an
sebagaimana dimaksud pada pasal 19 diwaj ibkan melindungi hut an dalam areal kerj anya.
(3)
Perlindungan hut an pada hut an hak dilakukan oleh pemegang haknya.
(4)
Unt uk menj amin pelaksanaan perlindungan hut an secara lest ari, masyarakat
diikut sert akan dalam upaya perlindungan hut an.
(5)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 31
(1)
Set iap orang dilarang :
a.
merusak prasarana dan sarana perlindungan hut an;
b.
melakukan kegiat an yang menimbulkan kerusakan hut an bagi set iap orang yang
diberikan izin usaha pemanf aat an kawasan, izin usaha pemanf aat an j asa lingkungan,
izin usaha pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, sert a izin usaha
pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu;
c. mengerj akan dan at au menggunakan dan at au menduduki kawasan hut an secara t idak
sah;
d. merambah kawasan hut an;
e. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hut an dengan radius at au j arak sampai
dengan :
1. 500 (lima rat us) met er dari t epi waduk at au danau;
2. 200 (dua rat us) met er dari t epi mat a air dan kiri kanan sungai di daerah rawa;
3. 100 (serat us) met er dari kiri kanan t epi sungai;
4. 50 (lima puluh) met er dari kiri kanan t epi anak sungai;
5. 2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang;
6. 130 (serat us t iga puluh) kali selisih pasang t ert inggi dan pasang t erendah dari
t epi pant ai;
f . membakar hut an;
g. menebang pohon at au memanen at au memungut hasil hut an di dalam hut an t anpa
memiliki hak at au izin dari pej abat yang berwenang;
h. menerima, membeli at au menj ual, menerima t ukar, menerima t it ipan, menyimpan,
at au memiliki hasil hut an yang diket ahui at au pat ut diduga berasal dari kawasan
hut an yang diambil at au dipungut secara t idak sah;
i. melakukan kegiat an penyelidikan umum at au eksplorasi at au eksploit asi bahan
t ambang di dalam kawasan hut an t anpa izin dari pej abat yang berwenang;
j . mengangkut , menguasai at au memiliki hasil hut an yang t idak dilengkapi bersamasama dengan Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an (SKSHH);
k. menggembalakan t ernak didalam kawasan hut an yang t idak dit unj uk secara khusus
unt uk maksud t ersebut oleh pej abat yang berwenang;
l. membawa alat -alat berat dan at au alat -alat lainnya yang lazim at au pat ut diduga
akan digunakan unt uk mengangkut hasil hut an didalam kawasan hut an t anpa izin dari
pej abat yang berwenang;
m. membawa alat -alat yang lazim digunakan unt uk menebang, memot ong at au
membelah pohon didalam kawasan hut an t anpa izin dari pej abat yang berwenang;
n. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan sert a
membahayakan keberadaan at au kelangsungan f ungsi hut an ke dalam kawasan hut an;
dan
o. mengeluarkan, membawa dan mengangkut t umbuh-t umbuhan dan sat wa liar yang
t idak dilindungi Undang-undang yang berasal dari kawasan hut an t anpa izin pej abat
yang berwenang.
(2)
Ket ent uan t ent ang mengeluarkan, membawa dan at au mengangkut t umbuhan dan at au
sat wa yang dilindungi akan diat ur sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian ket iga
Penelit ian dan Pengembangan, Pendidikan dan Lat ihan
Sert a Penyuluhan Kehut anan
Pasal 32
(1)
Penelit ian dan pengembangan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan kemampuan
pengurusan hut an dalam mewuj udkan pengelolaan hut an secara lest ari dan peningkat an
nilai t ambah hasil hut an.
(2)
Penyelenggaraan, pengembangan dan publikasi sert a pelayanan kehut anan dilakukan
oleh Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi dan dapat bekerj asama dengan perguruan
t inggi, dunia usaha dan masyarakat .
(3)
Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi berkewaj iban melindungi hasil penemuan ilmu
penget ahuan dan t eknologi di bidang kehut anan sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku.
(4)
Izin melakukan penelit ian dibidang kehut anan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dapat diberikan oleh Pemerint ah Provinsi kepada penelit i dengan mengacu kepada
perat uran perundang-undangan yang berlaku dan melaporkan hasil penelit iannya kepada
Pemerint ah Provinsi.
Pasal 33
(1)
Pendidikan dan lat ihan kehut anan dimaksudkan unt uk mengembangkan dan
meningkat kan kualit as sumber daya manusia kehut anan yang t erampil, prof esional,
berdedikasi, j uj ur sert a amanah dan berakhlak mulia didasari pada iman dan t aqwa pada
Allah SWT.
(2)
Penyelenggaraan pendidikan dan lat ihan kehut anan dilakukan oleh Pemerint ah,
Pemerint ah Provinsi, dunia usaha dan masyarakat .
(3)
Pemerint ah Provinsi mendorong dan mencipt akan kondisi yang mendukung sert a
mengalokasikan dana yang memadai bagi t erselenggaranya pendidikan dan lat ihan, dalam
rangka meningkat kan kuant it as dan kual it as sumber daya manusia dibidang kehut anan
ant ara lain dari dana penerimaan ot onomi khusus Provinsi.
Pasal 34
(1)
Penyuluhan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket rampilan
sert a mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung
pembangunan kehut anan at as dasar kesadaran akan pent ingnya pelest arian sumber daya
hut an bagi kehidupan manusia.
(2)
Penyelenggaraan penyuluhan kehut anan di lakukan oleh Pemerint ah Provinsi, Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain dan dunia usaha sert a masyarakat .
(3)
Pemerint ah Provinsi dan Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain waj ib mendorong
dan mencipt akan kondisi yang mendukung t erselenggaranya kegiat an penyuluhan
kehut anan.
Pasal 35
(1)
Dunia usaha dalam bidang kehut anan waj i b menyediakan dana invest asi unt uk penelit ian
dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyuluhan kehut anan.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Keempat
Pengawasan, Monit oring dan Evaluasi
Pasal 36
(1)
Pengawasan, monit oring dan evaluasi kehut anan dimaksudkan unt uk mencermat i,
menelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan hut an sehingga t uj uannya dapat
t ercapai secara maksimal dan sekaligus merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au
penyempurnaan pengurusan hut an lebih lanj ut .
(2)
Dinas Kehut anan Provinsi waj ib melakukan pengawasan, monit oring dan evaluasi
kehut anan t erhadap pengelolaan dan at au pemanf aat an hut an.
(3)
Inst ansi yang menangani bidang kehut anan di Kabupat en/ Kot a at au nama lain
berkewaj iban melaksanakan pengawasan kehut anan sepanj ang yang diserahkan oleh
Pemerint ah Provinsi.
(4)
Masyarakat secara perorangan at au berkelompok sert a Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dapat berperan sert a dalam pengawasan, monit oring dan evaluasi dalam
penyelenggaraan kehut anan.
Pasal 37
(1)
Pemerint ah Provinsi melalui Dinas Kehut anan Provinsi berkewaj iban melakukan
pengawasan, monit oring dan evaluasi kehut anan t erhadap pengurusan hut an yang
diselenggarakan oleh Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang pengawasan kehut anan diat ur dengan keput usan
Gubernur.
BAB IV
KEWENANGAN
Pasal 38
(1)
Dalam rangka menggali dan memberdayakan sumber daya hut an Pemerint ah Provinsi
mempunyai kewenangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(2)
menyelenggarakan penelit ian dan pengembangan sert a perencanaan Kehut anan;
menyelenggarakan penunj ukkan dan at au penet apan hut an lindung, hut an Produksi
dan Taman Hut an Raya;
menyelenggarakan invent arisasi, pengukuhan, penat agunaan kawasan hut an,
pembent ukan wilayah pengelolaan hut an;
menyelenggarakan pengamanan dan pelest arian f ungsi hut an;
menyelenggarakan pengelol aan t aman hut an raya;
menyelenggarakan t at a hut an dan penyusunan rencana pengelolaan hut an;
menyelenggarakan perizinan pengelolaan hut an meliput i : Izin Usaha Pemanf aat an
Kawasan, Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan, Izin Usaha Pemanf aat an Hasil
Hut an, Izin Pemungut an Hasil Hut an, Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an, Izin
Pemungut an Kayu Tanah Milik dan Izin Usaha Indust ri Primer Hasil Hut an;
menyelenggarakan pembinaan pengolahan hasil hut an;
menyelenggarakan rehabilit asi dan reklamasi hut an;
menyelenggarakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan hut an;
menyelenggarakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian t erhadap pelaksanaan
kegiat an Kehut anan oleh Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.
Penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dil aksanakan
oleh Dinas Kehut anan Provinsi.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut t erhadap penyelenggaraan kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf g, diat ur dalam Qanun t ersendiri.
(4)
Pelaksanaan t ugas-t ugas pembant uan di bidang Kehut anan oleh Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain akan diat ur lebih lanj ut dalam Keput usan Gubernur.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 39
(1)
Masyarakat berhak menikmat i kualit as lingkungan hidup, dan dapat memanf aat kan hasil
hut an, menget ahui inf ormasi penyelenggaraan kehut anan memperoleh kompensasi,
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Dalam rangka meningkat kan peran sert a dan peluang usaha masyarakat di dalam dan di
sekit ar kawasan hut an, dapat dit et apkan kawasan hut an kemasyarakat an.
(3)
Masyarakat berkewaj iban unt uk ikut sert a memelihara dan menj aga kawasan hut an dari
gangguan dan perusakan, melaksanakan rehabilit asi hut an, dan dapat memint a
pendampingan, pelayanan, dukungan kepada Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah
Kabupat en/ Kot a at au nama lain, at au pihak lain.
(4)
Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain, waj ib
memf asilit asi peran sert a masyarakat dalam pengelolaan hut an sehingga meningkat kan
usaha pemberdayaan masyarakat didalam dan disekit ar kawasaan hut an.
(5)
Pemerint ah Provinsi dan at au Pemerint ah Kabupat en/ Kot a at au nama lain memf asilit asi
upaya pemberdayaan kelembagaan masyarakat adat dalam mengelola sumberdaya hut an
dan dapat didampingi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang
kehut anan dan at au perguruan t inggi kehut anan.
BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN
Pasal 40
(1)
Penyelesaian sengket a kehut anan dapat dit empuh melalui pengadilan at au diluar
pengadilan, sepert i Lembaga Adat berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengket a.
(2)
Penyelesaian sengket a melalui pengadilan dimaksudkan unt uk memperoleh keput usan
mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au t indakan t ert ent u
lainnya.
(3)
Selain keput usan unt uk melakukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), hakim dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as set iap hari ket erlambat an
penyelesaian t indakan t ert ent u t ersebut .
Pasal 41
(1)
Penyelesaian sengket a Kehut anan diluar pengadilan dimaksudkan unt uk mencapai
kesepakat an mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au t indakan
t ert ent u yang dilakukan unt uk memulihkan f ungsi hut an.
(2)
Dalam penyelesaian sengket a kehut anan diluar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) para pihak bersengket a dapat memint a j asa pihak ket iga yang dit unj uk bersama.
(3)
Penyelesaian sengket a Kehut anan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), t idak berlaku
bagi t indak pidana.
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 42
(1)
Kegiat an perlindungan dan pengamanan hut an sert a penyidikan at as t indak pidana
kehut anan dilakukan oleh Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan at au Polisi
Hut an (POLHUT) Dinas Kehut anan Provinsi, yang pengangkat annya dit et apkan at au
dit unj uk sesuai dengan perat uran dan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Dalam melaksanakan t ugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) para pej abat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dan at au Polisi Hut an (POLHUT) berwenang :
a. mengadakan pat roli/ perondaan di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
b. memeriksa surat -surat at au dokumen yang berkait an dengan pengangkut an hasil
hut an di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
c. menerima laporan at au pengaduan dari seseorang t ent ang adanya t indak pidana;
d. melakukan t indakan pert ama pada saat it u di t empat kej adian dan melakukan
pemeriksaan;
e. menyuruh berhent i seseorang t ersangka dan memeriksa t anda pengenal diri
t ersangka;
f. melakukan penyit aan benda at au surat ;
g. mengambil sidik j ari dan memot ret seseorang;
h. memanggil seseorang unt uk didengar dan diperiksa sebagai t ersangka at au saksi;
i. mendat angkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
j. mengadakan penghent ian penyidikan set elah mendapat pet unj uk dari Penyidik Umum
k.
bahwa t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa t ersebut bukan merupakan t indak
pidana dan selanj ut nya melalui Penyidik Umum memberit ahukan hal t ersebut kepada
Penunt ut Umum, t ersangka at au keluarga;
mengadakan t indakan lain menurut hukum yang dapat dipert anggungj awabkan.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf a dan b diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun
dan denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(2)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf c, huruf d dan huruf e diancam dengan pidana penj ara paling lama 10
(sepuluh) t ahun dan denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(3)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf f diancam dengan pidana penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(4)
Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada
pasal 31 ayat (1) huruf g diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 1. 500. 000. 000, - (Sat u milyar lima rat us j ut a rupiah).
(5)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf h diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(6)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf i diancam dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun dan
denda paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(7)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf j diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 10. 000. 000. 000, - (sepuluh milyar rupiah).
(8)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf k diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) bulan dan denda
paling banyak Rp. 10. 000. 000, - (sepuluh j ut a rupiah).
(9)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf l diancam dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 5. 000. 000. 000, - (lima milyar rupiah).
(10)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf m diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 1. 000. 000. 000, - (sat u milyar rupiah).
(11)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf n diancam dengan pidana penj ara paling lama 3 (t iga) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 1. 000. 000. 000, - (sat u milyar rupiah).
(12)
Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada pasal 31
ayat (1) huruf o diancam dengan pidana penj ara paling lama 1 (sat u) t ahun dan denda
paling banyak Rp. 50. 000. 000, - (lima puluh j ut a rupiah).
(13)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kej ahat an dan t indak
pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran.
(14)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (1) apabila dilakukan oleh dan
at au at as nama badan hukum at au badan usaha, t unt ut an dan sanksi pidananya
dij at uhkan t erhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama,
dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing dit ambah 1/ 3
(sepert iga) dari pidana yang dij at uhkan.
(15)
Semua hasil hut an dari hasil kej ahat an dan pelanggaran dan at au alat -alat t ermasuk
alat angkut nya yang dipergunakan unt uk melakukan kej ahat an dan at au pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas unt uk Negara.
Pasal 44
Selain ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud pada pasal 43, t erhadap pelaku t indak pidana
kehut anan dapat dikenakan pidana t ambahan berupa:
a. pencabut an izin pemanf aat an hut an;
b. perampasan peralat an dan barang-barang yang digunakan sert a keunt ungan yang
diperoleh dari t indak pidana kehut anan;
c. pemulihan f ungsi hut an.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
(1)
Kawasan hut an yang t elah dit unj uk dan at au dit et apkan berdasarkan Perat uran
Perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Qanun ini, dinyat akan t et ap
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan ket ent uan ini.
(2)
Semua perat uran Perundang-undangan di bidang Kehut anan yang t elah ada, sepanj ang
t idak bert ent angan dengan Qanun ini, t et ap berlaku sampai dengan dikeluarkannya
pengat uran pelaksanaan dengan Keput usan Gubernur berdasarkan Qanun ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Hal-hal yang belum diat ur dalam Qanun ini sepanj ang mengenai pelaksanaannya akan diat ur
lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 47
Qanun ini mulai berlaku pada t anggal disahkan.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Qanun ini
dengan penempat annya dalam Lembaran Daer ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
7 Sya’ ban 1423
GUBERNUR PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekret aris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
t t d.
Thant hawi Ishak, SH.
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 57 SERI E
NOMOR 6