Qanun NAD No. 21 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NOMOR : 21 TAHUN 2002
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Menimbang :
a.
bahwa sumber daya alam merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa dan
mempunyai kedudukan sert a peranan pent ing bagi kehidupan, oleh sebab it u perlu
dikelola dan dimanf aat kan secara adil dan berkelanj ut an;
b.
bahwa sumber daya alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu dij aga
kelest arian f ungsinya dalam menj alankan pembangunan yang berkelanj ut an dan
berwawasan lingkungan;
c.
bahwa pemanf aat an sumber daya alam perlu dilakukan secara bij aksana dengan
memperhit ungkan kebut uhan generasi masa kini dan masa mendat ang;
d.
bahwa Perat uran Perundang-undangan yang mengat ur t ent ang Pengelolaan Sumber
Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan dengan j iwa dan semangat Ot onomi
Khusus yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
d.
bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d
perlu dit et apkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
Undang-undang Nomor 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom
Provinsi Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Provinsi Sumat era Ut ara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1103);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar Pokok Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tent ang Ket ent uan Pokok-Pokok
Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 t ent ang Pert ambangan minyak dan Gas
Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2971);
Undang-undang Nomor 10Tahun 1974 Tent ang Perubahan At as Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1971 t ent ang Pert ambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3045);
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3274);
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3639);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3501);
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tent ang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3647);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3538);
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888);
Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan
Daerah Ist imewa Aceh; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893);
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Provinsi
Naggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
Perat uran Pemerint ah Nomor 32 Tahun 1969 t ent ang Pelaksanaan Ket ent uan
Pokok Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916);
Perat uran Pemerint ah Nomor 47 Tahun 1997 Tent ang Rencana Tat a Ruang
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);
Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah
Pusat dan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup Di luar Pengadilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3982);
Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan
Lindung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294).
Dengan Perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pert ama
Pengert ian
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Provinsi adal ah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.
Pemerint ah Pusat selanj ut nya disebut Pemerint ah Perangkat Negara adalah
Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para ment eri.
Pemerint ah Provinsi adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
besert a perangkat Daerah Ot onom yang lain sebagai badan Eksekut if Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupat en/ kot a at au sagoe/ Banda dan at au nama lain adalah Daerah Ot onom
dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang dipimpin oleh Bupat i/ Wali
sagoe at au nama lain.
Sumber Daya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayat i maupun non
hayat i.
Sumber Daya Alam hayat i adalah Sumber Daya Alam yang t erdiri dari f lora dan
f auna.
Sumber Daya Alam nonhayat i adalah Sumber Daya Alam yang meliput i air,
t anah, udara, bahan galian dan f ormasi geologi.
Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya t erpadu unt uk melest arikan f ungsi
Sumber Daya Alam yang meliput i kebij aksanaan penat aan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian pemanf aat an Sumber
Daya Alam.
Orang adalah orang perseorangan, dan/ at au kelompok orang, dan/ at au badan
hukum.
Masyarakat adalah kelompok orang yang bert empat t inggal disuat u wilayah
t ert ent u.
Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang t inggal dalam kawasan t ert ent u
secara t urun-t emurun berdasarkan kesamaan t empat t inggal dan at au hubungan
darah yang memiliki wilayah adat dan pranat a-pranat a adat t ersendiri.
Masyarakat set empat adalah sekelompok orang yang t inggal di dan sekit ar
kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wilayah t empat t inggal.
Usaha adalah kegiat an milik perorangan at au sekelompok orang berbent uk dan/
at au t idak berbent uk badan hukum.
Plasma nut f ah adalah subst ansi yang t erdapat dalam sekelompok makhluk hidup
dan merupakan sumber sif at ket urunan yang dapat dimanf aat an dan
dikembangkan at au direkayasa unt uk mencipt akan j enis unggul at au kualt ivar
baru.
Bagian Kedua
Azas, Tuj uan dan Sasaran
Pasal 2
Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan azas kemanf aat an, keadailan, keef esienan,
kelest arian, kerakyat an, kebersamaan, ket erbukaan dan ket erpaduan.
Pasal 3
Pengelolaan Sumber Daya Alam bart uj uan unt uk manj amin kelest arian f ungsi Sumber
Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya
pembangunan yang berkelanj ut an guna peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Pasal 4
Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :
a. t ercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan ant ara manusia dan alam;
b. t erj aminnya Sumber Daya Alam bagi kepent ingan generasi sekarang dan generasi
mendat ang;
c. t erkendalinya pemanf aat an Sumber Daya Alam;
d. t erarahnya kebij akan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB II
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 5
Pemerint ah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menj adi
kewenangannya sesuai dangan perat uran perundang-undangan yang berlaku dan j uga
mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menj adi t ugas perbant uan.
Pasal 6
(1) Unt uk melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, Pemerint ah
Provinsi berwenang unt uk :
a.
b.
c.
d.
(2)
mengat ur dan mengembangkan kebij akan dalam rangka pengelolaan Sumber
daya alam;
mengat ur pengendalian, perunt ukan dan penggunaan Sumber Daya Alam;
mengendalikan kegiat an-kegiat an yang mempunyai dampak dalam pemanf aat an
Sumber Daya Alam;
mengembangkan pendanaan bagi upaya pelest arian Sumber Daya Alam dan
f ungsi lingkungan hidup sesuai dengan perat auran perundang-undangan yang
berlaku.
Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) yang
pemanf aat an secara sekt oral akan diat ur dengan Qanun t ersendiri.
Pasal 7
Pengelolaan Sumber Daya Alam waj ib dilakukan secara t erpadu sebagai suat u sist em
ekologi.
Pasal 8
(1)
Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara t erpadu oleh inst ansi Pemerint ah
Provinsi sesuai dengan bidang t ugas dan t anggung j awabnya masing-masing sert a
pelaku pembangunan lainnya.
(2)
Ket erpaduan dalam pengolahan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga at au badan yang bert anggungj awab dalam
pengendalian lingkungan hidup.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengat uran dan kordinasi pengolahan Sumber
Daya Alam diat ur dengan keput usan Gubernur dengan mempert imbangkan masukan
dari Kabupat en/ Kot a dan masyarakat .
BAB III
PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Bagian Pert ama
Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pasal 9
Pengelolaan di Provinsi merupakan t anggung j awab pemerint ah, Pemerint ah Provinsi
Kabupat en/ kot a dan masyarakat .
Pasal 10
(1)
Sumber Daya Alam merupakan unsur li ngkungan hidup yang harus dikelola secara
arif dan bij aksana sehingga mampu mendukung dan menj amin kelangsungan
kehidupan makhluk lainnya.
(2)
Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras
ant ara upaya pemanf aat an dan upaya pelest ariannya.
Pasal 11
Pengelolaan Sumber Daya Alam unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat dan
mut u kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhat ikan daya dukung unt uk
menj amin kesinambungan persediaannya dengan t et ap memelihara dan meningkat kan
kualit as keanekaragaman dan nilainya.
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang t idak dapat diperbaharui ( non reneweble) harus
dilakukan secara ef isien sehingga dapat memungkinkan ket ersediaannya dan upaya
pemanf aat annya berlangsung dalam wakt u relat if lama.
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan ( renewable) harus dilakukan
secara hat i-hat i dan bij aksana sesuai dengan pot ensi dan daya dukungnya dengan t et ap
menj aga kondisi ekosist em dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan
Sumber Daya Alam t ersebut memperbaharui dirinya.
Pasal 14
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang t erdapat pada suat u kawasan lindung dilarang,
bila mengganggu f ungsi lindung.
Pasal 15
(1)
Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suat u kawasan harus dilaksanakan dengan
mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat adat at au masyarakat set empat
sert a mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan t ersebut .
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengakuan dan perlindungan t erhadap hak-hak
dan hukum adat set empat dapat dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kedua
Perizinan
Pasal 16
(1)
Set iap orang dalam lapisan masyarakat
pemanf aat an Sumber Daya Alam.
mempunyai
hak yang sama at as
(2)
Set iap usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib
memperoleh izin dari pej abat yang berwenang sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku.
(3)
Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat as, bagi set iap usaha
dan/ at au kegiat an yang menimbulkan dampak besar dan pent ing t erhadap
lingkungan waj ib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
(1)
Dalam menerbit kan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib diperhat ikan :
a.
rencana
t at a
ruang
b.
pendapat
masyarakat ;
dan
c.
pert imbangan dan rekomendasi pej abat yang berwenang yang berkait an
dengan usaha dan/ at au kegiat an t ersebut .
(2)
Keput usan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib diumumkan kepada
masyarakat .
(3)
Tat a cara penerbit an izin unt uk set iap sekt or/ j enis sumber daya alam diat ur lebih
lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
BAB IV
PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 18
(1)
Set iap orang dil arang melakukan kegi at an yang dapat mengakibat kan pencemaran
dan perusakan t erhadap sumber daya alam dan lingkungannya sert a kegiat an yang
dapat mengancam kelest ariannya.
(2)
Pemerint ah Provinsi dapat menet apkan kawasan lindung dan/ at au suaka alam
unt uk menj aga kelest arian sumber
daya alam dan mempert ahankan
keanekaragaman hayat i sert a kelest arian plasma nut f ah.
(3)
Pengelolaan t erhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 19
(1)
Gubernur melakukan pengawasan t erhadap penaat an penanggung j awab usaha
dan/ at au kegiat an at as ket ent uan yang t elah dit et apkan dalam perat uran
perundangan-undangan di bidang pengelolaan sumber daya alam.
(2)
Unt uk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Gubernur
dapat menet apkan pej abat yang berwenang unt uk melakukan pengawasan.
Pasal 20
(1)
Unt uk melaksanakan t ugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19,
berwenang melakukan pemant auan, memint a ket erangan, membuat salinan dari
dokumen dan/ at au membuat cat at an yang diperlukan, memasuki t empat t ert ent u
unt uk mengambil cont oh, memeriksa peralat an, memeriksa inst alasi, sert a
memint a ket erangan dari pihak yang bert anggung j awab at as usaha dan/ at au
kegiat annya.
(2)
Penanggung j awab at as usaha dan/ at au kegiat an yang dimint ai ket erangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memenuhi permint aan pet ugas
pengawas sesuai dengan ket ent uan perat uran-perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
(3)
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat melibat kan masyarakat .
(4)
Set iap pengawas waj ib memperlihat kan surat t ugas dan/ at au t anda pengenal
sert a waj ib memperhat ikan sit uasi dan kondisi t empat pengawasan t ersebut .
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 21
(1)
Masyarakat dapat melakukan kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil,
demokrat is dan berkelanj ut an sesuai dengan kearif an t radisional.
(2)
Pemerint ah Provinsi kewaj iban mendorong peran sert a masyarakat dalam kegiat an
pengelolaan sumber daya alam sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang
baik.
(3)
Dalam melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya alam, masyarakat dapat
secara langsung bekerj asama dengan pemerint ah, pemerint ah provinsi, pemerint ah
kabupat en/ kot a dan/ at au pihak lain.
Pasal 22
Masyarakat dilokasi lokasi sumber daya al am memiliki priorit as ut ama unt uk berperan
seluas-luasnya dalam pengelolaan sumber daya al am.
Pasal 23
(1)
Set iap kegiat an dilakukan oleh pemerint ah dan dunia usaha yang berkait an dengan
pengelolaan sumber daya alam yang berdampak t erhadap lingkungan hidup waj ib
dipert anggungj awabkan kepada publik.
(2)
Pert anggungj awaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 24
(1)
Masyarakat dapat memint a ket erangan dan penj elasan dari pihak-pihak yang
melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya alam di daerahnya t ent ang hal-hal
yang t ermasuk inf ormasi publik.
(2)
Permint aan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan
at au t ert ulis yang dit embuskan kepada pemerint ah.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) dit et apkan
dalam Keput usan Gubernur.
Pasal 25
(1)
Sebelum kegiat an yang berkait an dengan pengelolaan sumber daya alam
dilaksanakan di suat u daerah, pihak pelaksana waj ib mensosialisasikan maksudnya
kepada masyarakat adat dan/ at au masyarakat set empat guna mendapat kan
masukan sebagai bahan pengambil keput usan baik bagi pelaksana maupun bagi
pej abat yang berwenang.
(2)
Pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) unt uk menj elaskan kerugian
yang akan dialami dan keunt ungan yang akan diperoleh masyarakat sej ak
perencanaan hingga pasca operasi.
(3)
Pada wakt u pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana
waj ib menyert akan wakil dari inst ansi yang mengelola dampak lingkungan,
legislat if dan organisasi lingkungan hidup.
(4)
Masukan dari masyarakat adat dan/ at au set empat harus dinilai secara obj ekt if
dan rasional baik melalui pendekat an kualit at if maupun kuant it at if .
Pasal 26
(1)
Kegiat an Pengelolaan Sumber daya Alam waj ib dievaluasi sedikit nya sekali dalam 2
(dua) t ahun.
(2)
Monit oring dapat dilakukan set iap saat , bila diperlukan.
(3)
Set iap evaluasi waj ib menyert akan masyarakat t erut ama yang berdomisili disekit ar
lokasi kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB VII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG HASK ATAS TANAH
Pasal 27
(1)
Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an dan/ at au eksploit asi dan/
at au eksplorasi Sumber Daya Alam waj ib menggant i kerugian akibat dari usahanya
pada segala sesuat u yang berada diat as t anah kepada yang berhak at as t anah
didalam lingkungan daerah kegiat an usaha maupun di luarnya dengan t idak
memandang apakah perbuat an it u dilakukan dengan at au t idak sengaj a, maupun
yang dapat at au t idak dapat diket ahui t erlebih dahulu.
(2)
Besarnya nilai gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit ent ukan bersama
ant ara pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an dengan yang berhak at as t anah
at as dasar musyawarah dan muf akat .
(3)
Jika kedua pihak t idak dapat mencapai kat a muf akat t ent ang gant i rugi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka penent uan diserahkan kepada
Gubernur dengan memperhat ikan hasil musyawarah dan muf akat ant ara pihak
pemegang izin usaha dan/ at au pemegang hak at as t anah.
(4)
Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpah kepada Bupat i/
Walikot a.
(5)
Jika yang bersangkut an t idak dapat menerima penent uan Gubernur t ent ang gant i
rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka penent uannya diserahkan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliput i daerah at au wilayah yang
bersangkut an.
(6)
Gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) besert a segala
yang berhubungan dengan it u, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang
bersangkut an.
BAB VIII
GUGATAN PERWAKILAN
Pasal 28
(1)
Masyarakat berhak mengaj ukan gugat an perwakilan ke pengadilan dan/ at au
melaporkan ke penegak hukum t erhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya
Alam yang merugikan kehidupan masyarakat .
(2)
Hak mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t erbat as pada
t unt ut an t erhadap pengelolaan Sumber daya alam yang t idak sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 29
Jika diket ahui bahwa masyarakat menderit a akibat kerusakan dan/ at au pencemaran
Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan
masyarakat , maka inst ansi Pemerint ah Provinsi yang bert anggung j awab dibidangnya
dapat melakukan gugat an unt uk kepent ingan masyarakat .
Pasal 30
(1)
Dalam rangka t anggung j awab pengel olaan sumber daya alam, organisasi yang
bergerak di bidang it u berhak mengaj ukan gugat an unt uk kepent ingan pelest arian
f ungsi Sumber Daya Alam.
(2)
Organisasi bidang Sumber daya Alam yang berhak mengaj ukan gugat an
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat -syarat sebagai
berikut :
a.
b.
c.
Berbent uk badan hukum;
Organisasi t ersebut
dalam anggaran dasarnya dengan t egas
menyebut kan t uj uan didirikannya organisasi unt uk kepent ingan
pelest arian f ungsi sumber daya alam; dan
Telah melaksanakan kegiat an sesuai dengan anggaran dasarnya.
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM
Pasal 31
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam dapat dit empuh melalui pengadilan at au
di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengket a.
(2)
Apabila t elah dipilih upaya penyelesaian sengket a diluar pengadilan, maka gugat an
melalui pengadilan dapat dilakukan set elah t ercapai kesepakat an ant ara para
pihak yang bersengket a.
Pasal 32
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan t idak berlaku t erhadap
t indak pidana sebagaimana diat ur dalam Qanun ini.
(2)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan dimaksudkan unt uk
mencapai kesepakat an mengenai pengambi lan sesuat u hak, besarnya gant i rugi,
dan/ at au mengenai t indakan t ert ent u yang harus dilakukan unt uk mengalihkan
f ungsi Sumber Daya Alam.
(3)
Dalam penyesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (2) dapat digunakan j asa pihak ket iga yang dit unj uk oleh
bersama para pihak dan/ at au perdampingan organisasi non pemerint ah unt uk
membant u penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam.
Pasal 33
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan unt uk
memperoleh put usan mengenai pengambilan suat u hak, besarnya gant i rugi dan/
at au t indakan t ert ent u yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam sengket a.
(2)
Selain unt uk melakukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengadilan dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as ket erlambat an
pelaksanaan t indakan t ert ent u t ersebut set iap hari.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 34
(1)
Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerint ah t erhadap penanggung j awab
usaha dan/ at au kegiat an unt uk mencegah dan mengakhiri t erj adinya pelanggaran
sert a menanggulangi akibat yang dit imbul kan oleh suat u pelanggaran, melakukan
t indakan penyelamat an, penanggulangan, dan at au suat u pemulihan at as beban
biaya penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an, kecuali dit ent ukan lain
berdasarkan undang-undang.
(2)
Wewenang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada
Bupat i/ Walikot a dengan Qanun.
(3)
Pihak ket iga yang berkepent ingan berhak mengaj ukan permohonan kepada pej abat
yang
berwenang
unt uk
melakukan
paksaan
pemerint ahan, sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2).
(4)
Paksaan pemerint ahan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2),
didahului dengan surat perint ah dari pej abat yang berwenang.
(5)
Tindakan penyelamat an, penanggulangan dan/ at au pemulihan sebagaimana
dimaksut kan dalam ayat (1) dapat digant i dengan pembayaran sej umlah uang
t ert ent u.
Pasal 35
Tat a cara penet apan beban biaya sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (1)
dan ayat (5) sert a penagihannya dit et apkan sesuai dengan perat uran yang berlaku.
Pasal 36
Pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (4) dapat
dij at uhi
sanksi
:
a.
t eguran
lisan;
b.
peringat an
t ert ulis;
c.
upaya
pemuliahan
lingkungan;
d.
pembekukan
izin
operasi;
dan
e. pencabut an izin usaha.
BAB XI
PUNGUTAN DAERAH
Pasal 37
(1)
Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib
membayar yang dit et apkan Perimerint ah Provinsi sepert i iuran t et ap, iuran
eksplorasi dan/ at au eksploit asi dan/ at au pembayaran lainnya yang berhubungan
dengan usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an eksploit asi Sumber Daya Alam.
(2)
Pungut an-pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)
diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.
(3)
Pembagian hasil pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (1) kepada Pemerint ah Kabupat en/ Kot a diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1)
Set iap orang yang karana kelalaiannya melanggar ket ent uan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan dan/ at au daenda paling banyak Rp 5. 000. 000. - (limaj ut a rupiah).
(2)
Tindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pel anggaran.
(3)
Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Pendapat an Provinsi, dan
harus diset or langsung ke Kas Derah Provinsi.
(4)
Akibat kelalaian dari pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada
masyarakat , berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.
Pasal 39
(1)
Set iap orang yang dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalan pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/ at au denda sesuai dengan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah kej ahat an.
(3)
Denda sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapat an
Pemerint ah Propinsi dan harus diset or langsung ke Kas Pemerint ah Daerah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40
Pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ket ent uan yang ada dit anyakan masih
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan lagi dengan Qanun ini.
Pasal 41
Semua kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam yang t elah ada sej ak dit et apkan Qanun
ini yang mempunyai dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup, waj ib
mengikut i ket ent uan-ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
(1)
Pada saat Qanun ini dit et apkan semua perat uran daerah yang bert ent angan dangan
Qanun ini t idak berlaku lagi.
(2)
Hal-hal yang belum cukup diat ur dalam Qanun ini sepanj ang mengenai
pelaksanaannya akan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 43
Pengawasan at as pelaksanaan ket ent uan dalam Qanun ini, secara t eknis dan
operasional dit ugaskan kepada Kepala Inst ansi yang dit ugasi mengrndalikan dampak
lingkungan.
Pasal 44
Qanun ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar semua orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan
penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
7 Sya’ ban 1423
GUBERNUR PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekret aris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
t t d.
Thant hawi Ishak, SH.
LEMBARAN DAERAH PROPINSI NANGGROE ACEH DRUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI
E NOMOR 11
NOMOR : 21 TAHUN 2002
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Menimbang :
a.
bahwa sumber daya alam merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa dan
mempunyai kedudukan sert a peranan pent ing bagi kehidupan, oleh sebab it u perlu
dikelola dan dimanf aat kan secara adil dan berkelanj ut an;
b.
bahwa sumber daya alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu dij aga
kelest arian f ungsinya dalam menj alankan pembangunan yang berkelanj ut an dan
berwawasan lingkungan;
c.
bahwa pemanf aat an sumber daya alam perlu dilakukan secara bij aksana dengan
memperhit ungkan kebut uhan generasi masa kini dan masa mendat ang;
d.
bahwa Perat uran Perundang-undangan yang mengat ur t ent ang Pengelolaan Sumber
Daya Alam yang sudah ada, perlu disesuaikan dengan j iwa dan semangat Ot onomi
Khusus yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
d.
bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d
perlu dit et apkan Qanun Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
Undang-undang Nomor 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom
Provinsi Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Provinsi Sumat era Ut ara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1103);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar Pokok Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tent ang Ket ent uan Pokok-Pokok
Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 t ent ang Pert ambangan minyak dan Gas
Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2971);
Undang-undang Nomor 10Tahun 1974 Tent ang Perubahan At as Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1971 t ent ang Pert ambangan Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3045);
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3186);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3274);
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3639);
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3501);
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 Tent ang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3647);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3538);
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3888);
Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan
Daerah Ist imewa Aceh; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893);
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Provinsi
Naggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
Perat uran Pemerint ah Nomor 32 Tahun 1969 t ent ang Pelaksanaan Ket ent uan
Pokok Pert ambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916);
Perat uran Pemerint ah Nomor 47 Tahun 1997 Tent ang Rencana Tat a Ruang
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721);
Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah
Pusat dan Provinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengket a Lingkungan Hidup Di luar Pengadilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 113, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3982);
Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan
Lindung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294).
Dengan Perset uj uan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pert ama
Pengert ian
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Provinsi adal ah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.
Pemerint ah Pusat selanj ut nya disebut Pemerint ah Perangkat Negara adalah
Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para ment eri.
Pemerint ah Provinsi adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
besert a perangkat Daerah Ot onom yang lain sebagai badan Eksekut if Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupat en/ kot a at au sagoe/ Banda dan at au nama lain adalah Daerah Ot onom
dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang dipimpin oleh Bupat i/ Wali
sagoe at au nama lain.
Sumber Daya Alam adalah komponen lingkungan hidup, baik hayat i maupun non
hayat i.
Sumber Daya Alam hayat i adalah Sumber Daya Alam yang t erdiri dari f lora dan
f auna.
Sumber Daya Alam nonhayat i adalah Sumber Daya Alam yang meliput i air,
t anah, udara, bahan galian dan f ormasi geologi.
Pengelolaan Sumber Daya Alam adalah upaya t erpadu unt uk melest arikan f ungsi
Sumber Daya Alam yang meliput i kebij aksanaan penat aan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian pemanf aat an Sumber
Daya Alam.
Orang adalah orang perseorangan, dan/ at au kelompok orang, dan/ at au badan
hukum.
Masyarakat adalah kelompok orang yang bert empat t inggal disuat u wilayah
t ert ent u.
Masyarakat adat adalah sekelompok orang yang t inggal dalam kawasan t ert ent u
secara t urun-t emurun berdasarkan kesamaan t empat t inggal dan at au hubungan
darah yang memiliki wilayah adat dan pranat a-pranat a adat t ersendiri.
Masyarakat set empat adalah sekelompok orang yang t inggal di dan sekit ar
kawasan yang berdasarkan pada kesamaan wilayah t empat t inggal.
Usaha adalah kegiat an milik perorangan at au sekelompok orang berbent uk dan/
at au t idak berbent uk badan hukum.
Plasma nut f ah adalah subst ansi yang t erdapat dalam sekelompok makhluk hidup
dan merupakan sumber sif at ket urunan yang dapat dimanf aat an dan
dikembangkan at au direkayasa unt uk mencipt akan j enis unggul at au kualt ivar
baru.
Bagian Kedua
Azas, Tuj uan dan Sasaran
Pasal 2
Pengelolaan Sumber Daya Alam berdasarkan azas kemanf aat an, keadailan, keef esienan,
kelest arian, kerakyat an, kebersamaan, ket erbukaan dan ket erpaduan.
Pasal 3
Pengelolaan Sumber Daya Alam bart uj uan unt uk manj amin kelest arian f ungsi Sumber
Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya
pembangunan yang berkelanj ut an guna peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Pasal 4
Sasaran pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada :
a. t ercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan ant ara manusia dan alam;
b. t erj aminnya Sumber Daya Alam bagi kepent ingan generasi sekarang dan generasi
mendat ang;
c. t erkendalinya pemanf aat an Sumber Daya Alam;
d. t erarahnya kebij akan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB II
KEWENANGAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 5
Pemerint ah Provinsi berwenang mengelola Sumber Daya Alam di Provinsi yang menj adi
kewenangannya sesuai dangan perat uran perundang-undangan yang berlaku dan j uga
mengelola Sumber Daya Alam yang dilimpahkan menj adi t ugas perbant uan.
Pasal 6
(1) Unt uk melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, Pemerint ah
Provinsi berwenang unt uk :
a.
b.
c.
d.
(2)
mengat ur dan mengembangkan kebij akan dalam rangka pengelolaan Sumber
daya alam;
mengat ur pengendalian, perunt ukan dan penggunaan Sumber Daya Alam;
mengendalikan kegiat an-kegiat an yang mempunyai dampak dalam pemanf aat an
Sumber Daya Alam;
mengembangkan pendanaan bagi upaya pelest arian Sumber Daya Alam dan
f ungsi lingkungan hidup sesuai dengan perat auran perundang-undangan yang
berlaku.
Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) yang
pemanf aat an secara sekt oral akan diat ur dengan Qanun t ersendiri.
Pasal 7
Pengelolaan Sumber Daya Alam waj ib dilakukan secara t erpadu sebagai suat u sist em
ekologi.
Pasal 8
(1)
Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara t erpadu oleh inst ansi Pemerint ah
Provinsi sesuai dengan bidang t ugas dan t anggung j awabnya masing-masing sert a
pelaku pembangunan lainnya.
(2)
Ket erpaduan dalam pengolahan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dikoordinasikan oleh lembaga at au badan yang bert anggungj awab dalam
pengendalian lingkungan hidup.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengat uran dan kordinasi pengolahan Sumber
Daya Alam diat ur dengan keput usan Gubernur dengan mempert imbangkan masukan
dari Kabupat en/ Kot a dan masyarakat .
BAB III
PERSYARATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Bagian Pert ama
Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pasal 9
Pengelolaan di Provinsi merupakan t anggung j awab pemerint ah, Pemerint ah Provinsi
Kabupat en/ kot a dan masyarakat .
Pasal 10
(1)
Sumber Daya Alam merupakan unsur li ngkungan hidup yang harus dikelola secara
arif dan bij aksana sehingga mampu mendukung dan menj amin kelangsungan
kehidupan makhluk lainnya.
(2)
Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras
ant ara upaya pemanf aat an dan upaya pelest ariannya.
Pasal 11
Pengelolaan Sumber Daya Alam unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat dan
mut u kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhat ikan daya dukung unt uk
menj amin kesinambungan persediaannya dengan t et ap memelihara dan meningkat kan
kualit as keanekaragaman dan nilainya.
Pasal 12
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang t idak dapat diperbaharui ( non reneweble) harus
dilakukan secara ef isien sehingga dapat memungkinkan ket ersediaannya dan upaya
pemanf aat annya berlangsung dalam wakt u relat if lama.
Pasal 13
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan ( renewable) harus dilakukan
secara hat i-hat i dan bij aksana sesuai dengan pot ensi dan daya dukungnya dengan t et ap
menj aga kondisi ekosist em dan lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan
Sumber Daya Alam t ersebut memperbaharui dirinya.
Pasal 14
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang t erdapat pada suat u kawasan lindung dilarang,
bila mengganggu f ungsi lindung.
Pasal 15
(1)
Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suat u kawasan harus dilaksanakan dengan
mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat adat at au masyarakat set empat
sert a mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan t ersebut .
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pengakuan dan perlindungan t erhadap hak-hak
dan hukum adat set empat dapat dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kedua
Perizinan
Pasal 16
(1)
Set iap orang dalam lapisan masyarakat
pemanf aat an Sumber Daya Alam.
mempunyai
hak yang sama at as
(2)
Set iap usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib
memperoleh izin dari pej abat yang berwenang sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku.
(3)
Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat as, bagi set iap usaha
dan/ at au kegiat an yang menimbulkan dampak besar dan pent ing t erhadap
lingkungan waj ib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
(1)
Dalam menerbit kan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib diperhat ikan :
a.
rencana
t at a
ruang
b.
pendapat
masyarakat ;
dan
c.
pert imbangan dan rekomendasi pej abat yang berwenang yang berkait an
dengan usaha dan/ at au kegiat an t ersebut .
(2)
Keput usan izin melakukan usaha dan/ at au kegiat an waj ib diumumkan kepada
masyarakat .
(3)
Tat a cara penerbit an izin unt uk set iap sekt or/ j enis sumber daya alam diat ur lebih
lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
BAB IV
PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ALAM
Pasal 18
(1)
Set iap orang dil arang melakukan kegi at an yang dapat mengakibat kan pencemaran
dan perusakan t erhadap sumber daya alam dan lingkungannya sert a kegiat an yang
dapat mengancam kelest ariannya.
(2)
Pemerint ah Provinsi dapat menet apkan kawasan lindung dan/ at au suaka alam
unt uk menj aga kelest arian sumber
daya alam dan mempert ahankan
keanekaragaman hayat i sert a kelest arian plasma nut f ah.
(3)
Pengelolaan t erhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 19
(1)
Gubernur melakukan pengawasan t erhadap penaat an penanggung j awab usaha
dan/ at au kegiat an at as ket ent uan yang t elah dit et apkan dalam perat uran
perundangan-undangan di bidang pengelolaan sumber daya alam.
(2)
Unt uk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Gubernur
dapat menet apkan pej abat yang berwenang unt uk melakukan pengawasan.
Pasal 20
(1)
Unt uk melaksanakan t ugasnya, pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19,
berwenang melakukan pemant auan, memint a ket erangan, membuat salinan dari
dokumen dan/ at au membuat cat at an yang diperlukan, memasuki t empat t ert ent u
unt uk mengambil cont oh, memeriksa peralat an, memeriksa inst alasi, sert a
memint a ket erangan dari pihak yang bert anggung j awab at as usaha dan/ at au
kegiat annya.
(2)
Penanggung j awab at as usaha dan/ at au kegiat an yang dimint ai ket erangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memenuhi permint aan pet ugas
pengawas sesuai dengan ket ent uan perat uran-perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
(3)
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat melibat kan masyarakat .
(4)
Set iap pengawas waj ib memperlihat kan surat t ugas dan/ at au t anda pengenal
sert a waj ib memperhat ikan sit uasi dan kondisi t empat pengawasan t ersebut .
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 21
(1)
Masyarakat dapat melakukan kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam secara adil,
demokrat is dan berkelanj ut an sesuai dengan kearif an t radisional.
(2)
Pemerint ah Provinsi kewaj iban mendorong peran sert a masyarakat dalam kegiat an
pengelolaan sumber daya alam sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang
baik.
(3)
Dalam melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya alam, masyarakat dapat
secara langsung bekerj asama dengan pemerint ah, pemerint ah provinsi, pemerint ah
kabupat en/ kot a dan/ at au pihak lain.
Pasal 22
Masyarakat dilokasi lokasi sumber daya al am memiliki priorit as ut ama unt uk berperan
seluas-luasnya dalam pengelolaan sumber daya al am.
Pasal 23
(1)
Set iap kegiat an dilakukan oleh pemerint ah dan dunia usaha yang berkait an dengan
pengelolaan sumber daya alam yang berdampak t erhadap lingkungan hidup waj ib
dipert anggungj awabkan kepada publik.
(2)
Pert anggungj awaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 24
(1)
Masyarakat dapat memint a ket erangan dan penj elasan dari pihak-pihak yang
melakukan kegiat an pengelolaan sumber daya alam di daerahnya t ent ang hal-hal
yang t ermasuk inf ormasi publik.
(2)
Permint aan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara lisan
at au t ert ulis yang dit embuskan kepada pemerint ah.
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (1) dit et apkan
dalam Keput usan Gubernur.
Pasal 25
(1)
Sebelum kegiat an yang berkait an dengan pengelolaan sumber daya alam
dilaksanakan di suat u daerah, pihak pelaksana waj ib mensosialisasikan maksudnya
kepada masyarakat adat dan/ at au masyarakat set empat guna mendapat kan
masukan sebagai bahan pengambil keput usan baik bagi pelaksana maupun bagi
pej abat yang berwenang.
(2)
Pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) unt uk menj elaskan kerugian
yang akan dialami dan keunt ungan yang akan diperoleh masyarakat sej ak
perencanaan hingga pasca operasi.
(3)
Pada wakt u pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pihak perencana
waj ib menyert akan wakil dari inst ansi yang mengelola dampak lingkungan,
legislat if dan organisasi lingkungan hidup.
(4)
Masukan dari masyarakat adat dan/ at au set empat harus dinilai secara obj ekt if
dan rasional baik melalui pendekat an kualit at if maupun kuant it at if .
Pasal 26
(1)
Kegiat an Pengelolaan Sumber daya Alam waj ib dievaluasi sedikit nya sekali dalam 2
(dua) t ahun.
(2)
Monit oring dapat dilakukan set iap saat , bila diperlukan.
(3)
Set iap evaluasi waj ib menyert akan masyarakat t erut ama yang berdomisili disekit ar
lokasi kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB VII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN DENGAN PEMEGANG HASK ATAS TANAH
Pasal 27
(1)
Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an dan/ at au eksploit asi dan/
at au eksplorasi Sumber Daya Alam waj ib menggant i kerugian akibat dari usahanya
pada segala sesuat u yang berada diat as t anah kepada yang berhak at as t anah
didalam lingkungan daerah kegiat an usaha maupun di luarnya dengan t idak
memandang apakah perbuat an it u dilakukan dengan at au t idak sengaj a, maupun
yang dapat at au t idak dapat diket ahui t erlebih dahulu.
(2)
Besarnya nilai gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit ent ukan bersama
ant ara pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an dengan yang berhak at as t anah
at as dasar musyawarah dan muf akat .
(3)
Jika kedua pihak t idak dapat mencapai kat a muf akat t ent ang gant i rugi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka penent uan diserahkan kepada
Gubernur dengan memperhat ikan hasil musyawarah dan muf akat ant ara pihak
pemegang izin usaha dan/ at au pemegang hak at as t anah.
(4)
Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpah kepada Bupat i/
Walikot a.
(5)
Jika yang bersangkut an t idak dapat menerima penent uan Gubernur t ent ang gant i
rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) maka penent uannya diserahkan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliput i daerah at au wilayah yang
bersangkut an.
(6)
Gant i rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3) dan (4) besert a segala
yang berhubungan dengan it u, dibebankan kepada pemegang izin usaha yang
bersangkut an.
BAB VIII
GUGATAN PERWAKILAN
Pasal 28
(1)
Masyarakat berhak mengaj ukan gugat an perwakilan ke pengadilan dan/ at au
melaporkan ke penegak hukum t erhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya
Alam yang merugikan kehidupan masyarakat .
(2)
Hak mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t erbat as pada
t unt ut an t erhadap pengelolaan Sumber daya alam yang t idak sesuai dengan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 29
Jika diket ahui bahwa masyarakat menderit a akibat kerusakan dan/ at au pencemaran
Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan
masyarakat , maka inst ansi Pemerint ah Provinsi yang bert anggung j awab dibidangnya
dapat melakukan gugat an unt uk kepent ingan masyarakat .
Pasal 30
(1)
Dalam rangka t anggung j awab pengel olaan sumber daya alam, organisasi yang
bergerak di bidang it u berhak mengaj ukan gugat an unt uk kepent ingan pelest arian
f ungsi Sumber Daya Alam.
(2)
Organisasi bidang Sumber daya Alam yang berhak mengaj ukan gugat an
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat -syarat sebagai
berikut :
a.
b.
c.
Berbent uk badan hukum;
Organisasi t ersebut
dalam anggaran dasarnya dengan t egas
menyebut kan t uj uan didirikannya organisasi unt uk kepent ingan
pelest arian f ungsi sumber daya alam; dan
Telah melaksanakan kegiat an sesuai dengan anggaran dasarnya.
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA SUMBER DAYA ALAM
Pasal 31
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam dapat dit empuh melalui pengadilan at au
di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengket a.
(2)
Apabila t elah dipilih upaya penyelesaian sengket a diluar pengadilan, maka gugat an
melalui pengadilan dapat dilakukan set elah t ercapai kesepakat an ant ara para
pihak yang bersengket a.
Pasal 32
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan t idak berlaku t erhadap
t indak pidana sebagaimana diat ur dalam Qanun ini.
(2)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan dimaksudkan unt uk
mencapai kesepakat an mengenai pengambi lan sesuat u hak, besarnya gant i rugi,
dan/ at au mengenai t indakan t ert ent u yang harus dilakukan unt uk mengalihkan
f ungsi Sumber Daya Alam.
(3)
Dalam penyesaian sengket a Sumber Daya Alam diluar pengadilan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (2) dapat digunakan j asa pihak ket iga yang dit unj uk oleh
bersama para pihak dan/ at au perdampingan organisasi non pemerint ah unt uk
membant u penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam.
Pasal 33
(1)
Penyelesaian sengket a Sumber Daya Alam melalui pengadilan dimaksudkan unt uk
memperoleh put usan mengenai pengambilan suat u hak, besarnya gant i rugi dan/
at au t indakan t ert ent u yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam sengket a.
(2)
Selain unt uk melakukan t indakan t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengadilan dapat menet apkan pembayaran uang paksa at as ket erlambat an
pelaksanaan t indakan t ert ent u t ersebut set iap hari.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 34
(1)
Gubernur berwenang melakukan paksaan pemerint ah t erhadap penanggung j awab
usaha dan/ at au kegiat an unt uk mencegah dan mengakhiri t erj adinya pelanggaran
sert a menanggulangi akibat yang dit imbul kan oleh suat u pelanggaran, melakukan
t indakan penyelamat an, penanggulangan, dan at au suat u pemulihan at as beban
biaya penanggung j awab usaha dan/ at au kegiat an, kecuali dit ent ukan lain
berdasarkan undang-undang.
(2)
Wewenang sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada
Bupat i/ Walikot a dengan Qanun.
(3)
Pihak ket iga yang berkepent ingan berhak mengaj ukan permohonan kepada pej abat
yang
berwenang
unt uk
melakukan
paksaan
pemerint ahan, sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2).
(4)
Paksaan pemerint ahan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2),
didahului dengan surat perint ah dari pej abat yang berwenang.
(5)
Tindakan penyelamat an, penanggulangan dan/ at au pemulihan sebagaimana
dimaksut kan dalam ayat (1) dapat digant i dengan pembayaran sej umlah uang
t ert ent u.
Pasal 35
Tat a cara penet apan beban biaya sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (1)
dan ayat (5) sert a penagihannya dit et apkan sesuai dengan perat uran yang berlaku.
Pasal 36
Pelanggaran sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (4) dapat
dij at uhi
sanksi
:
a.
t eguran
lisan;
b.
peringat an
t ert ulis;
c.
upaya
pemuliahan
lingkungan;
d.
pembekukan
izin
operasi;
dan
e. pencabut an izin usaha.
BAB XI
PUNGUTAN DAERAH
Pasal 37
(1)
Pemegang izin usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an Sumber Daya Alam waj ib
membayar yang dit et apkan Perimerint ah Provinsi sepert i iuran t et ap, iuran
eksplorasi dan/ at au eksploit asi dan/ at au pembayaran lainnya yang berhubungan
dengan usaha dan/ at au kegiat an pemanf aat an eksploit asi Sumber Daya Alam.
(2)
Pungut an-pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)
diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.
(3)
Pembagian hasil pungut an Pemerint ah Provinsi sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat (1) kepada Pemerint ah Kabupat en/ Kot a diat ur lebih lanj ut dengan Qanun.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 38
(1)
Set iap orang yang karana kelalaiannya melanggar ket ent uan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan dan/ at au daenda paling banyak Rp 5. 000. 000. - (limaj ut a rupiah).
(2)
Tindak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pel anggaran.
(3)
Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Pendapat an Provinsi, dan
harus diset or langsung ke Kas Derah Provinsi.
(4)
Akibat kelalaian dari pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang merugikan kehidupan masyarakat harus memberi kompensasi kepada
masyarakat , berupa pemulihan kembali Sumber Daya Alam.
Pasal 39
(1)
Set iap orang yang dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalan pasal 18 ayat (1) diancam pidana dan/ at au denda sesuai dengan perat uran
perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud ayat (1) adalah kej ahat an.
(3)
Denda sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan Pendapat an
Pemerint ah Propinsi dan harus diset or langsung ke Kas Pemerint ah Daerah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40
Pada saat berlakunya Qanun ini, maka segala ket ent uan yang ada dit anyakan masih
berlaku sepanj ang t idak bert ent angan lagi dengan Qanun ini.
Pasal 41
Semua kegiat an pengelolaan Sumber Daya Alam yang t elah ada sej ak dit et apkan Qanun
ini yang mempunyai dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup, waj ib
mengikut i ket ent uan-ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Qanun ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
(1)
Pada saat Qanun ini dit et apkan semua perat uran daerah yang bert ent angan dangan
Qanun ini t idak berlaku lagi.
(2)
Hal-hal yang belum cukup diat ur dalam Qanun ini sepanj ang mengenai
pelaksanaannya akan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 43
Pengawasan at as pelaksanaan ket ent uan dalam Qanun ini, secara t eknis dan
operasional dit ugaskan kepada Kepala Inst ansi yang dit ugasi mengrndalikan dampak
lingkungan.
Pasal 44
Qanun ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar semua orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan
penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
DISAHKAN DI
: BANDA ACEH
PADA TANGGAL : 14 Okt ober 2002
7 Sya’ ban 1423
GUBERNUR PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
t t d.
ABDULLAH PUTEH
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002
8 Sya’ ban 1423
Sekret aris Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
t t d.
Thant hawi Ishak, SH.
LEMBARAN DAERAH PROPINSI NANGGROE ACEH DRUSSALAM TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI
E NOMOR 11