Pesantren Mukmin Mandiri: studi Pesantren Entrepreneur di Waru Sidoarjo.

(1)

PESANTREN MUKMIN MANDIRI

(STUDI PESANTREN ENTREPRENEUR DI WARU SIDOARJO)

SKRIPSI

Oleh :

AZIFATUS SA’ADAH NIM : D93213074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Azifatus sa’adah (D93213074), 2017, Pesantren Mukmin Mandiri (Studi

Pesantren Entrepreneur Di Waru Sidoarjo), Dosen Pembimbing I, Dr. H. Masyhudi Ahmad M.Pd.I dan Dosen Pembimbing II, Dr. Samsul Maarif, M.Pd.

Pesantren entrepreneur sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) latar belakang berdirinya pesantren mukmin mandiri, (2) jenis kegiatan pesantren entrepreneur di pesantren Mukmin Mandiri, (3) Aktifitas Pesantren Entrepreneur beserta dengan (4) Dampak pesantren entrepreneur di Pesantren Mukmin Mandiri.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.

Berdasrkan hasil penelitian dapat diketahui (1) Latar belakang pesantren mukmin mandiri Di Waru Sidoarjo berawal dari kekhawatiran dan keprihatinan kyai tentang masa depan santri agar mampu hidup mandiri (2) Jenis pesantren entrepreneur meliputi bergerak dibidang agrobisnis dan agroindustri dapat berjalan dengan cukup efektif dilihat dari proses pembibitan sampai produksi kopi dari mulai teori sampai praktek. (3) Aktifitas pesantren entrepreneur di pesantren entrepreneur dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan ibda' rasulullah dalam hal ini dipesantren mukmin mandiri terlihat dari integritas (kejujuran), royalitas (komitmen) profesional, dan spiritual . Dampak pesantren Entrepreneur menumbuhkan kreatifitas dan inovasi santri dalam bidang wirausaha, seperti santri menjadi ketua koperasi Se-Jawa TImur, pengelola kopi dari pembibitan sampai produksi kopi, dan sebagainya. Yang berdampak besar mengurangi pengangguran santri


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitihan ... 8

C. Tujuan Penelitihan ... 9

D. Manfaat Penelitihan ... 9

E. Devinisi Konseptual ... 10

F. Peneliti Terdahulu. ... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren 1. Pengertian Pesantren ... 15

2. Karakteristik pondok pesantren ... 18

3. Ciri-ciri pendidikan Pesantren ... 22

B. Entrepreneur 1. Pengertian Entrepreneur... 23

2. Karakteristik Entrepreneur ... 27

3. Jenis Entrepreneur ... 33

4. Pendidikan Entrepreneur ... 35

C. Pesantren Entrepreneur 1. Definisi Pesantren Entrepreneur ... 36


(8)

2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur ... 38

3. Aktifitas pesantren Entreprener ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Lokasi Penelitian ... 47

C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 47

D. Cara Pengumpulan Data ... 48

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 48

F. Keabsahan Data ... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pesantren ... 55

B. Deskripsi Subjek ... 57

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... .91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106


(9)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu upaya untuk memberdayakan potensi ekonomi bangsa serta membangun sebuah masyarakat yang mandiri adalah melahirkan sebanyak-banyaknya wirausahawan baru. Upaya dalam pembentukan calon wirausahawan baru sangatlah tidak mudah. Hal ini dikarenakan seorang wirausahawan atau entrepreneur merupakan orang yang menjalankan usaha tersebut, dengan ide yang baru dan dapat memunculkan inovasi dan kreativitas yang dimilikinya.

Dalam hal ini, pesantren adalah corak asli pendidikan Indonesia. Dalam sejarahnya pesantren telah melahirkan beberapa tokoh-tokoh bangsa, tokoh politik, pakar pendidikan, ulama, da’i . Namun masih jarang mencetak tokoh wirausahawan yang mencetak tokoh pembisnis. Hal ini disebabkan masih berkutatnya pesantren menggeluti keilmuan yang bersifat teoritis murni, artinya pesantren kebanyakan mementingkan ranah kognitif dan efektif.Untuk psimotorik masih belum terasah tuntas. Apalagi yang berkaitan dengan unsur keduniawian.Tujuan ukrowi tetap mendapatkan tempat prioritas utama.

Sesuai dengan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, di dalamnya banyak ketentuan yang mengakomodasikan pengembangan pondok pesantren. Artinya,


(11)

2

jika undang-undang sebelumnya, yakni UU Nomor 2 Tahun 1989 tidak mengakomodasi sama sekali eksistensi pondok pesantren, maka dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaanya eksistensi podok pesantren diakui sebagi lembaga pendidikan keagmaan Islam yang dapat menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal yang harus dikembangkan lebih lanjut.1

Dengan adanya Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, banyak pondok pesantren yang mengalami kemajuan salah satunya dengan diakui nya lulusan pondok pesantren bisa melanjutkan ke jenjang sekolah-sekolah, banyak pesantren yang memasukkan pendidikan umum di kurikulum pembelajaran di pesantren, salah satunya dengan di berikan pendidikan keterampilan kepada para santri.

Sebagai mengarahkan program edukatifnya untuk membina keterampilan santri di bidang pertanian, pertukangan, perdagangan, industry kecil dan sejenisnya, disamping tetap menyelenggarakan sistem madrasah modern dan sekolah Islam unggulan, juga aneka jenis perguruan tinggi dengan program studi ilmu keIslaman maupun pengetahuan umum dan teknologi, seperti ilmu hukum,

1

Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Oedonansi Guru Sampai UU SISDIKNAS, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada), 2013 . 55 .


(12)

3

ekonomi, politik, social, kesehatan, pertanian, informatika, teknik, dan lain sebgainya. 2

Sesuai dengan maraknya kebutuhan dunia kerja, pesantren itupun akhirnya menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk menanggulangi angka pengangguran.3Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini.4

Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi hampir oleh setiap Negara terutama Negara-negara berkembang.Pengangguran disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.5Dengan adanya pendidikan keterampilan, diharapkan menjadikan solusi dari masalah pengangguran. Setiap manusia bersekolah, mengambil kursus, kuliah, atau bentuk pengembangan diri yang lain sebagai upaya menjadi manusia yang produktif. Namun, realitas yang terjadi. Output lembaga pendidikan dan kursus tidak membekali pengetahuan dan skill yang lengkap sehingga begitu lulus bukannya dapat mengamalkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh, melainkan mendapatkan gelar baru sebagai pengangguran intelektual.

Berdasarkan Angka pengangguran di Indonesia terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan februari 2015 jumlah

2

Bawani,metodologi. 314 4

Yusuf Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses ( Jakarta : kencana prenada media group, 2010), 1

5

Siti Komara, Pengelolaan Pondok Pesantren Berbasis Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Nurul Barokah Kabupaten Majalengka .(Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol. 1 No. 1, September 2016 ). 68


(13)

4

pengangguran mencapai 7,4 juta jiwa, angka ini mengalami kenaikan dari bulan agustus 2014 sebesar 210 ribu jiwa, peningkatan pengangguran terjadi pada lulusan S1,D3 dan SMK sementara lulusan SD. SMP dan SMA mengalami penurunan.6

Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P. Roeslani seperti dikutip berita viva mengatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,6%, padahal menurut standar internasional, jumlahwirausahawan yang ideal di tiap negara minimal 2% dari total jumlah penduduk. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamakan sedini mungkin. Penanaman jiwa wirausaha tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran di pendidikan formal.7Selian di pendidikan formal pondok pesantren merupakan alternative terbaik, sebagai pembekalan bagi para santri untuk bisa mendapatka ilmu keagamaan juga bekal keterampilan dalam berwirausaha.

Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim maka penanaman jiwa wirausaha juga bisa dilakukan melalui pondok pesantren. Hal ini dinilai efektif mengingat jumlah pesantren di Indonesia juga cukup banyak. Menurut data Kemenag RI, pada tahun 2012 jumlah pesantren mencapai angka 27.230unit. Selain ditanamkan jiwa wirausaha pada pendidikan formal, sudah saatnya pendidikan nonformal seperti halnya pendidikan di pondok pesantren dapat ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada santrinya. Sehinga yang dipelajari tidak hanya pada ilmu– ilmu agama (dakwah)

6

Komara, Pengelolaan Pondok Pesantren . 68 7


(14)

5

saja tetapi juga diberikan pendidikan bersifat pengembangan pada ilmu–ilmu kewirausahaan yang di pelajari pada pendidikan formal lainnya.

Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, dengan adanya lembaga pendidikan Islam (pesantren) yang menerapkan sistem mandiri bagi para santri.Yang bertujuan, agar dapat meningkatkan kualitas pondok pesantren entrepreneur.Selain itu, para santri dapat berkontribusi untuk menerapkan ilmunya dalam kehidupan nyata.

Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa setiap lulusan pesantren akan menjadi kiai. Namun realita yang terjadi, hanya sebagian kecil dari lulusan yang benar-benar mampu mendedikasikan ilmu dan jiwanya untuk Masyarakat sehingga mendapatkan gelar Kiai. Untuk itu, lulusan lain tentu membutuhkan lapangan kerja untuk menyambung hidup. Dengan demikian, Lembaga Pesantren harusnya dituntut untuk dapat mencetak lulusan pesantren yang mampu menciptakan usaha dengan kreatifitas dan inovasi sehingga mampu mendirikan usaha secara mandiri.

Berdasarkan keterangan diatas ternyata antara pesantren dan wirausaha merupakan dua hal yang terintegrasi. Rasulullah yang merupakan manusia dengan tingkat ibadah yang tinggi ternyata juga seorang wirausahawan yang sukses.8 Pandangan yang tegas mendorong manusia untuk mengembnagkan semangat

8


(15)

6

berwirausaha (etos kerja) bersumber pada firman Allah SWT pada Q.S. Ar-Rad (13:11) sebagaimana berikut9 :

َّّح ٍمْوَقِب اَم ُرّ يَغُ ي ا َهّللا ّنِإ ِهّللا ِرْمَأ ْنِم ُهَنوُظَفََْ ِهِفْلَخ ْنِمَو ِهْيَدَي َِْْ ب ْنِم ٌتاَبّقَعُم ُهَل

ٍلاَو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمََُ اَمَو ُهَل ّدَرَم اَف اًءوُس ٍمْوَقِب ُهّللا َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْ نَأِب اَم اوُرّ يَغُ ي

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah.Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan seseorang tidak akan berubah tanpa ada usaha dari pelakunya sendiri untuk bisa membuat perubahan-perubahan yang lebih baik. Secara emplisit juga menyebutkan bahwa Islam sangat menganjurkan untuk bekerja keras yang berkaitan dengan kemandirian dan tidak mudah menyerah.

Sudah menjadi keharusan saatnya pesantren melakukan perubahan, dengan adanya pesantren enterpreneur dapat menciptakan wirausahawan muslim yang

9

Siti inayatul faizah, kewirausahaan dalam perspektif agama dan budaya, ( Jakarta : mitra wacana media, 2014 ). 3


(16)

7

adil, jujur diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan pondok pesantren sehingga mampu berkembang atas dasar hasil kerja mandiri dengan kemampuan santrinya.

Dahulu yang namanya pesantren, atau lengkapnya pondok pesantren, cenderung diasosiasikan dengan sosok lembaga pendidikan Islam tradisional dan sederhana, berpenampilan lusuh, kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan, bahkan aktifitas edukatif sehari-hari terbatas pada tadarus al-Qur’an dan mengkaji kitab klasik berbahasa Arab tanpa harakat. Kini, situasi dan kondisi seperti itu sudah jauh terkait berbeda. Di pesantren Mukmin Mandiri sebuah pesantren modern yang letaknya di perumahan elit Kawasan Sidoarjo itu berusaha merubah dan menobatkan sebagai pesantren yang bersih dan modern dengan memiliki komplek cukup luas, dengan sederet bangunan megah dan tertata rapi, sehingga menghadirkan kesan agung, indah,dan berwibawa.

Namun saat ini, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pesantren Mukmin Mandiri Sebuah pesantren agrobisnis dan agroindustri produksi kopi yang tidak hanya bergerak pada sektor keagamaan melainkan diorientasikan pada pemberdayaan dan kemandirian santri dalam berwirausaha.Yayasan pesantren mukmin mandiri merupakan pesantren yang memberikan konsep entrepreneur dalam pembelajarannya.tidak sekedar mengajarkan santrinya untuk mendalami Islam. Lebih dari itu di pesantren tersebut mengajarkan keterampilan wirausaha kepada para santri.Wirausaha yang berlandasan ajaran Islam.


(17)

8

Dulu, pesantren sebagai alternative. Apakah dengan adanya pesantren Mukmin Mandiri ini pada akhirnya akan menjadikan perubahan dan kemjauan pesantren- pesantren yang lain untuk dapat mewujudkan pesantren yang mandiri dengan lulusan santri yang tidak hanya berkipra di sector keagamaan tetapi juga di sector perekonomian.

Dari paparan diatas utnuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada sebuah pondok pesantren, dengan judul: Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur Di Waru, Sidoarjo).

A. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka focus kajian dalam penelitian ini adalah pesantren entrepreneur

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh penulis, maka yang menjadi orientasi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Latar Berlakang berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Di Waru Sidoarjo ?

2. Apa jenis Kegiatan pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo ?

3. Bagaimana Aktifitas Pesantren Entrepreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo ?

4. Apa Dampak Pesantren Enterpreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo ?


(18)

9

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya pesantren Mukmin Mandiri di waru sidoarjo.

2. Untuk mendeskripsikan jenis pesantren Entrepreneur di Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo

3. Untuk mendeskripsikan Aktifitas Pesantren Entrepreneur di Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo.

4. Untuk Mendeskripsikan Dampak Pesanten Entrepreneur Di Waru Sidoarjo.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentangpesantren enterpreneurdalam pengembangan keilmuan sebagai wacana baru bagi pondok pesantren, khususnya bagi para kalangan muda ( santri ) agar bisa memiliki sikap kemandirian.

b. Untuk pengembangan ilmu bisnis di pondok pesantren sebagai bekal dalam menumbuhkan jiwa enterpreneur..

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti, mahasiswa, masyarakat dan utamanya sebagai Refrensi bagi Pondok pesantren Mukmin mandiri sidoarjo.


(19)

10

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi informasi bagi para lembaga pondok pesantren sebagai masukan dan pertimbangan untuk pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya, terkait dengan Pesantren Enterpreneur.

D. Definisi Konseptual

Hal ini dilakukan agar dapat menghilangkan penafsiran-penafsiran yang memungkinkan timbulnya persoalan yang tidak diharapkan. Adapun judul skripsi ini adalah Pesantren Mukmin Mandiri. (Studi pesantren entrepreneur sidoarjo )

Istilah kunci penting yang perlu di definisikan sebgai berikut :

1. Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran - pelajaran agama Islam sekaligus tempat tinggalnya 2. Enterpreneur adalah sesorang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovasi

dan berani dalam menghadapi setiap resiko yang ada dalam melihat peluang yang ada dimanfaatkan dengan baik.

3. Pesantren enterpreneur adalah pondok pesantren yang didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship atau dunia wirausaha.

E. Peneitian Terdahulu

Dari hasil penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil penilitian Skripsi yang memiliki obyek serupa dengan penulis, namun memiliki prespektif fokus yang berbeda.


(20)

11

Pertama, penelitian Azmi Imam Sari, dengan judul Pesantren Enterpreneurship Pesantren Mukmin Mandiri di Perumahan Elit Graha Tirta Kelurahan Ngingas Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo (Studi Tentang Sejarah, Perkembangn Dan Aktifitas 2006-2015). Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana sejarah berdirinya pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo, Aktifitas Pesantren Mukmin dan prestasi pesantren Mukmin Mandiri tahun 2006-2015.Dalam Skripsi ini penulis menggunakan teori Arnold J. Toynbe yakni challenge and response (tantangan dan jawaban) dan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Ziemek. Teori ini sangat penting dalam mengindentifikasi pesantren sekaligus dapat di gunakan sebagai acuan dalam pengembangan pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo. 10

Kedua, Penelitian Siti Nur Hamzah, Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015 , dengan Judul Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus di pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura). Skripsi ini memaparkan tentang manajemen dua Pondok Pesantren untuk mengembangkan kewirausahaan, pengelolaan Agrobisnis dan Agroindustri di dua Pondok Pesantren tersebut kemudian kontribusi yang diberikan kepada pondok pesantren melalui bisnis ini.11

10

Azmi Iman Sari, Pesantren Entrepreneurship Pesantren Mukmin Mandiri Perumahan Graha Tirta, Waru Sidoarjo 2006-2015 ( studi tentang Sejarah, Aktifitas, dan Perkembangan) : Skripsi, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabya, 2016.

11

Siti Nur Aini Hamzah, Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus di pondok Pesantren Mukmin


(21)

12

Ketiga, Penelitian Ainun Karimah, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015, dengan judul Konsep Kemandirian H. Bukhori Al Zahrowi Dan Implementasinya Di Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha (Studi Di Dusun, Desa Guwasari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta) Skripsi ini menelaah tentang Pondok Pesantren Enterpreneur Ad-Dhuha telah menerapkan konsep kemandirian dari H. Bukhori Al Zahrowi. Sebagai pengusaha kemudian memunculkan pribadi pengusaha yang Islami (sesuai dengan kaidah-kaidah Islam) dan menerapkannya pada santri-santri di pondok prsantren enterpreneur Ad- Dhuha.bentuk konsep kemandirian ini adalah Materi Agama, Mujahadah, Materi Kewirausahaan.12

Kemudian penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul Pesantren Mukmin Mandiri (Studi Pesantren Enterpreneur sidoarjo) ini mendeskripsikan tentang Studi Pesantren Entrepreneur, baik dari segi latar Belakang Berdiri pesantren, Jenis Kegiatan Pesantren Entrepreneur, Aktifitas Pesantren Entrepreneur. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian terdahulu dari segi lokasi penelitian, namun memiliki metode menggunakan

Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul Karomah Pamekasan Madura) Skripsi Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015.

12

Ainun Karimah ,Konsep Kemandirian Dari H. Bukhori Al Zahrowi. Sebagai Pengusaha Kemudian Memunculkan Pribadi Pengusaha Yang Islami (Sesuai Dengan Kaidah-Kaidah Islam) Dan Menerapkannya Pada Santri-Santri Di Pondok Prsantren Enterpreneur Ad- Dhuha , Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora , Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya , 2015.


(22)

13

kualitatif, dan bersifat deskriptif, namun yang membedakan segi anlisisnya dan objek penelitian yang sama namun memiliki perbedaan.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika sistematika laporan penulis sebagai berikut:

BabPertama, tentang PendahuluanPada bab ini Mengurai Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual, Penelitian Terdahulu, Sistematika Pembahasan.

Bab kedua, Pada bab ini menjelaskan tentang A. Pesantren memuat tentang

Tentang pengertian pesantren, karakteristik pondok pesantren, ciri-ciri pondok pesantren. B. Entrepreneur memuat tentang pengertian entrepreneur, karakteristik entrepreneur, jenis-jenis entrepreneur, pendidikan entrepreneur. C. Pesantren Entrepreneur memuat tentang definisi pesantren entrepreneur, ciri khas pesantren entrepreneur,aktifitas pesantren entrepreneur. Perkembangan pesantren entrepreneur.

Bab Ketiga, Pada bab ini membahas secara detail mengenai metode yang

digunakan dalam upayan penelitian ini yang terdiri dari : jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data dan Informasi Penelitian, Cara Pengumpulan Data, Prosedur Analisis dan Interprestasi Data, Keabsahan Data.


(23)

14

Bab KeEmpat, Laporan Hasil Penelitian dan pembahasan Pada bab ini

menjelaskan mengenai profil pesantren, deskripsi subyek, deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian.

Bab Kelima, Pada bab ini berisi penutup yang menjelaskan tentang


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 15


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Berbicara tentang pengertian pesantren, banyak sekali para Toko yang mendefinisikan dengan beragam Bahasa dan sudut pandang. Berikut ragam definisi yang diungkapkan oleh ahli:

a. C.C. Berg mendefinisikan pesantren secara bahasa, kata santri berasal dari istilah „shastri’’ yang dalam bahasa india berarti orang yang tahu buku-buku suci agama hindu , sementara itu, A.H. John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji, dan menurut Nurcholis Madjid, kata Santri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti melek huruf.1

b. M. Arifin secara terminologi dapat dikemukakan disini beberapa pandangan yang mengarah kepada pengertian pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem (kompleks) dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.2

c. Abdurrahman Wahid mendefinisikan pesantren sebagai tempat dimana santri hidup (a place where santri live).3 Menurut Mastuhu memberikan batasan bahwa pesantren adalah lembaga penddikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

1

Ainur Rofik , Pembaharuan Pesantren , ( jember : STAIN jember Press, 2012). 8 2

Ainur Rofik , Pembaharuan . Hal . 8 3


(26)

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari,.4 Sedangkan menurut Rabithah Ma’ahid Islamiah mendefinisikan pesantren sebagai lembaga tafaqqub fiddin yang mengemban misi meneruskan risalah Muhammad SAW sekaligus melestarikan ajaran Islamyang berhaluan Ahlusunnah wal jama’ah Thariqab al-Madzahib al-Arba’ah.5

d. Mujamil Qomar Secara Terminologi Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini di gabung menjadi pondok pesantren.

e. lembaga research Islam (pesantren luhur) mendefinisikan pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran–pelajaran agama Islam sekaligus tempat tinggalnya.6

f. M. Dawam Rahardjo secara terminology memberikan pengertian pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, itulah identitas pesantren pada awal perkembangannya. Sekarang setelah terjadi banyak perubahan di masyarakat, sebagai akibat pengaruhnya, definisi di atas tidak lagi memadai, walaupun pada intinya nanti pesantren tetap berada pada fungsinya yang asli, yang selalu dipelihara di tengah-tengah perubahan yang deras. Bahkan karena menyadari arus perubahan yang kerap kali tak terkendali itulah, pihak luar justru melihat keunikannya sebagai wilayah sosial yang mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi.7

g. Menurut Ronald ALan Lukens-Bull dalam tesis munawwirotul Aimmah berjudul pendidikan keterampilan dalam menumbuhkan pribadi wirausaha santri putri. Pesantren sebagai lembaga tradisional yang tetap bertahan di era

4

Mastuhu, Dinamika Sistem Pesantren , dikutip oleh ridwan Abawihda , Dinamika Pesantren Dan Madrasah , ( semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN wali songo , 2002 ) . 86

5

Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat. 9 6

Mujamil Qomar, Pesantren ; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi . 1-2 7

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,LP3ES, Jakarta, cet. 2. 1994, hlm. 18 diambil dari http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8170-pengertian-pondok-pesantren.html) diakses pada tanggal 13/feb/2017 pada 07:01


(27)

globalisasi telah berhasil membuktikan keberhasilan pembelajarannya. Banyak lulusan pondok pesantren yang kemudian menjadi pemimpin di beberapa aspek penting dalam pemerintahan dan masyarakat. 8

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan tema pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman. Dalam perkembangannya, pondok pesantren mengalami perubahan pesat, bahkan ada kecenderungan menunjukkan trend, di sebagian pesantren telah mengembangakan kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah, sekola umum, dan diantaranya ada yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, teknik dan sebaginya.9

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dapat diambil pengertian pondok pesantren sebagai tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk memperoleh imu agama yang diharapkan menjadikan bekal bagi santri dalam menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat.

2. Karakteristik Pondok Pesantren

Proses pertumbuhan pondok pesantren sebagai dideskripsikan sebelum ternyata berbeda diberbagai tempat, baik bentuk maupun kegiatan kurikulernya. Meskipun demikian, masih ditemukan adanya pola yang sama. Persamaan pola tersebut oleh A.Muktti Ali dibedakan dua segi; fisik dan segi non fisik.

Segi pertama terdiri dari empat komponen pokok yang selalu ada pada setiap pondok pesantren , yaitu

8

Munawwirotul Aimmah ,Pendidikan Keterampilan Dalam Menumbuhkan Pribadi Wirausaha Santri Putri, (Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2015). 47

9


(28)

a. Kiai sebagai pemimpin, pendidik, guru, dan panutan. b. Santri sebagai peserta didik atau siswa.

c. Masjid sebagai tempat penyelenggarakan pendidikan, pengajaran, dan peribadatan. d. Pondok sebagi asrama untuk mukim santri.

Sedangkan segi kedua, Zamakhsyari Dhofier merumuskan pola yang sama dengan A.Mukti Ali, hanya menurut dhofier dalam komponen nonfisik dititik beratkan pada pengajaran kitab Islam klasik, karena tanpa pengajaran kitab-kitab Islam klasik, maka pondok pesantren dianggap bukan lagi asli (indigenous).

10

Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhi lima syarat, yaitu ada kiai, ada pondok, ada masjid, ada santri, ada pengajaran kitab kuning.11

Dengan demikian, maka secara umum komponen utama pondok pesantren yang akan dideskripsikan lebih lanjut menurut Zamakhsyari Dhofir, 1982 dan Manfred Zimemek, 1986 terdiri dari : kiai, santri, musholla/masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.

a. Kiai, dikenal sebgai guru atau pendidik utama di pondok pesantren, karena kiailah yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan pendidikan kepada para santri, kiaipulalah yang dijadikan figure ideal santri dalam proses pengembangan diri. Dalam masyarakat tradisional, seorang dapat disebut kiai karena ia diterima masyarakat sebagi kiai, karena orang datang meminta nasehat kepadanya,

b. Santri, adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren. Jumlah santri biasanya menjadi tolak ukur perkembangannya pondok pesantren. Manfred Ziemek , membedakan santri menjadi dua yaikni: santri mukim dan santri kalong. Santri mukmin adalah santri yang bertempat tinggal di pondok

10

Soebahar, Kebijakan Pendidikan . 37 11


(29)

pesantren, sedangkan santri kalong adalah santri yang tinggal di luar pondok pesantren dan santri yang mengunjungi pondok pesantren secara teratur untuk untuk belajar agama. Termasuk dalam katagori ini adalah mereka yang mengaji di langgar-langgar atau masjid pada malam hari saja, sementara pada siang hari mereka pulang ke rumah.Santri dengan variasi umur dewasa, remaja dan anak-anak yang tinggal bersama dipondok pesantren, sebenarnya dapat menghasilkan proses sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya sosialisasi yang sedemikian efektif dikalangan mereka, khususnya anak-anak dengan santri yang lebih dewasa, dan sebaliknya.

c. Masjid, adalah sebagai unsure yang tidak dapatdipisahkan dengan pondok pesantrenserta dianggap sebagi tempat yang paling strategis untuk mendidik para santri, misalnya dalam praktik sholat berjamah lima waktu,khutbah, sembahyang jum’at dan pengajian kitab-kitab Islam klasik. Lembaga-lembaga pondok pesantren, khususnya dijawa, menjaga terus tradisi ini. Para kiai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebgai tempat yang paling tepat untuk menanamkan disiplin para murid dalam mengerjakan sholat lima waktu, mendapatkan penggemblengan mental, pengetahuan agama, dan sebaginya, terlebih dahulu biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin pondok pesantren.

d. Pondok , atau asrama para santri, merupakan cirri khas tradisi pondok pesantren yang membedakannya dengan sistem tradisional di masjid-masjid yang kini berkembang di Negara lain. Bahkan sistem pondok di pesantren membedakannya pula dengan sitem pendidikan surau atau masjid yan akhir-akhir ini tumbuh dan berkembang sedemikian pesat.


(30)

e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan ulama Syafi’iyah, merupakan satu-satunya teks pengajaran formal yang diberikan di lingkungan pondok pesantren.12

Dalam hal ini yang menjadikan karakter pondok pesantren menurut Muhaimindan Najib mempunyai angapan bahwa pondok pesantren dikategorikan modern dikarenakan: a. Mulai akrab dengan metodologi ilmia modern, b semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkembangan diluar dirinya, c diverifikasiprogram dan kegiatan mulai terbuka dan ketergantungan absolut dengan kyai dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan diluar mata pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan dilapangan, d. dapat berfungsi sebagai tempat pengembangan masyarakat.13

3. Ciri-ciri pendidikan pesantren

Merujuk kepada uraian terdahulu, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri pesantren sebagai berikut:

a. Ada hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya. Hal ini dimungkinkan karena sama-sama tinggal dalam satu kompleks dan sering bertemu baik di saat belajar maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan, sebagai santri diminta menjadi asisten kiai (khadam).

b. Kepatuhan santri kepada kiai. Para santri menganggap bahwa menentang kiai, selain tidak sopan juga dilarang agama; bahkan tidak memperoleh berkah karena durhaka kepadanya terhadap guru.

c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dihidupkan dalam lingkungan pesantren.

12

Soebahar . 37-40 13

Muhaimin Dan Najib, Pemikiran Pendidikan Islam:Kajian Filosofis Dan Krangka Sasar Operasioanl, ( Bandung ; Triganda Jayal1993. 39 Dikutip Oleh Siti Nur Aini Hamzah, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis, Tesis Program Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Uiniversitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015. 27


(31)

d. Hidup mewah hampir tidak didapatkan disana. Bahkan sedikit santri yang hidupnya terlalu sederhana atau terlalu hemat sehingga kurang memperhatikan.

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertawakal kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhitmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi pelayanan masyarakat sebagai mana kepribadian nabi Muhammad (mengikuti sunnah nabi), mampu berdiri sendiri bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah – tengah masyarakat („’Izz al-Islam wa al muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.14

B. Entrepreneur

1. Pengertian Entrepreneur

Definisi kata Entrepreneur menurut kamus Miriam Webster adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memperhitungkan risiko dari sebuah usaha bisnis.En.tre.pre.neur.ial (kata sifat), En.tre.pre.neur.ial.ism (kata benda dari

paham), En.tre.pre.neur.ial.ly (kata keterangan), En.tre.pre.neur.ship (kata

benda).15

Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan dalam kamus besar bahasa indonesia yang dikutip oleh Abdul jalil dalam disertasi yang berjudul spiritual entrepreneurship program pascasarjana iain bahwa Entrepreneur diartikan sebagai :"orang yang pandai atau Berbakat mengenali produk baru, menentukan

14

Ibid . 211 15


(32)

cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.16

Perubahan kata entrepreneur menjadi entrepreneurship menyiratkan makna sifat dalam kewirausahaan. Salah satu definis tentang entrepreneurship dikemukakan oleh robert C. ronstadt mendefinisikan Entrepreneurship adalah sebuah proses dinamik dimana orang menciptakan kekayaan inkremental. Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan atau komitmen karier dalam hal menyediakan nilai untuk produk atau jasa tertentu.Produk atau jasa tersebut mungkin tidak baru, atau bersifat unik, tetapi tetap nilai harus diciptakan oleh sang entrepreneur melalui upaya mencapai dan mengalokasikan keterampilan-keterampilan serta sumber-sumber daya yang diperlukan. 17

Menurut Etimologis, wirausaha merupkan suatu istilah yang berasal dari kata-kata „wira’’ dan „’usaha „’. Wira „’ bermakna : berani, atau perkasa. Sedangkan „’ usaha „’ bermakna : kegiatan dengan menggerakan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.Menurut terminologi sebagaimana di kemukakan oleh Taufik Bahruddin. Seorang konsultan manajemen dalam runag lingkup manajemen sumber daya manusia dan pengajara di fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia bahwa wirausaha.:„’ kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai yang di idealkan.18

16

Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia ( jakarta: balai pustaka, 1989),1130 dikutip oleh abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) ,Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61

17

abdul jalil , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kidus) , Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri sunan ampel surabaya, 2012. 61

18Marinasari Fithry Hasibuan „’Mengembangkan Nilai-Nilai Kewirausahaan Dan Ekonomi Kreatif Melalui Muatan Lokal Seni Kaligrafi ( http :// semut.kemenag.go.id/, widyaiswara Balai Diklar Keagamaan Medan ) . 2


(33)

Dilihat dari sisi waktu, jika mau dibandingkan, bangsa ini telah ketinggalan 300 tahun dibanding barat. Terminologi Entrepreneur pertama kali diperkenalkan pada awal abad 18 oleh ekonomi perancis, richard cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah "agent who buys means of production at certain prices in order to combine them".Kata entrepreneur merupakan kata pinjaman dari bahasa prancis entreprendre, kata kerja yang berarti memiliki makna untuk melakukan. Kata tersebut merupakan gabungan dari kata entre (kata latin) yang berarti antara, dan prendre (kata latin) yang berarti untuk mengambil kata entreprendre dapat diartikan sebagai seorang yang berani mengambil risiko dengan kesulitan yang berat dan memulai sesuatu yang baru. Di prancis istilah orang yang melakukan kerja, akhir katanya beruba menjadi eur. 19

Menurut Winardi Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru, dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang-peluang melalui kombinasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaatnya.20

Dalam kenyataan, cukup banyak orang memunculkan ide-ide muluk sehubungan dengan aneka macam bisnis, tetapi kebanyakan di antara mereka tidak perna merealisasikan.Justru para entrepreneur melaksanakan ide-ide mereka.Seiring dengan hal tersebut Buchari Alma mengemukakan bahwa wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.21

19

Barnawi & Muhammad Arifin ,School Preneurship ; Membangkitkan Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan Siswa , Yogyakarta : Ar-Ruzz Media , 2012 . 25 .

20

Winardi ,Entrepreneur Dan Entrepreneurship , Jakarta : Prenadamedia Grup , 2015 . 17 21


(34)

Ada banyak definisi tentang wirausahawan atau entrepreneur, tetapi sebenranya semua versi merujuk ke arah yang sama. Di bawah ini adalah beberapa definisi Entrepreneur menurut beberapa akademisi :

Dalam hal ini zimmerer & Scarborough yang dikutip oleh kristanto dalam bukunya kewirausahaan mengartikan Wirausahawan atau entrepreneur adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumberdaya yang dimiliki. 22

Enterprenur merupakan sebuah usaha atau kinerja yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan usahanya dengan memberanikan diri untuk mengambil sebuah resiko, baik dalam hal waktu, modal ataupun produk suatu barang. Entrepreneur sangat erat hubungannya dengan kemampuan diri seseorang untuk berusaha keras dengan membangun hubungan baik pada awal ia usaha ataupun pada tahap perkembangan.23

Dari berbagai definisi yang disebutkan, peneliti mendefinisikan Entrepreneur sebagai orang yang mampu menciptakan usaha baru atau memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai yang di idealkan.

2. Karakteristik Entrepreneur / Wirausahawan

Menurut Pearce dalam Winardi,mengemukakan karakteristik entrepreneur yang berhasil adalah 24 :

a. Komitmen dan determinasi yang tiada batas. Di sini tingkat komitmen para entrepreneur biasanya terganggu oleh kesediaan mereka untuk merusak kondisi

22

Kristanto, Kewirausahaan . : 2 23

jurnal Saeful Anam, Pesantren Entrepreneur Dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo Dalam Pengembangan Dunia Usaha. ( Jurnal Studi Keislaman Vol 2, Nomor 2, Maret 2016) . 307 24


(35)

kemakmuran pribadi mereka, oleh kesediaan untuk menginvestasi waktu, menolerir standar kehidupan lebih rendah dibanding standar kehidupan yang sebenarnya dapat di nikmati merela termasuk berkumpul dengan keluarga mereka.

b. Dorongan atau rangsangan kuat untuk mencapai prestasi. Secara tipikal di rangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih mereka pada masa lampau; uang semakin kurang berarti sebagi motivator dan uang lebih banyak dijadikan alat untuk mengukur hingga di mana pencapaian prestasi mereka.

c. Orientasi ke arah peluang serta tujuan. Para entrepreneur yang berhasil cebderung memusatkan perhatian mereka kepada peluang yang mewakili kebutuhan yang belum terpenuhi atau problem yang menuntut adanya pemecahan.

d. Lokus pengendalian internal. Entrepreneur yang berhasil sangat yakin akan diri mereka sendiri, adanya anggapan bahwa yang mengendalikan nasib perusahaan dengan sendirinya tanpa ada kekuatan luar yang mengendalikan dan menentukan hasil yang diraih mereka. Mereka bersifat realistik tentang kekuatan dan kelemahan.

e. Toleransi terhadap ambiguitas. Entrepreneur yang baru memulai usaha baru menghadapi kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran untuk upah karyawan dan keuntungan yang diterima, kemudian mnerima hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang berubah, pelanggan silih berganti termasuk kemunduran – kemunduran sebagi bagian dari kehidupan mereka.

f. Mempersiapkan diri untuk mengantisipasi problem yang mungkin timbul, mengonfirmasi akan peluang yang ada dan apa yang diperlukan untuk meraih


(36)

keberhasilan, menciptakan cara untukberbagi resiko dengan rekaan, pelanggan, investor, kreditor, dan dengan hati-hati mengendalikan peranan pokok dalam melakukan operasi perusahaan mereka.

g. Meski kekuasaan dan status dapat diraih, tetapi tetap lebih memusatkan perhatian pada peluang, pelanggan, pasar, dan persaingan.

h. Tidak terintimidasi dengan situasi sulit, dapat bersifat desisif (berani mengambil keputusan) serta dapat menunjukkan kesabaran apabila presfektif jangka dianggap sebagai hal yang tepat.

i. Secara agresif mencari umpan balik yang memungkinkan mempercepat kemajuan serta evektifitas. Membina hubungan dengan orang untuk mendapatkan pelajaran yang bermanfaat.

j. Kemampuan menghadapi kegagalan secara efektif dengan dapat menerima kegagalan dan memangfaatnya sebagai suatu proses belajar.

Sementara itu, Dun Steinhoff dan John F. Burgess mengemukakan enam karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan (Entrepreneur) yang berhasil, yaitu sebagai berikut.

a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas. b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.

c. Memiliki perencanaan yang matangdan mampu mengorganisasikannya. d. Bekerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan pihak lain.


(37)

Dilihat dari dimensi sikap dan perilakunya, entrepreneur yang sukses menurut Timmons dan Mc Clelland yang dimuat dalam karya Thomas W.Zimmerer memiliki karakteristik sebagi berikut:

a. Komitmen dan tekat yang kuat (commitment and determination), yaitu memiliki komitmendan tekat yang bulat untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.

b. Bertanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha, oleh karena itu wirausahawan akan wawas diri secara internal. c. Berobsesi untuk mancari peluang (opportunity obsession), yaitu berambisi

unutk selalui mencari peluang .keberhasilan wirausahawan selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila terdapat peluang.

d. Toleransi terhadap risiko dan ketidakpastian (tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty). Wirausahawan harus belajar mengelola risiko dengan cara mentransfernya kepada pihak lain, seprti bank, investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Percaya diri ( self confidence). Wirausahawan cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Kreatif dan fleksibel (creativy and flexibility) , yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi


(38)

dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk mennaggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreatifitas yang tinggi.

g. Selalu menginginkan umpan balik yang segera (desire for immediate feedback) wirausahawan selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah dikerjakan. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanyawirausahawan selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu penetahuan yang telah dimikinya dan belajar dari kegagalan.

h. Memiliki tingkat energy yang tinggi (high level of energy), wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang tinggi dibandingkan kebanyakan orang sehinggann ia lebih suka bekerja keras walaupun dalam waktu yang relative lama.

i. Dorongan untuk selalu unggul ( motivation to exel). Wirausahawan selalu ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukan dengan melebihi dari standar yang ada, tidak mengerjakan sesuatu sama dengan standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri ( internal) dan jarang dari factor eksternal.

j. Berorientasi ke masa depan (orientation to the future). Untuk tumbuh dan berkembang. wirausahawan selalu dipandang jauh ke masa depan yang lebih baik.

k. Selalu belajar dari kegagalan (willingness to learn from failure). Wirausahawan yang berhasil tidak perna takutakan kegagalan. Ia selalu memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan.


(39)

Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan (leadership ability) wirausahawan yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan serta harus memiliki taktik mediator dan negosiator dari pada diktaktor.25

3. Jenis-Jenis Wirausahawan/Entrepreneur

Beberapa ahli mengemukakan profit kewirausahaan dengan mengelompokkan yang berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pada pemilikan, perkembangan, dan kegiatan usaha yang dilakukannya. Roopke mengelompokan kewirausahaan berdasarkan pada perannya menjadi tiga kelompok sebagai berikut:26 a. Wirausahawan rutin, yaitu wirausahawan yang dalam melakukan kegiatan

sehari-harinya cenderung berfokus pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. Fungsi wirausahawan rutin adalah mengadakan perbaikan terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian symber-sumber. Wirausahawan ini berusaha untuk menghasilkan barang pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai atau manjer. Wirausahawan rutin dibayar dengan bentuk gaji.

b. Wirausahawan arbitrasi, yaitu wirausahawan yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan dan permintaan pasar, ia akan membeli dengan harga murah dan menjualnya dengan harga mahal. Kegiatan

25

Suryana , kewirausahawan ; kiat dan proses menuju sukses . Jakarta : Selemba empat 2013 . 27-29. 26


(40)

kewirausahaan arbitrase tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan penyerapan dana pribadi wirausahawan. Kegiatan melibatakan spekulasi dalam memangfaatkan perbedaan harga jual dan beli.

c. Wirausahawan (Entrepreneur) inovasi.Yaitu wirausahawan dinamis yang menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan premotor, tidak saja alam memperkenalkan teknikdan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk, hasil, sumber pengadaan, dan organisasi yang baru.27

Seorang entrepreneur harus memiliki jiwa kewirausahaan.jiwa kewirausahaan harus ada pada setiap anggota organisasi.Selain itu, setiap angota organisi juga dituntut sebagai pemasar (marketer).Seorang pemasar memiliki nilai, sikap, dan perilaku yang selalu proaktif mengakuisisi pelanggan baru, mempertahankan, dan menjadi kepuasan pelanggan.Agar menjadi seorang entrepreneur yang sukses, seorang harus memiliki nilai, sikap, mental, dan perilaku kewirausahaan. Ada lima hal untuk diingat agar menjadi entrepreneur yag sukses, yaitu : 1) memiliki keberanian mengabil resiko untuk menangkap peluang, 2) menyukai tantangan), 3) mempunyai daya tahan atau keuletan yang tini 4) mempunyai vsi jauh kedepan, dan 5) selalu berusaha memberikan hasil yang terbaik.28

Dari segi karakteristik, wirausaha (Entrepreneur)adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Dengan demikian, bahwa kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap

27

Suryanaa, Kewirausahaan .58

2828


(41)

peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan berusaha mencari dan melayani langanan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas, dan inovasi, serta kemampuan manajemen.29

4. Pendidikan Entrepreneur

Konsep Dasar pendidikan entrepreneur Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin di hadapinya30.

Dengan adanya pendidikan entrepreneurship yang menjadikan peserta didik lebih terarahkan untuk bisa cepat memahami akan kebutuhan sosial sekitar, peserta didik diharapkan dapat menggali potensi dirinya dengan demikian mendalam dan serius. Sebab setiap peserta didik itu memiliki potensi beragam dalam segala hal mampu mandiri, dengan kreatifitas dan inovasi yang dimilikinya.

C. Pesantren Entrepreneur

1. Definisi Pesantren Entrepreneur

Secara definisi pesantren Entrepreneur diartikan dengan bermacam-macam definisi sebagai berikut:

a. Definisi utama diungkapkan Saiful Anam dalam jurnal ilmu keIslaman mendefinisikan sebagai berikut : Pesantren entrepreneur merupakan kajian

29

Yusuf suryana dan kartib bayu, kewirausahaan ; pendekatann karakteristik wirausahawan sukses ( jakarta: Kencana, 2010) . 14

30

Saeful Anam, Pesantren Entrepreneur Dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo Dalam Pengembangan Dunia Usaha. ( Jurnal Studi Keislaman Vol 2, Nomor 2, Maret 2016) . 307


(42)

baru karena pada masa perkembangan awal pesantren, bentuk dan wujud pesantren entrepreneur belum tampak jelas.Akan tetapi dari adanya definisi

pesantren secara garis besar di atas dan definisi entrepreneur secara jelas, bisa

diartikan bahwa pesantren entrepreneur dimaksud dapat dipahami sebagai

sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan keilmuan keagamaan dan juga pengembangan keahlian usaha (entrepreneurship).

b. Selanjutnya definisi menurut keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam pesantren entrepreneur merupakan pondok pesantren yang memiliki kegiatan pendidikan keterampilan berbasis entrepreneur/ kewirausahaan. Selain itu, pondok pesantren entrepreneur juga merupakan pondok pesantren yang memanfaatkan potensi sumber daya manusia dengan menggali bakat para santrinya. Selain itu pesantren entrepreneur adalah pondok pesantren yang didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneyrahip atau dunia wirausaha.sehingga anak didik atau Para Santri Yang Belajar Di Pesantren Memiliki Kemampuam Berwirausaha Yang Bisa Menjadi Bekal Dikemudian hari.31

Ini senada dengan penuturan Nur Syam yang menyatakan bahwa “pada saat ini sedang gencar berlangsung transformasi pesantren. Pesantren tidak hanya untuk tempat belajar agama, tetapi juga untuk pendidikan umum dan kewirausahaan (entrepreneurship).

Dengan adanya transformasi tersebut, alumni pesantren (output)

nantinya tidak hanya menjadi guru agama ataupun guru mengaji saja, melainkan mereka dapat menduduki posisi strategis di berbagai bidang

kemasyarakatan termasuk politik, ekonomi ataupun

31

Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor:5225 Tahun 2016, Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaran Pondok Pesantren Entrepreneur/Kewirausahaan Tahun Anggaran 2016. 09


(43)

kepemerintahanan”.32Pesantren Entrepreneur adalah pondok pesantren yang didalamnya diberikan juga pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship atau dunia wirausaha. Sehingga anak didik atau para santri yang belajar di pesantren memiliki kemampuan berwirausaha yang bisa menjadi bekal di kemudian hari.33Pondok pesantren entrepreneur ini sudah menjadi program kemenag.Pondok pesantren yang masuk dalam program entrepreneur memberi keterampilan teknologi kepada para santri.Dipesantren entrepreneur ini, disajikan berbagai pelajaran studi berbasis kewirausahaan/entrepreneur.Seperti bagaiman menjadi wirausahawan yang baik.Dan sebagai tujuan semua itu adalah agar setelah tamat nanti, apabila tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, para santri sudah mempunyai keahlian.

2. Ciri Khas Pesantren Entrepreneur

Ciri khas pesantren entrepreneur terlihat dari kurikulum pendidikan Islam, akan tetapi untuk menampilkan struktur atau wujud konkritnya, bukannya persoalan mudah. Oleh karena, dalam kenyataan riel pastilah tergantung pada jenis dan jenjang institusi serta corak kegiatan edukatif kaum muslimin diberbagai penjuru dunia sejak awal pertumbuhannya pada abat pertengahan hingga di zaman modern dewasa ini. Ada kurikulum pendidikan Islam untuk pesantren, kurikulum pendidikan Islam untuk madrasah dari taman kanak-kanak hingga tingkat menengah atas, kurikulum pendidikan agama Islam untuk disekolah umum, kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah Islam, kurikulum pendidikan

32

Anam, Pesantren Enterpreneur. 315 33

Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor : 5225 , Tentang Petunjuk teknis penyelenggaraan Pondok pesantren enterpreneur/ kewirausahaan tahun anggaran 2016.


(44)

agama Islam untuk perguruan tinggi umum, kurikulum pendidikan Islam untuk perguruan tinggi Islam dan sebainya.34

Perkembangan menarik lainnya, belakangan ini banyak sekolah umum bahkan mengadopsi sistem asrama yang merupakan ciri khas pesantren ke dalam sistem pendidikannya. Sebuah pengakuan diam-diam akan masih banyaknya aspek dari sistem pendidikan pesantren yang layak dijaga dan dilestarikan atau malah diujicobakkan di lembaga-lembaga pendidikan lain di indonesia.35

Kurikulum pesantren Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di indonesia, dan pernah mengalami suasana kesederhanaan begitu lama, sampai di zaman modern sekarang inipun dunia pesantren tetap memiliki ciri khas tersendiri di bandingkan jenis institusi pendidikan formal seperti madrasah dan sekolah.36 Yang menjadikan ciri khas dari pesantren entrepreneur terletak pada bagaimana menjalankan kurikumnya. Kurikulum pesantren entrepreneur yang berpedoman pada anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan ataualumni pesantren akan menjadi ulama atau kiai, dan memiliki lapangan pekerjaan di bidang keagamaan, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat yang sebenarnya. Berikut gambaran jelasnyamengenai kurikulum pesantren modern entrepreneur yang dalam perkembangannya memilih melestarikan tradisi lama dan mengaktualisir tradisi baru yang dianggap baiak sebagai penningkatan keilmuan (al

mubafazah ala al-qadim al –salih wa al-akhd bi al-jadid al- aslab). 37

Dapat disimpulkan bahwa yang menjadikan ciri khas dan keunikan dari pesantren entrepreneur adalah pesantren merupakan lembaga tertua yang ada di

34

Imam Bawani , Metodologi Penelitian Pendidikan Islam . 360 35

Damanshuri , Pesantren Dan Pembaharuan .

36

Bawani , metodologi . 360-361 37


(45)

indonesia di lihat dari kurikulum yang dikembangkan yang mengalamai perkembangan dengan adanya keseimbangan antara bejar keagamaan beserta belajar berwirausaha.

3. Aktifitas Pesantren Entrepreneur

Sebelum menjelaskan makna dua topik berbeda ini, mungkin, ada baiknya kita memahami dulu satu persatu.Dimualai dari aktifitas pesantren yang merupakan system budayanya sendiri, yang memiliki aktifitas bernuansa keagamaan.Dimana masing-masing pesantren memiiki aktifitas yang berbeda-beda.

Dalam tahap ini banyak hal yang dilakukan oleh nabi muhammad tahapan entrepreneur Nabi Muhammad SAW.Rasul saw melakoni Diri sebagai entrepreneur atau pengusaha, baik dalam definisi pertama maupun definsi ke dua dengan empat tahapan karakter seperti berikut ini.

a. Integrity atau integritas merupakan sifat standar an pondasi utama karakter seorang pengusaha yaitu kejujuran yang mengikat utuh karakter-karakter positif lainnya. Nabi muhammad saw sejak kecil sudah mengembangkan sifat jujurnya sehingga kemudian terkenal dengan julukan al-amin (orang yang terpercaya). Beliau sangat menjaga perilaku, tutur kata, dan komitmen atas dasar kejujuran sehingga terpancar padanya kewibawaan dan kekuatan. Beliau dalam perkembangannya kemudian menjadi magnet bagi banyak orang sehingga nabi muhammad saw sendiri sudah mempraktekkan the kaw of attraction di dalam kehidupan.

Catherine ponder dalam Dynamic low of prosperity menyebutkan, „’segala sesuatu yang anda pancarkan lewat fikiran, perasaan, citraan mental, dan tutur kata akan mendatangkan kembali ke dalam kehidupan anda.’’ Demikianlah pikiran, perasaan, citraan mental, dan tutur kata Muhammad Saw adalah bentuk


(46)

integritas yang terpercaya sehingga segala hal yang positif memasuki kehidupan yang dibuktikan kecemerlanganpada saat melakoni diri sebagai pedagang. Muhammad saw perna menyampaikan pesan yang terkenal, yaitu ibda’bi nafsik! Artinya, mulailah diri sendiri sihingga memancarkan kebaikan dan ketertarikan bagi banyak orang.

b. Loyality

Loyalitas Atau royalitas merupakan sifat pendukung yang menguatkan kepercayaan banyak orang. Loyalitas berhubungan dengan kesetiaan dan komitmen jangka panjang. Muhammad saw menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pamannya, abu thalib. Ketika datang tawaran rekrutmeen dari khadijah ra, Muhammad Saw pun menyerahkan keputusan kepada pamannya, Abu Tholib. Dalam hal dagang, Muhammad saw selalu mempraktikkan jiwa yang royal kepada para pelanggannya dengan layanan yang terbaik kepada siapapun sehingga kebaikannya, para pelanggannya juga loyal kepadanya.

c. Professionality

Professionality Atau profesionan merupakan kapasitas untuk menjalankan suatu profesi dengan ukuran-ukuran standar serta kualitas terbaik. Muhammad saw memasuki tahap profesionalketika direkrut oleh Khadijah ra sebagi mitra dagangnya dan setelah mereka menikah, Muhammad saw menjadi manjer agang perusahaan mereka Muhammad saw menggunakan hukum dan standar pemasaran saat ini: positioning, segmentation, dan targeting.

d. Spirituality atau spiritualitas

Spirituality atau spiritualitas terbangun lebih kuat saat Muhammad saw menikah dengan Khadijah ra. Muhammad saw lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkontemplasi seperti yang disebutkan dalam sejarah kerap menyendiri di


(47)

Gua Hira. Sebagai pengelola bisnis, beliau sangat peduli dengan masalah-masalah akhlak sehingga beliau adalah tokoh utama yang kemudian melahirkan konsep spiritual marketing.38

Ada beberapa hal yang perlu diberikan kepada peserta pendidikan keterampilan yang diarahkan kepada wirausaha, yaitu: 39

1. Perencanaan

perencanaan memegang peranan penting dalam sebuah kegiatan. Dalam perencanaan memuat landasan dan dasar yang digunakan dalam sebuah kegiatan. Dalam merencanakan kegiatan kewirausahaan ada beberapa langakah yang perlu untuk dilakukan. 1. Menumbuhkan gagasan-gagasan usaha, 2. Menetapkan tujuan, 3. Mencari data dan informasi kegiatan, 4. Merumuskan kegiatan-kegiatan usaha guna mencapai tujuan, 5. Melakukan analisis SWOT ( Streght, weakness, Opportunity, dan Threat), 6. Memusyawarohkan ide pendirian kepada pihak-pihak terkait.

2. pemilihan jenis dan macam usaha.

Pemilihan jenis usaha disesuaikan dengan keahlian dan potensi yang dimiliki. Potensi disini mencakup potensi internal yang berasal dari diri sendiri maupun potensi eksternal. Yang termasuk kedalam kategori potensi eksternal adalah 1. luas lahan yang dimiliki, 2. SDM, 3.sarana dan bahan baku, 4. kemungkinan pemasaran.

38

Muslim Kelana, Muhammad saw is a Great Entrepreneur (Bandung: Dinar Publishing, 2008), 27-29 39

Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pengembangn., 96 dikutip munawwirotul Aimmah, pendidikan keterampilan dalam menumbuhkan pribadi wirausaha santri putri, Tesis, pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2015. 70


(48)

3. perencanaan program unit usaha.

Pada tahap ketiga ini para peserta pendidikan keterampilan diberikan bekal dalam melakukan tingkat lebih mendalam. Dalam tahap ini banyak hal yang sangat krusial dan menumbuhkan pertimbangn-pertimbangan khusus dalam menentukan rancan.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian, itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.1

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan "logos". Kata "metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui

atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu

jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan."Logos" artinya ilmu.Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.Jadi, metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.2 Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian.Yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metodeberasal dari bahasa yunani, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), metode bisa berarti suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.3 Jadi, metode penelitian adalah cara

1

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta ), 2013, hal : 3 2

Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, Metodologi penelitian sosial (Jakarta: Bumi aksara), 1996, 42.

3


(50)

yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Ditinjau dari jenis penelitiannya, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena data yang dikemukakan bukan data angka. Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, di bentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relavan yang diperoleh dari situasi yang alami.4

Adapun menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendifinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5

Penelitian kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini bercirikan kualitatif deskriptif. Yaitu data yang akan dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Pada laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan

4Djama’an satori dan Aan Komariah

, Metode Penelitian kualitatif, ( Bandung : Alfabeta,2009). Hal 25 5


(51)

sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu.6

Peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk memahami perkembangan pesantren yang ada berdasarkan data. Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta memaparkan data yang telah diperoleh dari Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo yang berkaitan dengan Pengembangan Pesantren Enterpreneur ( Studi Kasus Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo ).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren yang berlokasi di Graha Tirta Bougenville, No.69 Waru Sidoarjo. Pesantren tersebut dipilih sebagai latar penelitian karena dengan alasan bahwa lembagapesantren tersebut sudah berbasis Agrobisnis dan berwawasan Entrepreneur. Mottonya adalah mencetak Hafidzul Qur’an dan Entrepreneur Santri selain diberikan pendidikan keagamaan juga diajarkan ilmu berwirausaha.

C. Sumber Data Dan Informan Penelitian 1. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan oleh penulis, yaitu :

a. Sumber data primer

6


(52)

Data primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga sumber data/informasi tangan pertama.7 Dalam hal ini orang yang mengetahui, berkaitan, dan menjadi pelaku dari suatu kegiatan yang di harapkan dapat memberikan informasi. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian adalah pimpinan pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo, pengasuh Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, kepala bidang, pengurus dll. Data primer untuk penelitian ini adalah mengenai pesantren enterpreneur.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung terhadap data primer. Data ini bersumber dari referensi dan literatur yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini seperti buku, catatan, dan dokumen.

Dalam hal ini peneliti mengambil data skunder melalui profil pondok pesantren, keadaan santri, pelaksanaan kegitan, progam kegiatan.

2. Cara Pengumpulan Data

Teknik penelitian ini adalah istilah yang digunakan oleh Eileen Kane (1985:51) karena menganggap lebih sesuai di samping ingin menghindari penggunaan “metode penelitian” karena sesungguhnya uraian berikut bukan berisi uraian metode semata-mata.8

7

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan:Prosedur dan Strategi, (Bandung:Angkasa), 1987, hal. 42 8


(53)

Adapun teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah :

1) Observasi

Dalam teknik observasi ini, peneliti menggunakan model partisipasi moderat. Dalam observasi moderat terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.9

Dalam hal ini, peneliti akan terjun langsung guna mengobservasi bagimana Pesantren Enterpreneur Di Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo.

2) Wawancara

Wawancara merupakan cara mengumpulkan data penelitian dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan langsung kepada subyek penelitian atau responden.10 Untuk mendapatkan data-data dari pondok pesantren Mukmin Mandiri, penulis akan menggunakan wawancara bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana pertanyaan diajukan secara tersusun dengan tujuan agar pertanyaan dan jawaban lebih fokus dan terarah. Jenis data yang digali dalam metode ini meliputi seluruh data yang dibutuhkan mengenai pesantren Entrepreneur.

9

Ibid, hal. 312 10


(54)

Dalam wawancara ini subjek utamanya adalah pemimpin pondok pesantren. Selain itu juga beberapa subjek penunjang yang berkonstribusi dalam memperoleh data mengenai pengembangan pesantren enterpreneur. Wawancara mendalam juga akan peneliti gunakan dalam rangka menggali informasi tentang sistem yang di bangun oleh pimpinan beserta staf asatiznya dalam melakukan perbaikan dan pembenahan sistemnya.

3) Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.11

Studi dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat data wawancara mendalam dan data pengamatan kemudian dianalisis denan menggnakan teori tentang pesantren entrepreneur. Karena dokumen tersebut akan memberikan informasi otentik tertulis mengenai peristiwa dan hal-hal peristiwa dan hal-hal yang didapat dijadikan acuan, memperkuat landasan analisis penelitian ini.

3. Prosedur Analisis Dan Interprestasi Data

Yang dimaksud analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. 12

11

Ibid, hal. 329 12


(55)

Analisis data penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen merupakan upaya mencari dan menata secara sistematik transkip dan catatan hasil observasi, dokumen dan wawancara serta bahan-bahan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Analisis data dimulai sejak di lapangan, pada saat itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori dengan kawasannya dan suah ada upaya dalam rangka penyusunan dengan dibantu teori yang ada. Analisis dan data kualitatif ini dilakukan melalui tahapan proses penyususnan data.

Menurut Miles dan Hubermen mengatakan, bahwa dalam analisis data ada tiga aktivitas, yaitu reduksi data, penyajian data, verification13

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu segera dibutuhkan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 14 Dengan begitu, maka data yang nantinya akan dipaparkan dalam penelitian ini akan lebih jelas dan mudah dipahami karena hanya merupakan data-data yang memberikan informasi yang penting dan memberi gambaran secara lebih menyeluruh.

13

Ibid, Hal : 337 14


(56)

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian ini penyajian data akan disajikan dengan uraian teks yang bersifat naratif. Tujuan dalam pendisplayan data ini adalah agar hasil penelitian ini mudah untuk difahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami. 3. Verification

Langkah ketiga dalam analisi data adalah Verifikasiatau penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan langkah ini maka diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sehingga menjadi suatu masalah yang sudah jelas dan mungkin dapat menemukan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

D. Keabsahan Data

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesunggunya terjadi pada obyek yang diteliti. Ada berbagai cara dalam uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringgulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisi kasus negative, dan membercheck.

Dalam hal ini peneliti menggunakan salah satu dari uji kredibilitas yaitu Tringgulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai


(57)

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringgulasi sumber, tringgulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1. Tringgulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Hasil dari pengumpulan data tersebut, harus di deskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakkan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

2. Tringgulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut,menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.


(58)

3. Tringgulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang


(59)

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pesantren

1. Tentang yayasan

Yayasan Pondok Pesantren Mukmin berdiri pada tahun 2006 yayasan yang bergerak dibidang agro bisnis dan agroindustri berikut ini adalah nama-nama yang ada di PP.Mukmin Mandiri sekaligus dengan tugas dan jabatannya Struktur Organisasi Pondok Pesantren Mukmin Mandiri.

a. Pengasuh pp. Mukmin Mandiri : KH. Dr. Muhammad Zakki, M.. S.i. b. Wakil pengasuh : Ir. H. Agus Triyono : Ir. H.Agus Triyono, M, Si. c. Direktur Pondok Pesantren : Heri Cahyo Bagus Setiawan, S.pd.i d. Kepala Bidang Unit dan Bisnis : Ir. Budianto Soenjoto, MM e. Kepala Bidang penddikan : Ir. H. Jamaludin M.Pd.

f. Bendahara Pondok Pesanrrem : saudi Mukmin.

2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT. Berkat Mukmin Mandiri (BMM) Sidoarjo

Direktur : Dr. KH.Muhammad Zakki, M.Si.

General Manager : Heri Cahyo Bagus Setiawan

Marketing : Heru Susilo

Pengadaan Batang Buku : Avan Fauri

Logistik : Agusde

Produksi : Huda


(1)

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan beberapa kesimpulan di atas, maka dengan rasa hormat penulis memberikan saran dengan harapan adanya perbaikan dengan harapan adanya perbaikan kearah yang lebih baik lagi.

1. Diharapkan kedepannya pesantren Mukmin Mandiri mampu menampung

santriwan sebanyak mungkin agar banyak pemuda Islami yang jadi pengusaha sukses. Dan menjadi panutan bagi generasi pemuda-pemuda lainnya.

2. Diharapkan kedepannya lulusan pesantren, santri mampu menciptkan usaha-usaha

baru yang tidak hanya bergerak di bidang agrobisnis dan agro industri, yang didirikan di luar pesantren dengan kreatifitas dan inovasi yang sudah di ajarkan di pesantren. Dedikasi ilmu yang diberikan dipesantren mampu disalurkan dikembangkan sehingga mampu mensejahterahkan masyarakat sekitar khususnya.

3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya memberikan indikator yang lebih rinci


(2)

Angkasa).

Aimmah, Munawwirotul. 2015, Pendidikan Keterampilan Dalam Menumbuhkan

Pribadi Wirausaha Santri Putri, Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya.

Amin Haedari dan Abdullah Hanif , 2004. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan

Modernitas Dan Tantangan Kompleksitas Global , Jakarta ; IRD PREES . Azmi Iman Sari, 2016, Pesantren Entrepreneurship Pesantren Mukmin Mandiri

Perumahan Graha Tirta, Waru Sidoarjo 2006-2015 ( studi tentang Sejarah, Aktifitas, dan Perkembangan) : Skripsi, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.

Barnawi & Muhammad Arifin , 2012 , School Preneurship ; Membangkitkan Jiwa Dan

Sikap Kewirausahaan Siswa , Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Djama’an satori dan Aan Komariah, 2009, Metode Penelitian kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren,LP3ES, Jakarta, cet. 2. 1994 diambil dari

http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8170-pengertian

pondok-pesantren.html) diakses pada tanggal 13/feb/2017 pada 07:01

Damanhuri. Pesantren Dan Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jurnal


(3)

Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1989 . kamus besar bahasa indonesia jakarta: balai pustaka.

Faizah ,Siti inayatul, 2014. kewirausahaan dalam perspektif agama dan budaya,

Jakarta : mitra wacana media.

Hamzah, Siti Nur Aini, 2015 . Manajemen Pondok Pesantren dalam

Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis (Studi Multi-Kasus di pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dan Pondok Pesantren Nurul

Karomah Pamekasan Madura) Skripsi Program Magister Manajemen

Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Hasibuan, Marinasari Fithry. Mengembangkan Nilai-Nilai Kewirausahaan Dan

Ekonomi Kreatif Melalui Muatan Lokal Seni Kaligrafi (http : //

semut.kemenag.go.id/, widyaiswara Balai Diklar Keagamaan Medan )

Jalil , Abdul, 2012 , Spiritual Entrepreneurship (Study Transformasi Spiritualitas

Pengusaha Kidus), Disertasi program Pascasarjana institut agama islam negri Sunan ampel surabaya.

Karimah, Ainun. 2015 . Konsep Kemandirian Dari H. Bukhori Al Zahrowi. Sebagai

Pengusaha Kemudian Memunculkan Pribadi Pengusaha Yang Islami (Sesuai Dengan Kaidah-Kaidah Islam) Dan Menerapkannya Pada Santri-Santri Di Pondok Prsantren Enterpreneur Ad- Dhuha , Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora , Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya.


(4)

Najib dan Muhaimin , 2015. Pemikiran Pendidikan Islam:Kajian Filosofis Dan Krangka Sasar Operasioanl, (Bandung ; Triganda Jayal1993. 39 Dikutip

Oleh Siti Nur Aini Hamzah. Manajemen Pondok Pesantren Dalam

Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Agrobisnis, Tesis Program

Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Uiniversitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Soebahar, Abd. Halim. 2013. Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Oedonansi

Guru Sampai UU SISDIKNAS, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Siti Komara, Pengelolaan Pondok Pesantren Berbasis Kewirausahaan Di Pondok

Pesantren Nurul Barokah Kabupaten Majalengka .Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol. 1 No. 1, September 2016.

Suharto , Babun, 2011. Dari Pesantren Untuk Umat , Surabaya : Imtiyaz.

Suprianto . 2014 . How To Become A Successful Entrepreneur , Yogyakarta : CV

Andi Offset.

Saeful Anam. Pesantren Entrepreneur Dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin

Mandiri Waru Sidoarjo Dalam Pengembangan Dunia Usaha, Jurnal Studi Keislaman Vol 2, Nomor 2, Maret 2016.

Tafsir, Ahmad. 2011. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , Bandung : PT


(5)

Qomar, Mujamil. Pesantren ; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi .

Winardi. 2015. Entrepreneur Dan Entrepreneurship, Jakarta : Prenadamedia Grup.

Buchori Alma, 2011 , Kewirausahaan, Bandung : Alfabeta.

Yusuf suryana dan kartib bayu, 2010. kewirausahaan ; pendekatann karakteristik

wirausahawan sukses , jakarta: Kencana.

Suryana . 2013 . kewirausahawan ; kiat dan proses menuju sukses . Jakarta : Selemba

empat.

Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam. 2016 . Nomor : 5225 , Tentang Petunjuk

teknis penyelenggaraan Pondok pesantren enterpreneur/ kewirausahaan tahun anggaran.

Muslim Kelana, 2008. Muhammad saw is a Great Entrepreneur Bandung: Dinar

Publishing.

Kementerian Agama RI. 2003, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah . Jakarta :

kementrian Agama RI

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,

Husaini usman dan Purnomo setiady akbar. 1996, Metodologi penelitian sosial

Jakarta: Bumi aksara.

Moleong, Lexy J. 2009, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung : Remaja


(6)

Yusuf Suryana dan Kartib Bayu, 2010. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses Jakarta : kencana prenada media group.