Integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum pondok pesantren serta implementasinya di MTs Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo.

(1)

INTEGRASI KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM PONDOK PESANTREN DI MTs FADLLILLAH TAMBAK

SUMUR WARU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

AGUS NUGRAHA

D71213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JULI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Agus Nugraha 2017, Integrasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Pondok Pesantren serta Implementasinya di MTs Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo, Skripsi, Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Kurikulum 2013, Kurikulum Pondok Pesantren, Implementasi Integrasi Kurikulum

Tujuan penelitian hendak mengetahui integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum pondok pesantren serta implementasinya di Madrasah Tsanawiyah Tambak Sumur Waru Sidoarjo, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi atau pengamatan di lapangan, penulis berperan sebagai pengamat. Selain sebagai pengamat penulis juga melakukan pengumpulan data menggunakan metode wawancara langsung dengan informan yang berkompeten dengan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti, diantara informan yang peneliti wawancarai adalah kepala sekolah, wakil kepala kurikulum dan pengajar di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah. Sedangkan untuk teknik analisis data, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis dan tidak tertulis (lisan) dari orang dan perilaku yang diamati sehingga dalam hal ini penulis berupaya menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa Kurikulum terpadu di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Waru Sidoarjo merupakan pengembangan kurikulum yang meniadakan batas-batas antara mata pelajaran kurikulum 2013 dan mata pelajaran kurikulum pondok Pesantren (TMI). Pengembangan kurikulum ini dapat diartikan sebagai usaha untuk memadukan dua kurikulum yang berbeda dalam satu lembaga pendidikan. Demi mencapai tujuan lembaga yakni selain peserta didik menguasai kemampuan dalam mata pelajaran kurikulum 2013 juga dapat menguasai kemampuan dalam mata pelajaran kurikulum pondok pesantren (TMI).

Dengan demikian peneliti merekomendasikan bahwa Berdasarkan data-data hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah yang kemudian dianalisis sedemikian rupa, maka untuk peningkatan kualitas supaya menjadi lebih baik peneliti memberikan beberapa saran yakni Agar selalu mengupayakan semaksimal mungkin sarana dan prasarana guna menunjang kualitas dalam pembelajaran sehingga mampu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Operasional ... 7


(8)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013 ... 13

1. Pengertian Kurikulum ... 13

2. Pengertian Kurikulum 2013 ... 15

3. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 16

4. Kerangka Dasar Kurikulum 2013 ... 18

B. Tinjauan Tentang Kurikulum Pondok Pesantren ... 24

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 24

2. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren ... 25

3. Ciri-ciri Kurikulum Pondok Pesantren ... 27

C. Tinjauan Tentang Kurikulum Terpadu... 28

1. Pengertian Kurikulum Terpadu ... 28

2. Konsep Dasar Kurikulum Terpadu ... 39

3. Komponen-komponen Kurikulum Terpadu ... 31

4. Ciri-ciri Kurikulum Terpadu ... 33

5. Implementasi Integrasi Kurikulum Terpadu ... 35

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Terpadu ... 39

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Kehadiran Peneliti ... 43

C. Tempat Penelitian ... 44


(9)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 50

H. Tahap-tahap Penelitian ... 50

BAB IV: PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

1. Identitas Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 52

2. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 53

3. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 54

4. Struktur Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 56

5. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 57

6. Keadaan Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Fadlillah ... 60

7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Fadlillah ... 62

B. Penyajian Data ... 64

1. Implementasi Integrasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Pondok Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah ... 65

2. Faktor Yang Menjadi Penunjang Dan Penghambat ... 69

C. Analisis Data ... 73

1. Implementasi Integrasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Pondok Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah ... 73

2. Faktor Yang Menjadi Penunjang Dan Penghambat ... 88


(10)

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran-Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I : Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 59

Tabel II : Jumlah Peserta Didik ... 62

Tabel III : Keadaan Sarana dan Prasarana ... 64

Tabel IV : Intergrasi Kurikulum ... 69

Tabel V : Struktur Kurikulum 2013 ... 80


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Interview

2. Foto Kegiatan

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Tugas

5. Kartu Konsultasi


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000:20). Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.1

Salah satu tujuan pendidikan nasional yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serat bertanggung jawab.2 Maka dibutuhkan suatu rancangan Kurikulum yang matang sehingga mampu tercapainya apa yang sudah menjadi tujuan pendidikan nasional.

Pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam system pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan

1

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 39

2

Novan Ardy Wiyani dab Barwani, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm 26


(14)

2

alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri.3

Kurikulum 2013 menganut: pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas dan masyarakat. Dan pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya. Sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.4

Lain daripada itu, Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap non kooperatif ulama terhadap kebijakan politik etis. Memasuki era 1970-an pesantren mengalami perubahan yang signifikan, perubahan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang yang pertama, pesantren mengalami perkembangan kualitas luar biasa dan menakjubkan baik diwilayah pedesaan, pinggiran kota maupun perkotaan. Kedua, menyangkut masalah penyelenggaraan pendidikan.

Pondok pesantren Fadllillah merupakan pondok dengan tipe pondok pesantren modern, dimana dalam sistem pendidikanya yang mengadopsi

3

Oemar Hamalik, dasar-dasar pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008) h. Iii

4

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) h. 34


(15)

3

dari sistem pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, khususnya dalam bidang Kurikulum.

Adapun pengintegrasian kurikulum 2013 dan kurikulum pondok pesantren adalah bertujuan untuk menghasilkan out put pendidikan yang lebih baik. Yakni, mampu menguasai ilmu kemadrasahan dan ilmu kepesanrenan. Kurikulum yang ada dalam pesantren melengkapi kurikulum yang ada dalam madrasah Tsanawiyah, terutama materi kebahasaan. Karena proses pendidikan di lembaga ini, selain bertujuan untuk menguasai ilmu kemadrasahan dan ilmu kepesantrenan juga mengarahkan pada kemampuan untuk menguasaia dua bahasa. Yaitu bahasa arab dan bahasa inggris. Masing-masing ilmu tersebut sangat penting dikuasai oleh peserta didik, apalagi ketika bersosialisasi dengan masyarakat di era globalisasi sekarang ini. Hal tersebut (peng-integrasian) diambil dengan pertimbangan bahwa madrasah tsanawiyah dikelola, hidup dan berada di lingkungan pondok pesantren. Maka, kurikulum yang dipakai adalah kurikulum yang dibuat oleh Departemen Agama. Hanya ada bahan ajar yang merupakan ciri khusus dari kurikulum pondok pesantren. Dengan demikian maka kedua-duanya dapat dicapai yakni ketentuan dari departemen agama dan ketentuan dari pondok pesantren fadllillah.

Sistem pendidikan dan pengajaran yang ditetapkan di pondok pesantren Fadllillah merupakan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah dan atas yang memiliki jenjang pendidikan 6 tahun. Dimana kelas 1-3 sederajat dengan Madrasah Tsanawiyah/SMP dan kelas 4-6


(16)

4

sederajat dengan Madrasah Aliyah/SMA. Jadi mau tidak mau para pimpinan Pondok Pesantren Fadllillah harus semaksimal mungkin untuk dapat memadukan dua kurikulum tersebut, yaitu kurikulum Pondok Pesantren dan Kurikulum 2013.

Dalam sejarah perkembangan pondok pesantren, tidak dapat dipungkiri pernah terjadinya gap atau jurang pemisah antara pondok pesantren dengan pemerintah, dan hal ini berlangsung cukup lama, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda dan bahkan sampai sekarang masih ada segelintir pondok pesantren yang alergi terhadap pemerintah.5

Akan tetapi dalam penerapan pengintegrasian kurikulum 2013 dan kurikulum pondok pesantren agaknya kurang maksimal dan Berdasarkan fenomena di atas penulis merasa perlu untuk mengkaji secara rinci agar hasil yang diperoleh dapat diterima oleh banyak pihak dan penulis merumuskannya dalam sebuah judul : “Integrasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Pondok Pesantren serta Implementasinya di MTs Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum Pondok Pesantren Fadllillah di MTs Fadllillah?

5

Departemen Agama R.I.,Pola Pengembangan Pondok Pesantren, ( Jakarta, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/ Direktorat Pendidikan Keagamaan Islam dan Pondok Pesantren, 2002)


(17)

5

2. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum Pondok Pesantren Fadllillah di MTs Fadllillah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum Pondok Pesantren Fadllillah

2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum Pondok Pesantren Fadllillah.

D. Kegunaan Penelitian

Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan sosial pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan. Adapun kegunaan dari penelitian ini ada dua yaitu secara teoritis dan secara praktis.

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya mengkaji dan mengembangkan integrasi dua kurikulum.


(18)

6

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang manfaat diterapkannya integrasi dua kurikulum.

2. Secara Praktis

a. Bagi pondok pesantren lain, dapat digunakan sebagai acuan menerapkan integrasi dua kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan pesantren.

b. Bagi para guru, dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar.

c. Bagi peserta didik, dapat digunakan untuk memotivasi diri dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.

E. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian yang penah diteliti sebelumnya digunakan sebagai bahan pertimbangan, sekaligus acuan dan masukan bagi penulis. Penelitian sebelumnya diharapkan dapat melengkapi dari sudut pandang yang lain, sehingga pada penelitian sekarang akan lebih terfokus untuk diteliti.

Berdasarkan pencari an penul is, belum ditemukan peneliti an yang sam a. Maka dal am peneliti an kali ini memili ki unsur kebaruan.


(19)

7

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa.

Untuk memudahkan dalam memahami dan memperoleh gambaran yang lebih jelas serta komprehensif mengenai judul skripsi yang penulis susun, maka dalam hal ini akan dijelaskan istilah-istilah yang terdapat

dalam judul skripsi ini yaitu: “Integrasi Kurikulum 2013 dan

Kurikulum Pondok Pesantren serta Implementasinya di MTs

Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo”. Agar tidak terjadi Miss

UnderStanding dalam memahami maksud tersebut, maka penulis akan menjelaskan maksud tersebut sebagai berikut:

1. Integrasi

Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. 6

2. Kurikulum Terpadu

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

6


(20)

8

tujuan pendidikan tertentu.7 Sedangkan Terpadu dalam bahasa Inggris adalah Integrate yang berarti menyatu padukan, menggabungkan.8

Jadi, Kurikulum terpadu (intergrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha pengintergrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran menjadi satu unit tersendiri. Yang terpenting bukan hanya bentuk kurikulum ini, akan tetapi juga tujuannya. Dengan kebulatan mata pelajaran diharapkan dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi yang integrated, yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya. Apa yang diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak diluar sekolah. Pelajaran membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan diluar sekolah.9

3. Kurikulum 2013

Pengertian kurikulum 2013 ialah kurikulum yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.10

7

Novan Ardy Wiyani dab Barwani, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) h. 167

8

John. M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1966), h. 326

9

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 196

10

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) h. 16


(21)

9

4. Kurikulum pondok pesantren

Secara faktual, ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yaitu;11

1. Pondok pesantren tradisional 2. Pondok pesantren modern

3. Pondok pesantren komprehensif yang merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang modern Keberadaan pondok pesantren yang semakin beragam dalam bentuk, peranan dan fungsi ini menjadikan adanya fenomena yang cukup berarti dalam upaya membuat suatu pola yang dapat dipahami sebagai acuan untuk pengembangan pondok pesantren masa depan.

5. Implementasi Kurikulum

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.12

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan

11

M. Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, ( Jakarta; Pedoman Ilmu

Jaya, 2003) hlm 14 – 15

12

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008) h. 237


(22)

10

sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written currilculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller dan Seller (1985), bahwa “In some case, implementation has been identified with instruction”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai aktifitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.

Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan (field research) untuk keperluan validasi kurikulum itu sendiri.13

6. Madrasah Tsanawiyah Tambak Sumur Waru Sidoarjo

Madrasah Tsanawiyah Tambak Sumur Waru Sidoarjo merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang berlokasi di desa Tambak Sumur Waru Sidoarjo yang memiliki penerapan kurikulum terpadunya ( integrasi kurikulum )

13

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008) h. 237-238


(23)

11

Dari penegasan judul di atas, penulisan skripsi ini dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dari dua kurikulum, yaitu kurikulum 2013 dan juga kurikulum pondok pesantren serta penerapannya di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama adalah Pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab dua adalah Kajian Pustaka. Dalam kajian teori ini penulis akan mendeskripsikan secara teoritis segala sesuatu tentang kurikulum terpadu (integrasi kurikulum), kurikulum 2013, kurikulum pondok pesantren, implementasi kurikulum. Adapun pembahasan yang akan dijelaskan pada bab ini meliputi: pengertian kurikulum, pengertian kurikulum terpadu (integrasi kurikulum), kelebihan dan kekurangan kurikulum terpadu (integrasi kurikulum), pengertian kurikulum 2013, konsep dasar kurikulum 2013, kerangka dasar kurikulum 2013, kurikulum pondok pesantren, pengertian implementasi kurikulum.

Bab tiga adalah Metode Penelitian. Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan secara lengkap seperti apa metode penelitian yang akan


(24)

12

dilakukan oleh peneliti. Dijabarkan mulai dari jenis penelitian apa, bagaimana kehadiran peneliti, dimana tempat penelitiannya, apa saja sumber data yang akan diteliti, bagaimana teknik pengumpulan data dan berikut juga analisis data.

Bab empat adalah Pembahasan. Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang laporan hasil penelitian yakni: gambaran umum tentang Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo meliputi: profil madrasah struktur madrasah, keadaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan madrasah, keadaan peserta didik, keadaan sarana dan prsarana disekolah tersebut. Dan dalam bab ini penulis juga memaparkan tentang analisis integrasi kurikulum dan implementasinya di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo.

Bab lima adalah Penutup. Bab ini merupakan bab yang memuat tentang kesimpulan dari rumusan masalah yang dibahas dan juga rekomendasi yang perlu diperhatikan guna untuk masukan berdasarkan manfaat dan tujuannya, didalamnya juga terdapat saran-saran penulis kepada Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo yang berdasarkan dari temuan sehingga lebih baik.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum

Secara etomologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang artinya pelari atau curere yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari istilah dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani yang mengandung pengertian jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari garis start sampai garis finish.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1 Tujuan tertentu tersebut adalah tujuan pendidikan nasional yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serat bertanggung jawab.2

Pengertian kurikulum secara luas dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Menurut

1

Novan Ardy Wiyani dab Barwani, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm 167

2


(26)

14

pandangan lama yang sering juga disebut pandangan tradisional, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid dalam memperoleh ijasah. Dimana pengertian ini mempunyai beberapa implikasi sebagai berikut:

a. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran.

b. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan yang akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berfikir.

c. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau d. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh

ijasah

e. Adanya aspek keharusan bagi setiap peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran yang sama.

f. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (Imposisi).3

Sedangkan menurut pandangan baru menyatakan “curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experience which pupils have under direction of school. Whether in the

classroom or not” pengertian ini mempunyai beberapa implikasi sebagai berikut:

3 Oemar Hamalik,

Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008) hlm 3-4


(27)

15

a. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, bukan hanya mata pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah

b. Berbagai kegiatan diluar kelas atau ekstrakurikuler sudah tercantum dalam pengertian kurikulum

c. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi didalam kelas saja, tetapi diluar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai d. Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan

dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan.4 Dari banyak definisi yang telah disebutkan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan bagi peserta didik. Kurikulum meliputi semua kegiatan yang bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa.

2. Pengertian Kurikulum 2013

Pengertian kurikulum 2013 ialah kurikulum yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.5

4

Ibid, hlm 4-5 5

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 16


(28)

16

Hemat peneliti pengertian kurikulum 2013 ialah kurikulum yang sangat dibutuhkan untuk menyongsong dan juga mempersiapkan diri menghadapi dunia yang semakin mengglobal, tidak hanya di dunia bahkan kehidupan setelah di dunia.

3. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Menurut Sudjana, pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo pembelajaran adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan kegiatan belajar siswa.6

Di madrasah Tsanawiyah Fadllillah yang mana seluruh siswa siswinya mukim di pondok pesantren, sejatinya dari bangun tidur sampai tidur lagi, segala apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan ialah suatu pendidikan buat mereka. Maka konsep dasar kurikulum 2013 secara tidak langsung telah teraktualisasikan dalam kehidupan keseharian mereka.

Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:

6

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hlm. 28


(29)

17

1. Pengertian kuantitatif

Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk menguasai ilmu yang disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan hasil optimal.

Sebaliknya jika tidak memiliki kompetensi yang optimal dikhawatirkan tidak mampu mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Jika tujuan pembelajaran tidak tercapai maka hasilnya akan merugikan guru itu sendiri.

2. Pengertian institusional

Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru harus selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.

Guru yang baik adalah yang selalu mengevaluasi teknik mengajarnya. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efisien. 3. Pengertian kualitatif

Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Kesimpulannya pembelajran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sitem lingkunagn dengan berbagai


(30)

18

metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.7

Konsep dasar dari kurikulum 2013 meliputi segala daya dan upaya yang harus ditempuh peserta didik agar setiap kegiatannya bernilai pembelajaran, dan juga mampu menciptakan lingkungan yang hidmat akan belajar. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang memang harus sudah memadai untuk menunjang segala aktifitas pembelajaran.

4. Kerangka Dasar Kurikulum 20138

Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan. Berikut ini landasan-landasan-landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum 2013.

1. Landasan Filosofis

a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan.

b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

Dari sumber lain menjelaskan mengenai landasan filosofis kurikulum 2013 sebagai berikut:

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan membangun landasan kehidupan masa depan.

b. Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya.

7

ibid

8

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 31-34


(31)

19

c. Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik berpartisipasi dalam membangun kehidupan masa kini.

d. Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik

e. Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik. f. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang

belajar.

Pendidikan adalah upaya proses penanaman nilai-nilai luhur kepada siswa kemudian dikembangkan sehingga mampu menemukan jati dirinya. Dan siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya di kehidupannya kelak dengan berbekal nilai-nilai luhur yang telah dibekalkan pada dirinya. Madrasah Tsanawiyah dengan perpaduan dua kurikulumnya berupaya menghidupkan kembali budaya bangsa dengan penanaman nilai karakter yang ada pada kurikulum 2013.

2. Landasan Yuridis9

Landasan yuridis kurikulum 2013 adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan

9

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 31-34


(32)

20

yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Dikuatkan dengan UUD 1945, UU, dan juga peraturan pemerintah maka sudah sangat jelasalah mau dibawa kemana arah pendidikan madrasah Tsanawiyah itu sendiri.

3. Landasan Teoritis10

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standart dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga Negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum 2013 menganut: pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas dan masyarakat. Dan pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar belakang,

10

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 31-34


(33)

21

karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya. Sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

Aktifitas Pembelajaran kurikulum 2013 sebenarnya tidak terhenti di sekolah, di dalam kelas, pun ketika di rumah dan juga ketika bermasyarakat. Sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman individu secara langsung. Akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian lebih ialah kegiatan pembelajaran di masayarakat. Tidak semua tempat ataupun wilayah yang mampu memberikan nuansa pendidikan bagi peserta didik. Maka diperlukan kerja sama yang benar benar solid antara pihak sekolah dan orang tua untuk mengawal bersama kehidupan para peserta didik di masyarakat. Perpaduan kurikulum Di madrasah Tsanawiyah agaknya sudah mampu untuk memenuhi proses pembelajaran di sekolah, kelas dan masyarakat. Karena semua siswa dan siswi mukim di pondok pesantren maka secara tidak langsung mereka telah bermasyarakat, meskipun skupnya tidak sebesar di masyarakat luas.

5. Struktur Kurikulum 201311

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/ mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/ mata pelajaran dalam semester

11


(34)

22

atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar untuk per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan dating adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

1. Struktur Kurikulum SMP/MTs 2013

Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

VII VIII IX

Kelompok A

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6 Ilmu pengetahuan Sosial 4 4 4

7 Bahasa Ingris 4 4 4

Kelompok B

1 Seni Budaya 3 3 3


(35)

23

3 Prakarya 2 2 2

jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38

Keterangan: Mata Pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah

IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan social dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotism, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitar, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.

Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni music, seni tari, dan seni teater. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.

Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan


(36)

24

menyelenggarakan pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi daerah pada satuan pendidikan itu.12

Semua mata pelajaran yang sudah ditata sedemikian rupa menunjukkan keseimbangan antara kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan juga sikap, baik itu sikap antar sesama manusia dan kepada tuhannya.

B. Tinjauan Tentang Kurikulum Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pengertian atau ta’rif pondok pesantren tidak dapat diberikan dengan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi cirri ciri yang memberikan pengertian Pondok Pesantren, setidaknya ada 5 (lima) ciri yang terdapat pada suatu lembaga pondok pesantren, yakni : kyai, santri, pengajian, asrama dan masjid dengan aktivitasnya.13

Dengan demikian bila orang menulis tentang pengertian pesantren maka topik-topik yang harus ditulis sekurang-kurangnya adalah : 1. Kyai pesantren, mungkin mencakup ideal kyai untuk zaman kini

dan nanti.

12

Dirman, Juarsih Cicih. Pengembangan Kurikulum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014). Hlm 26

13Tim Departemen Agama RI,”

Pola Pengembangan Pondok Pesantren”, (Jakarta : Direktorat


(37)

25

2. Pondok, akan mencakup syarat-syarat fisik dan non fisik, pembiayaan tempat, penjagaan, dan lain-lain.

3. Masjid, cakupannya akan sama dengan pondok.

4. Santri, melingkupi masalah syarat, sifat dan tugas santri.

5. Kitab kuning, bila diluaskan akan mencakup kurikulum pesantren dalam arti yang luas.14

Saat sekarang pengertian yang populer dari pesantren adalah : Suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat.15

Hemat kami berdasarkan berbagai macam uraian diatas mengenai pengertian pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang mana kiai sebagai sentral figur yang dijunjung oleh santrinya dan mushallah/ masjid sebagai sentral miliu yang berfungsi untuk menjiwai segala macam bentuk sunnah-sunnah pondok yang telah diajarkan oleh sang kiai.

2. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren

Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap non kooperatif ulama terhadap kebijakan politik etis. Memasuki era 1970-an pesantren mengalami perubahan yang

14

Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 191

15

Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta : PT. Tiara wacana, 2001), hlm. 8


(38)

26

signifikan, perubahan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang yang pertama, pesantren mengalami perkembangan kualitas luar biasa dan menakjubkan baik diwilayah pedesaan, pinggiran kota maupun perkotaan. Kedua, menyangkut masalah penyelenggaraan pendidikan. Bentuk-bentuk pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, antara lain:

1. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya dimiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA dan PT. Agama Islam) maupun juga memiliki sekolah umum ( SD, SMP, SMA dan PT. Umum).

2. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak mengikuti kurikulum Nasional.

3. Pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah (MD).

4. Pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian.16

Dalam beberapa penelitian terhadap pesantren ditemukan bahwa pesantren mempunyai kewenangan tersendiri dalam menyusun dan mengembangkan kurikulumnya. Menurut penelitian Lukens-Ball dalam bukunya Abdullah Aly, secara umum kurikulum pesantren dibagi menjadi empat bentuk, yaitu: Pendidikan agama, pengalaman

16 Mujib Fatekhul, pesantren dan sumber daya manusia, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press), Hlm. 112.


(39)

27

dan pendidikan moral, dan pendidikan umum serta, keterampilan dan kursus. 17

Sedangkan M Ridwan Natsir memberikan gambaran mengenai tingkat keanekaragaman pranata sesuai dengan spektrum komponen serta pengembangannya suatu pesantren yang diklasifikasikannya menjadi lima bagian, yaitu: pesantren salaf klasik, pesantren semi berkembang, pesantren berkembang, pesantren khalaf modern, pesantren ideal. 18

Dinamika zaman yang begitu pesatnya, ada beberapa pondok pesantren yang tetap eksis dengan menerapkan kurikulum salafinya, ada yang tetap dengan khalafnya, ada yang dikombinasikannya. Dan ada juga yang mencantumkan kurikulum nasional didalamnya. Kesemuanya itu hanyalah untuk mempersiapkan kader-kader ummat yang siap dan mampu menjawab segala tantangan zaman.

3. Ciri-ciri Kurikulum Pondok Pesantren19

Adapun ciri-cirinya antara lain:

1. Menganut kurikulum pemerintah dan kurikulum pesantren salaf tidak ditinggalkan.

2. Ilmu umum dan ilmu agama sama-sama dipelajari.

17

Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikulturalisme di Pesantren, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011), Hlm. 184

18

Mustuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren (Jakarta: P3M, 1988), Hlm. 76.

19

http://contoh-makalah2.blogspot.in/2016/06/PESANTREN-MODERN.html?m=1. Diakses pada tanggal 18 Maret 2017 pukul 14.50


(40)

28

3. Penekanan pada bahasa arab dan bahasa ingris.

4. Tidak lagi menggunakan sistem pengajian tradisional seperti sorogan, wetonan dan bandongan.

Begitu juga dengan ciri-ciri kurikulum pondok pesantren fadllillah yang memang sama dengan teori diatas bahwa kurikulum yang digunakan tidak hanya kurikulum pesantren itu sendiri akan tetapi kurikulum pemerintah juga menjadi bobot yang utama dalam menempuh pendidikan didalam pondok pesantren.

C. Tinjauan Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)

1. Pengertian Kurikulum Terpadu

Terpadu berasal dari kata “integer” yang memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, penggabungan dari dua obyek atau lebih atau integrasi bisa disebut juga sebagai penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.20 Tyler mendefinisikan integrasi sebagai berikut:

The horisontal relationship of curriculum experience” the

organization of these experiences should be such that they the student increasingly to get a unified view and to unity his behavior in relation to the elements dealt with”21

Kurikulum terpadu (intergrated curriculum) juga merupakan suatu produk dari usaha pengintergrasian bahan pelajaran dari berbagai

20

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) hlm 35

21

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008) hlm 46


(41)

29

macam pelajaran menjadi satu unit tersendiri (core). Yang terpenting bukan hanya bentuk kurikulum ini, akan tetapi juga tujuannya. Dengan kebulatan mata pelajaran diharapkan dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi yang (Integrated), yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya. Apa yang diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak diluar sekolah. Pelajaran membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan diluar sekolah.22

Penyatuan dan perpaduan kurikulum dalam mata pelajaran ialah yang diharapkan nantinya mampu melahirkan pribadi yang mampu menjadi pribadi yang (integrated). Akan tetapi didalam skripsi yang kami bahas disini yang dimaksudkannya integrasi kurikulum ialah perpaduan dua kurikulum yang berbeda landasan dan fondasinya akan tetapi maksud dan tujuannya sama.

2. Konsep dasar kurikulum terpadu

Kurikulum terpadu atau yang dalam bahasa inggris disebut dengan integrated curriculum. Untuk mendefinisikan bahasa terpadu mungkin cukup mengambil istilah Integratif atau yang dikenal juga dengan terpadu, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Integrasi atau terpadu mempunyai arti bahwa suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan tersebut bukanlah perjumlahan dari berbagai bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri.

22


(42)

30

Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Sebagai contoh, manusia bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan sesuatu yang utuh. Dalam konteks ini, pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh, atau dengan kata lain pendidikan dalam rangka pembentukan yang terintegrasi. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan organisme yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang pula. 23

Dalam perkembangan kurikulum kita, terdapat istilah integrated curriculum dengan sistem yang mencakup pengajaran unit. Semua mata pelajaran atau bidang studi tidak terlepas atau terpisah satu dengan yang lainnya, dan tidak ada pembatas satu sama lain.24

Dalam penelitan kami, sistem yang dianut ialah pengajaran semua unit, segala mata pelajaran yang diajarkan didalam kelas kemudian dilanjutkan diluar kelas dengan didukung adanya kegiatan-kegiatan yang sudah disusun dan ditetapkan oleh kebijakan pimpinan pondok.

23

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008) hlm36

24


(43)

31

3. Komponen-komponen kurikulum terpadu

Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para siswa. Kesempatan belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh, oleh karena itu diperlukan pengaturan, kontrol, bimbingan agar proses belajar terarah ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang diharapkan. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf.

Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan pada mata mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan tertentu. Pada komponen proses, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan konsep berfikir dan cara belajar yang diarahkan kepada pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan tingkah laku spesifik.25

Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembangkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Tingkah laku yang diterapkan adalah integrasi atau behavior is the better integrated, terjadi dikarenakan pengalaman-pengalaman

25https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.29


(44)

32

dalam situasi tertentu, bukan karena kecenderungan alami atau kematangan kondisi temporer, sehingga perubahan tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan situasi tertentu.

Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem keterpaduan dikembangkan berdasarkan prisip-prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self development), pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement), pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan sikap percaya diri sendiri (self confidence).26

Proses dan keberlangsungan berkehidupan didalam pondok pesantren sudah memenuhi syarat segala apa yang ada pada komponen kurikulum terpadu ini. Maka di madrasah Tsanawiyah Fadllillah tidak lagi memikirkan efektifitas dari segala program dari komponen-komponen kurikulum terpadu ini. Mulai dari segala macam prosesnya, hasil dan produknya serta pengulangan dan penguatannya. Karena didalam pondok pesantren sudah diciptakan sistem yang terintegratif.

26https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.29


(45)

33

4. Ciri-ciri Kurikulum Terpadu

Dalam kurikulum terintegrasi atau terpadu (Integrated Curriculum) ini, batas-batas diantara semua mata pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Jadi semua mata pelajaran telah terpadu sebagai satu kesatuan yang bulat. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi atau terpadu ini adalah sebagai berikut:27

1. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi

2. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik 3. Berdasarkan landasan sosiologi dan sosial kultural

4. Berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan dan pertumbuhan peserta didik

5. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan, mata pelajaran atau bidang studi baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah

6. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, yakni baik unit pengalaman (Experience unit) dan unit untuk pembelajaran (Subject matter unit)

27 Oemar Hamalik,

Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung-PT Remaja Rosdakarya) hlm 158


(46)

34

7. Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik bahkan peran siswa cenderung lebih menonjol dalam kegiatan belajar mengajar, dan guru bertindak selaku pembimbing.

Kendatipun bentuk kurikulum ini banyak sekali mengalami kemajuan dibandingkan bentuk kurikulum sebelumnya, namun dengan berbagai alasan sampai sekarang penggunanya masih terbatas.28

Pada ciri-ciri kurikulum terpadu yang menarik ialah pada poin terahir yakni Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik bahkan peran siswa cenderung lebih menonjol dalam kegiatan belajar mengajar, dan guru bertindak selaku pembimbing. Hal ini dalam madrasah Tsanawiyah masih mengejar untuk mampu mencapai tahap ini. kendatipun demikian, ada beberapa mata pelajaran dalam materi pondok yang telah mengetrapkan ciri ini yakni pelajaran al Muthola’ah. Siswa dituntut untuk kritis dan juga aktif agar mampu memahami isi teks sehingga goalnya ialah siswa mampu menghafal, memahami dan juga mampu mengungkapkan dengan bahasanya sendiri.

28 Oemar Hamalik,

Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung-PT Remaja Rosdakarya) hlm 158


(47)

35

5. Implementasi Integrasi Kurikulum Terpadu

Untuk melaksanakan kurikulum terintegrasi (integrated curriculum), diperkenalkan sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikelompokan menjadi tiga tipe, ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut:29

1. Model Fragmented

Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

Pemaduan yang hanya pada satu mata pelajaran saja ini biasanya pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan disampaikan pada alokasi waktu yang berbeda, maka dalam hal ini bias dikatakan dalam cakupan yang kecil. Yakni antar satu mata pelajaran saja. 2. Model Connected

Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan

29https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.56


(48)

36

mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.30

Model ini digunakan untuk memudahkan dalam pemberian materi yang satu induk mata pelajaran tertentu. Dalam madrasah Tsanawiyah Fadllilah terdapat salah satu mata pelajaran Insya’ yakni pelajaran mengarang dalam bahasa arab yang masih satu induk dengan bahasa Arab umum.

3. Model Nested

Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut

30https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.56


(49)

37

keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.31

Dalam hal ini madrasah Tsanawiyah Fadllillah memberikan pelajaran tambahan pada sore hari guna mencapai tujuan dari penguasaan berbagai keterampilan yang telah di sampaikan didalam kelas. Bias bertempat didalam masjid, Di depan kelas dan terkadang juga di lapangan.

4. Model Integrated

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan

31https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.56


(50)

38

Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.

Dalam madrasah Tsanawiyah Fadllillah juga terdapat mata pelajaran yang esensinya sebenarnya sama dan pada ahirnya dipadukan yakni mata pelajaran seni budaya. Dalam kurikulum pondok pesantren dinamakan dengan Al Khot,atau seni menulis dalam bahasa Arab.

5. Model Immersed

Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Semua siswa-siswi madraash Tsanawiyah Fadllillah mukim di pondok pesantren Fadllillah, sehingga sangatlah efektif dalam menerapkan apa yang sudah mereka dapatkan di kelas dan di aktualisasikan dalam kehidupan kesehariaanya di dalam pondok pesantren. Misalnya dalam berorganisasi, belajar memimpin dan dipimpin.


(51)

39

6. Model Networked

Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun dalam konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.32

Sangat dimungkingkan dalam penerapannya di pondok pesantren Fadllillah. Para siswa dan siswi madrasah Tsanawiyah Fadllillah tidak hanya dipantau dan di didik di dalam kelas akan tetapi dari mereka bangun tidur sampai tidur lagi pun tetap terpantau. Maka, ketika diberikan materi problem solving, guru dengan leluasa mampu mengawasi bagaimana perkembangan dan pertumbuhan pola piker siswa.

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Terpadu

Pada skala praktis integrated curriculum memiliki beberapa kelebihan dan manfaat antara lain:33

32

https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pukul 08.56

33


(52)

40

a. Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat

b. Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar

c. Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat

d. Sesuai dengan ide dan demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berfikir sendiri, berkerja sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dan berkerja sama dalam kelompok e. Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan)

individu, minat dan kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Berkaca pada zaman yang sudah serba maju, pondok pesantren harus mampu menjawab segala tantangan zaman yang senantiasa berkembang. Dengan adanya integrasi kurikulum ini diharapkan mampu memahami mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Baik tugas individu maupun kelompok.

Selain kelebihan yang dikemukakan diatas, integrated curriculum juga memiliki kelemahan yaitu:

a. Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini b. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis


(53)

41

c. Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajran yang mungkin berubah setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi (materi)

d. Kurang memungkinkan untuk melaksanakaan ujian umum e. Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam

menentukan kurikulum

f. Sarana dan prasarana yang kurang memdai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.34

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum terpadu yakni terus menerus mengadakan evaluasi segala yang menjadi kekurangan dan kelebihannya. Sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan nasional. Terlebih guru yang ada di madrasah Tsanawiyah Fadllillah masih tergolong anak muda. Maka bimbingan yang intens dan juga pengawasan yang lebih seorang kepala sekolah sangatlah diperlukan.

34


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam mengangkat masalah diatas peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif dengan rancangan studi kasus.

Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.1

Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.2

Dikatakan penelitian ini kualitatif karena penelitian ini memiliki karakteristik penelitian kualitatif yakni:

a. Kajian naturalistik: melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.

1

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm 64

2


(55)

43

b. Analisis induktif: mengungkap data khusus, detil untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka.

c. Holistik: totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab akibat.

d. Data kualitatif: deskripsi rinci dalam, persepsi pengalaman orang. e. Hubungan dan persepsi pribadi: hubungan akrab peneliti informan,

persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena.

f. Dinamis: perubahan terjadi terus, lihat proses desain fleksibel. g. Orientasi keunikan: tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan

dalam konteks sosial historis, analisis silang kasus, hubungan waktu tempat.

h. Empati netral: subyektif murni, tidak dibuat-buat.3

2. Kehadiran Peneliti

Dalam hal ini, kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pencari pengumpul data yang kemudian data tersebut dianalisis. Peneliti hadir langsung dalam rangka menghimpun data, peneliti menemui secara lansung pihak-pihak yang mungkin bisa memberikan informasi atau data seperti halnya kepala sekolah, waka

3


(56)

44

kurikulum, guru guru yang mengajar sebagai sampel untuk memperoleh data keadaan siswa. Dalam melakukan penelitian peneliti bertindak sebagai pengamat penuh dan keadaan atau status peneliti diketahui oleh informan.

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat menentukan keabsahan dan kevalidan data dalam penelitian yang ilmiah, hal ini harus dilaksanakan semaksimal mungkin walaupun harus mengorbankan waktu, materi, dan sarana-sarana lain bahkan peneliti melakukan perpanjangan kehadiran ditempat penelitian untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang benar-benar valid.

3. Tempat Penelitian/Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi/tempat atau Site selection berkenaan dengan penentuan unit, bagian, kelompok, dan tempat dimana orang-orang terlibat didalam kegiatan atau peristiwa yang ingin diteliti.

Untuk itu peneliti memilih tempat penelitian ini di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah yang berada di desa Tambak Sumur Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Sebagai lembaga pendidikan Islam yang memadukan dua kurikulum didalam sistem pendidikannya, yaitu kurikulum Tarbiyatul Mu’alimin Al Islamiyah (TMI) sebagai adopsi dari kurikulum KMI milik Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dengan kurikulum 2013 milik pemerintah dibawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama.


(57)

45

4. Sumber Data

Sumber data yang diambil adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama dan sumber data tambahan.

Sumber data utama yakni sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi meliputi: Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Fadlillah, Wakil Kepala Kurikulum Madrasah Aliyah Fadlillah, para pengajar madrasah Tsanawiyah dan peserta didik madrasah Tsanawiyah Fadllillah.

Sumber data tambahan yaitu sumber data diluar kata-kata atau tindakan yakni sumber data tertulis.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, interview (wawancara) dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap terhadap gejala yang tampak dalam objek penelitian.4

Penggunaan teknik ini adalah untuk memperoleh data tentang gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

4 Amirul Hadi dan Haryono,

Metodologi Penelitian Pendidikan, (bandung: Pustaka Setia, 1998) hlm 129


(58)

46

pelaksanaan kurikulum terpadu di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Waru Sidoarjo tahun akademik 2016-2017. Dalam hal ini peneliti akan ikut serta berada didalam kelas saat pembelajaran berlangsung untuk mengamati proses pembelajaran, dan juga peneliti akan bermukim selama beberapa hari di dalam pondok pesantren tersebut untuk melaksanakan observasi dan mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.

b. Interview (wawancara)

Dalam hal ini interview sebagai metode untuk mencari data yang argumentatif dan dapat menjelaskan tentang pengembangan kurikulum terpadu di Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Waru. Metode ini sifatnya berjalan bebas dan leluasa, menggali data lewat wawancara dengan sumber data primer. Dalam proses ini peneliti mendapatkan informasi apa adanya dan subyektif mungkin, metode ini oleh sanafiyah disebut pula wawancara tak berstruktur (unstructured) yaitu wawancara yang tidak terkendali pada pertanyaan yang disediakan saja.5

Dengan interview peneliti dapat memperoleh data yang tidak diungkapkan dalam teknik dokumentasi serta dapat dipertanggung jawabkan karena berasal dari sumbernya langsung. Wawancara ii dilaksanakan dengan:

5 Sanafiyah Faisal,

Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasinya, (Malang: Yayasan Asah Asih Asuh, 1990) hlm 63


(59)

47

1) Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Fadlillah Waru Sidoarjo Wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Aliyah Fadlillah Waru Sidoarjo dilaksanakan untuk melengkapi data tentang sejarah berdiri, visi dan misi, keadaan lingkungan sekolah, pelaksanaan program kelas intensif secara umum.

2) Wakil Kepala Kurikulum Madrasah Aliyah Fadlillah Waru Sidoarjo

Wawancara dengan Waka Kurikulum Madrasah Aliyah Fadlillah Waru Sidoarjo bertujuan untuk mendapatkan data mengenai isi dari perpaduan kurikulum dan implementasinya secara keseluruhan, pelaksanaan perpaduan kurikulum dan implementasinya serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan berikut solusi untuk mengatasinya

3) Beberapa guru madrasah Tsanawiyah

Beberapa guru madrasah Tsanawiyah yang diwawancarai adalah guru yang mengajar dalam kelas VII, VIII, dan IX. Wawancara dengan beberapa guru dari tiap-tiap kelas bertujuan untuk mengetahui isi materi, media, metode yang digunakan, evaluasi serta respon peserta didik terhadap pelajaran yang disampaikan.


(60)

48

4) Peserta didik kelas VII, VIII, IX.

Dalam wawancara dengan peserta didik Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Waru Sidoarjo, peneliti hanya mengambil dari beberapa peserta didik putra dan putri. Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik sampling kebetulan (accidental sampling) yaitu anggota sampel diambil hanya terhadap peserta didik yang kebetulan atau sengaja ditemui untuk wawancara dan jumlahnya tidak mengikat, tergantung pada akurasi data.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.6 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian ini.

Teknik ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi sekolah, nama guru, jabatan dan mata pelajaran yang diajarkan, data tentang pendidikan akhir guru, dan hal-hal yang relevan.

6


(61)

49

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara penganalisis data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian.7

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.8

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang sudah diperoleh adalah dengan cara mendeskripsikan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori memperoleh kesimpulan mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

Dalam hal ini peneliti menggunakan deskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu seorang peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.9

7

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012) hlm 163 8

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013) hlm 335 9 Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hlm 14


(62)

50

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).10 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data), dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang triangulasi ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara:

a. Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum pondok pesantren di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah. b. Menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada

pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara biasa.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penelitian laporan hasil penelitian. Tahap tahap penelitian tersebut adalah:

a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,

10

Lexy J, Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h 171


(63)

51

memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan dataTahap penelitian hasil laporan penelitian.


(64)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Identitas Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Tambak Sumur Waru

Sidoarjo

Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo berdiri pada tahun 2000. Madrasah Tsanawiyah Fadllillah berdiri dengan akta notaris Nastiti Anugrahwati, SH. No 359. 29 Oktober 1998. Sejak berdiri sampai akhir tahun pelajaran 2016/2017, Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Tambak Sumur Waru telah berusia 15 tahun dan mengeluarkan 13 alumni.

Kurikulum dalam Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo menggunakan kurikulum terpadu yakni kurikulum 2013 dari Departemen Agama (Depag) dengan kurikulum pondok modern Gontor untuk kelas VII (Tujuh) sedangkan untuk kelas VIII dan IX masih menerapkan kurikulum KTSP. Proses belajar mengajar pada madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo beralokasi jam belajarnya dimulai dari jam 06.30 sampai jam 15.10 sore hari dengan jumlah IX (sembilan) jam pelajaran.

Pendidik dan tenaga kependidikan Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo terdiri dari tamatan Perguruan Tinggi Negeri, Swasta dan Alumni Pondok Gontor Ponorogo, Alumni cabang Gontor yang berkurikulum sama/sederajat


(65)

53

dengan Madrasah Aliyah Fadlillah serta Alumni Madrasah Aliyah Fadlillah sendiri.

Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Waru Sidoarjo pada tahun 2011 telah terakreditasi dengan nilai A. Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Waru memiliki Nomor Statistik Madrasah (NSM) 212351514054 dan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20582219.

2. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur

Waru Sidoarjo

Adapun letak geografis Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo berdasarkan orientasi tersebut, Madrasah Tsanawiyah Fadllillah Waru Sidoarjo didirikan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur Nomor: Kw.13.4/4/PP.00.6/334/2010 beralamat di Jl. Kyai Ali No. 57A RT 06 RW 03 Tambak Sumur Waru Sidoarjo Jawa Timur Indonesia dengan batas-batas wilayahnya adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan Pondok Candra Indah b. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Tambak Rejo

c. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tambak Oso


(66)

54

3. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur

Waru Sidoarjo

a. Visi Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru

Sidoarjo

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Dengan pedoman di atas, visi Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru Sidoarjo adalah :

“Terbentuknya insan yang Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat, Berpengetahuan Luas dan Berpikiran Bebas.”

Untuk mencapai visi tersebut madrasah menetapkan indikator sebagai berikut, yaitu : mempunyai keunggulan dalam praktik ibadah ubudiah kepada Allah SWT, dalam akhlakul karimah, dalam IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi), dalam perolehan prestasi akademik, dalam pemilihan siswa teladan, dan Pramuka. Dalam kepedulian sosial, memiliki lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk belajar serta mendapat kepercayaan dari masyarakat luas.


(67)

55

b. Misi Madrasah Tsanawiyah Fadlillah Tambak Sumur Waru

Sidoarjo

Misi merupakan tindakan strategis yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Madrasah Tsanawiyah Fadllillah menetapkan beberapa misi guna mencapai visinya, yaitu:

1) Membiasakan setiap perilaku yang bernafaskan Islam.

2) Mengasah cara berfikir yang rasional sebagai bekal meraih pendidikan yang lebih tinggi serta dapat mengimplementasikan dalam bermasyarakat.

3) Menggali potensi sumber daya manusia secara Islami dengan meningkatkan kualitas belajar mengajar yang bekesinambungan. 4) Menerapkan manajemen sekolah sesuai dengan manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah.

5) Melaksanakan pembelajaran dan pembimbingan secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dalam pencapaian prestasi akademik dan nonakademik dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning).

6) Melaksanakan pengembangan silabus dan sistem nilai 7) Melakasanakan inovasi dalam proses pembelajaran 8) Melaksanakan pengembangan standar kelulusan

9) Melaksanakan pengembangan standar ketuntasan kompetensi 10) Melaksanakan pengembangan SDM pendidik dan tenaga


(1)

93

jika selalu melakukan inovasi inovasi dan juga merembukkan setiap yang

menjadi kendala. Jika semua dikomunikasikan dengan baik maka akan

selalu ketemu jalan keluarnya.

Faktor yang menjadi penunjang ialah sarana dan prasarana yang

lengkap. Dalam hal ini di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah memang

belumlah mencukupi dan bisa dikatakan kurang, akan tetapi jika ini segera

dilengkapi bukan tidak mungkin dapat menunjang semangat belajar

seluruh peserta didik sehingga mampu menghasilkan nilai yang tinggi

pula.

Jika dilihat dari kaca mata peneliti, yang menjadi faktor

penghambat ialah sebetulnya dari komptensi setiap guru yang kurang

begitu menguasai konsep pembelajaran dalam implementasi integrasi dua

kurikulum ini. Maka alangkah baiknya jika dilakukan penyuluhan secara

kontinyu guna menghasilkan kompetensi guru yang semakin berkualitas


(2)

94 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Implementasi integrasi kurikulum 2013 dan kurikulum pondok

pesantren di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah bahwa sudah berjalan

cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari analisis data yakni

Kurikulum terpadu yang digunakan Pondok Pesantren Fadllillah

merupakan suatu kurikulum berisikan uraian bidang studi dari

kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian

Agama/K13 hanya untuk kelas VII sementara kelas VIII dan IX masih

menggunakan KTSP dan kurikulum kepesantrenan/TMI yang dsajikan

secara kait-berkait menjadi satu kesatuan utuh dan menganut sistem “long life education”.

2. Faktor yang menjadi penunjang ialah sarana dan prasarana yang

lengkap. Dalam hal ini di Madrasah Tsanawiyah Fadllillah memang

belumlah mencukupi dan bisa dikatakan kurang. Jika dilihat dari kaca

mata peneliti, yang menjadi faktor penghambat ialah sebetulnya dari

komptensi setiap guru yang kurang begitu menguasai konsep


(3)

95

B. Saran-saran

Berdasarkan data-data hasil penelitian yang dilakukan di Madrasah

Tsanawiyah Fadlillah yang kemudian dianalisis sedemikian rupa, maka

untuk peningkatan kualitas supaya menjadi lebih baik peneliti memberikan

beberapa saran yakni sebagai berikut:

a. Agar membuat inovasi dalam pelaksanaan implementasi integrasi

kurikulum sehingga mampu diikuti oleh peserta didik dan

menghasilkan hasil belajar yang berkualitas.

b. Agar selalu mengupayakan semaksimal mungkin sarana dan prasarana

guna menunjang kualitas dalam pembelajaran sehingga mampu


(4)

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikulturalisme di Pesantren, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011)

Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2004),

Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (bandung: Pustaka

Setia, 1998)

Departemen Agama R.I., Pola Pengembangan Pondok Pesantren, ( Jakarta,

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/ Direktorat Pendidikan Keagamaan Islam dan Pondok Pesantren, 2002)

Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah,

(Yogyakarta : PT. Tiara wacana, 2001)

https://abdulhafi.wordpress.com/2012/07/25/kurikulum-terpadu-kbk-dan-ktsp/ https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2016/07/14/permendikbud-no-20-21-22-dan-23-tahun-2016/ http://contoh-makalah2.blogspot.in/2016/06/PESANTREN-MODERN.html?m=1. http://www.gurupembelajar.net/2016/07/permendikbud-terbaru-kurikulum-2013-no_16.html

Ismail SM., “Pesantren (Islamic Boarding School) in Changing Society : toward innovation effort”, dalamMedia, Edisi 31/TH.VIII/Maret 1999

John. M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia, 1966)

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012)

Kunandar, penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan

kurikulum 2013), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014)

M. Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, ( Jakarta; Pedoman Ilmu


(5)

97

Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial,(Jakarta : Perhimpunan

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986)

Mujib Fatekhul, pesantren dan sumber daya manusia, (Pamekasan: STAIN

Pamekasan Press, 2001)

Mustuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren (Jakarta: P3M, 1988)

Novan Ardy Wiyani dab Barwani, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012)

Oemar Hamalik, dasar-dasar pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2008)

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2013)

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

Sanafiyah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasinya, (Malang:

Yayasan Asah Asih Asuh, 1990)

Sindu Galba,Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi,(Jakarta : PT. Rineka Cipta,

1995)

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.

(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2013)

Tim Departemen Agama RI,”Pola Pengembangan Pondok Pesantren”, (Jakarta :

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003)

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2005),


(6)

98

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : PT. Balai Pustaka, 1999)

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008)