evaluasi krim
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
“PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM
KLORAMFENIKOL”
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan krim untuk penggunaan obat dalam dengan formula.
II. FORMULASI
Dibuat 10 gram
FORMULASI Standar untuk basis krim berdasarkan Kapita Selekta hal.39
Cleansing Cream
Tiap 10 gram mengandung : Asam stearate 145 Trietanolamin 15 Lemak bulu domba 30 Paraffin cair 250 Aquadest 550 Nipagin secukupnya Campur dan buat krim
Keterangan :
Karena nipagin sudah ada pada formulasi krim, maka pada pembuatan basis krim dengan cleansing cream tidak perlu ditambah lagi dengan nipagin.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
R/ Kloramfenikol 200mg Nipagin 0,1% Parfum 0,1% Base cream ad 10 gram
(2)
Ada dua tipe krim, yaitu : 1. Tipe M/A atau O/W
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk
beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.Contoh : vanishing cream.
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing creamsebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. 2. Tipe A/M atau W/O,
Yaitu minyak terdispersi dalam air.Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca.
Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbedabeda.Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari
butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
Kelebihan & kekurangan sediaan krim
a. Kelebihan sediaan krim, yaitu :
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu :
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.
Bahanbahan penyusun krim Formula dasar krim, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lainlain.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Natr, Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH, KOH, gliserin, dll.
Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
(3)
Minyak Air
Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.
Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
Zat pengawet Untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel paraben 0,02 – 0,05 %.
Pendapur untuk mempertahankan PH sediaan
Pelembab
Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
Pemerian bahan 1. Kloramfenikol
C11H12Cl2N2O5 mempunyai berat molekul 323,13. Kloramfenikol mengandung tidak kurang 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian :
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang ;putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan ; tidak berbau ; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap. Kelarutan:
Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P ; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Keasambasaan:
Larutkan 25 mg dalam 10 ml air bebas karbondioksida P, netralkan dengan natrium hidroksida 0,01 N menggunakan indikator 2 tetes larutan fenolftalein P ; diperlukan tidak lebih dari 0,1 ml natrium hidroksida 0,01 N. Tambahkan 0,2 ml asam klorida 0,01 N dan 5 tetes larutan merah metil P ; terjadi warna merah atau jingga.
2. Nipagin (Metil Parabean)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap jernih.Metil paraben ini mempunyai fungsi sebagai zat tambahan dan zat pengawet (Anonim, 1979).
3. Parfum
Parfum yang digunakan untuk membuat krim kelompok kami menggunakan Parfum Stella berbentuk Cairan bening bau khas.
(4)
4. Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat mirip lemak
lilin .
Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter.Larut
dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air.Stabilitas asam
stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.Penggunaan asam stearat.
5. Trietanolamin
Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin, tris(hidroksi)etilamin.
Pemerian :cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat.
Kelarutan : Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform,
larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi 24%.
6. Adeps Lanae
Merupakan zat serupa lemak, liat, lengket, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dank has. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P, berkhasiat sebagai zat tambahan, zat pengikat.
7. Paraffin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.Pemerian dari parafin cair adalah cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan dari bahan ini adalah praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan
dalam eter P (Anonim, 1979).
8. Aquadest
Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi (penyulingan) air ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi nonparenteral.
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Cawan porselen
2. Spatel logam
3. Penjepit kayu
4. Mortir dan stamper
5. Gelas ukur
6. Waterbath
7. Batang pengaduk
(5)
9. Alat evaluasi sediaan
b. Bahan
1. Kloramfenikol
2. Nipagin
3. Parfum
4. Asam stearate
5. Trietanolamin
6. Lemak bulu domba
7. Paraffin cair
8. Aquadest
V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN
A. Perhitungan Bahan
- Kloramfenikol = x 10 gram = 0,2 gram =200mg
- Nipagin = x 10 gram = 0,01 gram =10 mg
- Parfum = x 10gram = 0,01 gram=10 mg
- Basis krim = 10.000mg – (200mg+10mg+10mg)
= 10.000mg – 220mg = 9780mg
- Asam stearate = x 9.780mg = 1.432 mg
- Trietanolamin = x 9.780mg = 148,18 mg
- Lemak bulu domba = x 9.780mg = 296,36 mg
- Paraffin cair = x 9.780 = 2.469,6 mg
- Aquadest = x 9.780mg = 5.433,3 mg
B. Penimbangan Bahan
Untuk pembuatan 2 sediaan krim 10gram
- Kloramfenikol = 200 mg x 2 = 400 mg
- Nipagin = 10 mg x 2 = 20 mg
- Parfum = 10 mg x 2 = 20 mg
Basis krim
- Asam stearate = 1.432 mg x 2 = 2.864 mg
- Trietanolamin = 148,18 mg x 2 = 296,36 mg
- Lemak bulu domba = 296,36 mg x 2 = 592,72 mg
- Paraffin cair = 2.469,6 mg x 2 = 4.939,2 mg
- Aquadest = 5.433,3 ng x 2 = 10.866,6 mg
VI. PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN DAN EVALUASI a. Cara pembuatan
(6)
Timbang bahan sesuai dengan perhitungan
Masukkan kloramfenikol kedalam mortar, tambahkan nipagin aduk ad homogeny. Tambahkan sebagian aquadestaduk ad homogen ( campuran I )
Buat basis krim : asam stearate, trietanolamin, adeps lanae, paraffin cair dan sebagian aquadest dalam cawan porselen dilebur diatas watterbath hingga melebur sempurna
(campuran II)
Campurkan campuran I dan campuran II dalam mortar yang panas, aduk cepat.
Tambahkan parfum, aduk ad homogeny
Masukkan dalam pot
Lakukan evaluasi
b. Evaluasi
1. UjiOrganoleptis Sediaan krim
- Diamati sediaan sirup yang meliputi : Bentuk
Warna Rasa Bau
(7)
2. Uji Homogenitas Sediaan krim
- Dioleskan pada objek glass
- Diamati ada partikel atau tidak Homogen atau tidak
3. Uji Daya Lekat 0,5 gram sediaan krim
- Diletakkan pada objek glass pada alat uji daya
- Ditambah beban 500gram
- Diamkan 1 menit
- Setelah 1 menit beban diturunkan
- Hasil
Ditarik beban 65gram, catat waktunya. 4. Uji Daya Sebar
0,5 gram sediaan krim
- Diletakkan ditengah alat ekstensometer
- Ditimbang dulu penutup kaca ekstensometer lalu letakkan diatas massa sediaan selama 1
(8)
- Diukur diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil ratarata diameter dari
beberapa sisi
- Ditambahkan 50gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit
- Dicatat diameter sediaan yang menyebar
- Ditambahkan beban 50gram lagi diamkan selama 1 menit
- Dicatat diameter sediaan yang menyebar
- Dibuat grafik, hubungkan antara luas dan beban sediaan yang menyebar. Hasil
5. Uji Tipe Krim
0,5 gram sediaan krim
- Dimasukkan kedalam objek glass
- Ditetesi dengan metilen blue
- Ditutup dengan objek glass
- Diamati pada mikroskop
- Hasil
Digambar penampang yang terlihat 6. Uji Daya Proteksi
0,5 gram sediaan krim
- Diambil sepotong keras saring (10x10)cm
- Dibasahi dengan larutan PP sebagai indikator, keringkan
- Diolesi dengan sediaan pada kertas saring
- Pada kertas sarimg yang lain, dibuat suatu area (2,5x2,5)cm dengan paraffin cair. Setelah
kering akan didapat areal yang dibatasi dengan paraffin tersebut.
- Ditempelkan kertas saring (no.3) diatas kertas saring sebelumnya (no.2)
- Dibasahi areal ini dengan larutan KOH(0,1)
- Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan PP pada waktu 15,30,45,60
detik, 3 dan 5 menit
Jika tidak ada noda merah berarti sediaan dapat memberikan proteksi terhadap cairan
(9)
VII. KHASIAT RESEP OBAT
Kloramfenikol = antibiotik
Nipagin = pengawet sediaan krim Parfum = bahan pewangi Asam stearate = basis krim
Trietanolamin = basis krim Lemak bulu domba = basis krim Paraffin cair = basis krim Aquadest = pelarut
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
a. Uji Organoleptis
Bentuk Warna Bau
Setengah padat Putih Khas parfum stella
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas
Keterangan Tidak ada partikel
( homogen)
c. Uji daya lekat
Replikasi I 0,27 detik Replikasi II 0,26 detik Replikasi III 0,26 detik Rata- rata 0,26 detik
d. Uji daya sebar
Berat tutup kaca ekstensometer = 42,20 gram = 3,14
r = jarijari lingkaran (cm)
L = r2
Krim Tanpa beban Beban 50gram Beban 100gram
R L r L r L
Replikasi I 1,8 10,1 2,0 12,5 2,0 12,5 Replikasi II 1,65 8,5 1,8 10,1 1,9 11,3 Replikasi III 1,5 7,0 1,75 9,6 1,9 11,3
(10)
e. Uji tipe krim
Air Minyak
f. Uji daya proteksi
Waktu Formulasi
Replikasi I Replikasi II Replikasi III 15 detik
30 detik 45 detik 60 menit 3 menit 5 menit
Keterangan :
Ada noda merah yang berarti sediaan tidak memberikan daya proteksi terhadap cairan.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim kloramfenikol dan melakukan evaluasinya.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Kloramfenikol (C11H12Cl2N2O5 ) merupakan hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, berwarna putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan, tidak berbau dan rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.mempunyai berat molekul 323,13. Kloramfenikol mengandung tidak kurang 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kelarutan kloramfenikol larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P ; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
(11)
Nipagin berbentuk serbuk hablur,putih, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air, dlam 20 bagian air mendidih, dlam 3,5 bagian etanol ( 95%) p dan dalam 3 bagian aseton p : mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida : larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Parfum Stella yang digunakan berbentuk cairan berwarna bening dan memiliki bau khas.
Asam stearat / Acidum stearicum/ Asam oktadekanoat merupakan zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan asam stearat mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air. Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Digunakan sebagai emulsifying agent; solubilizing agent; tablet and capsule lubricant (1 3%). Trietanolamin (TEA) memiliki sinonim Daltogen/ Tealan/ Trietilolamin, trihidroksitrietilamin / Tris(hidroksi)etilamin. Merupakan cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat. Kelarutannya campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63
bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N. Kegunaan dalam formulasi terutama
digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain yaitu sebagai buffer, pelarut,
humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi 24%.
Adeps Lanae atau lemak bulu domba merupakan zat serupa lemak, liat, lengket; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas. Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P, berkhasiat sebagai zat tambahan, zat pengikat (Anonim, 1979)
Parafin liquid merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter, tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air.
Aquades merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Dapat bercampur dengan pelarut polar. Memiliki kegunaan sebagai pelarut.
Untuk pembuatan Sediaan krim, sebelumnya praktikan melalukan identifikasi bahan bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan sediaan krim. Kloramfenikol dipilih untuk zat aktif dalam krim yang kelompok kami buat. Berdasarkan Farmakope Indonesia III, menyatakan tentang kelarutan kloramfenikol bahwa kloramfeniko hampir tidak larut dalam setiap pelarut. Sehingga praktikan menggunkan kloramfenikol sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan krim.
Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang telah kami buat sebelumnya.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini adalah becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan porselen, neraca analitik, alat evaluasi sediaan.
(12)
Sedangakan bahan yang dipergunakan adalah kloramfenikol, nipagin, parfum, aquadest, asam stearat, triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .
Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan perhitungan yang ada, dimana kloramfenikol ditimbang sebanyak 200 mg, nipagin 10 mg, dan parfum 10 mg. Semua bahan ini ditimbang untuk dua pembuatan krim. Sedangkan bahan untuk basis krim diambil asam stearat 1432 mg, TEA 148,18 mg, lemak bulu domba 296,36 mg, aguadest 5433 mg.
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan –bahan seperti asam stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades diatas water bath. Aduk ad leleh dan homogen.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim kloramfenikol, bahan pertama yang dicampur adalah kloramfenikol ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian aquades (sisa dari basis krim) dalam mortal, aduk ad larut dan homogen, setelah itu tambahkan basis krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortal. Kemudian ditambahkan dengan parfum aduk ad larut dan homogen. Tempatkan pada wadah yang sesuai menjadi 2 sediaan krim. Dimana sediaan yang satunya untuk proses evaluasi.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi organoleptis, homogenitas, daya lekat, proteksi dan daya sebar.
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara mengamati sediaan sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim kloramfenikol yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang dibuat sesuai dengan standar krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar krim.
Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan krim yang baik harus homogen dan bebas dari pertikel partikel yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit sediaan krim di objek glass dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
Evaluasi ketiga adalah uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya lekat sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat. Cara kerja untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat, olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut. Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.
Evaluasi keempat adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini adalah dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan indikator pp dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat. Selanjutnya membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas
(13)
tersebut dikertas pertama yang lebih besar dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut, pada selang waktu 15”, 30”, 45”, 60”, 3’,dan 5’. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari replikasi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Evaluasi kelima adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat ekstensometer, cara kerja yang dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian diletakkan ditengah alat dan sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan digunakan. Setelah itu letakkan penutup kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil panjang ratarata diameter. Kemudian tambahkan dengan beban 50 g diamkan 1 menit dan catat diameter sediaan yang menyebar. Lalu tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1 menit dan catat diameternya seperti sebelumnya.
Berdasarakan masing – masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji organoleptis sediaan krim kloramfenikol yaitu bentuknya setengah padat, bau :stela, warna : putih.
Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah krim kloramfenikol yang dibuat adalah homogen, tidak terdapat partikel yang mengumpal.
Uji daya lekat dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan ratarata 0,26 detik untuk daya lekat dari krim kloramfenikol terhadap alat penguji.
Uji daya proteksi pada krim kloramfenikol dilakukan dengan 3 kali replikasi pengujian pula, untuk menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada rentang waktu antara 15 detik hingga 5 menit krim kloramfenikol menimbulkan noda merah pada kertas saring yang menandakan bahwa krim kloramfenikol ini tidak mampu memberikan daya proteksi terhadap suatu cairan.
Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas
pemukaan krim kloramfenikol pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 8,5 cm2 ,
beban 50 gram adalah 10,7 cm2, sertapada beban 100 gram adalah 11,7 cm2 .Berarti krim
kloramfenikol mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.
Uji tipe krim, hasil yang diperoleh adalah sediaan krim yang dibuat bertipe air dalam minyak (w/o).
Pada praktikum pembuatan dan sediaan krim kloramfenikol ini menggunakan zat aktif kloramfenikol yang mana berkhasiat sebagai antibiotik. Bahan tambahan lainya yang
digunakan adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila
dalam resep krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim tidak menjadi busuk ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998). Maksud busuk disini adalah agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang dianjurkan adalah 0,1% 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah :
1. Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut, atau sukar larut.
(14)
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarutpelarut tertentu yang digunakan.
IX. KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan krim kloramfenikol dengan menggunakan formula buatan sendiri. 2. Krim adalah sediaanbentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
3. Krim kloramfenikol yang dibuat bentuknya setengah padat, bau stella, warna sediaan putih, krim kloramfenikol tersebut homogen, daya lekatnya adalah o,26 detik , krim kloramfenikol tidak dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, mampu mneyebar hingga 11,7cm2 pada permukaan, dan tipe
krim kloramfenikol tersebut adalah air dalm minyak (w/o).
3. Dalam pembuatan krim kloramfenikol harus memperhatikan kestabilan dan kelarutan zat aktif (kloramfenikol).
X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press. Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM.
(15)
(1)
e. Uji tipe krim
Air Minyak
f. Uji daya proteksi
Waktu Formulasi
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
15 detik
30 detik
45 detik
60 menit
3 menit
5 menit
Keterangan :
Ada noda merah yang berarti sediaan tidak memberikan daya proteksi terhadap cairan.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim kloramfenikol dan melakukan evaluasinya.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Kloramfenikol (C11H12Cl2N2O5 ) merupakan hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, berwarna putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan, tidak berbau dan rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.mempunyai berat molekul 323,13. Kloramfenikol mengandung tidak kurang 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kelarutan kloramfenikol larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P ; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
(2)
Nipagin berbentuk serbuk hablur,putih, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air, dlam 20 bagian air mendidih, dlam 3,5 bagian etanol ( 95%) p dan dalam 3 bagian aseton p : mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida : larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Parfum Stella yang digunakan berbentuk cairan berwarna bening dan memiliki bau khas.
Asam stearat / Acidum stearicum/ Asam oktadekanoat merupakan zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan asam stearat mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air. Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Digunakan sebagai emulsifying agent; solubilizing agent; tablet and capsule lubricant (1 3%). Trietanolamin (TEA) memiliki sinonim Daltogen/ Tealan/ Trietilolamin, trihidroksitrietilamin / Tris(hidroksi)etilamin. Merupakan cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat. Kelarutannya campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N. Kegunaan dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi 24%.
Adeps Lanae atau lemak bulu domba merupakan zat serupa lemak, liat, lengket; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas. Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P, berkhasiat sebagai zat tambahan, zat pengikat (Anonim, 1979)
Parafin liquid merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter, tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air.
Aquades merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Dapat bercampur dengan pelarut polar. Memiliki kegunaan sebagai pelarut.
Untuk pembuatan Sediaan krim, sebelumnya praktikan melalukan identifikasi bahan bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan sediaan krim. Kloramfenikol dipilih untuk zat aktif dalam krim yang kelompok kami buat. Berdasarkan Farmakope Indonesia III, menyatakan tentang kelarutan kloramfenikol bahwa kloramfeniko hampir tidak larut dalam setiap pelarut. Sehingga praktikan menggunkan kloramfenikol sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan krim.
Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang telah kami buat sebelumnya.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini adalah becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan porselen, neraca analitik, alat evaluasi sediaan.
(3)
Sedangakan bahan yang dipergunakan adalah kloramfenikol, nipagin, parfum, aquadest, asam stearat, triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .
Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan perhitungan yang ada, dimana kloramfenikol ditimbang sebanyak 200 mg, nipagin 10 mg, dan parfum 10 mg. Semua bahan ini ditimbang untuk dua pembuatan krim. Sedangkan bahan untuk basis krim diambil asam stearat 1432 mg, TEA 148,18 mg, lemak bulu domba 296,36 mg, aguadest 5433 mg.
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan –bahan seperti asam stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades diatas water bath. Aduk ad leleh dan homogen.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim kloramfenikol, bahan pertama yang dicampur adalah kloramfenikol ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian aquades (sisa dari basis krim) dalam mortal, aduk ad larut dan homogen, setelah itu tambahkan basis krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortal. Kemudian ditambahkan dengan parfum aduk ad larut dan homogen. Tempatkan pada wadah yang sesuai menjadi 2 sediaan krim. Dimana sediaan yang satunya untuk proses evaluasi.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi organoleptis, homogenitas, daya lekat, proteksi dan daya sebar.
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara mengamati sediaan sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim kloramfenikol yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang dibuat sesuai dengan standar krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar krim.
Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan krim yang baik harus homogen dan bebas dari pertikel partikel yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit sediaan krim di objek glass dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
Evaluasi ketiga adalah uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya lekat sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat. Cara kerja untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat, olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut. Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.
Evaluasi keempat adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini adalah dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan indikator pp dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat. Selanjutnya membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas
(4)
tersebut dikertas pertama yang lebih besar dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut, pada selang waktu 15”, 30”, 45”, 60”, 3’,dan 5’. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari replikasi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Evaluasi kelima adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat ekstensometer, cara kerja yang dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian diletakkan ditengah alat dan sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan digunakan. Setelah itu letakkan penutup kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil panjang ratarata diameter. Kemudian tambahkan dengan beban 50 g diamkan 1 menit dan catat diameter sediaan yang menyebar. Lalu tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1 menit dan catat diameternya seperti sebelumnya.
Berdasarakan masing – masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji organoleptis sediaan krim kloramfenikol yaitu bentuknya setengah padat, bau :stela, warna : putih.
Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah krim kloramfenikol yang dibuat adalah homogen, tidak terdapat partikel yang mengumpal.
Uji daya lekat dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan ratarata 0,26 detik untuk daya lekat dari krim kloramfenikol terhadap alat penguji.
Uji daya proteksi pada krim kloramfenikol dilakukan dengan 3 kali replikasi pengujian pula, untuk menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada rentang waktu antara 15 detik hingga 5 menit krim kloramfenikol menimbulkan noda merah pada kertas saring yang menandakan bahwa krim kloramfenikol ini tidak mampu memberikan daya proteksi terhadap suatu cairan.
Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas pemukaan krim kloramfenikol pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 8,5 cm2 ,
beban 50 gram adalah 10,7 cm2, sertapada beban 100 gram adalah 11,7 cm2 .Berarti krim
kloramfenikol mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.
Uji tipe krim, hasil yang diperoleh adalah sediaan krim yang dibuat bertipe air dalam minyak (w/o).
Pada praktikum pembuatan dan sediaan krim kloramfenikol ini menggunakan zat aktif kloramfenikol yang mana berkhasiat sebagai antibiotik. Bahan tambahan lainya yang digunakan adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila dalam resep krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk
mencegah krim tidak menjadi busuk ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief,
1998). Maksud busuk disini adalah agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang dianjurkan adalah 0,1% 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah : 1. Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut, atau sukar larut.
(5)
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarutpelarut tertentu yang digunakan.
IX. KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan krim kloramfenikol dengan menggunakan formula buatan sendiri.
2. Krim adalah sediaanbentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
3. Krim kloramfenikol yang dibuat bentuknya setengah padat, bau stella, warna sediaan putih, krim kloramfenikol tersebut homogen, daya lekatnya adalah o,26 detik , krim kloramfenikol tidak dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, mampu mneyebar hingga 11,7cm2 pada permukaan, dan tipe krim kloramfenikol tersebut adalah air dalm minyak (w/o).
3. Dalam pembuatan krim kloramfenikol harus memperhatikan kestabilan dan
kelarutan zat aktif (kloramfenikol).
X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press. Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM.
(6)