Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk

(1)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

EVALUASI MUTU KRIM BETAMETASON 0,1 %

PRODUKSI PT. KIMIA FARMA ( PERSERO ) Tbk.

TUGAS AKHIR

Oleh :

MUHARNI SAPUTRI 052410002

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI MUTU KRIM BETAMETASON 0,1 %

PRODUKSI PT. KIMIA FARMA ( PERSERO ) Tbk.

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh

Muharni Saputri 052410002 Medan, Mei 2008

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt. NIP. 130 872 285

Disahkan Oleh : Dekan

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 131 283 716


(3)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir ini.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan pada Pogram D-III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan dari berbagai pihak, maka dengan sepenuh hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai dekan Fakultas Farmasi. 2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai koordinator

Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, masukan dan membimbing penulis dengan penuh perhatian hingga selesainya tugas akhir ini.

4. Seluruh staff dan karyawan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang telah membimbing dan membantu penulis selama melaksanakan PKL. 5. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang

telah berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

6. Teristimewa Kepada Ayahanda Muhammad Sanif yang selalu memberikan

dorongan baik secara moril maupun materil serta doa dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, dan kepada seluruh keluarga serta teman – teman yang telah memberikan motifasi kepada penulis dalam proses penulisan tugas akhir ini.


(4)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

7. semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari sempurna, baik cara penyajian dan isi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, 24 Mei 2008 Penulis


(5)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR LAMPIRAN...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Tujuan dan Manfaat ...2

1.2.1. Tujuan ...2

1.2.2. Manfaat ...2

BAB II TINJAUN PUSTAKA ...3

2.1. Obat Kulit Topikal Kortikosteroid ...3

2.2. Krim ...4

2.3. Betametason ...5

2.3.1. Sifat Fisika Kimia ...5

2.3.2. Pengujian Betametason ...6

2.3.2.1. Uji Kualitatif ...6

2.3.2.2. Uji Kuantitatif ...7

2.4. Evaluasi Mutu ...11

2.4.1. Pemerian ...11

2.4.2. Homogenitas ...12

2.4.3. Stabilitas...12

2.4.4. pH ...13


(6)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

2.4.6. Keseragaman Sediaan ...13

2.4.7. Penandaan ...14

BAB III METODOLOGI ...15

3.1. Alat dan Bahan...15

3.1.1. Alat – alat ...15

3.1.2. Bahan – bahan ...15

3.2. Evaluasi Mutu ...16

3.2.1. Pemerian ...16

3.2.2. Homogenitas ...16

3.2.3. pH ...16

3.2.4. Stabilitas...16

3.2.5. Keseragaman Sediaan ...16

3.2.6. Simpangan Baku Relatif ...17

3.2.7. Kadar Zat Aktif ...17

3.2.7.1. Pembuatan Larutan Standar ...18

3.2.7.2. Pembuatan Larutan Uji ...18

3.2.7.3. Pengukuran ...19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...20

4.1. Hasil ...20

4.2. Pembahasan ...21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...23

5.1. Kesimpulan ...23

5.2. Saran ...23

DAFTAR PUSTAKA ...24


(7)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1.1.Perhitungan Simpangan Baku Relatif ...26 1.2.Gambar – gambar alat ...30


(8)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Problema penyakit kulit sangat beragam, masyarakat seringkali susah membedakan antara satu penyakit kulit dengan penyakit kulit lain. Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk penyakit – penyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe dan sebagainya. Bentuk obatnya seperti salep atau cairan.

Secara umum obat – obatan luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal pada lokasi tertentu diluar tubuh. Efek samping yang mungkin terjadi ialah iritasi kulit atau kadang rasa terbakar. (Widodo, 1990)

Penggunaan obat kulit dimaksudkan untuk efek lokal tidak untuk sistemik. Bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit adalah salep, krim, pasta dengan basis yang bermacam – macam seperti hidrofil atau hidrofob. Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberi aksi lokal dan aksinya dapat lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorbsi. Oleh karena itu sediaan untuk kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi maupun antiinflamasi dan bentuk sediaanya berupa salep, krim dan pasta. (Anief, 1994)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dipasaran telah banyak ditemukan bentuk – bentuk sediaan obat yang pemakaianya dapat disesuaikan dengan pasien dan zat berkhasiatnya, diantaranya adalah Betametason yang dibuat dalam bentuk krim. Untuk mendapatkan tercapainya obat yang bermutu diperlukan beberapa evaluasi yang meliputi : pemerian, homogenitas, stabilitas, PH, kadar zat aktif, keseragaman sediaan, simpangan baku relatif dan penandaan.


(9)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

1.2.Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

- Mengetahui apakah krim Betametason 0,1 % yang diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV mulai dari pemerian, homogenitas, stabilitas, PH, kadar zat aktif, keseragaman sediaan, simpangan baku relatif dan penandaan.

1.2.2. Manfaat

- Agar Penulis mampu melakukan evaluasi mutu krim Betametason

- Agar Penulis mengetahui mutu dari krim Betametason 0,1 % yang


(10)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat Kulit Topikal Kortikosteroid

Obat kortikosteroid mempunyai daya kerja antialergi dan antiradang. Penggunaan obat kortikosteroid dalam obat topikal, kadang – kadang kurang jelas daya kerjanya. Tapi yang jelas, obat kulit topikal kortikosteroid sangat efektif terhadap penyakit eksem.

Obat kortikosteroid yang mengandung fluor seperti Betametason, Flucinolon, dan Klobetasol mempunyai daya kerja yang lebih besar. Akan tetapi penggunaan obat kortikosteroid yang mengandung fluor dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus yang bersifat permanen sampai terjadi atropi kulit. (Sartono, 1991)

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik.

Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat ( serbuk ) karena itu merupakan suatu salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan dan sering disebut sebagai salep penutup atau pelindung.

Sedangkan krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental, mengandung tidak kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). (Anief, 1999)


(11)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

2.2. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. (Dirjen POM, 1995)

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan kebagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaianya tidak melalui mulut, kerongkongan dan kearah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi dan lainya. ( Widjajanti, 1988)

Ada beberapa tipe krim seperti emulsi air dalam minyak ( A/M ) dan emulsi minyak dalam air ( M/A ). Sebagai pengemulsi, dapat digunakan surfaktan anionik, kationik dan nonionik. Untuk tipe A/M digunakan sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain – lain. Krim tipe M/A mudah dicuci. Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah nipagin 0,12 % - 0,18 % dan nipasol 0,02 % - 0,05 %. (Anief, 1999)

Kualitas dasar krim adalah :

a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.

b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab selep digunakan untuk kulit yang teriritasi.


(12)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah Yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit seperti krim.

d. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan. (Anief, 1994)

2.3. Betametason

Betametason adalah obat kortikosteroid yang mengandung fluor, mempunyai daya kerja yang besar. Akan tetapi penggunaan obat kortikosteroid yang mengandung fluor dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus yang bersifat permanen sampai terjadi atropi kulit. Salep hidrokortison 1 % sangat efektif untuk digunakan dalam jangka waktu lama.

Betametason dalam bentuk krim biasanya merupakan senyawa Betametason Valerat. Indikasi dari krim ini adalah alergi dan peradangan lokal. Pengobatan dilakukan dengan mengoleskan tipis pada kulit 2 – 3 kali sehari. (Sartono, 1991)

2.3.1. Sifat Fisika Kimia

O

CH3

OH H

F H

H

CH3

C=O CH2OH

CH3

OH

H

Rumus molekul :C22H29FO5

Berat molekul : 392,47

Nama kimia : 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-16β-metilpregna-1,4-diena- 3,20-dion


(13)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Pemerian : Serbuk, putih sampai praktis putih; tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aceton dan dalam kloroform; larut dalam etanol; sukar larut dalam eter dan benzen. (Ditjen POM, 1995)

2.3.2. Pengujian Betametason 2.3.2.1. Uji Kualitatif

Pengujian betametason dapat dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri dan Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ).

a. Metode Spektrofotometri

Betametason dapat diidentifikasikan dengan mengukur serapanya pada panjang gelombang tertentu dengan alat spektrofotometri. Dalam pelarut etanol yang direaksikan dengan fenilhidrazin – asam sulfat akan memberikan reaksi yang berwarna kuning yang menunjukan serapan maksimum sekitar 420 – 450 nm. (Schunack, 1990)

b. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan senyawa yang menggunakan fase gerak zat cair dan fase tetap zat padat, dan menggunakan plat kromatografi yang dibuat dengan membentangkan penjerap dalam lapisan tipis sebagai penyokong yang inert. Penjerap padat yang berbentuk bubukan halus dibuat menjadi bubur dengan air dan dibentangkan diatas plat kaca. Plat yang telah dilapisi dipanaskan atau diaktifkan dengan jalan memanaskanya pada suhu kira – kira 100oC selama ± 30 menit.

Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan dalam pelarut yang agak non polar untuk ditotolkan pada lapisan. Larutan uji ditotolkan pada plat KLT diikuti dengan penotolan larutan baku. Setelah dilakukan pengelusian, lapisan tersebut


(14)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

kemudian disemprot dengan suatu pereaksi, yang akan menimbulkan bercak berwarna setelah bereaksi dengan cuplikan. Maka noda larutan uji akan menunjukan warna dan harga Rf yang sama dengan noda larutan baku. (Gritter, 1991)

2.3.2.2. Uji Kuantitatif

Pengujian kuantitatif dari krim Betametason dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi. Dengan teknologi ini kromatografi dalam banyak hal dapat menghasilkan pemisahan yang sangat cepat seperti pada kromatografi gas, dengan keunggulan zat – zat yang tidak menguap atau tidak tahan panas dapat dikromatografi tanpa peruraian atau tanpa perlunya membuat derivat yang dapat menguap. (Dirjen POM, 1995)

Pada kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan pelarut atau fase gerak yang mempunyai sifat seperti :

− Murni, tanpa cemaran.

− Tidak bereaksi dengan kemasan.

− Sesuai dengan detektor

− Dapat melarutkan cuplikan

− Mempunyai viskositas rendah

− Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika

diperlukan.


(15)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Pada dasarnya alat kromatografi cair terdiri dari sistem pompa, sistem penyuntik, tendon pelarut, kolom kromatografi, detektor, penguat sinyal dan perekam.

1. Sistem pompa

Pompa harus dibuat dari bahan yang lembam terhadap semua bahan pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja nirkarat, teflon dan batu nilam. Pompa harus mampu menghasilkan tekanan sampai 5000 psi pada kecepatan sampai 3 ml/menit. (Munson,1991)

2. Pipa

Pipa merupakan penyambung seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembam dan tahan tekanan serta mampu melewati pelarut dengan volume yang memadai. Tetapi garis tengah dan panjang pipa setelah penyuntikan sangat menentukan sistem penyuntik. (Munson,1991)

3. Sistem penyuntik

Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan. Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan melewati lekuk dan kelebihanya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati lekuk ke kolom. (Munson,1991)

4. Tendon pelarut

Tendon pelarut atau fase gerak mempunyai ciri yaitu bahan tendon harus lembam terhadap berbagai fase gerak berair dan tak berair. Sehingga baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika harus bertekanan, hindari menggunakan gelas. Daya tampung tendon harus lebih


(16)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

besar dari 500 ml Yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1 – 2 ml/menit. (Munson,1991)

5. Kolom kromatografi

Kolom merupakan jantung kromatografi. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik ; garis tengah - dalam 2-6 mm. panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan partikel biasanya panjang kolom 50 – 100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10 – 30 cm

b. Kolom preparatif ; umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25 – 100 cm. (Johnson, 1991)

Dalam hal ini dianjurkan untuk memasang penyaring µm dijalur antara penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak atau terokan. Selama penggunaan penyaring ini sering tersumbat dan perlu diganti. Hal ini dapat memperpanjang umur kolom. (Munson,1991)

6. Detektor

Detektor KCKT yang ideal hendaknya mempunyai beberapa sifat, dapat memberi tanggapan kepada terokan, kepekaan tinggi, hasilnya tiner ulang dan tanggapanya dapat diramalkan. Selain itu harus memberi tanggapan linier terhadap rentang jumlah terokan yang lebar serta harus tegar dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. (Munson,1991) Detektor yang merupakan tulang punggung kromatografi cair kecepatan tinggi modern (KCKT) ialah detektor UV 254 nm. Detektor UV-tampak dengan


(17)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

panjang gelombang yang berubah – ubah sekarang menjadi populer karena dapat dipakai untuk mendeteksi senyawa dalam lingkup lebih luas. (Johnson, 1991)

7. Perekam

Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi untuk merekam atau menunjukan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak). Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa, dan secara kuantitatif dapat diketahui luas dan tinggi puncak yang berbanding lurus dengan konsentrasi.

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan sistem pemisahan lain, diantaranya :

1. Proses cepat, untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisi kurang dari 5 menit.

2. Daya pisahnya baik, kemampuan linarut berinteraksi secara selektif dengan fase diam dan fase gerak memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang dikehendaki.

3. Detektor yang peka dan unik, detektor yang digunakan adalah UV 254 nm yang dapat mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.

4. Kolom dapat dipakai kembali, tetapi mutunya menurun. Laju penurunan mutu tergantung pada jenis cuplikan yang disuntikan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang dipakai.

5. Ideal untuk molekul besar dan ion.

6. Mudah memperoleh kembali cuplikan karena detektor tidak merusak cuplikan. Pelarut dapat dihilangkan dengan penguapan. (Johnson, 1991)


(18)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

2.4. Evaluasi Mutu

Supaya sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasar dan ini harus selalu ditaati. Pertama tujuan pemeriksaan semata – mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standar atau spesifikasi yang telah ada. (Lachman, 1994)

2.4.1. Pemerian

Pemerian dilakukan terhadap bentuk, warna, bau dan suhu lebur. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV pemerian untuk Betametason, yaitu serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berbau dan melebur pada suhu lebih kurang 40° disertai sedikit peruraian.

2.4.2. Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratanya harus homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui

homogenizer atau mill pada temperatur 30 – 40 oC. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun akibat aksi dari alat pengisi. (Anief, 1995)


(19)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

2.4.3. Stabilitas

Stabilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM, 1995)

Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara – cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label. ( Lachman, 1994 )

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada perubahan penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisi kimia. ( Anshel, 1989 )

2.4.4. pH

Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel atau elektrode perak – perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu 25o ± 2o, kecuali dinyatakan lain dalam masing – masing monografi. (Dirjen POM, 1995)

2.4.5. Penetapan kadar zat aktif

Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Krim Betametason mengandung Betametason Valerat tidak kurang


(20)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. (Dirjen POM, 1995)

2.4.6. Keseragaman sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung suatu zat aktif dan sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.

Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. (Dirjen POM, 1995)

Krim betametason mengandung 0,1 % zat aktif. Karena zat aktifnya kurang dari 50 % maka keseragaman sediaan ditentukan dengan keseragaman kandungan.

2.4.7. Penandaan

Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman. Panandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai obat jadi, khasiat, keamanan serta cara penggunaanya, tanggal kadaluarsa bila ada, yang dicantumkan pada etiket, brosur dan kotak yang disediakan pada obat jadi. Seperti tanggal kadaluarsa merupakan waktu yang menunjukan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku dan dinyatakan dalam bulan dan tahun, yang harus dicantumkan pada etiket. (Anief, 1999)


(21)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat – alat

− Peralatan HPLC

− Alat – alat gelas yang diperluka n

− Botol akuades

− Botol akuabides

− Neraca analitik

− Kertas saring

− Filter 0,45 µm

− Batang pengaduk

− pH – meter

− Tissu

− Pipet volum

− Mat pipet

3.1.2. Bahan – bahan

− Akuades

− Akuabides

− Metanol

− Asetonitril

− Krim Betametason

− Es batu


(22)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

3.2. Evaluasi mutu 3.2.1. Pemerian

Pemeriksaan dilakukan secara organoleptik yaitu, terhadap bentuk, warna dan bau.

3.2.2. Homogenitas

Prosedur : sejumlah krim diletakkan diatas objek glass, ditekan dengan objek glass yang lain hingga rata, lalu amati homogenitasnya secara visual.

3.2.3. pH

Alat : pH meter

Merk : Metrohm

Type : 691 Swiss

Prosedur :

− Ditimbang seksama sejumlah tertentu massa krim betametason,

dimasukkan kedalam gelas beker.

− Ditambahkan 30 ml akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut.

− Diukur pH-nya dengan pH meter yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam larutan tersebut kemudian dilihat pada LCD display sampai tanda “drift” pada layar hilang dan dicatat hasilnya.

3.2.4. Stabilitas

Pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan secara visual.

3.2.5. Keseragaman sediaan

Alat : Digital Analytical Balance


(23)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Type : AC 2118

Prosedur :

− Dihubungkan steaker alat dengan stop kontak

− Dihidupkan alat dengan menekan tombol

− Dibuka kaca penutup timbangan, didalamnya diletakkan piringan

timbangan

− Ditekan “Tare” untuk menolkan

− Ditimbang 10 tube kosong, kemudian tube tersebut ditimbang satu persatu

− Ditimbang 10 tube yang bersisi krim betametason, kemudian tube tersebut ditimbang satu persatu

− Dihitung bobot rata – rata isi tube ( berat netto)

3.2.6. Simpangan baku relatif

Simpangan baku relatif dihitung dengan rumus :

√a : 3,16 : rata – rata netto x 100 % Keterangan : a =

3.2.7. Kadar zat aktif

jumlah ( berat netto tiap tube – rata-rata netto )2 n – 1

n = jumlah tube

perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 26 – 28.

Prosedur :

− Fase gerak : Asetonitril – akuabides (600 ml : 1ml)

− Pelarut : Metanol – asam asetat glasial (1000 ml : 1ml)


(24)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

− Standard betametason valerat ditimbang ± 1 mg, dilarutkan dengan pelarut.

− Dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, lalu diadkan dengan pelarut sampai garis tanda.

− Dikocok hingga larut

− Dipipet 5 ml

− Ditambahkan 10 ml fase gerak

− Dihomogenkan kembali

− Disaring dengan filter 0,45 ηm

3.2.7.2.Pembuatan larutan uji :

− Sampel betametason valerat ditimbang ± 1 gr, dilarutkan dengan pelarut.

− Dimasukkan dalam labu ukur 50 ml lalu diadkan dengan pelarut sampai garis tanda.

− Dikocok hingga larut atau dihomogenkan

− Direndam dengan air dan dipanaskan sampai suhu 60o C selama ± 10 menit

− Didinginkan pada suhu kamar

− Direndam dalam es hingga es mencair ( ± 10 menit )

− Disentifuge selama 30 menit

− Dipipet 5 ml

− Ditambahkan 10 ml fase gerak

− Disaring dengan filter 0,45 ηm.


(25)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Disuntikan sejumlah volume yang sama ( 10 ηm ) larutan baku dan larutan uji kedalam injection port. Diukur respon puncak utama. Dihitung kadar sampel

betametason dengan rumus : C = (

Rs Ru

)

Dimana : C = kadar betametason valerat BPFI ( % ) Ru = respon puncak sampel betametason valerat Rs = respon puncak standard betametason valerat


(26)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Hasil

Dari evaluasi terhadap mutu krim betametason 0,1 % diperoleh data – data sebagai berikut :

Awal pengisian krim

No Evalusai mutu Syarat

Hasil

A B

1. Pemerian Krim lunak dan

halus, berwarna putih dalam tube

khusus 5 gram

Krim lunak dan halus, berwarna putih dalam tube

khusus 5 gram

Krim lunak dan halus, berwarna putih dalam tube

khusus 5 gram

2. Homogenitas Homogen Homogen Homogen

3. Stabilitas krim Tidak memisah Tidak memisah Tidak memisah

4. pH 6,41 – 7,40 6,87 6,72

5. Penetapan kadar zat aktif

90,0 – 110,0 % 104,47 % 103,83 %

6. Kesaragaman bobot Rata – rata netto = 5,00 – 5,17 gram

5,03 gram 5,05 gram


(27)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

relatif

4.1.2. Pembahasan

Evaluasi mutu betametason krim 0,1 % dilakukan terhadap dua batch yaitu

batch 028079T (A) dan 028080T (B). Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa mutu betametason krim 0,1 % produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Pemerian untuk krim betametason yaitu krim lunak, halus dan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Untuk homogenitas dan stabilitas juga sesuai dengan persyaratan yaitu homogen dan tidak memisah.

Nilai pH pada batch A 6,87 dan pada batch B 6,72. perbedaan diantara keduanya mungkin dikarenakan penimbangan masing – masing sampel, yang tidak tepat sama ± 3 gram dan perbedaan homogenitas. Tetapi, walaupun demikian krim betametason yang diproduksi masih memenuhi persyaratan yaitu berada pada rentang nilai 6,41 – 7,40.

Keseragaman bobot dan simpangan baku relatif hasilnya juga berbeda antara kedua batch. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan bobot tube kosong yaitu tidak tepat sama ± 2 gram dan bobot betametason dalam tube tidak tepat ± 5 gram. Walaupun demikian bobot krim betametason dalam tube memenuhi persyaratan yang ditetapkan PT. Kimia Farma (Perseo) Tbk. Yaitu 5,00 – 5,17 gram dan simpangan baku relatif maksimal 3 %.


(28)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Perbedaan kadar dari kedua sampel yang diperiksa diantaranya 104,47 % (batch A) dan 103,83 % (batch B). perbedaan ini disebabkan karena masing – masing sampel yang ditimbang tidak tepat sama yaitu ± 1 gram. Hal ini menyebabkan puncak pada kromatogram beragam, berbeda satu sama lain. Sehingga dalam perhitungan akan diperoleh kadar yang berbeda pula. Perbedaan kadar juga dapat disebabkan karena sampel yang digunakan tidak tercampur homogen. Bila sampel yang digunakan homogen, maka dalam pemeriksaan akan memberikan kromatogram yang bagus ( puncak tidak bercabang / tidak tumpang tindih ).

Dari kedua batch betametason krim 0,1 % produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang dilakukan secara KCKT didapatkan bahwa krim betametason tersebut memenuhi persyaratan kadar sesuai dengan yang tercantum pada persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu 90,00 % - 110,00 %.


(29)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi terhadap mutu krim betametason 0,1 % produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan, diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV mulai dari pemerian, homogenitas, pH, stabilitas, kadar zat aktif, keseragaman kandungan, simpangan baku relatif dan penandaan.

5.2. Saran

Diharapkan kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan agar tetap menjaga mutu hasil produksinya.


(30)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., 1994, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ( Hal. 113, 125, 126, 132 )

Anief, Moh., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. ( Hal. 513, 516 )

Anief, Moh., 1999, Ilmi Meracik Obat, Cetakan ke – 7, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ( Hal. 28, 71 – 73 )

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Untuk Sediaan Farmasi, Edisi ke – 4, Universitas Indonesia Press, Jakarta. ( Hal. 513 – 516 )

Dirjen POM Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi ke – 4, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. ( Hal. 143, 999, 1004, 1009 – 1010, 1039 ) Gritter, R. J., dkk, 1991, Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung. (

Hal. 186 – 288 )

Johnson, E. L., dan Stevenson, R., 1991, Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,

Penerbit ITB, Bandung. ( Hal. 4 – 9 )

Lachman, Leon dkk, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ke – 3, University Indonesia Press, Jakarta. ( Hal. 1092, 1514, 1603, 1675 )


(31)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Munson, J. W., 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa B, Airlangga University Press, Surabaya. ( Hal. 14, 26, 31 )

Sartono, 1996, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib Apotek,

Edisi kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ( Hal. 88, 89, 94 )

Schunack., W., 1990, Senyawa Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ( Hal. 513 – 515 )

Widjajanti, N., 1988, Obat – Obatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. ( Hal. 83 – 96 ) Widodo, Rahayu, S.Si., Apt., 2004, Paduan Keluarga Memilih dan Menggunakan


(32)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 1. Data keseragaman sediaan dan perhitungan simpangan baku relatif

Batch A

No

Bobot Tube Kosong

( A )

Bobot tube kosong + isi

( B )

B – A ( C )

( D – C )2

1. 2,1644 7,1817 5,02 1

2. 2,0547 7,0812 5,05 4

3. 2,2040 7,2246 5,02 1

4. 2,1941 7,2240 5,03 0

5. 2,1871 7,2011 5,02 1

6. 2,1442 7,1740 5,03 0

7. 2,1373 7,1742 5,04 1

8. 2,1440 7,1840 5,04 1

9. 2,1844 7,2018 5,02 1

10. 2,1842 7,2117 5,03

50,3 g : 10

0 10 : 9


(33)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

A. Keseragaman sediaan

a. Persyaratan : Bobot Rata – rata netto 5,00 – 5,17 g b. Hasil : Berat netto Rata – rata 5,03 g

c. Kesimpulan : Memenuhi syarat B. Simpangana baku relatif

a. Persyaratan : Simpangan baku relatif maksimum 3 %

b. Hasil : Simpangan baku = √1,11 : 3,16 : 503 x 100 % = 0,06 % c. Kesimpulan : Memenuhi Syarat.

Batch B

No

Bobot Tube Kosong

( A )

Bobot tube kosong + isi

( B )

B – A ( C )

( D – C )2

1. 2,1048 7,1340 5,03 0

2. 2,1432 7,1724 5,03 0

3. 2,1943 7,2116 5,02 1

4. 2,1621 7,1832 5,02 1

5. 2,1587 7,1015 5,05 4

6. 2,1141 7,1344 5,02 1

7. 2,1630 7,2112 5,05 4

8. 2,1632 7,1923 5,03 0

9. 2,1417 7,1918 5,05 4

10. 2,1115 7,1623 5,05

50,35 g : 10

4 19 : 9


(34)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

A. Keseragaman sediaan

d. Persyaratan : Bobot Rata – rata netto 5,00 – 5,17 g e. Hasil : Berat netto Rata – rata 5,03 g

f. Kesimpulan : Memenuhi syarat

B. Simpangana baku relatif

d. Persyaratan : Simpangan baku relatif maksimum 3 %

e. Hasil : Simpangan baku = √2,11 : 3,16 : 503 x 100 % = 0,09 % f. Kesimpulan : Memenuhi Syarat.

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Betametason secara KCKT

Batch A

Ru = 2165011

Rs = 2082946

Kadar BPFI = 100,41 %

Kadar = (

Rs Ru

) x Kadar BPFI

= (

2080946 2165011

) x 100,41 %

= 104,47 %

Batch B

Ru = 2151788

Rs = 2080946


(35)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Kadar = (

Rs Ru

) x Kadar BPFI

= (

2080946 2151788

) x 103,83 %

= 103,83 %

Kadar krim betametason 0,1 % produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Memenuhi syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV yang tidak kurang dari 90,00 % dan tidak lebih dari 110,00 %.


(36)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Alat : High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Alat : pH Meter Alat : Digital Analytical Balance

Merk : Methrom Merk : Sartorius


(1)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Munson, J. W., 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa B, Airlangga University Press, Surabaya. ( Hal. 14, 26, 31 )

Sartono, 1996, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib Apotek,

Edisi kedua, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ( Hal. 88, 89, 94 )

Schunack., W., 1990, Senyawa Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. ( Hal. 513 – 515 )

Widjajanti, N., 1988, Obat – Obatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. ( Hal. 83 – 96 ) Widodo, Rahayu, S.Si., Apt., 2004, Paduan Keluarga Memilih dan Menggunakan


(2)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 1. Data keseragaman sediaan dan perhitungan simpangan baku relatif

Batch A

No

Bobot Tube Kosong

( A )

Bobot tube kosong + isi

( B )

B – A ( C )

( D – C )2

1. 2,1644 7,1817 5,02 1

2. 2,0547 7,0812 5,05 4

3. 2,2040 7,2246 5,02 1

4. 2,1941 7,2240 5,03 0

5. 2,1871 7,2011 5,02 1

6. 2,1442 7,1740 5,03 0

7. 2,1373 7,1742 5,04 1

8. 2,1440 7,1840 5,04 1

9. 2,1844 7,2018 5,02 1

10. 2,1842 7,2117 5,03

50,3 g : 10

0 10 : 9


(3)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

A. Keseragaman sediaan

a. Persyaratan : Bobot Rata – rata netto 5,00 – 5,17 g b. Hasil : Berat netto Rata – rata 5,03 g

c. Kesimpulan : Memenuhi syarat B. Simpangana baku relatif

a. Persyaratan : Simpangan baku relatif maksimum 3 %

b. Hasil : Simpangan baku = √1,11 : 3,16 : 503 x 100 % = 0,06 % c. Kesimpulan : Memenuhi Syarat.

Batch B

No

Bobot Tube Kosong

( A )

Bobot tube kosong + isi

( B )

B – A ( C )

( D – C )2

1. 2,1048 7,1340 5,03 0

2. 2,1432 7,1724 5,03 0

3. 2,1943 7,2116 5,02 1

4. 2,1621 7,1832 5,02 1

5. 2,1587 7,1015 5,05 4

6. 2,1141 7,1344 5,02 1

7. 2,1630 7,2112 5,05 4

8. 2,1632 7,1923 5,03 0

9. 2,1417 7,1918 5,05 4

10. 2,1115 7,1623 5,05

50,35 g : 10

4 19 : 9


(4)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

A. Keseragaman sediaan

d. Persyaratan : Bobot Rata – rata netto 5,00 – 5,17 g e. Hasil : Berat netto Rata – rata 5,03 g

f. Kesimpulan : Memenuhi syarat

B. Simpangana baku relatif

d. Persyaratan : Simpangan baku relatif maksimum 3 %

e. Hasil : Simpangan baku = √2,11 : 3,16 : 503 x 100 % = 0,09 % f. Kesimpulan : Memenuhi Syarat.

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Betametason secara KCKT

Batch A

Ru = 2165011

Rs = 2082946

Kadar BPFI = 100,41 %

Kadar = (

Rs Ru

) x Kadar BPFI

= (

2080946 2165011

) x 100,41 %

= 104,47 %

Batch B

Ru = 2151788

Rs = 2080946


(5)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Kadar = (

Rs Ru

) x Kadar BPFI

= (

2080946 2151788

) x 103,83 %

= 103,83 %

Kadar krim betametason 0,1 % produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Memenuhi syarat seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV yang tidak kurang dari 90,00 % dan tidak lebih dari 110,00 %.


(6)

Muharni Saputri : Evaluasi Mutu Krim Betametason 0,1 % Produksi PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk, 2008. USU Repository © 2009

Alat : High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Alat : pH Meter Alat : Digital Analytical Balance

Merk : Methrom Merk : Sartorius