MENJADI PEMBICARA YANG HANDAL dalam

MENJADI PEMBICARA YANG HANDAL

DI SUSUN OLEH :
AFANDRA YUNUZA 12711037
ILMU KOMUMIKASI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Seseorang harus memahami kepribadiannya sebelum menciptakan sebuah komunikasi.
Memang sangat sulit untuk berkepribadian seperti yang kita inginkan, dalam hal ini ingin
menjadi orang yang selalu siap tampil berbicara di depan banyak orang. Akan tetapi, hal
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Hal ini seiring dengan pendapat Andrew
McCarty, Ph. D dalam bukunya yang berjudul Berpikir Positif (2007), bahwa berpikir
positif dan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri merupakan hal yang
sangat penting dan mendasar untuk memperbaiki kepribadian.
Komunikator yang baik yaitu apabila ia berkomunikasi sesuai dengan motivasi dari dalam
dirinya. Yakni motivasi untuk memberikan pengetahuan baru bagi pendengarnya. Artinya,

motivasi akan menjadi lebih penting dibandingkan umur, jabatan, status keuangan, ras,
agama, pendidikan, jenis kelamin, dan berbagi unsur lainnya saat berkomunikasi. Namun,
permasalahannya yaitu tidak semua orang mampu berbicara dengan baik dan benar di depan
banyak orang. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman saya dan sebagian teman saya, bahwa
untuk berbicara di depan banyak orang terdapat beberapa halangan yang terkadang tidak bisa
diidentifikasikan alasannya. Oleh karena itu, saya tertarik untuk membahas masalah ini
sebagai bahan penulisan laporan kali ini.
Setiap orang pasti merasa tidak percaya diri (grogi) untuk berbicara di depan umum.
Akibatnya, muncullah suatu persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaking haruslah
memiliki kemampuan mendasar yang dinamakan softskill. Akan tetapi, masih banyak
pulapublic speaking ternama yang berkata bahwa dirinya selalu mengalami grogi sesaat
sebelum berbicara di depan para calon pendengarnya. Artinya, keterbatasan softskillbukanlah
alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang banyak.
Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang mempersiapkan dirinya
untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang saya alami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan
disampaikan. Seorang pembicara selalu berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap
pendapat dan materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung
merasa rendah diri terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan dirinya
dengan tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan dari calon pendengar

yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan menyebabkan depresi. Maka dari itu,
dibutuhkanlah sebuah kekuatan dari dalam diri individu untuk selalu berpikir positif. Potensipotensi yang ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.
1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, pembahasan makalah ini akan difokuskan pada pentingnya
pemahaman motivasi berkomunikasi dan pentingnya persiapan diri bagi setiap orang sebelum
berbicara di depan banyak pendengar. Untuk itu dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan public speaking dan urgensinya bagi kehidupan ?

2. Bagaimana membangkitan rasa percaya diri untuk menjadipublic speaking ?
3. Bagaimana strategi dan persiapan yang baik ketika berbicara di depan banyak
pendengar ?
4. Bagaimana berkomunikasi yang efektif terkait pemahaman tentang teknik-teknik
yang benar untuk menjadi public speaking?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan tulisan ini antara lain, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian public speaking dan pentingnya kemampuan tersebut
seiring perkembangan kehidupan.

2. Untuk membantu mengurangi rasa takut agar tampil percaya diri di depan banyak
orang.
3. Untuk mengetahui strategi dan persiapan yang baik agar tampil dengan yakin di
depan banyak orang.
4. Untuk menambah pengetahuan tentang pemahaman teknik-teknik menjadi public
speaking dengan komunikasi efektif.
1.4

Manfaat

Penyusunan tulisan ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk berbagai pihak.
Adapun manfaat yang dapat saya rumuskan untuk masing-masing pihak dengan adanya
tulisan ini antara lain, yaitu:
1. Manfaat Ilmiah bagi lingkungan akdemis
Kalangan akademis dapat memanfaatkan laporan ini sebagai panduan ringkas metodologi
menjadi seorang public speaking. Selain itu, dapat pula dijadikan tolak ukur atau pun
evaluasi mengenai teknik-teknik berbicara efektif yang selama ini telah dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar.
1. Manfaat Praktis bagi penunjang penelitian dan kebijaksanaan
Laporan ini dapat menjadi gambaran bahwa kalangan mahasiswa juga belum tentu

mempunyai kesadaran kritis dan keberanian untuk selalu siap sedia menjadi pusat perhatian
banyak orang. Hal ini sehubungan dengan stereotip bahwa mahasiswa adalah kaum terpelajar
dan terdidik.
1. Manfaat Sosial bagi masyarakat umum
Bagi para pembaca pada umumnya, laporan ini dapat dijadikan sebuah referensi pendukung
dalam rangka membekali diri menjadi seorangpublic speaking. Selain itu, juga dapat
dijadikan sebagai informasi mengenai kegiatan dan pengalaman yang umumnya dialami oleh
kalangan mahasiswa ketika mengahadapi banyak pendengar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Public speaking dan urgensinya
Komunikasi di depan umum sangatlah penting bagi generasi muda saat ini, karena dengan
berlatih untuk berbicara di depan umum dapat menguji keberanian untuk menyampaikan ideide, pengetahuan, dan pengalaman kepada orang banyak. Akan tetapi dimanakah kita dapat
menjumpai kelompok-kelompok anak muda yang melatih diri, menyiapkan diri, untuk cakap
dan terampil berbicara di dapan umum?
Padahal di negara kita, yang merdeka, damai, dan berbudaya dan haus akan ilmu pengetahuan
dan teknologi ini, tuntutan agar kita cakap berbiacara secara efektif di depan publik sangatlah
besar.

Inilah salah satu obsesi penulis, bagaimana membantu generasi penerus ini supaya terampil
berkomunikasi langsung di depan publik. Kecakapan ini lebih menjamin terciptanya
masyarakat yang saling menghargai, saling memahami, dan bersama-sama menuju
kepembangunan nasional.
Beberapa pengertian mengenai public speaking adalah sebagai berikut:


cara berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pandapat, gagasan, parasaan, dan
keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang di sebut kata-kata (Tarigan, 1981:8)

ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang (Powers, 1954:5-6)

Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam
rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman,
cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik.
Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang
diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk
menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya
secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik

mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota
tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan
pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.

Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum
adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta
kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh
seorang pembicara , yaitu :
1) Percaya Diri
Salah satu faktor utama yang wajib pertama kali dimiliki oleh pembicara. Jika seorang
pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan
yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau
takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai
presentasinya. Rasa percaya diri ini dapat dilatih perlahan dengan mulai berlatih berbicara
dihadapan forum-2 kecil dengan tema pembicaraan ringan dan santai.
2) Kejelasan Suara
Gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup
sedang-2 saja dan jangan menggunakan istilah-2 yang sulit dimengerti oleh audien karena
tingkat pengetahuan dari masing-2 audien tidak sama. Penggunaan istilah-2 umum mungkin

akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
3) Ekspresi/Gerak Mimik
Seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan
ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih
semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat
kebosanan melihat cara berbicara kita. Sebagai contoh, misalnya kita berbicara mengenai
kepahlawan para pejuang tempo dulu didalam acara HUT RI maka tentu saja ekspresi
semangat berkobar-2 harus kita tunjukkan didepan umum tanpa mengurangi penyampaian
makna pembicaraan.
4) Kelancaran Komunikasi
Agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan
haruslah lancar dan terunut dengan baik. Berbicara dengan tersendat-sendat atau terputusputus karena adanya gangguan faktor lain (mis: HP berdering terus) dapat mengurangi
antusias audien sehingga menimbulkan kejengkelan yang dapat merugikan pembicara itu
sendiri.
Kiat-kiat berbicara di depan umum
Ibarat sebuah masakan mempunyai sebuah resep maka agar dapat berbicara sukses didepan
umum juga mempunyai kiat-kiat yang patut dicoba, yaitu :
a) Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat
menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
b) Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap

pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan
pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara
menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.

c) Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar
tidak terjadi salah komunikasi.
d) Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang
sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media
tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
e) Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme
audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
f) Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompatlompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak
tentu arahnya.
g) Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara
menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte
audien.
Siap Sebelum Bicara
Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana,
kapan, apa dan bagaimana.
Mengapa: Menetapkan Sasaran

Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan
sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah
pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada
umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya
presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.
Siapa: Pendengar
Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan
disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan
kepada pendengar yang tepat.
Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
1. Berapa banyak orang yang hadir?
2. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
4. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
5. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan
dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :
1. Melakukan praktek

Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik
untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang
pendengar.
2. Mempelajari sarana yang tersedia
Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan

tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
3. Meneliti gangguan yang mungkin timbul
Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan
dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat. 4.
Tata letak tempat duduk
Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan
sasaran pembicaraan.
Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan
manajemen waktu.
1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi
Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang
sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat
pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.

2. Berapa lama waktu yang digunakan
Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau
waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih
dulu.
3. Masalah konsentrasi
Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila
mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak
berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal
pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini
beberapa saran dalam pemilihan bahan:
1. Menyusun dan memilih bahan
Susunlah pokok-pokok pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak
pokok-pokok yang akan disampaikan.
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran pembicaraan, waktu yang tersedia,
pendengar, mana bahan yang harus diberikan dan bahan yang tidak perlu diberikan.
2. Gunakan contoh
Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang benarbenar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan.
3. Membuka dan menutup pembicaraan
Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat menimbulkan minat pendengar,
dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat menjelaskan garis besar dan sasaran
pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan, Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang
telah dibicarakan.
4. Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah
membuat catatan tertulis dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang
dituliskan dalam kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk
membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu.
Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan
dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru
penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase

kontribusi sebagai berikut :
7%: penggunaan kata
38%: penggunaan nada dan suara
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
1. Pemilihan kata
Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga
penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan
masalah.
2. Teknik penyampaian berita
Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain:
- Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat.
- Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima.
- Bicara dengan jelas dan teratur.
- Bicara dengan volume memadai.
3. Bahasa tubuh
Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan
justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara
berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca
catatan.
Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
1. Tatap mata pendengar
Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan,
tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas
apa yang Anda sampaikan.
2. Senyum
Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.
3. Hindari membuat jarak
Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang
pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau
di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar.
4. Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku
Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan.
5. Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian
Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada
untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga
mengulang kata-kata yang sama.
6. Berusahalah sewajar mungkin
Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara
yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga
pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan,

apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara
lain:
1. Partisipasi sidang pendengar
Metode diskusi kelompok, dengan cara membagi pendengar menjadi kelompok-kelompok
kecil dan kemudian setiap kelompok kecil diberi tugas, pertanyaan, atau kuis kemudian
diminta mempresentasikan jawabannya di depan pendengar yang lain akan meningkatkan
partisipasi pendengar dan menghidupkan suasana.
2. Sesi untuk tanya jawab
Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dapat menguji apakah
materi sudah dapat ditangkap dengan baik oleh pendengar.
3. Antusiasme
Tunjukkan antusiasme pembicara sewaktu menyampaikan materi.
4. Situasi yang menyenangkan
Ciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak menegangkan/mengancam.
5. Pendengar yang ‘sulit’
Tidak seluruh pendengar adalah pendengar yang kooperatif dan positif, mungkin saja ada
peserta yang ‘sulit’. Sebaiknya, jangan menimbulkan pertentangan langsung dengan peserta
tersebut atau mempermalukannya di depan peserta lain.
6. Gunakan alat bantu
Alat bantu dapat mendukung pembicara dalam menyampaikan gagasan atau berita.
Hambatan dalam komunikasi di depan umum
a) Tipe kelinci
Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu
menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya.
Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan
diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.
b) Belum terbiasa
Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri
tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan
membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.
c) Kurang persiapan
Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil
optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh
penampilannya akan berhasil.
d) Kondisi tidak sehat
Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan
tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang
pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara
utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.

e) Motivasi tidak kuat
Berkali-kali tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi
tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas. Berhasil atau
tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan. Seorang pembicara memerlukan
motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara,
namun tidak semua motivasi itu kuat. Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik
perhatian, mencari nama, memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan
motivasi yang sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta
kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan
bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.
f) Menyia-nyiakan kan bakat khusus
Tidak melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu
keberhasilan bagi orang tersebut.
Berbicara di depan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam
rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman,
cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik.
Banyak hal-hal yang harus diperhatikan sebelum berbicara di depan umum, agar apa yang
disampaikan bisa optimal selain itu juga kita akan di hadapi hambatan-hambatan yang akan
mengganggu dalam proses komunikasi di depan umum. Oleh sebab itu sangatlah perlu
persiapan ketika berbicara di depan umum.
Kita tidak perlu takut ketika berbicara di depan umum, karena itu tergantung dari diri kita
sendiri. Mencoba untuk tampil dan selalu berlatih akan membantu kita untuk tidak merasa
rendah diri ketika berhadapan dengan orang banyak. Selain itu kepercayaan diri juga sangat
perlu. Biasakan diri untuk menyampaikan pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide di depan
umum. Karena tidak hanya bakat yang menentukan tetapi kemauan untuk mencoba dan
berlatih
Banyak tokoh yang terkenal dan menorehkan sejarah dunia, bukan karena kekayaan atau
jabatannya, melainkan karena kemampuan mereka dalam hal menginspirasi jutaan orang.
Kemampuan inilah yang dinamakan dengan public speaking. Mengikuti perkembangan
zaman, kemampuan ini mungkin tidak dapat membuat kita melakukan hal yang sama seperti
tokoh-tokoh terdahulu. Akan tetapi, hampir dipastikan kemampuan ini mampu membawa kita
memperoleh kesuksesan di berbagai bidang.
Di Indonesia sendiri, masyarakat cenderung menghargai dan menerima seseorang yang
mampu menyampaikan ide-idenya dalam bahasa yang dimengerti oleh publik. Hal ini
membuktikan bahwa kemampuan komunikasi, khususnya public speaking, menjadi
kemampuan yang mutlak harus dimiliki setiap individu agar mampu bersaing di zaman yang
semakin dinamis.
Tujuan public speaking tidak terlepas dari tujuan komunikasi, yaitu menyampaikan pesan
atau ide kepada publik dengan metode yang sesuai sehingga publik bisa memahami pesan
atau ide, dan kemudian memperoleh manfaat dari pesan tersebut. Sehubungan dengan ini
seorang public speaker pun dituntut untuk mampu memilih metode yang tepat untuk
menyampaikan pesannya.

Metode public speaking[1] yang dimaksud dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Impromptu speech, artinya seseorang untuk menyampaikan gagasannya tidak
melakukan banyak persiapan. Dengan kata lain seorang public speaking bekerja
secara mendadak.
2. Manuscript speech, artinya seseorang dapat melihat naskah saat menyampaikan
gagasannya. Dalam hal ini saya sertakan contoh naskah yang dapat dibaca oleh
seorang perwakilan mahasisawa dalam penerimaan dan perpisahan mahasiswa KKP.
(Lampiran 1 dan Lampiran 2)
3. Extemporaneous speech, artinya seseorang tanpa menggunakan naskah dapat
menyampaikan gagasannya dengan lebih informatif dan komunikatif. Dalam hal ini
pembicara bebas berimprovisasi.
Selain itu, untuk menjadi seorang public speaker yang baik harus mempuyai kepercayaan diri
yang tinggi, persiapan yang optimal, penguasaan kata-kata yang baik, kontak mata dan gerak
tubuh yang baik, dan kemampuan mengendalikan audiens.
2.2. Faktor percaya diri public speaking
Orang yang rendah diri atau depresif ialah mereka yang tidak pernah mencoba menunjukkan
potensi yang ia miliki. Akibatnya, rasa percaya diri tetap terkalahkan oleh rasa takut dan rasa
gugup yang selalu membayangi pikirannya sebelum bertindak. Perlu disadari bahwa
ketakutan itu perlahan-lahan akan hilang apabila kita sering mencoba melakukan hal yang
kita takutkan, lalu membuat kesalahan, dan kemudian dengan cermat mengambil pelajaran
dari setiap pengalaman yang didapatkan. Seperti yang dinyatakan oleh Dale Carnegle, 2006,
bahwa cara tercepat dan terbaik untuk mengalahkan rasa takut adalah dengan melakukan apa
yang kita takutkan.
Sedangkan pendapat lain yang mungkin dapat mempentuk pola berpikir positif [2] dapat
diperhatikan melalui pernyataan berikut:
“Penelitian membuktikan bahwa orang yang menyesuaikan antara citra diri [3]dan ideal diri
mereka cenderung secara sosial bersikap tenang, percaya diri, dan cerdik. Sebaliknya orang
yang kurang menyesuaikan diri cenderung menjadi depresi, cemas, gelisah, dan kurang
mampu dalam keterampilan sosial.” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007).
“Hampir 98% orang yang tidak menderita depresi ialah mereka yang berpikir dengan
prasangka positif,” (Andrew McCarty, Ph. D, 2007). Maka dari itu, untuk mempertinggi
penghargaan diri kita, kita harus berusaha berpikir positif tentang diri kita. Kita harus percaya
bahwa kita mempunyai pemikiran positif dalam diri kita.
Tabel 1. Persentase Hal yang Ditakuti Oleh 3000 Orang Amerika Berdasarkan Hasil Survei
The People’s Almanact Book of Lists
No

Hal yang ditakuti

Jumlah (jiwa)

1

Berbicara di depan kelompok 630

21

2

Ketinggian

17

510

Persentase (%)

3

Serangga dan hama

360

12

4

Masalah keuangan

360

12

5

Air yang dalam

360

12

6

Penyakit

270

9

7

Kematian

270

9

8

Terbang

240

8

3000

100

Total

Sumber: General Public Speaking, Public Speaking School, 2006
Melalui tabel tersebut diperoleh data bahwa sebagian besar orang justru lebih takut ketika
akan menghadapi orang banyak. Untuk mengatasinya, kita harus menemukan karakter sejati
diri kita. Karakter sejati ialah kepribadian diri yang telah diarahkan kepada kepribadian yang
diinginkan. Jika telah terbentuk karakter sejati, maka seseorang akan terlepas dari ketakutan
dan rasa gugup. Seorang tokoh, Dale Carnegle, berpendapat bahwa cara tercepat dan terbaik
untuk mengalahkan rasa takut adalah dengan melakukan apa yang kita takutkan.
Selain itu, rasa takut dan gugup dapat diminimalkan dengan melakukan beberapa pendekatan,
yaitu: a) pendekatan rasional, artinya berpikir untuk tidak menjadi seorang penakut dan
menguatkan motivasi[4]komunikasinya saat berbicara, b) pendekatan fisik, yakni dengan
melakukan relaksasi dan mendatangkan rasa sakit sementara yang dimaksudkan untuk
mengalihkan rasa sakit itu sendiri, c) pendekatan mental, yang dapat dilakukan dengan
memvisualisasikan audiens dan berbicara pada diri sendiri untuk meyakinkan diri sebelum
tampil, d) tindakan praktis, yakni dengan membuat persiapan yang optimal dan bertindak
seolah-olah berani saat berbicara.
2.3. Strategi dan persiapan yang baik sebelum berbicara di depan publik
Tugas seorang public speaker adalah menyampaikan ide kepada audiens dan ide tersebut
berpotensi untuk mempengaruhi tindakan audiens. Untuk itu, sangat diperlukan persiapan
yang optimal sebelum melakukan presentasi di depan audiens. Saya merangkum strategi dan
persiapan tersebut dalam lima hal, yaitu:
1. Pengenalan Audiens
Pengenalan audiens dapat membekali kita dalam memilih bahan, menyusun, dan
menyajikannya dengan strategi yang tepat. Hal ini dikarenakan pengetahuan kita tentang
publik akan menjadi konkret.
Untuk mengenali calon audiens, terdapat hal-ha umum dan khusus yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1. Hal umum
Jumlah audiens, rentang usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, sosial-politikekonomi, dan adat budaya.

1. Hal khusus
-

Perhatikan motivasi kedatangan audiens

-

Perhatikan tingkat pengetahuan auidens

-

Perhatikan kemungkinan reaksi atau sikap audiens
1. Pengorganisasian Materi

Semakin banyak informasi yang dapatkan maka akan semakin baik persiapan materinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
-

Mengetahui informasi yang dibutuhkan

-

Mengetahui sumber informasi

-

Memilih beberapa informasi dari beberapa kumpulan yang telah didapatkan

-

Menyusun struktur materi
1. Pengenalan Tempat

Seorang pembicara yang baik akan mengenali terlebih dahulu medan dimana ia akan
berbicara. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Hadir sekurang-kurangnya satu jam sebelum acara dimulai untuk melihat kondisi fisik
secara keseluruhan
-

Pastikan posisi saat akan berbicara

-

Perhatikan outdoor atau indoor

-

Perhatikan syarat kebutuhan anda untuk berbicara, seperti kelengkapan audio visual
1. Penampilan Fisik

Audiens cenderung akan memberikan penilaian ketika mendapat kesan pertama yang
diberikan oleh pembicara. Maka dari itu, banyak hal yang harus diperhatikan secara mendetil,
antara lain:
-

Kerapian, kebersihan, dan kesesuaian pakaian

-

Kenampakan fisik saat tampil, seperti



Berdiri santai tetapi tegap



Kaki harus rapi dan terlihat sopan



Keadaan tangan santai dan dapat melakukan gerakan yang seproporsional mungkin

Wajah terlihat meyakinkan tetapi tidak tegang



2.4. Komunikasi efektif dan teknik-teknik public speaking
2.4.1. Dasar-dasar berbicara efektif
Berbiara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan
yang mudah dicerna atau dimengerti oleh pendengarnya. Pada dasarnya, berbicara efektif
pada kesempatan apapun terdiri dari tiga unsur poko, yakni pembukaan, isi atau inti
permasalahan, dan penutup.
2.4.1.1. Pembukaan
-

Misi

-

Acara: serius, resmi, tidak sama sekali

-

Lawan Bicara: kelompok atau perorangan

-

Suasana: gembira, santai, sedih

2.4.1.2. Isi atau inti pembicaraan
Lengkap, singkat, sistematis, ada selingan, dibantu alat audio visual, diskusi dan tanya jawab.
2.4.1.3. Penutup
Cukup 3-5 menit dan diakhiri dengan kesimpulan inti.
2.4.2. Teknik-teknik public speaking
Untuk menjadi pembicara yang menarik dan dapat memberikan pengaruh bagi pendengar,
diperlukan teknik-teknik public speaking,antara lain:
2.4.2.1. Teknik Ice Breaking
-

Pembukaan yang menarik

Pembukaan adalah impresi pertam, artinya hal itu dapat mempengaruhi pandangan audiens
terhadap public speaker selama presentasi. Sesingkat apapun waktu untuk melakukan
presentasi, pembukaan tetaplah harus penuh kehangatan. Pembukaan dapat dilakukan dengan
sebuah ilustrasi atau cerita yang sedang marak, tetapi relevan dengan topik pembiaraan. Saat
menyampaikannya, tunjukkan wajah yang bersahabat, ramah, dan dekat.
-

Gunakan Joke

Humor kemungkinan mengandung resiko. Hal ini dikarenakan oleh sifatnya yang universal,
sedangkan selera tiap individu sanagt personal dan individual. Tetapi, meskipun mengandung
resiko humor yang baik dapat menjadi awal yang efektif untuk mencari perhatian para

pendengar. Bahan-bahan joke sangat luas, karena dapat diambil dari berbagai cerita, kasus
sehari-hari, gambar iklan, pengalaman orang lain, hasil riset, dan sebagainya.
2.4.2.2. Teknik Vokal
Penyampaian vokal yang baik didapatkan apabila seorang public speaking menguasai tiga hal
berikut:
-

Pernapasan

Posisi yang baik untuk mengontrol pernapasan adalah berdiri tegak agar memberikan ruang
yang lebih baik kepada paru-paru. Untuk berbicara di depan publik, diperlukan ruang suara
yang solid agar dapat menyampaikan kalimat yang panjang pada volume suara yang benar.
-

Volume

Keberhasilan dalam berbicara tidak selalu ditentukan oleh kerasnya suara. Volume suara
ketika berbicara di depan publik hanya sedikit lebih keras dari volume berbicara sehari-hari.
Berbicara dengan volume keras hanya diperlukan pada bagian-bagian tertentu saja.
Selebihnya, berbicara keras terlalu sering dapat menyebabkan tenggorokan rusak dan audiens
pun bosan.
-

Ekspresi vokal

Ekspresi adalah faktor penting dalam pengolahan suara. Suara yang baik akan lebih berarti
jika disertai dengan ekspresi yang tepat. Ekspresi terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a) pitch, faktor tinggi rendahnya suara, b) pace,faktor kecepatan berbicara, c) phrasing,faktor
kecakapan memenggal kalimat, dan disertai dengan jeda.
BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

Kepentingan akan kemampuan berbicara di depan publik sudah sangat mutlak. Kemampuan
ini mendasari kesuksesan setiap orang diberbagai bidang. Seorang Public speaker dengan
perannya sebagai pemberi pengaruh dan manfaat bagi para pendengar dituntut untuk tampil
meyakinkan. Semua perkataan, penampilan, dan perilakunya dapat saja menjadi inspirasi
bagi para pendengarnya. Untuk itu, unsur motivasi komunikasi harus melekat dalam diri
seorang public spekerguna menghindari kekhawatiran-kekhawatiran yang membuat ia ragu
dengan kemampuannya.
Ketenangan seorang public speaker ditentukan oleh kesempurnaan persiapannya. Kemudian
setiap proses pelaksanaanya dilakukan dengan sistematis. Maka, seorang public speaker akan
mendapatkan kesuksesan apabila ia telah berhasil menjalankan strateginya dan menerapkan
teknik-teknik berkomunikasi yang efektif. Strategi dan teknik tersebut dilaksanakan sebelum
berbicara, saat berbicara, setelah berbicara, dan selama proses pengulangan kegiatan
dikesempatan berikutnya.

3.2. Saran
1. Untuk kalangan akademis
Diharapkan mahsiswa lebih peka dengan urgensi kemampuan berbicara di depan publik.
Mahasiswa sebaiknya mendalami dengan sendirinya kemampuan komunikasi publik,
khususnya public speaking.
1. Untuk kalangan penunjang penelitian
Diharapkan sebaiknya para peneliti lebih mendalami kasus bahwa mahasiswa juga ternyata
masih sering takut saat melakukan presentasi. Sedangkan mahasiswa seharusnya dapat
berbicara dengan bekal yang telah dimilikinya. Dari kasus tersebut dapat diteliti lagi
mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan Perguruan Tinggi untuk meminimalkan
mahasiswanya yang masih sangat rentan dengan kemampuan berbicara di depan publik..
1. Untuk masyarakat umum
Masyarakat juga sebaiknya memahami pentingnya kemampuan berbicara. Hal ini dapat
mengawali keinginan mereka untuk memperoleh banyak informasi mengenai perkembangan
lingkungan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Juniarti, Elly dan Pramana. 2006. General Public Speaking. Jakarta: Public Speaking School.
Maryanto, Bambang. 2007. Contoh-contoh MC dan Pidato. Surabaya: Apolo.
McCarty, Andrew. 2007. Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif. Romlatul
Hikmah, S.Hum, penerjemah. Jakarta: Prestasi Pustakakarya. Terjemahan dari: How to
positive thinking.
Sameto, Hudoro.1996. Kiat Sukses Mengolah Komunikasi. Jakarta: Puspa Sawara.

Komunikasi di depan umum sangatlah penting bagi generasi muda saat ini, karena dengan
berlatih untuk berbicara di depan umum dapat menguji keberanian untuk menyampaikan ideide, pengetahuan, dan pengalaman kepada orang banyak. Akan tetapi dimanakah kita dapat
menjumpai kelompok-kelompok anak muda yang melatih diri, menyiapkan diri, untuk cakap
dan terampil berbicara di dapan umum?
Padahal di negara kita, yang merdeka, damai, dan berbudaya dan haus akan ilmu pengetahuan
dan teknologi ini, tuntutan agar kita cakap berbiacara secara efektif di depan publik sangatlah
besar.
Inilah salah satu obsesi penulis, bagaimana membantu generasi penerus ini supaya terampil
berkomunikasi langsung di depan publik. Kecakapan ini lebih menjamin terciptanya
masyarakat yang saling menghargai, saling memahami, dan bersama-sama menuju
kepembangunan nasional.

Beberapa pengertian mengenai public speaking adalah sebagai berikut:


cara berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pandapat, gagasan, parasaan, dan
keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang di sebut kata-kata (Tarigan, 1981:8)

ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang (Powers, 1954:5-6)

Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam
rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman,
cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik.
Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang
diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk
menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya
secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik
mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota
tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan
pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.
Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum
adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta
kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh
seorang pembicara , yaitu :
1) Percaya Diri
Salah satu faktor utama yang wajib pertama kali dimiliki oleh pembicara. Jika seorang
pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan
yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau
takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai
presentasinya. Rasa percaya diri ini dapat dilatih perlahan dengan mulai berlatih berbicara
dihadapan forum-2 kecil dengan tema pembicaraan ringan dan santai.
2) Kejelasan Suara
Gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup
sedang-2 saja dan jangan menggunakan istilah-2 yang sulit dimengerti oleh audien karena
tingkat pengetahuan dari masing-2 audien tidak sama. Penggunaan istilah-2 umum mungkin
akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
3) Ekspresi/Gerak Mimik
Seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan
ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih
semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat
kebosanan melihat cara berbicara kita. Sebagai contoh, misalnya kita berbicara mengenai

kepahlawan para pejuang tempo dulu didalam acara HUT RI maka tentu saja ekspresi
semangat berkobar-2 harus kita tunjukkan didepan umum tanpa mengurangi penyampaian
makna pembicaraan.
4) Kelancaran Komunikasi
Agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan
haruslah lancar dan terunut dengan baik. Berbicara dengan tersendat-sendat atau terputusputus karena adanya gangguan faktor lain (mis: HP berdering terus) dapat mengurangi
antusias audien sehingga menimbulkan kejengkelan yang dapat merugikan pembicara itu
sendiri.
Kiat-kiat berbicara di depan umum
Ibarat sebuah masakan mempunyai sebuah resep maka agar dapat berbicara sukses didepan
umum juga mempunyai kiat-kiat yang patut dicoba, yaitu :
a) Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat
menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
b) Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap
pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan
pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara
menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
c) Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar
tidak terjadi salah komunikasi.
d) Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang
sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media
tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
e) Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme
audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
f) Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompatlompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak
tentu arahnya.
g) Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara
menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte
audien.
Siap Sebelum Bicara
Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana,
kapan, apa dan bagaimana.
Mengapa: Menetapkan Sasaran
Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan
sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah
pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada
umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya
presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.
Siapa: Pendengar

Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan
disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan
kepada pendengar yang tepat.
Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
1. Berapa banyak orang yang hadir?
2. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
4. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
5. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan
dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :
1. Melakukan praktek
Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik
untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang
pendengar.
2. Mempelajari sarana yang tersedia
Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan
tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
3. Meneliti gangguan yang mungkin timbul
Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan
dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat. 4.
Tata letak tempat duduk
Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan
sasaran pembicaraan.
Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan
manajemen waktu.
1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi
Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang
sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat
pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
2. Berapa lama waktu yang digunakan
Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau
waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih
dulu.
3. Masalah konsentrasi
Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila
mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak
berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal
pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini
beberapa saran dalam pemilihan bahan:
1. Menyusun dan memilih bahan

Susunlah pokok-pokok pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak
pokok-pokok yang akan disampaikan.
Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran pembicaraan, waktu yang tersedia,
pendengar, mana bahan yang harus diberikan dan bahan yang tidak perlu diberikan.
2. Gunakan contoh
Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang benarbenar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan.
3. Membuka dan menutup pembicaraan
Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat menimbulkan minat pendengar,
dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat menjelaskan garis besar dan sasaran
pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan, Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang
telah dibicarakan.
4. Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah
membuat catatan tertulis dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang
dituliskan dalam kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk
membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu.
Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan
dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru
penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase
kontribusi sebagai berikut :
7%: penggunaan kata
38%: penggunaan nada dan suara
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
1. Pemilihan kata
Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga
penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan
masalah.
2. Teknik penyampaian berita
Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain:
- Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat.
- Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima.
- Bicara dengan jelas dan teratur.
- Bicara dengan volume memadai.
3. Bahasa tubuh
Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan
justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara
berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca
catatan.
Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
1. Tatap mata pendengar
Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan,
tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas
apa yang Anda sampaikan.

2. Senyum
Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.
3. Hindari membuat jarak
Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang
pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau
di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar.
4. Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku
Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan.
5. Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian
Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada
untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga
mengulang kata-kata yang sama.
6. Berusahalah sewajar mungkin
Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara
yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga
pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan,
apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara
lain:
1. Partisipasi sidang pendengar
Metode diskusi kelompok, dengan cara membagi pendengar menjadi kelompok-kelompok
kecil dan kemudian setiap kelompok kecil diberi tugas, pertanyaan, atau kuis kemudian
diminta mempresentasikan jawabannya di depan pendengar yang lain akan meningkatkan
partisipasi pendengar dan menghidupkan suasana.
2. Sesi untuk tanya jawab
Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dapat menguji apakah
materi sudah dapat ditangkap dengan baik oleh pendengar.
3. Antusiasme
Tunjukkan antusiasme pembicara sewaktu menyampaikan materi.
4. Situasi yang menyenangkan
Ciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak menegangkan/mengancam.
5. Pendengar yang ‘sulit’
Tidak seluruh pendengar adalah pendengar yang kooperatif dan positif, mungkin saja ada
peserta yang ‘sulit’. Sebaiknya, jangan menimbulkan pertentangan langsung dengan peserta
tersebut atau mempermalukannya di depan peserta lain.
6. Gunakan alat bantu
Alat bantu dapat mendukung pembicara dalam menyampaikan gagasan atau berita.
Hambatan dalam komunikasi di depan umum
a) Tipe kelinci

Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu
menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya.
Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan
diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.
b) Belum terbiasa
Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri
tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan
membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.
c) Kurang persiapan
Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil
optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh
penampilannya akan berhasil.
d) Kondisi tidak sehat
Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan
tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang
pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara
utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.
e) Motivasi tidak kuat
Berkali-kali tampil ,