PKM AI RENDAHNYA TINGKAT KESADARAN TENA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

RENDAHNYA KESADARAN TENAGA KESEHATAN DAN CALON
TENAGA KESEHATAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PERLINDUNGAN DIRI (APD)

BIDANG KEGIATAN:
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan Oleh:

Imung Hidayati

206112077/ 2012

Rusmiati

206112068/ 2012

Dian Mustika Sari

206112061/ 2012


Norma Melyana Sabila

206113046/ 2013

Sri Mulyani

206113047/ 2013

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
2014

RENDAHNYA KESADARAN TENAGA KESEHATAN DAN CALON
TENAGA KESEHATAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PERLINDUNGAN DIRI (APD)

I. Hidayati*, Rusmiati*, D. M. Sari*, N. M. Sabila*, dan S. Mulyani*

* Mahasiswa D III Kebidanan Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Correspondence: Imung Hidayati, mahasiswa praktikan Stikes Al-Irsyad AlIslamiyyah Cilacap. Jl. Cerme No.24 Cilacap Jawa Tengah Telp/Fax (0282)
532975

ABSTRAK
Pada saat ini, meskipun didunia pendidikan sudah sering digencarkan dan
diingatkan oleh para dosen untuk selalu memakai alat perlindungan diri (APD)
saat memberikan pelayanan kesehatan, namun dalam praktiknya para mahasiswa
praktikan maupun tenaga kesehatan tetap saja sering kali melupakan keselamatan
dirinya dengan melakukan perasat tanpa alat perlindungan diri. Hal ini disebabkan
karena mereka senang meremehkan hal yang kecil, dan mereka tidak pernah mau
membayangkan hal yang besar. Hal yang mungkin akan terjadi dari kemungkinan
yang sangat kecil. Selain itu, mereka senang melupakan alat perlindungan diri
(APD), karena mereka merasa tidak nyaman saat memakai APD. Sebenarnya rasa
tidak nyaman ini ditimbulkan karena salahnya mereka yang tidak mau mencoba
untuk membiasakan diri untuk selalu memakai APD. Tujuan dilakukannya
sosialisasi ini secara khusus adalah untuk meningkatkan kesadaran bagi tenaga
kesehatan maupun calon tenaga kesehatan tentang pentingnya penggunaan alat
perlindungan diri (APD) untuk setiap pemberian asuhan pelayanan kesehatan.

Metode yang digunakan dalam PKM ini adalah pengkajian dan pengamatan dalam
setiap asuhan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan Emut Kurniasih
yang berlokasi di Selakambang, Kecamatan Kali Gondang, Kabupaten
Purbalingga. Hasil dari kegiatan PKM ini, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan tentang pentingnya
proteksi diri dengan menggunakan alat perlindungan diri disetiap pemberian
asuhan pelayanan kesehatan.
Kata Kunci: Proteksi Diri dengan APD

ABSTRACT
At this time, although in the world of education has often intensified by the
lecturers and reminded to always wear personal protective equipment ( PPE )
when providing health care, but in practice practitioner students and health
professionals still frequently forget her safety by conducting maneuvers without
tools self-protection. This is because they are happy to underestimate the small
things, and they do not ever want to think about a big thing. It might happen from
a very small probability. In addition, they were happy to forget about personal
protective equipment ( PPE ), because they feel uncomfortable when wearing
PPE. Actually, the discomfort inflicted harm because they are not going to try to
get used to always wear PPE. The purpose of this socialization in particular is to

raise awareness for health professionals and prospective health workers about the
importance of using personal protective equipment ( PPE ) for each health care
delivery. The method used in this PKM is observation and observation in any
health care services provided by midwives Emut Kurniasih located in
Selakambang, District Kali Gondang, Purbalingga. The results of this PKM
activity, is expected to increase awareness of health workers and health
professionals about the importance of prospective self-protection using personal
protective equipment in every health care delivery services.
Keywords : Protect Yourself with PPE

PENDAHULUAN
Dalam menjalankan profesinya, seorang tenaga kesehatan khususnya bidan
maupun calon bidan yang sedang praktik di tempat praktik bidan, tentunya tidak
akan pernah terlepas dari kemungkinan terpaparnya infeksi berupa masuknya
bakteri maupun mikroorganisme kedalam tubuh tenaga kesehatan tersebut melalui
cairan dan darah pasien.
Seperti pengalaman yang pernah dilakukan oleh penulis saat praktik di BPM
Emut Kurniasih pada bulan Desember 2013, penulis beserta bidan yang praktik di
BPM tersebut, karena sudah terbiasa tidak begitu memperhatikan pentingnya
penggunaan alat perlindungan diri disetiap pemberian asuhan pelayanan

kebidanan, maka hampir saja virus Hepatitis B masuk kedalam tubuh penulis
beserta bidan pendamping di BPM yang penulis tempati. Pada malam itu
datanglah seorang pasien ibu bersalin yang berasal dari Desa Sinduraja diantarkan
oleh seorang dukun bayi di desa tersebut dengan riwayat Hepatitis B. Namun,
karena keteledoran penulis dan bidan yang praktik di BPM tersebut, penulis
beserta bidan tidak melihat riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien di
buku KIA-nya. Penulis beserta bidan langsung saja spontan menolong pasien
tersebut, namun alangkah terkejutnya pada saat pemantauan kala IV, saat penulis
membuka buku KIA untuk menuliskan riwayat persalinan, penulis menemukan
catatan penyakit Hepatitis di riwayat ANC-nya. Penulis langsung merasa syok
karena pada saat pemantauan kala I, penulis melakukan pemantauan tanpa
menggunakan alat perlindungan diri apapun. Padahal penularan Hepatitis bisa saja
melalui cairan yang dikeluarkan oleh pasien seperti keringat.
Dari pengalaman tersebut, penulis baru menyadari betapa rendahnya tingkat
kesadaran tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan dalam penggunaan
alat perlindungan diri disetiap pemberian asuhan pelayanan kesehatan. Harusnya,
meskipun hanya melakukan perasat yang sederhana seperti memeriksa tekanan
darah ibu, memeriksa suhu tubuh ibu, observasi kontraksi tiap 10 menit sekali,
seorang tenaga kesehatan harus tetap memakai alat perlindungan diri seperti
handscoon, clemek, dan masker. Apalagi jika seorang bidan menolong pasien

bersalin yang riwayat ANC-nya tidak ditempat pembaca tenmpati. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi silang antara tenaga kesehatan dan
pasien maupun sebalikya.
Untuk kedepannya, dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan baik itu
pelayanan di dunia kebidanan, keperawatan maupun kedokteran, penulis berharap,
penting sekali bagi tenaga kesehatan untuk mengkaji riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh pasien serta pentingnya proteksi diri dengan selalu
menggunakan alat perlindungan diri (APD) tanpa harus mengetahui apakah
penyakit yang diderita oleh pasien itu infeksius atau tidak. Sehingga, dengan
demikian keselamatan tenaga kesehatan maupun pasien yang hendak ditolonng
oleh tenaga kesehatan dapat terlindungi dan tidak terjadi infeksi silang diantara
keduaanya.

TUJUAN
Tujuan dari diadakannya PKM ini, adalah untuk meningkatkan tingkat kesadaran
tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan terhadap pentingnya
penggunaan alat perlindungan diri (APD), yang digunakan sebagai media proteksi
diri agar terhindar dari infeksi silang (cross infection) antara pasien dengan tenaga
kesehatan atau sebaliknya.


METODE
Pengabdian ini dilakukan dengan metode pengakajian dan pengamatan dari setiap
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan beserta mahasiswa praktikannya,
yang kemudian dilakukan penyuluhan di puskesmas wilayah terkait tentang
pentingnya penggunaan alat perlindungan diri (APD) bagi tenaga kesehatan
maupun calon tenaga kesehatan. Saat penyuluhan, peserta diberikan lembar kerja
pretes berupa kuesioner untuk mengetahui seberapa besar upaya proteksi diri
peserta sebelum diadakan penyuluhan. Setelah selesai penjelasan materi, peserta
diberi lembar kerja postes berupa kuesioner tentang kasus-kasus yang membuat
mereka harus memilih untuk menggunakan APD saat melakukan pelayanan
kesehatan untuk mengetahui hasil penyuluhan yang telah dilakukan.

1. Waktu
Kegiatan ini memerlukan waktu selama 4 bulan, dimana bulan pertama
digunakan untuk observasi, bulan kedua digunakan untuk pengolahan data,
bulan ketiga digunakan untuk pembuatan proposal, dan bulan keempat
digunakan untuk penyuluhan.
2. Tempat
Kegiatan PKM dilakukan di Puskesmas Kali Gondang, Kecamatan Kali

Gondang, Kabupaten Purbalingga. Sedangkan kegiatan observasi dilakukan di
BPM Emut Kurniasih, Amd.Keb yang berlokasi di desa Selakambang serta di
Puskesmas Kali Gondang.
3. Lama Observasi
Observasi dilakukan selama satu bulan penuh pada saat penulis
melaksanakan praktik lapangan.
4. Bahan alat yang digunakan
Bahan dan alat yang digunakan yaitu berupa lembar kerja kuesioner pretes
dan postes serta data yang diperoleh dari hasil pengamatan.
5. Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau
pengamatan. Lalu, data yang diambil adalah data yang bersifat kualitatif,
dimana data yang didapatkan adalah data yang berupa pernyataan bukan dalam
bentuk angka-angka. Sumber data yang diambil yaitu data internal, dimana
data yang diambil adalah data yang berasal dari lingkungan obyek yang diteliti.
Dalam program PKM ini data yang diambil yaitu data yang ada di lingkungan
puskesmas Kaligondang.
6. Peserta
Peserta penyuluhan terdiri dari seluruh bidan, perawat dan mahasiswa
praktikan yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Kali Gondang.

7. Urutan Kegiatan
Kegiatan memakan waktu 3-4 jam, tergantung dari setiap kelompok.
Semakin tinggi tingkat pemahaman, semakin besar keinginan untuk berdiskusi
sehingga waktu semakin lama.

Kegiatan diawali dengan pemberian lembar kerja pretes. Kemudian
diberikan

materi

penyuluhan

mengenai

pentingnya

penggunaan

alat


perlindungan diri (APD) dalam setiap pemberian asuhan pelayanan kesehatan.
Kegiatan selanjutnya para tenaga kesehatan beserta mahasiswa praktikan
diberikan waktu untuk melakukan diskusi dengan penyuluh agar para tenaga
kesehatan beserta mahasiswa praktikan dapat lebih memahami dengan materi
yang disampaikan. Kegiatan yang terakhir yaitu pemberian lembar postes
mengenai materi yang disampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh seluruh bidan, perawat dan mahasiswa
praktikan yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Kali Gondang Kabupaten
Purbalingga. Jumlah peserta kegiatan sebanyak 30 orang. Pada umumnya tingkat
kesadaran tentang pentingnya penggunaan APD masih sangatlah rendah. Hal itu
dapat diketahui dari hasil kuesioner pretes yang telah diberikan.
Dari kuesioner dapat diketahui bahwa para bidan beserta mahasiswa
praktikannya, sebelum memberikan pelayanan mereka hanya kadang-kadang
melakukan cuci tangan terlebih dahulu sebelum memeriksa, lalu saat memberikan
pelayanan KB dan pemeriksaan fisik ibu hamil, mereka jarang sekali memakai
handscoon maupun masker terlebih dahulu. Kemudian, untuk cuci tangan mereka
juga jarang sekali memakai cairan antiseptic, dan kebanyakan mereka hanya
menggunakan sabun biasa. Saat menolong persalinan, mereka juga tidak pernah

memakai kacamata pelindung. Hal itu menurutnya karena kacamata pelindung
membuat tidak nyaman saat memakainya dan harga dari kacamata tersebut
relative mahal.
Jika harga APD harus dibandingkan dengan harga pengobatan setelah
terjadinya infeksi karena keteledoran para tenaga kesehatan maupun calon tenaga
kesehatan saat memberikan pelayanan, maka harga APD tentu sangatlah murah.
Anggapan mahal itu timbul karena rendahnya tingkat kesadaran mereka mengenai
pentingnya APD untuk proteksi dirinya.

Berbagai macam cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
silang antara lain dengan pemakaian proteksi diri berupa masker, kacamata
pelindung, handscoon, penutup kepala, clemek, sepatu boot, dan ruangan periksa
yang terjaga kesterilan atau kebersihannya.
Proteksi diri seorang tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan
merupakan salah satu factor pemutus mata rantai penyebaran infeksi. Prosedur
pemakaian proteksi diri harus ditetapkan oleh badan yang berwenang yang
meliputi cara pemakaian maupun lama pemakaian. Karena pada saat penulis
praktik disebuah BPM, penulis menemukan pemakain handscoon yang berkalikali, namun proses pensterilan handscoon tersebut masih kurang efektif.
Sehingga, diharapkan dengan adanya prosedur yang lengkap maka rantai infeksi
akan terputus, karena sekecil apapun kesalahan pada prosedur proteksi diri dapat
menyebabkan perpindahan penyakit dari penderita ke penderita baru.

KESIMPULAN
Hasil pengabdian menunjukkan bahwa teknik penyampaian informasi dalam
bentuk penyuluhan, pemberian kuesioner dan sesi diskusi dapat meningkatkan
tingkat kesadaran tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan mengenai
pentingnya penggunaan alat perlindungan diri (APD). Karena dari penyuluhan
dapat membuat mereka mengingat kembali betapa pentingnya seorang tenaga
kesehatan memroteksi dirinya. Dari kuesioner, dapat memberikan pengetahuan
mengenai

seberapa

besar

tingkat

kesadaran

tenaga

kesehatan

dalam

memperhatikan alat pelindungan dirinya. Lalu dari sesi diskusi dapat
meningkatkan pengetahuan karena peserta dapat menanyakan hal apa saja yang
kurang paham dan apa saja yang perlu diketahui terkait dengan materi yang
disampaikan.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih tim penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmatnya dan memberikan kesehatan kepada tim penulis,
sehingga tim penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu tanpa

halangan suatu apapun. Kemudian tim penulis juga sampaikan terimakasih pada
Ketua Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang telah mengarahkan pada tim
penulis untuk berperan dalam mengikuti program PKM yang diadakan oleh
DIKTI. Kemudian tim penulis juga sampaikan terimakasih pada dosen
pendamping yang telah berhasil mendampingi tim penulis dalam menyusun
proposal PKM artikel ilmiah ini dari mulai pencarian judul hingga selesai. Lalu
tim penulis juga sampaikan terimakasih pada semua orangtua tim penulis yang
telah memberikan dukungan dan rasa semangat bagi tim penulis disaat
penyusunan proposal ini. Serta tim penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua anggota penyusun proposal ini atas kerjasama dan dukungannya yang
saling tim penulis berikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Jenis – Jenis Alat Perlindungan Diri (APD) Beserta Fungsinya:
http://www.mediaproyek.com/2013/07/jenis-jenis-alat-pelindung-diriapd.html diakses 26 Maret 2014
E. R. Ambarwati. 2011. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Nuha
Medika
G. Picket dan J. J. Hanlon. 2009. Kesehatan Masyarakat Admistrasi dan Praktik
Edisi 9. Jakarta: EGC
T. Wibowo, K. Parisihni, dan D. Haryanto. 2009. Proteksi Dokter Gigi sebagai
Pemutus Rantai Infeksi Silang: http://www.pdgi.or.id/assets/jurnal/2/jurnal-2Naskah_2_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf diakses 24 Maret 2014