Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri terh

Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar
Rahmi Mawaddah, Edy Surya
Prodi Pendidikan Matematika PPS Unimed
rahmimawaddah@gmail.com
edy_surya@yahoo.com
Abstrak
Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan
pemahaman konep siswa yang berakibat siswa tidak percaya diri dalam pembelajaran
matematika. Metode dalam penulisan jurnal ini adalah penelitian studi kepustakaan yang
bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Inquiri terhadap kemampuan
pemahaman konsep dan kemandirian belajar matematika siswa. Dengan model
pembelajaran inquri diharapkan menjadi alternatif agar siswa bisa mengkaitkan konsep
yang telah ada dengan yang akan di pelajari dan menemukan sendiri konsep matematika
sehingga lebih memahami konsep dan berakibat kepada perkembangan kemandirian
belajar siswa.
Kata kunci : pemahaman konsep, kemandirian belajar, inquri
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting bagi siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan pembelajaran matematika yang dimulai dari SD hingga SMA. Secara
sadar, mata pelajaran matematika memiliki peranan terhadap kehidupan dan memiliki

peranan terhadap mata pelajaran yang lain. Karim (2011) menyatakan bahwa pentingnya
peranan matematika juga terlihat pada pengaruhnya terhadap mata pelajaran lain.
Contohnya mata pelajaran geografi, fisika, dan kimia. Dalam mata pelajaran geografi,
konsep-konsep matematika digunakan untuk skala atau perbandingan dalam membuat
peta. Sedangkan dalam fisika dan kimia konsep-konsep matematika digunakan untuk
mempermudah penurunan rumus-rumus yang dipelajari.
Mengingat pentingnya matematika diharapkan siswa mampu memahami setiap konsep
yang terdapat matematika. Belajar matematika bersifat hirarkis, berarti ada pengetahuan
dan keterampilan yang memerlukan prasyarat untuk belajar pengetahuan
matematika(Ernest:265). Hal ini mengharuskan siswa memahami konsep awal
matematika yang selanjutnya menjadi materi prasyarat untuk menemukan dan memahami
konsep yang baru. Dapat dibayangkan jika siswa tidak menguasai konsep awal
matematika, maka akan terus merasa sulit memahami konsep yang baru. Pembelajaran
matematika sering difokuskan kepada penemuan dan memperoleh jawaban,
pengaplikasian rumus matematika dan mengikuti prosedur yang diberikan guru. Jika itu
terus berlanjut maka kemungkinan siswa tidak akan berhasil dalam pembelajaran
matematika (Yani dan Chih-Huang Chang, 2017). Sebagaimana dikatakan oleh
Sundari(2016) kemampuan memahami konsep tidak hanya sebatas mengingat dan
menerapkan rumus tetapi juga mengaitkan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya.

Rendahnya kemampuan memahami konsep akan mempengaruhi kemandirian
belajar siswa. Disaat siswa tidak mengerti materi prasyarat, siswa merasa matematika
sulit, tidak menarik, dan tidak percaya diri dalam mengerjakan masalah matematika.
Kemandirian belajar sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran, hal ini

sesuai dengan konsep pembelajaran itu sendiri bahwa pembelajaran harus mampu
mengkondisikan peserta didik untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang
tidak diterima begitu saja dari penjelasan guru melainkan harus mampu membangun
sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari(Prayatun,dkk: 2016).
Rendahnya pemahaman konsep dan kemandirian belajar dapat diperngaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pembelajaran yang menoton, pembelajaran didominasi oleh
siswa yang pintar, guru kurang kreatif dalam mendesign pembelajaran sehingga anak
kurang termotivasi dan berpusat pada guru. Salah satu pembelajaran yang dapat
mengatasi masalah ini adalah inquiri. Menurut Krisnayanti, dkk (2017) Model
pembelajaran inquiri dilakukan dengan mengikuti siklus yang terdiri dari mengamati,
bertanya, menyelidiki, menganalisis, dan merumuskan secara mandiri maupun bersama
kelompok. Siswa dilatih untuk mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir
kritis, mulai dari membuat inferensi, menyimpulkan, menghitung, mengidentifikasikan
hubungan, menerapkan konsep, dan membuat perbandingan.
1. Pemahaman konsep

pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengubah informasi berupa materi
atau bahan yang telah dipelajari ke bentuk lain yang bermakna, kemudian menjelaskan
suatu situasi atau suatu tindakan, mengidentifikasi dan mendefinisi serta memberi contoh
di luar materi yang sedang dibahas, mengungkapkan sesuatu dengan bahasa sendiri atau
simbol tertentu, menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, serta
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah mengenai sesuatu yang
telah melekat dalam pikiran (Natalia, 2015).
Pembelajaran matematika selama ini dinggap sulit dan tidak bermakna. Hal itu
disebabkan karena murid hanya menerima konsep-konsep yang diberikan gurunya tanpa
memikirkan dari mana konsep tersebut berasal. Ayu, dkk(2016) menyatakan Padahal
umumnya siswa telah mengenal ide-ide Matematika sejak dini. Siswa memiliki
pengalaman belajar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
konsep-konsep dasar matematikanya sejak dini.
Konsep matematika dimulai dari konsep yang sederhana. Meskipun sederhana
pemahaman konsep sangat penting untuk pembelajaran matematika karena kosep
matematika memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, perlu kecermatan dalam
menyajikan konsep matematika. Prihandoko (dalam Ayu, 2016) menyatakan, penguasaan
terhadap matematika mutlak diperlukan. Konsep-konsep matematika harus dipahami
dengan betul dan benar sejak dini. Hal ini karena konsep-konsep merupakan suatu
rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya,

dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang
salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsepkonsep selanjutnya.
Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/204 tanggal 11
November 2004 tentang rapor diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep
matematika adalah (Natalia, 2015):
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
c. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
f.

Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

2. Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar adalah mengembangkan proses pembelajaran siswa untuk

menentukan
tujuan,
hal-hal
dan
pengalaman
belajar,
dan
penilaian
pembelajran(Mulyono,2017). Tiga karakteristik yang termuat dalam pengertian
kemandirian belajar, adalah: (1) Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan
keperluan atau tujuan individu yang bersangkutan; (2) Individu memilih strategi dan
melaksanakan rancangan belajarnya; kemudian (3) Individu memantau kemajuan
belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar
tertentu(Fauzi,2012).
Kemandirian belajar juga dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang membawa
perubahan tingkah laku melalui mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri,
menyimak, dan mengikuti arah sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang digunakan dengan kemampuan mengendalikan, mengatur pikiran dan
perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas dan tidak bergantung kepada orang
lain(Pinkan,2017). Karena itu, kemandirian belajar sangat penting dalam proses

pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dan kreatif
agar tujuan pembelajaran tersebut.
Disamping penjelasan di atas kemandirian belajar membebaskan pelajar
menggunakan gaya belajar, mengembangkan apa yang siswa punya, menggali minat
pribadi mereka, dan mengembangkan kemampuan mereka menggunakan kecerdasan
yang mereka suka(Mulyono, 2017).

3. Model Pembelajaran Inquiri
Model pembelajaran inquiry merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dan melibatkan
siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melaksanakan investigasi
dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru, serta mendorong siswa untuk
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar(Ahsani. Dkk, 2016). Dengan pembelajaran
inquiri siswa diarahkan untuk aktif dan kreatif mencari jawaban dari setiap masalah dan
menemukan jalan keluar atau konsep dengan pemikiran dan pengamatan siswa.
Langkah-langkah dalam pendekatan inkuiri yaitu, mengajukan masalah,
mengajukan dugaan, mengumpulkan data, menguji dugaan (konjektur), dan merumuskan
kesimpulan.Sehingga untuk memfasilitasi langkah-langkah inkuiri tersebut dalam


pembelajaran ini hendaknya para siswa didorong untuk bagaimana mereka memahami
masalah, selanjutnya berpikir bagaimana mereka memberikan atau membuat suatu
dugaan sementara dari suatu gejala atau situasi. Kemudian siswa dalam mengumpulkan
data, melakukan pengamatan dan penyelidikan untuk memberikan jawaban atas dugaan
yang telah dirumuskan(Lindawati, 2011).
Beberapa kelebihan menggunakan model pembelajaran inquiry adalah: pertama,
siswa belajar hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk melakukan,
bukan hanya duduk, diam, dan mendengarkan. Kedua, tema yang dipelajari tidak terbatas
dan bisa bersumber dari mana saja. Ketiga, siswa belajar dengan mengerahkan seluruh
potensi yang mereka miliki mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Keempat, siswa
berpeluang melakukan penemuan dengan berbagai observasi dan eksperimen.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan. Studi kepustakaan dimaksudkan
untuk memperoleh ketajaman berpikir dalam rangka menganalisa permasalahan melalui
penelaahan terhadap sumber tertulis. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model penelitian sinkronis. Ini akan dilakukan dengan melihat dan menghubungkan ciri
khas dan indikator kemampuan pemahaman konsep dan kemandirian belajar matematika
dengan karakteristik dari model Inquiri. Penelitian ini adalah literatur perpustakaan
sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu melacak

sumber tertulis yang berisi berbagai tema dan topik yang dibahas. Data yang telah
dikumpulkan dan dianalisis dengan metode deskriptif menggambarkan apa yang sedang
diselidiki.
Langkah awal dari penelitian ini adalah untuk melakukan penelitian dan
mempelajari hasil yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam satu studi, peneliti
harus memberikan prioritas untuk sumber data primer. Karena penulis menemukan
kesulitan untuk menemukan sumber data primer, penulis menggunakan referensi yang
ada dan sadar karena penelitian ini sangat penting. Sumber data yang digunakan adalah
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Menambahkan data untuk
mendukung penelitian ini juga dilakukan pencarian melalui internet dan buku. Setelah
data dikumpulkan, data pengolahan dilakukan. Kemudian melakukan analisis data dengan
analisis deskriptif. Kontribusi ini diharapkan untuk mengetahui hubungan kemampuan
pemahaman konsep dan kemandirian belajar pada model pembelajaran inquiri.
PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inquiri
memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematika dan
kemandirian belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rangkaian keuntungan dari Inquiri
yang dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep dan kemandirian belajar
siswa, yaitu:

Pertama, kelas yang berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru. Pada saat
suatu pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan kepada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa lebih mengembangkan kemampuannya untuk menemukan
konsep dan meningkatkan kemandirian belajar. Siswa tidak lagi hanya mendengar dan
memperhatikan cara guru menyelesaikan soal dan permasalahan, tetapi melibatkan siswa
dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melaksanakan investigasi dalam

upaya membangun pengetahuan dan makna baru, serta mendorong siswa untuk terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar.
Kedua, tema yang dipelajari tidak terbatas dan bisa bersumber dari mana saja.
Model ini memungkinkan siswa untuk melihat peristiwa dari berbagai dimensi dan
dengan perspektif yang lebih dalam. Pada proses inquiri, secara tidak langsung siswa
harus mampu menemukan konsep dan mengkaitkan konsep dengan konsep sebelumnya.
Pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan.
Ketiga, siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki
mulai dari kreativitas hingga imajinasidan yang keempat, siswa berpeluang melakukan
penemuan dengan berbagai observasi dan eksperimen.. Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan kemandirian belajar siswa yang menuntut siswa tersebut melakuakan
kegiatan yang membawa perubahan tingkah laku melalui mengamati, membaca, meniru,

mencoba sendiri, menyimak, dan mengikuti arah sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang digunakan dengan kemampuan mengendalikan, mengatur
pikiran dan perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas dan tidak bergantung kepada
orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, membuktikan bahwa ada Hubungan Kemampuan
Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Pada Model Pembelajaran Inquiri. Hal ini
relevan dengan hasil penelitian Mashuri (2012) dengan judul penelitian Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa
Kelas X Sma Negeri Kabupaten Blora. Peneliti ini menyatakan bahwa pada siswa dengan
kemandirian belajar tinggi, model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik.
Penelitian selanjutnnya Manzilah (2013) yang Berjudul Perbedaan Prestasi
Belajar Matematika Dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 3
Godean Yang Diajar Dengan Metode Guided Inquiry Dan Ekspositori menunjukkan
bahwa nilai kemandirian belajar dengan metode inquiri lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran ekpositoris. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Desi Natalia
yang berjudul Eksperimen Model Pembelajaran Mathematic Missouri Project (MMP)
Dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Kemandirian Dan Pemahaman Konsep
(2015) menyimpulkan bahwa Model pembelajaran MMP dengan metode penemuan
terbimbing pada materi kubus dan balok memberikan kemandirian belajar matematika

dan pemahaman konsep siswa yang lebih baik daripada kemandirian belajar matematika
dan pemahaman konsep siswa dengan pembelajaran ekspositori.
Hal yang sama diyatakan oleh paham konstruksivisme di mana siswa
membangun sendiri kemampuannya adalah pendekatan inkuiri yaitu suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Lindawati, 2011). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa, karena pada pembelajaran inkuiri materi pelajaran tidak diberikan
secara langsung, tetapi siswa berperan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Hal ini
aka berperngaruh terhadap pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan Vygotsky (Lindawati, 2011) yang menyatakan bahwa,
konstruksi pengetahuan terjadi melalui proses interaksi sosial bersama orang lain yang
lebih mengerti dan paham akan pengetahuan tersebut. Proses tersebut dimulai dari
pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang harus dimilikinya. Dari beberapa pendapat ini
dapat diambil kesimpulan bahwa suatu pemahaman diperoleh oleh siswa melalui suatu
rangkaian proses yang dilalui oleh siswa saat belajar dan interaksi yang terjadi saat
belajar bersama orang lain, sehingga siswa dapat membentuk pengetahuan dan
pemahaman dari apa yang dialaminya.

KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Terdapat pengaruh model pembelajaran inquri terhadap kemampuan pemahaman konsep
dan kemandirian belajar matematika siswa.
SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan penelitian ini adalah:
1. Kepada guru, khususnya guru matematika hendaknya menggunakan model Inquiri
sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya mengembangkan cara siswa
secara aktif dan meningkatkan pemahaman konsep dan kemandirian belajar
matematika.
2. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan penelitian dan
mengefektifkan waktu, sehingga memperoleh hasil yang lebih maksimal.
3. Kepada siswa disarankan dapat menerima model Inquri dalam pembelajaran
matematika, sehingga meningkatkan pemahaman konsep dan kemandirian belajar
matematika siswa menjadi lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Akhsani, Aji. Dkk. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Fisika Berbasis Guided
Inquiry dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Siswa
SMA. Purworejo : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Ernest, Paul. 1991. Buku terjemahan : The filoshopy of mathematics of education. Taylor
& Francis e-Library
Fauzi, Amin. 2012. Pembentukan Lanjut Kemandirian Belajar Dalam Mengembangkan
Kebiasaan Berpikir Siswa Smp Dengan Pendekatan Metakognitif. Unimed : Medan
Karim, Asrul. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Kritis
Siswa Sekolah Dasar
Krisnayanti, Dwi. Dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Tutor Sebaya Terhadap Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa
Kelas V. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha
Lindawati, Sri. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Komunikasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Pelalawan
Manzilah, Annital. 2013. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Dan Kemandirian
Belajar Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 3 Godean Yang Diajar Dengan Metode
Guided Inquiry Dan Ekspositor. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Mashuri, Imam. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Ditinjau
Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri Kabupaten Blora

Mulyono, Dodik. 2017. The Influence Of Learning Model And Learning Independence
On Mathematics Learning Outcomes By Controlling Students' Early Ability.
Lubuklinggau : Look Academic Publishes Open Acces
Murtiyasa, Budi dan Sri Sundari. 2016. Pengaruh Creative Problem Solving Dan
Kemampuan Komunikasi Matematis Terhadap Pemahaman Konsep Siswa.
Surakarta : Univesitas Muhammdiyah Surakarta
Natalia, Desi. 2015. Eksperimen Model Pembelajaran Mathematic Missouri Project
(Mmp) Dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Kemandirian Dan
Pemahaman Konsep. Purworejo : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Normalitasari, Pinkan. 2017. Kontribusi Kerukunan Teman Sebaya Dan Kemandirian
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Prayatun, Suji. 2016. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Problem
Based Learning(pbl) dan Learning Cycle 5E dengan Pendekatan Saintifik pada
Materi Dimensi Tiga Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas x SMA
Negeri di-Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Yani, Ahmad dan Lucius Chih-Huang Chang. 2017. Presentation of Mathematics Object
in Verbal and Symbolic Forms to Increase Conceptual Understanding in Category
Statistics Math. Taiwan : National University of Kaohsiung