Resensi buku Sejarah sosial umat Islam

Judul Buku

: Sejarah Sosial Ummat Islam
( Diterjemahkan dari buku aslinya A History of Islamic societies
oleh Ghufron A. Mas’adi )
( Buku Pertama : Perkembangan Awal Peradaban Islam di Timur Tengah Abad
VII-XIII M dan Penyebaran Global Masyarakat Islam Abad X-XIX M
Buku Kedua : Perkembangan Modern Ummat Islam abad XIX-XX M )

Penulis

: Ira M. Lapidus

Penerbit

: PT. RajaGrafindo Persada

Cetakan

: Pertama


Tahun terbit

: Januari, 1999

Jumlah Halaman

: 920 hlm; 21 cm

(Dalam paper ini, kami sebisa mungkin mencoba untuk menelaah serta
mengkritisi dengan kemampuan maksimal kami dan kaidah resensi yang
kami ketahui . Hal-hal yang dinilai kurang ataupun dianggap terlalu
berlebihan
merupakan
bentuk
pembelajaran
kami
yang
sangat
membutuhkan kritik dan saran yang konstruktif serta menjadikan kami lebih
baik lagi kedepannya. )


Sebagai seorang sejarawan senior, rupanya Ira M. Lapidus telah mampu menggambarkan
sejarah Islam dalam frame sosial seperti hadirnya buku ini. Dengan kesan merekonstruksi sejarah
Islam melalui pendekatan yang sama sekali lain dan berbeda dari buku-buku sejarah yang ada,
yang selalu berkutat kepada aspek Politik (too Pollitically) menambah nilai plus terhadap buku
ini.
Benar, Sejarah Islam memang tidak sebatas hanya membahas Politik dan sekitar Timur
Tengah saja, yang berorientasi kepada kehidupan raja-raja, perebutan kekuasaan, dan peperangan
yang terjadi saja, sehingga mengabaikan Islam sebagai suatu Rahmatan Lil’alamin (Rahmat
Semesta Alam). Maka, dalam buku ini, penulis memberikan bumbu yang cukup menarik dengan
lebih meneropong kepada aspek Pendidikan, Perekonomian, keberagaman dan lain sebagainya.
Dengan menjadikan bagaimana keragaman sikap hidup ummat Islam dan apa makna
Islam bagi mereka, buku ini hadir menjelaskan paradigm baru bagi pembaca sejarah, agar tidak

begitu stuck terhadap pemahaman sejarah yang masih parokial dan terlilit dari pemahaman yang
masih membahas sejarah sebagai ilmu yang sangat asyik untuk dibaca.
SPESIFIKASI ISI BUKU
Buku ini terdiri atas tiga bagian, yakni bagian I membahas tentang Perkembangan awal
Peradaban Islam; Timur Tengah abad VII sampai abad XIII; bagian II tentang Penyebaran
Masyarakat Islam ke seluruh penjuru dunia dari abad X sampai abad XIX, dan bagian III berisi

tentang Transformasi Modern: Masyarakat Islam dari abad XIX sampai abad XX.
-

Bagian Pertama buku ini, mencermati era pembentukan peradaban Islam sejak masa turun
al-Quran sampai abad XIII M. Periode ini bermula sejak masa Nabi Muhammad dan disusul
dengan periode Islam klasik yang ditandai dengan kemajuan kegiatan kepustakaan Arab,
berbagai hasil pengajaran Islam dan kultur cosmopolitan, sebuah kultur yang merupakan
perpaduan dari tiga unsure yang sangat kompleks antara unsur etnis-kesukuan, unsur
keagamaan, dan unsur aristokratis yang ketiganya seluruh versi peradaban Islam berasal.
Bagian pertama buku ini berusaha menjelaskan perkembangan peradaban Islam dari sudut
pandang perkaitan antara peradaban Islam dengan pola-pola institusi imperium Timur
Tengah, pola ekonomi dan monoteistik yang sebelumnya telah mapan, dan kaitannya dengan
efek kultural akibat pembentukkan imperium baru tersebut, akibat urbanisasi dan perubahan
sosial. Bagian pertama diakhiri dengan sejarah Irak dan Iran dari abad X sampai abad XIII
M. Untuk menjelaskan transformasi Islam dari doktrin dan sistem sosial yang kompleks
menuju sejumlah prinsip operatif masyarakat Timur Tengah. Periode ini merupakan era
dimana Islam menjadi agama mayoritas bangsa Timur Tengah. Dalam periode ini umat
Muslim membentuk Negara baru dan sejumlah institusi kemasyarakatan (“sekte” syiah,
mazhab hukum, dan kelompok sufi atau Tarekat), dan menyusun pola hubungan antara rezim
politik dan badan-badan keagamaan. Pada periode ini, nilai-nilai Islam mendorong

tumbuhnya masyarakat awam yang diperintah dalam keselarasan institusi politik dan agama.

-

Bagian Kedua buku ini meneruskan penyebaran paradigma Islam Timur Tengah. Sejak abad
VII sampai abad XIX M, Islam telah menjadi agama masyarakat Arab di Timur Tengah,
agama masyarakat Asia Tengah dan Cina, India, Asia Tenggara, Afrika, dan masyarakat
Balkan. Bagian kedua ini mencermati beberapa factor pendukung dibalik penyebaran Islam,
dan mencermati interaksi antara nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai kemasyarakatan juga
mencermati konsolidasi sejumlah rezim Islam termasuk didalamnya rezim Mughal, Utsmani,
syafawiyah, dan beberapa Negara Islam di Asia Tenggara, afrika dan di beberapa wilayah
lainnya, dan mencermati keragaman cara yang ditempuh mereka dalam mengintegrasikan
antara rezim politik dan institusi Islam dengan nilai-nilai non-Islam dan pola kemasyarakatan
setempat.

Sekitar abad XVIII M, paradigma kemasyarakatan Islam Timur Tengah telah ditiru,
disebarluaskan, dan dimodifikasi menjadi sistem global bagi masyarakat asal dan bahkan pada

masyarakat lainnya. Gambaran yang disampaikan pada bagian kedua ini adalah bahwasanya
masing-masing dari mereka merupakan sebuah keluarga, sebab masing-masing merupakan

sebuah varian yang mengakui sebuah struktur keluarga yang bersifat komunal, keagamaan, dan
membentuk lembaga kenegaraan. Masing-masing merupakan varian yang bergantung pada caracara yang berkaitan dengan keyakinan Islam, kultur dan institusi sosial yang berinteraksi dengan
organisasi kemanusiaan, dengan sistemproduksi dan pertukaran ekonomi, dengan bentuk-bentuk
kekeluargaan, kesukuan, dan dengan komunitas etnis non-Islam, atau dengan model-model
kultur non-Islam atau Pra-Islam.
Perubahan masyarakat Muslim dari abad XVIII M, sampai masa sekarang ini menguji
kelunturan bentuk-bentuk sejarah dan identitas sistem keduniaan Islam.
-

Bagian Ketiga akan mencermati bagaimana masyarakat Muslim sangat dirugikan oleh
kehancuran sejumlah kekuatan imperium Muslim, kemunduran ekonomi, konflik internal
keagamaan, dan oleh kebangkitan politik dan ekonomi bangsa eropa dan oleh dominasi
cultural mereka. Kekuatan-kekuatan ini mendorong pembentukan Negara-negara
nasional, modernisasi sistem pertanian, dan industrialisasi, perubahan struktur kelas yang
sangat mendasar, dan masuknya sejumlah Ideology Nasionalis Sekuler dan ideology
modern lainnya.

Peninggalan abad XVIII M, dan sejumlah perubahan sejarah sosial di abad XIX M, sekalipun
tidak selalu mengarah pada gerakan modernisasi, namun akibat konflik internal yang
berkepanjangan telah menghilangkan tujuan-tujuan politik, ekonomi, dan cultural, dan juga

akibat dari berbedaan pandangan dikalangan masyarakat Muslim lainnya. Kemunduran politik
dan campur tangan bangsa-bangsa Eropa menimbulkan perpecahan elite politik, yakni ulama dan
kalangan sufi, dan mengakibatkan perkembangan gerakan revivalis untuk tujuan politik dan
sosial. Ketika alite politik sekuler condong berpihak kepada model modernisasi ala Barat dan
berusaha mendefinisikan kembali ajaran Islam untuk membuatnya sesuai dengan bentuk sistem
Negara dan ekonomi yang baru, maka para pembaharu Islam mengekspos revitalisasi nilai-nilai
Islam dan pembentukkan komunitas politik baru berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Dengan
mencermati pola-pola kesejarahan organisasi politik dan keagamaan, pengaruh imperialism
Eropa, dan perdebatan ideology dan politik kalangan elite Negara-negara Muslim, buku ini
menjelaskan mengenai struktur rezim Islam yang berlaku sekarang ini, dan menjelaskan sejarah
kelembagaan Islam dan gerakan reformis dan bentuknya sebagaimana yang berkembang di
masyarakat Muslim kontemporer.

Pada abad XIX dan XX dimana kapitalisme Eropa dan perubahan ekonomi dan teknologi
sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat Islam, yang secara ekonomis meruntuhkan
beberapa kelas, seperti kelas pedagang yang lambat laun berkembang di negeri-negeri Muslim,
dan elite agama dan politik, institusi dan nilai-nilai cultural terus memainkan sebuah peran yang

dominan dalam memodernisasi masyarakat Muslim. Adapun perubahan teknologi dan ekonomi
abad XX seperti sekarang ini, namun eksistensi sebuah kelompok masyarakat Islam terusmenerus menjadi permasalahan yang masih diperdebatkan.

Dalam banyak hal sejumlah perubahan yang terjadi pada abad ke-19 dan abad ke-20 secara
mencolok telah memodifikasi pola sejarah masyarakat Islam. Struktur tiga serangkai antara
institusi Negara, agama dan Institusi Parochial yang lama telah ditransformasikan melalui
penghancuran komunitas nasab dan kesukuan yang independen dan melalui meningkatnya
integrasi warga territorial kedalam rezim Negara nasional. Identitas warga muslim didefinisikan
kembali dalam term nasional dan reformasi Islam, dan hal ini mempercepat proses asimilasi
mereka ke dalam masyarakat Negara modern. Periode kontemporer juga ditandai dengan
transformasi struktur sejarah institusi Negara dan agama. Rezim Negara cenderung semakin
sekuler, asosiasi keagmaan cenderung diorientasikan untuk kepentingan personal dan komunal.
Pada saat yang sama berlangsung perlawanan yang kuat terhaadap trend sekularisasi dan
kebangkitan keagamaan dan gerakan politik neo-Muslim yang menghendaki re-integrasi utopia
pada tataran kehidupan politik, komunal dan kehidupan personal.
Ambiguitas sekularisasi dan Islamisasi serta benturan (konflik) antara konsep sekuler dan
Islam mengenai tatanan moral dan politik ,melahirkan kontinuitas struktur institusional
masyarakat Muslim. Pada pola kontemporer hubungan antara institusi Negara dan institusi
agama di Turki, Negari Arab, Afrika Utara, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Senegal, dan di
beberapa negeri lainnya merupakan variasi yang sah atas pola sejarah hubungan antara institusi
Negara dan institusi agama dalam masyarakat Muslim di sejumlah wilayah tersebut. Sementara
elite politik berusaha mempertahankan sinkretisme antara bentuk-bentuk kultur Islam dan kultur
cosmopolitan, kebangkitan Islam justru menumbuhkan warisan identitas keagamaan personal

dan tanggung jawab komunal. Konflik ini mencerminkan konflik abad ke-19 yang serupa antara
elite sekuler dan elite agama, dan mengulang kembali struktur masyarakat Muslim pra-modern
abad ke-18. Hal ini agaknya dapat dirujukkan kembali pada pemisahan antara Negara dan agama
abad ke-9 didalam imperium Islam masa awal, yang pada ujung-ujungnya bersandar pada pola
pemisahan masa yang lebih silam antara kehidupan politik dan agama yang merupakan
karakteristik seluruh masyarakat Timur Tengah dan masyarakat di wilayah Laut Tengah sejak
masa silam.

(Sehubungan mata kuliah yang bersangkutan, adalah Sejarah Asia Tengah dan Timur Jauh,
kami pun menyinggung tentang sejarah Asia Tengah)
ISLAM DI ASIA TENGAH DAN SELATAN
Perkembangan peradaban Islam di Asia Tengah berkaitan erat dengan perkembangan
peradaban Islam di Iran.
Islam pertama kali tersebar ke wilayah ini sebagai akibat dari penaklukan Arab terhadap Iran
dan Transoxania dan perpindahan kalangan pedagang Muslim dan kaum sufi dari wilayah
perkotaan ke wilayah padang rumput. Kedua wilayah tersebut juga berhubungan melalui migrasi
Turki pada abad sepuluh sampai abad empatbelas yang mengantarkan bangsa Asia tengah ke
iran, dan mengantarkan kultur kerajaan iran dan peradaban Islam ke Asia tengah. Pada abad ke
sepuluh dan sebelas masyarakat Qarluq dan Oghuz berpindah ke agama Islam dan mendirikan
imperium qarakhaniyah dan imperium saljuk. Dibawah pemerintahan Qarakhaniyah, mazhab

hukum hanafi dan Mazhab Teologi Al-Maturidi tersebar luas di Transoxania, dan terbentuklah
sebuah kesastraan Turki baru yang diilhami oleh kesastraan Islam Persia. Rezim Qarakhaniyah
juga mendukung penyebaran Islam dari Transoxania ke tarim basin dan ke wilayah padang
rumput bagian utara.
Mubaligh (juru dakwah) sufi, khususnya Syaikh Muhammad Al-Yasavi, turut dalam
penyebaran Islam dikalangan masyarakat Nomadic.
Perkenalan dengan Islam di daerah mengantarkan pada pembentukan tiga tipe masyarakat
muslim. Dikalangan warga Kazakh Islam menjadi identitas dan popular, tetapi tidak menjadi
basis bagi organisasi keagamaan. Dalam masyarakat kesukuan, dan dikalangan warga oases
seperti warga Kasghar, guru besar sufi atau keluarga sufi berperan dalam menengahi,
mengorganisir, dan bahkan kadang menjalankan pemerintahan.
Selama berabad-abad tema utama sejarah wilayah yang sangat luas dan beragam ini
berkenalan dengan kontak antara warga Pastoral-Nomadik dan warga pemukiman. Asia tengah
merupakan tempat penampungan bagi penduduk wilayah pantai, yang terorganisir ke dalam
konfederasi besar, yang dari waktu ke waktu menaklukan wilayah timur tengah dan cina.
Akhirnya seluruh wilayah Asia tengah jatuh ke dalam pemerintahan Rusia dan Cina. Sejak awal
abad enambelas bangsa rusia merebut Negara-negara tartar di daerah Volga. Pada abad ke
delapanbelas dan Sembilanbelas rusia merebut kekuasaan atas Crimea, padang rumput sebelah
utara Turkestan, dan transcaspia. Bangsa Cina merebut wilayah timur Turkestan pada abad
delapanbelas. Pada akhir abad Sembilan belas Asia Tengah dibagi menjadi wilayah pemerintahan

Rusia dan Cina. Pemerintahan imperium pemukiman (dan non-muslim) mengantarkan pada

berakhirnya pola-pola kuno tentang Migrasi Nomadic dan pembentukan imperium yang secara
mencolok menghentikan perkembangan masyarakat Islam Asia Tengah.
Sejarah masyarakat Islam di Asia Tengah sejak periode Mongol sampai periode
Kontemporer ini pada garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga wilayah :

1. Padang Rumput Bagian Barat dan Utara
Daerah padang rumput yang gersang di sebelah Utara dari sebuah garis yang memisahkan
antara Laut Kaspia dan Laut Aral dan Danau Balkhash, pada umumnya dihuni oleh para
warga Pastoral. Masyarakat tersebut terbagi menjadi sejumlah komunitas yang berbahasa
Turki-Altaic dan menerapkan sebuah sistem sosial yang diperlihatkan dalam term-term
patrinial.
Serangkaian penaklukan Mongol menjadikan daerah ini mirip sebuah kesatuan
politik. Pada tahun 1236 di bawah kepemimpinan Batu, warga Nomad Mongol dan Turki
menaklukan beberapa daerah di bagian utara Laut Aral dan Caspia dan mendirikan
ibukota mereka di Sungai Volga.
2. Turkestan (Transoxania, Khwarizm dan Farghana)
Pada subtema disini, mengenai beberapa wilayah yang cukup menarik karena pembaca
diantarkan mengenal beberapa nama daerah yang dijalankan oleh banyak istilah-istilah

menarik.
Pada bab ini, kita bisa melihat, bagaimana Elite Agama memerankan peranan besar dalam
melegitimasi suatu rezim.
3. Turkestan Timur dan China
Turkestan Timur juga merupakan sebuah wilayah masyarakat nomadic dan wilayah
pertanian dan beberapa kota oasis yang penting. Semenjak masa penaklukan Mongol,
Turkestan Timur, sebagian dari wilayah padang rumput utara dan sebagian dari wilayah
Transoxania merupakan wilayah utama bagi Khan Changhatay, yakni para penerus
Jengish Khan. Pada pertengahan abad empatbelas, imperium Changhatay mengalami
perpecahan dan wilayahnya menjadi terbatas pada Turkestan Timur (Moghulistan).

( Yang menarik dari bahasan ini, adalah adanya istilah The Golden Horne (Gerombolan Kuning
Keemasan) yaitu gerombolan orang Mongol dan Turki yang menyerang wilayah Asia Tengah,
yang juga menaklukan Rusia, Ukraina, Polandia Selatan, Hungaria, dan Bulgaria dan
membentuk sebuah imperium yang mengembangkan wilayahnya kea rah Utara sampai wilayah
hutan Rusia. Imperium ini mempertahankan kekuasaannya dari pertengahan abad tigabelas

sampai pertengahan abad limabelas, tapi secara perlahan mengalam disintegrasi akibat tekanan
dari ekspansi Usmani dan kebangkita Moskow, Moldavia dan Lithuania.
Pada masa kekuasaan Kazakh, ia menajdikan Horde menjadi 3 golongan besar pada abad 17,
namun menjadi 4 pada abad 19, Horde (Gerombolan) Besar, Menengah, dan Kecil. Sebuah
Horde yang keempat disebut Bukey (Horde Inti) ).