artikel tentang harga cabe cabe

Tingkat Pembentukan Harga Cabe dari Petani
Oleh
Khoirul Huda / 130741615799
Abstrak
Mekanisme pasar adalah kecenderungan pasar bebas untuk terjadinya
perubahan harga sampai pasar menjadi seimbang antara permintaan
dan penawaran. Hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh faktor
produksi muali dari biaya produksi, tenaga kerja, dan modal. Nantinya
berdampak pada harga penawaran dari produsen seperti yang dialami
oleh para petani sayuran. Sayuran merupakan kebutuhan yang penting
untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk hal makan seperti cabe
yang tidak bisa dilepaskan dari lidah orang Indonesia sehingga berapa
pun harganya mereka tetap membeli seperti saat harga cabe tinggi
masyarakat tetap membeli meskipun dengan kuantitas yang sedikit
dan saat harga murah masyarakat dengan berbondong-bondong untuk
membeli. Sedangkan dari petani harga tersebut juga dari kuantitas
komoditas yang ada di pasar jika cabe di pasar kurang mencukupi
maka harga juga bisa melonjak naik tetapi jika pasar banyak maka
harga juga akan turun. Dari kasus ini sebenarnya harga sayuran itu
tidak bisa ditentukan oleh satu pihak saja tetapi juga bergantung pada
pasar.

Kata Kunci: Pembentukan Harga, Produksi, Petani
Pendahuluan
Sayuran merupakan salah satu komoditas yang tidak terlepas dari kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia dan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibuthkan
tubuh. Sayuran bagi masyarakat Indonesia tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan
sehari‐hari karena manfaatnya yang begitu banyak diantaranya adalah sebagai sumber
vitamin dan protein. Di Indonesia, sayuran hampir dijumpai pada semua jenis
makanan baik makanan tradisional maupun makanan yang sudah modern. Selain itu
juga karena sayuran hampir bisa ditemui di seluruh bentangan alam di Indonesia
dengan berbagaiciri khasnya masing-masing. Namun beberapa waktu lalu beberapa
komoditas mengalami kenaikan harga.
Jika melihat relitas yang ada dari beberapa komoditas bahan pangan yang
mengalami kenaikan harga karena antara penawaran dengan perimtaan yang tidak
seimbang atau jumlah permintaan lebih besar dari penawaran maka akan berpengaruh
terhadap harga komoditas tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan
harga biaya perawatan tanaman, musim juga mempengaruhi umur dan perawatan
tanaman jika pada saat ini umur dari beberapa tanaman seperti cabe tidak bisa panjang
karena pengairan yang kurang sehingga jumlah cabe yang diminta juga belu bisa

memdai di pasar serta pengelolaan tanaman apa yang akan di tanam pada saat tertentu

masih kurang diperhatikan sehingga sering terjadi kurang efisiensi dari panen bahkan
bisa mengalami gagal panen. Dan sekarang banyak pengalihan lahan seperti lahan
pertanian banyak untuk perumahan, indutri sehingga hasil dari pertanian bisa dibilang
menurun. Apalagi sekarang kuota impor yang dikurangi sehingga barang yang
tersedia di dalam negeri yang kurang juga menyebabkan kenaikan harga, bisa dibilang
Indonesia masih belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus
meningkat.
Pembahasan
Cabai merupakan sayuran yang kebanyakan ditemui dalam masakan Indonesia
sehingga dapat membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai cabai.
Cabai rawit sangat banyak digemari karena rasanya yang lebih pedas dibandingkan
dengan

cabai

merah

biasa

sehingga


banyak

petani

yang

tertarik

untuk

membudidayakannya. Namun, sifat cabai yang tidak begitu tahan lama untuk
disimpan menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses
pendistribusiannya sehingga akan menyebabkan kerugian pada petani.
Dalam kontek tersebut akan bisa menyebabkan kenaikan akan harga cabe
yang signifikan. Selain itu ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga
cabe seperti musim kemarau yang panjang sehingga mempengaruhi kuantitas stok
cabe dari petani serta waktu untuk menanam cabe juga lama, dibutuhkan waktu 3
bulan untuk bisa memulai menanam. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Smith
(dalam Sandmo:2014) yakni

“Dalam masyarakat ini bertujuan pemburu untuk membunuh berang-berang
dan rusa, baik yang hewan yang diinginkan oleh konsumen. Jika dibutuhkan
dua kali lebih banyak jam untuk membunuh berang-berang selain untuk
membunuh rusa, maka, Smith berpendapat, bahwa harga berang-berang akan
dua kali lipat dari rusa. Karena harga ditentukan secara eksklusif oleh waktu
kerja dari para pemburu, ini adalah ilustrasi yang jelas dan sederhana dari apa
yang dikenal sebagai teori nilai kerja. Pembaca modern, terbiasa memikirkan
pembentukan harga dalam hal efek gabungan penawaran dan permintaan,
mungkin bingung dengan mengabaikan sisi permintaan dalam contoh ini. Aku
smenuntut relevan untuk memahami harga? Bahkan, permintaan tidak
memainkan peran dalam penentuan hasil pasar, tetapi mengingat asumsi

sederhana yang dibuat tentang biaya, Peran permintaan semata-mata bahwa
penentuan jumlah, yaitu jumlah berang-berang dan rusa 3 yang benar-benar
tertangkap dan dibawa ke pasar. Biaya menentukan harga, permintaan
menentukan kuantitas.”
Namun pada akhir dari teori tersebut mengalami keganjilan dengan keadaan
harga cabe yang terjadi beberapa waktu lalu, karena permintaan konsumen akan
kebutuhan cabe tidak tepernuhi secara maksimal dari pihak produsen. Sehingga
akibatnya kenaikan harga pun tidak bisa dielakkan. Kenaikan harga mulai dari

10.000- 55.000 (harga dari petani), kenaikan mulai dirasakan saat memasuki bulan
puasa dan lebaran sekitar 30.000 (dari petani) dan harga tersebut terus merakkan
menaik. Tetapi biaya perawatan untuk merawat tanaman cabe juga tidak murah/sedikit
karena hampir setiap minggu harus melakukan penyemprotan pestisida untuk
melawan penyakit tanaman dan harga pestisida juga mahal sehingga juga
mempengaruhi dari harga cabe. Smith menyebutkan bahwa “Jika biaya juga
mencakup pengeluaran yang diperlukan pada senjata dan biaya yang mungkin terkait
dengan penggunaan lahan, total biaya produksi memiliki tiga komponen yang
mencerminkan pembayaran untuk tiga faktor produksi, tenaga kerja, modal dan tanah.
Ketika semua tiga faktor mendapatkan pahala normal mereka, ini mendefinisikan
"harga alami" dari komoditas yang bersangkutan”. Faktor tenaga kerja pada sektor
pertanian juga mempengaruhi pengeluaran dari petani, tenaga kerja yang mulai sulit
dicari karena rata-rata masyarakat sudah mempunyai lahan sendiri walaupun tidak
luas tetapi bisa untuk ditanami sayuran dan untuk tenaga kerja (mreman) hanya untuk
sampingan saja disaat menunggu musim panen. Sehingga para petani jika ingin
mendapatkan jasanya setidaknya harus memilki hubungan ynag baik serta mau
menaikkan upah yang diberika, sekarang upah tenaga kerja (mreman) jika bekerja dari
pagi hari sampai adzan dhuhur upahnya sekitar 25.000 untuk laki-laki dan wanita
sekitar 20.000 namun upah tersebut juga tegantung dari juragan masing-masing.
Pemilik lahan disini memiliki peran bisa dianggap penting dalam pembukaan

lapangan pekerjaan di desa, semakin luas tanah yang digarap maka semakin banyak
pula tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal tersebut membuat pemilik lahan melakukan
kebijakan mempermanenkan tenaga kerja agar tenaga kerja tidak berpindah ke orang
lain. Sekarang harga lahan juga mengalami kenaikkan yang bisa dibilang cukup
tinggi, lahan sawah dengan luas ¼ hektar bisa mencapai 100 juta (tergantung lokasi),
kenaikkan juga dialami harga tegal baik yag baru dibuka atau tidak, selisihnya sekitar

25-50 juta. Harga produksi inilah yang juga mempengaruhi akan harga komoditasdi
pasar. Cabe tidak bisa bertahan lama jika musim kemarau terlalu panjang, umurnya
hanya bisa mencapai sekitar 10 bula, jika ada hujan bisa mencapai 1 tahun lebih.
Sehingga dalam menanam cabe juga harus memperhiitungkan dengan musim dan
keadaan tanah, jika tanah terlalu kering maka harapan cabe untuk tubuh tumbuh
sangat sediki, begitu pula jika tanah terlalu sering basah maka umur cabe tidak akan
bertahan lama. Perawatan dan perhitungan dalam menanam cabe memang sangat
penting agar bisa memanen dengan melimpah. Hal lain lain yang menyebabkan
kenaikkan harga cabe adalah di beberpa daerah yang biasanya menanam cabe
mengalami kekeringan, gagal panen, terlambat memanen, dan pendistribusian.
Kekeringan yang dialami daerah penghasil cabe berdampak luas tehadap stok
cabe di pasar karena jika kekeingan dialami berkepanjangan maka akan mengganggu
musim tanam dan di beberapa daerah juga berdampak pada umur cabe yang pendek.

Selain itu, terjadi penyakit kuning di beberapa sentra produksi cabai seperti Lampung,
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Akibatnya, terjadi
penurunan produksi hingga 60 persen. Rachmat mengatakan, kondisi ini langsung
berpengaruh kepada harga mengingat konsumen Indonesia sangat bergantung pada
cabai segar (Tempo.com). Hal tersebut menyebabkan umur cabe yang pendek atau
bahkan gagal panen sehingga mempengaruhi stok cabe di pasar. Pada dasarnya setiap
setiap daerah memiliki perhitungan tersendiri untuk menanam cabe yang disesuaikan
dengan keadaan musim dan cuaca di daerah masing-masing. Namun terkadang
perhitungan tersebut juga mengalami kemunduran karena menyesesauiakan dengan
musim sehingga panen raya pun juga mengalami kemoloran dan berpengaruh
terhadap stok cabe. Selain itu juga pengurangan impor cabe oleh pemerintah
menyebabkan stok di dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Di sisi lain permintaan masyarakat akan kebutuhan cabe terus meningkat
seiring dengan meningkatkannya kebutuhan konsumsi masyarakat terutama cabe, hal
tersebut terlihat dengan banyaknya rumah makan di kota-kota yang menyajikan
makanan pedas sampai yang super pedas, warung yang semakin banyak terutama di
dekat kos-kos, dan perumahan. Permintaan juga terus meningkat dengan banyaknya
konsumen yang gemar mengkonsimsi pedas sehingga permintaan akan cabe juga terus
meningkat. Jadi, kenaikan harga cabe dipengaruhi oleh permintaan yang lebih besar
dari penwaran, dan penyaebab penawaran tidak mampu memenuhi permintaan karena

ada beberapa penyebab yakni musim kemarau yang berkepanjangan, gagal panen,

adanya penyakit, biaya produksi, kekeringan, kemunduran panen, dan pengurangan
impor cabe. Hal inilah yang menyebabkan stok cabe di pasar sedikit sehingga tidak
bisa memnuhi kebutuhan pasar.
Penutup
Cabai merupakan sayuran yang kebanyakan ditemui dalam masakan Indonesia
sehingga dapat membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai cabai. Cabai
rawit sangat banyak digemari karena rasanya yang lebih pedas dibandingkan dengan cabai
merah biasa sehingga banyak petani yang tertarik untuk membudidayakannya. Namun, sifat
cabai yang tidak begitu tahan lama untuk disimpan menjadi salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses pendistribusiannya sehingga akan menyebabkan kerugian pada
petani.
Ada beberapa faktor yang juga dialami petani sehingga membuat ketentuan harga yakni a)
Faktor tenaga kerja pada sektor pertanian juga mempengaruhi pengeluaran dari petani, tenaga
kerja yang mulai sulit dicari karena rata-rata masyarakat sudah mempunyai lahan sendiri
walaupun tidak luas tetapi bisa untuk ditanami sayuran dan untuk tenaga kerja (mreman)
hanya untuk sampingan saja disaat menunggu musim panen. Sehingga para petani jika ingin
mendapatkan jasanya setidaknya harus memilki hubungan ynag baik serta mau menaikkan
upah yang diberikan, b) faktor musim, yang menyebabkan umur cabe yang pendek atau

bahkan gagal panen sehingga mempengaruhi stok cabe di pasar. Pada dasarnya setiap setiap
daerah memiliki perhitungan tersendiri untuk menanam cabe yang disesuaikan dengan
keadaan musim dan cuaca di daerah masing-masing, c) modal/lahan, Sekarang harga lahan
juga mengalami kenaikkan yang bisa dibilang cukup tinggi, lahan sawah dengan luas ¼
hektar bisa mencapai 100 juta (tergantung lokasi), kenaikkan juga dialami harga tegal baik
yag baru dibuka atau tidak, selisihnya sekitar 25-50 juta.
Daftar Pustaka
Sandmo, A. 2014. Adam Smith And Modern Economics. Norwegia; Department Of
Economics
Supriadin, J. 2014. Harga cabai melonjak, apa penyebabnya?. (online)
http://bisnis.tempo.co/read/news/2014/11/17/090622335/harga-cabaimelonjak-apa-penyebabnya. Di akses 5 Oktober 2015