T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Subtema Perkembangan Teknologi Pangan Siswa Kelas 3 SDN Mangunsari 01 Salatiga Melalui Model Project Based Learning (PJBL) Tahun Pembelajaran 20

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif sering juga disebut sebagai pembelajaran
tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu ini awalnya dikembangkan untuk
anak-anak yang bertalenta (gifted and talented) anak-anak yang cerdas, dan
mampu belajar dengan cepat. PTT sebagai salah satu metode pembelajaran yang
efektif (highly effective teaching metode) karena mampu mewadahi dan
menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik dan akademik peserta didik baik
didalam kelas maupun di luar kelas. Kemendikbud (2013:7) pembelajaran tematik
terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui
penggunaan tema dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran
secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur
menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.
Fadillah M (2014: 176) pembelajaran tematik terintegrasi dimaksudkan
bahwa pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu karakteristik
peserta didik dan dilaksanakan secara terintegrasi antara tema satu dengan yang
lain maupun antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain. Mulyasa
(2013:170) pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada

pendidikan tingkat dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk
kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainya. Prastowo (2013:233)
mengemukakan bahwa pendekatan tematik terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam berbagai tema. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas
pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran dengan memadukan
beberapa mata pelajaran yang disajikan dalam suatu tema. Peserta didik tidak
mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah.
Pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa tujuan, Kemendikbud
(2013: 194) tujuan tematik terintegrasi sebagai berikut:

8

(1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; (2)
Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama; (3) Memiliki pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) Mengembangkan kompetensi
berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa; (5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus

mempelajari pelajaran lain; (6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar
karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas; (7) Guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan dan sekaligus dapat diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan
lebih dan atau pengayaan; (8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Dalam pembelajaran tematik terintegrasi memiliki acuan utama di
dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut Fadillah M (2014:
36) kegunaan SKL adalah sebagai acuan utama dalam pengembangan Standar Isi,
Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar
Pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran tematik terintegratif, karena SKL merupakan pedoman dalam
penilaian penentuan kelulusan peserta didik. Pada kurikulum 2013 untuk
mencapai SKL peserta didik haruslah memiliki tingkat kemampuan yang
dinamakan dengan Kompetensi Inti (KI) yang merupakan perubahan dari standar
kompetensi pada kurikulum sebelumnya (KTSP).
Mulyasa (2013:174) kompetensi inti merupakan oprasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang

telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang
menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan matapelajaran. Kompetensi inti Kurikulum 2013 kelas

9

4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan melalui tabel 2.1
berikut ini:
Tabel 2.1
Kompetensi Inti
Kelas 3 Semester 1
Kompetensi Inti
Sikap Spiritual

Sikap Sosial

Pengetahuan

Keterampilan


Deskripsi Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai
ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangganya
3. Memahami pengetahuan faktual dengan
cara
mengamati
dan
menannya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak bermain dan berakhlak
mulia

Sumber: Permendikbud Nomor 64 tentang Standar Isi hal vii
Berdasarkan tabel 2.1 kompetensi yang digunakan dalam pembelajaran
tematik yang terdiri dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, beserta deskripsi yang sudah tercantum. Kompetensi di sini
memiliki ruang lingkup serta peran yang berbeda yang diharapkan dapat
memenuhi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh peserta didik secara seimbang.
Kompetensi Inti yang kemudian dituangkan dalam tema dan subtema.
Rincian tema dan subtema yang akan digunakan dapat disajikan melalui
tabel 2.2 dibawah ini.

10

Tabel 2.2
Tema dan Subtema Kelas 3 semester 1

Tema
Perkembangbiakan Hewan dan
Tumbuhan
Perkembangan Teknologi

Perubahan di Alam

Peduli Lingkungan Sosial

Subtema
Perkembangbiakan Daur Hidup Hewan
Perkembangbiakan Hewan
Pelestarian Hewan dan Tumbuhan Langka
Perkembangan Teknologi Pangan
Perkembangan Teknologi Teknologi
Perkembangan Teknologi Transportasi
Perubahan Wujud Benda
Perubahan Iklim dan Cuaca
Perubahan Musim
Lingkungan Sosialku

Permasalahan di Lingkungan Sosial
Kepedulian Terhadap Lingkungan Sosial

1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.

Sumber: Buku Guru Kelas 3 SD Tematik Semester 1
Berdasarkan tabel 2.2 pembelajaran tematik semester 1 untuk kelas 3
terdiri dari 4 tema, masing-masing tema terdiri dari 3 subtema. Salah satu sub
tema 1 dalam tema 2 Perkembangan Teknologi yaitu Perkembangan Teknologi

Pangan. Kompetensi Inti (KI) yang digunakan dalam sub tema Perkembangan
Teknologi Pangan adalah KI 3, dan KI 4. Masing-masing KI diperinci kedalam
Kompetensi Dasar (KD). Pemetaan KD pada subtema ini disajikan dalam tabel
2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3
Pemetaan KI dan KD Tema Perkembangan Teknologi
Subtema Perkembangan Teknologi Pangan Pembelajaran 1 Kelas 3 Semester 1
Kompetensi Inti
K3
Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat,
membaca) dan bertanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan sekolah

Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.3 Mengemukakan isi teks surat tanggapan
pribadi tentang perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta
permasalahan dan lingkungan sosial di
daerah dengan bantuan guru dan teman
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah
untuk membantu pemahaman.

11

K4
Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
bermain dan berakhlak mulia

4.3 Mengolah dan menyajikan teks surat
tanggapan pribadi tentang perkembangan
teknologi

perkembangan
produksi,
komunikasi,
dan
transportasi
serta
permasalahan dan lingkungan sosial di
daerah secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi
dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian.

K3
Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat,
membaca) dan bertanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan sekolah
K4

Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
bermain dan berakhlak mulia

Matematika

K3
Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menannya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain
K4
Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
bermain dan berakhlak mulia

3.3 Memahami konsep pecahan sederhana
menggunakan
benda-benda
yang
konkrit/gambar, serta menentukan nilai
terkecil.
4.2 Merumuskan dengan kalimat sendiri,
membuat model matematika, dan memilih
strategi yang efektif dalam memecahkan
masalah nyata sehari-hari yang berkaitan
dengan
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian, pembagian bilangan bulat, waktu,
panjang, berat benda, dan uang, serta
memeriksa kebenaran jawabnya
SBdP
3.1 Mengenal karya seni gaya dekoratif.

SBdP
4.1 Menggambar dekoratif dengan mengolah
perpaduan garis, warna, bentuk, dan tekstur
berdasarkan
hasil
pengamatan
di
lingkungan.

Sumber: Buku Guru Kelas 3 SD Tematik Semester 1 Halaman 5
Berdasarkan tabel 2.3 pemetaan Kompetensi Inti ke Kompetensi Dasar harus
saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga pembelajaran lebih terarah dan
terstruktur.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang

12

Standar Proses menjelaskan bahwa Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus
digunakan

sebagai

acuan

dalam

pengembangan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), yang juga dijadikan pedoman bagi guru dalam proses
pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Permendikbud
Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP yang dirancang
harus sesuai serta dapat menjawab kebutuhan siswa dan sekolah. Komponen RPP
menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses adalah :
identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan, identitas mata pelajaran atau
tema/subtema, kelas/semester,

materi pokok,

alokasi waktu,

tujuan

pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar,
langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2.2 Model Pembelajaran Project Based Learning
2.2.1

Pengertian
Project Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek (PBP)

merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
media. Hosnan (2014:319). Sedangkan menurut menurut Yahya dalam Trianto
(2015:42) menyatakan bahwa

project based learning merupakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah
model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran
terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi,
melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom
mengkonstruk

pengetahuan

mereka

sendiri,

menghasilkan produk nyata. Waras Kamdi (2008:6).

dan

mencapai

puncaknya

13

Menurut pendapat Made Wena (2010:145) Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning) adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif,
dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks. Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi
pendidikan bidang keteknikan.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual dan mencapai puncak pembelajaran menghasilkan produk.
2.2.2

Kekurangan dan Kelebihan Project Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan, begitu

juga dengan model pembelajaran Project Based Learning, menurut Anatta (dalam
Trianto 2015:48) menyebutkan beberapa kelebihan di antaranya:
a. Meningkatkan motivasi
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
c. Meningkatkan kolaborasi
d. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
Meski demikian, menurut Susanti dalam Trianto (2015: 49) berdasarkan
pengalaman yang ditemukan di lapangan, project based learning memiliki berapa
kekurangan di antaranya:
a. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat
pelaksanaan proyek.
b. Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup, masih
memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil
maksimal.

14

2.2.3

Langkah –Langkah Project Based Learning
Langkah-langkah atau sintak Project Based Learning menurut Keser dan

Karagoca (2010) dalam Hosnan (2014:325) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Langkah-Langkah Project Based Learning

1. Penentuan proyek

6. Evaluasi proses dan
hasil proyek

2. Perancangan langkahlangkah penyelesaian
proyek

5. Penyusunan laporan
dan presentasi /
publikasi hasil proyek

3. Penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek

4. Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan
monitoring guru

Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap
langkah dalam pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
1. Penentuan proyek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik

proyek

berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi
kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang akan dikerjakannya,
baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang
dari tugas yang diberikan guru.
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merangcang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek
dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan
proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek, pengintregasian berbagai
kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan sumber/bahan/alat

15

yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek dan kerja sama antar
anggota kelompok.
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Melalui pendampingan guru peserta didik dapat melakukan penjadwalan
semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus
diselesaikan tahap demi tahap.
4. Penyelesaian proyek dengan fisilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek
yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan proyek,
di antaranya adalah dengan (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d)
interview, (e) merekam, (f) berkarya seni, (g) mengunjungi objek proyek,
atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab memonitor aktivitas
peserta didik dalam melakukan tugas proyek, mulai proses hingga
penyelesaian proyek. Pada kegiatan memonitoring, guru membuat rubrik
yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
tugas proyek.
5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis,
karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau
dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat
dalam bentuk pameran produk pembelajaran.
6. Evalusasi proses dan hasil proyek
Duru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas
proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya
selama menyelesaikan tuga proyek yang berkembang dengan diskusi
untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada
tahap ini, juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang
telah

dihasilkan.

16

2.2.4 Karakteristik Project Based Learning
Karakteristik Project Based Learning menurut (Hosnan 2014: 321) adalah:
a. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah
ditentukan bersama sebelumnya.
b. Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang
tidak memiliki satu jawaban pasti.
c. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari
solusi.
d. Siswa

didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,

berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi.
e. Siswa bertanggungjawab mencari dan mengelola sendiri informasi
yang mereka kumpulkan.
f. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang
dijalankan sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu
untuk memberi pencerahan bagi siswa.
g. Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung.
h. Siswa secara regulermerefleksi dan merenungi apa yang telah mereka
lakukan, baik proses maupun hasil.
i. Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa
berupa presentasi, drama, dan lain-lain) dipresentasikan di depan
umum (maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada
dewan guru, orang tua, dan lain-lain) dan dievaluasi kualitasnya.
j. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap
kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculan umpan balik
serta revisi.

2.2.5

Analisis Komponen Model Pembelajaran Project Based Learning
Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009: 104-106),
mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur
berupa 1) Sintaks; 2) Prinsip reaksi; 3) Sistem sosial; 4) Sistem

17

Penduukung 5) Dampak Instruksional dan dampak pengiring. Berikut akan
diuraikan analisis komponen pembelajaran Project Based Learning
berdasarkan teori Bruce Joyce diatas.
1. Sintaks
Sintaks merupakan urutan langkah pengajaran yang menunjuk
pada fase-fase atau tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila
menggunakan model pembelajaran tertentu. Menurut Hosnan (2014:
325) sintaks model pembelajaran Project Based Learning dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Penentuan proyek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik proyek
berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Peserta didik
diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang akan
dikerjakannya, baik secara kelompok ataupun mandiri dengan
catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.
2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Peserta didik merangcang langkah-langkah kegiatan penyelesaian
proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan
perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas
proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek,
pengintregasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek,
perencanaan

sumber/bahan/alat

yang

dapat

mendukung

penyelesaian tugas proyek dan kerja sama antar anggota kelompok.
3) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Melalui pendampingan guru peserta didik dapat melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama
proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
4) Penyelesaian proyek dengan fisilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan
proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam
kegiatan proyek, di antaranya adalah dengan (a) membaca, (b)

18

meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) berkarya
seni, (g) mengunjungi objek proyek, atau (h) akses internet. Guru
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam
melakukan tugas proyek, mulai proses hingga penyelesaian proyek.
Pada kegiatan memonitoring, guru membuat rubrik yang akan
dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas
proyek.
5) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya
tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru
atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.
6) Evalusasi proses dan hasil proyek
Duru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi
pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan
mengemukakan pengalamannya

selama

menyelesaikan tuga

proyek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki
kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini, juga
dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah
dihasilkan.
2. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa,
termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap
siswa. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru
menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model
pembelajaran.

19

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Project
Based Learning ini guru berperan sebagai fasilitator, dalam arti guru
harus menjadi fasilitator yang akan memberikan bantuan ataupun
pengarahan bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada saat guru berperan
untuk meluruskan, menjelaskan atau memperjelas dan memanipulasi
klarifikasi siswa menuju target nilai pada saat terjadi kesulitan yang
dialami siswa. Kemudian guru juga akan membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.
3. Sistem sosial
Sistem sosial merupakan pola hubungan guru dengan siswa
pada saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan
norma yang berlaku dalam penggunaan metode pembelajaran tertentu).
Dalam pembelajaran menggunakan model Project Based
Learning ini kegiatan kelas berorientasi menghasilkan produk baik
secara individu, kelompok, maupun kelas. Siswa difasilitatori oleh guru
menentukan tema, langkah-langkah proyek, penyelesaian proyek. Peran
siswa dan guru sederajat, walaupun dalam hal ini berbeda peran.
4. Sistem pendukung
Sistem Pendukung merupakan segala sarana, bahan dan alat
yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran
secara optimal. Dalam pembelajaran menggunakan model Project
Based Learning ini sistem pendukung yang diperlukan dari segi kondisi
lingkungan fisik yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang
mendukung seperti papan tulis atau LCD untuk menampilakan masalah
dilematis. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan rancangan
pembelajaran berupa RPP, Lembar kerja siswa berbasis Project Based
Learning analisis nilai, dan lembar evaluasi.
5. Dampak instruksional dan dampak pengiring.
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai atau
yang berkaitan langsung dengan materi pembelajaran. Jadi, dampak
instruksional merupakan kemampuan siswa yang diperoleh setelah

20

dilaksanakannya pembelajaran. Secara umum, dampak instruksional
yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning ini diantaranya yaitu
peningkatan kompetensi sikap (Civic Disposition), peningkatan
kompetensi keterampilan (Civic Skills), peningkatan kompetensi
pengetahuan (Civic Knowledge). Dengan menggunakan model Project
Based Learning ini, siswa akan secara aktif bertanya dan membuat
sebuah produk. Untuk memecahkan masalah tersebut, tentu dibutuhkan
pengetahuan tentang masalah tersebut. Sasaran akhir dari model
pembelajaran ini adalah siswa dapat membuat produk dengan target
nilai yang harus dicapai dalam pembelajaran. Tujuan akhir dari
pembelajaran Project Based Learning ini menekankan pada aspek
kognitif siswa.
Dampak pengiring adalah hasil belajar sampingan (iringan)
yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran
tertentu. Secara umum, dampak pengiring yang akan timbul dengan
penerapan model pembelajaran Project Based Learning ini adalah
siswa lebih inovatif dalam memecahkan masalah didunia nyata,
keaktifan dalam bekerja sama, pengendalian diri dalam penyelesaian
proyek, percaya diri dalam penyampaian pendapat dalam kelompok,
kreatif dalam menganalisis suatu permasalahan untuk menghasilkan
produk.

21

Gambar 2.2
Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional
Model Pembelajaran Project Based Learning
Inovatif dalam menanggapi
masalah didunia nyata

Menyebutkan
pecahan biasa

Keaktifan dalam
bekerja sama

Siswa dapat
menyebutkan
jenis makan
yang
termasuk
teknologi
pangan

Value
Clarification
Technique

Pengendalian diri dalam
penyelesaian proyek

Kreatif dalam pembuatan
proyek yang berbentuk
prakarya

Siswa dapat
menentukan
gambar
dekoratif

Percaya diri dalam
menyampaikan pendapat

Dampak Instruksional

:

Dampak Pengiring

:

2.2.6 Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
Sebelum melaksanakan pembelajaran, perlu perencanaan yang matang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model tertentu. Oleh
karena itu, pemetaan sintak dan langkah-langkah pembelajaran perlu dibuat.
Pemetaan ini berguna sebagai patokan dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Berikut akan diuraikan mengenai pemetaan sintak dan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran Subtema

22

Perkembangan Teknologi Pangan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning.
Tabel 2.4
Pemetaan Sintak Project Based Learning
KEGIATAN
GURU
1. Menyampaikan
kompetensi dasar
berkaitan tentang
materi yang akan
dipelajari.
2. Memberikan tugas
proyek.

SINTAKS
PjBL
Penentuan proyek

KEGIATAN
SISWA
1. Mempersiapkan
pengetahuan awal
atau pengetahuan
yang telah
dimilikinya.
2. Menentukan
tema/topik proyek.

Membimbing peserta
didik merancang
langkah-langkah
penyelesaian proyek.

Perancangan
langkah-langkah
penyelesaian proyek

Merancang langkahlangkah kegiatan
penyelesaian proyek
dari awal sampai akhir
beserta pengelolaannya.

Mendampingi peserta
didik melakukan
penjadwalan.

Penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek

Melakukan
penjadwalan kegiatan
yang telah
dirancangnya.

Memonitoring aktivitas
peserta didik dalam
menyelesaikan proyek.

Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan
monitoring guru

Menyelesaikan tugas
proyek yang diberikan
oleh guru.

Menilai hasil karya
peserta didik.

Penyusunan laporan
dan presentasi/
publikasi hasil
proyek

Presetasi atau
memamerkan hasil
karyanya.

Refleksi aktivitas
peserta didik pada saat
proses pembelajaran.

Evaluasi proses dan
hasil proyek

Mengemukakan
pengalamannya selama
penyelesaian tugas
proyek.

23

2.3 Subtema Perkembangan Teknologi Pangan
Pembelajaran Subtema perkembangan teknologi pangan merupakan salah
satu subtema yang ada dalam tema 2 mata pelajaran tematik integratif kelas 3 sd.
Dalam subtema ini terdapat 5 mata pelajaran yaitu: (1) Bahasa Indonesia, (2)
Matematika, (3) PKn, (4) SBdP, (5) PJOK dan 6 pembelajaran. Setiap satu
pembelajaran berisi beberapa gabungan mata pelajaran yang disajikan dalam suatu
tema, peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah.
Berikut ini uraian 6 pembelajaran yang ada dalam Subtema Perkembangan
Teknologi Pangan:
1. Pembelajaran 1
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika
dan SBdP), kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran ini yaitu:
Tabel 2.5
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 1
Kegiatan Pembelajaran
1. Membaca teks
2. Mengelompokkan hasil teknologi
pangan dan yang bukan teknologi
pangan
3. Menceritakan surat tanggapan
pribadi secara tertulis,
4. Menulis lambang pecahan biasa
5. Menggambar benda berdasarkan
pecahan biasa yang diketahui
6. Menirukan pola motif dekoratif

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (memahami konsep
pecahan, mengelompokkan
makanan yang merupakan hasil
teknologi pangan)
3. Keterampilan (mengkonversi dari
gambar ke pecahan biasa,
menirukan pola batik,
menceritakan isi teks surat)

2. Pembelajaran 2
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, PKn dan
PJOK), kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam pembelajaran
ini yaitu:

24

Tabel 2.6
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 2
Kegiatan Pembelajaran
1. Mendeskripsikan makanan
kesukaan.
2. Mempresentasikan makanan
kesukaan.
3. Mencocokkan atribut-atribut
yang digunakan dengan
aktivitas yang sesuai.
4. Mempraktikkan gerakan
lokomotor dalam senam si
Buyung.

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (memahami
perbedaan makanan yang berasal
dari hasil teknologi pangan
dengan yang bukan, memahami
kebiasaan/kesukaan setiap
anggota keluarga, mengetahui
perlengkapan pakaian yang
cocok dengan jenis aktivitas)
3. Keterampilan (mempraktikkan
penggunaan atribut yang cocok
untuk kegiatan olahraga,
mempraktikkan senam Si
Buyung)

3. Pembelajaran 3
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika
dan SBdP) sama seperti pembelajaran 1, kegiatan yang harus dilakukan
peserta didik dalam pembelajaran ini yaitu:
Tabel 2.7
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 3
Kegiatan Pembelajaran
1. Membaca teks.
2. Membuat pola motif dekoratif
yang dibuat sendiri.
3. Mewarnai pola motif dekoratif.
4. Membuat gambar sesuai
dengan nilai pecahan biasa
yang senilai.
5. Menceritakan isi teks dengan
membuat gambar.

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (menuliskan
lambang bilangan, mewarnai
bentuk yang tersedia berdasarkan
nilai pecahannya)
3. Keterampilan (menceritakan isi
surat dengan gambar, membuat
motif dekoratif, mewarnai motif
dekoratif)

4. Pembelajaran 4
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, PKn dan
PJOK), kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam pembelajaran
ini yaitu:

25

Tabel 2.8
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 4
Kegiatan Pembelajaran
1. Memakai atribut yang sesuai
dengan aktivitas yang dilakukan.
2. Memerankan teks dialog.
3. Menjawab pertanyaan
berdasarkan teks.

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (mengenal atributatribut yang sesuai dengan
profesi, mengetahui tokoh-tokoh
dalam teks dialog)
3. Keterampilan (memakai atribut
yang sesuai dengan aktivitas yang
dilakukan, menerangkan teks
dialog)

5. Pembelajaran 5
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, PKn dan
Matematika), kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran ini yaitu:
Tabel 2.9
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 5
Kegiatan Pembelajaran
1. Menceritakan kembali isi teks.
2. Membandingkan pecahan.
3. Mengurutkan pecahan dari yang
terbesar/terkecil.
4. Mempresentasikan data hasil
survei.

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (membandingkan
pecahan, mengurutkan pecahan
dari yang terbesar/terkecil,
mengenal proses pembuatan
tempe, mengetahui cara melakukan
survei)
3. Keterampilan (menceritakan
kembali isi teks, mempresentasikan
data hasil survei)

6. Pembelajaran 6
Pembelajaran ini memuat 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, PKn dan
Matematika), kegiatan yang harus dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran ini yaitu:

26

Tabel 2.10
Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan yang
Dikembangkan Pembelajaran 6
Kegiatan Pembelajaran
1. Menjawab pertanyaan
berdasarkan teks
2. Menyusun surat tanggapan
pribadi
3. Menggambarkan kebiasaan
teman
4. Mengurutkan pecahan dari yang
terkecil ke yang terbesar atau
sebaliknya

Kemampuan yang Dikembangkan
1. Sikap (santun, jujur, percaya diri,
cermat dan teliti, tanggung jawab
2. Pengetahuan (kemampuan
penjumlahan pecahan yang
berpenyebut sama, memahami
urutan pecahan)
3. Keterampilan (menyusun surat
tanggapan pribadi,
menggambarkan kebiasaan teman)

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan, bahwa Subtema
Perkembangan Teknologi Pangan memuat lima mata pelajaran yang disajikan
dalam suatau tema/subtema. Subtema Perkembangan Teknologi Pangan ini
sangan berkaitan dengan dunia nyata. Selain itu peserta didik juga dapat
mempraktikkan yang membuat mereka lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
2.4 Hasil Belajar
Proses belajar yang dilaksanakan siswa dalam kegiatan belajar di sekolah
merupakan aktivitas yang dinilai oleh pendidik baik dari segi ranah kognitif,
afektif maupun psikomotorik siswa dalam bentuk hasil belajar. Abdul Majid
(2014:28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak kedua dampak
tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik. Oemar Hamalik (2013:33) juga
menyatakan bahwa Hasil belajar adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi
perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Wardani Naniek S (2012: 54) hasil belajar merupakan hasil
pengukuran penguasaan materi berupa derajat pencapaian kompetensi hasil
belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam
standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Nana Sudjana (2009:3) juga menyatakan bahwa

27

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar suatu faktor yang penting yaitu sebagai sumber informasi mengenai
sejauh mana siswa dapat memahami atau menguasai pembelajaran yang telah
dilakukan.
Senada dengan pendapat tersebut Agus

Suprijono

(2011:7)

hasil

belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya dari hasil belajar yang diperoleh
oleh siswa harus mencakup segala aspek yang diajarkan oleh pendidik, baik
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor siswa.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan
enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.

28

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil
ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalammencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
pada aspek kognitif adalah tes.
2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Project Based
Learning terhadap hasil belajar siswa diantaranya adalah:
Peneliti Muhamad Fajar Dismawan yang berjudul “Model Project Based
Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar” Berdasarkan hasil
penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV SD Muhammadiyah Metro
Pusat dapat disimpulkan bahwa penerapan model project based learning dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata
aktivitas siklus 1 sebesar 56,1dengan kategori cukup aktif”, meningkat pada siklus
2 sebesar 70,17 dengan kategori “aktif”, meningkat lagi pada siklus 3 sebesar
84,82 dengan kategori “sangat aktif”. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar secara
keseluruhan yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yaitu pada
siklus 1 sebesar 57,22 dengan kategori “cukup” (C), meningkat pada siklus 2
sebesar 62,52 dengan kategori “cukup” (C+), meningkat lagi pada siklus 3 sebesar
82,21 dengan kategori “sangat baik” (A-).
Peneliti Yohana Setiawan yang berjudul “Penerapan Project Based Learning
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dan Memperbaiki Sikap Siswa

29

Kelas V SD Pantekosta Magelang Tahun Ajaran 2013/2014” Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada proyek siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran ini belum digunakan di SD Pantekosta
untuk meningkatkan persentase hasil belajar Matematika siswa kelas V yang
tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 pada semester 1, dan pada
semester 2, KKM-nya naik menjadi 75. Selain itu suasana kelas yang belum
kondusif harus diperbaiki. Penelitian penerapan Project Based Learning di SD
Pantekosta ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki sikap
siswa pada mata pelajaran Matematika. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan siswa kelas V SD Pantekosta sebagai subjek penelitian.
Pelaksanaannya dilakukan menggunakan model Kemmis dan Tanggrat dalam dua
siklus yang pada masing masing siklusnya terdapat tiga kali pertemuan. Pada
setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi.
Satu siklus memuat sintak Project Based Learning. Data hasil belajar siswa
didapatkan melalui test dan hasil perbaikan sikap didapatkan melalui angket yang
diisi oleh siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase siswa
tuntas KKM 75 yaitu Siklus I sebesar 53,33% dan pada Siklus II sebesar 96,77%.
Perbaikan sikap siswa pada pelajaran Matematika ditunjukan dengan adanya
peningkatan klasifikasi dari “baik” setelah Siklus I dilaksanakan dan menjadi
“sangat baik” setelah Siklus II dilaksanakan.
Peneliti Veronica Yasinta Nugraeni yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Metematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui Project Based Learning
dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri 01 Gandulan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2012/2013” Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Gandulan
Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung pada semester 2 tahun pelajaran
2012/2013. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika melalui Project Based Learningdengan pendekatan kontekstual di
kelas IV SD Negeri 01 Gandulan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dengan variabel terikat hasil belajar dan variabel bebas pendekatan

30

kontekstual dan Project Based Learning. Subjek penelitian sebanyak 21
siswa.Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah lembar observasi
dan butir soal tes. Analisis data menggunakan SPSS:16,0. Dalam penelitian ini
dapat dilihat keberhasilan penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Project
Based Learning. Hasil yang diperoleh oleh siswa dalam pra siklus 11 siswa
(52,38%) belum tuntas KKM dan 10 siswa (47,62%) sudah mencapai KKM. Dan
setelah adanya penelitian pada siklus I dengan menerapkan Pendekatan
Kontekstual Melalui Project Based Learning siswa mengalami peningkatan, 5
siswa (23,8%) belum tuntas KKM dan 16 siswa (76,2%) siswa sudah tuntas
KKM. Dan hasil dari siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum tuntas
KKM dan 19 siswa (90,5%) tuntas KKM. Meningkatnya hasil belajar sangat
signifikan dari hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan dari
penelitian yang telah dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning dalam mata pelajaran
Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD N 01 Gandulan
Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.
2.6 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dengan pendekatan Project Based Learning akan
dijelaskan pada skema berikut:

31

Pembelajaran Tematik
Subtema Perkembangan
Teknologi Pangan

Pembelajaran Konvensional

Guru menggunakan
pendekatan
konvensional dan
memonopoli
kegiatan

Siswa hanya pasif,
mudah bosan dan
tidak memperhatikan
guru

Hasil Belajar Kurang
Optimal
(Nilai

��

70)

Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Project Based
Learning

1.

Peserta didik dibagi dalam kelompok.

2.

Guru memberikan tugas proyek kepada siswa, siswa menentukan tema/topik proyek.

3. Membimbing siswa merancang langkah-langkah penyelesaian proyek.

4. Mendampingi siswa melakukan penjadwalan.

5. Memonitoring siswa menyelesaikan proyek

6. Menilai hasil karya siswa

7. Rrefleksi akhir pembelajaran

8. Memberikan Tes
Hasil Belajar Lebih
���� �� 70

Optimal

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Subtema Perkembangan Teknologi Pangan
Melalui pendekatan Problem Based Learning (Model-4)model pembelajaran Rusman 2014)

32

2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian
ini: Jika pembelajaran menggunakan pendekatan Project Based Learning maka
dapat meningkatkan hasil belajar pada subtema “Perkembangan Teknologi
Pangan” kelas 3 SDN Mangunsari 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22