PENTINGNYA PAJAK UNTUK NEGERI docx

PENTINGNYA PAJAK UNTUK NEGERI
Pajak Primadona APBN

Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat tinggi. Menurut data, laju pertumbuhan di
Indonesia mencapai 1,49 persen atau sekitar empat juta per tahun. Dengan adanya
bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka kesejahteraan dan kemakmuran yang
dituntut oleh penduduk kepada negara pasti akan semakin besar. Mengingat dalam
Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan bahwa
salah satu tujuan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Untuk mewujudkan hal itu, negara (dalam artian pemerintah) akan berupaya keras. Dan untuk
merealisasikan apa yang telah direncanakan pemerintah dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum, pemerintah pastilah memerlukan anggaran (dana) yang tidak sedikit.
Lantas, bagaimana negara mendapatkan anggaran yang maksimal untuk melakukan
pembangunan (belanja negara) yang ditujukan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat?
Pernah kita mendengar pinjaman (utang) luar negeri yang dipinjamkan pada suatu negara
dengan jangka pengembalian sekian tahun. Memang, negara bisa mendapatkan dana (whole
funding) dari pinjaman atau berhutang ke luar negeri. Tetapi, hal itu sangat riskan. Mengapa?
In logical thinking, karena pada suatu saat nanti akan membebani APBN negara, dimana
negara harus membayar hutang dengan sejumlah bunga sesuai dengan ketentuan. Ditambah
lagi jika negara tidak memiliki kas negara dan banyak dana yang digunakan untuk
mengembalikan pinjaman, maka tak lama lagi negara itu akan collapse.

Indonesia terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah ruah. Sejarah telah mencatat
bahwa Portugis datang ke Indonesia dan menjajah Indonesia, salah satu alasannya karena
Indonesia kaya akan rempah – rempah. Tanah Indonesia memanglah sangat istimewa. Tak
hanya rempah – rempah saja, banyak barang tambang yang berharga di dalamnya, seperti
emas di Tanah Papua. Tetapi, sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia masih rendah
untuk mengolah itu semua. Terlintas di pikiran, bagaimana jika menjual sumber daya alam
yang dimiliki untuk mendapatkan dana guna pembangunan? Mengingat kita belum bisa
mengolah apa yang kita miliki. Cara itu memang masuk akal. Tetapi, sangat berbahaya untuk
suatu negara. Bagaimana kedepannya dengan alam kita? Pastilah suatu saat nanti jika kita

menjual sumber daya alam pada negara lain, alam kita akan hancur karena eksploitasi besar –
besaran. Lingkungan sudah tidak asri dan nyaman lagi. Kehidupan juga tidak berjalan dengan
baik. Dan mungkin, kita akan dijajah seperti dulu lagi. Sehingga, untuk sebuah cara menjual
sumber daya alam pada negara lain bukan merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan
dana (anggaran) maksimal.
Lalu, bagaimana cara yang strategis untuk mendapatkan dana (anggaran) maksimal tetapi
minim resiko?
Seperti konsepsi demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitu halnya untuk
mendapatkan anggaran yang maksimal tetapi minim resiko. Dana berasal dari rakyat,
digunakan untuk kepentingan rakyat, dan sebesar – besarnya untuk mewujudkan

kemakmuran rakyat. Dengan kalimat lain, dapat dikatakan, untuk mendapatkan anggaran
adalah dengan menggali sumber dan yang berasal dari dalam negeri yang disebut dengan
pajak. Lalu, apa itu pajak?
Banyak penjelasan menurut para ahli mengenai pajak. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sedangkan menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib warga negara kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat.
Lantas, mengapa pajak dijadikan sebagai cara mendapatkan anggaran untuk pembangunan?
Pajak memiliki fungsi, yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi
regularend (pengatur).
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber
keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak – banyaknya untuk kas
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan
pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan


(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dan sebagainya.
Pajak mempunyai fungsi regularend (pengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pmerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai
tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Sebagai contoh, Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong
mewah. Semakin mewah suatu barang, tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang
tersebut harganya semakin mahal. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba – lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah).
Fungsi dari pajak yang telah disebutkan sangat menentukan apa peran pajak dalam
penerimaan negara. Diketahui dari fungsinya, pajak memanglah sangat penting dalam
penerimaan negara untuk belanja negara
Menurut data dalam APBN-P 2016, total pendapatan negara sebesar Rp 1.786,2 T.
Pendapatan negara tersebut berasal dari penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan hibah. Dimana penerimaan pajak sebesar Rp
1.355,2 T, kepabeanan dan cukai sebesar Rp 184,0 T, PNBP sebesar Rp 245,1 T, dan hibah
sebesar Rp 2,0 T. untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari diagram berikut.

Sumber : APBN-P 2016


Dari data diagram di atas, dapat dilihat bahwa pajak menjadi sektor penerimaan terbesar
dalam kas negara.
Selain itu, terdapat data yang menunjukkan penerimaan (pendapatan) negara pada tahun 2006
sampai tahun 2016.

Sumber : https://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/informasi-apbn-perubahan-2016

Data di atas menunjukkan penenerimaan (pendapatan) negara pada tahun 2006 sampai 2016.
Dalam APBN-P 2016 disebutkan bahwa penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.355,2 T berasal
dari PPh non migas sebesar Rp 819,5 T (60,5%), PPN sebesar Rp 474,2 T (35%), PPh migas
sebesar Rp 36,3 T (2,7%), PBB sebesar Rp 17,7 T (1,3%), dan pajak lainnya sebesar Rp 7,4 T
(0,5%).
Dari data – data yang telah dipaparkan, pajak tetap menjadi primadona dalam penerimaan
(pendapatan) negara yang terus mengalami kenaikan (pertumbuhan). Dalam APBN-P 2016

disebutkan bahwa penerimaan perpajakan mengalami rata – rata pertumbuhan sebesar 13,5%
dari tahun 2010 sampai tahun 2016. Berikut grafik rata – rata pertumbuhan penerimaan
perpajakan.


Target penerimaan perpajakan direncanakan secara realistis dengan mendasarkan pada
kondisi perekonomian terkini dan dukungan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang
komprehensif. Selain itu, Pemerintah juga mempertimbangkan upaya untuk mengoptimalkan
potensi pajak yang ada dalam perekonomian dengan tetap memperhatikan iklim investasi.
Berdasarkan data – data di atas, sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan negara yang menjadi primadona untuk mendapatkan anggaran
(dana) yang maksimal dan minim resiko. Dimana nantinya apa yang telah dirancang oleh
Pemerintah dalam APBN yang berkaitan dengan belanja negara digunakan untuk sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut arah kebijakan dan sasaran pembangunan yang merupakan belanja negara
kementerian atau lembaga yang ditujukan sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat.

a. Kementerian PU PERA
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Pembangunan atau pemeliharaan jalan dan jembatan
Pembangunan jalan tol
Pembangunan rusun
Pembangunan embung, bendungan, dan penampungan air lainnya.
b. Kementerian Perhubungan
Pemanfaatan anggaran, antara lain :

Pembangunan kapal perintis penumpang dan barang
Pembangunan jalur kereta api
Pembangunan dan pengembangan Bandar udara
c. Kementerian Pertanian
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai
Pengingkatan produksi daging, telur, dan susu
Penambahan luas tanam padi
d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Wajib belajar 12 tahun melalui Program Indonesia Pintar
Peningkatan kompetensi tenaga pendidik
Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas / sekolah
e. Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Pemberian Beasiswa Bidik Misi dan Bantuan Siswa Miskin
Peningkatan kualitas dosen
Penguatan riset dan pengembangan
f. Kementerian Agama
Pemanfaatan anggaran, antara lain :

Pemberian bantuan operasional sekolah untuk MI (Ula), MTs (Wustha), dan MA
(Ulya)
Pembangunan dan rehabilitas ruang kelas / sekolah
g. Kementerian Kesehatan
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Peningkatan layanan persalinan
Pengingkatan persentase anak yang mendapatkan imunisasi lengkap
Peningkatan cakupan pelayanan universal melalui Karti Indonesia Sehat
h. Kementerian Pertahanan
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Pengadaan alutsista
Pengadaan kendaraan taktis (matra darat), KRI, KAL, Alpung, ranpur, rantis (matra
laut), dan pesawat (matra udara).

i. Polri
Pemanfaatan anggaran, antara lain :
Penambahan almatsus Polri
Pemberantasan tindak kriminal
Pengamanan objek vital
Itulah sekilas pemanfaatan anggaran belanja negara untuk membangun segala macam

keperluan demi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Selain itu, disebutkan pula dalam APBN-P 2016 bahwa anggaran yang digunakan untuk
belanja pemerintah pusat adalah sebesar Rp 1.306,7 T. Belanja pemerintah pusat yang
dimaksud antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Perlindungan sosial (Rp 150,8 T atau 11,5%)
Pelayanan umum (Rp 322,6 T atau 24,7%)
Pertahanan (Rp 109,0 T atau 8,3%)
Ketertiban dan keamanan (Rp 122,9 T atau 9,4%)

Ekonomi (Rp 331,0 T atau 25,3%)
Perlindungan lingkungan hidup (Rp 11,0 T atau 0,8%)
Perumahan dan fasilitas umum (Rp Rp 38,3 T atau 2,6%)
Kesehatan (Rp 66,1 T atau 5,1%)
Pariwisata (Rp 5,9 T atau 0,5%)
Agama (Rp 9,8 T atau 0,7%)
Pendidikan (Rp 143,3 T atau 11,0%)

Tak hanya belanja negara pemerintah pusat yang dijelaskan di atas, dalam APBN-P 2016 juga
dijelaskan mengenai subsidi. Dimana arah kebijakan subsidi tahun 2016, antara lain :
a.
b.
c.
d.

Stabilitas harga kebutuhan pokok
Daya beli masyarakat tetap terjaga terutama masyarakat miskin
Ketersediaan pasokan kebutuhan pokok dan peningkatan produktivitsa
Daya saing produksi dan akses permodalan UMKM makin meningkat


Subsidi yang dimaksud ada dua, yaitu subsidi energi dan subsidi non energi. Subsidi energi
sebesar Rp 94,4 T (53%). Subsidi energi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu subsidi BBM dan
subsidi listrik.
Subsidi BBM sebesar Rp 43,7 T (46%). Alokasi subsidi BBM, diantaranya volume LPG
tabung 3 KG (sebesar 6,6 metrik ton), volume minyak tanah (sebesar 0,69 juta KL), volume
minyak solar (sebesar 16,0 juta KL). Dimana subsidi BBM, LPG 3 KG, LGV, ditujukan
terutama untuk rumah tangga, usaha mikro, usaha perikanan dan transportasi. Untuk tetap
menerapkan prinsip efisien dan efektif dalam penggunaan anggaran untuk belanja negara,
berikut kebijakan subsidi BBM :

a. Melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar Rp 5000/liter
dan untuk premium tidak ada subsidi serta subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah
dan LPG tabung 3 kg.
b. Melaksanakan efisiensi dan efektivitas subsidi LPG tabung 3 kg
c. Meningkatkan penggunaan energy baru dan terbarukan untuk transportasi
d. Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah
tangga
e. Meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg, antara
lain melalui penggunaan data dan teknologi
f. Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM

bersubsidi dan LPG tabung 3 kg
Selain subsidi BBM, terdapat subsidi listrik yang juga merupakan subsidi energy. Subsidi
listrik sebesar (Rp 50,7 T atau sebesar 54%). Dimana subsidi listrik ini ditujukan terutama
untuk golongan pelanggan 450 – 900 VA. Untuk tetap menerapkan prinsip efisien dan efektif
dalam penggunaan anggaran untuk belanja negara, pemerintah telah merencanakan beberapa
kebijakan berkenaan dengan subsidi listrik. Berikut kebijakan subsidi listrik :
a. Meningkatkan rasio elektrifikasi
b. Meningkatkan efisiensi penyediaan tenaga listrik
c. Memberikan subsidii untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya
450 VA dan 900 VA
d. Mengembangkan energi baru dan terbarukan
e. Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan
Lalu, yang kedua adalah subsidi non energi, yaitu sebesar Rp 83,4 T. Subsidi non energi,
diantaranya :
1. Subsidi bunga kredit program (Rp 15,8 T)
Mendukung program pengembangan UMKM, peningkatan ketahanan pangan, dan
program diversifikasi energy.
Beberapa jenis bunga kredit program, antara lain :
a. Subsidi bunga KUR
- Dialokasikan sebesar Rp 10,5 T
- Coverage Rp 100 T – Rp 120 T
- Bunga kredit sebesar 9%
- Sasaran : usaha kecil, menengah, dan koperasi
b. Subsidi bunga kredit perumahan
- Dialokasikan sebesar Rp 1,3 T
- Coverage 531.445 unit rumah
- Sasaran : masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
- Bunga kredit 5%

2. Subsidi PSO (Rp 3,8 T)
Diberikan untuk penumpang angkutan kereta api, penumpang angkutan kapal laut
kelas ekonomi, dan penyediaan informasi public.
Subsidi PSO diberikan untuk :
- PSO KAI sebesar Rp 1,8 T
- PSO Pelni sebesar Rp 1,8 T
- PSO LKBN Antara sebesar Rp 0,1 T
3. Subsidi benih (Rp 1,0 T)
Membantu petani memenuhi kebutuhan benih dengan harga terjangkau, serta
mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan.
- Subsidi benih diberikan untuk benih padi dan kedelai
- Subsidi benih dialokasikan untuk 116.500 ton benih bersubsidi.
4. Subsidi pupuk (Rp 30,1 T)
Membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga terjangkau, serta
mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan.
- Subsidi benih diberikan untuk pupuk non organic seperti urea, ZA, NPK, dan
-

pupuk organik.
Subsidi pupuk dialokasikan untuk 9,5 juta ton pupuk bersubsidi.

5. Subsidi pangan (Rp 22,5 T)
Penyediaan beras dengan harga tebus/ jual Rp 1.600/kg bagi 15,5 juta RTS
@15kg/RTS selama 12 bulan.
6. Subsidi pajak (Rp 10,2 T)
Mendukung program stabilitas harga kebutuhan pokok dan pengembangan industry
strategis.
Subsidi pajak dialokasikan untuk PPh DTP sebesar Rp 9,7 T dan bea masuk DTP
sebesar Rp 0,5 T.
Itulah sekilas paparan mengenai subsidi oleh pemerintah untuk rakyat Indonesia yang masuk
dalam belanja negara. Dalam paparan sebelumnya juga dijelaskan belanja negara
kementerian atau lembaga dan juga belanja negara pemerintahan pusat menurut fungsinya.
Semua itu dilakukan oleh pemerintah untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat,
sebagaimana telah dicantumkan pada alinea keempat Pembukaan Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.
Dana (anggaran) yang digunakan untuk belanja negara tersebut berasal dari APBN. Dimana
penerimaan (pendapatan) negara yang ada dalam APBN berasal dari penerimaan perpajakan,
kepabeanan dan cukai, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan hibah. Dimana

penerimaan perpajakan merupakan sektor penerimaan terbesar dalam kas negara, yaitu
persentasenya sekitar 70 sampai 80 persen. Oleh sebab itu, pajak digadang – gadang sebagai
primadona penerimaan negara.
Karena itulah, pemerintah sangat berusaha keras menargetkan penerimaan perpajakan untuk
kas negara yang nantinya untuk APBN. Lalu, extra effort apa yang dilakukan pemerintah
dalam pengamanan target penerimaan perpajakan?
1. Optimalisasi pemeriksaan (fokus sektor unggulan masing-masing Kanwil, transfer
pricing, dan fraud)
2. Ekstensifikasi dan intensifikasi wajib pajak (data matching, optimalisasi IT, e-tax
invoice, dan perbaikan regulasi
3. Implementasi tahun 2016 sebagai tahun Penegakan Hukum atau law enforcement
(melalui penagihan aktif, pemeriksaan dan penyidikan)
4. Pengampunan pajak
Langkah pemerintah tersebut sangat berpengaruh terhadap penerimaan perpajakan di
Indonesia yang menyumbang banyak persentase dalam kas negara. Hal itu tidak dapat
dipungkiri lagi, karena pajak adalah aspek income negara yang tidak memiliki banyak resiko
dan tidak membebani negara dalam APBN.
Selagi penduduk Indonesia masih ada dan sadar akan pentingnya membayar pajak, maka
negara akan mampu memenuhi apa yang dituntut penduduk Indonesia berkenaan dengan
meningkatkan kesejahteraan umum. Tetapi, jika penduduk Indonesia tidak sadar akan
pentingnya membayar pajak dan tidak akan membayar pajak, maka negara tidak akan mampu
membiayai semua. Bahkan negara tidak akan bertahan lama, dapat dikatakan kehancuran
akan terjadi. Oleh karena itu, sebagai penduduk sekaligus warga negara Indonesia, marilah
kita sadar akan pentingnya membayar pajak. Karena pajak bukanlah pungutan yang semena –
mena, melainkan pajak adalah sumber penerimaan negara yang akan digunakan untuk
meningkatkan kesejahateraan dan kemakmuran bangsa.

Sumber Referensi :
 https://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/informasi-apbn-perubahan-2016
 http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/12/20/apbn-2017-pendapatan-negara-

masih-andalkan-pajak
 https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1286
 http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/03/penerimaan-pajak-indonesia-

2010-2015