Perkembangan Makro Ekonomi Indonesia Tah

Perkembangan Makro Ekonomi Indonesia
Tahun 1998-2013

Makalah Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia
Disusun oleh :

Nama

: Hilmiah

Nim

: 041202503125143

Kelas L305

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI (AKUNTANSI)
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
2014


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusunan makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul “Perkembangan Makro
Ekonomi Indonesia Tahun 1998 s.d 2013”.
Dalam

makalah

ini

penulis

menyadari

masih

jauh


dari

kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan
kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta,

Juli 2014

Penulis

Perekonomian Indonesia

Page i

Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................ii

Bab I. Pendahuluan ....................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................3
1.3. Tujuan ..................................................................................................3

Bab II. Tinjauan Teoritis ...........................................................................4
2.1. Pertumbuhan Ekonomi ..........................................................................4
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ...........................................................4
b. Menstabilkan Kegiatan Ekonomi .........................................................5
c. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................5
2.2 Inflasi .....................................................................................................9
a. Definisi Inflasi .....................................................................................9
b. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi ..........................................................10
c. Akibat Buruk Inflasi ............................................................................11
d. Penggunaan Tenaga Kerja Penuh Tanpa Inflasi..................................13

Perekonomian Indonesia


Page ii

2.3 Pengangguran ......................................................................................13
a. Faktor Yang Menimbulkan Pengangguran..........................................14
b. Akibat Buruk Pengangguran ...............................................................14
2.4 Neraca Perdagangan ............................................................................15
a. Pengertian Ekspor Impor ...................................................................15
b. Manfaat Melakukan Ekspor & Impor..................................................16
c. Faktor Pendorong ................................................................................17

Bab III. Analisis Data ...............................................................................19
3.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi .............................................................19
3.2 Inflasi ...................................................................................................22
3.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia .....................................................25
3.4 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia .........................................30

Bab IV. Kesimpulan ..................................................................................19
Bab V. Daftar Pustaka ..............................................................................19

Perekonomian Indonesia


Page iii

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah pada
tahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7%, sangat
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 %. Kondisi keamanan
yang belum kondusif akan sangat mempengaruhi iklim investasi di
Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal
ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang
berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya.
Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan
menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang.
Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka
harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan
kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga

akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi
dalam negeri maupun luar negeri.
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal tahun 1997 telah
memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Puncak dari krisis adalah
kerusuhan yang meledak pada tanggal 13 Mei 1998. Keutuhan kehidupan

Perekonomian Indonesia

Page 1

bangsa Indonesia turut tercabik-cabik oleh krisis yang berlangsung dengan
nyata di Jakarta yang menjadi ibukota Indonesia. Puluhan bahkan ratusan
perusahaan, mulai dari yang berskala kecil sampai milik konglomerat
bertumbangan. Lebih dari 70 persen perusahaan yang tercatat di pasar
modal mengalami kebangkrutan. Hampir semua sector bisnis pada sendi sendi perekonomian Indonesia mengalami kemunduran. Hanya sedikit
sekali sector bisnis Indonesia yang mampu bertahan dalam kondisi krisis
tersebut, krisis ekonomi itu pun juga membuat kondisi ketenaga kerjaan di
Indonesia ikut memburuk. Dimana terjadi kemerosotan Produk Domestik
Bruto (PDB), output menurun, banyak perusahaan yang bangkrut,
perbankan hancur, pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat.

Selain itu salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di
Indonesia adalah masalah Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia
tetapi juga terjadi di negara-negara maju maupun berkembang. Menurut
Indikator Ekonomi, BPS, Mei, tahun 1989, laju Inflasi di 17 kota di
Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi tertinggi terjadi di
kota Ambon. Dibanding negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak terlalu
buruk. Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi
di Indonesia paling baik, sementara dibandingkan Negara-negara Asean
keadaan Inflasi Indonesia paling jelek. Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki
untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju pertumbuhan
jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.

Perekonomian Indonesia

Page 2

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari
pertumbuhan ekonomi?


pertumbuhan

ekonomi

dan

teori-teori

2. Bagaimana cara menstabilkan kegiatan ekonomi?
3. Apakah definisi dari inflasi?
4. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi serta dampaknya
serta bagaimana cara penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi ?
5. Apakah definisi dari pengangguran serta apa sajakah faktor yang
menimbulkan pengangguran dan akibat-akibat buruknya?
6. Apakah definisi dari ekspor impor serta manfaat dan faktor
pendorong dari ekspor impor?

1.3 Tujuan
1.

2.
3.
4.

Pembaca mengerti tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Pembaca mengetahui tingkat inflasi di indonesia
Pembaca mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia
Pembaca mengetahui neraca perdagangan ekspor maupun impor

BAB II
Perekonomian Indonesia

Page 3

Tinjauan Teoritis
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah petumbuhan

ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka
panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu
negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor
produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan
kualitasnya. Teknologi yang digunakan berkembang, disamping itu juga
tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk dan
pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu
diikuti pertumbuhan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari
pertambahan produksinya yang sebenarnya.

b. Menstabilkan Kegiatan Ekonomi

Perekonomian Indonesia

Page 4


Kestabilan ekonomi yang diidam-idamkan setiap negara pada
umumnya diartikan sebagai suatu keadaan ekonomi di mana tidak
terdapat pengangguran yang serius dan perekonomian menikmati
kestabilan harga-harga. Pengertian tersebut meliputi pula kestabilan
dalam neraca pembayarannya. Dengan demikian pengertian kestabilan
ekonomi meliputi kewujudan dalam tiga hal berikut :
- Tingkat penggunaan tenaga kerja adalah tinggi
- Tingkat harga-harga tidak menunjukkan perubahan yang berarti
- Terdapat keseimbangan di antara ekspor impor dan lalu lintas dari/
ke luar negeri
Tujuan menstabilkan ekonomi berarti pula keinginan untuk
menghindari fluktuasi yang tajam dalam kegiatan ekonomi dari satu
waktu ke waktu yang lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat
dapat menimbulkan inflasi. Apabila inflasi ini tidak dapat dikendalikan,
kemerosotan ekonomi yang serius dapat berlaku pada masa berikutnya.
Fluktuasi yang tidak dikendalikan tidak akan menjamin kewujudan tiga
hal yang dinyatakan di atas, yaitu pengganguran yang rendah, kestabilan
harga-harga dan kestabilan neraca pembayaran.

c. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi
 Teori Klasik
Ada dua aliran utama pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi
(dilihat dari sisi penawaran agregat / produksi) yakni teori klasik dan
teori modern. Di antara kedua ini, teori neo-Keynesian dan teori neoklasik (Tambunan, 2006b). Dasar pemikiran dari teori klasik adalah
pembangunan ekonomi dilandasi oleh sistem liberal, yang mana
pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan
keuntungan maksimal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan

Perekonomian Indonesia

Page 5

meningkat, dan investasi juga akan bertambah. Hal ini akan
meningkatkan stok modal yang ada. Skala produksi meningkat dan
meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja sehingga tingkat upah
juga meningkat. Yang terakhir ini selanjutnya mengakibatkan jumlah
suplai tenaga kerja meningkat yang akhirnya akan menurunkan tingkat
produktifvitas dan keuntungan karena berlakunya hukum tambahan
hasil yang semakin berkurang (diminishing return) karena terbatasnya
jumlah Sumber Daya Alam seperti luas tanah. Proses ini selanjutnya
mengakibatkan produksi, permintaan tenaga kerja dan juga upah
menurun.
Menurut pemikiran klasik, pada kondisi seperti ini perekonomian
mengalami tingkat kejenuhan atau keadaan stasioner. Ini adalah sebuah
keadaan dimana perekonomian telah dewasa, mapan dan masyarakat
telah sejahtera, tetapi tanpa perkembangan lebih lanjut. Beberapa teori
klasik tersebut antara lain sebagai berikut:
- Teori pertumbuhan Adam Smith
Di dalam teori ini, ada tiga faktor penentu proses produksi/
pertumbuhan yaitu SDA, SDM, dan barang modal.
- Teori pertumbuhan David Ricardo
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA
(dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk
yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri
dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah alamiah
(atau minimal). David Ricardo juga melihat adanya perubahan
teknologi yang selalu terjadi, yang membuat meningkatnya
produktivitas tenaga kerja dan memperlambat proses diminshing
return kemerosotan tingkat upah dan keuntungan kearah tingkat
Perekonomian Indonesia

Page 6

minimumnya. David Ricardo juga melihat pertanian sebagai sektor
utama sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
- Teori pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus
Menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian
adalah kesejahteraan negara, yaitu jika PNB potensialnya meningkat.
Sektor yang dominan adalah pertanian dan industri. Jika output di
kedua sektor tersebut ditingkatkan, maka PNB potensialnya akan
bisa ditingkatkan. Ada dua kelompok faktor yang sangat menentukan
pertumbuhan, yaitu faktor-faktor ekonomi seperti tanah, tenaga
kerja, modal dan organisasi; dan faktor-faktor non-ekonomi seperti
keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, etos kerja
dan disiplin pekerja yang tinggi. Diantara faktor-faktor ekonomi
tersebut, yang paling berpengaruh adalah faktor akumulasi modal.
Tanpa penambahan modal (peningkatan investasi), proses produksi
akan berhenti dan berarti PNB potensial akan berkurang atau hilang,
sumber utama akumulasi modal adalah keuntungan dari pengusaha,
bukan penghematan konsumsi atau tabungan masyarakat.
- Teori Marx
Marx membuat lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian
yaitu : perekonomian komunal primitif, perekonomian perbudakan,
perekonomian feodal, perekonomian kapitalis, dan perekonomian
sosialis. Titik kritis dari teori Marx ini adalah pada transisi dari
perekonomian kapitalis ke perekonomian sosialis.
Jika dirangkum teori-teori klasik ini, maka ada dua hal penting yang
membedakannya dengan teori-teori lainnya yang muncul setelah itu,
yakni:
1) Faktor-faktor produksi utama adalah tenaga kerja, tanah dan modal

Perekonomian Indonesia

Page 7

2) Peran teknologi dan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas
dari tenaga kerja dan dari input-input produksi lainnya terhadap
pertumbuhan output tidak mendapat perhatian secara eksplisit atau
dianggap konstan (teknologi dianggap suatu koefisien yang tetap
tidak berubah).
 Teori non-Keynesian
Model pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori nonKeynesian adalah model dari Horrod dan Domar yang mencoba
memperluas teori Keynes, mengenai keseimbangan pertumbuhan
ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh dari
investasi, baik pada permintaan agregat maupun pada perluasan
kapasitas produksi atau penawaran agregat yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa model
pertumbuhan dari Horrod-Domar (dikenal

dengan sebutan H-O)

adalah suatu gabungan dengan modifikasi dari model pertumbuhan dari
Domar dan model pertumbuhan dari Horrod. Model dari Domar lebih
memfokuskan pada laju pertumbuhan investasi.

2.2 Inflasi
a. Definisi Inflasi
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga
umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke
periode lain. Tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada
suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya
Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit kronis dan
berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa
Perekonomian Indonesia

Page 8

lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali pada zaman Presiden
Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent
(“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah
berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen
setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya
misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa
mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru pada zaman reformasi,
mulai pada zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia
mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena
inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya
bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar dari
pada 5 persen setahun.
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah
barang dan jasayang secara umum dikonsumsi rumah tangga.Ada
barang/jasa yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang
ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante(rata-rata
tertimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut,
pada suatu selang waktu tertentu disebut inflasi apabila naik, dan deflasi
apabila turun. Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut
tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan
IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi.
Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan suatu rumus. Tujuan
penyusunan

inflasi

adalah

untuk

memperoleh

indikator

yang

menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga.
Tujuan tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai
sebagai salah satu informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik
Perekonomian Indonesia

Page 9

tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun moneter. Pada
tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya dapat memanfaatkan
angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan
sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingkat
korporasi, angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan
dan kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas (makro), angka inflasi
menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian.

b. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku di berbagai negara
diakibatkan

oleh banyak faktor. Di negara-negara industri pada

umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua
masalah berikut:
 Tingkat pengeluaran

agregat

yang

melebihi

kemampuan

perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasajasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan
akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga
yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba
menahan barangnya dari hanya menjual kepada pembeli-pembeli
yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua-dua
kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga.
 Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan
upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerjapekerja yang akan terdorong untut menuntut kenaikan upah. Apabila
tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan
biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam

Perekonomian Indonesia

Page 10

perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong
perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka.

c. Akibat Buruk Inflasi
Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu,
masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Oleh sebab
itu masalah tersebut perlu dihindari. Salah satu akibat penting dari inflasi
ialah ia cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar
masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari
pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat
dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah riil para pekerja
akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat
kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi
cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi
yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi
yang

produktif,

mengurangi

ekspor

dan

menaikkan

impor.

Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Berikut beberapa efek-efek yang ditimbulkan inflasi kepada individu
dan masyarakat :
1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah
secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah
riil individu-individu yang berpendapatan tetap.
2. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentul uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Simpanan dibank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-

Perekonomian Indonesia

Page 11

institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya
akan menurun apabila inflasi berlaku
3. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam
nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta-harta tetap tanah, bangunan dan rumah dapat
mempertahankan atau menambah nilai riil pendapatannya. Dengan
demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara
golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap
dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

d. Penggunaan Tenaga Kerja Penuh Tanpa Inflasi
Berusaha mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa
inflasi merupakan cita-cita yang paling ideal kalau dibandingkan dengan
tujuan-tujuan lainnya. Dalam bahasa inggris tujuan ini dinyatakan secara
ungkapan berikut : “to achieve full employment without inflation” atau
dalam bahasa indonesia : “mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh tanpa inflasi”.

Apabila sesuatu masyarakat dapat selalu

mencapai tujuan ini, dengan sendirinya tujuan-tujuan lainnya yaitu
mencapai kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang teguh
akan tercapai. Pada umumnya berbagai negara tidak dapat terus-menerus
mencapai penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan agregat
merupakan faktor yang terpenting yang menimbulkan keadaan tersebut.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berusaha menambah pengeluaran
agregat biasanya hanya mampu mengurangi pengangguran tetapi tidak

Perekonomian Indonesia

Page 12

selalu dapat mencapai kegiatan perekonomian pada penggunaan tenaga
kerja penuh.

2.3 Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak
secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur.
Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin
mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai penganggur.

a. Faktor Yang Menimbulkan Pengangguran
Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan
pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa
dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut hanya
akan diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang
mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin banyak barang
dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikkan produksi yang
dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian
terdapat perhubungan yang erat di antara tingkat pendapatan nasional
yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan; semakin
tinggi pendapatan nasional, semakin banyak penggunaan tenaga kerja
dalam perekonomian.
Disamping itu faktor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran:

1. Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik
2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi modern

yang

mengurangi penggunaan tenaga kerja

Perekonomian Indonesia

Page 13

3. Ketidaksesuaian

di antara keterampilan pekerjaan yang sebenarnya

dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri-industri.

b. Akibat Buruk Pengangguran
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran sesuatu
masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat
mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat,
dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai
masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Ketiadaan
pendapatan

menyebabkan

para

penganggur

harus

mengurangi

pengeluaran konsumsinya. Disamping itu ia dapat mengganggu taraf
kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan
efek psikologis yang buruk ke atas diri penganggur dan keluarganya.
Apabila keadaan pengangguran di sesuatu negara adalah sangat
buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan
efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
Nyatalah bahwa masalah pengangguran adalah masalah yang sangat
buruk efeknya kepada perekonomian masyarakat, dan oleh sebab itu
secara terus menerus usaha-usaha harus dilakukan untuk mengatasinya.

2.4 Neraca Perdagangan
a. Pengertian Ekspor & Impor
Dua neraca penting dalam suatu neraca pembayaran adalah neraca
perdagangan dan neraca keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan
pertimbangan antara ekspor dan impor.

Perekonomian Indonesia

Page 14

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan.
Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan
barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke
negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur
tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor
adalah bagian penting dari perdagangan internasional.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan.
Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau
komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar
umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara
pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari
perdagangan internasional.
Sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan pertimbangan di antara
keseluruhan aliran pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan aliran
penerimaan dari luar negeri. Defisit neraca pembayaran berarti
pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri. Salah
satu faktor penting yang menimbulkan masalah ini adalah impor
melebih ekspor. Pengaliran modal yang terlalu banyak ke luar negeri
adalah faktor lain yang menimbulkan defisit tersebut.

b. Manfaat Melakukan Ekspor & Impor
Manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
 Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi
di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi
geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan

Perekonomian Indonesia

Page 15

adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi
kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
 Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk
memperoleh

keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.

Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama
jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya
lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari
luar negeri.
 Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk
mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat
menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual
kelebihan produk tersebut keluar negeri.
 Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk
mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern.

c. Faktor Pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

Perekonomian Indonesia

Page 16

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru
untuk menjual produk tersebut.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan
dari negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia
dapat hidup sendiri.

Bab III
Analisis Data

Perekonomian Indonesia

Page 17

3.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Pada Bulan Mei 1998 disaat berakhirnya pemerintahan masa orde
baru

saat krisis keuangan Asia mencapai titik terburuknya dan

menghantam perekonomian Indonesia. Setelah mengalami suatu
pertumbuhan negatif sekitar 13% pada tahun 1998 akibat krisis Asia
tersebut, ekonomi Indonesia mulai pulih kembali sejak tahun 1999
dengan laju pertumbuhan yang kembali positif yang merangkak secara
perlahan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 hingga 2009 terjadi suatu
krisis ekonomi global yang berawal dari suatu krisis keuangan yang
besar di AS. Perekonomian Indonesia juga terkena imbasnya terutama
lewat penurunan volume ekspor manufaktur untuk sejumlah barang
terutama meubel akibat permintaan dunia merosot waktu itu. Namun
berbeda dengan pengalaman Indonesia sewaktu krisis keuangan Asia ,
pada

krisis

2008



2009,

ekonomi

Indonesia

tetap

mampu

mempertahankan pertumbuhan yang positif walaupun lajunya lebih
rendah daripada yang diharapkan saat sebelum krisis terjadi.
Menurut harian Kompas terbitan Selasa, 11 Mei 2010 (Bisnis dan
Keuangan, halaman 17) pada tahun 2010 ekonomi Indonesia
menunjukkan semakin membaik dengan laju pertumbuhan PDB tercatat
sebesar 5,7 % selama triwulan I dibandingkan periode yang sama tahun
2009, atau tumbuh sebesar 1,9 % dibandingkan dengan triwulan terakhir
2009. Dari sisi permintaan agregat, laju pertumbuhan yang hampir
mencapai 6 % itu didorong terutama oleh kenaikan volume impor
(khususnya barang-barang modal yang sangat diperlukan oleh industri
dan sektor-sektor dalam negeri lainnya) yang tercatat mencapai sekitar
22,6 % disusul kemudian oleh ekspor yang pertumbuhannya hampir
Perekonomian Indonesia

Page 18

mencapai 20 % , pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi)
yang bertambah 7,9 % dan kenaikan ekonomi faktor pendorong utama
adalah sektor perdagangan , hotel dan restoran yang tumbuh sekitar 9,6
% selama periode yang sama. Sektor pertanian yang biasanya sebagai
pendorong utama pertumbuhan PDB Indonesia dari sisi penawaran, kali
ini perannya tidak dominan, yang mencatat laju pertumbuhan outputnya
hanya 3,1 %. Dengan laju pertumbuhan tersebut, BPS optimis bahwa
nominal PDB akhir tahun 2010 akan melampaui asuransi pemerintah
sebesar Rp 6.254 triliun atau bahkan bisa mencapai hingga Rp 6.400
triliun. Menurut BPS, seperti yang dikutip oleh Kompas, nominal PDB
atau total transaksi yang terjadi di seluruh Perekonomian Indonesia pada
triwulan I tahun 2010 adalah Rp 1.498,7 triliun atas dasar harga berlaku
saat itu. Namun berdasarkan harga pasar tahun 2000, nominal PDB
Indonesia pada periode tersebut menjadi Rp 558,1 triliun.
Melalui kebijakan anggaran berimbang, Pemerintahan Presiden
Soeharto juga dinilai berhasil menekan inflasi dibawah 10%, rata-rata
defisit neraca berjalan 2,5% dan mempertahankan cadangan devisa
mendekati jumlah kebutuhan impor kurang lebih 5 bulan. Selain
kebijakan anggaran berimbang, pemerintahan Presiden Soeharto juga
mempertahankan kebijakan moneter secara hati-hati. Kebijakan tersebut
dilaksanakan untuk mencapai sasaran stabilitas ekonomi makro, yaitu
terkendalinya inflasi dan defisit neraca berjalan. Kebijakan harga
bersubsidi BBM pada masa Soeharto pada dasarnya memberikan subsidi
harga yang relatif lebih besar terhadap minyak tanah, mengingat minyak
tanah adalah bahan bakar rumah tangga sehingga subsidi harga
diharapkan

dapat

Perekonomian Indonesia

meringankan

beban

pengeluaran

keluarga

Page 19

berpendapatan rendah. Sebelum terjadi krisis ekonomi, Indonesia telah
mencapai kemajuan pesat dalam berbagai aspek pembangunan manusia.
Sejak tahun 1975 hingga pertengahan tahun 1990-an, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) terus meningkat sampai terjadinya
penurunan yang sangat tajam pada tahun 1998.

Krisis ekonomi dan

berbagai kebijakan pemulihan ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk memimpin lebih dinamis dan fluktuatif harga bahan
makanan dan input pertanian sejak pertengahan tahun 1997. Presiden B.J
Habibie dilantik sebagai Presiden R.I pada tanggal 21 Mei 1998 atau
beberapa hari setelah kerusuhan tanggal 12 Mei 1998 dan setelah
Pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Mei
1998. Pada masa pemerintahanan Presiden B.J Habibie pemerintah tidak
menaikkan harga bersubsidi BBM.
Memasuki tahun anggaran 1999 tepatnya periode April sampai 20
Oktober 1999, pemerintah tidak menaikkan harga bersubsidi BBM.
Kondisi ini memberikan kelanjutan tekanan fiskal pada pemerintahan
berikutnya yaitu pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan
pemerintahan

Presiden

Megawati

Soekarnoputri.

Pada

masa

Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tercatat 2 (dua) kali
kenaikan harga BBM yaitu pada tanggal 1 Oktober 2000 dan tanggal 16
Juni 2001. Pada masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri
tercatat 2 (dua) kali kenaikan harga bersubsidi BBM yaitu pada tanggal
17 Januari 2002 dan tanggal 2 Januari 2003. Pada pemerintahan SBY
kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi negara Indonesia,
atau menaikkan harga BBM. Kebijakan menaikkan harga BBM 1
Oktober 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun

Perekonomian Indonesia

Page 20

berikutnya. Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian
Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintahyang berfokus pada
disiplin fiska yang tinggi dan pengurangan utang Negara. Perkembangan
yang terjadi dalam 5 tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan
terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Kondisi perekonomian
pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat
baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010
seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi
sepanjang 2008 hingga 2009.

3.2 Inflasi
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah
barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada
barang/jasa yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang
ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante (rata-rata
tertimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut,
pada suatu selang waktu tertentu disebut inflasi apabila naik, dan deflasi
apabila turun. Secara umum, penghitungan perubahan harga tersebut
tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks
HargaKonsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase
kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut
deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan suatu rumus.
Tujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang
menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga.
Tujuan tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai

Perekonomian Indonesia

Page 21

sebagai salah satu informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik
tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun moneter. Pada
tingkat mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, dapat memanfaatkan
angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan
sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingkat
korporasi, angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan
dan kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas (makro), angka inflasi
menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian.
Rumus/Formula Inflasi:

INF t = ( IHKt - IHKt-1 )X 100
IHKt-1
Keterangan :
- INF = inflasi (atau deflasi) pada waktu (bulan atau tahun) t /
inflation (or deflation) at (month or year) t
- IHK = Indeks Harga Konsumen / Consumer Price Index
- IHK = CPI
TABEL INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DARI TAHUN 1998-2013

Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Inflasi

Pertumbuhan

Kurs

14,4
4,48
4,63
4,54
4,54
4,65
4,98
8,09
9,44

ekonomi
3,30
5,57
5,51
5,54
5,54
5,50
5,38
4,20
3,69

9,730
8,470
8,510
8,480
8,480
8,510
8,590
9,360
9,700

Perekonomian Indonesia

Page 22

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

10,8
14,4
9,14
11,5
14,6
14,6
14,6

3,59
1,81
3,81
2,93
1,74
1,75
1,76

10,000
10,900
9,620
10,200
11,000
11,000
11,000

Berdasarkan dengan hasil deffuzifikasi variabel makroekonomi
diatas,maka tahun 1998 untuk inflasi ekspektasinya adalah 14,4,
pertumbuhan ekonomi 3,30 dan kurs Rp,9,730. tahun 1999 untuk
ekspektasi inflasi adalah 4,48, pertumbuhan ekonomi 5,57 dan kurs
Rp,8,470. tahun 2000 untuk ekspektasi inflasi adalah 4,63, pertumbuhan
ekonomi 5,51 dan kurs Rp,8,510. tahun 2001 ekspektasi untuk inflasi
adalah 4,54, pertumbuhan ekonomi 5,54 dan kurs Rp,8,480. tahun 2002
ekspektasi untuk inflasi adalah 4,54, pertumbuhan ekonomi 5,54 dan
kurs Rp 8,480. tahun 2003 ekspektasi untuk inflasi adalah 4,65,
pertumbuhan ekonomi 5,5 dan kurs Rp 8,510. Tahun 2004 ekspektasi
untuk inflasi adalah 4,98, pertumbuhan ekonomi 5,38 dan kurs Rp 8,590.
Tahun 2005 ekspektasi untuk inflasi adalah 8,09, pertumbuhan ekonomi
4,2 dan kurs R9 9,360. Tahun 2006 ekspektasi untuk inflasi adalah 9,44,
pertumbuhan ekonomi 3,69 dan kurs Rp 9,700. Tahun 2007 ekspektasi
untuk inflasi adalah 10,8, pertumbuhan ekonomi 3,19 dan kurs Rp
10,000. Tahun 2008 ekspektasi untuk inflasi adalah 14,4, pertumbuhan
ekonomi 1,81 dan kurs Rp 10,900. Tahun 2009 ekspektasi untuk inflasi
adalah 9,14, pertumbuhan ekonomi 3,81 dan kurs Rp 9,620. Tahun 2010
ekspektasi untuk inflasi adalah 11,5, pertumbuhan ekonomi2,93 dan kurs
Rp 10,200. Tahun 2011 ekspektasi untuk inflasi adalah 14,6,
pertumbuhan ekonomi 1,74 dan kurs Rp 11,000. Tahun 2012 ekspektasi
Perekonomian Indonesia

Page 23

untuk inflasi adalah 14,6, pertumbuhan ekonomi 1,75 dan kurs Rp
11,000. Dan tahun 2013 ekspektasi untuk inflasi adalah 14,6,
pertumbuhan ekonomi 1,76 dan kurs Rp 11,000.

3.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia
- Tahun 2005
Jumlah angkatan kerja Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang,
bertambah 1,8 juta orang dibanding Agustus 2004 sebesar 104,0 juta
orang. Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama
hanya bertambah 1,2 juta orang, dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta
orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru sebesar 600
ribu orang.
- Tahun 2006
Jumlah angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai 106,3 juta
orang, bertambah 500 ribu orang dibandingkan jumlah angkatan
kerja pada Februari 2005 sebesar 105,8 juta orang. Jumlah penduduk
yang bekerja pada Februari 2006 sebesar 95,2 juta orang, bertambah
300 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari
2005, tetapi bertambah 1,2 juta orang jika dibandingkan dengan
keadaan November 2005.
- Tahun 2007
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai
108,13 juta orang, bertambah 1,74 juta orang dibanding jumlah
Perekonomian Indonesia

Page 24

angkatan kerja Agustus 2006 sebesar 106,39 juta orang atau
bertambah 1,85 juta orang dibanding Februari 2006 sebesar 106,28
juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Februari 2007 mencapai 97,58 juta orang, bertambah 2,12 juta orang
jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2006 sebesar 95,46
juta orang, atau bertambah 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan
keadaan Februari 2006 sebesar 95,18 juta orang. Jumlah penganggur
pada Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 384 ribu orang
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 yaitu dari 10,93 juta
orang pada Agustus 2006 menjadi 10,55 juta orang pada Februari
2007, dan mengalami penurunan sebesar 556 ribu orang jika
dibandingkan dengan keadaan Februari 2006 sebesar 11,10 juta
orang.
- Tahun 2008
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai
111,95 juta orang, bertambah 470 ribu orang dibanding jumlah
angkatan kerja Februari 2008 sebesar 111,48 juta orang atau
bertambah 2,01 juta orang dibanding Agustus 2007 sebesar 109,94
juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus
2008 mencapai 102,55 juta orang, bertambah 503 ribu orang
dibanding keadaan pada Februari 2008 sebesar 102,05 juta orang,
atau bertambah 2,62 juta orang dibanding keadaan Agustus 2007
sebesar 99,93 juta orang.
- Tahun 2009

Perekonomian Indonesia

Page 25

Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai
113,83 juta orang, bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah
angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta orang atau
bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008 sebesar 111,95
juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus
2009 mencapai 104,87 juta orang, bertambah 380 ribu orang
dibanding keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang,
atau bertambah 2,32 juta orang dibanding keadaan Agustus 2008
sebesar 102,55 juta orang.

- Tahun 2010
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai
116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding
angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau
bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar
113,8 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada
Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu
orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta
orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus
2009 yang sebesar 104,9 juta orang.
Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2005-2009 (%)

Perekonomian Indonesia

Page 26

- Tahun 2005
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Tahun 2005 mencapai
11,3 persen, lebih tinggi dibanding TPT pada Agustus 2004 sebesar
9,9 persen.
- Tahun 2006
Tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2006 mencapai 10,4 %,
sedikit lebih rendah dibandingkan keadaan pada Februari 2005
(11,3%).
- Tahun 2007
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Tahun 2007
mencapai 9,1 % , mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada
Tahun 2006 (10,4 %)
- Tahun 2008

Perekonomian Indonesia

Page 27

Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008
mencapai 8,4 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran
Tahun 2007 sebesar 9,1 %
- Februari 2009
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari
2009 mencapai 9,3 %, mengalami peningkatan apabila dibandingkan
TPT Tahun 2008 sebesar 8,3 %.
- Agustus 2009
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus
2009 mencapai 7,8 %, mengalami penurunan apabila dibandingkan
TPT pada Februari 2009 sebesar 9,3 %.

3.4 Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia
Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas telah mencapai 83,88% dari
total nilai ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999 peran nilai
ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau
nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan
krisis moneter yang melanda indonesia sejak pertengahan tahun 1997.
Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total
maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk
total ekspor dan 47.757,4 juta US$ (22,85%) untuk non migas. Namun
peningkatan tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001
Perekonomian Indonesia

Page 28

total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%),
demikian juga untuk eskpor non migas yang menurun 8,53%. Di tahun
2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta US$ atau
naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$.
Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi
47.406,8 juta US$. Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan
menjadi 71.584,6 juta US$ (naik 17,24%) demikian juga ekspor non
migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$. Pada tahun 2006 nilai
ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau
naik 17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81%
dibandingkan tahun 2005 menjadi 79.589,1 juta US$.
Selama lima tahun terakhi, nilai impor Indonesia menunjukkan trend
meningkat rata-rata sebesar 45.826,1 juta US$ per tahun. Pada tahun
2006, total impor tercatat sebesar 61.065,5 juta US$ atau meningkat
sebesar 3.364,6 juta US$ (5,83%) dibandingkan tahun 2005. Peningkatan
ini disebabkan oleh meningkatnya impor migas sebesar 1.505,2 juta US$
(8,62%) menjadi 18.962,9 juta US$ dan non migas sebesar 1.859,4 juta
US$ (4,62%) menjadi 42.102,6 juta US$. Pada periode yang sama,
peningkatan impor terbesar 54,15% dan non migas sebesar 39,51%.
Dilihat dari kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap
total impor selama lima tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas
sebesar 73.85% per tahun. Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan
impor migas meningkat dari 30,26% menjadi 31,05% di tahun 2006.
Sedangkan peranan impor non migas menurun dari 69,74% menjadi
68,95%.

Perekonomian Indonesia

Page 29

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor (juta US$)

Jenis

Tahun
1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

20

Non Migas
Ekspor

40,975.5 38,873.2 47,757.4 43,684.6 45,046.1 47,406.8 55,939.3 66,428.4 79,58

Impor

24,683.2 20,322.2 27,495.3 25,490.3 24,763.1 24,939.8 34,792.5 40,243.2 42,10
Migas

Ekspor

7,872.1

9,792.2

14,366.6 12,636.3 12,112.7

13,651.4 15,645.3 19,231.6 21,20

Impor

2,653.7

3,681.1

6,019.5

7,610.9

Total Ekspor
(Non
Migas+Migas)
Total Impor
(Non
Migas&Migas)

5,471.8

6,525.8

11,732.0

17,457.7 18,96

48,847.6 48,665.4 62,124.0 56,320.9 57,158.8 61,058.2 71,584.6 85,660.0 100,7

27,336.9 24,003.3 33,514.8 30,962.1 31,288.9 32,550.7 46,524.5 57,700.9 61,06

Tahun 1998 s.d 2006

BAB IV
Kesimpulan
1. Tujuan menstabilkan ekonomi berarti pula keinginan untuk
menghindari fluktuasi yang tajam dalam kegiatan ekonomi dari satu
waktu ke waktu yang lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang sangat
cepat dapat menimbulkan inflasi. Apabila inflasi ini tidak dapat
dikendalikan, kemerosotan ekonomi yang serius dapat berlaku pada
masa berikutnya. Fluktuasi yang tidak dikendalikan tidak akan
Perekonomian Indonesia

Page 30

menjamin kewujudan tiga hal yang dinyatakan di atas, yaitu
pengganguran yang rendah, kestabilan harga-harga dan kestabilan
neraca pembayaran.
2. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi
semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi
cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi
yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor.
Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
3. Terdapat perhubungan yang erat di antara tingkat pendapatan nasional
yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan;
semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak penggunaan
tenaga kerja dalam perekonomian. masalah pengangguran adalah
masalah

yang

sangat

buruk

efeknya

kepada

perekonomian

masyarakat, dan oleh sebab itu secara terus menerus usaha-usaha
harus dilakukan untuk mengatasinya.
4. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses
perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya
membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional.
5. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu
negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses

Perekonomian Indonesia

Page 31

perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan
barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor
barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian
penting dari perdagangan internasional.

BAB V
Daftar Pustaka
http://pelita-dunia27.blogspot.com/2013/03/pertumbuhan-ekonomidiindonesia.html
Sumber: http://www.bps.go.id/aboutus.php?search=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi_dan_perekonomian_Indonesia
http://pratamafahri.blogspot.com/2012/04/perkembangan-eksporimpor-di-indonesia.html
T.H Tambunan,Tulus. Perekonomian Indonesia. GI
Sadono, Sukirno. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Rajawali
Pers
Rahardja, Prathama., Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi
Mikro & Makro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik dan diolah oleh Kementrian
Perdagangan Indonesia

Perekonomian Indonesia

Page 32

Perekonomian Indonesia

Page 33

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1