Komentar MOU Indonesia Singapura Tentang
Indonesia-Singapura Tentang Kerjasama Kawasan Ekonomi Khusus
Sumber: http://news.metrotvnews.com/news/8ko0DRlK-indonesia-singapura-menyepakati-4-mou, Diakses
pada Tanggal 7 Februari 2018, Pukul 11.00 WIB.
Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia dan Singapura menyekapati kerja sama dengan
menandatangani empat MoU atau nota kesepahaman. Kedua negara menjalin kerja sama
bidang pendidikan dan pelatihan vokasional, pendidikan, pendidikan tinggi, dan pengelolaan
risiko bencana.
Kesepakatan ini diteken masing-masing menteri dan pejabat terkait. Presiden Joko
Widodo dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong menyaksikan langsung
penekenan kerja sama di The Istana, Singapura, Kamis 7 September 2017.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin
mengatakan, sebelum menyaksikan penekenan kerja sama, Presiden dan Lee menggelar
pertemuan tete-a-tete. Setelahnya, Presiden dan Lee melanjutkan pertemuan bilateral
bersama delegasi masing-masing negara.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Kemaritiman
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendampingi Jokowi
dalam pertemuan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Airlangga
Hartarto, Menteri Riset Tenologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir, Kepala BKPM Thomas
Lembong, Kepala BNPB Willem Rampangilei, dan Duta Besar Indonesia untuk Singapura I
Gusti Ngurah Swajaya juga menghadiri pertemuan bilateral.
Komentar :
Memorandum of Understanding atau disingkat MoU merupakan pencatatan atau
pendokumentasian hasil negosiasi awal dalam bentuk tertulis.
Memorandum of
understanding penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di dalam negosiasi
lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan. Sebagai studi kelayakan bahwa
setelah pihak-pihak memperoleh Memorandum of Understanding sebagai pegangan atau
pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due
diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai
sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan,
sosial budaya dan hukum. Pada prinsipnya setiap memorandum of understanding mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan dibentuknya memorandum of understanding adalah untuk
menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement nantinya, dalam hal prospek bisnisnya
belum jelas benar; dalam arti belum bisa dipastikan deal atau kesepakatan kerja sama
tersebut akan ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah memorandum of understanding tersebut.
Selanjutnya dalam hal penandatanganan kontrak masih lama karena masih terjadi negosiasi.
Karena itu daripada nggak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatanganinya kontark tersebut,
maka dibuatlah memorandum of understanding yang akan berlaku untuk sementara waktu.
Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal
penandatanganan suatu kontrak sehingga untuk sementara waktu dibuatlah memorandum of
understanding. Memorandum of understanding dibuat dan ditandatangani oleh pihak
eksekutif teras dari suatu perusahaan; sehingga untuk suatu perjanjian yang lebih rinci mesti
dirancang dan dinegosiasi secara khusus lagi oleh staf-staf yang lebih rendah tetapi lebih
menguasai secara teknis. Sedangkan ciri utama dari memorandum of understanding adalah
sebagai dasar untuk membuat kontrak pada masa yang akan datang yang isinya
singkat
dan
jangka
waktu tertentu saja. Memorandum of understanding merupakan
pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis
Memorandum of understanding penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di
dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan. Maksudnya
sebagai studi kelayakan adalah setelah pihak-pihak memperoleh memorandum of
understanding sebagai pegangan atau pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi
kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek
transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi,
keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan
ini sangat diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi
atau negosiasi lanjutan.
Mengenai kedudukan memorandum of understanding, para ahli belum mempunyai
kesepahaman. Sebagian ahli hukum memandang memorandum of understanding bukan
sebagai perjanjian karena isinya belum mencerminkan
baru merupakan
tindakan
pendahuluan
yang
hakikat
masih
perjanjian yang sesungguhnya. Jadi dalam hal ini
perjanjian, melainkan
akan ditindaklanjuti
dengan
memorandum of understanding
bukan merupakan perjanjian karena perjanjiannya sendiri belum terbentuk. Sementara
sebagian ahli hukum yang lain berpendapat bahwa memorandum of understanding
merupakan
perjanjian
karena
elemen-elemennya
dapat dianggap
memenuhi
persyaratan dan memiliki elemen perjanjian. Dalam memorandum of understanding
ada kesepakatan diantara para pihak mengenai hal-hal pokok sehingga melahirkan perjanjian
serta menimbulkan kekuatan mengikat. Memorandum of understanding ini akan menjadi
sah jika memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagimana
1320
(MoU),
Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata ciri dari Memorandum of
antara
pendahuluan
tercantum
lain: Isinya
saja, yang
ringkas, berisikan
akan
diikuti
oleh
hal
yang
perjanjian
pokok
lain
dalam
Pasal
Understanding
saja,
yang
bersifat
lebih
rinci,
mempunyai jangka waktu tertentu, dan biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian
di bawah tangan serta tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak
untuk membuat
suatu
perjanjian
yang
lebih
detail
setelah penandatanganan MoU
tersebut.
Landasan hukum yang digunakan dalam praktik penggunaan
memorandum of
understanding di Indonesia didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
mengenai memorandum of understanding
yang
tunduk
Perdata.
kepada
asas
Pengaturan
kebebasan
berkontrak membawa konsekuensi terhadap keberlakuan memorandum of understanding.
Berdasarkan
asas kebebasan
berkontrak
para
pihak
bebas
untuk
membuat
kesepakatan dalam bentuk apapun, termasuk jika kesepakatan itu dituangkan dalam
suatu
perjanjian pendahuluan
atau memorandum
of
understanding para pihak juga
diberikan kebebasan untuk menentukan materi muatan atau substansi memorandum of
understanding akan mengatur mengenai apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang,
kesusilaan,
dan
ketertiban
umum, serta sepanjang penyusunan
memorandum of understanding itu memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Meskipun di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
ketentuan
pun
yang
mengatur secara
khusus
mengenai
tidak
ada
satu
memorandum
of
understanding, namun dengan adanya asas kebebasan berkontrak tersebut maka dapat
dijadikan pijakan untuk berlakunya memorandum of understanding. Esensi
memorandum of understanding adalah
kesepakatan
para
pihak
dari
untuk membuat
perjanjian yang mengatur kerja sama diantara para pihak dalam berbagai bidang kehidupan.
Dengan demikian, dasar hokum yang digunakan
bagi
keberlakuan memorandum of
understanding adalah Pasal 1320 jo. Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Munir
Fuady mengemukakan
dua
pandangan
yang membahas mengenai
kekuatan hukum dari memorandum of understanding, yaitu memorandum of understanding
sebagai suatu gentlement agreement dan memorandum of understanding sebagai suatu
agreement
is
agreement. Memorandum of understanding sebagai
agreement,
berarti
suatu gentlemen
bahwa memorandum of understanding mengikat
hanya
sebatas
ikatan moral belaka. Sebagai gentlement agreement memorandum of understanding tidak
mengikat
secara
hukum
dan
pihak
yang
melakukan pengingkaran terhadap
memorandum of understanding tidak dapat digugat ke pengadilan. Sebagai ikatan moral, jika
ada pihak yang melakukan pengingkaran terhadap memorandum of understanding maka di
kalangan bisnis reputasinya akan jatuh. Kekuatan mengikatnya
understanding
perjanjian
sebagai
pada
gentlement
umumnya,
agreement
tidak
suatu
memorandum
dapat disejajarkan
walaupun memorandum of understanding
dibuat
of
dengan
dalam
bentuk yang paling kuat seperti dengan akta notaris sekalipun.
Di dalam kasus berita ini, dimana adanya MoU diantara Indonesia dan Singapura atau
secara harfiah dapat dikatakan telah terjadi kesepahaman yang terjalin di bidang pendidikan
dan pelatihan vokasional, pendidikan, pendidikan tinggi, dan pengelolaan risiko bencana.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya MoU sebagai pegangan dimana untuk digunakan
lebih lanjut di dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan.
Sebagai studi kelayakan bahwa setelah pihak-pihak memperoleh Memorandum of
Understanding sebagai pegangan atau pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi
kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek
transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi,
keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hokum. Dimana dalam hal ini,
pihak-pihak yang menandatangani MoU adalah Indonesia dan Singapura dengan adanya
MoU tersebut dijadikan sebagai studi kelayakan dengan menganalisa tingkat kelayakan dan
prospek dari klausul yang terdapat dalam MoU tersebut. Bila dalam hal studi kelayakan salah
satu pihak diklasifikasikan tidak layak atau tidak sesuai dengan apa yang telah ada di dalam
MoU maka akibat hukumnya MoU batal atau dapat dikatakan MoU tidak berlanjut pada
tahap MoA (Memorandum of Agreement). Syarat sah timbulnya MoU dapat kita lihat dalam
ketentuan yang termaktub di KUHPerdata dalam Pasal 1320, yaitu perjanjian dikatakan sah
bila cakap, sepakat, suatu hal tertentu, dan adanya causa yang halal dalam hal ini bila, MoU
telah memenuhi syarat-syarat tersebut dikatakan sah.
Secara praktis, payung hukum yang digunakan dalam penggunaan
of
understanding di Indonesia didasarkan
pada
asas
memorandum
kebebasan
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
berkontrak
Perdata.
yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan hukum
yang berlaku baginya sehingga mengikat bagi kedua belah pihak tersebut. Selain itu menurut
asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa saja asalkan halal menurut
hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku suatu perjanjian atau jika diterapkan
secara tertulis maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai kontrak
Berdasarkan asas kebebasan berkontrak tersebut dapat dikatakan bahwasannya para
pihak
bebas
untuk
membuat kesepakatan
dalam
bentuk
apapun,
termasuk
jika
kesepakatan itu dituangkan dalam suatu perjanjian pendahuluan atau memorandum
of
understanding para pihak juga
diberikan
kebebasan
untuk menentukan materi
muatan atau substansi memorandum of understanding akan mengatur mengenai apa saja,
sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang,
kesusilaan,
dan
ketertiban
umum, serta sepanjang penyusunan memorandum of understanding itu memenuhi syaratsyarat sahnya perjanjian sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Sejatinya, MoU sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya MoU
belumlah melahirkan suatu Hubungan Hukum karena MoU baru merupakan persetujuan
prinsip yang dituangkan secara tertulis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, MoU yang
dituangkan secara tertulis baru menciptakan suatu awal yang menjadi landasan penyusunan
dalam melakukan hubungan hukum/perjanjian. Kekuatan mengikat dan memaksa MoU pada
dasarnya sama halnya dengan perjanjian itu sendiri. Walaupun secara khusus tidak ada
pengaturan tentang MoU dan materi muatan MoU itu diserahkan kepada para pihak yang
membuatnya.
Namun terkadang, ada perjanjian yang diberi nama MoU. Artinya, penamaan dari
dokumen tersebut tidak sesuai dengan isi dari dokumen tersebut. Sehingga MoU tersebut
memiliki kekuatan hukum mengikat sebagaimana perjanjian. Dalam hal suatu MoU telah
dibuat secara sah, memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebut dalam
Pasal 1320 KUHPer, maka kedudukan dan/atau keberlakuan MoU bagi para pihak dapat
disamakan dengan sebuah undang-undang yang mempunyai kekuatan mengikat dan
memaksa. Tentu saja pengikat itu hanya menyangkut dan sebatas pada hal-hal pokok yang
termuat dalam MoU. Selain itu terdapat hal penting, yaitu Memorandum of understanding
mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya satu bulan, enam bulan, atau satu tahun.
Jangka waktu berlakunya memorandum of understanding tergantung pada kesepakatan para
pihak. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan memorandum of understanding
tersebut tidak ditindaklanjuti dengan perjanjian yang lebih detail dan lebih formal, maka
memorandum of understanding tersebut akan batal, kecuali jika diperpanjang oleh para
pihak.
Pada umumnya memorandum of understanding dibuat dalam bentuk akta dibawah
tangan. Memorandum of understanding dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yang
berkepentingan tanpa adanya campur tangan dari pejabat yang berwenang (notaris).
Meskipun memorandum of understanding hanya dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan,
namun memorandum of understanding tersebut tetap mengikat dan berlaku sebagai undangundang bagi pihak yang membuatnya. Namun dalam hal-hal tertentu ada pula memorandum
of understanding yang dibuat dalam bentuk akta autentik (akta notariil), misalnya
memorandum of understanding yang menyangkut kontrak-kontrak yang bernilai besar.
Memorandum of understanding yang dibuat dalam bentuk akta autentik (akta notariil)
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan.
Sumber: http://news.metrotvnews.com/news/8ko0DRlK-indonesia-singapura-menyepakati-4-mou, Diakses
pada Tanggal 7 Februari 2018, Pukul 11.00 WIB.
Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia dan Singapura menyekapati kerja sama dengan
menandatangani empat MoU atau nota kesepahaman. Kedua negara menjalin kerja sama
bidang pendidikan dan pelatihan vokasional, pendidikan, pendidikan tinggi, dan pengelolaan
risiko bencana.
Kesepakatan ini diteken masing-masing menteri dan pejabat terkait. Presiden Joko
Widodo dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong menyaksikan langsung
penekenan kerja sama di The Istana, Singapura, Kamis 7 September 2017.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin
mengatakan, sebelum menyaksikan penekenan kerja sama, Presiden dan Lee menggelar
pertemuan tete-a-tete. Setelahnya, Presiden dan Lee melanjutkan pertemuan bilateral
bersama delegasi masing-masing negara.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Kemaritiman
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendampingi Jokowi
dalam pertemuan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Airlangga
Hartarto, Menteri Riset Tenologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir, Kepala BKPM Thomas
Lembong, Kepala BNPB Willem Rampangilei, dan Duta Besar Indonesia untuk Singapura I
Gusti Ngurah Swajaya juga menghadiri pertemuan bilateral.
Komentar :
Memorandum of Understanding atau disingkat MoU merupakan pencatatan atau
pendokumentasian hasil negosiasi awal dalam bentuk tertulis.
Memorandum of
understanding penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di dalam negosiasi
lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan. Sebagai studi kelayakan bahwa
setelah pihak-pihak memperoleh Memorandum of Understanding sebagai pegangan atau
pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study, due
diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai
sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan,
sosial budaya dan hukum. Pada prinsipnya setiap memorandum of understanding mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan dibentuknya memorandum of understanding adalah untuk
menghindari kesulitan pembatalan suatu agreement nantinya, dalam hal prospek bisnisnya
belum jelas benar; dalam arti belum bisa dipastikan deal atau kesepakatan kerja sama
tersebut akan ditindaklanjuti, sehingga dibuatlah memorandum of understanding tersebut.
Selanjutnya dalam hal penandatanganan kontrak masih lama karena masih terjadi negosiasi.
Karena itu daripada nggak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatanganinya kontark tersebut,
maka dibuatlah memorandum of understanding yang akan berlaku untuk sementara waktu.
Adanya keraguan para pihak dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal
penandatanganan suatu kontrak sehingga untuk sementara waktu dibuatlah memorandum of
understanding. Memorandum of understanding dibuat dan ditandatangani oleh pihak
eksekutif teras dari suatu perusahaan; sehingga untuk suatu perjanjian yang lebih rinci mesti
dirancang dan dinegosiasi secara khusus lagi oleh staf-staf yang lebih rendah tetapi lebih
menguasai secara teknis. Sedangkan ciri utama dari memorandum of understanding adalah
sebagai dasar untuk membuat kontrak pada masa yang akan datang yang isinya
singkat
dan
jangka
waktu tertentu saja. Memorandum of understanding merupakan
pencatatan atau pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis
Memorandum of understanding penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di
dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan. Maksudnya
sebagai studi kelayakan adalah setelah pihak-pihak memperoleh memorandum of
understanding sebagai pegangan atau pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi
kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek
transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi,
keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hasil studi kelayakan
ini sangat diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi
atau negosiasi lanjutan.
Mengenai kedudukan memorandum of understanding, para ahli belum mempunyai
kesepahaman. Sebagian ahli hukum memandang memorandum of understanding bukan
sebagai perjanjian karena isinya belum mencerminkan
baru merupakan
tindakan
pendahuluan
yang
hakikat
masih
perjanjian yang sesungguhnya. Jadi dalam hal ini
perjanjian, melainkan
akan ditindaklanjuti
dengan
memorandum of understanding
bukan merupakan perjanjian karena perjanjiannya sendiri belum terbentuk. Sementara
sebagian ahli hukum yang lain berpendapat bahwa memorandum of understanding
merupakan
perjanjian
karena
elemen-elemennya
dapat dianggap
memenuhi
persyaratan dan memiliki elemen perjanjian. Dalam memorandum of understanding
ada kesepakatan diantara para pihak mengenai hal-hal pokok sehingga melahirkan perjanjian
serta menimbulkan kekuatan mengikat. Memorandum of understanding ini akan menjadi
sah jika memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagimana
1320
(MoU),
Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata ciri dari Memorandum of
antara
pendahuluan
tercantum
lain: Isinya
saja, yang
ringkas, berisikan
akan
diikuti
oleh
hal
yang
perjanjian
pokok
lain
dalam
Pasal
Understanding
saja,
yang
bersifat
lebih
rinci,
mempunyai jangka waktu tertentu, dan biasanya dibuat dalam bentuk perjanjian
di bawah tangan serta tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak
untuk membuat
suatu
perjanjian
yang
lebih
detail
setelah penandatanganan MoU
tersebut.
Landasan hukum yang digunakan dalam praktik penggunaan
memorandum of
understanding di Indonesia didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
mengenai memorandum of understanding
yang
tunduk
Perdata.
kepada
asas
Pengaturan
kebebasan
berkontrak membawa konsekuensi terhadap keberlakuan memorandum of understanding.
Berdasarkan
asas kebebasan
berkontrak
para
pihak
bebas
untuk
membuat
kesepakatan dalam bentuk apapun, termasuk jika kesepakatan itu dituangkan dalam
suatu
perjanjian pendahuluan
atau memorandum
of
understanding para pihak juga
diberikan kebebasan untuk menentukan materi muatan atau substansi memorandum of
understanding akan mengatur mengenai apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang,
kesusilaan,
dan
ketertiban
umum, serta sepanjang penyusunan
memorandum of understanding itu memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Meskipun di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
ketentuan
pun
yang
mengatur secara
khusus
mengenai
tidak
ada
satu
memorandum
of
understanding, namun dengan adanya asas kebebasan berkontrak tersebut maka dapat
dijadikan pijakan untuk berlakunya memorandum of understanding. Esensi
memorandum of understanding adalah
kesepakatan
para
pihak
dari
untuk membuat
perjanjian yang mengatur kerja sama diantara para pihak dalam berbagai bidang kehidupan.
Dengan demikian, dasar hokum yang digunakan
bagi
keberlakuan memorandum of
understanding adalah Pasal 1320 jo. Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Munir
Fuady mengemukakan
dua
pandangan
yang membahas mengenai
kekuatan hukum dari memorandum of understanding, yaitu memorandum of understanding
sebagai suatu gentlement agreement dan memorandum of understanding sebagai suatu
agreement
is
agreement. Memorandum of understanding sebagai
agreement,
berarti
suatu gentlemen
bahwa memorandum of understanding mengikat
hanya
sebatas
ikatan moral belaka. Sebagai gentlement agreement memorandum of understanding tidak
mengikat
secara
hukum
dan
pihak
yang
melakukan pengingkaran terhadap
memorandum of understanding tidak dapat digugat ke pengadilan. Sebagai ikatan moral, jika
ada pihak yang melakukan pengingkaran terhadap memorandum of understanding maka di
kalangan bisnis reputasinya akan jatuh. Kekuatan mengikatnya
understanding
perjanjian
sebagai
pada
gentlement
umumnya,
agreement
tidak
suatu
memorandum
dapat disejajarkan
walaupun memorandum of understanding
dibuat
of
dengan
dalam
bentuk yang paling kuat seperti dengan akta notaris sekalipun.
Di dalam kasus berita ini, dimana adanya MoU diantara Indonesia dan Singapura atau
secara harfiah dapat dikatakan telah terjadi kesepahaman yang terjalin di bidang pendidikan
dan pelatihan vokasional, pendidikan, pendidikan tinggi, dan pengelolaan risiko bencana.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya MoU sebagai pegangan dimana untuk digunakan
lebih lanjut di dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan.
Sebagai studi kelayakan bahwa setelah pihak-pihak memperoleh Memorandum of
Understanding sebagai pegangan atau pedoman awal, baru dilanjutkan dengan tahapan studi
kelayakan (feasibility study, due diligent) untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek
transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi,
keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hokum. Dimana dalam hal ini,
pihak-pihak yang menandatangani MoU adalah Indonesia dan Singapura dengan adanya
MoU tersebut dijadikan sebagai studi kelayakan dengan menganalisa tingkat kelayakan dan
prospek dari klausul yang terdapat dalam MoU tersebut. Bila dalam hal studi kelayakan salah
satu pihak diklasifikasikan tidak layak atau tidak sesuai dengan apa yang telah ada di dalam
MoU maka akibat hukumnya MoU batal atau dapat dikatakan MoU tidak berlanjut pada
tahap MoA (Memorandum of Agreement). Syarat sah timbulnya MoU dapat kita lihat dalam
ketentuan yang termaktub di KUHPerdata dalam Pasal 1320, yaitu perjanjian dikatakan sah
bila cakap, sepakat, suatu hal tertentu, dan adanya causa yang halal dalam hal ini bila, MoU
telah memenuhi syarat-syarat tersebut dikatakan sah.
Secara praktis, payung hukum yang digunakan dalam penggunaan
of
understanding di Indonesia didasarkan
pada
asas
memorandum
kebebasan
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 (ayat 1) Kitab Undang-Undang Hukum
berkontrak
Perdata.
yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan hukum
yang berlaku baginya sehingga mengikat bagi kedua belah pihak tersebut. Selain itu menurut
asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa saja asalkan halal menurut
hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku suatu perjanjian atau jika diterapkan
secara tertulis maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai kontrak
Berdasarkan asas kebebasan berkontrak tersebut dapat dikatakan bahwasannya para
pihak
bebas
untuk
membuat kesepakatan
dalam
bentuk
apapun,
termasuk
jika
kesepakatan itu dituangkan dalam suatu perjanjian pendahuluan atau memorandum
of
understanding para pihak juga
diberikan
kebebasan
untuk menentukan materi
muatan atau substansi memorandum of understanding akan mengatur mengenai apa saja,
sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang,
kesusilaan,
dan
ketertiban
umum, serta sepanjang penyusunan memorandum of understanding itu memenuhi syaratsyarat sahnya perjanjian sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Sejatinya, MoU sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya MoU
belumlah melahirkan suatu Hubungan Hukum karena MoU baru merupakan persetujuan
prinsip yang dituangkan secara tertulis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, MoU yang
dituangkan secara tertulis baru menciptakan suatu awal yang menjadi landasan penyusunan
dalam melakukan hubungan hukum/perjanjian. Kekuatan mengikat dan memaksa MoU pada
dasarnya sama halnya dengan perjanjian itu sendiri. Walaupun secara khusus tidak ada
pengaturan tentang MoU dan materi muatan MoU itu diserahkan kepada para pihak yang
membuatnya.
Namun terkadang, ada perjanjian yang diberi nama MoU. Artinya, penamaan dari
dokumen tersebut tidak sesuai dengan isi dari dokumen tersebut. Sehingga MoU tersebut
memiliki kekuatan hukum mengikat sebagaimana perjanjian. Dalam hal suatu MoU telah
dibuat secara sah, memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana disebut dalam
Pasal 1320 KUHPer, maka kedudukan dan/atau keberlakuan MoU bagi para pihak dapat
disamakan dengan sebuah undang-undang yang mempunyai kekuatan mengikat dan
memaksa. Tentu saja pengikat itu hanya menyangkut dan sebatas pada hal-hal pokok yang
termuat dalam MoU. Selain itu terdapat hal penting, yaitu Memorandum of understanding
mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya satu bulan, enam bulan, atau satu tahun.
Jangka waktu berlakunya memorandum of understanding tergantung pada kesepakatan para
pihak. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan memorandum of understanding
tersebut tidak ditindaklanjuti dengan perjanjian yang lebih detail dan lebih formal, maka
memorandum of understanding tersebut akan batal, kecuali jika diperpanjang oleh para
pihak.
Pada umumnya memorandum of understanding dibuat dalam bentuk akta dibawah
tangan. Memorandum of understanding dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yang
berkepentingan tanpa adanya campur tangan dari pejabat yang berwenang (notaris).
Meskipun memorandum of understanding hanya dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan,
namun memorandum of understanding tersebut tetap mengikat dan berlaku sebagai undangundang bagi pihak yang membuatnya. Namun dalam hal-hal tertentu ada pula memorandum
of understanding yang dibuat dalam bentuk akta autentik (akta notariil), misalnya
memorandum of understanding yang menyangkut kontrak-kontrak yang bernilai besar.
Memorandum of understanding yang dibuat dalam bentuk akta autentik (akta notariil)
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan.