Memanfaatkan Bonus Demografi sebagai Investasi

MEMANFAATKAN BONUS DEMOGRAFI ; INVESTASI SUMBER DAYA
MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN TINGGI UNTUK MENGHADAPI
TANTANGAN GLOBAL

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti
Lomba National Essay Competition 2017
“Menuju Untuk Indonesia Mandiri”

Disusun oleh:
(Muhammad Wiryo Susilo)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejak tahun 2012, Indonesia dihadapi akan fenomena bonus demografi dan terus

berjalan menuju terbukanya window of opportunity yaitu keuntungan bonus demografi
paling maksimal pada tahun 2028 hingga 2031. Keuntungan maksimal tersebut diperoleh
ketika Dependency Ratio (angka beban ketergantungan) berada pada kisaran angka paling
rendah, yaitu 47 per 100.1 Hal ini berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif
(15-64 tahun) hanya menanggung sekitar 47 penduduk usia nonproduktif.
Dengan terjadinya fenomena bonus demografi maka akan memberikan dampak
pada jumlah sumber daya manusia usia produktif yang sangat besar, diproyeksikan
jumlahnya mencapai 135 juta jiwa di tahun 2030.2 Jumlah sumber daya manusia yang
melimpah pada fase bonus demografi tersebut harus dimanfaatkan secara baik oleh
negara Indonesia.
Menurut Andre Mason (2005), pemanfaatkan bonus demografi akan berhasil
karena dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Kualitas tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan,
kesehatan, dan kecukupan gizi.3 Pemanfaatan sumber daya manusia merupakan hal yang
penting kaitannya untuk mewujudkan kemandirian suatu negara dan Indonesia memiliki
potensi yang besar karena dari segi kuantitas sangat melimpah.
Fakta mengenai kualitas sumber daya manusia Indonesia dilihat dari partisipasi
pendidikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukkan
bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk indonesia masih rendah digolongan
umur 19-24 tahun yaitu 22,95%.4 Meskipun secara persentase mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun, namun jika dibandingkan dengan Angka Partisipasi Sekolah

1

Kominfo. Siapa Mau Bonus? Peluang Demografi Indonesia, (Jakarta : Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI, 2015).
2
McKinsey, 2012
3
Mason, Andrew. Demographic Transition and Demographic Dividens in Developed and Developing
Countries. (United Nations Expert Group Meeting on Social and Economic Implications of Changing
Population Age Structures, 2005)
4
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1054 (diakses pada 13 Januari 2017)

2

kelompok umur dibawahnya yang memiliki rata-rata mencapai diatas 70%, kondisi
tersebut menunjukkan kesenjangan yang cukup besar.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis menyayangkan jika peluang bonus

demografi yang dihadapi oleh Indonesia tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik.
Investasi sumber daya manusia adalah harga mati bagi Indonesia bila ingin menjadi
bangsa mandiri dan salah satu caranya yaitu melalui pendidikan tinggi.

Urgensi Permasalahan
Meskipun secara kuantitas sumber daya manusia Indonesia melimpah, namun
dilihat secara kualitas sumber daya manusia dapat menjadi ancaman dalam fenomena
bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2028 hingga 2031. Bonus
demografi justru bisa jadi masalah serius apabila negara minim melakukan investasi
sumber daya manusia (human capital investment). Hal mengenai rendahnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia didasarkan pada Human Development Index (HDI) yang
disajikan United Nations for Development Program (UNDP) menunjukkan Indonesia
dalam posisi terbilang rendah yaitu menempati urutan ke-110 dari 188 negara di dunia.5
Untuk itu investasi sumber daya manusia menjadi upaya yang harus di prioritaskan untuk
menghadapi bonus demografi hingga beberapa tahun mendatang.

Tujuan
1. Mewujudkan bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
2. Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menyukseskan era
bonus demografi Indonesia bagi kemandirian bangsa.

3. Menjadikan pendidikan tinggi sebagai sarana utama menuju terwujudnya bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing.

5

http://hdr.undp.org/sites/default/files/2015_human_development_report.pdf (diakses pada 14 Januari
2017)

3

ISI
Pemaparan Masalah
Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktifitas suatu negara dan menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia produktif.
Bonus demografi akan menjadi manfaat bagi suatu daerah atau negara apabila kualitas
sumber daya manusia penduduk usia produktifnya memadai yang ditunjang dengan
kemampuan keahlian dan pengetahuan yang baik. Sehingga dapat menjadi tenaga kerja
yang terampil, memiliki keahlian dan pengetahuan untuk menunjang produktifitasnya.
Jika kesempatan yang ada ini tidak di dukung oleh jumlah usia produktifnya yang kurang
berkualitas, maka akan mengakibatkan potensi memanfaatkan ekonomi dari bonus

demografi yang ditandai besarnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan jumlah
penduduk usia nonproduktif menjadi tidak berarti. Jika penduduk penduduk usia
produktif lebih banyak menggangur dan tidak tidak mempunyai penghasilan, akan
menjadi beban dan ancaman. Jika daerah atau negara minim melakukan investasi sumber
daya manusia (Human Capital Investment), maka bonus demografi berubah menjadi
gelombang pengangguran massal karena tidak adanya kompetensi yang dimiliki sehingga
kalah dalam persaingan global dampaknya hal tersebut akan menambah beban anggaran
pemerintah.
Semakin kecilnya Angka partisipasi sekolah pada kelompok umur yang tinggi,
menandakan bahwa penduduk yang berhasil menempuh pendidikan tinggi masih dalam
jumlah yang kecil. Angka partisipasi sekolah yang kecil pada kelompok umur 19-24
tahun dikarenakan dipengaruhi oleh faktor kemiskinan, biaya pendidikan yang mahal,
rendahnya motivasi sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan lain sebagainya.
Pada fase bonus demografi, Angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan kelompok
umur 19-24 tahun sebagai fase pendidikan tinggi. Langkah yang bisa dilakukan yaitu
dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menempuh pendidikan
tinggi. Dengan pendidikan murah dan bantuan biaya pendidikan bagi golongan miskin
dapat memacu naiknya angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah yang tinggi
pada kelompok umur 19-24 dapat menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan


4

terampil. Jenjang pendidikan tinggi sebagai bekal utama menghadapai persaingan tenaga
kerja.

Tinjauan Pustaka
Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi selain sumber daya
alam, modal, entrepreneur untuk menghasilkan output. Semakin tinggi kualitas sumber
daya manusia, maka semakin meningkat pula produktivitas suatu negara. Berdasarkan
fakta sejarah, bahwa negara yang menerapkan investasi sumber daya manusia telah
mampu berkembang meskipun tidak memiliki kekayaan sumber daya alam yang
berlimpah, contohnya negara Jepang. Penekanan pada investasi manusia diyakini
merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total. Karena
investasi sumber daya manusia yang menghasilkan ilmu pengetahuan pada hakikatnya
adalah sumber daya yang tidak akan mengalami diminishing return.
Menurut Robert M. Solow, Peranan ilmu pengetahuan dan investasi modal
sumber daya manusia dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Pada teori Solow ini
kemudian dikembangkan teori baru pertumbuhan ekonomi yang dikenal sebagai The
New Growth Theory.6


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi,
bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan
dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan daya
saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan
tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan
intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran,
demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan
bangsa.

6

Tilaar, A. R. Pendidikan Abad ke-21 Menunjang Knowlegde-Based Economy, (Jakarta : Analisis CSIS,
2000).

5

Gagasan yang diangkat
Pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan mendorong secara

langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga pengeluaran biaya untuk pendidikan
harus dipandang sebagai investasi yang produktif dan tidak hanya dilihat sebagai sesuatu
yang konsumtif tanpa timbal balik yang jelas (rate of return). Rate of return investasi
pendidikan yang dimaksudkan adalah perbandingan antara total pengeluaran yang
dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan nilai total pendapatan yang akan
diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.7
Di negara-negara berkembang, umumnya menunjukkan rate of return terhadap
investasi pendidikan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan investasi modal fisik yaitu
20% berbanding 15%. Sedangkan di negara maju, rate of return investasi pendidikan
lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9% berbanding 13%. Keadaan ini
dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja yang mengenyam pendidikan tinggi
gingga menjadi ahli dan terampil di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya
dibanding dengan kebutuhan sehingga tingkat pendapatannya lebih tinggi dan akan
menyebabkan rate of return terhadap pendidikan juga tinggi.8
Investasi dalam bidang pendidikan memiliki fungsi teknis ekonomis, pendidikan
dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi (teori modal manusia). Orang yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan lamanya waktu untuk sekolah akan
berdampak langsung pada pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan dengan
orang yang memiliki pendidikan lebih rendah. Apabila upah dianalogikan sebagai
produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin

tinggi pula produktivitas yang dihasilkan dan ekonomi negaranya akan tumbuh lebih
tinggi (Elwin Tobing, 2005).
Investasi sumber daya melalui pendidikan tinggi sangat penting, karena dengan
pendidikan tinggi yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister,
program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, akan memberikan ilmu
pengetahuan lebih dan juga kekhususan keahlian yang membuat terciptanya sumber daya

7
8

Nurkolis. Pendidikan Sebagai . Investasi Jangka Panjang, (Jakarta, 2002).
Ibid

6

manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Selain itu, dengan pendidikan tinggi akan
tercipta pula pengembangan riset dan teknologi. Dengan adanya riset dan teknologi maka
akan mendorong inovasi dalam sektor eknomi, pada akhirnya akan mewujudkan
kesejahteraan bangsa. Bonus demografi yang didukung oleh sumber daya manusia
berkualitas akan menjadi aset yang berharga terutama untuk mempertegas kemandirian

Indonesia di mata dunia.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesempatan emas Indonesia dalam menghadapi era bonus demografi harus
dimanfaatkan sebaik mungkin. Memberdayakan sumber daya manusia Indonesia agar
berkualitas harus ditempuh melalui peningkatan Angka Partisipasi Sekolah pada
pendidikan tinggi sebagai prasyarat utama agar fenomena bonus demografi dapat diraih
secara maksimal. Investasi modal manusia melalui pendidikan tinggi di Indonesia sangat
diperlukan karena akan menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas,
produktivitas dan jiwa kompetitif menuju kemandirian bangsa. Walaupun investasi di
bidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang secara makro, namun apabila hal
ini disadari dan dilakukan saat ini niscaya manfaat dari investasi ini dapat dirasakan
hingga Indonesia berada pada tahun puncak puncak era bonus demografi pada tahun
2028 hingga 2031.
Saran
1. Pemerintah harus menuntasan program wajib belajar 12 tahun dan kemudian
mengarah ke program wajib belajar hingga pendidikan tinggi. Kewajiban pemerintah
untuk mengalokasikan dana pendidikan lebih besar lagi sebagai investasi negara untuk
investasi modal manusia. Sehingga warga negara Indonesia dapat meningkatkan Angka

Partisipasi Sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
2. Peran serta masyarakat dan pemerintah daerah harus dioptimalkan, terutama dalam
mensosialisasikan potensi bonus demografi melalui program pemberdayaan yang baik.

7

Sosialisasi mengenai penyiapan kualitas sumber daya yang akan masuk angkatan kerja,
penyiapan bidang kependudukan, ketenagakerjaan dan perekonomian. Selain itu perlu
dilakukan upaya penyadaran terhadap masyarakat bahwa kunci kesuksesan bonus
demografi ada pada kualitas masyarakatnya sendiri sehingga akan menanamkan
kesadaran untuk menuntaskan pendidikannya hingga pendidikan tinggi.
3. Jangan menjadikan pendidikan tinggi sebagai komoditas barang eksklusif agar
seluruh elemen masyarakat bisa menikmatinya. Dengan demikian terciptalah generasi
emas yang siap menghadapi tantangan pada era Bonus Demografi Indonesia untuk
menyongsong kemandirian bangsa.