BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Likuiditas - Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Likuiditas a.

  Pengertian Likuiditas Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo.

  Menurut Munawir (2002 : 31) defenisi likuiditas adalah sebagai berikut “ likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.

  Menurut Riyanto (2001 : 25) “masalah likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk kewajiban finansialnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat- alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan “kekuatan membayar” (Zahlungskraft) dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai “kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansilnya yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai “kemampuan membayar” (Zahlungsfahigkeit).

  Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan ataupun kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.

  Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid” yang artinya perusahaan mempunyai aset lancar yang lebih besar dari pada kewajiban lancar. Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan “ilikuid”. Secara khusus jika ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aset perusahaan, maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aset perusahaan yang diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat berharga) (Kim et al, 1998).

  Mengacu pada teori preferensi likuiditas yang dikemukakan oleh keynes (Sukirno, 2004 : 300) perusahaan memegang atau menahan uang kas karena didorong oleh motif atau tujuan, motif-motif tersebut adalah :

  1. Motif transaksi, 2. Untuk berjaga-jaga, 3. Untuk berspekulasi. Dalam menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku untuk pembuatan produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini merupakan dan yang disediakan perusahaan untuk keperluan transaksi. Selain itu perusahaan juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian penerimaan kas dimasa depan. Jika pada suatu saat perusahaan menerima kas yang rendah sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan operasionalnya, maka perusahaan mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga. Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan investasi tersebut, dana yang dikeluarkan untuk mendanai kegiatan investasi ini merupakan dana yang disediakan untuk tujuan investasi.

  b.

  Arti Penting Likuiditas Bagi Perusahaan.

  Arti pentingnya aspek likuiditas bagi setiap perusahaan, akan dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba, apabila suatu perusahaan berada pada keadaan yang tidak likuid. Akibat dari kemungkinan kerugian atau tidak dapat kesempatan untuk memperoleh laba dikarenakan suatu perusahaan tersebut dalam keadaan illiquid dapat digambarkan sebagai berikut : 1)

  Perusahaan akan kesulitan atau tidak bisa melunasi hutang jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo. Dalam keadaan demikian, maka kadang-kadang perusahaan terpaksa harus menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relative tinggi, menjual investasi jangka panjang, atau aset tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut, jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka perusahaan akan menghadapi risiko kebangkrutan.

  2) Bagi para pemilik perusahaan, keadaan illikuid berarti mengurangi kesempatan memperoleh keuntungan yang lebih besar, atau kehilangan control terhadap sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.

  3) Bagi para kreditor perusahaan, keadaan illikuid dari perusahaan yang diberi pinjaman/kredit, berarti penundaan pengumpulan atas bunga dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini berarti sebagai suatu awal kerugian yang akan diterima atas sebagian atau seluruh jumlah bunga dan pokok pinjaman tersebut bagi kreditor yang bersangkutan.

  4) Para pelanggan seperti halnya para supplier atas barang-barang dan jasa bagi perusahaan, akan terpengaruh berupa keadaan ketidakmampuan perusahaan yang illikuid dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak, atau kehilangan arti (manfaat) dalam hubungannya dengan perusahaan yang tidak likuid sebagai supplier bagi langganan yang bersangkutan.

  5) Perusahaan tidak dapat memanfaatkan kesempatan potongan harga untuk pembelian tunai yang ditawarkan oleh supplier. Akibatnya perusahaan terpaksa beroperasi pada tingkat harga yang tinggi, sehingga mengurangi kesempatan untuk memperoleh laba yang besar.

  Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan tidak likuidnya perusahaan seperti yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa pengukuran dan penilaian terhadap aspek likuiditas perusahaan dianggap sebagai suatu persoalan yang sangat penting bagi semua perusahaan, karena apabila perusahaan tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo maka eksistensi perusahaan tersebut akan disangsikan.

  c.

  Pengukuran Likuiditas dengan Rasio Lancar (Current ratio) Dalam penelitian ini, untuk menilai likuiditas perusahaan digunakan current ratio sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan. Current ratio dipilih sebagai alat untuk mengukur likuiditas dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa ratio ini melibatkan inventory didalamnya, mengingat bahwa perusahaan makanan dan minuman dan perusahaan farmasi kegiatannya adalah menjual barang- barang untuk dikonsumsi, dan jenis barang yang dijual juga berbagai macam produk sehingga rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan perusahaan makanan dan minuman serta perusahaan farmasi untuk memenuhi tuntutan kreditor jangka pendek dengan menggunakan aset lancar yang diperkirakan dapat segera menjadi uang tunai. Current ratio dapat digunakan untuk melihat sampai dimanakah perusahaan memiliki kemampuan membayar kewajibannya. Semakin besar Current ratio perusahaan, maka semakin baiklah posisi kreditor, karena kemungkinan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu sangat besar.

  Menurut Kasmir (2008 : 135), rumus untuk mencari likuiditas dengan menggunakan rasio lancar atau Current ratio adalah sebagai berikut :

  Aset Lancar (

)

  X 100% =

  Hutang Lancar ( )

  Menurut Riyanto (1997 : 2008), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan Current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan jalan sebagai berikut : 1)

  Dengan hutang lancar atau current liabilities tertentu, diusahakan untuk menambah aset lancar atau current assets.

  2) Dengan aset lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar.

  3) Dengan mengurangi jumlah hutang lancar bersama-sama dengan mengurangi aset lancar.

  d.

  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Tingkat Likuiditas suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, Kim et al (1998 : 349) mengatakan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan, adalah :

  1) Cost of External Financing

  Faktor Cost of External Financing ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan jika perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan, Kim et al (1998 : 349 ) menggunakan proxy ukuran perusahaan (firm size) dan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur faktor Cost of External Financing tersebut. Barclay dan simth (1996, dalam Kim et al., 1998) mengemukakan argumen bahwa, cost

  

of external financing yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar

  relatif lebih rendah dibanding dengan perusahaan-perusahaan kecil, hal ini disebabkan perusahaan besar lebih mampu mencapai economic of scale terutama jika dikaitan dengan biaya tetap pada saat melakukan emisi saham.

  2) Cash Flow Uncertainly Cash flow uncertainly atau ketidak pastian arus kas dapat

  menentukan keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidak pastian arus kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aset yang likuid dengan jumlah yang besar.

  3) Current and Future investment opportunities Current and Future investment opportunities adalah kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun saat mendatang.

  

Current and Future investment opportunities ini dapat mempengaruhi

  manajemen dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan

  

Current and Future investment opportunities ini manajemen akan

  mempertimbangkan apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aset tetap atau melakukan investasi dalam aset yang likuid.

  4) Transaction Demand for Liquidity

  Transaction Demand for Liquidity ini berkaitan dengan dana atau

  kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor Transaction

  

Demand for Liquidity ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan

  manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan. Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutang jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran) atau kemampuannya untuk mengkonversikan aset non kas menjadi kas.

2.1.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  Menurut Ferry dan Jones (dalam sujianto, 2001), Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penetuan skala besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total

  

asset dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. jadi, ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.

  Perusahaan yang memiliki asset besar maka akan lebih likuid karena perusahaan bisa membiayai kewajiban lancarnya melalui laba yang dihasilkan oleh asset-asset tersebut. Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapatkan sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.

  Ukuran perusahaan juga dapat mencerminkan tinggi dan rendahnya aktivitas operasional dan aktivitas investasi perusahaan, pada umumnya apabila semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasional dan kegiatan investasi perusahaan tersebut. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi didalam perusahaan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat likuditas suatu perusahaan, sehingga dapa disimpulkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan.

  Maka ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan formula :

  Ukuran Perusahaan = Total Asset Perusahaan 2.1.3.

   Return Spread Return spread merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan

  dalam melakukan investasi. Return spread adalah selisih antara bunga yang diterima dari bank seandainya dana yang dimiliki perusahaan disimpan di bank dengan hasil atau return yang diterima jika dana yang dimiliki oleh perushaan digunakan untuk mendanai investasi. Apabila spread (selisih) tinggi, yaitu profit yang diterima perusahaan lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank, maka lebih baik perusahaan menginvestasikan dana yang dimilikinya dari pada menyimpan dana tersebut di bank. Laba inilah yang mendorong manajemen untuk meningkatkan likuiditasnya agar dana yang berada di kas tinggi, sehingga dana itu dapat digunakan untuk mendanai investasi pada saat diperlukan.

  Menurut Kustiadi (2006), return spread yaitu : Selisih antara profitabilitas perusahaan dengan suku bunga bank, jika spread tersebut tinggi maka likuiditasnya juga tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dana untuk investasi dari pada menanam dananya di bank. Menurut Kim et al (1998 :349) Return spread adalah “selisih antara return yang dihasilkan oleh asset perusahaan dengan return aset bebab risiko”.

  Dalam penelitian ini aset bebas risiko diproxy dengan surat berharga Bank Indonesia (SBI). Sedangkan return yang dihasilkan oleh aset perusahaan diproxy dengan ROA (Return On Asset). Mengacu pada formula yang digunakan oleh Kim et al. (1998: 349), maka formula yang digunakan untuk menghitung

  return spread adalah sebagai berikut: Return Spread = ROA - suku bunga SBI

  ROA dihitung dengan rumus = laba bersih setelah pajak / total aset, dan suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI bulanan.

2.1.4. Debt To Asset Ratio

  Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor pihak luar) dan para pemegang saham. Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar asset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya seberapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.

  Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt to asset

  

ratio. Menurut Kasmir (2008 : 156), debt to asset ratio merupakan rasio

  hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aset. Dengan kata lain, seberapa besar asset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. Semakin tinggi rasio ini maka perusahaan semakin tidak likuid karena pendanaan dari luar terlalu banyak dan perusahaan harus mengeluarkan banyak uang kas untuk pengembaliannya.

  Rumus untuk mencari debt to asset ratio adalah :

  =

  x 100%

2.1.5. Arus Kas Operasi

  Kas merupakan aktiva yang paling likuid serta menawarkan likuiditas dan fleksibilitas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi perusahaan. Aktivitas operasi perusahaan melibatkan konversi kas menjadi berbagai aktiva (seperti persediaan) yang digunakan untuk menghasilkan piutang dari penjualan kredit. Siklus operasi menjadi lengkap saat kas kembali ke perusahaan melalui proses penagihan, yang memungkinkan dimulainya siklus operasi baru. Sesungguhnya kas merupakan ukuran akhir profitabilitas, kas lah yang digunakan untuk membayar utang, mengganti peralatan, memperluas fasilitas, dan membayar dividen. Dengan demikian, analisis arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan dapat membantu menilai salah satunya likuiditas.

  Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang merupakan aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Arus kas dari operasi sering dikaitkan dengan laba bersih untuk menilai kualitasnya. Arus kas dari operasi menjadi penguji yang efektif atas laba bersih, namun bukan pengganti laba bersih atau dengan kata lain arus kas operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa yang ikut dalam menentukan laba perusahaan. Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang.

2.1.6. Perputaran Modal Kerja

  Menurut Jumingan (2005 : 66), terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut :

1) Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap hutang jangka pendek.

  Kelebihan ini diebut modal kerja bersih (net working capital). Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya asset lancar yang lebih besar dari pada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. 2)

  Modal kerja adalah jumlah dari asset lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dan yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan terganttung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aset lancar misalnya kas, surat berharga, piutang dan persediaan.

  Menurut Wild (2005 :186),” modal kerja adalah selisih aktiva lancar setelah dikurangi dengan kewajiban lancar”. Menurut Brigham (2001 : 150), modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha.

  Pentingnya modal kerja didalam perusahaan mempunyai manfaat sebagai berikut :

  1) Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

  2) Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.

  3) Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan potongan harga.

  4) Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

  5) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

  6) Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.

  7) Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.

  Modal kerja selalu dalam kedaan operasi atau berputar dalam perusahan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen- komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran modal kerjanya atau makin tinggi tingkat perputarannya.

  Menurut Ahmad (2002 : 8), perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

  Total Penjualan

  Perputaran Modal Kerja = x 100%

  Modal kerja Bersih Modal kerja bersih diperoleh dari aset lancar – hutang lancar.

2.1.7. Perputaran Piutang

  Sebagian besar keberhasilan perusahaan diukur berdasarkan tingkat financialnya yang dicapai, dalam situasi yang semakin kompetitif ini sering kali perusahaan melakukan penjualan secara kredit sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan volume penjualan yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas dan likuiditas perusahaan. kebijakan ini diambil dengan harapan dapat meningkatkan volume penjualan, meskipun selanjutnya akan memunculkan piutang bagi perusahaan.

  Piutang merupakan unsur aset lancar yang relatif mudah dicairkan, dan likuiditas merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jika piutang perusahaan itu dikelola dengan baik, maka likuiditas perusahaan juga ikut membaik, dan sebaliknya jika piutang perusahaan dikelola secara buruk maka likuiditas perusahaan juga ikut memburuk.

  Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah (Riyanto, 2001 : 90). Jika tingkat perputaran piutang tinggi, maka semakin cepat piutang tersebut menjadi uang kas dan bisa digunakan untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya, jadi semakin tinggi perputaran piutang maka likuiditasnya perusahaan juga semakin tinggi.

  Rumus dari perputaran piutang (Recevable Turnover) adalah (Sawir, 2001 :16 ) :

  

Penjualan

Receivable Turnover = 100% x

  Piutang Rata −rata

2.2. Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang berkaitan dengan analisis faktor likuiditas perusahaan antara lain :

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al bertujuan untuk mengetahui secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan likuiditas perusahaan. faktor-faktor yang diduga mempengaruhi likuiditas adalah: ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, variabilitas arus kas operasi, variabilitas free cash flow, return spread, perkiraan kondisi ekonomi masa mendatang, siklus kas, variabilitas siklus kas, debt ratio, arus kas dan prediktor kebangkrutan. Penelitian ini dilakukan terhadap 915 perusahaan manufaktur di AS dengan periode pengamatan tahun 1975-1994. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim et al (1998) ini menunjukkan bahwa : (1) Rasio

  market to book value berpengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti

  semakin besar rasio market to book value maka likuiditas perusahaan akan semakin tinggi. (2) return spread berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini berarti semakin tinggi spread return antara return aktiva bebas resiko dengan return aktiva maka likuiditas perusahaan juga akan semakin tinggi, (3) siklus kas berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini berarti semakin tinggi siklus kas maka likuiditas perusahaan juga semakin tinggi, (4) Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini berarti semakin besar Debt Ratio perusahaan maka perusahaan akan cenderung menggunakan likuiditas yang tinggi pula, (5) arus kas operasi berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini menunjukkan semakin tinggi arus kas perusahaan maka likuiditas perusahaan juga akan semakin tinggi, (6) kemungkinan kebangkrutan berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini menunjukkan jika kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, maka likuiditas perusahaan akan cenderung rendah.

  2. Dalam penelitian yang dilakukan Nuria pada tahun 2011 mengenai analisis faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan manufaktur go public bertujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh dari ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, tingkat pengembalian atau return

  spread dan rasio hutang terhadap likuiditas perusahaan. adapun variabel

  yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) ukuran perusahaan, (2) kesempatan bertumbuh, (3) return spread, (4) dan debt ratio. Dan metode analisis data yang digunakan dalam penellitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Dan hasil dari penelitian ini adalah secara parsial hanya variabel debt ratio dan return spread yang berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan dengan signifikan kurang dari 0.05 yaitu 0.047 dan 0.022. dan dalam penelitian ini diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan yaitu debt ratio atau rasio hutang.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dan Fazriani yang terdapat dalam jurnal ilmiah Ranggagading Volume 11 No.1 tahun 2011, tentang pengaruh modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada PT Timah,Tbk dan PT Antam, Tbk. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa perputaran modal kerja pada PT. Timah,Tbk berdasarkan uji t perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Rasio Lancar (Likuiditas), Dan berdasarkan uji F dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja pada PT. Timah, Tbk memiliki hubungan dengan rasio lancar. Dan perputaran modal kerja pada PT. Antam,Tbk berdasarkan uji t memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio lancar, dan berdasarkan uji F perputaran modal kerja pada PT. Antam, Tbk memiliki hubungan dengan rasio lancar atau likuiditas perusahaan

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa dan Jogi yang terdapat dalam Business

  Accounting Review , mengenai analisa faktor yang mempengaruhi likuiditas

  pada 25 perusahaan yang bergerak dalam industri Ritel , penelitian ini menggunakan beberapa variabel kontrol yang meliputi ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, perputaran modal kerja. Hasil dari penelitian ini secara simultan atau uji F bahwa ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh dan perputaran modal kerja mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap likuiditas. Sedangan dalam hasil uji t menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas, sedangkan ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

  5. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun 2009, bertujuan untuk mengetahui apakah total aktiva, perputaran modal kerja, arus kas operasi berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap tingkat likuiditas perusahaan. adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 perusahaan, penelitian ini dilakukan untuk periode 2005 sampai dengan 2007. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah likuiditas dan yang menjadi variabel bebas adalah total aktiva, perputaran modal kerja, arus kas operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan total aktiva, perputaran modal kerja dan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. tetapi secara parsial, total aktiva, perputaran modal kerja dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

  6. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yohanes (2011), bertujuan untuk memepelajari pengaruh dari ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh,

  return spread , dan rasio hutang terhadap likuiditas perusahaan manufaktur

  yang go public. Analisis data sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linier berganda. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas, rasio kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan, rasio return spread berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas dan debt ratio berpengaruh negatif signifkan terhadap likuiditas perusahaan.

  7. Penelitian yang dilakukan oleh Melvatanti pada tahun 2009, mengenai pengaruh perputaran modal kerja dan return spread terhadap likuiditas, dimana pada penelitian ini dilakukan pada 17 perusahaan otomotif. Penelitian ini menguji pengaruh ke dua variabel bebas yaitu perputaran modal kerja dan return spread terhadap variabel terikatnya yaitu likuiditas.

  Dalam penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa perputaran modal kerja dan return spread mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif.

  Tabel 2.2. Ringkasan Penelitian Terdahulu

  Nama Judul Variabel yang digunakan Hasil Penelitian

  Kim et al (1998) The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidence

ukuran perusahaan,

kesempatan bertumbuh,

variabilitas arus kas

operasi, variabilitas

free cash flow, return

spread , perkiraan

kondisi ekonomi masa mendatang, siklus kas, variabilitas siklus kas,

debt ratio, arus kas

dan prediktor kebangkrutan, likuiditas.

  Rasio market to book value berpengaruh positif dan signifikan, return spread berpengaruh negatif dan signifikan, siklus kas berpengaruh negatif dan signifikan, Debt ratio berpengaruh negatif dan signifikan,arus kas operasi berpengaruh negatif dan sgnifikan, kemungkinan kebangkrutan berpengaruh negatif dan signifikan, Nuria

  (2011) analisis faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan manufaktur go public

ukuran perusahaan,

kesempatan

bertumbuh, tingkat

pengembalian

atau return spread

dan rasio hutang, likuiditas. secara parsial hanya variabel debt ratio dan return spread yang berpengaruh secara signifiakn terhadap likuiditas,dan diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan yaitu debt ratio atau rasio hutang.

  Supriyadi dan Fazriani (jurnal ilmiah Ranggagading Volume 11 No.1 tahun 2011) pengaruh modal kerja terhadap tingkat likuiditas dan profitabilitas. (studi kasus pada PT Timah,Tbk dan PT Antam, Tbk. modal kerja, likuiditas

dan profitabilitas.

  Hasil uji t dan uji F pada PT.Timah,Tbk dan PT.Antam, Tbk menyatakan modal kerja berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan dengan rasio lancar.

  Lisa dan Jogi (Business Accounting Review) 2013 Analisa Faktor yang mempengaruhi likuiditas pada Industri Ritel

  

Likuiditas, ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, perputaran modal kerja. ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, perputaran modal kerja mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama- sama terhadap likuiditas. Ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap likuiditas. Melvatanti 2009 pengaruh perputaran modal kerja dan

  return spread

  hutang, likuiditas ukuran perusahaan, berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas, rasio kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan, rasio return spread berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas dan debt ratio berpengaruh negatif signifkan terhadap likuiditas perusahaan.

  terhadap likuiditas perusahaan, maka dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut :

  

return spread , perputaran piutang, debt to asset ratio dan arus kas operasi

  Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, pengaruh ukuran perusahaan, perputaran modal kerja,

  total aktiva, perputaran modal kerja, arus kas operasi, likuiditas secara simultan total aktiva, perputaran modal kerja dan arus kas operasi berpengaruh secara signifikan, secara parsial, total aktiva, perputaran modal kerja dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

  Analisis Faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Periode 2005-2007

  Dewi (2009)

  

spread , dan rasio

  terhadap likuiditas perputaran modal kerja dan return

  ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh, return

  Analisis Faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek indonesia Periode 2007-2009

  pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif. Yohanes (2011)

  return spread mempunyai

  perputaran modal kerja dan

  

spread, Likuiditas

2.3. Kerangka Konseptual

  L H1 ukuran perusahaan (X1) i k u

  H2 Perputaran Modal Kerja (X2) i d i

  Return Spread (X3) H3

  t a s

  Perputaran Piutang (X4) H4 (Y)

  H5

  Debt to asset Ratio (X5)

  H6 Arus Kas Operasi (X6)

  H7 Gambar 2.3.

  Kerangka Konseptual Ukuran perusahaan juga dapat mencerminkan tinggi dan rendahnya aktivitas operasional dan aktivitas investasi perusahaan, pada umumnya apabila semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula kegiatan operasional dan kegiatan investasi perusahaan tersebut. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi didalam perusahaan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi tingkat likuditas suatu perusahaan, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al di tahun 1998 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan.

  Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital).

  Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya asset lancar yang lebih besar dari pada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. Modal kerja selalu dalam kedaan operasi atau berputar dalam perusahan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran modal kerjanya atau makin tinggi tingkat perputarannya dan akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Dalam

  Penelitian yang dilakukan oleh Lisa dan Jogi yang terdapat dalam Business

  Accounting Review , menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

  Return spread adalah selisih antara bunga yang diterima dari bank

  seandainya dana yang dimiliki perusahaan disimpan di bank dengan hasil atau

  return yang diterima jika dana yang dimiliki oleh perushaan digunakan untuk

  mendanai investasi. Apabila spread (selisih) tinggi, yaitu profit yang diterima perusahaan lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank, maka lebih baik perusahaan menginvestasikan dana yang dimilikinya dari pada menyimpan dana tersebut di bank. Laba inilah yang mendorong manajemen untuk meningkatkan likuiditasnya. Dalam penelitian Yohanes pada tahun 2011 menunjukkan bahwa return spread berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

  Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Jika tingkat perputaran piutang tinggi, maka semakin cepat piutang tersebut menjadi uang kas dan bisa digunakan untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya, jadi semakin tinggi perputaran piutang maka likuiditasnya perusahaan juga semakin tinggi.

  Debt to asset ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

  mengukur perbandingan total hutang dengan total aset. Semakin tinggi rasio ini maka perusahaan semakin tidak likuid karena pendanaan dari luar terlalu banyak dan perusahaan harus mengeluarkan banyak uang kas untuk pengembaliannya. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Nuria pada tahun 2011 menunjukkan bahwa debt ratio atau rasio hutang adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

  Kas merupakan aktiva yang paling likuid serta menawarkan likuiditas dan fleksibilitas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi perusahaan. Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang merupakan aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Arus kas dari operasi sering dikaitkan dengan laba bersih untuk menilai kualitasnya. Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang (Wild, 2005 :17).

2.4. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap likuiditas perusahaan. H2 : terdapat pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas perusahaan.

  H3 : terdapat pengaruh return spread terhadap likuiditas perusahaan. H4 : terdapat pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan. H5 : terdapat pengaruh debt to asset ratio terhadap likuiditas perusahaan. H6 : terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap likuiditas perusahaan. H7 : terdapat pengaruh ukuran perusahaan, debt to asset ratio, return

  

spread , perputaran modal kerja, arus kas operasi dan perputaran piutang

  secara simultan terhadap likuiditas perusahaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 44 114

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 54 136

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

1 75 110

Faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 39 97

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 34 136

Pengaruh arus kas operasi dan likuiditas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI0

1 5 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis - Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27

BAB I - Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenen (Agency Theory) - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 39