Faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH:

SAMUEL RONALDI MARPAUNG 060503109

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,

Samuel Ronaldi Marpaung NIM: 060503109


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala limpahan anugerah dan berkat-Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. selaku dosen penguji I dan Bapak Sambas Ade Kesuma, SE, M.Si, Ak. selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ayah saya, Ir. Ikrar Ronny Marpaung, dan ibu saya, Rauli Tambunan, S.Si

yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral maupun materi, dan do’anya kepada saya.


(4)

Saya menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2010 Penulis,

Samuel Ronaldi Marpaung NIM: 060503109


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial yaitu ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan data yang digunakan berupa laporan tahunan yang berjumlah 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directroy (ICMD) 2008

dan situs

adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan kepemilikan manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan, sedangkan ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Nilai Adjusted R Square adalah 0,483 mengindikasikan bahwa 48,3% pengungkapan sosial perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 51,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of effect factors of corporate social responsibility, consist of size of board of commissioner, leverage, company size, profitability, management ownership and company profile either partially or simultaneously toward corporate social responsibility disclosure in manufacture firms on BEI.

This research is classified as causal research and data used are in form of annual reports from 16 companies used as sample listed in BEI during 2008 to 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data; those are taken from Indonesia Capital Market Directory

(ICMD) 2008 and from the website

collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regressions analyzes.

The result of research show that profitability and management ownership have significant effect to corporate social responsibility disclosure, while size of board of commissioner, leverage, company size, and company profile have insignificant effect to corporate social responsibility disclosure. Adjusted R Square that shows value 0,483 indicates that 48,3% turning in corporate social responsibility disclosure can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the reminder 51,7% determined by other factors which not include in this research.

Key Words: corporate characteristic, corporate social responsibility disclosure


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial ... 6

2. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Informasi Sosial 9


(8)

b. Financial Leverage ... 12

c. Ukuran Perusahaan ... 13

d. Profitabilitas ... 14

e. Kepemilikan Manajemen ... 15

f. Status Perusahaan ... 16

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17

C. Kerangka Konseptual ... 18

D. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Metode Pengumpulan Data ... 24

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian .... 24

F. Metode Analisis Data ... 27

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 27

2. Pengujian Hipotesis ... 29

G. Jadwal Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian ... 32


(9)

B. Analisis Data Penelitian ... 33

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 33

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 36

a. Uji Normalitas Data ... 36

b. Uji Multikolinieritas ... 39

c. Uji Heteroskedastisitas ... 40

d. Uji Autokorelasi ... 41

3. Pengujian Hipotesis ... 42

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 44

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 45

C. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 2.1 Kategori Corporate Suistainability Reporting ... 7

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 23

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 32

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 33

Tabel 4.3 Statistik Status Perusahaan ... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 37

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ... 39

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 42

Tabel 4.7 Model Summary ... 43

Tabel 4.8 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 43

Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 44

Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 45

Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Status Perusahaan (1) ... 47


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nama Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 18

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 38

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran i Daftar Sampel Penelitian ... 61

Lampiran ii Data Ukuran Dewan Komisaris ... 62

Lampiran iii Data Debt to Equity Ratio ... 63

Lampiran iv Data Ukuran Perusahaan ... 64

Lampiran v Data Net Profit Margin ... 65

Lampiran vi Data Kepemilikan Manajemen... 66

Lampiran vii Data Status Perusahaan ... 67

Lamipran viii Data Indeks Pengungkapan Informasi Sosial 2009 ... 68

Lampiran ix Data Indeks Pengungkapan Informasi Sosial 2008 ... 69

Lampiran x Statistik Deskriptif dan Statistik Status Perusahaan ... 70

Lampiran xi Hasil Uji Normalitas ... 71

Lampiran xii Hasil Uji Multikolinieritas dan Heteroskedastisitas ... 73

Lampiran xiii Hasil Uji Autokorelasi dan Hasil Uji-F ... 74


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial yaitu ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan data yang digunakan berupa laporan tahunan yang berjumlah 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directroy (ICMD) 2008

dan situs

adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan kepemilikan manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan, sedangkan ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Nilai Adjusted R Square adalah 0,483 mengindikasikan bahwa 48,3% pengungkapan sosial perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 51,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the influence of effect factors of corporate social responsibility, consist of size of board of commissioner, leverage, company size, profitability, management ownership and company profile either partially or simultaneously toward corporate social responsibility disclosure in manufacture firms on BEI.

This research is classified as causal research and data used are in form of annual reports from 16 companies used as sample listed in BEI during 2008 to 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data; those are taken from Indonesia Capital Market Directory

(ICMD) 2008 and from the website

collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regressions analyzes.

The result of research show that profitability and management ownership have significant effect to corporate social responsibility disclosure, while size of board of commissioner, leverage, company size, and company profile have insignificant effect to corporate social responsibility disclosure. Adjusted R Square that shows value 0,483 indicates that 48,3% turning in corporate social responsibility disclosure can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the reminder 51,7% determined by other factors which not include in this research.

Key Words: corporate characteristic, corporate social responsibility disclosure


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis) sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal.

Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan

perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia.

Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup


(16)

bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik.

Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Oleh karena itu dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial, yang menuntut diungkapkannya informasi pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut.


(17)

Penelitian mengani pengungkapan sosial ini telah dilakukan oleh Sembiring (2005) yang menguji pengaruh size, profitabilitas, profile, ukuran dewan

komisaris dan leverage pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian secara simultan, semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadpa pengungkapan informasi sosial. Sedangkan secara parsial, hanya tiga variabel, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

Penelitian lain dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menguji kepemilikan manajemen, leverage, tipe industry, biaya politis, dan profitabilitas pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian secara simultan, semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Sedangkan secara parsial, hanya kepemilikan manajemen dan tipe industry yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

Sitepu (2008) menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktru periode 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Sedangkan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris yang berpeng terhadap pengungkapan informasi sosial.

Atas dasar penelitian-penelitian di atas, peniliti mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Sitepu (2008) dengan menambahkan variabel kepemilikan


(18)

manajemen dan status perusahaan karena kedua variabel tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan informasi sosial. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Peneliti memilih jenis perusahaan ini untuk menghindari bias yang mungkin terjadi jika

perusahaan-perusahaan yang diteliti bergerak dalam bidang yang berbeda-beda, di samping itu sektor ini memiliki jumlah perusahaan terbanyak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial (dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan) berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur?

2. Apakah faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial (dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan) berpengaruh secara parsial terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur?


(19)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial (dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan) secara simultan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor yang mempengaruhi pengungkapan

informasi sosial (dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan) secara parsial terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi beberapa pihak.

1. Bagi penulis, sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan

berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap

kinerja organisasi. Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya.

Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Selanjutnya tiga kinerja utama ini dibagi dalam beberapa


(22)

subkategori. Pembagian Corporate Sustainability Reporting menurut Darwin dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kategori Corporate Sustainability Reporting

Kategori Aspek

Kinerja Ekonomi Pengaruh ekonomi secara langsung

Pelanggan, pemasok, karyawan, penyedia modal dan sektor publik

Kinerja Lingkungan Hal-hal yang terkait dengan lingkungan

Bahan baku, energi, air, Keanekaragaman hayati (biodiversity), emisi, sungai, dan sampah, pemasok, produk dan jasa, pelaksanaan, dan angkutan

Kinerja Sosial

Praktik Kerja Keamanan dan keselamatan tenaga kerja, pendidikan dan

training, kesempatan kerja

Hak manusia Strategi dan manajemen, non diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja di bawah umur, kedisiplinan, keamanan, dll.

Sosial Komunitas, korupsi, kompetisi dan penetapan harga Tanggung jawab

terhadap produk

Kesehatan dan keamanan pelanggan, iklan yang peduli

Sumber: Darwin (2004)

Sedangkan Zhegal & Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006)

mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut.


(23)

a. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

b. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dan lain-lain. c. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas

dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

d. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.

e. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain. Grey et al. (1995) mengatakan bahwa sifat dan volume pelaporan

mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu dan antar negara, hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis & Unerman (1999) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara.

Menurut Hadibroto (1990) “Akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah akuntansi yang memerlukan adanya laporan mengenai terlaksananya

pertanggungjawaban sosial perusahaan.” Sedangkan menurut Belkaoui dalam Komar (2004) “Akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.” Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan


(24)

pada dasarnya akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah menilai, mengukur melaporkan dampak kegiatan perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, baik untuk keperluan pihak internal maupun pihak eksternal. Secara luas, definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial tidak hanya mencakup dampak operasional perusahaan tetapi juga program-program sosial yang diadakan oleh perusahaan.

Menurut Parker (1988), Akuntansi pertanggungjawaban sosial memiliki dua karakteristik utama, yaitu:

1. akuntasi pertanggungjawaban sosial tidak hanya menilai dampak kegiatan perusahaan terhadap lingkungan perusahaannya tetapi juga mengukur efektivitas program sosial perusahaan,

2. akuntansi pertanggunjawaban sosial melaporkan serta menyediakan sistem informasi untuk pihak internal dan eksternal yang memungkinkan dilakukannya penilaian yang komprehensif terhadap semua sumber daya organisasi dan dampaknya baik secara ekonomi maupun secara sosial.

Dengan demikian, seharusnya perusahaan tidak hanya menyadari kalau kegiatan operasionalnya mempunyai dampak terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya, tetapi sejak awal sudah memasukkan tujuan sosial di dalam tujuan perusahaan.

2. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Informasi Sosial

Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan bisnis dan masyarakat dalam rangka untuk mendefinisikan kembali peran dan tugas perusahaan dari ekonomi murni menuju ke institusi ekonomi sosial [Dierkes & Antal (1986), dalam Mangos & Lewis (1995)]. Mangos & Lewis (1995) mengatakan perlunya paradigma sosial-ekonomi untuk menganalisis


(25)

pemilihan praktik akuntansi oleh manajemen. Dengan analisis ini maka akan dapat membantu manajemen memahami respon mereka terhadap masalah-masalah sosial-ekonomi dan hubungannya dengan nilai perusahaan, termasuk bagaimana manajemen akan mengambil keputusan terkait pengungkapan informasi sosial.

Pengungkapan sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting [Mathews (1995) dalam Sembiring (2005)] atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan

lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).

Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). (Darrough, 1993 dalam Na’im dan Rakhman, 2000). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang

disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk


(26)

keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut peraturan mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam ini

dimungkinkan.

Pengungkapan sosial perusahaan bersifat sukarela (voluntary disclosure), yaitu diungkapkan oleh perusahaan secara sukarela tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial masih belum memiliki standar yang baku, sehingga jumlah dan cara pengungkapan

informasi sosial bergantung kepada kebijakan dari pihak manajemen perusahaan. Hal ini mengakibatkan timbulnya variasi luas pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan masing-masing perusahaan.

Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor luas pengungkapan [Lang and Lundholm (1993) dalam Anggraini (2006)]. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya. Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial diproksikan dalam ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

a. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris


(27)

merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Fama dan Jesen, 1983, dalam Sitepu, 2008).

Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.

Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membatu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah

mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan

menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).

Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.


(28)

b. Financial Leverage

Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur [Schipper (1981) dalam Marwata (2001) dan Meek, et al (1995) dalam Fitriany (2001)] Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage,

kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan

melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watt & Zimmerman (1990) dalam Scott (1997)]. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi


(29)

[Belkaoui & Karpik (1989) dalam Anggraini (2006)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.

c. Ukuran Perusahaan

Bukti bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dipengaruhi oleh ukuran perusahaan telah ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Menurut Meek, Roberts dan Gray (1995) dalam Fitriani (2001) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil.

Selain itu, perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Cowen et. al., (1987) dalam Sembiring (2005), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan semakin besar. Program berkaitan dengan tenaga kerja yang


(30)

merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan.

d. Profitabilitas

Pengungkapan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan perusahaan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan bersifat multidimensi. Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan yang dilakukan pihak manajemen untuk membuat perusahaan memperoleh keuntungan (Browman dan Haire (1976) dalam Sitepu (2008)).

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham (Heinze (1976) dalam Hackston&Milne (1996)). Menurut teori keagenan mengatakan semakin besar perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan. Itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya.


(31)

e. Kepemilikan Manajemen

Mehran (1992) dalam Rosmasita (2007) mengartikan kepemilikan manajemen sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Manajemen yang memiliki saham perusahaan tentunya akan

menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham. Sementara manajer yang tidak memiliki saham perusahaan, ada kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Kepemilikan manjamen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saham yang dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direktur.

Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et. al., (1998)).

f. Status Perusahaan

Status perusahaan, terdapat beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk kemungkinan perusahaan yang berstatus asing memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan domestik. Pertama, perusahaan dengan penanam modal asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya di luar negeri. Kedua, perusahaan yang berstatus asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan


(32)

induknya. Ketiga, kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berstatus asing dari pelanggan, pemasok, analisis dan masyarakat pada umumnya.

Perusahaan dengan status Penanam Modal Asing (PMA) akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Fitriani (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa status perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan kelengkapan pengungkapan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Sembiring (2005) Anggraini (2006) Sitepu (2008) Pengukuran Variabel Variabel independen penelitian terdiri dari size perusahaan, profitabilitas, profile, ukuran dewan

komisaris dan leverage.

Variabel independen penelitian terdiri dari persentase kepemilikan manajemen, tingkat leverage, biaya politis dan profitabilitas. Variabel independen penelitian terdiri ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara simultan, tingkat pengaruh variabel independen yaitu size, profitabilitas, profile, ukuran dewan

komisaris dan leverage mampu mempengaruhi pengungkapan

tanggung jawab sosial.

Variabel persentase kepemilikan

manajemen dan tipe industri yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial Hasil penelitian secara simultan, tingkat pengaruh variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas


(33)

Sedangkan secara parsial, tiga variabel, yaitu size, profile, dan ukuran dewan

komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial, sedangkan profitabilitas dan leverage

mempunyai pengaruh yang tidak signifikan.

dengan arah sesuai dengan yang diprediksi sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara parsial, dua variabel, yaitu profitabilitas dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.


(34)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006:27). Kerangka konseptual menggambarkan hubungan masing-masing variable independen terhadap variable dependen dan hubungan variable independen secara keseluruhan terhadap variable dependen, dan kerangka konseptual dibangun berdasarkan tinjauan pustaka dan perumsan masalah. Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Informasi Sosial (Y) Ukuran Perusahaan (X3) H3 Profitabilitas (X4) H4 Ukuran Dewan Komisaris (X1) H1 Kepemilikan Manajemen (X5) H5 Leverage (X2) H2 H7 Status Perusahaan H6


(35)

Kerangka Konseptual Penelitian

Ukuran dewan komisaris dihitung dengan melihat jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Semalin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapnya.

Leverage ditunjukkan melalui Debt to Equity Ratio (DER), semakin tinggi leverage maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya. Ukuranperusahaan diukur melalui total aktivanya. Apabila jumlah aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar. Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan sosialnya.

Profitabilitas diukur dengan Net Profit Margin (NPM). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya. Kepemilikan Manajemen diukur melalui persentase kepemilikan manajemen dalam perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen, maka semakin besar juga pengungkapan sosialnya. Status perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN). Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari sebuah pertanyaan atau pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan melalui suatu


(36)

penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual peneliti menentukan dan akan menguji hipotesis sebagai berikut.

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H2 : Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H4 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H5 : Kepemilikan Manajemenberpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H6 : Status Perusahaanberpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.

H7 : Ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemendan status perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan desain asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Peneliti menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan terhadap pengungkapan informasi sosial, dimana ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan pengungkapan informasi sosial merupakan variabel yang dipengaruhi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek


(38)

industri, di samping itu sektor manufaktur memiliki jumlah perusahaan terbesar dibandingkan sektor lainnya.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut.

1. Sampel yang dipilih adalah semua perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2009, sehingga perusahaan yang tak terdaftar di BEI tidak dimasukkan sebagai sampel.

2. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan lengkap (termasuk catatan atas laporan keuangan) dan laporan tahunan.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 152 perusahaan dengan periode penelitian selama dua tahun. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, Peneliti mengambil 16 perusahaan manufaktur sebagai sampel, sehingga jumlah seluruh sampel adalah sebanyak 32 sampel. Perusahaan-perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 3.1.


(39)

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan

No. Kode Nama Perusahaan Sampel

1 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk.

2 ASGR PT. Astra Graphia Tbk. 3 ASII PT. Astra International Tbk. 4 FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk. 5 HEXA PT. Hexindo Adi Perkasa Tbk. 6 INTD PT. Inter Delta Tbk.

7 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk.

8 LTLS PT. Lautan Luas Tbk.

9 MLPL PT. Multipolar Tbk.

10 MTDL PT. Metrodata Elektronik Tbk.

11 MYOH PT. Myoh Technology Tbk.

12 RMBA PT. Bentoel International Tbk. 13 SUGI PT. Sugi Samapersada Tbk. 14 TIRA PT. Tira Austiente Tbk. 15 TURI PT. Tunas Ridean Tbk. 16 UNTR PT. United Tractors Tbk. Sumber: Penulis, 2010

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi


(40)

Pasar Modal Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2009. Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu:

1. informasi mengenai indeks pengungkapan informasi sosial, 2. informasi mengenai ukuran dewan komisaris,

3. informasi mengenai tingkat leverage, 4. informasi mengenai ukuran perusahaan, 5. informasi mengenai profitabilitas,

6. informasi mengenai persentase kepemilikan manajemen, dan 7. informasi mengenai status perusahaan.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap pertama peneliti melakukan studi pustaka, yaitu dengan mencari literatur yang

berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua Peneliti mengumpulkan data melalui media internet dengan cara mengunduh dari situs

Bursa Efek Indonesia, yaitu

perusahaan yang menjadi populasi atau sampel penelitian.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan indikator-indikator yang digunakan. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.


(41)

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi sosial. Pengungkapan informasi sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan, energi, praktik bisnis, sumber daya manusia dan produk.

Pengukuran variabel ini dengan mengukur pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. Metode ini sering dinamakan Checklist data.

jumlah skor pengungkapan sosial indeks pengungkapan sosial

jumlah skor maksimal

=

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjelaskan variasi luas

pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut diproksikan dalam ukuran dewan komisaris, leverage,


(42)

ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemendan status perusahaan.

a. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris di ukur dengan melihat banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan konsisten dengan penilitian yang dilakukan oleh Sitepu (2008). Jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.

b. Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Variabel leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

(DER) total debt

Debt to Equity Ratio

total equity =

c. Ukuran Perusahaan

Pada penelitian ini ukuranperusahaan diukur berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena nilai aktiva relatif lebih stabil dan dapat menggambarkan ukuran perusahaan. Total aktiva tersebut adalah dalam jutaan rupiah, hingga perlu disederhanakan untuk mendapatkan data yang


(43)

lebih mudah untuk dihitung. Total aktiva akan ditransformasik dalam bentuk logaritma natural.

Ukuran Perusahaan = Logaritma Natural(Total Aktiva) d. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau menghasilkan keuntungan. Profitabilitas perusahaan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). NPM

merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan melihat pendapatan yang diterima. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Net Profit Margin (NPM) = Laba Bersih Pendapatan

e. Kepemilikan Manajemen

Kepemilikan manajemen diukur berdasarkan presentase kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajemen (dewan komisaris dan dewan direktur) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

f. Status Perusahaan

Status perusahaan menggunakan variabel dummy yang

penggolongannya dilakukan dengan memberikan notasi “0” untuk perusahaan penanam modal dalam negeri (PMDN) dan diberi notasi “1” untuk perusahaan penanam modal asing (PMA).


(44)

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 17.0.

1. Uji Asumsi Klasik

Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Asumsi klasik adalah asumsi yang dasar yang harus dipenuhi dalam model regresi.

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis terhadap hasil regresi perlu dilakukan pengujian terhadap kenormalan data dari penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat dari pengujian parametrik dimana data harus berdistribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusan normalitas adalah sebagai berikut:

 jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

 jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolineritas

Menurut Ghozali (2005), uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.


(45)

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian multikolineritas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah VIF >10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan lainnya. Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana seluruh faktor pengganggu tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen (Sudarmadji, 2007:A58). Untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterpolt.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini (t) dengan kesalahan pengganggu sebelumnya (t-1). Jika terjadi

korelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi.

 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

 Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.  Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(46)

2. Pengujian Hipotesis

a. Metode Regresi Linier Berganda

Analisis statistik untuk pengujian hipoteis dilakukan dengan model regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Keterangan:

Y = Indeks Pengungkapan Informasi Sosial a = Konstanta

b1…b7 = Koefisien Regresi

X1 = Ukuran Dewan Komisaris

X2 = Leverage

X3 = Ukuran Perusahaan

X4 = Profitabilitas

X5 = Kepemilikan Manajemen

X6 = Status Perusahaan

e = Error (pengganggu) b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk menilai pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Pengujian


(47)

melalui uji F dilakukan dengan membandingkan F-hitung dengan F-tabel pada derajat signifikan 95% (α = 0,05).

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

• Jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima

• Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha tidak dapat diterima.

c. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian melalui uji t dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel pada derajat signifikan 95% (α=0,05).

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

• Jika thitung < ttabel, maka Ha diterima,


(48)

G. Jadwal Penelitian Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Mei 2010 Jun 2010 Jul 2010 Agst 2010 Sept 2010 Okt 2010 Nov 2010 Des 2010 Pengajuan Proposal Skripsi Bimbingan Proposal Skripsi Seminar Proposal Skripsi Pengumpulan dan Pengolahan Data Bimbingan dan Penulisan Skripsi Penyelesaian Skripsi


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data penelitian

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data statistik harus terlebih dahulu ditentukan sebanyak 16 sampel perusahaan. Perusahaan yang telah menjadi sampel kemudian dicari ukuran Dewan Komisaris, nilai DER, Ukuran

Perusahaan, nilai NPM, ukuran Kepemilikan Manajemen, Status Perusahaan dan Indeks Informasi Sosial masing-masing perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Daftar Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan Sampel

1 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk.

2 ASGR PT. Astra Graphia Tbk. 3 ASII PT. Astra International Tbk. 4 FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk. 5 HEXA PT. Hexindo Adi Perkasa Tbk. 6 INTD PT. Inter Delta Tbk.

7 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk.

8 LTLS PT. Lautan Luas Tbk.

9 MLPL PT. Multipolar Tbk.


(50)

11 MYOH PT. Myoh Technology Tbk. 12 RMBA PT. Bentoel International Tbk. 13 SUGI PT. Sugi Samapersada Tbk. 14 TIRA PT. Tira Austiente Tbk. 15 TURI PT. Tunas Ridean Tbk. 16 UNTR PT. United Tractors Tbk. Sumber: Peneliti, 2010

B. Analisis Data Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel-variabel dependen.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dewan Komisaris 32 2.00 10.00 4.3750 2.10606

Debt to Equity Ratio 32 -203.95 626.00 91.5300 176.64362

LN_Ukuran Perusahaan 32 5.43 18.30 13.4287 2.94406

Net Profit Margin 32 -73.23 13.10 -.2381 14.89031

Kepemilikan Manajemen 32 .00 10.07 1.1247 2.48395

Informasi Sosial 32 .20 1.00 .6187 .28898

Valid N (listwise) 32


(51)

Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Variabel dewan komisaris memiliki nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum 10,00 dengan rata-rata sebesar 4,3750 dan standar deviasi 2.10606. Hal ini berarti nilai minimum dewan komisaris perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah 2,00 dan nilai maksimum sebesar 10,00 dengan rata-rata nilai dewan komisaris perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebesar 4,3750.

b. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki nilai minimum -203,95 dan nilai maksimum 626,00 dengan rata-rata sebesar 91,5300 dan standar deviasi 176,64362. Hal ini berarti nilai minimum DER perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah -203,95 dan nilai maksimum sebesar 626,00 dengan rata-rata nilai DER perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebebesar 91,5300.

c. Variabel ukuran perusahaan yang telah ditranformasi memiliki nilai minimum 5,43 dan nilai maksimum 18,30 dengan rata-rata sebesar 13,4287 dan standar deviasi 2,94406. Hal ini berarti nilai minimum ukuran perusahaan perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah -203,95 dan nilai maksimum sebesar 626,00 dengan rata-rata nilai ukuran perusahaan perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebebesar 91,5300.


(52)

d. Variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki nilai minimum -73,23 dan nilai maksimum 13,10 dengan rata-rata sebesar -0,2381 dan standar deviasi 14,89031. Hal ini berarti nilai minimum NPM perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah -73,23 dan nilai maksimum sebesar 13,10 dengan rata-rata nilai NPM perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebebesar -0,2381.

e. Variabel kepemilikan manajemen memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 10,07 dengan rata-rata sebesar 1,1247 dan standar deviasi 2,48395. Hal ini berarti nilai minimum kepemilikan manajemen perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah 0,00 dan nilai maksimum sebesar 10,07 dengan rata-rata nilai kepemilikan manajemen perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebebesar 1,1247. f. Variabel indeks informasi sosial memiliki nilai minimum 0,20 dan

nilai maksimum 1,00 dengan rata-rata sebesar 0,6187 dan standar deviasi 2,28898. Hal ini berarti nilai minimum indeks informasi sosial perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2006 sampai 2009 adalah 0,20 dan nilai maksimum sebesar 1,00 dengan rata-rata nilai indeks informasi sosial perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini sebebesar 0,6187.


(53)

Tabel 4.3

Statistik Status Perusahaan

Status Perusahaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PMDN 15 93.8 93.8 93.8

PMA 1 6.3 6.3 100.0

Total 16 100.0 100.0

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 4.3, untuk variabel Status Perusahaan dari sampel penelitian didapat sebanyak 15 (93,8%) perusahaan merupakan Perusahaan Milik Dalam Negeri, sedangkan sisanya satu (6,3%) perusahaan merupakan Perusahaan Milik Asing.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi

memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.


(54)

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statitstik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : data residual berdistribusi normal,

Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

Apabila nilai siginifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan

Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima.

Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.4 dibawah ini, diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,473 dan signifikansi pada 0,979. Nilai signifikansi ternyata lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak yang berarti data residual tersebut berdistribusi normal.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual


(55)

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .18665661

Most Extreme Differences Absolute .084

Positive .084

Negative -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .473

Asymp. Sig. (2-tailed) .979

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS

Data yang berdistribusi normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histrogram dan grafik normal p-plot data. Grafik histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal karena grafik tidak melenceng ke kiri maupun melenceng ke kanan. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot pada Gambar 4.2. Pada grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.


(56)

Sumber: Output SPSS

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(57)

Sumber: Output SPSS

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinieritas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Menurut Nugroho (2005:58), “deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat, yaitu jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.”

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Dewan Komisaris .645 1.550

Debt to Equity Ratio .629 1.589

LN_Ukuran Perusahaan .643 1.555


(58)

Kepemilikan Manajemen .829 1.206

a. Dependent Variable: Informasi Sosial

Sumber: Output SPSS

Dari data pada tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni sebesar 0,131 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yakni sebesar 7,618. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan

menggunakan model regresi berganda.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitias bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastistas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat

heteroskedastisitas jika:

1) titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka 0, 2) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan dibawah saja, 3) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola


(59)

4) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi

pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen

Sumber: Output SPSS

Gambar 4.3


(60)

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (D-W). Tabel 4.6 berikut menyajikan hasil uji D-W dengan menggunakan program SPSS Versi 17.0.

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-W atson

1 .764a .583 .483 .20780 1.783

a. Predictors: (Constant), Status Perusahaan, Kepemilikan Manajemen, LN_Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Dewan Komisaris, Debt to Equity Ratio

b. Dependent Variable: Informasi Sosial

Sumber: Output SPSS

Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:


(61)

2) nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negatif. Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 1,783 yang berarti termasuk pada kriteria kedua, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, Peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Data diolah dengan menggunakan program SPSS Versi 17.0 Berdasarkan hasil pengolah data dengan program SPSS Versi 17.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Pada Tabel 4.7 di bawah ini, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,764 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara informasi sosial (variabel dependen) dengan dewan komisaris, leverage (DER), ukuran perusahaan, profitabilitas (NPM), kepemilikan manajemen, dan status perusahaan (variabel independen) mempunyai tingkat hubungan yang kuat, yaitu sebesar 76,4%. Tingkat hubungan yang kuat ini dapat dilihat dari tabel pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi.


(62)

Tabel 4.7 Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .764a .583 .483 .20780

a. Predictors: (Constant), Status Perusahaan, Kepemilikan Manajemen,

LN_Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Dewan Komisaris, Debt to Equity Ratio

b. Dependent Variable: Informasi Sosial

Sumber: Output SPSS

Nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,483. Angka ini mengidentifikasikan bahwa pengungkapan informasi sosial

(variabel dependen) mampu dijelaskan oleh dewan komisaris, leverage (DER), ukuran perusahaan, profitabilitas (NPM), kepemilikan manajemen, dan status perusahaan (variabel independen) sebesar 48,3%, sedangkan selebihnya sebesar 51,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain.

Tabel 4.8

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat Kuat


(63)

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Dalam uji-F digunakan hipotesis sebagai berikut.

• Jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima.

• Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha tidak dapat diterima.

Berikut adalah hasil uji simultan.

Tabel 4.9

Hasil Uji Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.509 6 .252 5.825 .001a

Residual 1.080 25 .043

Total 2.589 31

a. Predictors: (Constant), Status Perusahaan, Net Profit Margin, Kepemilikan Manajemen, Dewan Komisaris, LN_Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio

b. Dependent Variable: Informasi Sosial

Sumber: Output SPSS

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) pada Tabel 4.9 di atas didapat F-hitung sebesar 5,825 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001.

Sedangkan F-tabel diketahui sebesar 2,490. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (5,825 > 2,490), sedangkan nilai


(64)

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel dewan komisaris, leverage (DER), ukuran perusahaan, profitabilitas (NPM), kepemilikan manajemen, dan status perusahaan mempengaruhi pengungkapan informasi sosial.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam uji-t digunakan hipotesis sebagai berikut.

• Jika thitung < ttabel, maka Ha diterima.

• Jika thitung > ttabel, maka Ha tidak dapat diterima.

Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .068 .218 .312 .758

Dewan Komisaris .047 .023 .342 2.028 .053

Debt to Equity Ratio .000 .000 .181 .899 .377

LN_Ukuran Perusahaan .027 .016 .280 1.702 .101

Net Profit Margin .008 .003 .399 2.468 .021


(65)

Status Perusahaan -.022 .198 -.019 -.112 .911

a. Dependent Variable: Informasi Sosial

Sumber: Output SPSS

Hasil pengujian statistik t pada Tabel 4.10 dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Pengaruh

dewan komisaris terhadap informasi sosial

Nilai t-hitung untuk variabel dewan komisaris adalah sebesar 2,028 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih kecil dari t-tabel (2,028 < 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,053 (lebih besar dari 0,05) artinya H1 tidak dapat diterima,

bahwa dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap informasi sosial pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.

2) Pengaruh

leverage (DER) terhadap informasi sosial

Nilai t-hitung untuk variabel leverage (DER) adalah sebesar 0,899 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0,899 < 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,377 (lebih besar dari 0,05) artinya H2 tidak dapat diterima,


(66)

signifikan terhadap informasi sosial pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.

3) Pengaruh

ukuran perusahaan terhadap informasi sosial

Nilai t-hitung untuk variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,702 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih kecil dari t-tabel (1,702 < 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,101 (lebih besar dari 0,05) artinya H3 tidak dapat diterima,

bahwa ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap informasi sosial pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.

4) Pengaruh

profitabilitas (NPM) terhadap informasi sosial

Nilai t-hitung untuk variabel profitabilitas (NPM) adalah sebesar 2,468 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,468 > 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,021 (lebih kecil dari 0,05) artinya H4 diterima, bahwa

profitabilitas (NPM) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap informasi sosial pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.

5) Pengaruh


(67)

Nilai thitung untuk variabel kepemilikan manajemen adalah sebesar -2,568 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,568 > 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,021 (lebih kecil dari 0,05) artinya H5 diterima,

bahwa kepemilikan manajemen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap informasi sosial pada perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95%.

6) Pengaruh

status perusahaan terhadap informasi sosial

Untuk melihat pengaruh status perusahaan yang terbagi atas

Perusahaan Milik Dalam Negeri dan Perusahaan Milik Asing terhadap informasi sosial dapat dijelaskan pada Tabel 4.11 dan 4.12.

Tabel 4.11

Hasil Uji Parsial (Uji-t) Status Perusahaan (1)

Group Statistics

Status

Perusahaan N Mean

Std. Deviation

Std.

Error Mean

Informasi Sosial PMDN 15 .6267 .29147 .07526

PMA 1 .4000 . .

Sumber: Output SPSS

Tabel 4.12


(68)

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

Informasi Sosial

Equal variances

assumed .753 14 .464 .22667 .30102

Equal variances not

assumed . . . .22667 .

Sumber: Output SPSS

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat hasil dari rata-rata pengungkapan informasi sosial pada PMDN sebesar 0,6267, nilai ini lebih besar daripada rata-rata pengungkapan informasi sosial pada PMA yang hanya sebesar 0,4000. Pada Tabel 4.12 dapat dilihat uji statistik dari hasil uji t. Nilai t-hitung dengan asumsi nilai varians sama sebesar 0,753 dan t-tabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2,037. Dengan demikian t-hitung lebih kecil dari t-tabel (0,753 < 2,037) dan nilai signifikansi sebesar 0,464 (lebih besar dari 0,05) artinya H6 tidak dapat

diterima, bahwa luas pengungkapan informasi sosial pada PMA tidak lebih besar daripada luas pengungkapan informasi sosial pada PMDN, dengan kata lain status perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan informasi sosial.


(69)

Berdasarkan hasil uji-t dapat disimpulkan bahwa pengungkapan sosial dipengaruhi oleh variabel dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan dengan persamaan matematis sebagai berikut.

Y = 0,068 + 0,047X1 + 0,000X2 + 0,027X3 + 0,008X4 – 0,043X5 – 0,022X6 + e

1) Koefisien

konstanta adalah 0,068, menyatakan bahwa jika X1, X2, X3, X4 dan X5

adalah 0, maka indeks pengungkapan informasi sosial adalah 0,068.

2) Koefisien

regresi sebesar 0,047 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu

kali ukuran dewan komisaris, maka akan menambah indeks pengungkapan informasi sosial sebesar 0,047 dengan asumsi variabel lain tetap.

3) Koefisien

regresi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa setiap penambahan maupun pengurangan satu kali variabel leverage, maka tidak akan berdampak pada indeks pengungkapan informasi sosial dengan asumsi variabel lain tetap.

4) Koefisien


(70)

kali ukuran perusahaan, maka akan menambah indeks pengungkapan informasi sosial sebesar 0,027 dengan asumsi variabel lain tetap.

5) Koefisien

regresi sebesar 0,008 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu kali variabel profitabilitas, maka akan menambah indeks pengungkapan informasi sosial sebesar 0,008 dengan asumsi variabel lain tetap.

6) Koefisien

regresi sebesar -0,043 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu

kali kepemilikan manajemen, maka akan mengurangi indeks pengungkapan informasi sosial sebesar 0,043 dengan asumsi variabel lain tetap.

7) Koefisien

regresi sebesar -0,022 menunjukkan bahwa setiap perubahan satu kali status perusahaan, maka akan mengurangi indeks pengungkapan informasi sosial sebesar 0,002 dengan asumsi variabel lain tetap.

C. Pembahasa

n Hasil Penelitian

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara simultan, variabel dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan secara simultan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan sebesar 48,3% (Adjusted R Square = 0,483). Sisanya


(71)

sebesar 51,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Berdasarkan F-tabel dapat dilihat signifikansinya, dimana secara simultan variabel yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan dilihat dari F-hitung yang lebih besar dari F-tabel (5,825 > 2,490) dan α = 0,001 (α < 0,005).

Dalam pengujian secara parsial ditemukan bahwa dua variabel independen yaitu kepemilikan manajemen dan tingkat profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial, sedangkan empat variabel lainnya, yaitu ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan. Pembahasan terhadap masing-masing variabel dalam pengujian secara parsial akan dibahas berikut ini.

1. Ukuran

Dewan Komisaris

Dalam penelitian ini melalui uji-t, ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap informasi sosial perusahaan dengan nilai t = 2,028 (t < 2,037) dan α = 0,053 (α > 0,005). Hal ini berarti besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi luas pengungkapan informasi sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Coller dan Gregory (1999) yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Hal ini akan menekan manajemen untuk lebih banyak mengungkapkan informasi sosialnya. Hasil ini


(72)

juga tidak mendukung hasil penelitian Sitepu (2008) dan Sembiring (2005) yang menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial yang dibuat perusahaan di Indonesia.

2. Leverage

Dalam penelitian ini, melalui analisis uji t, leverage yang diproksi dengan rasio hutang terhadap ekuitas tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t = 0,899 (t <

2,037) dan α = 0,377 (α > 0,005). Hal ini berarti bahwa besar kecilnya tingkat leverage perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan informasi sosial perusahaan secara signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan.

3. Ukuran

Perusahaan

Dalam penelitian ini, melalui analisis uji t,ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dengan nilai t = 1,702 (t < 2,037) dan α = 0,101 (α > 0,005). Hal ini berarti bahwa besar kecilnya tingkat ukuran perusahaan tidak


(73)

signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sembiring (2005), Anggraini (2006) dan Sitepu (2008) yang tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat leverage perusahaan dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan

4. Profitabilit

as

Dalam penelitian ini, melalui analisis uji t,profitabilitas yang diproksikan ke dalam NPM menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dengan nilai t = 2,468 (t > 2,037) dan α = 0,021 (α < 0,005). Hal ini berarti bahwa besar kecilnya tingkat profitabilitas

mempengaruhi luas pengungkapan informasi sosial perusahaan secara signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitepu (2008) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan.

5. Kepemilika

n Manajemen

Dalam penelitian ini, melalui analisis uji-t,kepemilikan manajemen menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dengan nilai t = -2,568 (t < -2,037) dan α = 0,017 (α < 0,005). Hal


(74)

ini berarti bahwa besar kecilnya kepemilikan manajemen mempengaruhi luas pengungkapan informasi sosial perusahaan secara signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan manajemen dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan.

6. Status

Perusahaan

Dalam penelitian ini, melalui analisis uji-t,status perusahaan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan dengan nilai t = 0,753 (t < 2,037) dan α = 0,464 (α > 0,005). Hal ini berarti bahwa status perusahaan asing atau dalam negeri tidak berimplikasi pada keputusan manajemen dalam luas tidaknya pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Ikka Retrianasari (2007) yang menemukan bahwa status perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan informasi sosial perusahaan.


(75)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis dan melakukan pembahasan dalam penelitian ini didapat dua kesimpulan sebagai berikut.

1. Penelitian ini memberikan hasil bahwa ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh


(76)

terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

2. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitepu (2008) bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh secara signifikan dan penelitian Anggraini (2006) yang menemukan kepemilikan manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur, sedangkan variabel dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

B. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya.

Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanyalah perusahaan maufaktur saja, sehingga perusahaan yang dijadikan sampel tidak dapat mewakili keseluruhan perusahaan public yang ada di Indonesia.


(77)

2. Periode penelitian ini hanya dua tahun sehingga kondisi ini kurang dapat menggeneralisasi untuk hasil penelitian yang telah ada.

3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan manajemen dan status perusahaan sehingga kurang mampu menjelaskan lebih luas pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan.

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan peneliti selanjutnya.

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampelyang lebih besar dan menggunakan periode penelitian yang lebih lama.

2. Peniliti selanjutnya sebaiknya menambah atau menggunakan variabel independen yang berbeda dari penelitian ini, seperti tipe industri, sektor perusahaan dan lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, item-item pengungkapan sosial hendaknya diperbaharui sesuai kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku.


(1)

(2)

Lampiran xii

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Dewan Komisaris .645 1.550

Debt to Equity Ratio .629 1.589

LN_Ukuran Perusahaan .643 1.555

Net Profit Margin .678 1.476

Kepemilikan Manajemen .829 1.206

a. Dependent Variable: Informasi Sosial


(3)

(4)

Lampiran xiii

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-W atson

1 .764a .583 .483 .20780 1.783

a. Predictors: (Constant), Status Perusahaan, Kepemilikan Manajemen, LN_Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Dewan Komisaris, Debt to Equity Ratio

b. Dependent Variable: Informasi Sosial

Hasil Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.509 6 .252 5.825 .001a

Residual 1.080 25 .043

Total 2.589 31

a. Predictors: (Constant), Status Perusahaan, Net Profit Margin, Kepemilikan Manajemen, Dewan Komisaris, LN_Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio


(5)

Lampiran xiv

Hasil Uji-t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .068 .218 .312 .758

Dewan Komisaris .047 .023 .342 2.028 .053

Debt to Equity Ratio .000 .000 .181 .899 .377

LN_Ukuran Perusahaan .027 .016 .280 1.702 .101

Net Profit Margin .008 .003 .399 2.468 .021

Kepemilikan Manajemen -.043 .017 -.366 -2.568 .017

Status Perusahaan -.022 .198 -.019 -.112 .911

a. Dependent Variable: Informasi Sosial

Hasil Uji-t Status Perusahaan

Group Statistics

Status

Perusahaan N Mean

Std. Deviation

Std.


(6)

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

Informasi Sosial

Equal variances

assumed .753 14 .464 .22667 .30102

Equal variances not


Dokumen yang terkait

Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 83

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 32 87

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

2 40 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 76

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 22

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 21

Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14