Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

VOLUNTARY DISCLOSURE PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DIBURSA EFEK INDONESIA

OLEH

Siti Ulfah Chairani 110503034

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

VOLUNTARY DISCLOSURE PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari karakteristik perusahaan yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik terhadap voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan jumlah sampel sebanyak 54 perusahaan, dengan pengumpulan data dilakukan secara studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangan secara parsial hanya leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan variabel lain yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, dankepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure. Kata Kunci: voluntary disclosure, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik.


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF COMPANY CHARACTERISTICS TO VOLUNTARY DISCLOSURE IN MANUFACTURING COMPANIES

LISTED ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research aim is to analysed the effect of company characteristics (firm size, profitability, leverage, and public stock owning to voluntary disclosure in manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchane period 2011-2013. This research uses multiple regression analysis with number of samples 54 companies, which their data collection are taken using documentary studies. Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to voluntary disclosure, while partially, leverage is affecting negative and significantlyto voluntary disclosure, and others variables that are firm size, profitability, and public stock owning are not affecting significantly to voluntary disclosure.

Keywords: voluntary disclosure, firm size, profitability, leverage, public stock owning


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini guna melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak, terutama untuk kedua orangtua almarhum ayahanda Najmuddin, SH dan ibunda Ir. Rismawati yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materil, nasehat, serta doanya kepada peneliti.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum,M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. Selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja`far, MM, Ak selaku


(5)

Sekretaris Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Dra.Nurzaimah, M.M, Ak selaku Dosen Pembimbing pada penulisan

skripsi

5. Kepada adik-adikku Firza dan Ai yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis serta keusilan kalian yang membuat penulis selalu ceria dihari-harinya

6. Kepada teman-temanku, Rati, Astri, Wywyk, Anggie dan Atika yang senantiasa memberi dukungan, motivasi, dan bantuan kepada penulis.

Dengan bantuan yang penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dariAllah SWT semoga amalan dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula.

Medan, Maret 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 9

2.2 Luas Pengungkapan ... 11

2.3 Peraturan Bapepam ... 13

2.4 Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) ... 16

2.5 Karakteristik Perusahaan ... 17

2.6 Ukuran Perusahaan ... 18

2.7 Profitabilitas ... 22

2.7.1 Pengertian Profitabilitas ... 22

2.7.2 Jenis Rasio Profitabilitas ... 23

2.7.2.1 Return on Investment (ROI) ... 24

2.7.2.2 Return on Asset (ROA) ... 25

2.7.2.3 Return on Equity (ROE) ... 26

2.8 Leverage ... 27

2.8.1 Jenis Rasio Leverage ... 28

2.9 Tipe Kepemilikan Publik ... 29

2.10 Penelitian Terdahulu ... 35

2.11 Kerangka Konseptual ... 45

2.12 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ... 48

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel ... 48

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Operasional Variabel ... 50


(7)

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 52

3.4.3 Variabel Independen ... 53

3.5 Metode Analisis Data ... 56

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 56

3.5.1.1 Uji Normalitas ... 57

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas... 58

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59

3.5.1.4 Uji Autokorelasi ... 59

3.5.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 60

3.6 Pengujian Hipotesis ... 61

3.6.1 Uji Statistik t ... 61

3.6.2 Uji Signifikan F ... 62

3.6.3 Koefisien Determinasi ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 64

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 64

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 66

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 68

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 71

4.1.3 Model Regresi Berganda ... 72

4.1.4 Uji Hipotesis ... 74

4.1.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74

4.1.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (uji t) ... 75

4.1.4.3 Uji Signifikansi Simultan (uji F) ... 77

4.2 Pembahasan ... 78

4.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Voluntary Disclosure ... 78

4.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Voluntary Disclosure ... 78

4.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Voluntary Disclosure 79 4.2.4 Pengaruh Kepemilikan Saham Publik terhadap Voluntary Disclosure ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 42

3.1 Sampel Penelitian ... 49

3.2 Operasional Variabel ... 55

3.3 Uji Autokorelasi ... 60

4.1 Statistik Deskriptif ... 64

4.2 Uji Kolmogorov Smirnov ... 68

4.3 Uji Multikolinearitas... 69

4.4 Uji Autokorelasi ... 71

4.5 Hasil Analisis Regresi ... 72

4.6 Model Summary ... 74

4.7 Hasil Uji t ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 45

4.1 Gambar Grafik Histogram ... 66

4.2 Normal Probability Plot ... 67


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Sampel dan Populasi ... 86 2 Data Penelitian ... 90 3 Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Regresi Berganda.. 94


(11)

ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

VOLUNTARY DISCLOSURE PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari karakteristik perusahaan yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik terhadap voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan jumlah sampel sebanyak 54 perusahaan, dengan pengumpulan data dilakukan secara studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangan secara parsial hanya leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap voluntary disclosure, sedangkan variabel lain yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, dankepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure. Kata Kunci: voluntary disclosure, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik.


(12)

ABSTRACT

EFFECT OF COMPANY CHARACTERISTICS TO VOLUNTARY DISCLOSURE IN MANUFACTURING COMPANIES

LISTED ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE

This research aim is to analysed the effect of company characteristics (firm size, profitability, leverage, and public stock owning to voluntary disclosure in manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchane period 2011-2013. This research uses multiple regression analysis with number of samples 54 companies, which their data collection are taken using documentary studies. Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to voluntary disclosure, while partially, leverage is affecting negative and significantlyto voluntary disclosure, and others variables that are firm size, profitability, and public stock owning are not affecting significantly to voluntary disclosure.

Keywords: voluntary disclosure, firm size, profitability, leverage, public stock owning


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan perekonomian menjadi perhatian penting dalam memajukan suatu bangsa.Adapun perkembangan perekonomian itu tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang terdapat di suatu negara tersebut, salah satunya pasar modal. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.

Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, pasar modal adalah pusat perdagangan hutang jangka panjang dan saham perusahaan, sedangkan pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 ialah “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama, sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor) dimana dana yang diperoleh dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi serta reksa dana. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen.


(14)

Dengan adanya pasar modal, para investor dapat melalukan investasi pada banyak pilihan investasi, sesuai dengan preferensi resiko mereka dimana para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan resiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya.

Investasi memiliki pengertian menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Ahmad,2004:3). Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu arus kas dalam aset riil yang berwujud seperti gedung-gedung dan kendaraan serta aset finansial atau aset keuangan yang berupa dokumen (surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aset riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut(Ahmad,2003:2).

Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengadakan analisa yang cermat. Investor harus benar-benar bisa membaca prospek dari kesempatan investasinya tersebut. Keputusan investasi biasanya menyangkut masalah pengelolaan dana pada suatu periode tertentu, dimana para investor memiliki harapan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dari dana yang diinvestasikan selama periode waktu tertentu. Keuntungan investasi sangat bergantung pada banyak hal, tetapi hal yang paling utama yakni bergantung pada kemampuan atau strategi penanaman modal atau investor dalam membaca keadaan dan situasi pasar yang tidak stabil. Bila harga saham naik maka keuntungan yang dimiliki pemodal akan meningkat.


(15)

Investor dituntut harus mampu membaca situasi atau keadaan dari suatu perusahaan. Disini laporan keuangan dan laporan tahunan menjadi pedoman investor dalam membaca keadaan perusahaan tersebut. Perusahaan di Indonesia yang melakukan penawaran kepada publikatau go public wajib menyampaikan laporan perusahaannya kepada BEI. Laporan tersebut berupa laporan keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, sedangkan laporan tahunan memuat seluruh kegiatan perusahaan baik dari segi finansial, human resources, marketing dan operasional perusahaan.

Statement of Financial Accounting Concepts(SFAC) Nomor 1, menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi tersebut harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai wawasan bisnis dan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disertai dengan disclosure yang cukup (adequate disclosure) artinya informasi yang disajikan tidak berlebihan namun juga tidak kurang sehingga tidak membingungkan bagi orang yang membacanya. Informasi yang diungkap dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini ialah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang(peraturan mengenai pengungkapan


(16)

laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No. Kep-134/BL/2006 tanggal 7 desember 2006), sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Disclosure dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan keuangan. Mutu dan luas pengungkapan laporan tahunan masing-masing berbeda. Selain digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Semua penginformasian laporan tahunan perusahaan ke pasar telah ditentukan standarnya oleh Bapepam. Disini perusahaan merasa masih kurang cukup untuk menginformasikan laporan tahunan perusahaannya ke pasar apabila terlalu mengikuti standar dari Bapepam, sehingga perusahaan tersebut akan melakukan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) seperti apa yang telah dijelaskan.

Voluntary disclosure adalah keberanian suatu perusahaan untuk memberikan informasi tentang perusahaannya melebihi yang diwajibkan atau distandarkan oleh Bapepam (Fitriani:2001).Voluntary disclosuredalam laporan tahunan merupakan suatu informasi yang penting bagi investor, dimana dengan adanya voluntary disclosure, investor bisa mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan. Pengungkapan sukarela juga merupakan salah satu cara bagi manajer untuk memperbaiki kredibilitas pelaporan keuangannya (Healy dan Palepu,1993 :5).


(17)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sudarmadji dan Sularto (2007), dalam penelitiannya Sudarmadji dan Sularto menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage serta tipe kepemilikan publik.

Penelitian ini diketahui bahwa rata-rata voluntary disclosure perusahaan pemanufakturan yang menjadi sampel masih relatif rendah. Dalam setiap variabel independen yang diujinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Naim dan Rakhman (2000) yang menyebutkan seiring dengan tuntutan kreditur akan informasi tersebut, maka perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas.

Perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) juga akan melakukan disclosure yang lebih luas. Hal tersebut dimaksudkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang bagus.

Perusahaan dengan pemegang saham yang banyak juga mempengaruhi disclosure laporan keuangan. Hal yang mendasarinya adalah perusahaan dengan jumlah pemegang saham yang besar akan menjadi sorotan publik, akan mendapat tekanan dari pemegang saham dan analisis serta untuk meminimalkan tekanan dari pembuat peraturan (pemerintah) maka perusahaan akan melakukan disclosure yang lebih baik.


(18)

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Sudarmadji dan Sularto (2007) masih menggunakan item-item pengungkapan sukarela sebanyak 33 item sebelum dikeluarkannya peraturan BAPEPAM No. Kep-134/BL/2006 tanggal 7 desember 2006 yang merubah sebagian pengungkapan sukarela menjadi pengungkapan wajib.

Penelitian yang dilakukan Sudarmadji dan Sularto ini juga terdapat beberapa kekurangan, yaitu sampel dari penelitian sebelumnya hanya diambil sebanyak 8 perusahaan serta dengan periode waktu 1 tahun yaitu pada tahun 2004 sebagai periode waktu dan sampel tersebut diangggap terlalu kecil sehingga tidak mampu mempresentasikan seluruh populasi yang ada, sehingga hasil yang diperoleh mengalami bias.

Berdasarkan urain diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan publik perusahaan dalam pengungkapan laporan tahunan dalam ruang lingkup industri manufaktur dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Voluntary Disclosure

Perusahaan pada Perusahaan Manufakturdi Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, leverage dan Tipe Kepemilikan Publik Perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan sukarela laporan tahunan secara simultan maupun parsial pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan publik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan secara simultan maupun parsial pada industri manufaktur di bursa efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi kepentingan perusahaan, manajemen perusahaan dapat meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja dan operasional perusahaan juga baik dan berjalan efisien. 2. Bagi kepentingan investor, berkurangnya risiko informasi (Elliot dan

Jacobson,1994). Berkurangnya risiko informasi yang dihadapi oleh investor akan mengurangi kesalahan dalam membuat keputusan investasi. Dengan demikian investor lebih percaya kepada perusahaan yang memberikan pengungkapan yang lengkap, dan akibatnya sekuritas perusahaan lebih menarik bagi banyak investor serta price akan naik. Kenaikkan harga saham ini pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemakmuran para investor.

3. Bagi kepentingan nasional dan pemerintah, manfaat diperoleh sebagai akibat adanya biaya modal perusahaan yang rendah dan berkurangnya resiko informasi yang ditanggung investor. Dengan diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, pertumbuhan ekonomi dapat


(20)

meningkat, kesempatan kerja menjadi lebih luas dan akhirnya standar kehidupan akan meningkat pula (Elliot dan Jacobson, 1994).

4. Bagi kepentingan akademis, penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya pengaruh pengungkapan sukarela yang menjadi inti dari penelitian ini.

5. Bagi kepentingan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenen (Agency Theory)

Teori keagenan menggambarkan suatu hubungan antara pemegang saham (principals) dan manajemen (agent). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Pihak manejemen yang dipilih harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Ketika pemilik (manajer) mendelegasikan otoritas pangambilan keputusan pada pihak lain, terdapat hubungan keagenan antara kedua belah pihak. Hubungan keagenan, seperti hubungan antara pemegang saham dengan manajer, akan efektif selama manajer mengambil keputusan investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Namun, ketika kepentingan manajer berbeda maka keputusan yang diambil oleh manajer kemungkinan besar akan mencerminkan preferensi manajer dibanding dengan pemilik (Pearce dan Robinson, 2008:47).

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan


(22)

perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.

Masdupi (2005) mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham.Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang.


(23)

Ketiga, institusional investor sebagai monotoring agent. Moh’d etal, (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.

Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, yaitu :

a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang,

d) kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings).

2.2 Luas Pengungkapan

Pengungkapan (disclosure) adalah mengkomunikasikan mengenai posisi dari keuangan dengan tidak menyembunyikan informasi, apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung makna bahwa laporan keuangan harus memberikan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha kondisi keuangan perusahaan kepada para pengguna laporan keuangan (Rinny, 2010).

Dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)(Yuliansyah,2007). Pengungkapan


(24)

wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan minimum yangdisyaratkan oleh lembaga yang berwenang (BAPEPAM, SAK, Menteri Keuangan, Pajak, dan lain-lain), sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh lembaga yang berwenang (BAPEPAM, SAK, MenteriKeuangan, Pajak, dan lain-lain) antara lain informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisismanajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akandatang, dan laporan keuangan, tambahan yang mencakup ungkapan menurut segmen dan informasi lainnya diluar harga perolehan.

Menurut Hendriksen (1992) terdapat tiga konsep mengenai pengungkapan laporan keuangan, yaitu: adequate disclosure, fair disclosure, dan full disclosure.

1. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure)

Pengungkapan informasi oleh perusahaan dengan tujuan memenuhi kewajiban dalam menyampaikan informasi. Informasi yang diungkapkan sesuai dengan stadar minimum yang diwajibkan. terutama informasi yang menurut lembaga terkait wajib disajikan. Pengungkapan jenis ini banyak dilakukan oleh perusahaan.

2. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure)

Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dengan menyajikan sejumlah informasi yang menurut perusahaan dapat memuaskan pengguna Laporan Keuangan yang potensial. Informasi minimum yang diwajibkan dan informasi


(25)

tambahan lainnya untuk menghasilkan penyajian Laporan Keuangan yang wajar.

3. Pengungkapan yang lengkap (full disclosure)

Pengungkapan yang menyajikan semua informasi yang relevan. Informasi yang diungkapkan adalah informasi minimum yang diwajibkan ditambah dengan informasi lain yang diungkapkan secara suka rela. Full disclosure dapat membantu mengurangi terjadinya informasi asimetris, namun seringkali dinilai berlebihan.

Dari ketiga konsep diatas yang sering digunakan adalah adequate disclosure.

2.3 PeraturanBapepam

Sesuai dengan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-134/BL/2006 tanggal 7 desember 2006, laporan tahunan wajib dikeluarkan begi emiten atau perusahaan publik.

Dalam peraturan ini, laporan tahunan perusahaan-perusahaan tersebut diwajibkan memuat :

1. Tinjauan operasi per segmen usaha, antara lain memuat pembahasan mengenai: a. produksi;

b. penjualan/pendapatan usaha; c. profitabilitas; dan


(26)

2. Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya, antara lain mengenai:

a. aktiva lancar, aktiva tidak lancar, dan jumlah aktiva;

b. kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar, dan jumlah kewajiban; c. penjualan/pendapatan usaha;

d. beban usaha; dan e. laba bersih;

3. Bahasan dan analisis tentang kemampuan membayar hutang dan tingkat kolektibilitas piutang Perseroan;

4. Bahasan mengenai ikatan yang material untuk investasi barang modal dengan penjelasan tentang tujuan dari ikatan tersebut, sumber dana yang diharapkan untuk memenuhi ikatan-ikatan tersebut, mata uang yang menjadi denominasi, dan langkah-langkah yang direncanakan perusahaan untuk melindungi risiko dari posisi mata uang asing yang terkait;

5. Bahasan dan analisis tentang informasi keuangan yang telah dilaporkan yang mengandung kejadian yang sifatnya luar biasa dan jarang terjadi;

6. Komponen-komponen substansial dari pendapatan atau beban lainnya, untuk dapat mengetahui hasil usaha perusahaan;

7. Jika Laporan Keuangan mengungkapkan peningkatan atau penurunan yang material dari penjualan atau pendapatan bersih, maka wajib disertai dengan bahasan tentang sejauh mana perubahan tersebut dapat dikaitkan antara lain


(27)

dengan jumlah barang atau jasa yang dijual, dan atau adanya produk atau jasa baru;

8. Bahasan tentang dampak perubahan harga terhadap penjualan dan pendapatan bersih perusahaan serta laba operasi perusahaan selama 2 (dua) tahun atau sejak perusahaan memulai usahanya, jika baru memulai usahanya kurang dari 2 (dua) tahun;

9. Informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan akuntan; 10. Prospek usaha dari perusahaan sehubungan dengan industri, ekonomi secara

umum dan pasar internasional serta dapat disertai data pendukung kuantitatif jika ada sumber data yang layak dipercaya;

11. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan, antara lain: strategi pemasaran dan pangsa pasar;

12. Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen (kas per saham dan atau non kas) dan jumlah dividen per tahun yang diumumkan atau dibayar selama 2 (dua) tahun buku terakhir;

13. Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum secara kumulatif sampai dengan saat terakhir apabila belum dinyatakan habis. Dalam hal terdapat perubahan dari Prospektus agar dijelaskan;

14. Informasi material, antara lain mengenai investasi, ekspansi, divestasi, penggabungan/peleburan usaha, akuisisi, restrukturisasi utang/modal, transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan sifat transaksi dengan Pihak Afiliasi;


(28)

15. Perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap perusahaan dan dampaknya terhadap Laporan Keuangan (jika ada); dan

16. Perubahan kebijakan akuntansi, alasan dan dampaknya terhadap Laporan Keuangan (jika ada).

Pengaturan pengungkapan informasi yang wajib disampaikan oleh perusahaan publik ini, nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan analisis dalam pengambilan keputusan.

2.4 Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh peraturan. Meek et al (1995) dalam Murtanto (2005) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan bebas, dimana manajemen dapat memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang memakainya. Dalam penelitian kali ini yang akan diteliti adalah pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Pembatasan dilakukan mengingat alasan-alasan sebagai berikut:

1. pemerintah sudah menetapkan aturan tentang mandatory disclosure sehingga perusahaan publik menaati peraturan tersebut.

2. pemerintah Indonesia menunjuk Bapepam untuk mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut terhadap perusahaan.

3. semakin meningkatnya kesadaran bagi manajemen perusahaan untuk membuka diri dalam melaksanakan disclosure pada laporan tahunan, guna mendukung strategi perusahaan.


(29)

Informasi sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dapatmemberikan sinyal positif dimana perusahaan memberikan informasi yang lebih detil yang tidak ditemukan dalam laporan keuangan. Hal ini dapat sejalan dengan teori sinyal yang memberikansinyal-sinyal positif dari suatu perusahaan kepada stakeholders yang dapat berpengaruhterhadap suatu keputusan yang akan diambil. Seperti halnya dengan memberikan pandangan proyeksi masa tahun depan akanmemperlihatkan pada stakeholders mengenai fokus kegiatan operasional dankemungkinan laba yang dapat diperoleh oleh perusahaan pada periode mendatang.

Pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan dapat dipengaruhi olehbeberapa hal, diantaranya melalui karakteristik-karakteristik yang ada padaperusahaan itu sendiri.

Karakteristik-karakteristik tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan publik perusahaan. Karakteristik-karakteristikperusahaan tersebut dapat mempengaruhi baik-buruknya sinyal-sinyal yang diberikan perusahaan.

2.5 Karakteristik Perusahaan

Lang dan Lundholm (1993) dan Wallace et al. (1994) dalam Wicaksono (2011) menggunakan karakteristik perusahaan yang dianggap sebagai proksi potensial untuk luas pengungkapan yang diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu :


(30)

1. Variabel yang berkaitan dengan struktur (structur-related variable)

Variabel-variabel yang berkaitan dengan struktur tersebut dianggap cenderung stabil dan konstan sepanjang waktu (Wallace et al., 1994). Sejalan dengan penelitian terdahulu, variabel ukuran perusahaan, tipe kepemilikan akan diteliti kembali.

2. Variabel yang berkaitan dengan kinerja (performance-related variable) Variabel kinerja merupakan variabel yang akan berbeda pada waktu-waktu yang spesifik. Selain itu variabel ini mewakili informasi yang mungkin relevan bagi pengguna informasi akuntansi (Wallace et al., 1994). Sejalan dengan penelitian terdahulu variabel profitabilitas dan leverage sebagai pengukuran yang berkaitan dengan kinerja.

2.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001:117-119).

Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan.


(31)

Ukuran perusahaan merupakan proksi volalitas operasional dan inventory controlabality yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan (Mukhlasin,2002). Ukuran perusahaan diproksikan dari penjualan bersih (net sales). Total penjualan mengukur besarnya perusahaan. Hal ini dikarenakan biaya politik cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta,2002).

Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar dari pada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan pengendalian secara tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.

Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satuan rupiah. Dalam sisi perencanaan, penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisir oleh perusahaan.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan


(32)

penjualannya rendah, kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan positif tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan digunakan. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan seluruhnya, maka tidak ada pilihan lain lagi bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Menurut Riyanto (1995:229-300), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Perusahaan yang lebih besar mempunyai akses yang lebih besar untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan


(33)

persaingan atau bertahan dalam industri. Di sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya (ukuran) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman akan semakin besar pula.

Dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif, yang berarti kenaikan ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikan struktur modal yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sekar, Saidi, Harjudi, Augustinus dan Janny.

Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Grey (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analisi, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun


(34)

publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

Penjelasan lain yang sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih lengkap, sebaliknya perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkapa yang dilakukan perusahaan besar. Perusahaan kecil pada umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar (Shingvi dan Desai, 1971;Buzby ,1975) dalam Almilia dan Retrinasari (2007).

2.7 Profitabilitas

2.7.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu dari rasio keuangan yang akan menjadi indikator pengukur baik atau buruknya suatu perusahaan. Ada beberapa pengertian dari profitabilitas menurut dari para ahli:

Menurut Riyanto (2001:334), profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan


(35)

(profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya).

Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai suatu rasio yang dapat mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan mengukur efisiensi dalam mengelola aset, kewajiban dan ekuitasnya Fraser dan Ormiston (1998:156) dalam Nadirsyah (2006).

(Horne dan Wachowicz,2007:222), mengemukakan juga pengertian dari profitabilitas yaitu rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi.

2.7.2 Jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Van Horne dan Machowicz (2007:222) ada dua jenis rasio profitabilitas, yaitu profitabilitas dalam kaitannya dalam penjualan dan profitabilitas dalam kaitannya dalam investasi.

1. Profitabilitas dalam kaitannya dalam penjualan.

Pada jenis ini rasio yang pertama dicermati adalah margin laba kotor:

Pada jenis rasio profitabilitas ini, menjelaskan laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah dikurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio ini merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk menetapkan harganya.

Pengukuran yang lebih spesifik untuk profitabilitas penjualan adalah margin laba bersih:


(36)

Margin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan.

2. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi

Kelompok kedua rasio profitabilitas ini menghubungkan laba dengan investasi. Salah satu pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas investasi (Return On Investment – ROI), tingkat pengembalian atas aktiva (Return On Asset – ROA), dan tingkat pengembalian modal sendiri (Return On Equity – ROE).

2.7.2.1 Return On Investment (ROI)

Menurut Munawir (2004:89),Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Menurut Husnanet al (2006:74) ROI menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Rasio ROI dinyatakan sebagai berikut :

ROI = laba setelah pajak/kekayaan x 100% Komponennya adalah sebagai berikut :

1. laba setelah pajak

Laba yang digunakan dalam perhitungan ini adalah laba setelah pajak. Laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan baik dari usaha


(37)

pokok (Net Operating Income) ataupun diluar usaha pokok perusahaan (Non Operating Income) selama satu periode setelah dikurangi pajak penghasilan.

2. total aktiva atau total aset

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan, misalnya : kas, persediaan, aktiva tetap dan aktiva yang tidak berwujud.

2.7.2.2 Return On Asset (ROA)

Hansen dan Mowen (1997:68) dalam Nadirsyah (2006), ROA merupakan suatu cara untuk mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah melalui perhitungan laba yang diperoleh per dolar investasi. Pengembalian atas aset (ROA) adalah pengukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROA didefinisikan sebagai berikut :

ROA=Laba Bersih / Total Aset X 100%

ROA memberikan suatu dasar yang berguna tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja manajer unit tetapi juga untuk mengevaluasi kinerja seluruh perusahaan secara stategis.

Blocher et al (2001:963) mengemukaan keuntungan ROA, diantaranya : 1. lebih mudah dimengerti,

2. perbandingan antara tingkat bunga dan tingkat pengembalian dalam investasi,


(38)

Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Adanya hasil operasi yang ingin diukur, maka digunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional atau lebih jelasnya rasio ini diukur dengan menghubungkan antara keuntunganatau laba dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets).

Hansen dan Mowen (1997:70) dalam Nadirsyah (2006) mengemukakan sedikitnya ada tiga hasil yang positif penggunaan ROA, yaitu :

1. mendorong manejer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban, investasi, sebagaimana diharapkan dari manejer pusat investasi,

2. mendorong manejer memfokuskan pada efisiensi,

3. mendorong manejer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan return on assets (ROA) untuk menilai baik buruknya kinerja suatu perusahaan tidak hanya berguna untuk menggambarkan kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Akan tetapi juga dapat menjadi pendorong bagi manejer untuk memfokuskan pada efisiensi penggunaan aktiva operasi.

2.7.2.3Retun On Equity (ROE)

ROE membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen biasa) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan.

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam


(39)

membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam satu industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi jika perusahaan telah memilih untuk menerapkan tingkat hutang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan.

2.8 Leverage

2.8.2 Pengertian Leverage

Leverage merupakan instrumen keuangan yang termasuk dalam rasio keuangan.Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang (Riyanto,2001:332)Menurut Van Home dan Wachowicz (2007:209), leverage didefinisikan sebagai rasio yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Leverage juga didefinisikan oleh Dermawan Sjahrial (2009:154) adalah penggunaan sumber dana yang dimiliki beban tetap dengan harapan akan memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Pada variabel leverage ini, peneliti menggunakan leverage keuangan. Hal ini disebutkan karena leverage keuangan digunakan untuk mengukur total aktiva yang dibiayai oleh hutang. Leverage keuangan melibatkan penggunaan pendanaan biaya tetap.


(40)

Disisi lain, leverage keuangan adalah hal yang selalu menjadi pilihan. Tidak ada perusahaan yang disyaratkan untuk memiliki utang jangka panjang apapun atau pendanaan dengan saham preferen. Sebagai alternatif, perusahaan dapat membiayai pengeluaran operasional dan modalnya dari sumber-sumber internal dan penerbitan saham biasa. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Mawarta (2001).

Leverage keuangan menjelaskan bagaimana pembelanjaan kebutuhan dana dilakukan agar memberikan efek yang menguntungkan terhadap earning per share (EPS) dan rentabilitas modal sendiri (ROE) dengan menentukan tingkat finansial leverage dapat diketahui bahwa semakin besar pula pengaruh yang diberikan oleh perubahan EBIT terhadap laba perlembar saham (Dermawan Sjahrial,2009:154).

2.8.3 Jenis Rasio Leverage

Menurut Horne dan Wachowicz (2007:208), ada dua jenis rasio leverage keuangan yang biasa lazim digunakan oleh perusahaan yang go public.

1. Rasio hutang terhadap ekuitas.

Agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjamkan, kita dapat menggunakan beberapa rasio hutang (debt ratio) yang berbeda. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham.


(41)

Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, maka semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.

2. Rasio hutang terhadap total aktiva.

Rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio) didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total aktivanya:

Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Jadi 45%dari aktiva perusahaan didanai oleh hutang, sementara sisanya sebesar 55% pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham. Jadi hal ini menunjukkan bahwa semakin besar presentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditor perusahaan. Semakin tinggi debt to total assets ratio, semakin besar resiko keuangannya. Sebaliknya,semakin rendah rasio ini maka semakin rendah resiko keuangannya.

2.9 Tipe Kepemilikan Publik

Tipe kepemilikan perusahaan adalah proporsi kepemilikan asing (multinasional), manajemen perusahaan (insider ownership), institusional, publik dan individual.


(42)

1. Kepemilikan Asing (Multinasional)

Chibber dan Mujamdar (1999 (dalam Herdinata, 2007), meneliti kepemilikan asing terhadap kinerja perusahaan di India dengan 1000 perusahaan dalam periode 1988-1991. Hasilnya memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya kepemilikan orang asing semakin meningkat pulakinerja perusahaan di India. Ketika kepemilikan orang asing lebih besar dari40%, yakni tingkat kepemilikan yang mengontrol secara total, kinerja perusahaan jauh lebih baik dan signifikan daripada tingkat kepemilikan yang lebih rendah. Wiwattanakantang (2001) (dalam Herdinata, 2007), menjelaskan perusahaan yang dikontrol oleh pemegang saham asing mempunyai beberapa keunggulan seperti know-how teknologi.

Menurut Susanto (1992) dalam Almilia dan Retrinasari(2007), afiliasi perusahaan dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan ini. Pertama, perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya dari luar negeri. Kedua, perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien yang memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analisis dan masyarakat pada umumnya. Perusahaan dengan status berbeda akan memiliki


(43)

stakeholders yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang harus dilakukan pun berbeda.

Perusahaan dengan status penanaman modal asing (PMA) akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan domestik. Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibanding perusahaan kecil. Fitriani (2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa status perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan kelengkapan pengungkapan. Perusahaan dengan status PMA akan indeks kelengkapan pengungkapannya lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang berstatus lainnya.

2. Kepemilikan Manajemen Perusahaan (Insider Ownership)

Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa adanya kepemilikan oleh manajemen akan mengurangi secara signifikan konflik keagenan antara pemilik dan agen (manajemen). Konflik yang terjadi didalam perusahaan akan dipersepsikan negatif oleh pasar. Jika konflik terjadi pemegang saham harus mengeluarkan sejumlah biaya baik dalam bentuk biaya monitoring (monitoring cost), bonding cost dan biaya residual (residual loss) sebagai akibat dari problema keagenan tersebut.

Semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi perusahaan dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Grey, et. Al., 1998).


(44)

3. Kepemilkan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern (Sudarma,2003, Fried dan Hasbrouk,1998).

Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Ini berarti hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan penelitian Fitriani dan Mamduh (2003).

Resiko mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kepemilikan institusional. Tingginya resiko yang dihadapi perusahaan meningkatkan resiko kebangkrutan dan volalitas dari pendapatan, hal ini akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada saham perusahaan tersebut karena institusi lebih mementingkan pada stabilitas pendapatan (Fitri dan Mamduh,2003).

Dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Monitoring oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost dalam hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen seperti biaya audit, sehingga dividen yang dibayarkan juga menurun. Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek substitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya keagenan.


(45)

4. Kepemilikan Publik

Pemegang saham publik merupakan bagian dari stakeholder yang membutuhkan informasi untuk menganalisis imbal hasil atas investasi saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut, sehingga pemegang saham publik juga memiliki kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha perusahaan. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan publik terhadap perusahaan, maka diharapkan pengungkapan laporan tahunan perusahaan sebagai alat untuk pengawasan kinerja perusahaan juga semakin luas (Wardani:2012). Penelitian yang dilakukan oleh Yularto dan Chariri (2000) membuktikan bahwa presentase pemegang saham publik (masyarakat) mempunyai pengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan (Hadi dan Sabeni, (2002), serta Yularto dan Chariri, (2003) variabel tipe kepemilikan diukur dengan presentase saham yang dimiliki oleh publik (masyarakat). Pengertian publik disini adalah pihak masyarakat yang ada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan.

Menurut Rosma (2007) kepemilikan publik menunjukkan besarnyaprivate informationyang harus dibagikan manajer kepada publik.Private informationtersebut merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer,seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan dan keberadaan perencanaan bonus.

Jensen (1976) menyatakan bahwa publik mempunyai peran penting dalammenciptakanwell functioning government system karena mereka


(46)

memiliki financial interest dan bertindak independen dalam menilai manajemen. Semakinbesar persentase saham yang ditawarkan kepada publik, maka semakin besar pulainternal yang harus diungkapkan kepada publik. sehingga kemungkinan dapatmengurangi intensitas terjadinya biaya agensi. Oleh karena itu kepemilikanpublik dianggap berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

5. Kepemilikan Individual

Kepemilikan individu atau keluarga sering dihubungkan peran ganda mereka didalam perusahaan, yaitu sebagai pemilik dan sebagai pengelola (manajemen) perusahaan. Menurut sudut pandang ekonomi, individu atau keluarga membuat investasi khusus didalam perusahaan dalam hal human capital sehingga mereka sering enggan untuk melakukan kontrol yang ketat (Fitriani,2001).

Pada sisi lain, kepemilikan individu atau keluarga juga cenderung mendapatkan manfaat pribadi (private benefit) ketika menjalankan perusahaan atas pemegang saham minoritas.

Struktur kepemilikan akan mempengaruhi perilaku dan performasi perusahaan. Menurut Suripto (1998), kepemilikan keluarga akan menciptakan nilai serta memperbaiki kinerja perusahaannya jika disertai beberapa bentuk kontrol dan manajemen keluarga tersebut.


(47)

2.10 Penelitian Terdahulu

1. Julia Halim, Carmel Maiden dan Rudolf lumban tobing (2005), yang melakukan penelitian pengaruh manajemen laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ45. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan, pada variabel independennya terdapat adanya asimetri informasi, kinerja masa kini/current industry relative performance (CRP), kinerja masa mendatang/future industry relative performance (FRP), leverage, ukuran perusahaan, return kumulatif dan current rasio. Objek penelitian mencangkup 34 perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek Jakarta dan termasuk indeks LQ45 berdasarkan JSX value line tahun 2001-2002. Hasil yang didapat dari penelitian ini menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada 34 perusahaan manufaktur yang termasuk indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Dalam melihat hubungan manajemen laba dengan indeks pengungkapan ternyata manajemen laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan perspektif Efficient Earning Managements. Namun sebaliknya, tingkat pengungkapan berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan Oppurtunistic Earning Managements. Asimetri informasi, kinerja masa kini, kinerja masa mendatang, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan dan return kumulatif berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan namun belum cukup bukti


(48)

untuk menyatakan faktor current ratio berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan.

2. Luciana Spica Almilia dan Ika Retrinasari (2007), yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin, ukuran perusahaan dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahun 2001-2004 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan metode purposive sampling. Sedangkan variabel independen adalah ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin dan status perusahaan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi pengungkapan wajib yaitu variabel rasio likuiditas, rasio leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan. Kelengkapan perusahaan tidak dipengaruhi oleh semua variabel-variabel bebas tersebut, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan <10%. Pada model 2 menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial likuiditas, leverage, net profit margin, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat IKP sukarela, sehingga hasilnya tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya.


(49)

Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa indeks kecukupan pengungkapan wajib adalah minimum 15,23% dan maksimum adalah 45,25% dengan rata-rata 28,09%. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua informasi yang diminta dalam peraturan Bapepam diungkapan oleh perusahaan. Hal tersebut disebabkan bukan semata-mata karena kesalahan perusahaan, tetapi karena memang perusahaan tidak memiliki item-item tersebut. Sedangkan indeks pengungkapan sukarela berkisar antara 3,8% sampai 34,62% dengan rata-rata 18,5%. Indeks kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) minimum adalah 29,55% dan maksimum adalah 66,56% dengan rata-rata 46,59%.

3. Omar Juhmani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Struktur kepemilikan dan pengungkapan sukarela perusahaan : bukti dari Bahrain”. Dalam penelitian ini omar juhmani menjadikan Struktur kepemilikan (kepemilikan pemegang saham, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik) sebagai variabel independen. Sedangkan variabel kontrol yang dipakainya adalah ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas. Variabel dependen dalam penelitisan ini adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan analisis data empiris dari 41 perusahaan di Bahrain: data yang dianalisis dengan menggunakan korelasi bivariat dan analisis regrasi linier berganda menggunakan SPSS sebagai alat untuk menjelaskan hubungan antara faktor-faktor struktur kepemilikan dan luas pengungkapan informasi sukarela oleh perusahaan di Bahrain. Selanjutnya hasil penelitian ini yakni struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan


(50)

sukarela. Selanjutnya, ukuran dan leverage perusahaan secara signifikan berpengaruh positif dengan tingkat pengungkapan informasi sukarela.

4. Gary F. Peters dan Andrea M. Romi (2012) dalam penelitiannya berjudul “PengaruhCorporate GovernancepadaPengungkapanRisikoSukarela: BuktidariPelaporan Emisi Gas Rumah Kaca”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengungkapan sukarela sebagai variabel dependennya dan corporate governance sebagai variabel independennya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan menggunakan datayang tersedia dari Carbon Disclosure Project "Kuesioner Emisi Gas Rumah Kaca " dari tahun 2002hingga 2006. Sampel dari penelitian ini termasuk seluruh perusahaan Amerika Serikat di FT500, terdiri dari 500 perusahaan terbesar didunia berdasarkan pasar kapitalisasi dari 2002 sampai tahun 2004, dan S&P 500 perusahaan dari tahun 2005dan 2006. Peneliti menggabungkan model probit untuk menyelidiki dampak dari karakteristik spesifik perusahaan terhadap keputusan untuk mengungkapkan informasi akuntansi Greenhouse Gas, kemudian dengan memasukkan model seleksi sampel Heckman dua tahap untuk mengontrol bias pemilihan sampel dan menyelidiki karakteristik tata kelola perusahaan pada kualitas pengungkapan. Peneliti juga menggunakan dua variabel dari ketertarikan dalam mengevaluasi hubungan antara corporate governance dan pengungkapan serta kualitas greenhouse gas yaitu komite dan pegawai. Peneliti menemukan bahwakehadirankomitelingkungan dan Chief Sustainability Officer (CSO) yang berpengaruh positif dengan kemungkinan pengungkapan risiko dan kualitas pengungkapan. Analisis lebih lanjut dari


(51)

komite eksekutif dan karakteristik khusus mengungkapkan bahwa kemungkinan pengungkapan dipengaruhi ukuran komite, jumlah pertemuan komite, keahlian anggota komite dan CSO, dan tumpang tindih antara komite lingkungan dan komite audit. Keahlian anggota komite lingkungan dan OMS dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan greenhouse gas, sementara komite yang lebih besar cenderung dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan yang lebih rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan juga harus mempertimbangkan dampak dari mekanisme corporate governance dalam menanggapi panggilan regulator dan pemangku kepentingan untuk transparansi yang lebih besar dari risiko perusahaan.

5. Rr. Puruwita Wardani (2012), meneliti penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela”. Dalam Penelitian ini menganalisis apakah ukuran perusahaan, leverage, porsi kepemilikan saham, likuiditas perusahaan, profitabilitas, serta umur perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela dengan pendekatan stakeholder theory yang memiliki tujuan untuk kelangsungan usaha perusahaan sebagai teori utama, agency theory dan legitimacy theory sebagai teori pendukungnya dan menggunakan 79 sampel perusahaan sektor riil yang terdaftar di BEI tahun 2009 dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasilnya adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara positif, namun umur berpengaruh secara negatif terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan, sedangkan leverage, porsi kepemilikan saham, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela.


(52)

6. Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto (2007) meneliti “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Perusahaan Laporan Tahunan Perusahaan”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Tipe Kepemilikan Perusahaan yang menjadi variabel independen berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure perusahaan yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto ini yaitu terdiri dari 8 perusahaan yang bergerak dalam manufaktur. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program spss. Pengujian data yang digunakan untuk regresi linier berganda adalah uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan.

7. Bintang Bagus Wicaksono (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Keuangan”. Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui apakah variabel karakteristik perusahaan (Ukuran Perusahaan, Tipe Kepemilikan, Profitabilitas, Likuiditas, Status peusahaan, Leverage dan KAP big 4) yang menjadi variabel independen berpengaruh terhadap luas vouluntary disclosure laporan tahunan yang menjadi variabel dependennya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. kriteria


(53)

sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sample yang diambil adalah 58 perusahaan selama dua tahun 2008-2010. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan secara serentak (uji f) indeks pengungkapan sukarela dapat dijelaskan oleh seluruh variabel. Sedangakan (uji t) menunjukkan bahwa ada dua variabel yang signifikan yaitu variabel size dan tipe kepemilikan saham. 8. Wallace et al. (1994) dalam penelitiannya mengambil ukuran perusahaan,

likuiditas, debt equity ratio, earning return, profit margin, tipe industry, dan tipe auditor sebagai variabel independen dan kelengkapan pengungkapan sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berhubungan positif dengan indeks kelengkapan pengungkapan likuiditas secara signifikan berhubungan negatif dengan indeks kelengkapan pengungkapan.


(54)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti Variabel Hasil penelitian 1 Julia Halim,

Carmel Maiden dan Rudolf Lumban Tobing (2005) Dependen :

Manajemen laba dan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Independen: Asimetri informasi, kinerja masa kini/current industry relative performance (CRP), kinerja masa mendatang/future industry relative performance (FRP), leverage, ukuran perusahaan, return kumulatif dan current rasio.

a. Manajemen laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan perspektif Efficient Earning Managements

b. Tingkat pengungkapan

berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan Oppurtunistic Earning

Managements.

c. Asimetri informasi, kinerja masa kini, kinerja masa mendatang, faktor leverage, ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan dan return kumulatif berpengaruh signifikan pada tingkat

pengungkapan namun belum cukup bukti untuk menyatakan faktor current ratio berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan

2 Luciana Spica Almilia dan Ika Retrinasari (2007) Dependen: Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Independen: ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin dan status perusahaan.

a. Kelengkapan perusahaan tidak dipengaruhi oleh semua variabel-variabel bebas tersebut.Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan <10%.

b. Pada model 2 menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial

likuiditas, leverage, net profit margin, ukuran perusahaan dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.


(55)

3 Omar Juhmani (2013) Dependen: Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Independen : Struktur kepemilikan (kepemilikan pemegang saham, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik). Kontrol : Ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Selanjutnya, ukuran dan leverage perusahaan secara signifikan berpengaruh positif dengan tingkat pengungkapan informasi sukarela. Sedangkan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan pengungkapan sukarela.

4 Gary F. Peters dan Andrea M. Romi (2012) Dependen: Pengungkapan resiko sukarela Independen: Corporate Governance

Hasil penelitian selanjutnya yaitu menemukan bahwa kehadiran lingkungan Komite dan Kepala Sustainability Officer (CSO) yang berhubungan positif dengan

kemungkinan pengungkapan risiko dan kualitas pengungkapan. Analisis lebih lanjut dari komite eksekutif dan karakteristik khusus

mengungkapkan bahwa kemungkinan pengungkapan dikaitkan dengan ukuran komite, jumlah pertemuan komite, keahlian anggota komite dan CSO, dan tumpang tindih antara komite lingkungan dan komite audit. Hanya keahlian anggota komite lingkungan dan OMS terkait dengan kualitas pengungkapan gas rumah kaca, sementara komite yang lebih besar cenderung berhubungan dengan kualitas pengungkapan lebih rendah. 5 Rr.

Puruwita Wardani (2012) Dependen : Pengungkapan sukarela Independen : Ukuran perusahaan, leverage, porsi kepemilikan saham oleh publik,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara positif, namun umur berpengaruh secara negatif terhadap luas pengungkapan sukarela perusahaan, sedangkan leverage, porsi kepemilikan saham, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan


(56)

likuiditas,

profitabilitas, dan umur perusahaan

sukarela.

6 Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto (2007) Dependen : Voluntary disclosure Independen : Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan.

7 Bintang Bagus Wicaksono (2011) Dependen : Luas voluntary disclosure Independen : Ukuran Perusahaan, Tipe Kepemilikan, Profitabilitas, Likuiditas, Status perusahaan,Leverage dan KAP big 4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh signifikan yaitu variabel size dan tipe kepemilikan saham, sedangkan variabel independen lain seperti Profitabilitas, Likuiditas, Status peusahaan, Leverage dan KAP big 4 tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure

8 Wallace et al. (1994) Dependen : Kelengkapan pengungkapan Independen : Ukuran perusahaan, likuiditas, debt equity ratio, earning return, profit

margin, tipe industri dan tipe auditor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara

signifikanberhubungan positif dengan indeks kelengkapan pengungkapan likuiditas secara signifikan berhubungan negatif dengan indeks kelengkapan pengungkapan.


(57)

2.11 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptualmenjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Sapto Haryoko dalam Iskandar, 2008:54).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Fitriani (2001) menyatakan variabel ukuran perusahaan paling konsisten berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Mawarta (2001) menduga bahwa pada umumnya perusahaan kecil mempunyai keterbatasan

UKURAN PERUSAHAAN

(X1)

PROFITABILITAS (ROA) (X2)

LEVERAGE (X3)

KEPEMILIKAN PUBLIK (X4)

VOLUNTARY DISCLOSURE (Y)


(58)

sumber daya yang dimiliki perusahaan. Hasil dari penelitian Mawarta mengidentifikasikan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap pengungkapan.

Penelitian lain dilakukan oleh Simajuntak (2004) menyatakan bahwa variabel profitabilitas mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur. Na’im dan Fuad Rakhman (2000) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan sukarela. Sebaliknya, Fitriani (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

Laporan tahunan dapat dipandang sebagai upaya untuk mengurangiasimetri informasi antara manajemen dan pemilik. Ada potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik dalam hal luasnya pengungkapan sukarela laporan tahunan. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan semakin besar porsi kepemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan. Variabel tipe kepemilikan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mawarta (2001).


(59)

2.12 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure

(pengungkapan sukarela).

H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure

(pengungkapan sukarela).

H3: Leverage berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure (pengungkapan

sukarela).

H4: Tipe kepemilikan berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure

(pengungkapan sukarela).

H5: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe kepemilikan secara

simultan berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure (pengungkapan sukarela).


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.Objek penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, tipe kepemilikan publik dan pengungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan manufakturyang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan subjek dalam penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai 2013. Terdapat 54 perusahaan manufaktur yang mempubliskan laporan tahunannya dari tahun 2011 sampai 2013. Pada penarikan populasi ini yang diamati adalah laporan tahunan berisikan semua kegiatan perusahaan baik dari segi financial, human resources, marketing dan operasional perusahaan. Jadi dalam penelitian ini digunakan laporan tahunan dalam penarikan sampel.

3.2.2 Sampel

Sampel menurut Arikunto (2002:109) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Data yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang bersifat time series yang diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).


(61)

Data untuk menentukan skor voluntary disclosure, profitabilitas, leverage, tipe kepemilikan publik dan ukuran perusahaan diperoleh dari laporan tahunan perusahaan manufaktur dari tahun 2011-2013 yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI).

Teknik penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling method dengan kriteria sebagai berikut:

a. perusahaan tergolong perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,

b. perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31 Desember 2013,menerbitkan laporan tahunan secara berturut-turut untuk periode 2011, 2012 dan 2013,

c. perusahaan yang tidak mengalami kerugian (memiliki laba positif) selama tahun2011, 2012 dan 2013.

Dengan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel, terdapat 54 perusahaan manufaktur dari tahun 2011-2013 yang mempublikasikan laporan tahunannya ke masyarakat. Adapun perusahaan tersebut adalah:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah Perusahaan

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI dari tahun 2011-2013 134

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunannya secara lengkap dan berturut-turut selama tahun pengamatan serta yang mengalami kerugian selama tahun 2011-2013

(80)

Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 54 Total sampel yang digunakan dalam penelitian

(54x3) 162

Detail Sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Sumber: Bursa Efek Indonesia (Januari 2015)


(1)

Coefficient Correlationsa

Model SAHAMPUB

LIK

LEVERAGE UK.USAHA ROA

1

Correlations

SAHAMPUBLIK 1.000 -.031 -.125 .165

LEVERAGE -.031 1.000 .074 -.054

UK.USAHA -.125 .074 1.000 .041

ROA .165 -.054 .041 1.000

Covariances

SAHAMPUBLIK .003 -4.986E-005 -.002 .001

LEVERAGE -4.986E-005 .001 .001 .000

UK.USAHA -.002 .001 .116 .001

ROA .001 .000 .001 .004

a. Dependent Variable: VOLUNTARY.DISC

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) UK.USAHA ROA

1

1 3.911 1.000 .00 .00 .02

2 .574 2.610 .00 .00 .82

3 .342 3.383 .00 .00 .01

4 .155 5.020 .04 .06 .12

5 .018 14.654 .96 .93 .02

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Variance Proportions

LEVERAGE SAHAMPUBLIK

1

1 .02 .01

2 .01 .06

3 .86 .12


(2)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 71.7524 84.5076 79.9321 2.86039 162

Std. Predicted Value -2.860 1.600 .000 1.000 162

Standard Error of Predicted

Value .886 4.190 1.677 .534 162

Adjusted Predicted Value 70.6713 84.4760 79.9682 2.88760 162

Residual -37.29541 17.89655 .00000 9.88787 162

Std. Residual -3.725 1.787 .000 .987 162

Stud. Residual -3.894 1.842 -.002 1.008 162

Deleted Residual -40.77101 19.01317 -.03606 10.30138 162 Stud. Deleted Residual -4.084 1.857 -.005 1.017 162

Mahal. Distance .266 27.196 3.975 3.997 162

Cook's Distance .000 .283 .009 .026 162

Centered Leverage Value .002 .169 .025 .025 162


(3)

(4)

(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 162

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 9.88787466

Most Extreme Differences

Absolute .104

Positive .056


(6)

Charts

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UK.USAHA 162 2.35 16.41 11.6957 2.34650

ROA 162 .08 67.00 10.2597 12.35827

LEVERAGE 162 .01 88.10 31.1511 24.75003

SAHAMPUBLIK 162 2.65 60.55 26.9111 16.09898

VOLUNTARY.DISC 162 38.00 92.00 79.9321 10.29329 Valid N (listwise) 162


Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN VOLUNTARY DISCLOSURE TERHADAP COST OF DEBT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 31

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012.

0 1 14

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN MANDATORY DISCLOSURE FINANCIAL STATEMENT : Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012.

2 7 53

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP VOLUNTARY DISCLOSURE (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2011).

0 0 16

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP INTERNAL CONTROL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2 2 19

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP VOLUNTARY DISCLOSURE Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012.

0 0 14

Pengaruh Struktur Dewan Terhadap Voluntary Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenen (Agency Theory) - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15