BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertambangan - Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertambangan

  Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).

  Sementara sumber daya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi.

  Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Noor dalam Sulto 2011).

2.1.1 Tahapan Penambangan

  Salim (dalam Sulto 2011) menyatakan bahwa dalam usaha pertambangan ada beberapa tahap yang harus dilaluli terlebih dahaulu sebelum menuai hasil ekonomis dari kegiatan penambangan yaitu;

  1. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya.

  2. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian.

  3. Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.

  4. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur- unsur yang terdapat pada bahan galian.

  5. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/pemurnian.

  6. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian.

2.1.2. Penggolongan Hasil Tambang

  Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011) menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:

  1. Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahanbahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah); 2. Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan

3. Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil.

  Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual. Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan aktivitas penambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emas sebagai salah satu sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non

  

renewable resources ) seperti mineral disebut juga sumberdaya terhabiskan

  (depletable) adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis maka suatu saat akan habis.

  Selain itu sumberdaya mineral memerlukan waktu yang lama untuk siap ditambang. Sebagai basis dari teori ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih secara optimal adalah model Hotteling yang telah dikembangkan oleh Harold Hotteling (1931). Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak sumberdaya mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Aplikasi dari teori ini adalah bagi pihak perusahaan pertambangan, untuk mendapatkan produksi sumberdaya mineral secara optimal harus mampu menentukan berbagai faktor produksi yang tepat dengan kendala waktu dan stok (deposit). Sedangkan bagi pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini negara harus bersikap mengabaikan (indifferent) terhadap sumberdaya mineral, apakah akan mengekstrak sekarang atau pada masa yang akan datang.

  Jadi sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan terhadap eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak semata-mata berorientasi ekonomi (economic oriented) tetapi juga harus mempertimbangkan secara cermat dampak lingkungan, social, kesiapan kelembagaan baik pemerintah maupun masyarakat.

2.3 Keberadaan Pertambangan (Eksistensi Pertambangan)

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Purwo Darminto (2002: 357) eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin (2007) sebagai mana yang dikutip yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada, ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Lebih jelas Graham dalam yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi merupakan istilah yang diturunkan dari kosakata latin existere yang berarti lebih menonjol daripada

  

(stand out) , muncul, atau menjadi. Eksistensi dengan demikian berarti

  kemunculan, sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada berarti kondisi mengada (state of being). Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada kemudian melakukan suatu hal untuk tetap menjadi ada.

  Di Indonesia tambang emas sangat banyak yakni Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di Indonesia diolah perusahaan luar asing, hal ini tentu tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai cara-cara pengolahan bahan- bahan galian yang ada, khususnya emas. Keberadaan suatu pertambangan bisa berdampak negatif dan positif, yaitu; a.

  Segi Negatif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas Dengan adanya tambang khususnya tambang emas dapat menimbulkan sering menimbulkan beberapa masalah. Salah satu dampak yang sangat serius yakni terkait masalah lingkungan. Tambang emas baik yang dikelola oleh pemerintah dan perusahaan asing mapun yang yang ditambang secara liar oleh masyarakat selalu menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Bahan yang digunakan selain menggangu dan merusak ekosistem dapat pula menggangu kesehatan manusia sendiri.

  Salah satu bahan yang digunakan adalah raksa. Raksa yang digunakan pada saat pengolan bijih emas dapat terlepas ke lingkungan sekitar. Untuk perusahaan pengolahan bijih emas hal ini tidak begitu dikawatirkan jika ada pengawasan dari pihak Pemerintah, yang perlu dikawatirkan tambang-tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat.

  Tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat menggunakan raksa untuk mengendapkan emas yang terkandung dalam air atau lumpur. Raksa yang digunakan dapat langsung masuk ke dalam air sehingga ikut terbawa arus. Raksa yang terbawa arus sukar terurai sehingga dapat membentuk senyawaan baru. Senyawa yang terbentuk dari raksa baik berupa senyawa organik maupun anorganik yang dapat diserap oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang ada di dalam air. Senyawaan raksa yang diserap oleh mikroorganisme ini tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dalam tubuhnya tetap sebagai senyawaan raksa.

  Akibatnya senyawaan ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, jika mikroorganisme ini dimakan oleh ikan maka senyawaan ini akan masuk pula ke dalam tubuhnya. Masuknya senyawaan ini akhirnya akan masuk kemudian mengendap di dalam tubuh, jika manusia mengkonsumsi ikan yang telah dikontaminasi oleh senyawaan raksa ini.

  Untuk perusahaan-perusahaan bijih emas baik yang dikelola oleh perusahaan dalam negeri maupun luar negeri limbah yang dihasilkan terkadang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini disebabkan, limbah yang hasilkan baik dari pengolahan bijih maupun dari pemurnian bijih emas langsung dibuang ke saluran pembuangan tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah ini sangat berbahaya, karena selain raksa masih mengandung logam-logam lain yang bersifat toksit. Misalnya tembaga, arsen dan kobalt dan limbah-limbah ini memiliki pH yang sangat asam sehingga dapat pula mengganggu kehidupan biota air.

  Selain adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan keberadaan tambang emas dapat pula mengganggu kegiatan anak-anak jika tidak dikontrol dengan cermat. Dengan adanya tambang emas yang dilakukan secara liar anak-anak lebih memilih untuk menambang emas daripada harus melangkah ke sekolah.

  b.

  Segi Positif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas Selain segi negatif keberadaan tambang terdapat pula sisi positifnya yakni dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat menambah devisa Negara. Dengan adanya tambang emas maka dipelukan pekerja dalam jumlah banyak, hal ini tentu sangat membantu masyarakat sekitar untuk menambah penghasilan. Hal ini tentu berlaku juga untuk penambangan emas yang dilakukan secara liar. Selain dapat memberikan lapangan keja dapat pula menambah devisa negara. Karena dengan adanya tambang maka pajak yang diberikanpun makin besar.

2.4 Kesejahteraan Masyarakat

  Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera, berawalan kata -ke dan berakhiran kata -an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Pengertian kata ‘sosial’ mungkin dilandasi oleh kenyataan bahwa kesemuanya bersangkutan dengan orang dalam masyarakat yang menekankan bahwa orang adalah makhluk sosial dan ekonomi atau lainnya.

  Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi semua bentuk intervasi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat sebagai keseluruhan. Dapat juga mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan secara langsung ditujukan untuk pencegahan masalah-masalah sosial, misalnya: masalah kemiskinan dan pengembangan sumber-sumber manusia. Sekarang ini kesejahteraan sosial lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang maksimum, setiap masyarakat perlu pengembangan cara-cara meningkatkan kemampuan, melindungi masyarakat dari gangguan dan masalah yang dapat mengurangi kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsepsi kesejahteraan sosial, ternyata masalah-masalah sosial mengganggu perkembangan masyarakat, sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dalam hal ini berarti bahwa tanggung jawab pemerintah semakin perlu ditingkatkan bagi kesejahteraan warga masyarakatnya.

  Sudah sejak semula cita-cita Bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur, baik materil maupun spiritual, dengan menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Pusat segala kegiatan pembangunan adalah manusia dan segala segi kehidupan manusia sebagai perorangan maupun manusia sebagai insane sosial, perlu dikembangkankan seluas-luasnya.

  Masalah kini adalah bahwa dalam masyarakat tidak semua manusia memiliki kemampuan yang sama untuk berkembang. Ada manusia yang karena musibah ekstrem jadi terganggu kemampuannya untuk aktif serta dalam penghidupan bersama. Ada pula karena faktor internal dalam diri pribadi manusia kehilangan kemampuan untuk berperan dalam masyarakat.

  Apabila ingin dibina masyarakat atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, maka jelaslah bahwa perlu dibangun suatu strategi pembangunan dengan pengembangan kesejahteraan sosial.

2.4.1 Pengembangan Lingkungan Hidup

  Pembangunan adalah proses jangka panjang. Beberapa repelita diperlukan untuk mencapai perombakan struktur ekonomi dan struktur sosial ini.

  Dalam mengusahakan pembangunan dan perombakan ini ikut terganggu keseimbangan lingkungan hidup sosial dan lingkungan hiduo alam.

  Proses pembangunan menimbulkan gerak mobilitas sehingga kelompok msyarakat satu berhubungan, bahkan kadang-kadang bisa bertabrakan dengan kelompok masyarakat lain, sehingga berlangsung bertabrakan pula antara nilai- nilai sosial satu dengan yang lain. Keadaan seperti ini menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam system nilai sosial. Dan ini pada dirinya mengganggu kemampuan perorangan untuk melangsungkan hidupnya ditengah-tengah masyarakat.

  Pengalaman Negara-negara lain menunjukkan apabila pembangunan dengan perombakan sosial berlangsung terlalu cepat dan terlalu intensif, maka lingkungan hidup sosial mengalami kegoncangan yang menumbuhkan ketidakseimbangan yang terlalu besar, sehingga melahirkan akses-akses sosial yang besar pula. Proyek besar memiliki kemampuan untuk menimbulkan kegoncangan dan ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup sosial itu.

  Baik pembangunan dengan lompatan besar maupun pembangunan proyek besar sama-sama mempengaruhi lingkungan hidup sosial.

  Ketidakseimbangan yang dapat di sini bisa menimbulkan pengaruh sosial berupa timbulnya kelompok masyarakat yang terganggu dalam kemampuannya untuk melangsungkan hidup ditengah masyarakat yang berubah cepat itu. Gejala kegoncangan lingkungan hidup sosial dapat tumbuh pada masyrarakat yang menerima atau yang mengalami pembangunan proyek besara yang mampu menimbulkan kejutan sosial yang besar pula.

  Apabila proses pembangunan tanpa lompatan proyek besar tidak dapat dihindari maka jelaslah bahwa pembangunan proyek ini harus direncanakan secara terpadu mencakupi segi fisik dan segi sosial. Dan berbagai langkah menampun akibat kejutan atau ikhtiar memperlunak pengaruh kejutan sosial yang ditimbulkan proyek besar kepada lingkungan hidup sosial perlu direncanakan.

  Lingkaran antara alam, sumber hayati dan manusia yang terdapat dalam ekosistem itu akan terganggu dengan segala akibat buruknya. Apabila sebelumnya alam memiliki sumber nabati, sumber hewani, hayati, air, lahan dan lain-lain unsure alam beraneka ragam, maka keseimbangan ekologi yang ada adalah stabil dan sinabung.

  Jika kemudian manusia mengelola sumberdaya alam dan berusaha sejauh mungkin memelihara keseimbangan ekologis ini, maka pembangunan dapat berjalan untuk waktu yang panjang tanpa merusak lingkungan alam. Tetapi apabila terjadi pemusnahan berlebihan dari satu dua unsure sumber alam, seperti penggundulan hutan oleh pertanian lading yang banyak dilakukan penduduk didaerah, maka putuslah keseimbangan lingkungan hidup dan dalam waktu tidak lama akan berlangsung proses pemiskinan lingkungan dan akhirnya pemusnahan lingkunan alam.

  Unsur alam yang tadinya beragam berangsur-angsur menjurus kearah unsure alam tunggal dengan hanya satu dua tanaman sepanjang tahun dan keseimbangan lingkungan hidup alam yang labil. Untuk menghadapi ini diperlukan pendekatan terpadu dalam perencanaan pembangunan yang mencakupi segi perencanaan fisik dan segi perencanaan sosial untuk menampung akibat dari kejutan sosial dan ikhtiar memperlunak pengaruh sosial yang ditimbulkan proyek atau pembangunan itu. Tetapi pegaruh pembangunan tidak berhenti pada tumbuhnya ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup sosial, tak kurang pentingnnya adalah pengaruh pembangunan pada pengelolaan sumber alam sehingga terbuka kemungkinan bagi terganggunya keseimbangan dalam lingkungan hidup alam.

  Berdasarkan pengalaman pembangunan selama ini, akhir-akhir belakangan ini berkembang suatu kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta dan karena itu perlu berkembang secara harmonis dengan lingkungan hidup alamnya. Sudut penglihatan pembangunan ini bertolak belakang dengan sudut penglihatan bahwa manusia dapat hidup terpisah dari alam sekitarnya, bahkan berhak untuk menundukkan dan mengolah alam bagi kepentingan manusia semata-mata tanpa menghiraukan akibatnya bagi alam itu sendiri.

  Alam sumber hayati dan manusia sesungguhnya hidup dalam hubungan saling kait mengkait dalam suatu ekosistem yang terpadu. Dalam mengelolah sumber alam bagi pembangunan perlu dijaga bahwa mutu dan kelestarian sumber alam dan lingkungan alam dapat dipertahankan. Sehingga sumber alam yang dapat dipulihkan kembali (renewable resources) akan secara terus menerus ikut berkembang untuk dimanfaatkan bagi pembangunan. Untuk memantapka kembali lingkungan hidup ala mini dibutuhkan injeksi investasi beruba pupuk alam, rabuk, tanaman beragam sehingga mematahkan sifat tunggal tadi.

  Berdasarkan pengalaman di bidang lingkungan hidup ini maka pola pembangunan jangka panjang harus mengindahkan keseimbangan lingkungan hidup sosial dan lingkungan hidup alam, untuk memungkinkan pengolahan sumber alam secara sinambung.

2.4.2 Pengembangan Kesejahteraan Sosial

  Dalam menanggapi tantangan pembangunan pada masa ini perlu dikembangkan kesejahteraan sosial, terutama bagi kelompok-kelompok masyarakat yang mengalami gangguan dalam kemampuannya untuk melanjutkan kehidupannya secara wajar ditengah-tengah masyrakat. Sasara pokok pengembangan kesejahteraan sosial adalah memulihkan kemampuan manusia itu sendiri untuk kembali kejalan hidup yang wajar. Sang manusia itu sendiri harus menjadi titik tolak dari kehendak untuk perbaikan. Kepada diri manusia ini harus dibangkitkan kesadaran bahwa kepadanya diberi kesempatan yang adil dan serupa untuk mengolah sumber alam memperoleh hidup yang bermartabat, kebutuhan fisik pokoknya dapat dipenuhi, kebutuhan sosial pokoknya dapat dikembangkan dan dirinya menjadi unsur penting dalam pengembangan lingkungan hidup yang berimbang.

  Ini bisa dicapai apabila mereka disertakan dalam program yang membuka kesempatan kerja dan sekaligus mengembangkan lingkungan hidup. Pada dasarnya diperlukan kelompok penduduk yang relatif mampu untuk dibina sebagai pendukung dari pengembangan kesejahteraan sosial agar kelompok masyarakat yang terganggu kemampuannya dapat hidup wajar ditengah-tengah masyarakat, melalui penyelenggaraan pembangunan yang sekaligus juga mengembangkan lingkungan hidup sebagai langkah usaha jangka panjang dalam membina masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kemanusiaan yang adil, beradab, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat.

2.5 Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumberdaya Alam

  Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dan bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Masyarakat desa menurut Soedjatmoko sebagaimana dikutip dalam Sulto (2011), yang dicirikan sebagai masyarakat yang memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain.

  Pada umumnya masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai masyarakat yang homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin menganut sistem kekeluargaan sehingga cenderung tanpa pamrih.

  Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi social yang berbeda dari desa satu dan desa yang lainnya. Untuk memahami memahami mengenai kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat.

  Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Selain itu untuk dapat mengetahui atau memahami tentang kondisi social yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah- masalah social, pertama kita harus mengetahui keadaan dari msalah social dalam berinteraksi.

  Berdasarkan pendapat menurut soekanto (1982), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif dimana Interaksi

  asosiatif, akan diuraikan sebagai berikut:

  

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi social

yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang

  mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : a.

  Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. b.

  Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

  c.

  Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

  d.

  Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

  2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang

  

merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah

  kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti : a.

  Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok social tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya.

  b.

  Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

  c.

  Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

2.6. Penelitian Terdahulu

  Kurniawan (2013) melakukan penelitian dengan judul: Persistensi dan Resistensi Masyarakat Terhadap Eksistensi Pertambangan Emas di Desa Bonto Katute Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan informan, peneliti memilih secara sengaja (purposive). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kehadiran tambang di Desa Bonto Katute Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai telah menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat di Desa Bonto Katute. Terbentuknya dua kelompok antara peristen dan resisten terhadap penambangan emas yang merupakan sebuah kelanjutan dari pengklaiman Hutan Adat mereka menjadi Hutan Lindung oleh pemerintah setempat. Berdasarkan teori dan penelitian kondisi objektif dilapangan memang terdapat perlawanan/ penolakan (resistensi) warga terhadap penambangan dan terlibat secara aktif (diskusi, kampanye dan aksi), sebagian pula menolak (resistensi) namun dalam posisi passif dengan diam (menolak berkomentar karena

  

takut ) dan selebihnya (aparat Desa dan keluarga dekatnya) yang mendukung

(persistensi) perencanaan pertambangan emas di Desa Bonto Katute.

  Soleman (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Dampak PIR Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar di Kabupaten Manokwari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode acak sederhana (simple random sampling).

  Data yang diambil dikumpulkam dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi dan deskriptif untuk mengetahui dampak proyek perkebunan kelapa sawit, PTPN II Prafi terhadap tingkat kesejahteraan petani PIR suku Arfak di Distrik Prafi Kabupaten Manokwari. Penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 55 rumahtangga petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proyek PIR Kelapa Sawit di Distrik Prafi setelah 25 tahun beroperasi masih memiliki dampak langsung dan positif terhadap penambahan pendapatan tunai petani peserta plasma asal suku Arfak dari lahan kelapa sawit, walaupun pendapatan yang diperoleh saat ini relatif kecil. Selain itu proyek PIR kelapa sawit saat ini memiliki dampak langsung dan negatif terhadap semakin berkurang dan terbatasnya lahan usaha tani untuk berkebun dan perladangan berpindah.

  Siregar (2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK.

  Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan.

  Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian masyarakat.

2.7 Kerangka Konseptual

   Pendapatan Masyarakat  Penyerapan Tenaga PT. Agincourt  Kemiskinan Resources

   

   Pendidikan  Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Keberadaan PT. Agincourt Resources berdampak positif dan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru”.

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

2 36 107

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

3 67 85

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 43 85

Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

40 204 117

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kesejahteraan - Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

0 0 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 19

KATA PENGANTAR - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 4 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pertambangan - Analisis Dampak Sosial dan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan

0 0 17

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11