Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN PT.AGINCOURT RESOURCES TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BATANG

TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN

OLEH:

NISA MAWAR HASIBUAN 100501021

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah dari keberadaan PT. Agincourt Resources terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru selama kurun waktu 2003-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 11 desa dengan total responden sebanyak 55 orang. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan diketahui bahwa keberadaan PT.Agincourt Resources berdampak positif terhadap sosial dan ekonomi sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru.

Kata kunci: PT.Agincourt Resources, Uji t, Uji Beda Rata-rata, Kesejahteraan Masyarakat.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of PT. Agincourt Resources’s existence to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru during 2003-2014. The population of this research is 11 villages with 55 respondens. This research uses primary and secondary data and the method that use to analyze the data is T-test and compare mean model with SPSS 20. This study found that the existence of PT. Agincourt Resources has positive effect to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru.

Key words: PT. Agincourt Resources, T-test, Compare Mean, Social and Economic Walfare.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Hasan Basri Tarmizi, SU sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si dan Bapak Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.


(5)

6. Kedua orangtua saya, Muhammad Kali Bumi HSB dan Ibunda Nanni HRP, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat, perhatian, dan bantuan materi yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

7. Untuk sahabat terbaik saya Dewi, Dira, Eva, Indah, Mutia, Iju, Utami, serta seluruh mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010 lainnya. Terimakasih saya sampaikan sebab banyak mendapat arti persahabatan dari kalian dan telah banyak membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin ya Rabbal Alamin.

Medan,

Nisa Mawar Hasibuan


(6)

DAFTAR ISI

Daftar isi ... i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Perumusan Masalah ... 7

1.3 ... T ujuan Penelitian ... 7

1.4 ... M anfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertambangan ... 8

2.1.1 Tahapan Penambangan ... 9

2.1.2 Penggolongan Hasil Tambang ... 10

2.3 Keberadaan Pertambangan (Eksistensi Pertambangan) ... 12

2.4 Kesejahteraan Masyarakat ... 15

2.4.1 Pengembangan Lingkungan Hidup ... 17

2.4.2 Pengenbangan Kesejahteraan Sosial ... 20

2.5 Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumberdaya Alam ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 24

2.7 Kerangka Konseptual ... 26

2.8 Hipotesis ... 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 29


(7)

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5 Analisis dan pembahasan ... 30

3.5.1 Analisis rata-rata uji beda ... 30

3.5.2 Uji t (uji parsial) ... 31

3.6 Batasan Operasional ... 31

3.7 Defenisi Operasioanl ... 31

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ... 33

4.1.1 Keadaan Geografis ... 33

4.1.2 Kependudukan ... 35

4.1.3 Pendapatan Masyarakat di Kecanatan Batang Toru ... 37

4.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja ... 40

4.1.5 Kemiskinan ... 43

4.1.6 pendidikan ... 44

4.1.7 kesehatan ... 45

4.2 Karakteristik Responden ... 46

4.3 Distribusi Jawaban Responden ... 48

4.3.1 Distribusi Jawab responden Atas Dampak sebelum Adanya PT. Agincourt Resources ... 48

4.3.2 Distribuasi Jawab Responden Atas Dampak Sesudah Adanya PT. Agincourt Resources ... 50

4.4 Analisis dan Pembahasan ... 51

4.4.1 Hasil Uji beda rata-rata ... 53


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha/Sektor (Persen) ... 5

Tabel 1.2 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun

2011 (Persen) ... 6 Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 32

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Distribusi Luas Menurut Kecamatan

(Total Area and Distribution of Area by District) ... 34

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan ( ... 35

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

(Gross Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan by Industrial at Current Market Prices) 2011-2013


(10)

(Jutaan Rupiah / Billion Rp) ... 38

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (GrossRegional Domestic Product of Tapanuli Selatan at ConstantPrice 2000 by Industrial Origin) 2011-2013 (Jutaan Rupiah / Billion Rp) ... 39

Tabel 4.6 Data Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Tapanuli Selatan Conditions of Labour of Tapanuli Selatan Regency)2013 ... 40

Tabel 4.7 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Batang Toru ... 45

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Batang Toru ... 45

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 46

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48

Tabel 4.13 Penjelasan Responden Atas Dampak Sebelum Adanya PT. Agincourt Resources ... 49


(11)

Tabel 4.14 Penjelasan Responden Atas Dampak Sesudah Adanya

PT. Agincourt Resources ... 50

Tabel 4.15 Hasil Uji Beda Rata-rata Sebelum dan Sesudah Seluruh

Responden ... 53


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 kerangka konseptual ... 27 Gambar 4.1 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III, dan KS III


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 60

2. Sampel ... 63

3. Distribusi Jawaban Responede ... 65

4. Uji beda rata-rata ... 66

5. Peta Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 69


(14)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah dari keberadaan PT. Agincourt Resources terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru selama kurun waktu 2003-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 11 desa dengan total responden sebanyak 55 orang. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan diketahui bahwa keberadaan PT.Agincourt Resources berdampak positif terhadap sosial dan ekonomi sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru.

Kata kunci: PT.Agincourt Resources, Uji t, Uji Beda Rata-rata, Kesejahteraan Masyarakat.


(15)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of PT. Agincourt Resources’s existence to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru during 2003-2014. The population of this research is 11 villages with 55 respondens. This research uses primary and secondary data and the method that use to analyze the data is T-test and compare mean model with SPSS 20. This study found that the existence of PT. Agincourt Resources has positive effect to social and economic walfare in Kecamatan Batang Toru.

Key words: PT. Agincourt Resources, T-test, Compare Mean, Social and Economic Walfare.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber

daya alam (baik renewable maupun non renewable) merupakan sumber daya yang

esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya

ketersedian sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan

hidup umat manusia di muka bumi (Fauzi, 2004). Kekayaan sumberdaya alam

Indonesia ini pula yang menyebabkan negara kita dijajah selama berabad-abad

oleh negara Belanda dan juga selama tiga setengah tahun oleh negara Jepang.

Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah mineral emas dan

perak, yang termasuk dalam golongan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui

(non renewable). Sektor pertambangan merupakan salah satu andalan untuk

mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan pembangunan negara.

Kegiatan pertambangan pada dasarnya merupakan proses pengalihan

sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya

menjadi modal sosial. Modal yang dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan

nilai kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari depannya secara mandiri.

Dalam proses pengalihan tersebut perlu memperhatikan interaksi antara faktor

sosial,ekonomi,dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat diketah


(17)

Dampak dari kegiatan pertambangan menurut Muhammad (2000) dapat

bersifat positif bagi daerah pengusaha pertambangan. Sedangkan Noor (2000)

mengatakan bahwa kegiatan pertambangan bersifat negatif terhadap ekosistem

daerah setempat. Munculnya dampak positif maupun negatif dari usaha

pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi termasuk pengangkutan

serta penjualan hasil tambang dan pasca tambang.

Kontribusi langsung pengusahaan pertambangan terhadap kesejahteraan

rakyat setempat tercakup dalam program pemberdayaan masyarakat (local and

community development) yang sedang dikembangkan oleh setiap perusahaan

ekstraktif sumberdaya alam, termasuk pengusahaan pertambangan. Program

tesebut, merupakan investasi sosial yang secara tidak langsung akan

meningkatkan kinerja produksi perusahaan, sebab investasi sosial dapat

menghilangkan atau mengurangi konflik antara perusahaan dengan masyarakat

sekitar pengusahaan pertambangan.

Dalam upaya mensejahterakan masyarakat sekitar usaha pertambangan,

selain program pemberdayaan masyarakat (local and community development),

pengusaha pertambangan juga harus mengembangkan tanggung jawab sosial

perusahaan (corporate social responsibility). Inti dari corporate social

responsibility ini adalah pengusaha pertambangan mempunyai kewajiban moral

untuk membantu kesejahteraan sosial, ekonomi, masyarakat sekitar disamping

mencari keuntungan. Konsekuensi dari corporate social responsibility yaitu pihak


(18)

atau mengeluarkan biaya yang bertujuan bagi kepentingan dan kesejahteraan

umum (general welfare).

Keberadaan dari suatu perusahaan dapat memberikan dampak ekonomi

dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat sekitar.

Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan kerja,

program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak langsung dari perusahaan adalah

seperti pembukaan jalan dan transportasi perusahaan sekaligus dimanfaatkan oleh

masyarakat sehingga dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat. Besar

kecilnya dampak tersebut sangat bergantung pada tingkat kepeduliaan perusahaan

dan pekerjanya serta kesiapan sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal

dalam memanfaatkan peluang yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat

lokal selalu menjadi masalah utama sehingga mereka selalu tersingkir oleh

pendatang dalam memanfaatkan peluang. Masalah tersebut dapat diatasi dengan

meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan (Sitorus, 2011)

Pelaksanaan pertambangan emas di Kecamatan Batang Toru ini dimulai

sejak tahun 1997 dengan ditemukannya cadangan emas melalui proses

pengambilan contoh endapan sungai oleh Normandy Anglo Asia Ltd. Sejak saat

itu pemerintah memberikan kontrak karya kepada perusahaan PT. Agincourt

Resources (PTAR) untuk pertambangan emas, dan perusahaan mulai aktif

melakukan kegiatan sejak tahun 2003. Sejak saat itu perusahaan melakukan


(19)

Kinerja perekonomian Tapanuli Selatan pada tahun 2011 bila

dibandingkan dengan tahun 2010, yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga

tahun dasar 2000, mengalami sedikit percepatan sebesar 0,20 persen (lihat tabel

1.1). Peningkatan percepatan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan

pada beberapa sektor ekonomi. Sektor pertambangan dan penggalian, sektor

jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang

mengalami percepatan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,58 persen, 1,28

persen dan 1,03 persen dibanding dengan sektor yang sama pada tahun 2010.

Sektor berikutnya yang mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sektor industri

pengolahan sebesar 0,91 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

0,77 persen dan sektor bangunan sebesar 0,61 persen. Sedangkan sektor pertanian,

listrik, gas dan air bersih serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 1,50 persen, 0,42 persen dan


(20)

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurutLapangan

Usaha/Sektor (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)

Terhadap besarnya sumbangan masing-masing sektor perekonomian

dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Tapanuli Selatan pada tahun 2011

sebesar 7,26 persen, sektor pertambangan memberikan sumbangan sebesar 2,02

persen, sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 1,76 persen, disusul

sektor industri pengolahan 1,62 persen, sektor jasa-jasa 0,88 persen, sektor

perdagangan, hotel dan restoran 0,55 persen, sektor bangunan 0,29 persen, sektor

pengangkutan dan komunikasi 0,12 persen. Sektor lainnya memberikan

sumbangan kurang dari 0,1 persen. Lihat tabel (1.2).

No Lapangan usaha/sector Tahun 2010 Tahun 2011

1 Pertanian 7,11 7,11 5,61 5,61

2 Pertambangan dan Penggalian 4,09 9,67

3 Industri Pengolahan 3,41 4,32

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7,19 6,77

5 Bangunan 6,00 6,61

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

2,77 3,54

7 Pengangkutan dan Komunikasi

5,37 6,40

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4,28 3,86

9 Jasa-jasa 8,90 10,18


(21)

Tabel 1.2

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 (Persen)

No. Lapangan Usaha/Sektor Peringkat Sumber Pertumbuhan

Tahun 2010

1 Pertanian 1 1,76

2 Pertambangan dan Penggalian 8 2,02

3 Industri Pengolahan 2 1,62

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9 0,00

5 Bangunan 5 0,29

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4 0,55 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6 0,12 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

7 0,02

9 Jasa-jasa 3 0,88

PDRB 7,26

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)

PDRB per kapita merupakan PDRB (atas dasar harga berlaku) dibagi

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2011 angka PDRB per

kapita Tapanuli Selatan mencapai Rp.13,42 juta dengan laju peningkatan sebesar

12,58 persen dibandingkan dengan PDRB per kapita tahun 2010 sebesar Rp.

11,92 juta.

Dengan hadirnya perusahaan PT. Agincourt Resources ini diharapkan

memberikan dampak baik bagi kehidupan masyarakat, khususnya di Kecamatan

Batang Toru. Sumbangan tersebut berupa keterlibatan masyarakat menjadi tenaga

kerja pada usaha tambang emas, serta peluang usaha yang terbuka lebar yang

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat akibat kehadiran

tambang emas tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt

Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten


(22)

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis

dalam penelitiaan ini adalah “Bagaimana dampak sebelum dan sesudah adanya

PT. Agincourt Resources terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan

Batang Toru”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui dampak sebelum dan sesudah adanya PT. Agincourt

Resources terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru”.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan

manfaat yang antara lain adalah:

1. Bagi PT. Agincourt Resources, sebagai bahan masukan dalam membuat

kebijakan, terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Kecamatan Batang Toru.

2. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang

diteliti secara teoritis maupun aplikasi.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji

dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertambangan

Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral

diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam

industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis

biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral

dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral

yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan

mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi

lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan

sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang

diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).

Sementara sumber daya mineral itu sendiri dapat diartikan sebagai sumberdaya

yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan-batuan yang ada di bumi.

Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia

modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat


(24)

2.1.1 Tahapan Penambangan

Salim (dalam Sulto 2011) menyatakan bahwa dalam usaha pertambangan

ada beberapa tahap yang harus dilaluli terlebih dahaulu sebelum menuai hasil

ekonomis dari kegiatan penambangan yaitu;

1. Penyelidikan umum merupakan usaha untuk menyelidiki secara geologi

umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala sesuatu

dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk

menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya.

2. Usaha eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk

menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan galian.

3. Usaha eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk

menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.

4. Usaha pengolahan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi

mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh

unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian.

5. Usaha pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan

hasil pengolahan serta pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi

atau tempat pengolahan/pemurnian.

6. Usaha penjualan adalah segala sesuatu usaha penjualan bahan galian dan


(25)

2.1.2. Penggolongan Hasil Tambang

Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011)

menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan

bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang

golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya

alam bahan tambang yang terdapat di bumi indonesia. Dari sekian jenis bahan

tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,

antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair,

bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan

bahanbahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan

timah);

2. Bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin,

bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik,

rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram,

dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang,

berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa,

yodium, dan zirkom); dan

3. Bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil.

Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah


(26)

Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua

macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang

ditunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun

Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara

manual. Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan

menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih

banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat

merupakan aktivitas penambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana.

Emas sebagai salah satu sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non

renewable resources) seperti mineral disebut juga sumberdaya terhabiskan

(depletable) adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi

secara biologis maka suatu saat akan habis.

Selain itu sumberdaya mineral memerlukan waktu yang lama untuk siap

ditambang. Sebagai basis dari teori ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih secara

optimal adalah model Hotteling yang telah dikembangkan oleh Harold Hotteling

(1931). Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak sumberdaya

mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Aplikasi dari teori ini

adalah bagi pihak perusahaan pertambangan, untuk mendapatkan produksi

sumberdaya mineral secara optimal harus mampu menentukan berbagai faktor

produksi yang tepat dengan kendala waktu dan stok (deposit). Sedangkan bagi

pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini negara harus bersikap mengabaikan

(indifferent) terhadap sumberdaya mineral, apakah akan mengekstrak sekarang


(27)

Jadi sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan

terhadap eksploitasi sumberdaya mineral yang tidak semata-mata berorientasi

ekonomi (economic oriented) tetapi juga harus mempertimbangkan secara cermat

dampak lingkungan, social, kesiapan kelembagaan baik pemerintah maupun

masyarakat.

2.3 Keberadaan Pertambangan (Eksistensi Pertambangan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Purwo Darminto (2002: 357)

eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin

(2007) sebagai mana yang dikutip yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi

adalah proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada, ini sesuai dengan asal

kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari, melampaui atau

mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau

kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung

pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensipotensinya. Lebih jelas

Graham dalam yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi merupakan istilah

yang diturunkan dari kosakata latin existere yang berarti lebih menonjol daripada

(stand out), muncul, atau menjadi. Eksistensi dengan demikian berarti

kemunculan, sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada berarti kondisi

mengada (state of being). Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada


(28)

Di Indonesia tambang emas sangat banyak yakni Jawa, Sumatra,

Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di

Indonesia diolah perusahaan luar asing, hal ini tentu tidak terlepas dari

pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai cara-cara pengolahan

bahan-bahan galian yang ada, khususnya emas. Keberadaan suatu pertambangan bisa

berdampak negatif dan positif, yaitu;

a. Segi Negatif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas

Dengan adanya tambang khususnya tambang emas dapat

menimbulkan sering menimbulkan beberapa masalah. Salah satu dampak

yang sangat serius yakni terkait masalah lingkungan. Tambang emas baik

yang dikelola oleh pemerintah dan perusahaan asing mapun yang yang

ditambang secara liar oleh masyarakat selalu menggunakan bahan-bahan

kimia berbahaya. Bahan yang digunakan selain menggangu dan merusak

ekosistem dapat pula menggangu kesehatan manusia sendiri.

Salah satu bahan yang digunakan adalah raksa. Raksa yang

digunakan pada saat pengolan bijih emas dapat terlepas ke lingkungan

sekitar. Untuk perusahaan pengolahan bijih emas hal ini tidak begitu

dikawatirkan jika ada pengawasan dari pihak Pemerintah, yang perlu

dikawatirkan tambang-tambang emas yang dilakukan secara liar oleh

masyarakat.

Tambang emas yang dilakukan secara liar oleh masyarakat

menggunakan raksa untuk mengendapkan emas yang terkandung dalam air


(29)

sehingga ikut terbawa arus. Raksa yang terbawa arus sukar terurai

sehingga dapat membentuk senyawaan baru. Senyawa yang terbentuk dari

raksa baik berupa senyawa organik maupun anorganik yang dapat diserap

oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang ada di dalam air. Senyawaan

raksa yang diserap oleh mikroorganisme ini tidak dapat diuraikan oleh

mikroorganisme sehingga dalam tubuhnya tetap sebagai senyawaan raksa.

Akibatnya senyawaan ini dapat masuk ke dalam rantai makanan, jika

mikroorganisme ini dimakan oleh ikan maka senyawaan ini akan masuk

pula ke dalam tubuhnya. Masuknya senyawaan ini akhirnya akan masuk

kemudian mengendap di dalam tubuh, jika manusia mengkonsumsi ikan

yang telah dikontaminasi oleh senyawaan raksa ini.

Untuk perusahaan-perusahaan bijih emas baik yang dikelola oleh

perusahaan dalam negeri maupun luar negeri limbah yang dihasilkan

terkadang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini

disebabkan, limbah yang hasilkan baik dari pengolahan bijih maupun dari

pemurnian bijih emas langsung dibuang ke saluran pembuangan tanpa

diolah terlebih dahulu. Limbah ini sangat berbahaya, karena selain raksa

masih mengandung logam-logam lain yang bersifat toksit. Misalnya

tembaga, arsen dan kobalt dan limbah-limbah ini memiliki pH yang sangat

asam sehingga dapat pula mengganggu kehidupan biota air.

Selain adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan

keberadaan tambang emas dapat pula mengganggu kegiatan anak-anak


(30)

dilakukan secara liar anak-anak lebih memilih untuk menambang emas

daripada harus melangkah ke sekolah.

b. Segi Positif dari Dampak Keberadaan Tambang Emas

Selain segi negatif keberadaan tambang terdapat pula sisi

positifnya yakni dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat menambah

devisa Negara. Dengan adanya tambang emas maka dipelukan pekerja

dalam jumlah banyak, hal ini tentu sangat membantu masyarakat sekitar

untuk menambah penghasilan. Hal ini tentu berlaku juga untuk

penambangan emas yang dilakukan secara liar. Selain dapat memberikan

lapangan keja dapat pula menambah devisa negara. Karena dengan adanya

tambang maka pajak yang diberikanpun makin besar.

2.4 Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang

luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang

suatu hal yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula

dari kata sejahtera, berawalan kata -ke dan berakhiran kata -an. Sejahtera berarti

aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam

gangguan dan kesukaran. Pengertian kata ‘sosial’ mungkin dilandasi oleh

kenyataan bahwa kesemuanya bersangkutan dengan orang dalam masyarakat yang

menekankan bahwa orang adalah makhluk sosial dan ekonomi atau lainnya.

Kesejahteraan sosial didalam berbagai bentuk kegiatannya meliputi

semua bentuk intervasi sosial, terutama ditujukan untuk meningkatkan


(31)

keseluruhan. Dapat juga mencakup upaya dan kegiatan-kegiatan secara langsung

ditujukan untuk pencegahan masalah-masalah sosial, misalnya: masalah

kemiskinan dan pengembangan sumber-sumber manusia. Sekarang ini

kesejahteraan sosial lebih ditujukan guna mencapai produktivitas yang

maksimum, setiap masyarakat perlu pengembangan cara-cara meningkatkan

kemampuan, melindungi masyarakat dari gangguan dan masalah yang dapat

mengurangi kemampuan yang telah dimiliki. Melihat konsepsi kesejahteraan

sosial, ternyata masalah-masalah sosial mengganggu perkembangan masyarakat,

sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dalam hal ini

berarti bahwa tanggung jawab pemerintah semakin perlu ditingkatkan bagi

kesejahteraan warga masyarakatnya.

Sudah sejak semula cita-cita Bangsa Indonesia adalah mencapai

masyarakat yang adil dan makmur, baik materil maupun spiritual, dengan

menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai

dengan Pancasila.Pusat segala kegiatan pembangunan adalah manusia dan segala

segi kehidupan manusia sebagai perorangan maupun manusia sebagai insane

sosial, perlu dikembangkankan seluas-luasnya.

Masalah kini adalah bahwa dalam masyarakat tidak semua manusia

memiliki kemampuan yang sama untuk berkembang. Ada manusia yang karena

musibah ekstrem jadi terganggu kemampuannya untuk aktif serta dalam

penghidupan bersama. Ada pula karena faktor internal dalam diri pribadi manusia


(32)

Apabila ingin dibina masyarakat atas dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana dalam

pembukaan Undang-undang Dasar 1945, maka jelaslah bahwa perlu dibangun

suatu strategi pembangunan dengan pengembangan kesejahteraan sosial.

2.4.1 Pengembangan Lingkungan Hidup

Pembangunan adalah proses jangka panjang. Beberapa repelita

diperlukan untuk mencapai perombakan struktur ekonomi dan struktur sosial ini.

Dalam mengusahakan pembangunan dan perombakan ini ikut terganggu

keseimbangan lingkungan hidup sosial dan lingkungan hiduo alam.

Proses pembangunan menimbulkan gerak mobilitas sehingga kelompok

msyarakat satu berhubungan, bahkan kadang-kadang bisa bertabrakan dengan

kelompok masyarakat lain, sehingga berlangsung bertabrakan pula antara

nilai-nilai sosial satu dengan yang lain. Keadaan seperti ini menimbulkan

ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam system nilai sosial. Dan ini pada

dirinya mengganggu kemampuan perorangan untuk melangsungkan hidupnya

ditengah-tengah masyarakat.

Pengalaman Negara-negara lain menunjukkan apabila pembangunan

dengan perombakan sosial berlangsung terlalu cepat dan terlalu intensif, maka

lingkungan hidup sosial mengalami kegoncangan yang menumbuhkan

ketidakseimbangan yang terlalu besar, sehingga melahirkan akses-akses sosial

yang besar pula. Proyek besar memiliki kemampuan untuk menimbulkan


(33)

Baik pembangunan dengan lompatan besar maupun pembangunan

proyek besar sama-sama mempengaruhi lingkungan hidup sosial.

Ketidakseimbangan yang dapat di sini bisa menimbulkan pengaruh sosial berupa

timbulnya kelompok masyarakat yang terganggu dalam kemampuannya untuk

melangsungkan hidup ditengah masyarakat yang berubah cepat itu. Gejala

kegoncangan lingkungan hidup sosial dapat tumbuh pada masyrarakat yang

menerima atau yang mengalami pembangunan proyek besara yang mampu

menimbulkan kejutan sosial yang besar pula.

Apabila proses pembangunan tanpa lompatan proyek besar tidak dapat

dihindari maka jelaslah bahwa pembangunan proyek ini harus direncanakan

secara terpadu mencakupi segi fisik dan segi sosial. Dan berbagai langkah

menampun akibat kejutan atau ikhtiar memperlunak pengaruh kejutan sosial yang

ditimbulkan proyek besar kepada lingkungan hidup sosial perlu direncanakan.

Lingkaran antara alam, sumber hayati dan manusia yang terdapat dalam

ekosistem itu akan terganggu dengan segala akibat buruknya. Apabila sebelumnya

alam memiliki sumber nabati, sumber hewani, hayati, air, lahan dan lain-lain

unsure alam beraneka ragam, maka keseimbangan ekologi yang ada adalah stabil

dan sinabung.

Jika kemudian manusia mengelola sumberdaya alam dan berusaha sejauh

mungkin memelihara keseimbangan ekologis ini, maka pembangunan dapat

berjalan untuk waktu yang panjang tanpa merusak lingkungan alam. Tetapi

apabila terjadi pemusnahan berlebihan dari satu dua unsure sumber alam, seperti


(34)

didaerah, maka putuslah keseimbangan lingkungan hidup dan dalam waktu tidak

lama akan berlangsung proses pemiskinan lingkungan dan akhirnya pemusnahan

lingkunan alam.

Unsur alam yang tadinya beragam berangsur-angsur menjurus kearah

unsure alam tunggal dengan hanya satu dua tanaman sepanjang tahun dan

keseimbangan lingkungan hidup alam yang labil. Untuk menghadapi ini

diperlukan pendekatan terpadu dalam perencanaan pembangunan yang mencakupi

segi perencanaan fisik dan segi perencanaan sosial untuk menampung akibat dari

kejutan sosial dan ikhtiar memperlunak pengaruh sosial yang ditimbulkan proyek

atau pembangunan itu. Tetapi pegaruh pembangunan tidak berhenti pada

tumbuhnya ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup sosial, tak kurang

pentingnnya adalah pengaruh pembangunan pada pengelolaan sumber alam

sehingga terbuka kemungkinan bagi terganggunya keseimbangan dalam

lingkungan hidup alam.

Berdasarkan pengalaman pembangunan selama ini, akhir-akhir

belakangan ini berkembang suatu kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari

alam semesta dan karena itu perlu berkembang secara harmonis dengan

lingkungan hidup alamnya. Sudut penglihatan pembangunan ini bertolak belakang

dengan sudut penglihatan bahwa manusia dapat hidup terpisah dari alam

sekitarnya, bahkan berhak untuk menundukkan dan mengolah alam bagi

kepentingan manusia semata-mata tanpa menghiraukan akibatnya bagi alam itu


(35)

Alam sumber hayati dan manusia sesungguhnya hidup dalam hubungan

saling kait mengkait dalam suatu ekosistem yang terpadu. Dalam mengelolah

sumber alam bagi pembangunan perlu dijaga bahwa mutu dan kelestarian sumber

alam dan lingkungan alam dapat dipertahankan. Sehingga sumber alam yang

dapat dipulihkan kembali (renewable resources) akan secara terus menerus ikut

berkembang untuk dimanfaatkan bagi pembangunan. Untuk memantapka kembali

lingkungan hidup ala mini dibutuhkan injeksi investasi beruba pupuk alam, rabuk,

tanaman beragam sehingga mematahkan sifat tunggal tadi.

Berdasarkan pengalaman di bidang lingkungan hidup ini maka pola

pembangunan jangka panjang harus mengindahkan keseimbangan lingkungan

hidup sosial dan lingkungan hidup alam, untuk memungkinkan pengolahan

sumber alam secara sinambung.

2.4.2 Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Dalam menanggapi tantangan pembangunan pada masa ini perlu

dikembangkan kesejahteraan sosial, terutama bagi kelompok-kelompok

masyarakat yang mengalami gangguan dalam kemampuannya untuk melanjutkan

kehidupannya secara wajar ditengah-tengah masyrakat. Sasara pokok

pengembangan kesejahteraan sosial adalah memulihkan kemampuan manusia itu

sendiri untuk kembali kejalan hidup yang wajar. Sang manusia itu sendiri harus


(36)

Kepada diri manusia ini harus dibangkitkan kesadaran bahwa kepadanya

diberi kesempatan yang adil dan serupa untuk mengolah sumber alam

memperoleh hidup yang bermartabat, kebutuhan fisik pokoknya dapat dipenuhi,

kebutuhan sosial pokoknya dapat dikembangkan dan dirinya menjadi unsur

penting dalam pengembangan lingkungan hidup yang berimbang.

Ini bisa dicapai apabila mereka disertakan dalam program yang membuka

kesempatan kerja dan sekaligus mengembangkan lingkungan hidup. Pada

dasarnya diperlukan kelompok penduduk yang relatif mampu untuk dibina

sebagai pendukung dari pengembangan kesejahteraan sosial agar kelompok

masyarakat yang terganggu kemampuannya dapat hidup wajar ditengah-tengah

masyarakat, melalui penyelenggaraan pembangunan yang sekaligus juga

mengembangkan lingkungan hidup sebagai langkah usaha jangka panjang dalam

membina masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kemanusiaan yang adil,

beradab, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat.

2.5 Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumberdaya Alam

Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dan

bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Masyarakat desa menurut Soedjatmoko

sebagaimana dikutip dalam Sulto (2011), yang dicirikan sebagai masyarakat yang

memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain.

Pada umumnya masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai masyarakat yang

homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin


(37)

Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek

yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi social

yang berbeda dari desa satu dan desa yang lainnya. Untuk memahami memahami

mengenai kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu

sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya

yaitu masyarakat.

Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang

ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam

bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.

Selain itu untuk dapat mengetahui atau memahami tentang kondisi social yang

tidak dapat dipisahkan dengan masalah- masalah social, pertama kita harus

mengetahui keadaan dari msalah social dalam berinteraksi.

Berdasarkan pendapat menurut soekanto (1982), interaksi sosial

dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu asosiatif dan disosiatif dimana Interaksi

asosiatif, akan diuraikan sebagai berikut:

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi social

yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan)

seperti :

a. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau


(38)

b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi

antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan

pertentangan.

c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok

masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling

bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun

kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk

kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok

masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan

dengan unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa

sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan

diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang

merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah

kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :

a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau

kelompok social tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil

secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik

dipihak lawannya.

b. Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara


(39)

lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara

terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok

atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap

tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai

menjadi pertentangan atau konflik.

c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok

masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan

yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap

atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka

yang bertikai tersebut.

2.6. Penelitian Terdahulu

Kurniawan (2013) melakukan penelitian dengan judul: Persistensi dan

Resistensi Masyarakat Terhadap Eksistensi Pertambangan Emas di Desa Bonto

Katute Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah

deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan informan, peneliti memilih secara

sengaja (purposive). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kehadiran tambang di

Desa Bonto Katute Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai telah

menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat di

Desa Bonto Katute. Terbentuknya dua kelompok antara peristen dan resisten

terhadap penambangan emas yang merupakan sebuah kelanjutan dari

pengklaiman Hutan Adat mereka menjadi Hutan Lindung oleh pemerintah

setempat. Berdasarkan teori dan penelitian kondisi objektif dilapangan memang


(40)

terlibat secara aktif (diskusi, kampanye dan aksi), sebagian pula menolak

(resistensi) namun dalam posisi passif dengan diam (menolak berkomentar karena

takut) dan selebihnya (aparat Desa dan keluarga dekatnya) yang mendukung

(persistensi) perencanaan pertambangan emas di Desa Bonto Katute.

Soleman (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Dampak

PIR Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar di Kabupaten

Manokwari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

acak sederhana (simple random sampling).

Data yang diambil dikumpulkam dalam penelitian ini terdiri dari data

primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi dan deskriptif

untuk mengetahui dampak proyek perkebunan kelapa sawit, PTPN II Prafi

terhadap tingkat kesejahteraan petani PIR suku Arfak di Distrik Prafi Kabupaten

Manokwari. Penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 55 rumahtangga

petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proyek PIR Kelapa Sawit di Distrik

Prafi setelah 25 tahun beroperasi masih memiliki dampak langsung dan positif

terhadap penambahan pendapatan tunai petani peserta plasma asal suku Arfak dari

lahan kelapa sawit, walaupun pendapatan yang diperoleh saat ini relatif kecil.

Selain itu proyek PIR kelapa sawit saat ini memiliki dampak langsung dan negatif

terhadap semakin berkurang dan terbatasnya lahan usaha tani untuk berkebun dan

perladangan berpindah.

Siregar (2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat

Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di


(41)

dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala likert dan

untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat

tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru dengan

menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan

studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining

dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang

pertambangan dan hutan.

Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di

Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat,

mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian

masyarakat.

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

PT. Agincourt Resources 

 Pendapatan Masyarakat  Penyerapan Tenaga  Kemiskinan

 Pendidikan  Kesehatan


(42)

2.8 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Keberadaan PT. Agincourt

Resources berdampak positif dan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan


(43)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli

Selatan Provinsi Sumatera Utara. Dimulai sejak bulan juni sampai dengan oktober

2014.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak suatu proyek adalah

dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah adanya proyek.

Keadaan sebelum proyek adalah keadaan masyarakat di Kecamatan Batang Toru

sebelum adanya PT.Agincourt Resources. Sebaliknya keadaan sesudah proyek

adalah keadaan masyarakat di Kecamatan Batang Toru pada waktu sekarang saat

penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah

masyarakat di Kecamatan Batang Toru.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Sulistyo-Basuki (2006: 182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan

objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di

Kecamatan Batang Toru yang terdiri dari 29 desa/kelurahan, dimana cakupan

pertambangan emas meliputi 11 desa, yaitu: Kelurahan WE I, WEK II, WEK III,

WEK IV, Telo, Napa, Kelurahan Perkebunan Batang Toru, Aek Pining, Desa


(44)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat

mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak

5 orang setiap desa, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 orang.

Metode penentuan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

sampling).

Menurut Masri dan Sofian (1985 dalam Wilda 1997), pembatasan waktu

dan tempat tinggal merupakan ciri homogen dari populasi. Jumlah sampel

diusahakan representatif, dengan memerhatikan saran dari parel et al (1973),

bahwa ukuran sampel sebaiknya kurang dari 30 dan disesuaikan dengan

keterbatasan biaya, tenaga dan waktu. Berdasarkan pertimbangan diatas, dan

dilihat dari informasi dan data lapangan yang relatif homogen terkait kondisi

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, sistem pertanian, kearifan lokal, keadaan

pendidikan dan kesehatan masyarakat di Kecamatan Batang Toru, maka dalam

penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 55 orang.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden

menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan


(45)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang

berkaitan dengan tujuan penelitian. Seperti data dari pihak PT.Agincourt

Resources, Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, BAPEDDA kabupaten

tapanuli selatan, jurnal, skripsi, internet, dan dari instansi-instansi yang terkait

lainnya.

3.5. Analisis dan Pembahasan 3.5.1. Analisis uji beda rata-rata

Dampak keberadaan PT.Agincourt Resources terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Batang Toru maka yang dianalisis ada

lima indikator, yaitu: pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kemiskinan,

kesehatan, dan pendidikan. Analisis dilakukan melalui uji beda rata-rata dari

kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PT.Agincourt Resources.

Sebagai berikut:

t =

Dimana:

= rata-rata kondisi kesejahteraan masyarakat sebelum kehadiran

PT.Agincourt Resources (PT.Agincourt Resources mulai melakukan

kegiatan secara aktif sejak awal 2003 di Batang Toru)

= rata-rata kondisi kesejahteraan masyarakat sesudah kehadiran


(46)

n = banyak sampel

Selanjutnya nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel pada 5 %.

3.5.2. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi dependen.

Kriteria pengujiannya adalah :

a. H0: βi = 0 artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap

variabel terikat.

b. Ha : βi ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang secara

signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ketentuan:

H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

Haditerima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.6. Batasan Operasional

Untuk mengarahkan dan menghindari salah pengertian dalam

pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat batasan operasional. Khusus untuk

dampak sebelum dan sesudah keberadaan dari PT.Agincourt Resources, yang

dibatasi pada lima indikator, yaitu: pendapatan, penyerapan tenaga kerja,


(47)

3.7. Defenisi Operasional

1. Pendapatan masyarakat (X1) adalah penghasilan yang diperoleh

masyarakat setiap bulan dalam jumlah rupiah.

2. Penyerapan tenaga kerja (X2) adalah menghimpun orang atau tenaga kerja

disuatu lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu

sendiri.

3. Kemiskinan (X3) adalah keadaan terjadinya ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan dasar.

4. Kesehatan (X4) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dansosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

5. Pendidikan (X5) adalah lamanya masyarakat menuntut ilmu (bersekolah)

dari mulai masuk sampai tamat dalam hitungan tahun.

Tabel 3.1

Defenisi Operasional Variabel

No. Variabel Defenisi Operasional Indikator Pengukuran 1). Dampak

sebelum

Perubahan

pertumbuhan ekonomi dan sosial ditengah masyarakat sebelum adanya aktivitas pertambangan 1. Pendapatan masyarakat 2. Penyerapan tenaga kerja 3. Kemiskinan 4. Kesehatan 5. Pendidikan. Skala Interval (1-5) 2). Dampak sesudah Perubahan pertumbuhan ekonomi dan sosial ditengah masyarakat sesudah adanya aktivitas pertambangan 1. Pendapatan masyarakat 2. Penyerapan tenaga kerja 3. Kemiskinan 4. Kesehatan 5. Pendidikan. Skala Interval (1-5) 3). Kesejahtera-an masyarakat Kegiatan pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat 1. Ekonomi 2. Sosial Skala Interval (1-5)


(48)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0̊ 58’35’-2̊ 07’33” Lintang Utara dan 98̊ 42’50’’ - 99̊ 34’16’’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.

SebelahTimur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten

Padang Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Mandailing Natal dan Samudra Indonesia. Luas wilayah kabupaten

Tapanuli Selatan adalah 4.444,82 Sedangkam ketinggiannya berkisar antara

0 – 1.985 m diatas permukaan laut.

Curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan cenderung tidak teratur di

sepanjang tahunnya. Pada bulan November terjadi curah hujan tertinggi (3,99

mm) dan terendah di bulan Juli (52 mm). Sedangkan hari hujan terbanyak terjadi

pada bulan November 24 hari sebaliknya hari hujan paling sedikit terjadi di bulan

Juli yaitu 9 hari.

Kabupaten Tapanuli Selatan tediri dari 14 Kecamatan, dengan luas


(49)

Tabel 4.1.

Luas Wilayah dan Distribusi Luas Menurut Kecamatan

(Total Area and Distribution of Area by District)

No. Kecamataan Luas Wilayah Rasio Terhadap

Luas Kabupaten (%)

1. Batang Toru 47 303,54 10,64

2. Sayur Matinggi 37 655,69 8,47

3. Angkola Timur 27 339,79 6,15

4. Angkola Selatan 29 166,56 6,56

5. Angkola Barat 7 409,93 1,67

6. Batang Toru 35 149,43 7,91

7. Marancar 8 688,46 1,95

8. Sipirok 46 175,37 10,39

9. Arse 20 808,87 4,68

10. Saipar Dolok Hole 54 784,79 12,33

11. Aek Bilah 39 232,05 8,83

12. Muara Batang Tru 41 699,75 9,38

13. Tano Tombangan Angkola 19 568,07 4,40

14. Angkola Sangkunur 29 500,00 6,64

Jumlah 444 482,30 100,00

Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014.

Kecamatan Batang Toru sebagai lokasi PT. Agincourt Resources

(pertambangan emas) adalah salah satu dari 14 kecamatan di wilayah Kabupaten

Tapanuli Selatan. Wilayah Kecamatan Batang Toru meliputi 23 desa/kelurahan.

Secara geografis Kecamatan Batang Toru terletak antara : 01̊ 23’18’’ - 01̊ 42’09’’ Lintang Utara dan 99̊ 49’58’’ - 99̊ 11’29’’ Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Batang Toru adalah :

1. Sebelah timur dengan Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Marancar

2. Sebelah barat dengan Kecamatan Angkola Barat dan Kab. Tapanuli Tengah

3. Sebelah utara dengan Kab. Tapanuli Utara dan Kab. Tapanuli Tengah


(50)

Secara administratif, Kecamatan Batang Toru terdiri dari 23 desa /

kelurahan dengan luas wilayah 281,77 Luas wilayah menurut desa/kelurahan

di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut (Tabel 4.2).

Tabel 4.2.

Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan (

No. Desa / Kelurahan Luas Wilayah Kepadatan

(Jiwa/ )

1. Hapesong Lama 7,15 143,07

2. Per. Hapesong 40,00 28,55

3. Padang Lancat 16,30 101,04

4. Sianggunan 6,10 146,72

5. Huta Baru 12,50 48,56

6. Sipenggeng 9,15 99,13

7. Hapesong Baru 10,15 272,32

8. Sigala-Gala 5,29 101,32

9. Kel. Perk. Batang Toru 44,51 27,05

10. Telo 5,35 101,31

11. Wek III Batang Toru 4,15 213,98

12. Kel. Wek II 3,50 426,57

13. Kel. Wek I 4,00 321,00

14. Wek IV Batang Toru 4,15 337,35

15. Napa 8,35 207,43

16. Kel. Aek pining 9,10 308,24

17. Sumuran 10,15 141,18

18. Batu Hula 7,35 102,59

19. Huta Godang 10,10 192,18

20. Garoga 9,95 76,28

21. Batu Horing 26,59 78,26

22. Aek Ngadol Nauli 14,25 70,59

23. Sisipa 13,63 54,07

Jumlah 281,77 104,76

Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014. 4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Batang Toru pada tahun 2012 adalah

sebanyak 29.517 jiwa, yang terdiri dari 14.671 jiwa laki-laki dan 14.846 jiwa

perempuan. Persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan


(51)

Tabel 4.3.

Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Desa / Kelurahan Rumah Tangga Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah Penduduk

1. Hapesong Lama 258 532 491 1.023

2. Per. Hapesong 291 578 564 1.142

3. Padang Lancat 377 765 882 1.647

4. Sianggunan 203 437 458 895

5. Huta Baru 151 306 301 607

6. Sipenggeng 224 464 443 907

7. Hapesong Baru 630 1.381 1.383 2.764

8. Sigala-Gala 138 278 258 536

9. Kel. Perk. Batang Toru 315 649 555 1.204

10. Telo 130 263 279 542

11. Wek III Batang Toru 199 435 453 888

12. Kel. Wek II 341 748 745 1.493

13. Kel. Wek I 291 641 643 1.284

14. Wek IV Batang Toru 195 709 691 1.400

15. Napa 381 870 862 1.732

16. Kel. Aek pining 656 1.379 1.426 2.805

17. Sumuran 342 682 751 1.433

18. Batu Hula 159 376 378 754

19. Huta Godang 420 949 992 1.941

20. Garoga 172 364 395 759

21. Batu Horing 363 1.037 981 2.081

22. Aek Ngadol Nauli 221 471 535 1.006

23. Sisipa 184 357 380 737

Jumlah 6.741 14.671 14.846 29.517

Sumber: Kecamatan Batang Toru Dalam Angka, 2013.

Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut diketahui bahwa penduduk

yang terbanyak terdapat di Kelurahan Aek Pining sebanyak 2.805 jiwa dan di

Hapesong Baru sebanyak 2.764 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling sedikit

jumlahnya terdapat di Sigala-Gala sebanyak 536 dan di Telo sebanyak 542. Hal

ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk pada desa-desa tidak merata.

Nama Batang Toru berasal dari kata batang (pohon) dan toru (tumbang

dan melintas di bawahnya). Dengan demikian, Batang Toru artinya sebuah pohon

tumbang yang dilintasi. Berdasarkan hubungan antara nama daerah itu dengan


(52)

tersebut. Daerah Batang Toru dulunya merupakan lahan yang dimiliki oleh marga

siregar.

Di awal abad ke-20, pendatang dari Jawa memasuk daerah Batang Toru

untuk bekerja di perkebunan-perkebunan milik Belanda. Keturunan dari para

pendatang tersebut kemudian menyebar dan mendirikan daerah-daerah

pemukiman baru di sekeliling perkebunan. Ae pining, Sumuran, dan Aek Pahu

merupakan beberapa desa yang ditempati oleh orang-orang Jawa dimasa itu.

Semua desa tersebut terletak di Perkebunan Batang Toru.

4.1.3 Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Batang Toru

Sumber mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Batang Toru

adalah petani dan karyawan. Pertanian pada umumnya adalah tanaman pangan

dan perkebun. Tanaman pangan yang diusahakan petani terdiri dari ladang padi,

jagung, dan ubi-ubian. Sedangkan tanaman perkebunan yang utama diusahakan

oleh masyarakat adalah karet, kelapa sawit, dan kopi.

Struktur ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009 hingga saat ini

belum banyak mengalami perubahan. Secara umum ada 3 sektor yang cukup

dominan dalam pembentukan pendapatan masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan

yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran.

Kinerja ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan selama kurun waktu

2011-2013 cenderung mengalami peningkatan jika diukur dengan menggunakan

besaran PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas Harga Berlaku. Terlihat pada


(53)

Tabel 4.4.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Gross

Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan by Industrial at Current Market Prices) 2011-2013

(Jutaan Rupiah / Billion Rp) No. Lapangan usaha /

Industrial origin

2011 2012 2013 1. Pertanian 1 679 665,41 1 864 840,71 2 114 841,87

2. Pertambangan dan Penggalian 11 859,97 13 542,99 15 408,66 3. Industri Pengolaha 918 600,92 1 010 308,63 1 106 633,54 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 3 382,14 3 617,11 3 855,85

5. Bangunan 117 233,00 130 738,70 150 833,33

6. Perdagangan Hotel & Restoran 458 999,45 506 048,65 561 520,50 7. Pengangkutan dan Komunikasi 91 311,74 105 420,59 119 087,85 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan

18 210,04 200 17,57 23 147,29

9. Jasa-jasa 275,17 334 270,80 390 573,17

PDRB ADHB

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 orang)

PDRB Perkapita (Juta Rupiah)

3 574 745,87 266,776 13,39

3 988 796,76 268,900 14,83

4 485 933,05 271,053 16,55 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.

PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas Harga Berlaku pada tahun 2011

adalah sebesar Rp. 3,51 triliun, yang kemudian meningkat pada tahun 2012

sebesar Rp. 3,98 triliun, dan meningkat lagi ditahun 2013 sebesar Rp. 4,48 triliun

lebih. Selama tahun 2013 sektor pertanian masih sebagai kontibutor utama dengan

peranan mencapai 47,14%. Selanjutnya diikuti sektor industri pengolahan

(24,67%) dan sektor perdagangan hotel dan restoran (12,51%). Sementara itu,

sektor-sektor lain memberikan total kontribusi sebesar 15,67% terhadap

perekonomian Tapanuli Selatan.

Sedangkan jika dilihat berdasarkan PDRB Harga konstan 2000, juga


(54)

Tabel 4.5.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Gross

Regional Domestic Product of Tapanuli Selatan at Constant Price 2000 by Industrial Origin) 2011-2013

(Jutaan Rupiah / Billion Rp) No. Lapangan usaha /

Industrial origin

2011 2012 2013

1. Pertanian 590 688,51 609 450,45 632 571,54

2. Pertambangan dan Penggalian 3 148,97 3 428,66 3 706,94 3. Industri Pengolaha 696 247,61 735 083,19 77 346,89 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1 277,93 1 338,60 1 399,86

5. Bangunan 83 775,94 90 156,45 95 821,85

6. Perdagangan Hotel & Restoran 295 813,78 308 963,77 323 453,31 7. Pengangkutan dan Komunikasi 36 978,11 38 591,98 40 542,64 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan

9 525,04 9 868,83 10 577,12 9. Jasa-jasa 169 372,82 198 230,63 217 493,94

PDRB ADHB

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 orang)

PDRB Perkapita (Juta Rupiah)

1 886 828,69 266,776 7,07

1 995 112,55 268,900 7,42

2 099 003,80 271,053 7,74 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp. 2,09

triliun. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi

yaitu sebesar 36,85%, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 30,14%, dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 15,41%.

PDRB perkapita Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2013 adalah sebesar

Rp. 16,55 juta atau sekitar Rp. 1,37 juta per orang per bulan, naik sekitar 11,86%

dibandingkan tahun 2012. Sedangkan tahun 2012 PDRB perkapita sebesar Rp.


(55)

4.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja

Jika dilihat dari segi ketenagakerjaan, penduduk merupakan suplai bagi

pasar tenaga kerja di suatu negara, dan hanya penduduk berusia kerja (15 tahun

atau lebih) yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Yang termasuk

angkatan kerja (penduduk yang bekerja dan aktif mencari kerja) di Kabupaten

Tapanuli Sebesar 91,46%, sedang sisanya sebesar 8,54% adalah bukan angkatan

kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya).

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat dilihat bahwa penduduk

yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan teratas yaitu 75,00%,

kemudian sektor perdangangan besar, eceran, rumah makan dan jasa akomodasi

menempati urutan ke-7 dengan persentasi sebesar 9,23%, diikuti sektor

kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 8,63%, sedangkan sektor lainnya masih

dibawah 3%.

Gambaran keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Tapanuli Selatan

terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.6).

Tabel 4.6.

Data Keadaan Ketenagakerjaan Kabupaten Tapanuli Selatan

(Conditions of Labour of Tapanuli Selatan Regency)

2013 No. Nama/Alamat/

Telp.Perusahaan Unit dan Pusat

Jenis Usaha Tenaga kerja Laki-laki

Tenaga kerja Perempuan

Jumlah

1. Distrik Manager Tapsel/PTPN III Batang Toru

Perk. Karet /Sawit

33 2 35

2. PTPN III Kebun Hapesong/ Kec. Batang Toru

Perk. Karet / Sawit

699 48 747

3. PTPN III Kebun Batang Toru Telp. (0634)

Perk.Karet/ Kakao/Sawit

454 8 522


(56)

Toru

5. PT. Boart Long Veart/ Batang Toru

Kontraktor Pertambangan

93 3 96 6. PT. Sarana Baja Perkasa

Kec. Batang Toru

Penyewaan Alat Berat

57 3 60 7. PT. Nawakara Persada

Nusantara Kec. Batang Toru

Penyediaan Tenaga Sekuriti

52 6 58

8. PT. Intan Angakasa Kec. Batang Toru

Jasa Angkutan 18 2 20

9. PT. Indo Karya Triutama Kec. Batang Toru

Kontraktor 105 11 116

10. PT. Prasmasindo Boga Utama Kec. Batang Toru

Casering 89 56 145 11. PT. Leighton Contractor

Indonesia Kec. Batang Toru

Jasa Kontraktor Kontruksi

574 108 682

12. PT. Ausenco Indonesia Kec. Batang Toru

Jasa Kontraktor Kontruksi

42 8 50 13. PT. Maju Indo Raya Kec.

Muara Batang Toru

Perkebunan Sawit 415 - 415 14. UD. Setia Darma Ds Aek

Ngadul

Pertukangan Kayu 10 - 10 15. PT. Duta Graha Indah

Kec. Batang Toru

Kontraktor 335 29 365

16. PT. Krakatau Engineering Ds. Aek Ngdiul

Jasa Kontruksi 12 - 12

17. PT. Sumukti Karya Lestari M. Batang Toru

Perkebunan Kelapa Sawit

642 312 954 18. PT. ANI Agri Siais Kec.

Angkola Selatan

Kebun 812 - 812

19. PT. ANI Pabrik kelapa Sawit

62 7 69 20. PT. Ondop Perkasa

Makmur Kec. Angkola

Perkebunan Kelapa Sawit

710 16 726 21. PT. Putra Lika Perkasa

Angkola Selatan

Hutan Tanaman Industri

54 20 74 22. Tor Sibohi Nauli Hotel

Kec. Sipirok

Perhotelan 21 10 31

23. PT. Panel Lika Sejahtera Kec. Batang Angkola

Perkayuan 155 6 161

24. PT. Adhi Karya Kontraktor 45 5 50

25. SPBU No.14.227.322. Kec. Simago-mago

Agen Minyak 10 - 10

26. PT. Inhutsani IV Kec. Angkola Timur

Eksplotasi dan Industri Hutan

12 2 14 27. PT. Karina Sapca Kec.

Angkola Timur

Industry Crumb Rubber

345 5 350 28. Toba Pulp Lestari PT. HTI

Sect. Kec. Angkola Timur

RILL 4 - 4

29. PT. Prospek Utama Mandiri Kec. Angkola Timur

Kilang Kapur/Kapuk

12 - 12

30. SPBU 14-227-333 Kec. Angkola Timur


(57)

31. PT. Tapsel Membangun Kec. Sipirok

12 2 14

32. Bank Perkreditan Rakyat Kec. Sipirok

Perbankan 7 2 9

33. PT. Sang Nyang Seri Kec. Sayur Matinggi

Industri Pertanian 4 - 4 34. PT. DIA Indonesia Desa

Aek Pining

44 8 52

35. PT. Bank Danamon Perbankan

Perbankan 7 2 9

36. PT. Alun Kontraktor 25 4 29

37. Indomuda Sastra Nusantara

150 - 150

38. PT. Antrax/SDV Kontraktor 6 2 8

39. PT. Areva Isi Kontraktor 100 36 136

40. PT. Bank Sumut Capem Jasa Perbankan 5 2 7 41. PT. Bank Sumut Capem

Sipirok

Jasa Perbankan 3 2 5

42. PT. Era Cipta Kontraktor 52 - 52

43. PT. Pos Indonesia Cab. Sitinjak

- 2 2

44. PT. Pos Indonesia Cab. Sigalangan

1 1 2

45. PT. Pos Indonesia Cab. Sipirok

2 - 2

46. PT. Pos Indonesia Cab. Agkola Timur

- 2 2

47. PT. Pos Indonesia Cab. Batang Toru

- 2 2

48. Asia Drill Bara Utama Kontraktor 15 5 20 2013 2012 2011 2010 2009 5.978 6.648 5.570 3.691 2.658 997 842 952 620 683 6.975 7.490 6.522 4.311 3.341 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan.

Dapat dilihat pada tabel bahwa PT. Agincourt Resources di Kecamatan

Batang Toru juga telah memberikan lowongan kerja kepada anggota masyarakat

didaerah tersebut. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh PT. Agincourt

Resources di Kecamatan Batang Toru sebanyak 374 orang yang terdiri dari 315


(58)

4.1.5 Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang

menjadi pusat perhatian pemerintah. Salah satu aspek penting untuk mendukung

strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang

akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk

mengevalusai kebijakan pemerintah.

Keluarga di Kabupaten Tapanuli Selatan dibagi menjadi beberapa kelas

yaitu kelas keluarga prasejahtera, keluarga sejahtera I, II, III, dan III plus. Jika

dilihat dari data sekitar 40,24% merupakan keluarga sejahtera II, 36,90%

merupakan keluarga sejahtera I, kemudian 19,56% merupakan keluarga sejahtera

III, 2,48% adalah keluarga prasejahtera, dan 0,82% adalah sejahtera III plus.

Terlihat pada grafik sebagai berikut (Grafik 4.1).

Gambar 4.1.

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III, dan KS III Plus Menurut Kecamatan tahun 2013 (%)


(59)

4.1.6 Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa

tingkat pendidikan ditiap daerah mempengaruhi tingkat pendidikan nasional.

Berdasarkan data tahun 2013 Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 284

sekolah dasar negeri dan 15 sekolah swasta dengan jumlah guru sebanyak 2.745

serta 38.567 murid. Sementara jumlah sekolah menengah tingkat pertama ada 48

sekolah yang terdiri dari 45 SLTP negeri dan 1 swasta serta guru dan murid

seluruhnya masing-masing 942 guru dan banyaknya murid 9.050 orang.

Pada tahun yang sama jumlah sekolah tingkat menengah umum ada

sebanyak 11 sekolah yang terdiri dari 10 SMU negeri dan 1 swasta dengan jumlah

guru dan murid seluruhnya masing-masing 277 guru dan 4.756 murid.

Sedangkan jumlah sekolah menengah kejuruan ada sebanyak 13 sekolah

yang terdiri dari 10 SMK negeri dan 3 SMK swasta jumlah guru sebanyak 271

dan 3.355 murid. Jika dibandingkan jumlah murid di tiap tingkat pendidikan dapat

dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka jumlah murid semakin

menurun. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan yang dicapai

masyarakat belum merata.

Berikut fasilitas sarana Pendidikan yang tersedia khususnya di


(60)

Tabel 4.7.

Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Batang Toru

No. Sarana Jumlah (Unit) %

1. TK 5 11.62 

2. SD 26 60.47

3. SLTP 7 16.29

4. SLTA 5 11.62

Jumlah 43 100.00

Sumber: Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2014. 4.1.7 Kesehatan

Ketersedian sarana kesehatan berupa rumah sakit ataupun pusat

kesehatan masyarakat merupakan faktor yang menunjang perbaikan kualitas hidup

suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah rumah sakit umum yang

ada di Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 1 rumah sakit negeri dengan

jumlah kapasitas tempat tidur rumah skit negeri sebanyak 150 buah.

Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah 16 buah dan

puskesmas pembantu sebanyak 55 buah. Sedangkan balai pengobatan/klinik ada

12 buah.

Berikut fasilitas sarana kesehatan yang tersedia khususnya di Kecamatan

Batang Toru adalah sebagai berikut (Tabel 4.8).

Tabel 4.8.

Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Batang Toru

No. Sarana Jumlah (Unit) %

1. Puskesmas 1 1.08 

2. Puskesmas Pembantu 3 3.22

3. Polindes 1 1.08

4. Posyandu 50 53.76 

5. Praktek Dokter/Bidan 38    40.86 

Jumlah 93 100,00


(61)

4.2. Karakteristik Responden

Berikut ini diuraikan beberapa karakteristik responden, yaitu jenis

kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan.

1. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut (Tabel 4.9).

Tabel 4.9.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) %

1. Laki-laki 35 63,60

2. Perempuan 20 36,40

Jumlah 55 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2014.

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar responden

63,60 % adalah laki-laki dan selebihnya sebanyak 36,40 % adalah perempuan.

Hal ini berhubungan dengan kedudukan laki-laki dalam keluarga sehingga

lebih diutamakan dalam memberikan informasi. Demikian juga halnya dalam

sumber pendapatan keluarga, laki-laki memegang peranan penting sebagai

kepala keluarga. Sebagian responden perempuan adalah sebagai wiraswasta

dan sebagai petani yang mengikuti suaminya.

2. Berdasarkan umur, jumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut (Tabel 4.10).

Tabel 4.10.

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah (Orang) %

1. ≤ 30 19 34,55

2. 31-35 12 21,81

3. 36-40 6 10,90

4. 41-45 10 18,20

5. 46-50 8 14,54

Jumlah 55 100,0


(62)

Berdasarkan umur diketahui bahwa sebagian besar responden (34,55 %)

adalah kelompok umur ≤30 tahun, kemudian umur 31-35 tahun sebanyak 21,81 %, umur 41-45 tahun sebanyak 18,20 %, umur 46-50 tahun sebanyak 14,54 %,

dan umur 36-40 sebanyak 10,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih

dalam batas usia produktif.

3. Berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh, jumlah responden dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 4.11):

Tabel 4.11.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Orang) %

1. SD/Sederajat 8 14,54

2. SMP/Sederajat 10 18,20

3. SMA/Sederajat 22 40,00

4. Diploma 7 12,72

6. Sarjana 8 14,54

Jumlah 55 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2014.

Berdasarkan pendidikan terakhir diketahui bahwa sebagian besar

responden (40,00%) adalah berpendidikan setingkatan SMA/Sederajat, kemudian

sebanyak 18,20 % berpendidikan setingkatan SMP/Sederajat, setingkatan

SD/Sederajat dan Sarjan adalah sama sebanyak 14,54%, dan terakhir Diploma

sebanyak 12,72 %. Dimana banyak dari yang berpendidikan sarjana dan diploma

pada umumnya adalah yang bekerja sebagai PNS dan juga karyawan perusahaan.

4. Berdasarkan pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan utama, jumlah


(63)

Tabel 4.12

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1. Wiraswasta 19 34,45

2. Petani/pekebun 12 21,81

3. PNS 8 14,54

4. Karyawan/buruh 6 11,00

5. Lain-lainnya 10 18,20

Jumlah 55 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2014.

Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa sebagian besar responden (34,45

%) adalah sebagai wiraswasta. Hal ini sesuai dengan dampak keberadaan

PT.Agincourt Resources yang meningkatkan potensi di wilayah Kecamatan

Batang Toru sebagai kawasan ekonomi dan pusat kegiatan ekonomi. Selanjutnya

petani/pekebun sebanyak 21,81 % dimana sebagian dari masyarakat Batang Toru

mata pencahariannya dari sektor bertani, baik pertanian tanaman pangan maupun

perkebunan. Kemudian PNS sebanyak 14,54 %, karyawan dan buruh dari

beberapa perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Batang Toru dan sekitarnya

seperti perusahaan perkebunan dan perkayuan, sebanyak 11,00 %, dan

lain-lainnya sebanyak 18,20 % baik yang bekerja sebagai perawat diklinik, mengurus

rumah tangga, kepolisian, dan tukang batu.

4.3. Distribusi Jawaban Responden

4.3.1. Distribuasi Jawab Responden Atas Dampak Sebelum Adanya PT. Agincourt Resources

Penjelasan responden atas variabel dampak sebelum adanya PT.


(64)

Tabel 4.13.

Penjelasan Responden Atas Dampak Sebelum Adanya PT. Agincourt Resources

No. Pernyataan Skor (%)

SB B BS KB TB Total 1.

Tingkat pendapatan masyarakat sebelum

adanya PT.Agincourt Resources 0 9.1 76.4 12.7 1.8 100.0 2.

Penyerapan tenaga kerja sebelum adanya

PT.Agincourt Resources 0 0 34.5 56.4 9.1 100.0 3.

Pengurangan tingkat kemiskinan sebelum

adanya PT.Agincourt Resources 0 0 63.6 36.4 0 100.0 4.

Ketersediaan prasarana kesehatan sebelum

adanya PT.Agincourt Resources 0 7.3 61.8 27.3 3.6 100.0 5.

Ketersediaan prasarana pendidikan sebelum

adanya PT.Agincourt Resources 0 9.1 58.2 30.9 1.8 100.0 Sumber: Data primer diolah, 2014.

Keterangan: SB = Sangat Baik; B = Baik, BS = Biasa Saja; KB = Kurang Baik; TB = Tidak Baik.

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada

tabel 4.13, dapat dijelaskan bahwa sebelum adanya PT.Agincourt Resources

keadaan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kecamatan

Batang Toru terbilang masih dalam katergori rendah. Hal ini sesuai dengan

banyaknya responden yang menyatakan biasa saja (BS) pada pernyataan ‘tingkat

pendapatan masyarakat sebelum adanya PT.Agincourt Resources’ yakni sebesar

76,4 % atau sebanyak 42 orang.

Dari pernyataan ‘penyerapan tenaga kerja sebelum adanya PT.Agincourt

Resources’ kebanyakan dari responden yakni sebesar 56,4 % atau sebanyak 31

orang menyatakan kurang baik (KB). Hal ini berhubungan dengan lowongan kerja

yang tersedia di wilayah Kecamatan Batang Toru sebelum adanya PT. Agincourt

Resources masih rendah dan terbatas. Sehingga sebesar 63,6 % atau sebanyak 35

orang juga menyatakan biasa saja (BS) pada pernyataan ‘Pengurangan tingkat ke


(1)

Lampiran 3. Distribusi Jawaban Responden.

1). Distribuasi Jawab Responden Atas Dampak Sebelum Adanya PT.

Agincourt Resources.

No Pernyataan

Skor

(%)

SB (5)

B (4)

BS (3)

KB (2)

TB (1)

Total

1 X1 0

9.1

76.4

12.7

1.8

100

2 X2 0

0

34.5

56.4

9.1

100

3 X3 0

0

63.6

36.4

0

100

4 X4 0

7.3

61.8

27.3

3.6

100

5 X5 0

9.1

58.2

30.9

1.8

100

 

2). Distribuasi Jawab Responden Atas Dampak Sesudah Adanya PT.

Agincourt Resources.

No

Pernyataan

Skor (%)

SB (5)

B (4)

BS (3)

KB (2)

TB (1)

Total

1 X1

47.3

47.3

5.5

0

0

100

2 X2

41.8

50.9

7.3

0

0

100

3

X3

12.7 74.5 12.7

0

0

100

4 X4

61.8

38.2

0

0

0

100

5 X5

56.4

43.6

0

0

0

100


(2)

Lampiran 4. Uji t beda rata-rata

Correlations

[DataSet0]

Correlations

VAR00001 VAR00002 VAR00003

VAR00001

Pearson Correlation 1 -.019 .661**

Sig. (2-tailed) .892 .000

N 55 55 55

VAR00002

Pearson Correlation -.019 1 .738**

Sig. (2-tailed) .892 .000

N 55 55 55

VAR00003

Pearson Correlation .661** .738** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 55 55 55

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

T-TEST

/TESTVAL=0

/MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5

/CRITERIA=CI(.95).

T-Test

[DataSet0]

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pendapatan masyarakat 55 7.3455 .79857 .10768

Penyerapan tenaga kerja 55 6.6000 .97373 .13130

Kemiskinan 55 6.6364 .86845 .11710

Kesehatan 55 7.3455 .98542 .13287

Pendidikan 55 7.3091 .92040 .12411


(3)

Means

[DataSet1] D:\SKRIPSI\Untitled1.sav

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Pendapatan masyarakat 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

Penyerapan tenaga kerja 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

Kemiskinan 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

Kesehatan 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

Pendidikan 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper

Pendapatan masyarakat 68.216 54 .000 7.34545 7.1296 7.5613

Penyerapan tenaga kerja 50.267 54 .000 6.60000 6.3368 6.8632

Kemiskinan 56.672 54 .000 6.63636 6.4016 6.8711

Kesehatan 55.282 54 .000 7.34545 7.0791 7.6118


(4)

 

Report

Pendapatan masyarakat

Penyerapan tenaga kerja

Kemiskinan Kesehatan Pendidikan

Mean 7.3455 6.6000 6.6364 7.3455 7.3091

N 55 55 55 55 55


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

2 36 107

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 43 85

Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

1 80 144

Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

40 204 117

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Dampak Kehadiran PT Agincourt Resources Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sumuran Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 26

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 19

KATA PENGANTAR - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 4 18

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertambangan - Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 20