Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN PERKEMBANGAN AKTIVITAS KERAMBAH JARING APUNG, KAPAL BOAT, PENGGARAPAN LAHAN, PERKEMBANGAN JUMLAH

HOTEL, KERUSAKAN LINGKUNGAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT

DI PARAPAT

OLEH: MUTIA SARI

100501086

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik di Sumatera Utara yang mempunyai nilai sangat penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta ekonomi . Manusia sebagai makhluk hidup sangat erat hubungannya dengan lingkungan . Lingkungan yang indah sangat berpengaruh dengan kehidupan manusia itu sendiri. Jika lingkungan hidup terjaga dengan baik , maka manfaat yang ada dapa di explore lebih baik juga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor perkembangan kerambah jarring apung, kapal boat, penggarapan lahan, dan hotel berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan , serta kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat parapat danau toba. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang dari kelurahan parapat Kabupaten Samosir. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Analisis dilakukan melalui uji regresi berganda dan uji t (parsial) menggunakan program SPSS 20.Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan diketahui bahwa variable perkembangan kerambah jaring apung , perkembangan kapal boat, perkembangan penggarapan lahan pertanian, perkembangan hotel berpengaruh positif dan signifikan terhadap kerusakan lingkungan , dan kerusakan lingkungan juga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.

Kata kunci : perkembangan kerambah jarring apung , perkembangan kapal boat, perkembangan penggarapan lahan pertanian, perkembangan hotel , kerusakan lingkungan , pendapatan masyarakat


(3)

ABSTRACT

Lake Toba is a volcanic lake in North Sumatra has a very important value in terms of ecological functions, hydrology and economics. Humans as living beings is closely related to the environment. Beautiful surroundings very influential with human life itself. If the environment is well preserved, the existing benefits in explore onshore better too.

This study aims to determine whether the factors of development kerambah floating net, boat, tilling of the soil, and the hotel affect the environmental damage, as well as environmental damage effect on people's income Parapat Lake Toba. This study was conducted with a sample size of 50 people from the village Parapat Samosir regency. Data used in this study are primary data and secondary data. The analysis was performed by multiple regression test and t test (partial) using SPSS 20. Based on the research, analysis and discussion in mind that variable net kerambah development, the development of a boat, the cultivation of agricultural land development, hotel development and a significant positive effect on the environmental damage , and damage to the environment also affects the public revenue.

Keywords: floating net kerambah development, the development of a boat, the cultivation of agricultural land development, hotel development, environmental degradation, income communities


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemenn Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si dan Bapak Rachmat Sumanjaya HSB, M.Si

sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

5. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.


(5)

6. Kedua orangtua saya, Edi Suriono dan Ibunda Armaini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat, perhatian, dan bantuan materi yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

7. Untuk sahabat terbaik saya Dewi, Dira, Eva, Indah, Mutia, Iju, Utami, serta seluruh mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010 lainnya. Terimakasih saya sampaikan sebab banyak mendapat arti persahabatan dari kalian dan telah banyak membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin ya Rabbal Alamin.

Medan, Maret 2015

Mutia Sari NIM : 100501086


(6)

DAFTAR ISI

Daftar isi ... i

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Degradasi Lingkungan ... 9

2.1.1Pengertian Degradasi Lingkungan ... 9

2.2 Pertanian ... 10

2.2.1Klasifikasi sector Pertanian ……… 10

2.2.2 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian……….………11

2.2.3 Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup………..………12

2.3 Keramba Jaring Apung ... 13

2.4 Pengertian Hotel dan Ruang Lingkup Hotel ... 18

2.4.1 Pengertian Hotel ... 18

2.4.2 Pengertian Hotel di Indonesia... 19

2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan………... 20 2.5 Pendapatan ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 23

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian... 26

2.7.1 Kerangka Konseptual ………... 26 2.7.2 Hipotesis Penelitian ……….. 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28


(7)

3.2.2 Sampel ………..………28

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4 Model Analisi Data ... 29

3.4.1 Analisis regresi berganda... 29

3.4.2 Uji Hipotesis ... 30

3.4.3 Uji F (Uji Secara Simultan)………. 31

3.4.4 Uji t (Uji Secara Parsial) ………... 32

3.4.5 Koefisien Determinasi (R²)………..………… 33

3.5 Batasan Operasioal ... 34

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis dan Luas Danau Toba ... 38

4.1.2 Iklim... 40

4.1.3 Curah Hujan ... 41

4.1.4Suhu dan Kelembaban Udara ... 42

4.2 Tekanan Keadaan Danau Toba Saat Ini ... 42

4.3 Gambaran Umum Responden ... 43

4.4 Distribusi Jawaban Responden ... 49

4.4.1Distribusi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan Kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (P1)……… 49

4.4.2 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba (P2)…………..……… 50

4.4.3 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3)………...………. 51


(8)

4.4.4 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan

kapal boat meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)………. 52

4.4.5 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5)…...………….. 53

4.4.6 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)…... 54

4.4.7 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)………. 55

4.4.8 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Lahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8)………. 56

4.4.9 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian menyebabkan kerusakan lingkungan (P9)…… 57 4.4.10Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian merusak keindahan Danau toba (P10) ……… 58

4.4.11 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan hotel meningkatkan pendapatan masyarakat (P11)...……….. 59

4.4.12 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan perkembangan hotel tersebut dapat menggangu ekosistem alam Danau Toba (P12)……….. 60

4.4.13 Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah menurut bapak/ibu limbah hotel merusak lingkungan (P13)………...……… 61

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda………..………... 63

4.6 Hasil Regresi Berganda……….………... 63

4.6.1 Regresi Pertama………65

4.6.1.1 Kerusakan Lingkungan………..65


(9)

4.6.1.3 Uji F-statistik

(UjiKeseluruhan)………67

4.6.1.4 Koefisien Determinasi (RSquare)……….68

4.6.2 Regresi Kedua ………... 69

4.6.2.1 Pendapatan(Y2)………..69

4.6.2.2 Uji t-statistik (Uji Parsial)………..70

4.6.2.3 Uji F-statistik (UjiKeseluruhan)………70

4.6.2.4 Koefisien Determinasi (R-Square)……… 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 74


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Parapat

Tahun 2010 – 2013……… 4

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 36

Tabel 4.1Luas Wilayah Danau Toba………... 39

Tabel 4.2Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur……….. 44

Tabel 4.3Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……….. 45

Tabel 4.4Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan……. 46

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan / Sampingan…… 47

Tabel 4.6Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan perbulan pekerjaan / Sampingan……….. 48

Tabel 4.7 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat(P1)…….. 49

Tabel 4.8 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba (P2)………….. 50

Tabel 4.9Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3)……… 51


(11)

Tabel 4.10 Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat

meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)……… 52

Tabel 4.11Penjelasan Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat

merusak lingkungan (P5)……….. 53 Tabel 4.12Penjelasan Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat

berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)……… 54 Tabel 4.13Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat

menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)……….. 55 Tabel 4.14 Penjelasan Responden Atas Peryataan Lahan pertanian meningkatkan

pendapatan masyarakat (P8)……….. 56

Tabel 4.15Penjelasan Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan pertanian menyebabkan kerusakan lingkungan (P9)………. 57 Tabel 4.16Penjelasan Responden Atas Peryataan Penggarapan lahan merusak

keindahan Danau toba (P10)……….. 58 Tabel 4. 17 Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan hotel

meningkatkan pendapatan masyarakat (P11)………... 59 Tabel 4. 18 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah perkembangan hotel

tersebut dapat menggangu ekosistem alam Danau Toba (P12)……… 60 Tabel 4. 19 Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah menurut bapak/ibu


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 76 2. Data Responden ... 80 3. Tabulasi Butir Regresi Pada Petani Usaha Kerambah

Jaring Apung Di Danau Toba ………. 83 4. Frekuensi dan persen distribusi responden ... 85 5. Hasil Regresi ... 92


(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Namun demikian, harus kita sadari bahwa sumber daya tersebut memiliki keterbatasan di dalam banyak hal, baik itu dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dari segi kualitas, manusia dan sumber daya alam lingkungan memiliki kaitan yang erat. Ada kalanya, keadaan lingkungan menentukan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keadaan kualitas lingkungan.

Manusia menginginkan kondisi lingkungan yang bersih guna mendukung aktivitasnya sehari-hari. Namun tanpa disadari secara langsung, pada kenyataannya manusia tersebutlah yang telah merusak lingkungan dengan berbagai macam kegiatannya yang berdampak negatif sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan (degradasi) kualitas lingkungan. Banyak contoh kasus kerusakan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia yang pada akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Padahal lingkungan alam merupakan tempat bagi organisme hidup beserta dengan


(15)

segala keadaan dan kondisinya untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri di bumi yang menjadi tempat tinggalnya. Kondisi tersebutlah yang menjadi salah satu permasalahan hidup yang kita alami sekarang, yaitu kerusakan atau penurunan (degradasi) kualitas lingkungan.

Kerusakan atau degradasi lingkungan adalah penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas kondisi lingkungan. Hampir semua degradasi atau kerusakan lingkungan terjadi oleh ulah manusia yang hanya memanfaatkannya saja namun tidak memikirkan keadaan ekosistem alamnya , seperti yang terjadi di Danau toba .

Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan Wisata setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi daerah ini. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata, karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah.

Danau Toba memiliki luas lebih kurang 369.854 Ha, terdiri dari 190. 3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 ha daratan Pulau Samosir (di tengah danau) dan 110.260 ha berupa perairan Danau Toba (luas permukaan). Secara geografis, Ekosistem Kawasan Danau Toba (EKDT) terletak di antara koordinat 2º10’LU–3º0’LU dan 98º20”BT–99º50”BT. EKDT terdapat di Pegunungan Bukit Barisan, Provinsi Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintahan, EKDT meliputi tujuh Kabupaten yaitu: (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Humbang Hasundutan, (3) Kabupaten Toba, (4) Kabupaten Samosir, (5) Kabupaten


(16)

Simalungun, (6) Kabupaten Karo, dan (7) Kabupaten Dairi. (ITB, 2001 dalam Siregar, A.Z., 2008).

Danau Toba dilihat dari asal proses terbentuknya merupakan danau volcano-tektonik yang menurut Van Bemmelen (1949), dikatakan terbentuknya akibat proses tanah terban yang terjadi karena bagian kedalamannya yang berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaannya mengalami terban dan terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar berada pada bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa pulau Samosir, dan bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air permukaan membentuk danau. Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk gunung api Pusuk Bukit (1981 m) sedangkan di sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau caldera rim. Luas keseluruhan danau termasuk pulau Samosir adalah 1.810 kilometer persegi, dengan luas danau lebih dari 1.100 kilometer. (Bapedalda Sumut, 2000 dalam Fitra E., 2008). Kawasan Danau Toba merupakan ikon pariwisata Sumatera Utara yang dapat diandalkan untuk mendatangkan wisatawan – wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Seperti yang kita ketahui bahwa Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia. Keberadaan objek wisata Danau Toba merupakan potensi ekonomi yang bila dimanfaatkan dengan tepat akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya, terkhusus masyarakat Kota Parapat.


(17)

Perkembangan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan pariwisata. Kehadiran wisatawan ke Kota Parapat mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Berikut disajikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Parapat dari tahun 2010 hingga tahun 2013:

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kota Parapat Tahun 2010 - 2013

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni, dan BudayaKabupaten Simalungun 2013

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kota Parapat dalam kurun waktu 2010-2013 mengalami kenaikan. Dengan melihat data tersebut menunjukkan bahwa ada potensi pariwisata yang dimiliki Kota Parapat sebagai salah satu kota yang berbatasan dengan Danau Toba.

Pada beberapa tempat, lahan Danau Toba dimanfaatkan penduduk setempat sebagai lahan usaha tani, walaupun produktifitasnya relatif rendah, tetapi produksi pertanian ini turut memegang peranan dalam menunjang kelestarian lingkungan Danau Toba. Demikian pula dengan adanya

Tahun Jumlah Wisatawan

2010 90598

2011 95122

2012 125583


(18)

keterkaitan hulu-hilir, maka keberadaan Danau Toba terutama dalam pemanfaatan ruangnya memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan bagian hilir. Dari fungsi Danau Toba tersebut di atas, yang paling menonjol saat ini adalah pemanfaatan potensi alam sebagai objek wisata yang sangat tergantung pada kelestarian alamnya, serta tenaga massa air outlet Danau Toba untuk PLTA yang sangat tergantung kepada debit air dan fluktuasinya. (Ilyas, D.S., 1998).

Di perairan Danau Toba ini tempo dulu masih dijumpai ikan asli yaitu ikan batak dan pora-pora. Tetapi saat ini sudah jarang bahkan mungkin sudah hilang dan tidak jelas apa penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha perikanan di perairan Danau Toba mulai berkembang dalam bentuk Keramba Jaring Apung (KJA) dan hingga saat ini mencapai luas ± 440 ha. Walaupun luas perairan yang digarap baru mencapai 0,4% dari ambang luas dan yang diizinkan sebesar 1% dari luas perairan Danau Toba. (LP Universitas Sumatera Utara, 1999 dalam Sianturi, T., 2004).

Banyak masalah yang timbul, seperti penyebaran lokasi KJA tersebut berada di dalam kawasan daerah wisata. Sebagai contoh terdapat di daerah turis Tomok yang walaupun dalam jumlah yang sedikit, para wisatawan terutama dari mancanegara sudah terusik dan enggang mandi di perairan tersebut. Demikian juga di kota Haranggaol, sepanjang pantainya penuh dengan KJA sehingga mengganggu sekaligus sebagai kota tujuan wisata potensial di Kabupaten Simalungun dan banyak lagi daerah/kota lain di


(19)

sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir. Dengan demikian sudah terjadi konflik penggunaan/pemanfaatan perairan Danau Toba antara para petani KJA dengan pariwisata. Demikian juga dengan transportasi perairan (perhubungan) dapat terganggu apabila penempatan KJA yang sembarangan. (Sianturi, T., 2004). Menurunnya tingkat wisata dan wisatawan mancanegara maka akan mengurangi pendapatan masyarakat disekitar .

Saat ini kawasan Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang cukup besar terutama sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitarnya. Menurut Oelim 2000, diacu dalam ITTO 2005 pada periode tahun 1985 sampai 1997, DTA Danau Toba telah kehilangan lebih dari 16.000 ha kawasan hutan. Penyebab utamanya adalah konversi hutan secara ilegal menjadi lahan pertanian. Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja mengancam kelestarian Danau Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik masyarakat sekitar Danau Toba maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan mengangkat judul “AnalisisPenilaian Perkembangan Aktivitas Kerambah Jaring Apung, Kapal Boat, Penggarapan Lahan, Perkembangan jumlah Hotel, Kerusakan Lingkunganterhadap Pendapatan Masyarakat di Parapat”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh perkembangan kerambah apung, jumlah kapal boat, penggarapan lahan, perkembangan jumlah hotelterhadap kerusakan lingkungan ?

2. Apakah ada pengaruh kerusakan lingkungan terhadap pendapatan masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh perkembangan kerambah apung, jumlah kapal boat, penggarapan lahan, perkembangan jumlah hotel berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan

2. Untuk mengetahui pengaruh kerusakan lingkungan terhadap pendapatan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Manfaat

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa


(21)

Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik membahas kondisi lingkungan hidup.

3. Sebagai tambahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang mengambil bahan yang sama di masa mendatang.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Degradasi Lingkungan

2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan

Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsinya secara baik komponen-komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah. Degradasi lingkungan yang dibahas dalam modul ini lebih difokuskan pada degradasi fungsi lahan dan tanah secara umum sebagai akibat intervensi manusia dalam proses pembangunan. Degradasi lingkungan dapat terjadi akibat pemanfaatan lahan dan masuknya bahan-bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke lingkungan yang mana bahan-bahan ini bukan merupakan bagian dari komponen lingkungan asli. Degradasi lingkungan dapat pula terjadi akibat proses eksploitasi terhadap lahan dan tanah, seperti yang terjadi pada proses penambangan timah, emas, batu bara, dan lain sebagainya. Secara alami tanah hanya akan mengalami pencemaran apabila terjadi erosi, namun pencemaran alami ini selalu diimbangi oleh proses pelapukan produk alami dan pembentukan tanah yang baru. Sebagaimana halnya air yang memiliki kualitas air maka tanah pun demikian, kualitas tanah di satu tempat dengan tanah di tempat lain belum tentu sama.


(23)

Perbedaan kualitas tanah pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus hasil pelapukan dan pembusukan sisa-sisa tanaman di bagian permukaan tanah. Semakin beragam organisme hidup yang terdapat di permukaan tanah, semakin berkualitas tanah tersebut. Degradasi lingkungan yang sering dijumpai antara lain:

1. Degradasi lingkungan akibat pertambangan 2. Degradasi lingkungan akibat industri 3. Degradasi lingkungan akibat pertanian

4. Degradasi lingkungan akibat pembangunan pemukiman 2.2Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara dunia ke tiga termasuk Indonesia, sebab sebagian penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian yang relatif lebih ‘labour

intensive’ memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di

samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern (Sukanto: 1998; 65).

2.2.1. Klasifikasi Sektor Pertanian

Adapun pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.

2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) 3. Kehutanan


(24)

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) (Mubyarto: 1989; 15).

Namun disini penulis hanya membahas atau menitikberatkan pada pertanian dan perkebunan saja. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian dimana diproduksi bahan makanan seperti : padi dan palawija, terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau, dan tanaman holtikultura sepeti : sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok sayur-sayuran terdiri dari bawang merah, bawanag putih, bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, tomat, cabe, ketimun, labu siam, kangkung, kol bunga, bayam, terung. Kelompok buah-buahan terdir dari alpukat, mangga, jeruk, rambutan, durian, salak, pisang, nenas, manggis, nangka, sirsak, dan belimbing.

2.2.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Menurut Musher (Mubayarto: 1989; 195), pembangunan pertanian memiliki syarat mutlak dan syarat pelancar dalam kegiatannya. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah :

1. adanya pasar untukk hasil-hasil usaha tani 2. teknologi yang semakin berkembang

3. tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal 4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan


(25)

Dan syarat-syarat pelancarnya adalah : 1. pendidikan pembangunan

2. kredit produksi

3. kegiatan gotong royong petani

4. perbaikan dan perluasan lahan pertanian 5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.2.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup.

Berbicara masalah pembanguna ekonomi, khususnya di dunia ke tiga orang tidak akan lepas dari masalah pertanian. Sedangkan berbicara masalah pertanian kita tidak bisa lepas dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena tersedianya lahan meskipun saat ini telah dirintis pertanian tanpa lahan denga teknologi dan sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara. Apabila pembangunan pertanian berhasil, maka pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah pendayagunaan sumber daya pertanian secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun sumber daya manusia aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh, meningkatkan sumber daya pertanian secara berkelanjutan, memantapkan ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian,


(26)

menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani (Sukanto: 1998; 65)

Dalam hubungannya dengan lingkungan, jumlah penduduk yang semakin banyak menilmbulkan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Untuk menjaga keberlangsungan hidupnya manusia butuh pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan perlu dicetak perladangan dan persawahan baru dengan jalan membuka hutan (Lubis dikutip dari Ritonga: 2003; 100).

Sementara dalam menjalankan aktivitas pertanian, limbah dapat saja muncul. Untuk memperoleh hasil atau produksi biasanya sebelum ditanami tanah dilolah terlebih dahulu seperti dibajak atau dicangkul. Praktik pengolahan tanah seperti ini biasanya menghasilkan limbah berupa partikel-partikel sedimen yang ketika sawah atau lahan pertanian tersebut diairi, ikut terbawa ke perairan umum. Demikian pula untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan hama, tanaman tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan pestisida. Sementara, penggunaan pupuk dan pestisida tidak akan terpakai secara keseluruha. Sisanya akan terbuang ke lingkungan bersama-sama dengan partikel melalui saluran irigasi, mencapai sungai dan selanjutnya ke laut. Zat-zat sisa ini yang cenderung menjadi racun bagi biota lain dan merusak keseimbangan lingkungan (Supriharyono: 2007; 146).


(27)

2.3 Keramba Jaring Apung

wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring.

Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat berjalan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama.Dalam mendesain konstruksi wadah budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya ikan dijaring terapung.

Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan.


(28)

Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah:

a. Arus air pada lokasi keramba jaring apung.

Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan.

Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.


(29)

b. Kedalaman perairan keramba jaring apung

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

c. Tingkat kesuburan air keramba jaring apung.

Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.

d. keramba jaring apung Bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.


(30)

Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus.

Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut. e. Kualitas air keramba jaring apung.

Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

f. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling

Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat


(31)

menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat.

2.4 Pengertian Hotel dan Ruang Lingkup Hotel 2.4.1 Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.


(32)

2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang

serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya. 2.4.2 Pengertian Hotel di Indonesia

Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya adalah : 1. Suatu jenis akomodasi

2. Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada.

3. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya

4. Disediakan bagi umum

5. Dikelolah secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara komersial adalah : dikelolah dengan memperhitungkan untung atau


(33)

ruginya, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai tolak ukurnya.

2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan.

Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar hutan, dimana sebagian besara adalah kawasan lindung atau kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi, pembangunan menjadi mutlak dan harus dilakukan. Sebaliknya, para pemerhati lingkungan,konservasionis,dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa pembangunan yang akan dilakukan merupakan ancaman nyata terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam atau disekitar kawasan yang akan dikembangkan. Hal itu layak dijadikan kekhawatiran,karena banyaknya contoh menunjukkan bahwa pembangunan sering menyebabkan hilangnya bentuk-bentuk keanekaragaman hayati disekitarnya.

Dampak wisata terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirasakan yakni masalah limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi, dimana ukuran daerah tujuan wisata mempunyai ukuran yang kecil, seperti Taman Nasional Manuel Antonio di Costa Rika dengan kepadatan pengunjung yang tinggi. Dampak nyata dan beban lingkungan yang harus ditanggung TN. Manuel Antonio, yakni kawasannya menjadi kotor oleh aktivitas wisatawan.


(34)

Limbah cair biasanya datang dari hotel, guethouse , restaurant, dan

lodge-lodge yang tersebar pada destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa

tempat-tempat tersebut merupakan bagian dari akomodasiekoturisme. Namun perhatian dan penanganan limbah cair yang dihasilkannua sering kali sangat kurang. Untuk mengatasi polusi air yang terjadi, dua strategi yang umumnya ditempuh yaitu mereduksi sumber-sumber pencemaran dan melakukan perlakuan terhadap limbah cair agar tidak membahayakan lingkungan. Limbah cair merupakan ancaman nyata bagi manusia dan biota-biota lainnya. Berbeda dengan Limbah serupa botol plastic,gelas, dan botol aluminium yang bersifat visible, limbah cair biasanya bersifat invisible, tidak dapat terlihat dan larut dalam air. Perpindahan komponen beracun limbah kedalam tubuh manusia dan makhluk hidup liannya, dapat terjadi karena air yang diminum oleh manusai dan hewan, serta diserap oleh akar tumbuhan. Selain itu, patogen-patogen yang meracuni air sering menyebabkan masalah kesehatan manusia.

Penyelenggaran wisata yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan, juga menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang dibanyak kawasan. Selain tidak adanya manajemen yang jelas. Lemahnya pengawasan hokum terhadap perilaku wisatawan merupakan faktor penyebab degradasi kawasan pesisir. Wisatawan seringkali memasuki dan berjalan jalan di kawasan kerumbu karang saat air laut surut. Dampak yakni terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang dalam waktu yang cepat.


(35)

Dampak lingkungan dan ekologis yang saat ini terindefikasi di kepulauan pasifik karena aktivitas wisata yakni :

1. Degradasi dan populasi lingkungan. Degradasi lahan biasanya berkaitan dengan pembukaan lahan sebagai padang golf sedangkan polpulasi tanah karena penumpukan sampah.

2. Kerusakan Habitat. Sebab-sebab yang mendasari kerusakan habitat karena aktivitas wisata, yakni lemahnya manajemen wisata, interaksi manusia dan alam yang tidak teregulasi/diatur, ekploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan sebagainya.

3. Hilangnya sumber daya pesisir dan laut. Habitat yang sering terkonvenrsi adalah lahan basah pesisir, mangrove, hutan pantai , dan sebagainya, karena pembangunan sarana dan prasarana wisata. Selain itu, aktivitas wisatawan juga sangat mempengaruhi penurunan biota yang ada. 4. Polusi pesisir. Polusi pesisir dapat terjadi karena system pembuangan

limbah cair dan padat yang tidak berjalan dengan baik, serta penumpukan sampah dan bahan-bahan yang tidak terdegradasi.

5. Pengalihan tata guna air pemukiman dan air tanah . Pengalihan ini dapat terjadi karena pembelokan aliran air dan untuk kepentingan masyarakat local menuju pemenuhan sumber daya air, seperti hotel, restoran, dan kepentingan wisata lainnya.


(36)

2.5 Pendapatan

Pendapatan adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi perusahaan secara bruto, pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan/penjualan barang/jasa atau aktiva lainnya dalam satu periode. Pendapatan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut :

1 Pendapatan Operasional

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama, misalnya pendapatan servis bagi perusahaan jasa dan penjualan bagi perusahaan dagang

2 Pendapatan Nonoperasional

Pendapatan nonoperasional adalah pendapatan yang diperoleh di luar usaha pokok, yang sifatnya tidak tetap, misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan nonbank dan pendapatan komisi bagi perusahaan dagang.

2.6PenelitianTerdahulu

Nico (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode analisis data panel yang dipadukan dengan analisis jalur (Path Analysis). Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui degradasi hutan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di mana difokuskan


(37)

pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 (8 tahun). Hasil penelitian ini adalah jumlah penduduk, jumlah industri dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar 61.52 %. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi terhadap degradasi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar 16.64 %. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan 18 kabupaten di Sumatera Utara melalui pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 18.95 %.

Rita (2010) melakukan penelitian dengan judul: Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode primer dan sekunder. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 6 sampel bahwa kualitas fisik air Danau Toba disekitar keramba jaring apung masih memenuhi syarat yang


(38)

diperbolehkan. Namun kualitas kimia air Danau Toba disekitar keramba jaring apung tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan karna memiliki coliform yang jauh diatas syarat yang diperbolehkan. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 67 orang (83,8%). Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah gatal dan merah-merah pada kulit dan mata merah dan gatal.

Sundawatil dan Sanudin (2009) melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba (Stakeholder Analysis on Ecosystem Restoration of Lake Toba

Catchment Area)”. Penelitian dilakukan di 3 kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan

proyek ITTO, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Karo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodesnowballing. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode wawancara yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemulihan ekosistem kawasan DTA Danau Toba dapat digolongkan sebagai pemangku kepentingan kunci, utama, dan pendukung. Pemangku kepentingan kunci merupakan lembaga pemerintah kabupaten yang tupoksinya berkaitan langsung dengan pemulihan ekosistem DTA Toba sepertiDinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup yang memiliki peranan yang paling tinggi dalam upaya pemulihan ekosistem DTA Toba. Hal tersebut terkait dengan system pemerintahan otonomi daerah (Pemda memiliki kewenangan yang cukup besar dalam menentukan berbagai kebijakan di wilayahnya). Meski tidak terjadi konflik kepentingan antar


(39)

pemangku kepentingan yang mengemuka, namun terdapatpotensi konflik di antara beberapa pemangku kepentingan. Selain itu ditemukan pula potensi kolaborasi antara beberapa pemangku kepentingan.

2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.7.1. Kerangka Konseptual

Ada banyak variabel yang mempengaruhi degradasi danau toba dan pengaruh nya terhadap yang terkena dampak, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah luas lahan pertanian, perkembangan kerambah apung, Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat,tingkat pendapatan dan jumlah wisatawan, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

Kerusakan Lingkungan

(Y1)

Perkembangan Kerambah

(X1)

Perkembangan Kapal boat

(X2)

Perkembangan penggarapan lahan

(X3)

Perkembangan Hotel (X4)

Pendapatan Masyarakat


(40)

2.7.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Perkembangan Kerambah, Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat, penggarapan lahan secara langsung berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. 2. Kerusakan Lingkungan secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi Penelitian

Penelitian Dilakukan di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, dan Kabupaten Simalungun,Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut sugiyono (2005:90) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. kemudian ditarik kesimpulan yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Parapat Kabupaten simalungun yang

3.2.2 Sampel

Menurut sugiyono (2005:91)Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang karakteristiknya dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi tersebut.Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah sebanyak 50 orang yang mempunyai Kerambah Jaring Apung di kelurahan parapat kabupaten simalungun.


(42)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun data yang digunakan terdiri dari :

1. Data variabel dependen : - Kerusakan Lingkungan - Pendapatan masyarakat

2. Data variabel independen : - Perkembangan kerambah jarring apung - Perkembangan kapal boat

- Penggarapan Lahan pertanian - Perkembangan hotel

3.4Model Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui dampak adanya degradasi lingkungan terhadappendapatan masyarakat di Danau toba. Data primer yang telah dikumpulkan melalui kusioner terlebih dahulu diklasifikasi, ditabulasi, dan selanjutnya diolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai.

3.4.1Analisis regresi berganda

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.


(43)

Bentuk model regresi berganda yang menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel X sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel tidak bebas yaitu:

1. Regresi Pertama

Y1= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Dimana:

Y1 = Kerusakan Lingkungan

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4= Koefisien regresi variable independen

X1 = Perkembangan Kerambah Jaring Apung

X2 = Perkembangan Kapal Boat

X3 = Penggarapan Lahan Pertanian

X4 = Jumlah hotel

e = term of error

2. Regresi Kedua

Y2= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + Y1

Dimana:

Y2 = Pendapatan Masyarakat

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi variable independen


(44)

X2 = Perkembangan Kapal Boat

X3 = Penggarapan Lahan Pertanian

X4 = Jumlah hotel

Y1 = Kerusakan Lingkungan

Suatu perhitungan statistic disebut signifikan secara statistic apabila nilai uji statistic berada dalah daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistic berada dalam daerah dimana Ho diterima. primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.4.2 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap tingkat pendapatan maka di lakukan pengujian dengan menggunakan.

3.4.3 Uji F (Uji Secara Simultan)

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependent.

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak:

H0 : b1, b2,b3 = 0; kerambah jaring apung tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat wilayah Danau Toba.


(45)

H1 : b1, b2 ,b3 ≠ 0, kerambah jaring apung berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan masyarakat wilayah Danau Toba Rumus:

F = JK reg /K

JKres /(n−k−1)

Di mana:

K = jumlah variable

N = jumlah sampel

JK reg = jumlah kuadrat regresi JK res = jumlah kuadrat residu Ketentuan:

H0di terima jika Fhitung ≤Ftabel, Haditolak jika Fhitung ≥Ftabel.

3.4.4. Uji t (Uji Secara Parsial)

Test uji parsial menguji setiap variabel bebas (X1,X2,X3) apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Y1), dan (X1,X2,X3) terhadap (Y2) secara parsial.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi dependen. Kriteria pengujiannya adalah :


(46)

a. H0: βi= 0 artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3)

yaitu Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel terikat yaitu (Y1) Produksi Kerambah dan (Y2) Tingkat Pendapatan. secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Ha : βi≠ 0 artinya terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) yaitu

Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel terikat yaitu (Y1) Produksi Kerambah dan (Y2) Tingkat Pendapatan. Secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ketentuan:

H0 diterima jika thitung <ttabel pada α = 5%

H0 ditolak jika thitung >ttabel pada α = 5%

3.4.5. Koefisien Determinasi (R²)

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Jika (R)² semangkin besar atau mendekati satu, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel dependent ( perkembangan kerambah jaring apung X1, perkembangan kapal boat X2, Perkembangan penggarapan lahan X3, Perkembangan Hotel X4, kerusakan lingkungan Y1) terhadap variabel independent (tingkat pendapatan Y2). Hal ini


(47)

berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinan (R²) semakin mengecil atau mendekati angka nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin mengecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

3.5 Batasan Operasional

Untuk mengarahkan dan menghindari salah pengertian dalam pelaksanaan penelitian ini, maka dibuat batasan operasionalyang dibatasi pada dua variabel yaitu kerusakan lingkungan (Y1) dan pendapatan masyarakat (Y2). Dan ada empat

indikator, yaitu: perkembangan kerambah apung (X1), perkembangan kapal boat (X2),

penggarapan lahan (X3), perkembangan hotel (X4). Sebagai berikut:

1. Kerusakan lingkungan (Y1)

Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, tanah, dan kerusakan ekosistem sehingga punahnya fauna liar.

2. Pendapatan masyarakat (Y2)

Pendapatan masyarakat adalah penghasilan yang diperoleh masyarakat setiap bulan dalam jumlah rupiah.


(48)

3. Perkembangan kerambah apung (X1)

Perkembangan kerambah apung adalahpemeliharaan ikan yang memungkinkan air keluar masuk dengan mudah melalui sisi dan dasar kerambahdari dan keperairan sekitarnya.

4. Perkembangan kapal boat (X2)

Perkembangan kapal boat adalah perkembangan jumlah kapal boat yang ada di danau toba.

5. Penggarapan lahan (X3)

Penggarapan lahan adalah Lahan yang dipergunakan untuk bercocok tanam

6. Perkembangan hotel (X4)

Perkembangan hotel adalah perkembangan jumlah industry hotel yang ada disekitar kawasan danau toba

Tabel 3.1

Defenisi Operasioanal Variabel

No. Variabel Defenisi

Operasional

Indikator Pengukuran

1). Kerusakan Lingkunga n

deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, tanah, dan kerusakan ekosistem sehingga punahnya fauna liar. 1. Perkemba ngan kerambah apung 2. Perkemba ngan kapal boat 3. Penggerap an lahan 4. Perkemba Rasio (1-5)


(49)

ngan hotel 2). Pendapata

n

Masyaraka t

Penghasilan yang diperolehmasyarak at setiap bulan

dalam jumlah

rupiah.

Kerusakan lingkungan

Rasio (1-5)

3). Aktivitas kerambah jarring apung

Kegiatan pembudid ayaan ikan dalam r angka

pemanfaatan air danau

tobayang dapat me nin-gkatkan taraf hidup masyarakat

Pertumbuhan perekonomian

masyarakat


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

Danau Toba merupakan pusat dari tanah orang Batak, yang juga merupakan danau terluas di Asia Tenggara dengan luas sekitar 1145 kilometer dan merupakan danau terdalam di dunia dengan kedalaman sekitar 450 meter. Terletak 906 meter di atas permukaan laut, danau ini merupakan surga bagi banyak tumbuhan menarik. Danau Toba merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Indonesia yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Disamping itu, dalam sejarahnya, Danau Toba sudah menjadi icon Sumatera Utara. Hal ini barangkali berkaitan dengan nilai jual (keunikan) yang sangat tinggi yang dimiliki oleh Danau Toba, khususnya sebagai objek wisata alam karena panorama alamnya hampir tidak ada duanya. Kota Parapat merupakan kota pusat wisata para turis yang melancong ke Danau Toba yang terletak di tepi Danau Toba. Penduduk asli Danau Toba yaitu Batak Toba dan Batak Simalungun merupakan masyarakat yang ramah dan terkenal dengan musik tradisional yang sentimental dan romantis. Olahraga rekreasi yang dapat dilakukan di Parapat adalah berenang, ski air, motor boating, perahu kano, memancing dan golf. Temperatur udara disini sejuk dan kering sangat cocok untuk berekreasi dan santai. Parapat terletak 176 Km dari Medan dan dapat dicapai selama 4 jam perjalanan dengan mobil maupun bus serta banyak terdapat Hotel, Bungalow dan villa.


(51)

A. Pulau Samosir Pulau

Samosir terletak dengan megahnya di tengah-tengah danau. Di tengah-tengah Samosir, masih ada danau lagi, yang menambah keunikan tempat wisata ini. Juga merupakan rumah asli dari Suku Batak Toba yang memiliki banyak kuburan batu dan desa-desa tradisional yang masih mempertahankan budayanya seperti Tomok, Tuk-tuk, Siallangan dan Ambarita. Alat transportasi utama adalah dengan menggunakan kapal feri ataupun kapal boat yang dapat diakses melalui hotel di Parapat ataupun melalui penduduk setempat. Saat ini masa keemasan Danau Toba sudah semakin memudar, ini dikarenakan banyak eksploitasi yang menyebabkan rusaknya ekosistem alam yang berada di sekitar kawasan danau. Selain itu banyaknya limbah polusi yang dibuang ke danau semakin memperburuk citra pariwisata di Danau Toba. Kini Pariwisata di Danau Toba seakan mati suri karena minimnya perhatian baik dari penduduk setempat maupun pemerintah daerah. Oleh sebab itu harapan diadakannya sebuah event adalah untuk kembali menggeliatkan potensi andalan Danau Toba sebagai tempat wisata yang dapat dibanggakan oleh bangsa Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara pada khususnya.

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Danau Toba

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘ Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera


(52)

176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km2.

Luas Wilayah Danau Toba Tabel 4.1

No Kabupaten Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 Samosir Simanindo

Pangururan Palipi Nainggolan Onan Runggu Ronggur Ni Huta Harian Sitio-tio Sianjur Mula-mula 198,20 121,43 129,55 87,86 60,89 94,87 560,45 50,76 140,24

2 Toba Samosir Lumban Julu

Uluan Porsea Laguboti Sigumpar Balige Ajibata Tampahan Silaen Habinsaran 145,40 118,00 87,10 73,90 25,20 91,05 72,80 24,45 62,90 417,84

3 Simalungun Silima Kuta

Haranggaol Horison Dolok Pardamean Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Purba Sidamanik 88,50 34,50 99,42 91,03 120,38 172,00 91,03


(53)

4.1.2. Iklim

Kondisi iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan evaporasi) sangat mempengaruhi neraca air danau. Suhu udara dan kelembaban akan menentukan besarnya laju evaporasi dari permukaan danau. Laju evapotranspirasi dari kawasan Danau Toba akan mempengaruhi jumlah air yang mampu disimpan di dalam tanah dan merupakan cadangan pasokan air ke dalam danau selama musim kemarau (periode tidak hujan). Kondisi iklim dapat berubah sebagai akibat perubahan penutupan lahan dan penggunaan lahan pada Kawasan. Peningkatan suhu pada Kawasan dapat meningkatkan suhu udara dan menurunkan kelembaban udara yang akhirnya akan meningkatkan laju evapotranspirasi dari daratan dalam kawasan maupun evaporasi dari permukaan danau. Kondisi iklim jugaberpengaruh terhadap upaya pemanfaatan lahan, terutama untuk usaha pertanian, perikanan dan kehutanan. Peningkatan suhu akibat perubahan penggunaan lahan akan dapat merubah pola hujan sehingga akan mempengaruhi masukan air ke dalam danau. a. Type Iklim Menurut Klasifikasi lklim Oldeman maka Ekssistem Kawasan Danau Tsba termasuk ke dalam tipe Bl , C1, C2, D2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (curah hujan ≥ 200

mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara kurang dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (curah hujan ≤ 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidth dan Ferguson maka Ekosistem Kawasan Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A, B dan B. b. Curah Hujan Dari tujuh stasiun penakar hujan yang terdapat di Ekosistem Kawasan Danau Toba Parapat, Sidamanik, Situnggaling, Balige, Siborong-borong,


(54)

Dolok Sanggul dan Pangururan) diketahui bahwa curah hujan tahunan di Kawasan Danau Toba berkisar antara 2.200 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember-Desember dengan curah hujan antara 190-320 mm/bulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar antara 54-151mm/bulan. c. Suhu, Kelembaban Udara dan Evaporasi Suhu udara bulanan di Ekosistem Kawasan Danau Toba berkisar antara 18-19,7oC di Balige dan antara 20-210 C di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79-95%. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulan-bulanan di Ekosistem Kawasan Danau Toba berkisar antara 74 – 88 mm/bulan. Angka Evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan.

4.1.3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli dengan curah hujan berkisar 54 – 151 mm/bulan.


(55)

4.1.4 Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan antara 21,0 – 20,0 di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 %. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 – 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.

4.2 Tekanan Keadaan Danau Toba Saat Ini

Danau Toba sebagai Danau terbesar dan proses pembentukannya sangat dahsyat memiliki potensi yang sangat menguntungkan bila dikelola dengan baik. Fakta lapangan menunjukkan bahwa saat ini terdapat 123 pemukiman masyarakat di pinggir danau daratan Pulau Sumatera dan 71 lokasi pemukiman di daratan Pulau Samosir yang terkait langsung dengan perubahan muka air Danau Toba. Sebagai danau terluas dan terdalam di dunia, Danau Toba mengalami berbagai tekanan baik secara permanen maupun tidak. Sebagian dampak dari tekanan kegiatan terhadap Danau Toba belum dapat diketahui, dan sebagian lain dampaknya sudah permanen dan sulit untuk dipulihkan.

Berbagai masalah yang diterima Danau Toba sebagai akibat dari pemanfaatannya yang tidak memiliki perencanaan baik terutama dari aspek kelestarian lingkungannya. Pengembangannya dilakukan oleh para peneliti dari ITB


(56)

dan memanfaatkan fasilitas laboratorium perikanan air tawar di Bogor. Uji coba pembudidayaan ikan menggunakan Keramba Jaring Apung dilakukan di Danau Lido pada 1979. .Penemuan Keramba Jaring Apung pada awalnya dianggap suatu keberuntungan karena teknologinya sederhana, mudah dibuat, dan berbiaya murah namun menghasilkan panen yang menguntungkan. Sekarang, hampir semua danau di Indonesia permukaannya dipenuhi sebaran Keramba Jaring Apung. terbesar dalam dunia usaha pembudidayaan KJA DI Danau Toba dilakukan oleh perusahaan dari Swiss yang memasarkan produknya ke Amerika dan Eropa. Air yang bersih dari danau yang dikatagorikan sebagai danau sangat dalam merupakan penentu bagi kualitas ikan yang dibesarkan dalam Keramba Jaring Apung di perairan Danau Toba. KJA mulai diperkenalkan pada masyarakat Danau Toba tahun 1996 di Desa Haranggaol. Saat ini booming KJA telah berbalik menjadi boomerang karena mnulai disadari bahwa keberadaannya menurunkan kualitas lingkungan. Selain merusak kualitas air sehingga fungsinya menurun, dari segi estetika keberadaan Keramba Jaring Apung juga sangat merugikan. Daerah wisata yang tadinya diminati pengunjung akhirnya menjadi sepi karena airnya berubah menjadi amis.

4.3 Gambaran Umum Responden

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang masyarakat kabupaten Perapat kecamatan Simalungun. Dalam analisis data ini digambarkan data secara deskriptif yang terkait dengan variabel- variabel yang diteliti.


(57)

1. Umur Responden

Faktor umur merupakan salah satu yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi tingkat produktivitas oleh seseorang karena tingkat produktivitas sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan fisik. Kecenderungan bahwa tingkat produktivitas dicapai pada usia yang masih produktif juga yaitu saat usia berada di kisaran antara 15 – 64 tahun. Pemilik usaha Kerambah Jaring Apung yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari pria serta memiliki rentang umur/usia yang bisa dikatakan cukup jauh.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur

Sumber: Data Primer diolah

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia diatas 56 tahun berjumlah sebanyak 8 orang atau dengan persentase sebesar 16,0% dimana pada usia antara 46 sampai dengan 55 tahun sebanyak 15 orang atau dengan persentase sebesar 30,0% sedangkan responden yang berusia kurang dari 36 sampai dengan 45 tahun sebanyak 19 orang atau dengan persentase sebesar 38,0% Sedangkan responden yang berusia 26 sampai dengan 35 tahun sebanyak 6 orang

No Tingkat Umur Jumlah

Responden

(%)

1 <25 2 4

2 26 – 35 6 12

3 36 – 45 19 38

4 46 – 55 15 30

5 >56 8 16


(58)

atau dengan persentase 12,0% sedangkan yang berusia kurang dari 25 tahun hanya sebesar 4,0% atau sebanyak 2 orang responden.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tingkat pendidikan ditiap daerah mempengaruhi tingkat pendidikan nasional.

Jenjang pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir dari pemilik usaha Kerambah Jaring Apung (KJA) yang menjadi responden. Dilihat dari data responden berdasarkan pendidikan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Responden

(%)

1 Tamat SD atau sederajat 8 16

2 Tamat SMP atau sederajat 7 14

3 Tamat SMA atau sederajat 29 58

4 Tamaan DIII/S1 6 12

Total 50 100%

Sumber : Data Primer diolah

Dari Tabel tersebut, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan tamatan DIII/S1 sebesar12 % atau berjumlah sebanyak 6orang responden dan diikuti oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebesar 58% atau sebanyak 29 orang sedangkan tingkat pendidikan SMP sebesar 14% atau sebanyak 7 orang dan responden yang memiliki tingka pendidikan tamatan SD sebesar 16% dengan jmlah responden 8 orang. Dengan demikian dapat dikatakan


(59)

bahwa tingkat pendidikan masyarakat parapatdidominasi oleh orang yang berpendidikan SMA atau sederajat.

3. Jumlah Tanggungan

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan Jumlah

responden (%)

1 1 Orang 6 12

2 2 Orang 9 18

3 3 Orang 18 36

4 4 Orang 8 16

5 5 Orang 5 10

6 6 Orang 3 6

7 7 Orang 2 2

Total 50 100 %

Sumber : Data Primer diolah

Dari Tabel tersebut, Menunjukan bahwa masyarakat parapatyang memiliki jumlah tanggungan 1 orang adalah sebanyak 6 responden dengan presentase sebesar 12% kemudian pengusaha yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang adalah sebanyak 9 responden dengan presentase 18% yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang adalah sebanyak 18 responden dengan presentase 36% yang memiliki jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 8 responden dengan presentase 16% dan yang memiliki jumlah tanggungan 5 orang adalah sebanyak 10 responden dengan presentase 10% yang memiliki jumlah tanggungan 6 orang adalah sebanyak 3 responden dengan persentase 6% dan yang terakhir responden yang memiliki jumlah tanggungan 7 orang hanya berjumlah 2 responden saja dengan presentase 2% . Jadi dilihat dari tabel


(60)

di atas masyarakat Danautoba kecamatan parapatmemiliki jumlah tanggungan paling banyak adalah 3 orang yaitu dengan jumlah responden 18 orang.

4. Pekerjaan / Sampingan

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan / Sampingan No Pekerjaan Sampingan Jumlah

Responden

(%)

1 Wiraswasta 17 34

2 PNS 4 8

3 Lain-lainnya 29 58

Total 50 100%

Sumber : Data Primer diolah

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian besar penduduk danautoba kecamatan perapatmempunyai pekerjaanuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai berikut ada pun sebagai wiraswasta berjumlah 17 orang dengan presentase 34%, yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) berjumlah 4 orang dengan presentase 8%, dan yang lain-lainnya seperti berjualan aksesoris , souvenir , kedai nasi , warung kopi , penyedia kapal boat ,dan kerambah apung berjumlah sebanyak 29 orang dengan persenase 58 %.


(61)

5. Penghasilan Perbulan

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan perbulan pekerjaan / Sampingan

No Penghasilan perbulan Jumlah Responden

(%)

1 500.000 – 1.000.000 12 24

2 1.500.000 – 2.000.000 20 40

3 2.500.000 – 3.000.000 18 36

Total 50 100%

Sumber : Data Primer diolah

Dari tabel di atas menunjukan bahwa penduduk danautoba kecamatan parapatyang penghasilan perbulannya yang paling tinggi adalah Rp 1.500.000 – 2.000.000 sebanyak 20 Responden dengan persenase 40% yang penghasilan nya 2.500.000 -3.000.000 berjmlah18 orang dengan presentase 36%, yang penghasilan 1.000.000– 500.000 ada 12 orang dengan presentase 24% .


(62)

4.4.Distribusi Jawaban Responden

4.4.1. Distribusi Jawab Responden Atas PeryataanApakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat(P1)

Penjelasan responden atas Pernyataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (P1) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.7).

Tabel 4.7.

Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

(P1)

Pilihan Jawaban Jumlah

Responden

Percent (%)

SS 25 50.0

S 11 22.0

KS 2 4.0

TS 4 8.0

STS 8 16.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.7, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju (SS) pada pernyataan P1 dimana perkembangan kerambah jaring apung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 50.0 % atau sebanyak 25 orang. Itu disebabkan karena kurangnya wisatawan berkunjung ke Danau toba sehingga membuat penduduk kabupaten parapat beralih pekerjaan ke usaha kerambah jaring apung , sebab lebih menguntungkan menjual


(63)

ikan daripada berjualan souvenir , walaupun banyak warga disana mengetahui dampak negative dari kerambah apung tersebut .

4.4.2. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba (P2)

Penjelasan responden atas Pernyataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba

(P2) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.8). Tabel 4.8.

Penjelasan Responden Atas Peryataan Apakah Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba

(P2)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 13 26.0

S 33 66.0

KS 2 4.0

TS 1 2.0

STS 1 2.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.8, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju (S) pada pernyataan P2 dimana Perkembangan kerambah jaring apung dapat merusak keindahan Danau Toba. Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni


(64)

sebesar 66.0 % atau sebanyak 33 orang. Hal ini terjadi karena letak dan susunan kerambah jaring apung di danau toba sangat banyak dan tidak beraturan sehinnga merusak pemandangan yang indah di danau toba . Tidak hanya pemandangan yang terganggu , kualitas air danau toba juga tidak sebersih dulu lagi . Banyak turis mancanegara yang mengeluh gatal-gatal setelah selesai berenang di danau toba . 4.4.3. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3)

Penjelasan responden atas Pernyataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.9).

Tabel 4.9.

Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 8 16.0

S 22 44.0

KS 10 20.0

TS 10 20.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.9, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju (S) pada pernyataan P1 dimana Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu


(65)

pergerakan transportasi kapal (P3). Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 44.0 % atau sebanyak 22 orang. Itu disebabkan karena susunan dan letak yang tidak beraturan serta letaknya dekat dengan daerah penginapan wisatawan, kebanyakan berasal dari kerambah jaring apung milik masyarakat danau toba kecamatan parapat itu sendiri. Selain itu juga , jumlah kerambah jaring apung yang semakin lama semakin banyak.

4.4.4. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)

Penjelasan responden atas Pernyataan Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P4) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.10).

Tabel 4.10

Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat meningkatkan pendapatan masyarakat (P4)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 10 20.0

S 27 54.0

KS 2 4.0

TS 4 8.0

STS 7 14.0

Total 50 100.0


(66)

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4. 10, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan sangat setuju (S) pada pernyataan P1 dimana Perkembangan kerambah jaring apung mengganggu pergerakan transportasi kapal (P3). Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 44.0 % atau sebanyak 22 orang. Itu disebabkan karena susunan dan letak yang tidak beraturan serta letaknya dekat dengan daerah penginapan wisatawan, kebanyakan berasal dari kerambah jaring apung milik masyarakat danau toba kecamatan parapat itu sendiri. Selain itu juga , jumlah kerambah jaring apung yang semakin lama semakin banyak.

4.4.5. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5)

Penjelasan responden atas Pernyataan Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.11).

Tabel 4.11

Penjelasan Responden Atas Peryataan Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5)

Pilihan Jawaban Jumlah responden Percent (%)

Valid

SS 10 20.0

S 29 58.0

KS 8 16.0

TS 3 6.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.11, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang


(67)

menyatakan setuju (S) pada pernyataan P5 dimana Limbah solar dari kapal boat merusak lingkungan (P5) Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 58.0 % atau sebanyak 29 orang. Itu disebabkan karena kandungan dari solar tersebut , yang merusak kejernihan air danau toba . jika air danau toba sudah mulai tercemar oleh limbah solar , maka ekosistem di dalam danau juga akan terganggu , habitat-habitat ikan kecil juga akan tercemar. Namun solar yang digunakan untuk menjalan kan kapal boat diperlukan sebagai alat transportasi yang memunculkan minat wisatawan agar berkunjung ke danau toba.

4.4.6. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)

Penjelasan responden atas Pernyataan Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.12).

Tabel 4.12

Penjelasan Responden Atas Peryataan Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 3 6.0

S 15 30.0

KS 10 20.0

TS 22 44.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.12, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan tidak setuju (TS) pada pernyataan P6 dimana Keberadaan kapal boat berdampak negative


(68)

terhadap habitat ikan (P6) Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 44.0 % atau sebanyak 22 orang. Menurut masyarakat atau responden yang saya

wawancarai , penyebab utama yang mennganggu habitat ikan adalah limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Ada pula yang menyatakan limbah peternakan babi yang dikelola oleh masyarakat sendiri, sebab limbah-limbah tersebut sangat susah untuk dihancurkan , dan dalam bentuk yang kasat mata atau terlihat oleh mata selain itu jumlah dari limbah tersebut lebih banyak daripada limbah solar dari kapal boat.

4.4.7. Distribuasi Jawab Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)

Penjelasan responden atas Pernyataan Perkembangan kapal boat menarik wisatawan untuk berkunjung (P7) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.13).

Tabel 4.13

Penjelasan Responden Atas Peryataan Perkembangan kapal boat menarik wisatawan untuk berkunjung (P7)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 37 74.0

S 13 26.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.13, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan tidak setuju (TS) pada pernyataan P6 dimana Keberadaan kapal boat berdampak negative terhadap habitat ikan (P6) Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 44.0 % atau sebanyak 22 orang. Menurut masyarakat atau responden yang saya


(69)

wawancarai , penyebab utama yang mennganggu habitat ikan adalah limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Ada pula yang menyatakan limbah peternakan babi yang dikelola oleh masyarakat sendiri, sebab limbah-limbah tersebut sangat susah untuk dihancurkan , dan dalam bentuk yang kasat mata atau terlihat oleh mata selain itu jumlah dari limbah tersebut lebih banyak daripada limbah solar dari kapal boat.

4.4.8. Distribuasi Jawab Responden Atas PeryataanLahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8)

Penjelasan responden atas Pernyataan Lahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8) terlihat pada tabel sebagai berikut (Tabel 4.14).

Tabel 4.14

Penjelasan Responden Atas PeryataanLahan pertanian meningkatkan pendapatan masyarakat (P8)

Pilihan Jawaban Jumlah Responden Percent (%)

Valid

SS 17 34.0

S 18 36.0

KS 7 14.0

TS 7 14.0

STS 1 2.0

Total 50 100.0

Sumber: Data Primer diolah

Dari keterangan yang diperoleh atas rekapitulasi jawaban responden pada tabel 4.14, dapat dijelaskan bahwa banyak responden yang menyatakan setuju (S) pada pernyataan P8, dimana Lahan pertanian meningkatkan pendapatan

masyarakat (P8) . Hal ini sesuai dengan frekuensi jawaban yakni sebesar 36.0 % atau sebanyak 18 orang.sebagian masyarakat parapat mecari pekerjaan tambahan seperti


(1)

P10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SS 4 8.0 8.0 8.0

S 15 30.0 30.0 38.0

KS 8 16.0 16.0 54.0

TS 14 28.0 28.0 82.0

STS 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SS 27 54.0 54.0 54.0

S 17 34.0 34.0 88.0

KS 4 8.0 8.0 96.0

TS 2 4.0 4.0 100.0


(2)

P12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SS 17 34.0 34.0 34.0

S 22 44.0 44.0 78.0

KS 2 4.0 4.0 82.0

TS 8 16.0 16.0 98.0

STS 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SS 17 34.0 34.0 34.0

S 19 38.0 38.0 72.0

KS 10 20.0 20.0 92.0

TS 4 8.0 8.0 100.0


(3)

LAMPIRAN V

HASIL REGRESI

Kersakan Lingkngan (Y1)

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

Perkembangan kerambah jaring ap

u

ng, kapal boa

t, penggaraan lahan,

hotel

. Enter

a. Dependent Variable: Ker

u

sakan Lingk

u

ngan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

1 .906a .820 .804


(4)

ANOVAa

Model Sum of Squares Mean Square F Sig.

1 Regression 605.880 151.470 151.470 .000b

Residual 132.940 2.954

Total

738.820

a. Dependent Variable: Ker

u

sakan Lingk

u

ngan

b. Predictors: (Constant), kerambah jaring ap

un

g, kapal boa

t

, penggarapan lahan, ho

t

el

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t T tabel Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.749 1.317 3.605 2.012 .001

kerambah jaring ap

un

g

1.966 .314 .503 6.267

2.012

.000

boa

t

1.372 .321 .275 4.270 2.012 .000

penggarapan

lahan 1.533 .296 .344 5.181

2.012

.000

ho

t

el 1.273 .330 .307 3.854 2.012 .000


(5)

Pendapa

t

an (Y1)

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Ker

u

sakan Lingk

u

ngan . Enter

a. Dependent Variable: pendapatan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

1 .399a .591 .411

a. Predictors: (Constant), Ker

u

sakan Lingk

u

ngan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F F tabel Sig.

1

Regression 4.654 1 4.654 9.072 2.557 .004b

Residual 24.626 48 .513

Total 29.280 49

a. Dependent Variable: Pendapatan


(6)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t T tabel Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3.703 .535 6.919 2.012 .000

K.Ling -.079 .026 -.399 -3.012 2.012 .004


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

3 67 85

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 43 85

Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

1 80 144

Potensi Danau Siais Sebagai Objek Wisata Tapanuli Selatan

0 30 53

Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

40 204 117

Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)

2 48 94

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 19

KATA PENGANTAR - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 4 18

Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertambangan - Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 20