Hubungan Status Nutrisi dengan Prestasi Akademik pada Remaja

  HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

REMAJA TESIS

  Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak

  Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

  akademik pada remaja Nama Mahasiswa : Regia Sabaraty Sinurat Nomor Induk Mahasiswa : 107103017 Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui

Komisi Pembimbing

  

Ketua

Dr. Hj. Tiangsa Sembiring, MKed(Ped), Sp.A(K)

Anggota

Dr. H. Emil Azlin, MKed(Ped), Sp.A(K)

  Program Magister Kedokteran Klinik Sekretaris Program Studi Dekan Dr. Murniati Manik,MSc,SpKK,SpG(K) NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001 Prof.Dr.Gontar A. Siregar,SpPD,KGEH,FInaSIM Tanggal lulus : 28 April 2015

  

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK

PADA REMAJA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

  Medan, April 2015 Regia Sabaraty Sinurat

  Tanggal : 28 April 2015 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K).......................... Anggota : 1. dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) ..........................

  2. Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog .......................... 3. dr. Lily Irsa, SpA(K) .......................... 4. dr. Tina Christina L.Tobing, M.Ked(Ped), SpA(K)...................

  Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

  Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK- USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

  Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

  Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Pembimbing utama dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K) dan Pembimbing II dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

  2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan penguji yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

  3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.H.Syahril Pasaribu DTM&H, M.Sc(CTM),SpA(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya Prof.Dr.H.Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dan Dekan FK USU Prof.Dr.Gontar A Siregar, Sp.PD, KGEH, FInaSIM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU.

  4. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr. Nelly Rosdiana, M.Ked(Ped), SpA(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan perbaikan pada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

  5. Dr. Tri Faranita, M.Ked(Ped), SpA, dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA, yang telah memberikan saran, masukan, bantuan dan referensi yang sangat berharga dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

  6. Dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU dan Dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), SpA, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

  7. Dr. Inke Nadia D. Lubis, M.Ked(Ped), SpA, yang telah banyak memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran, sehingga penelitian ini terselesaikan dengan baik.

  8. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP

  H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

  9. Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Tanjung Tiram, Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Talawi, beserta para guru, orang tua dan murid atas keramahtamahan, peran serta dan bantuannya dalam pelaksanaan survei pendahuluan dan penelitian ini.

  10. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan kepada penulis dalam pengolahan dan analisis data penelitian ini.

  11. Teman-teman yang tidak mungkin bisa penulis lupakan yang telah membantu dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr.

  Suryani Margono, dr. Sylvia Jiero, dr. Dwi Novianty, dr. Ghazali Ahmad Siregar, dr. Febriyanti Mobilina, dr. Rahmad Sumiko, dr. Silvia Yasmin Lubis, dr. Bebi Trianita Sari, dr. Poppy Indriasari, dr. Dewi Angreany, dan teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Anak yang tak dapat sebutkan satu persatu namanya disini, semoga Tuhan YME memberkati.

  12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini. Kepada yang sangat penulis cintai dan hormati, Ayahanda (Alm.) St. Drs. Gustaf Oberlin Sinurat, dan Ibunda P. br Sitorus, Ayahanda mertua Drs. Charles Simanjuntak dan Ibunda mertua Tiodor, para kakanda, adinda serta seluruh keluarga tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih tak terhingga penulis ucapkan atas do’a serta dukungan moril dan materil yang tidak pernah putus. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

  Terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada suami terkasih, dr. Octo Tumbur Simanjuntak, atas doa, bantuan tenaga, waktu dan buah pikiran dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengertian tak terhingga dalam menerima segala kesibukan rutinitas yang harus penulis jalani selama masa pendidikan terkhusus dalam penyelesaian penelitian dan tesis ini.

  Terkhusus kepada ananda tercinta Josiah Oloan Simanjuntak, terima kasih sayangku, atas kebaikan hati dan pengertianmu, senyum dan tawamu yang memberi kekuatan dan semangat selama melakukan penelitian ini, kiranya Tuhan YME senantiasa melindungi dan member berkat serta kesehatan kepadamu.

  Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

  Medan, April 2015 Regia Sabaraty Sinurat Lembar persetujuan pembimbing iii

  Lembar Pernyataan iv

  2.6. Kerangka Konseptual

  7

  2.2.1. Karakteristik remaja

  8

  2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

  10

  2.3. Prestasi akademik

  12

  2.4. Aptitude Test

  14

  2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik

  22 pada remaja

  25 BAB 3. METODE PENELITIAN

  6

  3.1. Desain penelitian

  26

  3.2. Waktu dan tempat penelitian

  26

  3.2.1. Waktu penelitian

  26

  3.2.2. Tempat penelitian

  26

  3.3. Populasi dan sampel penelitian

  26

  3.3.1. Populasi target

  2.2. Periode remaja

  2.1.2. Antropometri

  Ucapan terima kasih vi

  1.3. Hipotesis

  Daftar isi xi

  Daftar tabel xiii

  Daftar gambar xiv

  Daftar singkatan xv

  Daftar lambang xvi

  Abstrak xvii

  BAB 1. PENDAHULUAN

  1.1. Latar belakang

  1

  1.2. Rumusan masalah

  4

  4

  6

  1.4. Tujuan penelitian

  4

  1.4.1. Tujuan umum

  4

  1.4.2. Tujuan khusus

  4

  1.5. Manfaat Penelitian

  4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Status nutrisi

  6

  2.1.1. Definisi status nutrisi

  26

  3.3.2. Populasi terjangkau

  26

  3.3.3. Sampel

  27

  3.4. Perkiraan besar sampel

  27

  3.5. Pengambilan sampel

  28

  3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi

  28

  3.6.1. Kriteria inklusi

  28

  3.6.2. Kriteria eksklusi

  28

  3.7. Persetujuan/ Informed Consent

  29

  3.8. Etika penelitian

  29

  3.9. Cara kerja dan alur penelitian

  29

  3.9.1. Cara kerja penelitian

  29

  3.9.2. Alur penelitian

  32

  3.10. Identifikasi variabel

  33

  3.11. Definisi operasional

  33

  3.12. Pengolahan dan analisis data

  36 BAB 4. HASIL

  37 BAB 5. PEMBAHASAN

  43 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

  6.1. Kesimpulan

  50

  6.2. Saran

  50 Ringkasan

  52 Daftar Pustaka

  56 Lampiran

  1. Personil penelitian

  2. Biaya penelitian

  3. Jadwal penelitian

  4. Lembar penjelasan kepada responden

  5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

  6. Surat Mohon Izin Penelitian

  7. Surat Keterangan dari Sekolah

  8. Lembaran Kuisioner penelitian

  9. Lembaran Grafik CDC 2000

  10. Lembaran absensi sekolah

  11. Lembaran daftar nilai raport

  12. Lembaran Hasil pemeriksaan Tes Aptitude

  13. Surat Keterangan Persetujuan Komite Etik

  14. Riwayat hidup

  15. Tabel data subyek penelitian

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT

  22 Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian

  38 Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan total nilai rapor)

  40 Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA)

  41 Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan

  Aptitude test

  42

Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik

  13 Gambar 2.6. Kerangka konseptual

  25 Gambar 3.9.2. Alur penelitian

  32 Gambar 4.1. Grafik batang status nutrisi

  39 AR : Abstract reasoning BB : Berat badan BB/TB : Berat badan menurut tinggi badan BB/U : Berat badan menurut umur CDC : Centre for Disease Control CSA : Clerical speed accuracy DAT : Differential Aptitude Test dkk : dan kawan-kawan dll : dan lain-lain FACT : Flanagan Aptitude Classification Test FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GATB : General Aptitude Test Batteries GRE : Graduate Record Examination

  IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

  IQ : Intelligence Quotient kkal : kilo kalori MR : Mechanical reasoning NA : Numerical ability OSAS : Obstructive Sleep Apnoe Syndrome PB : Panjang badan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SD : Standar Deviasi SD : Sekolah Dasar SEANUTS : South East Asian Nutrition Survey SMP : Sekolah Menengah Pertama SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri SMA : Sekolah Menengah Atas SMU : Sekolah Menengah Umum SPSS : Statistical Product and Service Solutions SR : Space relation TB : Tinggi badan TPA : Tes Potensi Akademik USA : United States of America

  VR : Verbal reasoning WHO : World Health Organization

  % : persen N : besar sampel Z

  (1- α/2) :

  deviat baku alpha Z

  (1- β) : deviat baku betha

  P : Proporsi P a : Perkiraan proporsi P -P a : Beda proporsi P : tingkat kemaknaan R : korelasi

  

Latar Belakang . Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu,

  status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

  Tujuan . Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja. Metode .

  Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

  Hasil

  . Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

  Kesimpulan

  . Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.

  Kata kunci : status nutrisi, prestasi akademik, IQ

  

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many

  factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

  Objective.

  To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

  Methods.

  We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

  Results.

  One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

  Conclusions.

  There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.

  Keywords:

  nutritional status, academic achievement, IQ

1.1. Latar Belakang

  Masa remaja dianggap sebagai periode transisi dari berakhirnya masa anak menuju dewasa, sebagai individu yang sedang melakukan tugas perkembangan

  1 dalam mencari identitas diri serta dalam proses pendidikan.

  Prestasi akademik pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari internal dan eksternal diri individu. Faktor internal antara lain kondisi fisik

  2

  umum (status nutrisi), minat, motivasi, kepribadian, bakat dan intelegensi. Faktor eksternal antara lain kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya. Interaksi antar berbagai faktor tersebut sebagai determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing-

  3 masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.

  Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya dalam kehidupan

  4

  sosial. Apabila remaja dapat menerima lingkungan teman sebayanya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka hal itu akan berpengaruh positif pada remaja, namun sebaliknya, jika remaja tidak dapat

  5 membedakan, maka akan mendapatkan hal negatif.

  Status nutrisi sebagai salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi

  6

  prestasi akademik. Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi remaja kurus pada kelompok umur 12 tahun sampai 15 tahun sekitar 11%, sedangkan pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 8.9%. Prevalensi remaja

  7

  pendek pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 31.2%. Malnutrisi dianggap sebagai masalah yang membatasi kemampuan anak untuk belajar dan akibatnya prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nutrisi

  8

  baik. Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009, didapati bahwa jenis kelamin, status nutrisi, pendidikan ayah, pendapatan keluarga perbulan

  2 mempunyai hubungan dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.

  Intelegensi hanya merupakan salah satu faktor internal yang ikut menentukan prestasi akademik. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan inteligensi dalam peranan yang melebihi atau lebih rendah dari proporsi sebenarnya, dan IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, contohnya jika dua orang mempunyai IQ yang sama, belum tentu

  9 prestasi akademik sama.

  Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes intelegensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Definisi bakat tidak jauh berbeda dengan definisi intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Bingham dalam Bennt (1952), bahwa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon melalui latihan. Bakat memperkenalkan suatu kondisi yang menunjukkan potensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi bergantung pada kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan

  10 untuk memanfaatkan kemampuan ini.

  Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada

  11 tes ini juga dapat dinilai IQ.

  Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

  1.2. Rumusan Masalah

  Bagaimana hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja?

  1.3. Hipotesis Terdapat hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

  1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

  : Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

  : 1.4.2.a. Untuk mengetahui status nutrisi pada remaja.

  1.4.2.b. Untuk mengetahui prestasi akademik pada remaja. 1.4.2.c. Untuk mengetahui golongan IQ pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

  1.5.1. Di bidang akademik / ilmiah : menambah pengetahuan di bidang nutrisi dan penyakit metabolik anak, khususnya mengenai status nutrisi sebagai salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik pada remaja.

  1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, peneliti dapat memberikan masukan, agar anak sejak kecil diberikan asupan nutrisi yang baik.

  1.5.3. Untuk pihak sekolah: meningkatkan pengetahuan para pendidik, penyelenggara pendidikan (pemerintah/ swasta), peserta didik beserta para wali mengenai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, sehingga kelak tercapai cita-cita mulia sebagai generasi penerus bangsa.

2.1. Status Nutrisi

  2.1.1. Definisi status nutrisi

  Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat melalui

  12

  indikator status nutrisi. Prinsip penentuan status nutrisi dengan pemeriksaan antropometri dengan menentukan proporsi berat badan (BB) menurut tinggi badan

  13 (TB) atau panjang badan (PB) sesuai dengan jenis kelamin.

  Klasifikasi status nutrisi diperoleh dengan perhitungan persentase BB

  13

  aktual terhadap BB ideal (BB/TB) yaitu :

  1. Obesitas : BB/TB > 120%

  2. Nutrisi lebih (overweight) : BB/TB > 110% sampai 120%

  3. Nutrisi normal : BB/TB > 90% sampai 110%

  4. Malnutrisi ringan-sedang : BB/TB > 70% sampai 90% 5. Malnutrisi buruk : BB/TB < 70%.

  2.1.2. Antropometri

  Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan dan

  14

  kesejahteraan secara umum. Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia, dalam hal ini dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Antropometri digunakan untuk mengukur status nutrisi individu dan populasi serta merupakan refleksi status sosio-ekonomi. Pengukuran antropometri yang akurat, sahih dan dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang sesuai. Semua pengukuran variabel pertumbuhan harus diulang tiga kali dan diambil nilai

  13 reratanya.

  Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin dan tinggi badan untuk menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan

  15 status nutrisi jangka panjang.

  2.2 . Periode Remaja

Karakteristik pemikiran remaja berupa perkembangan kognitif sosial, dimana

remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa

orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun

  4 dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.

  16 Beberapa ciri pemikiran operasional formal pada remaja:

  • • Abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau

    dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
  • • Idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain dan

    dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standar-

    standar ideal ini.

  • • Logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan

    jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

2.2.1. Karakteristik remaja

  Menurut World Health Organization (WHO), definisi remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual, yang mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih

  1 mandiri.

  Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ reproduksi sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

  15

  tubuh sesuai dengan jenis kelamin. Pada remaja perempuan ditandai dengan

  

menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran

  17

  payudara dan pinggul. Pada remaja laki-laki mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian

  4 tertentu seperti di dada, kaki, kumis dan sebagainya.

  Masalah remaja antara lain masalah pribadi dan masalah khas remaja. Masalah pribadi berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai. Masalah

  18

  khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang belum jelas. Tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau

  19,20 gangguan prilaku pada remaja itu sendiri.

  Maturasi otak yang meliputi perubahan volume, struktur serta neurokimia selama masa remaja akan mempengaruhi aspek kognitif. Fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti memori, perencanaan, pemecahan masalah akan mengalami perkembangan selama masa remaja. Maturasi lobus frontal memiliki korelasi erat

  21

  dengan perubahan fungsi kognitif. Perubahan aspek kognitif lainnya selama masa remaja meliputi perbaikan konstruksi visuospasial dan psikomotor yang berkaitan dengan maturasi corpus callosum. Maturasi regio temporal dan oksipital

  22

  berkaitan dengan perbaikan memori visual. Aspek lainnya adalah kemampuan memori verbal yang berkaitan dengan maturasi fasiculus uncinatum sinistra dan lobus parietal. Maturasi pada ekstremitas posterior kapsula interna juga dikaitkan

  23 dengan peningkatan perhatian dan kemampuan berbahasa.

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

  24 Status nutrisi remaja dipengaruhi oleh masukan dan pengeluaran dari makanan.

  Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi besi, serta masalah malnutrisi, baik underweight dan perawakan pendek maupun overweight sampai obesitas dengan ko-morbiditas keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah.

  25 Nutrisi pada masa remaja

  hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:

  26

  1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif serta maturasi seksual.

  2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.

  3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, osteoporosis, dan kanker.

  4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Masalah nutrisi yang sering timbul pada remaja antara lain disebabkan:

  a. Makan tidak teratur Aktivitas yang tinggi pada masa remaja, baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah, menyebabkan remaja tidak jarang makan di luar rumah. Selain itu, tidak jarang remaja makan pagi dan siang dijadikan satu, dengan risiko remaja makan dengan komposisi nutrisi yang tidak seimbang.

  27,28

  Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan status nutrisi.

  29,30

  b. Anoreksia nervosa Hal ini merupakan keadaan psikofisiologik, yang biasanya terlihat pada remaja perempuan, khas ditandai dengan tidak mau atau menolak makanan yang berkepanjangan dan berat. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan tidak bisa diatasi sendiri.

  20 c. Bulimia nervosa Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan BB normal atau mendekati normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan.

  Remaja cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini menjadi masalah serius bila menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah atau

  20,25 aktivitas.

  d. Obesitas Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar kecenderungan menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang penanggulangan obesitas dapat dibuat lebih efektif melalui berbagai

  24 pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olahraga.

  e. Gangguan tingkah laku Makanan dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja, antara lain kekurangan zat besi yang berpengaruh pada daya konsentrasi. Keracunan logam berat, bahan tambahan pada makanan (food additives), alergi makanan

  20 dan minuman beralkohol dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja.

2.3. Prestasi akademik

  Belajar adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungan sekitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa

  31 henti dalam kehidupan manusia.

  Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai akuisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah atau di lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh

  5 para murid sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis. P Fisik Panca Indera

  • R
  • INTERNAL Kondisi Fisik Umum - E

      Variabel Nonkognitif : Psikologis Minat - S

    • - Motivasi - Variabel-variabel A T

      Kepribadian S I Kemampuan kognitif : Kemampuan Khusus (Bakat) -

    • - A
    • Fisik Kemampuan Umum (Intelegensi) - - Kondisi tempat belajar K

        Sarana dan perlengkapan belajar Materi pelajaran - D A EKSTERNAL - Kondisi lingkungan belajar - Sosial - E

        Dukungan sosial I M Pengaruh budaya

        K 3 Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik

        Prestasi akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan,

        32

        dan semacamnya. Tes IQ cenderung lebih berkorelasi dengan tes prestasi daripada dengan nilai di sekolah. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh tergantung pada a) karakteristik tes intelegensi dan tes prestasi yang bersangkutan, b) karakteristik mata pelajaran yang diujikan, dan c) karakteristik

        33 kelompok murid yang dijadikan sampel dalam penelitian.

      2.4. Aptitude Test

        Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan, contoh kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan musikal. Definisi lain dari bakat atau aptitude adalah kemampuan spesifik yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu

        34

        latihan. Suatu tes intelegensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan- kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui melalui tes

        3 intelegensi.

        Potensi yang ada pada diri seseorang diketahui setelah melakukan

        

      Aptitude test. Tes bakat dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang

        dihadapi testee di masa kini secara lebih cermat, baik dalam pendidikan, klinis

        3,35 maupun industri.

        Tujuan mengetahui bakat adalah untuk prediksi, yaitu memprediksi kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang

        36 dituntut oleh suatu lembaga.

        Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, meliputi faktor kematangan fisik/ kedewasaan

        10

        biologis. Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa makin orang dapat mencapai kematangan fisik dan mental maka bakatnya juga akan mengalami perkembangan. Faktor eksternal, yang meliputi lingkungan dan pengalaman. Lingkungan yang baik akan menunjukkan perkembangan bakat

        37 yang ada pada individu yang bersangkutan.

        Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut

        

      Aptitude test. Tujuan Aptitude test untuk membantu individu menyesuaikan

        jurusan atau ekstrakurikuler dalam pendidikan sehingga bakat atau potensinya

        38 dapat diaktualkan secara optimal.

        Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic

        

      Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record

      Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest

      Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest

      10 Survey.

        10,37

        Faktor-faktor yang diungkap oleh tes bakat yaitu:

        a. kemampuan verbal, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan bahasa baik secara lisan atau tulisan.

        b. kemampuan numerikal, yaitu kemampuan ketepatan dan ketelitian memecahkan problem aritmatik/ konsep dasar berhitung.

        c. kemampuan spatial, yaitu kemampuan merancang suatu benda secara tepat.

        d. kemampuan perseptual, yaitu kemampuan mengamati dan memahami gambar dua dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.

        e. kemampuan reasoning, yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah.

        f. kemampuan mekanik, yaitu kemampuan memahami dua konsep mekanik dan fisika.

        g. kemampuan memori, yaitu kemampuan mengingat.

        h. kemampuan clerical, yaitu kemampuan bekerja di bidang administrasi. i. kreativitas, yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan menunjukkan hal yang tidak biasa/ istimewa. j. kecepatan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara cepat terutama untuk pekerjaan yang rutin. k. ketelitian kerja yaitu kemampuan bekerja secara teliti. l. ketahanan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara konsisten.

        Secara garis besar Aptitude test dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

        10

        besar, yaitu:

        2.4.1.1. Multiple Aptitude Batteries, yaitu tes bakat yang mengukur bermacam- macam kemampuan, seperti pengertian bahasa, kemampuan angka- angka, penalaran dalam berhitung, kecepatan dan ketepatan dalam persepsi. Dari hasil tes dapat dilihat kemampuan, kekuatan, dan kelemahan seseorang yang masing-masing dinyatakan dalam angka- angka tersendiri, hasilnya berupa profil angka-angka. Berbeda dengan tes intelegensi umum dimana semua aspek intelegensi keluar sebagai satu angka yaitu IQ. Tes ini termasuk tes bakat yang sudah cukup lama dipakai, yaitu sejak Perang Dunia-I. Yang termasuk jenis kelompok tes

        3,37

        ini antara lain: a) Differential Aptitude Test (DAT), terdiri dari 8 subtes.

        b) General Aptitude Test Battteries (GATB), terdiri dari 9 subtes.

        c) Flanagan Aptitude Classification Test (FACT), terdiri dari 14 subtes.

        2.4.1.2. Special Aptitude Test atau Single Aptitude Test atau tes bakat khusus, yaitu tes yang hanya mengukur satu bakat khusus tertentu. Sebagai

        10

        contoh:

        a) Musical Aptitude Test

        b) Artistical Aptitude Test

        c) Clerical Aptitude Test d) Mathematical Aptitude Test.

      • Differential Aptitude Test (DAT)

        Differential Aptitude Test adalah salah satu seri tes multipel bakat yang paling

        banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah

        10 G.Bennt, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA. Maksud dan tujuan DAT 10,38

        antara lain:

      • Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standar bagi murid-murid.
      • Dirancang untuk bimbingan pendidikan dan vokasional (pekerjaan).
      • Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik).
      • DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu.Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika ke-delapan tes digunakan secara bersamaan. Kedelapan tes jika dikelompokkan maka akan terdiri dari 2 kelompok besar,

        10

        yaitu:

        a. Kelompok Tes Verbal, meliputi:

        1. Verbal Reasoning (VR) atau tes penalaran verbal, dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif

        10 memahami konsep verbal.

        2. Numerical Ability (NA) atau kemampuan aritmatik, dirancang untuk mengukur kemampuan memahami hubungan numerik dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep numerik. Tes ini sangat penting untuk prediksi dalam bidang matematika, fisika, kimia, teknik dan bidang lain yang membutuhkan kemampuan

        10 berpikir secara kuantitatif.

        3. Clerical Speed Accuracy (CSA) atau kecepatan dan keakuratan klerikal, dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian respon dalam tugas-tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin administrasi. Manfaat untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif kecil, tetapi skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam hal keberhasilan, ketepatan, kecepatan dalam

        10 mengerjakan tugas.

        4. Language Usage, bagian-I, Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi dari

        Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupakan

        perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skor rendah pada subtes ini menunjukkan kesulitan

        10 dalam Spelling. bagian-II

        5. Language Usage, , dirancang untuk mengukur kemampuan membedakan tata-bahasa yang baik atau jelek, memahami pemberian tanda baca yang tepat, dan penggunaan kata yang tepat dalam bahasa Inggris. Tes ini lebih menyerupai tes

        10 prestasi jika dibandingkan dengan tes lain.

        b. Kelompok Tes Non-Verbal, meliputi:

        6. Abstract Reasoning (AR) atau penalaran abstrak, dirancang untuk

        mengukur penalaran non-verbal. Dalam setiap butir tes, menuntut pemahaman logis tentang prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengubah diagram dan kemampuan yang membedakan perbedaan yang kecil pada garis, daerah, maupun bentuk. Abstract Reasoning merupakan suplemen VR + NA, guna estimasi intelegensi. Abstract

        Reasoning digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi yang menuntut pemahaman relasi antara benda dan objek.

        Skor AR dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memahami penalaran seseorang jika seseorang mengalami

        10,38 kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada tes VR.

        7. Mechanical Reasoning (MR) atau Penalaran Mekanikal, Tes ini mengukur pemahaman prinsip-prinsip mekanik dan fisika

        10 dalam situasi familiar.

        8. Space Relation (SR) atau Hubungan Spasial atau ruang, Mengukur kemampuan visualisasi terhadap konstruksi objek tiga dimensi, dan tes ini dirancang untuk memprediksi kesuksesan dalam bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur, seni dan dekorasi.

      10 Hasil tes ini dinyatakan dengan angka-angka dengan skala antara 54 atau

        kurang sampai 145 atau lebih, dengan rata-rata (rerata) 100. Semakin tinggi hasil tes seseorang diatas 100, makin tinggi pula kemampuan yang ia miliki untuk dapat mengikuti materi pada jenjang yang lebih tinggi.

        3 Berdasarkan

        pemeriksaan yang dilakukan maka dapat diklasifikasikan skor intelegensi seperti pada tabel 2.1. berikut.

      Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT

        3,10 Skor Golongan Tingkat Intelegensi

        

      Penjelasan

      145+ A Istimewa cerdas Orang berada dalam golongan ini dapat menjadi Member Mensa. Hanya 2% dari jumlah populasi yang mempunyai IQ ini. 130-144 B Sangat cerdas

        115-129 C Cerdas Orang dengan IQ ini mempunyai kemampuan berkarir di bidang sains. Sebagian besar para investor, programmer, akuntan pengacara dan businessman yang sukses berada di golongan

      ini.

      100-114 D+ Rata-rata atas Orang pada umumnya berasa pada golongan

        IQ ini. Biasanya mereka tidak mempunyai kendala di sekolah, banyak yang sukses masuk universitas dan cukup baik berada di semua profesi. 85-99

        D- Rata-rata bawah 70-84 E Lemah Orang dengan IQ ini mempunyai kesulitan dalam memahami ide/materi abstrak dan dalam mempelajari skill/ketrampilan baru. 55-69 F Sangat lemah <54 G Sangat lemah sekali

      2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja

        Nutrisi penting bagi remaja untuk menunjang pertumbuhan fisik dan mental, serta meningkatkan kecerdasan. Remaja membutuhkan nutrisi baik untuk mendapatkan status nutrisi yang baik, kondisi tubuh optimal dan bugar.

        39 Kecerdasan remaja tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan, melainkan juga ditentukan oleh faktor sosial dan ekonomi serta faktor nutrisi dan

        3

        kesehatan. Faktor sosial dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua, suku, agama. Faktor ekonomi dipengaruhi oleh pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan jumlah anak dalam keluarga. Karakteristik makro ditentukan oleh

        3,6 umur dan jenis kelamin.

        Inteligensia dan prestasi akademik yang rendah telah terbukti berhubungan

        8

        dengan status sosioekonomi rendah. Status sosioekonomi rendah dapat berpengaruh pada perkembangan otak melalui jalur nutrisi yang inadekuat, pendidikan dan kesehatan yang buruk, lingkungan tempat tinggal, kesempatan belajar, interaksi yang kurang hangat serta dapat menimbulkan tekanan mental

        2,8

        yang berat sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, maka diperlukan nutrisi yang adekuat.

        Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menyebabkan

        15