Hubungan Status Nutrisi dengan Prestasi Akademik pada Remaja

(1)

TESIS

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak)

Dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

REGIA SABARATY SINURAT 107103017 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

Judul Penelitian : Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja Nama Mahasiswa : Regia Sabaraty Sinurat

Nomor Induk Mahasiswa : 107103017

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Hj. Tiangsa Sembiring, MKed(Ped), Sp.A(K)

Anggota

Dr. H. Emil Azlin, MKed(Ped), Sp.A(K)

Program Magister Kedokteran Klinik

Sekretaris Program Studi Dekan

Dr. Murniati Manik,MSc,SpKK,SpG(K)

NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001

Prof.Dr.Gontar A. Siregar,SpPD,KGEH,FInaSIM


(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 April 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K)...

Anggota : 1. dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) ...

2. Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog ...

3. dr. Lily Irsa, SpA(K) ...


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir

pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di

FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak

di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan

dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Hj. Tiangsa Sembiring, M.Ked(Ped), SpA(K) dan

Pembimbing II dr. H. Emil Azlin, M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah

memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga

dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu


(7)

dan penguji yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan

penyelesaian tesis ini.

3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.H.Syahril Pasaribu DTM&H,

M.Sc(CTM),SpA(K), serta Rektor Universitas Sumatera Utara sebelumnya

Prof.Dr.H.Chairuddin P Lubis, DTM&H,SpA(K) dan Dekan FK USU

Prof.Dr.Gontar A Siregar, Sp.PD, KGEH, FInaSIM yang telah memberikan

kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di

FK USU.

4. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr. Nelly

Rosdiana, M.Ked(Ped), SpA(K) dan dr. Tina Christina L. Tobing,

M.Ked(Ped), SpA(K) yang telah menguji, memberikan koreksi, saran dan

perbaikan pada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Tri Faranita, M.Ked(Ped), SpA, dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA,

yang telah memberikan saran, masukan, bantuan dan referensi yang

sangat berharga dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

6. Dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU dan Dr. Beby Syofiani

Hasibuan, M.Ked(Ped), SpA, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

7. Dr. Inke Nadia D. Lubis, M.Ked(Ped), SpA, yang telah banyak memberikan

bantuan dan sumbangan pemikiran, sehingga penelitian ini terselesaikan


(8)

8. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RSUP

H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

9. Kepala sekolah SMPN-1 Kecamatan Tanjung Tiram, Kepala sekolah

SMPN-1 Kecamatan Talawi, beserta para guru, orang tua dan murid atas

keramahtamahan, peran serta dan bantuannya dalam pelaksanaan survei

pendahuluan dan penelitian ini.

10. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan

pencerahan kepada penulis dalam pengolahan dan analisis data penelitian

ini.

11. Teman-teman yang tidak mungkin bisa penulis lupakan yang telah

membantu dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr.

Suryani Margono, dr. Sylvia Jiero, dr. Dwi Novianty, dr. Ghazali Ahmad

Siregar, dr. Febriyanti Mobilina, dr. Rahmad Sumiko, dr. Silvia Yasmin

Lubis, dr. Bebi Trianita Sari, dr. Poppy Indriasari, dr. Dewi Angreany, dan

teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Anak yang tak dapat sebutkan satu

persatu namanya disini, semoga Tuhan YME memberkati.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis

ini.

Kepada yang sangat penulis cintai dan hormati, Ayahanda (Alm.) St. Drs.


(9)

Simanjuntak dan Ibunda mertua Tiodor, para kakanda, adinda serta seluruh

keluarga tercinta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih tak

terhingga penulis ucapkan atas do’a serta dukungan moril dan materil yang tidak

pernah putus. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada suami terkasih,

dr. Octo Tumbur Simanjuntak, atas doa, bantuan tenaga, waktu dan buah pikiran

dalam pelaksanaan penelitian ini serta pengertian tak terhingga dalam menerima

segala kesibukan rutinitas yang harus penulis jalani selama masa pendidikan

terkhusus dalam penyelesaian penelitian dan tesis ini.

Terkhusus kepada ananda tercinta Josiah Oloan Simanjuntak, terima kasih

sayangku, atas kebaikan hati dan pengertianmu, senyum dan tawamu yang

memberi kekuatan dan semangat selama melakukan penelitian ini, kiranya Tuhan

YME senantiasa melindungi dan member berkat serta kesehatan kepadamu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, April 2015


(10)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan pembimbing iii

Lembar Pernyataan iv

Ucapan terima kasih vi

Daftar isi xi

Daftar tabel xiii

Daftar gambar xiv

Daftar singkatan xv

Daftar lambang xvi

Abstrak xvii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang 1

1.2. Rumusan masalah 4

1.3. Hipotesis 4

1.4. Tujuan penelitian 4

1.4.1. Tujuan umum 4

1.4.2. Tujuan khusus 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status nutrisi 6

2.1.1. Definisi status nutrisi 6

2.1.2. Antropometri 6

2.2. Periode remaja 7

2.2.1. Karakteristik remaja 8

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi

remaja 10

2.3. Prestasi akademik 12

2.4. Aptitude Test 14

2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik 22 pada remaja

2.6. Kerangka Konseptual 25

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian 26

3.2. Waktu dan tempat penelitian 26

3.2.1. Waktu penelitian 26

3.2.2. Tempat penelitian 26

3.3. Populasi dan sampel penelitian 26


(11)

3.3.2. Populasi terjangkau 26

3.3.3. Sampel 27

3.4. Perkiraan besar sampel 27

3.5. Pengambilan sampel 28

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 28

3.6.1. Kriteria inklusi 28

3.6.2. Kriteria eksklusi 28

3.7. Persetujuan/ Informed Consent 29

3.8. Etika penelitian 29

3.9. Cara kerja dan alur penelitian 29

3.9.1. Cara kerja penelitian 29

3.9.2. Alur penelitian 32

3.10. Identifikasi variabel 33

3.11. Definisi operasional 33

3.12. Pengolahan dan analisis data 36

BAB 4. HASIL 37

BAB 5. PEMBAHASAN 43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 50

6.2. Saran 50

Ringkasan 52

Daftar Pustaka 56

Lampiran

1. Personil penelitian 2. Biaya penelitian 3. Jadwal penelitian

4. Lembar penjelasan kepada responden

5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 6. Surat Mohon Izin Penelitian

7. Surat Keterangan dari Sekolah 8. Lembaran Kuisioner penelitian 9. Lembaran Grafik CDC 2000 10. Lembaran absensi sekolah 11. Lembaran daftar nilai raport

12. Lembaran Hasil pemeriksaan Tes Aptitude 13. Surat Keterangan Persetujuan Komite Etik 14. Riwayat hidup

15. Tabel data subyek penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT 22

Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian 38

Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik

(berdasarkan total nilai rapor) 40

Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik

(berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan IPA) 41

Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan

Aptitude test 42


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram faktor yang mempengaruhi prestasi akademik 13

Gambar 2.6. Kerangka konseptual 25

Gambar 3.9.2. Alur penelitian 32


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AR : Abstract reasoning

BB : Berat badan

BB/TB : Berat badan menurut tinggi badan BB/U : Berat badan menurut umur

CDC : Centre for Disease Control

CSA : Clerical speed accuracy

DAT : Differential Aptitude Test

dkk : dan kawan-kawan

dll : dan lain-lain

FACT : Flanagan Aptitude Classification Test

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara GATB : General Aptitude Test Batteries

GRE : Graduate Record Examination

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IQ : Intelligence Quotient

kkal : kilo kalori

MR : Mechanical reasoning

NA : Numerical ability

OSAS : Obstructive Sleep Apnoe Syndrome

PB : Panjang badan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SD : Standar Deviasi

SD : Sekolah Dasar

SEANUTS : South East Asian Nutrition Survey

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMU : Sekolah Menengah Umum

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SR : Space relation

TB : Tinggi badan

TPA : Tes Potensi Akademik

USA : United States of America

VR : Verbal reasoning


(15)

DAFTAR LAMBANG

% : persen

N : besar sampel

Z (1-α/2) : deviat bakualpha Z (1-β) : deviat baku betha

P0 : Proporsi

Pa : Perkiraan proporsi

P0-Pa : Beda proporsi

P : tingkat kemaknaan


(16)

ABSTRAK

Latar Belakang. Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu, status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

Tujuan. Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

Metode. Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Hasil. Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.


(17)

ABSTRACT

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

Objective. To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

Methods. We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

Results. One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

Conclusions. There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.


(18)

ABSTRAK

Latar Belakang. Prestasi akademik remaja dipengaruhi beberapa faktor yaitu, status nutrisi, demografi dan sosial-ekonomi. Malnutrisi sebagai masalah yang membatasi kemampuan belajar, menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

Tujuan. Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

Metode. Penelitian ini dengan studi sekat lintang, usia 12 sampai 15 tahun dilakukan di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, selama Januari 2015. Status nutrisi dinilai dari pengukuran BB/TB. Prestasi akademik dinilai dari total nilai raport. Skor IQ dinilai dari Aptitude Test yang dilakukan tim Psikologi. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Hasil. Sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini didapati mean usia, pendidikan terakhir ayah dan ibu, pendapatan keluarga perbulan, status nutrisi dan tingkat intelegensi (IQ) yaitu 14.3 tahun, tamatan SMA (37.3% dan 36.5%), kurang dari Rp. 1 juta (41.3%), status nutrisi normal (57.1%), dan IQ rata-rata (85.7%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara obesitas, overweight, dan malnutrisi ringan-sedang dengan prestasi akademik (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik (P=0.003, r=0.342). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor IQ (P=0.540).

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan dengan korelasi lemah antara status nutrisi normal dengan prestasi akademik.


(19)

ABSTRACT

Background. Academic achievement of adolescents are influenced by many factors, such as, nutritional status, demographic and socio- economic. Malnutrition is considered as a problem that limited the ability of learning, and poor academic achievement.

Objective. To investigate the correlation of nutritional status with academic achievement in adolescents.

Methods. We conducted a cross-sectional study on 12 to 15-year-old junior high school students in Batubara, North Sumatera during January 2015. Nutritional status was determined by weight-for-height. Academic achievement was recorded from their school final examination results of school examination. Intelligence quotient (IQ) score was assessed by using Aptitude Test. Data were analyzed with Spearman correlation and Chi-Square test.

Results. One hundred twenty-six subjects involved in this study. We found the mean of age, paternal and maternal education levels, monthly household income, nutritional status, and IQ score were 14.3 years old, senior high school grade education (37.3% and 36.5%), less than IDR 1 million (41.3%), normoweight (57.1%), and above average (85.7%), consecutively. There were no significant correlation between obesity, overweight, and mild-moderate malnutrition with academic achievement (P=0.693, r=-0.167; P=0.927, r=0.023; P=0.899, r=-0.025). There was a weak correlation of normoweight with academic achievement (P=0.003, r=0.342). There was no significant correlation between nutritional status with IQ score (P=0.540).

Conclusions. There was a weak correlation of normoweight with academic achievement in adolescents.


(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja dianggap sebagai periode transisi dari berakhirnya masa anak

menuju dewasa, sebagai individu yang sedang melakukan tugas perkembangan

dalam mencari identitas diri serta dalam proses pendidikan.1

Prestasi akademik pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber

dari internal dan eksternal diri individu. Faktor internal antara lain kondisi fisik

umum (status nutrisi), minat, motivasi, kepribadian, bakat dan intelegensi.2 Faktor eksternal antara lain kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar,

materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh

budaya. Interaksi antar berbagai faktor tersebut sebagai determinan atau penentu

bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan

masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.3

Remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya dalam kehidupan

sosial.4 Apabila remaja dapat menerima lingkungan teman sebayanya membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka hal itu akan

berpengaruh positif pada remaja, namun sebaliknya, jika remaja tidak dapat

membedakan, maka akan mendapatkan hal negatif.5

Status nutrisi sebagai salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi

prestasi akademik.6 Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi remaja kurus pada kelompok umur 12 tahun sampai 15 tahun sekitar 11%, sedangkan pada


(21)

kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 8.9%. Prevalensi remaja

pendek pada kelompok umur 16 tahun sampai 18 tahun adalah 31.2%.7 Malnutrisi dianggap sebagai masalah yang membatasi kemampuan anak untuk belajar dan

akibatnya prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan anak yang nutrisi

baik.8 Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 2009, didapati bahwa jenis kelamin, status nutrisi, pendidikan ayah, pendapatan keluarga perbulan

mempunyai hubungan dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.2 Intelegensi hanya merupakan salah satu faktor internal yang ikut

menentukan prestasi akademik. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap

memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul

anggapan yang menempatkan inteligensi dalam peranan yang melebihi atau lebih

rendah dari proporsi sebenarnya, dan IQ tidak dapat memberikan banyak

informasi, contohnya jika dua orang mempunyai IQ yang sama, belum tentu

prestasi akademik sama.9

Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes intelegensi yang

menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Definisi bakat tidak jauh berbeda dengan

definisi intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Bingham dalam Bennt (1952),

bahwa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang dipandang

sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan atau serangkaian respon melalui latihan. Bakat memperkenalkan

suatu kondisi yang menunjukkan potensi seseorang untuk menunjukkan


(22)

kemampuan belajar individu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan

untuk memanfaatkan kemampuan ini.10

Bakat dapat diukur dengan tes bakat, yang dirancang untuk mengukur

kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan

dalam rentangan tertentu. Bakat tidak sama dengan intelegensi, tetapi intelegensi

menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Intelegensi dapat dipandang sebagai

faktor umum dan bakat adalah faktor khusus. Alat yang digunakan untuk

menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau Aptitude test, dan pada tes ini juga dapat dinilai IQ.11

Seberapa besarkah kontribusi atau peranan faktor status nutrisi

menentukan prestasi akademik? Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka

penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan status nutrisi dengan prestasi

akademik pada remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum : Menilai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja.


(23)

1.4.2. Tujuan khusus :

1.4.2.a. Untuk mengetahui status nutrisi pada remaja.

1.4.2.b. Untuk mengetahui prestasi akademik pada remaja.

1.4.2.c. Untuk mengetahui golongan IQ pada remaja.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik / ilmiah : menambah pengetahuan di bidang nutrisi dan

penyakit metabolik anak, khususnya mengenai status nutrisi sebagai salah

satu faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan prestasi akademik

pada remaja.

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui hubungan status

nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, peneliti dapat memberikan

masukan, agar anak sejak kecil diberikan asupan nutrisi yang baik.

1.5.3. Untuk pihak sekolah: meningkatkan pengetahuan para pendidik,

penyelenggara pendidikan (pemerintah/ swasta), peserta didik beserta para

wali mengenai hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada

remaja, sehingga kelak tercapai cita-cita mulia sebagai generasi penerus


(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Nutrisi

2.1.1. Definisi status nutrisi

Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat melalui

indikator status nutrisi.12 Prinsip penentuan status nutrisi dengan pemeriksaan antropometri dengan menentukan proporsi berat badan (BB) menurut tinggi badan

(TB) atau panjang badan (PB) sesuai dengan jenis kelamin.13

Klasifikasi status nutrisi diperoleh dengan perhitungan persentase BB

aktual terhadap BB ideal (BB/TB) yaitu :13

1. Obesitas : BB/TB > 120%

2. Nutrisi lebih (overweight) : BB/TB > 110% sampai 120% 3. Nutrisi normal : BB/TB > 90% sampai 110%

4. Malnutrisi ringan-sedang : BB/TB > 70% sampai 90%

5. Malnutrisi buruk : BB/TB < 70%.

2.1.2. Antropometri

Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan dan

kesejahteraan secara umum.14 Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia, dalam hal ini dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Antropometri


(25)

refleksi status sosio-ekonomi. Pengukuran antropometri yang akurat, sahih dan

dapat dipercaya memerlukan peralatan dan teknik yang sesuai. Semua

pengukuran variabel pertumbuhan harus diulang tiga kali dan diambil nilai

reratanya.13

Berat badan merupakan penghitungan rerata dari status nutrisi secara umum

yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin dan tinggi badan untuk

menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan

status nutrisi jangka panjang.15

2.2. Periode Remaja

Karakteristik pemikiran remaja berupa perkembangan kognitif sosial, dimana remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun

dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.4

Beberapa ciri pemikiran operasional formal pada remaja:16

• Abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau

dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

• Idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain dan

dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standar-standar ideal ini.


(26)

• Logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan

jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

2.2.1. Karakteristik remaja

Menurut World Health Organization (WHO), definisi remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama

kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai

kematangan seksual, yang mengalami perkembangan psikologi dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih

mandiri.1

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ reproduksi

sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

tubuh sesuai dengan jenis kelamin.15 Pada remaja perempuan ditandai dengan

menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran payudara dan pinggul.17 Pada remaja laki-laki mengalami mimpi basah pertama, pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian

tertentu seperti di dada, kaki, kumis dan sebagainya.4

Masalah remaja antara lain masalah pribadi dan masalah khas remaja.

Masalah pribadi berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah,


(27)

khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status yang belum jelas.18 Tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja ditambah dengan

tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan

timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau

gangguan prilaku pada remaja itu sendiri.19,20

Maturasi otak yang meliputi perubahan volume, struktur serta neurokimia

selama masa remaja akan mempengaruhi aspek kognitif. Fungsi kognitif yang

lebih tinggi seperti memori, perencanaan, pemecahan masalah akan mengalami

perkembangan selama masa remaja. Maturasi lobus frontal memiliki korelasi erat

dengan perubahan fungsi kognitif.21 Perubahan aspek kognitif lainnya selama masa remaja meliputi perbaikan konstruksi visuospasial dan psikomotor yang

berkaitan dengan maturasi corpus callosum. Maturasi regio temporal dan oksipital berkaitan dengan perbaikan memori visual.22 Aspek lainnya adalah kemampuan memori verbal yang berkaitan dengan maturasi fasiculus uncinatum sinistra dan lobus parietal. Maturasi pada ekstremitas posterior kapsula interna juga dikaitkan

dengan peningkatan perhatian dan kemampuan berbahasa.23

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi remaja

Status nutrisi remaja dipengaruhi oleh masukan dan pengeluaran dari makanan.24 Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya

anemia defisiensi besi, serta masalah malnutrisi, baik underweight dan perawakan pendek maupun overweight sampai obesitas dengan ko-morbiditas keduanya


(28)

seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah.25 Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:26

1. Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kognitif serta maturasi seksual.

2. Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.

3. Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular,

diabetes, osteoporosis, dan kanker.

4. Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Masalah nutrisi yang sering timbul pada remaja antara lain disebabkan:

a. Makan tidak teratur

Aktivitas yang tinggi pada masa remaja, baik kegiatan di sekolah maupun di

luar sekolah, menyebabkan remaja tidak jarang makan di luar rumah. Selain

itu, tidak jarang remaja makan pagi dan siang dijadikan satu, dengan risiko

remaja makan dengan komposisi nutrisi yang tidak seimbang.27,28

Kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang

merupakan masalah remaja yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan

status nutrisi.29,30 b. Anoreksia nervosa

Hal ini merupakan keadaan psikofisiologik, yang biasanya terlihat pada remaja

perempuan, khas ditandai dengan tidak mau atau menolak makanan yang

berkepanjangan dan berat. Tidak jarang gangguan psikologis ini menetap dan


(29)

c. Bulimia nervosa

Pada umumnya penderita bulimia mempertahankan BB normal atau mendekati

normal, dengan cara memuntahkan secara periodik makanan yang dimakan.

Remaja cenderung mempunyai pendapat yang tidak realistis terhadap

makanan yang diperlukan oleh tubuh. Keadaan ini menjadi masalah serius bila

menjadi suatu obsesi, sehingga dapat mempengaruhi sekolah atau

aktivitas.20,25 d. Obesitas

Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis

maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar

kecenderungan menjadi obesitas sampai dewasa. Pendidikan tentang

penanggulangan obesitas dapat dibuat lebih efektif melalui berbagai

pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olahraga.24 e. Gangguan tingkah laku

Makanan dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja, antara lain

kekurangan zat besi yang berpengaruh pada daya konsentrasi. Keracunan

logam berat, bahan tambahan pada makanan (food additives), alergi makanan dan minuman beralkohol dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja.20

2.3. Prestasi akademik

Belajar adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis


(30)

dan pada lingkungan sekitarnya maka proses belajar akan selalu terjadi tanpa

henti dalam kehidupan manusia.31

Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar didefinisikan sebagai akuisi

atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang

merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah atau di lembaga pendidikan yang

memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkret, dan diikuti oleh

para murid sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis.5

P R E S T A S I A K A D E M I K INTERNAL EKSTERNAL Fisik Fisik Psikologis Sosial

- Panca Indera - Kondisi Fisik Umum Variabel Nonkognitif : - Minat

- Motivasi - Variabel-variabel

Kepribadian

Kemampuan kognitif :

- Kemampuan Khusus (Bakat) - Kemampuan Umum (Intelegensi)

- Kondisi tempat belajar - Sarana dan perlengkapan

belajar - Materi pelajaran

- Kondisi lingkungan belajar - Dukungan sosial - Pengaruh budaya


(31)

Prestasi akademik dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator

berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan,

dan semacamnya.32 Tes IQ cenderung lebih berkorelasi dengan tes prestasi daripada dengan nilai di sekolah. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh

tergantung pada a) karakteristik tes intelegensi dan tes prestasi yang

bersangkutan, b) karakteristik mata pelajaran yang diujikan, dan c) karakteristik

kelompok murid yang dijadikan sampel dalam penelitian.33

2.4. AptitudeTest

Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas

seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan,

contoh kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan musikal. Definisi lain dari

bakat atau aptitude adalah kemampuan spesifik yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu

latihan.34 Suatu tes intelegensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui melalui tes

intelegensi.3

Potensi yang ada pada diri seseorang diketahui setelah melakukan

Aptitude test. Tes bakat dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testee di masa kini secara lebih cermat, baik dalam pendidikan, klinis maupun industri.3,35

Tujuan mengetahui bakat adalah untuk prediksi, yaitu memprediksi


(32)

masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi. Pada dasarnya

prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang

dituntut oleh suatu lembaga.36

Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat ada dua yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal, meliputi faktor kematangan fisik/ kedewasaan

biologis.10 Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa makin orang dapat mencapai kematangan fisik dan mental maka bakatnya

juga akan mengalami perkembangan. Faktor eksternal, yang meliputi lingkungan

dan pengalaman. Lingkungan yang baik akan menunjukkan perkembangan bakat

yang ada pada individu yang bersangkutan.37

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut

Aptitude test. Tujuan Aptitude test untuk membantu individu menyesuaikan jurusan atau ekstrakurikuler dalam pendidikan sehingga bakat atau potensinya

dapat diaktualkan secara optimal.38

Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang

tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.10


(33)

Faktor-faktor yang diungkap oleh tes bakat yaitu:10,37

a. kemampuan verbal, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan

bahasa baik secara lisan atau tulisan.

b. kemampuan numerikal, yaitu kemampuan ketepatan dan ketelitian

memecahkan problem aritmatik/ konsep dasar berhitung.

c. kemampuan spatial, yaitu kemampuan merancang suatu benda secara

tepat.

d. kemampuan perseptual, yaitu kemampuan mengamati dan memahami

gambar dua dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.

e. kemampuan reasoning, yaitu kemampuan memecahkan suatu masalah. f. kemampuan mekanik, yaitu kemampuan memahami dua konsep mekanik

dan fisika.

g. kemampuan memori, yaitu kemampuan mengingat.

h. kemampuan clerical, yaitu kemampuan bekerja di bidang administrasi.

i. kreativitas, yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan

menunjukkan hal yang tidak biasa/ istimewa.

j. kecepatan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara cepat terutama untuk

pekerjaan yang rutin.

k. ketelitian kerja yaitu kemampuan bekerja secara teliti.

l. ketahanan kerja, yaitu kemampuan bekerja secara konsisten.

Secara garis besar Aptitude test dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu:10


(34)

2.4.1.1. Multiple Aptitude Batteries, yaitu tes bakat yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti pengertian bahasa, kemampuan

angka-angka, penalaran dalam berhitung, kecepatan dan ketepatan dalam

persepsi. Dari hasil tes dapat dilihat kemampuan, kekuatan, dan

kelemahan seseorang yang masing-masing dinyatakan dalam

angka-angka tersendiri, hasilnya berupa profil angka-angka-angka-angka. Berbeda dengan

tes intelegensi umum dimana semua aspek intelegensi keluar sebagai

satu angka yaitu IQ. Tes ini termasuk tes bakat yang sudah cukup lama

dipakai, yaitu sejak Perang Dunia-I. Yang termasuk jenis kelompok tes

ini antara lain: 3,37

a) Differential Aptitude Test (DAT), terdiri dari 8 subtes.

b) General Aptitude Test Battteries (GATB), terdiri dari 9 subtes. c) Flanagan Aptitude Classification Test (FACT), terdiri dari 14 subtes. 2.4.1.2. Special Aptitude Test atau Single Aptitude Test atau tes bakat khusus,

yaitu tes yang hanya mengukur satu bakat khusus tertentu. Sebagai

contoh:10

a) Musical Aptitude Test

b) Artistical Aptitude Test

c) Clerical Aptitude Test

d) Mathematical Aptitude Test.


(35)

Differential Aptitude Test adalah salah satu seri tes multipel bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit

tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah

G.Bennt, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA.10 Maksud dan tujuan DAT antara lain:10,38

• Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standar bagi murid-murid.

• Dirancang untuk bimbingan pendidikan dan vokasional (pekerjaan).

• Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik).

• DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis

pekerjaan tertentu.Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika ke-delapan

tes digunakan secara bersamaan.

Kedelapan tes jika dikelompokkan maka akan terdiri dari 2 kelompok besar,

yaitu:10

a. Kelompok Tes Verbal, meliputi:

1. Verbal Reasoning (VR) atau tes penalaran verbal, dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif

memahami konsep verbal.10

2. Numerical Ability (NA) atau kemampuan aritmatik, dirancang untuk mengukur kemampuan memahami hubungan numerik dan


(36)

memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep numerik.

Tes ini sangat penting untuk prediksi dalam bidang matematika,

fisika, kimia, teknik dan bidang lain yang membutuhkan kemampuan

berpikir secara kuantitatif.10

3. Clerical Speed Accuracy (CSA) atau kecepatan dan keakuratan klerikal, dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian respon

dalam tugas-tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Hasil

tes ini untuk prediksi kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin

administrasi. Manfaat untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif

kecil, tetapi skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam hal keberhasilan, ketepatan, kecepatan dalam

mengerjakan tugas.10

4. Language Usage, bagian-I,

Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi dari

Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupakan perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Skor rendah pada subtes ini menunjukkan kesulitan

dalam Spelling.10

5. Language Usage, bagian-II, dirancang untuk mengukur kemampuan membedakan tata-bahasa yang baik atau jelek,


(37)

yang tepat dalam bahasa Inggris. Tes ini lebih menyerupai tes

prestasi jika dibandingkan dengan tes lain.10

b. KelompokTes Non-Verbal, meliputi:

6. Abstract Reasoning (AR) atau penalaran abstrak, dirancang untuk mengukur penalaran non-verbal. Dalam setiap butir tes, menuntut

pemahaman logis tentang prinsip-prinsip yang digunakan untuk

mengubah diagram dan kemampuan yang membedakan perbedaan

yang kecil pada garis, daerah, maupun bentuk. Abstract Reasoning

merupakan suplemen VR + NA, guna estimasi intelegensi. Abstract Reasoning digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi yang menuntut pemahaman relasi antara benda dan objek.

Skor AR dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk

memahami penalaran seseorang jika seseorang mengalami

kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada tes VR.10,38

7. Mechanical Reasoning (MR) atau Penalaran Mekanikal,

Tes ini mengukur pemahaman prinsip-prinsip mekanik dan fisika

dalam situasi familiar.10

8. Space Relation (SR) atau Hubungan Spasial atau ruang,

Mengukur kemampuan visualisasi terhadap konstruksi objek tiga


(38)

bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur, seni dan

dekorasi.10

Hasil tes ini dinyatakan dengan angka-angka dengan skala antara 54 atau

kurang sampai 145 atau lebih, dengan rata-rata (rerata) 100. Semakin tinggi

hasil tes seseorang diatas 100, makin tinggi pula kemampuan yang ia miliki

untuk dapat mengikuti materi pada jenjang yang lebih tinggi.3 Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan maka dapat diklasifikasikan skor intelegensi

seperti pada tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Klasifikasi skor intelegensi berdasarkan DAT3,10

Skor Golongan Tingkat Intelegensi

Penjelasan

145+ A Istimewa

cerdas

Orang berada dalam golongan ini dapat menjadi Member Mensa. Hanya 2% dari jumlah populasi yang mempunyai IQ ini.

130-144 B Sangat cerdas

115-129 C Cerdas Orang dengan IQ ini mempunyai kemampuan

berkarir di bidang sains. Sebagian besar para

investor, programmer, akuntan pengacara dan

businessman yang sukses berada di golongan ini.

100-114 D+ Rata-rata atas Orang pada umumnya berasa pada golongan

IQ ini. Biasanya mereka tidak mempunyai kendala di sekolah, banyak yang sukses masuk universitas dan cukup baik berada di semua profesi.

85-99 D- Rata-rata

bawah

70-84 E Lemah Orang dengan IQ ini mempunyai kesulitan

dalam memahami ide/materi abstrak dan dalam mempelajari skill/ketrampilan baru.

55-69 F Sangat lemah

<54 G Sangat lemah

sekali

2.5. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja

Nutrisi penting bagi remaja untuk menunjang pertumbuhan fisik dan mental, serta

meningkatkan kecerdasan. Remaja membutuhkan nutrisi baik untuk mendapatkan


(39)

tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan,

melainkan juga ditentukan oleh faktor sosial dan ekonomi serta faktor nutrisi dan

kesehatan.3 Faktor sosial dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orangtua, suku, agama. Faktor ekonomi dipengaruhi oleh pekerjaan orangtua, pendapatan

orangtua dan jumlah anak dalam keluarga. Karakteristik makro ditentukan oleh

umur dan jenis kelamin.3,6

Inteligensia dan prestasi akademik yang rendah telah terbukti berhubungan

dengan status sosioekonomi rendah.8 Status sosioekonomi rendah dapat berpengaruh pada perkembangan otak melalui jalur nutrisi yang inadekuat,

pendidikan dan kesehatan yang buruk, lingkungan tempat tinggal, kesempatan

belajar, interaksi yang kurang hangat serta dapat menimbulkan tekanan mental

yang berat sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif anak.2,8 Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik, maka diperlukan nutrisi yang adekuat.

Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menyebabkan

masalah nutrisi.15 Keadaan malnutrisi dapat mengakibatkan anak mudah mengantuk dan kurang bergairah, yang dapat mengganggu proses belajar di

sekolah dan menurunkan prestasi akademik, daya pikir anak berkurang

disebabkan pertumbuhan otak tidak optimal. Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap

tingkat kecerdasan anak, dimulai usia tiga tahun sampai remaja.2,30

Remaja yang mengalami malnutrisi akan mengalami retardasi fisik dan


(40)

kecil karena sebelumnya menderita malnutrisi, akan menjadi remaja yang tidak

responsif, sulit berkonsentrasi, sulit berkomunikasi, tidak energik dan mempunyai

IQ yang rendah, sehingga kemampuan akademik juga rendah.2,6

Remaja harus mendapat nutrisi yang baik untuk dapat mengimbangi

pertumbuhan dan perkembangan pesat, diantaranya adalah perkembangan

intelektual. Pada masa remaja terjadi peningkatan kemampuan berpikir abstrak

dan imajinasi.16 Malnutrisi kronik yang mengakibatkan perawakan pendek dapat menyebabkan rendahnya kompetensi intelektual pada remaja.2 Berdasarkan beberapa penelitian, anak dengan status nutrisi baik mempunyai IQ lebih tinggi

(diatas rata-rata) dibandingkan terhadap anak dengan malnutrisi (mild dan

moderate malnutrition).2,8,32 Status nutrisi turut berperan dalam menentukan intelegensi remaja selain oleh faktor genetik, faktor lingkungan, faktor sosial


(41)

Faktor Nutrisi dan Kesehatan Faktor Sosial dan Ekonomi

2.6. Kerangka Konseptual

kem

Status nutrisi remaja berdasarkan antropometri (BB/TB)

Riwayat masalah nutrisi remaja :

- Makan tidak teratur

- Anoreksia nervosa

- Bulimia nervosa

- Obesitas

- Gangguan tingkah laku

Karakteristik makro :

- Umur

- Jenis kelamin

Prestasi Akademik

Faktor Sosial :

- Tingkat pendidikan orangtua

- Suku

- Agama

Faktor Ekonomi :

- Pekerjaan orangtua

- Pendapatan orangtua

- Jumlah anak dalam keluarga

Faktor Lingkungan pergaulan Faktor Genetik

Aptitude test (DAT)


(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sekat lintang, untuk menilai hubungan status nutrisi

terhadap prestasi akademik pada remaja.

3.2. Waktu dan tempat penelitian 3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015.

3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada dua SMP di Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera

Utara, yaitu SMPN-1 Tanjung Tiram dan SMPN-1 Talawi.

3.3. Populasi dan sampel penelitian 3.3.1. Populasi target

Populasi target adalah remaja yang duduk di bangku SMP di Kabupaten Batubara,

Propinsi Sumatera Utara.

3.3.2. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi target yang berada di Kabupaten Batubara,


(43)

3.3.3. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian.

3.4. Perkiraan Besar Sampel40

(

)

(

)

2 2 ) 1 ( ) 2 / 1

( (1 ) ) (1 )

a o a a o o P P P P Z P P Z n − − + −

≥ −α −β

Dimana :

N = besar sampel

) 2 / 1 (−α

Z = deviat baku alpha. utk α= 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

tingkat kepercayaan 95%

) 1 (−β

Z = deviat baku betha. utk β= 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282

Power (kekuatan penelitian) 90%

0

P = proporsi status nutrisi baik pada remaja 0.205 (20.5%)2

a

P = perkiraan proporsi status nutrisi baik pada remaja yang diteliti, sebesar =

0.325 (32.5 %)

a P

P

0 = beda proporsi yang signifikan ditetapkan sebesar 0,12 Berdasarkan perhitungan sampel minimal adalah 120 orang.


(44)

3.5. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel digunakan dengan consecutive sampling, diambil dari daftar absen murid kelas VIII dan IX pada 4 kelas, di 2 sekolah SMPN di Kabupaten

Batubara.

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.6.1. Kriteria inklusi

• Semua murid SMP kelas VIII dan IX masing-masing SMPN-1 Talawi dan SMPN-1 Tanjung Tiram.

3.6.2. Kriteria eksklusi

• Sampel yang mengurangi diet dan menggunakan obat penurun nafsu makan

• Sampel dengan kebiasaan memuntahkan makanan yang dimakan secara periodik.

• Sampel dengan gangguan tingkah laku.

• Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian baik itu pada saat pengukuran tinggi dan berat badan, serta pemeriksaan Aptitude test.

3.7. Persetujuan / Informed Consent

Semua sampel penelitian telah disetujui oleh orang tua secara tertulis, yang

sebelumnya telah dilakukan penjelasan kepada seluruh remaja dengan bahasa


(45)

3.8. Etika penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9. Cara kerja dan alur penelitian 3.9.1. Cara kerja penelitian

1. Sosialisasi dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai

penelitian dan tata cara pengisian lembar kuisioner serta pembagian

lembar kuisioner dan naskah penjelasan dilakukan pada setiap kelas

satu hari sebelum penelitian.

2. Sampel diberikan waktu satu hari untuk mengisi lembaran kuisioner di

rumah (lembaran kuisioner berisi data pribadi, penilaian terhadap

kriteria inklusi dan eksklusi, serta variabel-variabel yang mempengaruhi

intelegensi. Contoh lembaran kuisioner terlampir).

3. Berat badan ditimbang dengan menggunakan alat penimbang Camry

yang telah ditera sebelumnya dengan kapasitas sampai 125 kg.

Pencatatan dilakukan dalam kg dengan desimal (sensitif sampai 0.5

kg). Semua sampel penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki,

hanya pakaian seragam, pada tempat yang rata, dengan keakuratan

0.1 kg, dengan 3 kali penimbangan, lalu diambil reratanya.

4. Tinggi badan diukur dengan pita mikrotoise terbuat dari metal, dengan


(46)

datar setinggi 2 meter. Angka 0 (nol) berada di lantai yang datar rata.

Sampel berdiri pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa

alas kaki, tumit, bokong, punggung dan kepala bagian belakang harus

menempel pada dinding dan pandangan lurus ke depan. Menurunkan

mikrotoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus

menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi

badan, pembatas mikrotoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas

kepala.

5. Status nutrisi ditentukan dengan memplotkan berat badan dan tinggi

badan ke dalam kurva berat badan menurut tinggi badan CDC tahun

2000, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik keseluruhan.

6. Prestasi akademik diambil dari nilai raport semester ganjil tahun ajaran

2014 yang diminta dari masing-masing wali kelas murid.

7. Tingkatan Intelegensi (skor IQ) diperoleh dari data sekunder hasil

pemeriksaan tes DAT yang meliputi Pengetahuan Bahasa,

Pengetahuan Pasti, Pengetahuan Umum, IQ, Intelegensi Non-Verbal

dan Intelegensi Verbal, yang dinilai oleh 1 tim Psikolog dari Yayasan

Gamasta Yogyakarta yang berpengalaman, dengan metode Aptitude test, di dalam ruangan yang tenang, yaitu di dalam perpustakaan sekolah dan laboratorium, secara bergantian.

8. Anamnesis terhadap orangtua dilakukan melalui telepon untuk


(47)

9. Data yang diperoleh dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis


(48)

3.9.2. Alur penelitian

Populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Pengambilan sampel dengan

consecutive sampling

Penjelasan kepada responden, pengisian kuesioner, Pengukuran BB, TB, pemeriksaan fisik generalisata,

Penentuan status nutrisi

Over-weight

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisis data

Pengumpulan nilai raport untuk penilaian Prestasi Akademik, Pemeriksaan AptitudeTest oleh tim Psikologi

Normo-weight

Mild-moderate malnutrition

Obesitas Severe


(49)

3.10. Identifikasi Variabel

• Variabel bebas Skala

Status nutrisi Kategorik

• Variabel tergantung Skala

Prestasi akademik

 Total nilai rapor Numerik

 Nilai Bahasa Indonesia Numerik

 Nilai Bahasa Inggris Numerik

 Nilai Matematika Numerik

 Nilai IPA Numerik

• Tingkat intelegensi Kategorik

3.11. Definisi operasional

• Remaja adalah individu dengan batasan usia antara 10 sampai 19 tahun, berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual.

• Status nutrisi dinilai dengan memplotkan berat badan dan tinggi badan ke dalam kurva berat badan menurut tinggi badan WHO-CDC tahun 2000

untuk anak laki-laki dan anak perempuan.


(50)

o Obesitas : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) > 120%.

o Overweight : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) > 110% sampai 120%.

o Normoweight : bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 90% sampai 110%.

o Mild malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 80% sampai 90%.

o Moderate malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) 70% sampai 80%.

o Severe malnutrition: bila BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) < 70%.

• Prestasi akademik adalah prestasi atau keberhasilan belajar dengan indikator berupa nilai rapor semester ganjil tahun ajaran 2014. Penilaian

prestasi akademik berdasarkan dari total nilai rapor, juga dari nilai mata

pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan Matematika.

• IQ adalah skor intelegensi yang dapat dinilai dari pemeriksaan Aptitude test, yang dilakukan oleh tim Psikolog.

o IQ Istimewa Cerdas : skor IQ lebih dari 145.

o IQ Sangat Cerdas : skor IQ antara 130 sampai 144.

o IQ Cerdas : skor IQ antara 115 sampai 129, tergolong orang yang mempunyai kemampuan berkarir di bidang sains.


(51)

o IQ Rata-rata Atas: skor IQ antara 100 sampai 114.

o IQ Rata-rata Bawah : skor IQ antara 85 sampai 99.

o IQ Lemah : skor IQ antara 70 sampai 84.

o IQ Sangat Lemah : skor IQ antara 55 sampai 69.

o IQ Sangat Lemah Sekali : skor IQ kurang dari 54.

• Anoreksia nervosa adalah keadaan psikofisiologik, khas ditandai dengan tidak mau atau menolak makanan yang berkepanjangan dan berat.

• Bulimia nervosa adalah memuntahkan makanan secara periodik makanan yang dimakan.

• Gangguan tingkah laku adalah perilaku yang tidak sesuai, yang dapat dilihat dari hasil penilaian guru di dalam rapor.

3.12. Pengolahan dan analisis data

Data dianalisis dengan perangkat lunak komputer, yaitu SPSS versi 22.0.. Data

kategorik dianalisis dalam bentuk jumlah dan persentase. Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk menilai normalitas distribusi data. Uji statistik Spearman dipakai untuk

menilai hubungan antara Status Nutrisi (kategorik) dengan Prestasi Akademik

(Numerik). Uji Chi-Square dipakai untuk menilai hubungan Status Nutrisi

(kategorik) dan IQ (kategorik) pada remaja dengan interval kepercayaan (IK) 95%


(52)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilakukan pada 2 SMPN di Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera

Utara, yaitu SMPN-1 Talawi Kecamatan Talawi dan SMPN-1 Tanjung Tiram

Kecamatan Tanjung Tiram selama bulan Januari 2015. Penelitian ini diikuti oleh

sebanyak 132 sampel, diambil dari 4 kelas yaitu, kelas VIII dan IX. Dari 132 subjek

penelitian, didapati 6 sampel yang tidak mengikuti pengukuran BB dan TB

(antropometri). Setelah dieksklusikan maka total subjek penelitian yang mengikuti

penelitian secara lengkap sebanyak 126 sampel.

Median umur adalah 14.3 tahun (12.5 sampai 15.8 tahun), dan sebagian

besar sampel adalah anak perempuan sebanyak 90 orang (71.4%). Pendidikan

terakhir ayah dan ibu terbanyak adalah tamatan SMA, dan orangtua yang tidak

tamat SD sebanyak 23%.

Pendapatan orangtua yang terbanyak adalah kurang dari 1 juta rupiah per

bulan yaitu 52 (41.3%) dan diikuti pendapatan 1 sampai 2 juta rupiah sebanyak 48

orang (38.0%), hal ini menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi tergolong


(53)

Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian

Karakteristik N = 126

Usia (tahun), median (min - maks) Jenis kelamin, n (%)

- Laki-laki - Perempuan

Pendidikan terakhir ayah, n (%) - Diploma

- SMA - SMP - Tamat SD - Tidak tamat SD Pendidikan terakhir ibu, n (%)

- Diploma - SMA - SMP - Tamat SD - Tidak tamat SD

Pendapatan keluarga per bulan, n (%) - < 1 juta

- 1-2 juta - 2-5 juta - > 5 juta Status nutrisi, n (%)

- Obesitas - Overweight

- Normal

- Malnutrisi ringan-sedang - Malnutrisi buruk

Tingkat Intelegensi (IQ), n (%) - Istimewa Cerdas - Sangat Cerdas - Cerdas

- Rata-rata - Lemah

- Sangat Lemah - Sangat Lemah Sekali

14.3 (12.5 – 15.8)) 36 (28.6) 90 (71.4) 8 (6.3) 47 (37.3) 18 (14.3) 30 (23.8) 23 (18.3) 3 (2.4) 46 (36.5) 28 (22.2) 29 (23.0) 20 (15.9) 52 (41.3) 48 (38.0) 21 (16.7) 5 (4.0) 8 (6.3) 18 (14.4) 72 (57.1) 28 (22.2) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 18 (14.3) 108 (85.7) 0 (0) 0 (0) 0 (0)


(54)

Gambar 4.1. Grafik batang status nutrisi

Dari gambar diatas menunjukkan distribusi status nutrisi normal didapati sebanyak

72 anak (57.1%), diikuti status malnutrisi ringan-sedang yaitu 28 anak (22.2%),

dan tidak didapati malnutrisi berat. Dari sampel didapati banyak keadaan

malnutrisi ringan-sedang kronik, TB dibawah persentil-3, yang tampak dari grafik


(55)

Tabel 4.2. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan total nilai rapor)

Status nutrisi Total nilai rapor

-Obesitas (n=8) r = -0.167 P = 0.693

-Overweight (n=18) r = 0.023 P = 0.927

-Normoweight (n=72) r = 0.342 P = 0.003

-Malnutrisi ringan-sedang (n=28) r = -0.025 P = 0.899

Dari tabel diatas menunjukkan hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman

diperoleh hubungan yang signifikan antara status nutrisi normal dengan total nilai

rapor dimana nilai P < 0.05. Status nutrisi normal mempunyai nilai korelasi

Spearman sebesar 0.342 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan

kekuatan korelasi yang lemah. Sedangkan status nutrisi obesitas, overweight dan malnutrisi ringan-sedang mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap


(56)

Tabel 4.3. Hubungan status nutrisi dengan prestasi akademik (berdasarkan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA)

Status nutrisi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA

-Obesitas(n=8) r = -0.690 P = 0.058 r = -0.344 P = 0.405 r = -0.344 P = 0.405 r=-0.214 P=0.610

-Overweight(n=18) r = 0.185 P = 0.462 r = -0.136 P = 0.590 r = 0.541 P = 0.020 r=0.440 P=0.068

-Normoweight(n=72) r = 0.071 P = 0.553 r = 0.046 P = 0.702 r = -0.263 P = 0.026 r=0.024 P=0.840 -Malnutrisi

ringan-sedang (n=28)

r = -0.305 P = 0.114 r = 0.122 P = 0.538 r = -0.103 P = 0.602 r=-0.236 P=0.227

Dari tabel diatas menunjukkan hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman

diperoleh hubungan yang signifikan antara status nutrisi overweight dan

normoweight dengan nilai Matematika dimana nilai P < 0.05. Status nutrisi

overweight mempunyai nilai korelasi Spearman sebesar 0.541 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Sedangkan

status nutrisi normoweight mempunyai nilai korelasi Spearman sebesar -0.263 menunjukkan kekuatan yang lemah dan arah berlawanan.


(57)

Tabel 4.4. Hubungan status nutrisi dengan IQ berdasarkan Aptitude test

Skor Intelegensi P

Status Nutrisi IQ Cerdas IQ Rata-rata

- Obesitas 1 7 0.540

- Overweight 3 15

- Normoweight 11 61

- Malnutrisi ringan-sedang 3 25

Dari tabel diatas menunjukkan hasil analisis menggunakan uji Chi-Square

diperoleh hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi dengan skor


(58)

BAB 5. PEMBAHASAN

Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara Asia Tenggara, termasuk

Indonesia, adalah rendahnya status nutrisi anak. Malnutrisi pada anak

mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit dan kecerdasan, yang jelas

berdampak pada kualitas sumber daya manusia.41 Pada penelitian ini didapati prevalensi malnutrisi ringan-sedang sebesar 22.2%, status nutrisi terbanyak kedua

setelah status nutrisi normal.

Hasil studi grup South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS), di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam, prevalensi anak malnutrisi

ringan-sedang sebanyak 21.6% dan anak stunted sebanyak 19.2%. Prevalensi malnutrisi pada anak bervariasi secara signifikan diantara keempat negara, dimana

malnutrisi ringan-sedang dijumpai terbanyak di Indonesia, yaitu anak malnutrisi

ringan sedang sebanyak 25.2% dan anak stunted sebanyak 29%.41

Pada penelitian ini didapati sampel penelitian dengan jenis kelamin

perempuan lebih banyak dibanding dengan laki-laki, dengan median usia 14.3

tahun. Status sosioekonomi tergolong menengah ke bawah, dimana didapati

terbanyak pendapatan keluarga perbulan yang kurang dari 1 juta. Latar belakang

pendidikan terakhir orangtua terbanyak adalah tamatan SMA. Kedua latar

belakang status sosioekonomi ini berhubungan erat dengan status nutrisi. Dari

hasil penelitian ini didapati remaja dengan status nutrisi normal dan malnutrisi

ringan-sedang cenderung berasal dari keluarga dengan pendapatan keluarga


(59)

dari keluarga yang mempunyai pendapatan keluarga lebih dari dua juta perbulan.

Dari penelitian ini didapati hubungan yang tidak signifikan antara status nutrisi

dengan IQ, dimana nilai P > 0.05.

Berbeda dengan studi di Wonogiri, menunjukkan malnutrisi pada anak akan

mengganggu sistem informasi di dalam otak. Studi Wonogiri, Jawa Tengah,

menunjukkan ada hubungan negatif antara ketidakcukupan pangan dengan nilai

akademi anak sekolah dan perkembangan psikososial. Anak malnutrisi memiliki

rata-rata nilai IQ 22.6 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak berstatus

nutrisi normal. Bahkan sebelum status nutrisi anak menjadi kurang, anak yang

kekurangan makanan (indikasi: keluarga beberapa kali/ sering tidak memiliki

cukup makanan) memilki skor aritmetika 0.4 poin lebih rendah dan memiliki risiko

1.44 kali lebih besar untuk tinggal kelas.42 Sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di Malaysia, terdapat hubungan yang signifikan antara status nutrisi

dengan prestasi akademik dan fungsi kognitif pada anak.4 Anak yang diasuh oleh orangtua yang menyelesaikan pendidikan hingga ke tahap sekunder atau lebih

akan memiliki nilai IQ yang lebih tinggi. Anak yang diasuh oleh ibu yang hanya

mengenyam pendidikan hingga ke sekolah dasar akan memiliki risiko 3 kali lebih

besar untuk mengalami hambatan pertumbuhan dibanding anak yang diasuh ibu

berpendidikan lebih tinggi. Ibu yang menempuh pendidikan formal lebih dari 5

tahun akan lebih banyak memberikan respon kepada anak secara verbal dan

emosional, lebih mampu mengorganisasi lingkungan, cukup menyediakan materi


(60)

yang mereka berikan juga lebih bervariasi. Anak yang memiliki ayah yang

mengenyam pendidikan kurang dari 6 tahun maka akan memiliki risiko sebanyak

3.57 kali lebih banyak untuk mengalami perkembangan kognitif yang lebih rendah

dibandingkan anak yang ayahnya mengenyam pendidikan lebih dari 6 tahun.42 Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, dengan status

sosio-ekonomi yang tinggi ternyata mempunyai tingkat intelegensia dengan golongan IQ

terbanyak adalah rata-rata, dan dibandingkan dengan penelitian ini didapati

hasilnya sama.43 Pada penelitian yang dilakukan di Bali, terdapat golongan IQ rata-rata, padahal tingkat ekonomi sampel lebih tinggi, dengan pendapatan lebih

dari 2.5 juta per bulan dan pendidikan orangtua terbanyak adalah tamatan

sederajat sarjana.44

Pada penelitian ini, prestasi akademik pada remaja dinilai dari total nilai

rapor nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan

IPA. Pada penelitian ini juga turut dianalisa skor intelegensi, diukur dengan alat

pemeriksaan yang sudah distandarisasikan, yaitu dengan pemeriksaan Aptitude test, dimana mirip hasilnya, sehingga menguatkan kesimpulan peneliti akan validitas hasil penelitian. Dari hasil penelitian ini terdapat masing-masing

kelompok status nutrisi tergolong IQ yang cerdas dan IQ rata-rata.

Pada penelitian ini, status nutrisi normal mempunyai hubungan yang

signifikan dengan korelasi lemah dengan nilai matematika dan korelasi positif

lemah yang signifikan dengan total nilai rapor. Hal ini menurut analisa peneliti,


(61)

Juga dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi lemah

antara status nutrisi overweight dengan nilai matematika, namun tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan total nilai rapor. Hal ini dapat terjadi karena

penelitian ini di daerah pedesaan, dimana status nutrisi overweight berasal dari keluarga dengan status sosioekonomi menengah ke atas. Hal ini terjadi karena

menurut analisa peneliti, orangtua dengan taraf pendidikan yang lebih baik akan

menghasilkan lebih banyak uang dalam hidupnya, dapat menyediakan tempat

tinggal yang lebih baik, asupan nutrisi yang sehat dan fasilitas belajar diluar jam

sekolah seperti les mata pelajaran matematika. Berbeda dengan studi di Thailand,

status nutrisi overweight mempunyai hubungan yang secara signifikan dengan rendahnya nilai matematika dan total nilai raport, hal ini disebabkan anak yang

overweight dikaitkan dengan anak yang malas, tidak percaya diri, dan kurang berkonsentrasi.45 Pada penelitian yang dilakukan di Maryland Amerika Serikat, anak yang overweight mempunyai nilai yang rendah pada mata pelajaran matematika dan bahasa dibandingkan dengan anak yang status nutrisi normal,

dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status nutrisi dengan total

nilai rapor.43

Hasil suatu studi, murid yang overweight menunjukkan total nilai rapor lebih rendah 0.4 poin dibandingkan dengan anak status nutrisi normal.46 Hasil studi di Taiwan, murid yang mempunyai riwayat overweight selama menjalani pendidikan SMU, mempunyai hubungan yang siginifikan dengan nilai yang lebih rendah pada


(62)

berstatus nutrisi normal. Hubungan signifikan yang berbanding terbalik antara

berat badan dan prestasi akademik pada remaja.47

Studi lain menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara

ketidakcukupan pangan dengan prestasi akademik anak sekolah dan

perkembangan psikososial. Orangtua yang memiliki lebih banyak sumber daya

akan mengasuh anaknya dengan lebih baik. Didapati anak stunted memiliki risiko 9.226 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ dibawah rata-rata dibandingkan anak

dengan status nutrisi normal. Juga terdapat hubungan yang signifikan antara lama

pendidikan orangtua terhadap seluruh aspek kemampuan kognitif.42

Obesitas merupakan keadaan patologis akibat konsumsi makanan yang

melebihi kebutuhan sehingga terjadi penimbunan lemak yang berlebihan.48 Dari penelitian ini terdapat prevalensi remaja obesitas 6.3%, lebih rendah jika

dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan secara

multisenter tahun 2004 pada 10 kota yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta,

Semarang, Solo, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar dan Manado, didapatkan

prevalensi obesitas sekitar 12%.49 Pada penelitian di Denpasar, prevalensi obesitas 16.1%.44 Namun prevalensi obesitas pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan studi SEANUTS yang menunjukkan prevalensi obesitas sebesar

5.1%.41

Rendahnya IQ merupakan prediktor yang menyebabkan anak menjadi

obesitas.50 Namun dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status nutrisi obesitas dengan nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,


(63)

Matematika dan IPA pada remaja. Suatu studi tahun 1995, melaporkan anak

yang obesitas mempunyai nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan anak normal

terutama pada aspek berbahasa.51 Pada studi di Denpasar, terdapat hubungan signifikan antara derajat obesitas dengan prestasi matematika dan Bahasa

Indonesia siswa sekolah dasar, dan terdapat hubungan lebih kuat antara derajat

obesitas dengan prestasi Bahasa Indonesia dibandingkan dengan matematika.

Hal ini disebabkan karena obesitas dihubungkan dengan penyakit OSAS, dengan

mendengkur pada malam hari sehingga sering mengantuk pada siang hari, kurang

konsentrasi di dalam jam belajar sekolah.44

Pada penelitian ini, status nutrisi terbanyak adalah normal pada populasi

sampel, namun pada kelompok ini banyak ditemukan remaja dengan perawakan

pendek, dibawah persentil-3, hal ini dapat disebabkan keadaan fisiologis yaitu

familial short stature, dan karena keadaan patologis, yang diakibatkan kondisi malnutrisi kronik sehingga menyebabkan perawakan pendek. Namun untuk

memastikan yang kelompok mana, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menilai potensi tinggi genetik.

Keterbatasan studi ini antara lain adalah : Pertama, tidak didapatinya

kelompok status nutrisi yang malnutrisi berat, hal ini bisa terjadi karena remaja

dengan malnutrisi berat tidak bisa bersekolah karena sakit. Kedua, fasilitas


(64)

Kelebihan studi ini antara lain studi pertama yang meneliti hubungan status

nutrisi dengan prestasi akademik pada kelompok remaja usia 12 sampai 15 tahun


(65)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Status nutrisi mempunyai hubungan signifikan korelasi lemah antara status nutrisi

normal dengan prestasi akademik pada remaja. Status nutrisi pada remaja yang

terbanyak adalah normal. Prestasi akademik pada remaja adalah biasa. Golongan

IQ pada remaja yang terbanyak adalah IQ rata-rata.

6.2. Saran

Walaupun sebagian besar anak memiliki status nutrisi normal, namun ditemukan

anak dengan perawakan pendek, maka sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk menilai potensi tinggi genetik, sehingga diketahui penyebab

perawakan pendek apakah familial atau patologis.

Untuk meningkatkan status nutrisi, perlu dilakukan upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas seperti pemberian nutrisi yang

baik dan benar, deteksi dini pencegahan penyakit menular, penyakit kronik,

gangguan pertumbuhan, gangguan perilaku dan gangguan belajar serta imunisasi.

Penelitian kami ini sudah melakukan analisis faktor yang kemungkinan

berpengaruh pada prestasi akademik remaja dengan kriteria inklusi, eksklusi dan

analisis korelasi, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan pada penelitian kami.


(66)

merupakan faktor yang mungkin berpengaruh pada prestasi akademik remaja di

sekolah tidak kami analisis.

Penelitian dengan desain kohort prospektif lebih lanjut dibutuhkan untuk

meningkatkan aplikasi penelitian ini pada populasi dan dengan jumlah sampel


(67)

RINGKASAN

Masa remaja merupakan periode penting pada perubahan pola makanan dan

kegiatan fisik. Pada masa ini juga merupakan masa kritis pada perkembangan

mental. Nutrisi adalah suatu faktor penting pada perkembangan mental dan

kelanjutannya adalah kemampuan kognitif. Beberapa akibat langsung malnutrisi

pada masa remaja adalah pengaruh psikososial, antara lain, penilaian guru dan

teman sebaya, rasa percaya diri yang rendah, tingginya gangguan kecemasan,

depresi dan psikososial lainnya. Faktor psikososial tersebut sering berkaitan

dengan rendahnya prestasi akademik pada remaja. Jika malnutrisi mempengaruhi

rendahnya prestasi akademik pada masa remaja, maka akan mempengaruhi

masa depannya, yaitu kesempatan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi dan

kesempatan berkarir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan status nutrisi dengan

prestasi akademik pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain sekat lintang,

yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di Kabupaten Batubara, Propinsi

Sumater Utara. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-1 Tanjung Tiram dan Talawi.

Sampel adalah remaja berusia 12 sampai 15 tahun, yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi, direkrut secara konsekutif.

Skor IQ dinilai dari Aptitude test yang dilakukan tim Psikolog dan data dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan Chi-Square.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa obesitas, overweight, normal dan


(68)

nilai raport dan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA

kecuali overweight dan normal mempunyai hubungan yang signifikan korelasi lemah dengan nilai matematika (P< 0.05). Status nutrisi mempunyai hubungan


(69)

SUMMARY

Adolescence is an important period for establishing lifetime patterns of diet and

physical activity. It is also a critical time for the mental development. Nutrition is an

important factor in mental development and, as a consequence, in cognitive

performance. More immediate consequences of malnutrition in adolescents are

psychosocial influences, such as stigmatization from teachers and peers, low

self-esteem, higher rates of anxiety disorders, depression and other

psychopathologies. These psychosocial influences are often related to the lower

academic achievement of adolescents. If malnutrition leads to lower academic

performance during adolescence, then students’ future university admissions,

employment opportunities and earnings are likely to be affected.

The objective of this study is to assess the correlation between nutritional

status with academic achievement in adolescents. This cross-sectional sudy was

conducted on January 2015 in Batubara, North Sumatera. This study was

performed on 1st Junior High School Tanjung Tiram and Talawi. Subjects included were adolescents aged 12 to 15 year old, were consecutive sampling.

IQ score was assessed by using Aptitude test and data were analyzed with

Spearman correlation, and Chi-Square.

This study showed that there were no significant correlation between

nutritional status and academic achievement, namely Indonesian and English


(70)

correlation with Mathematics (P< 0.05). There was no significant correlation


(71)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marcell AV. Adolescence. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi-18. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007.h.60-65

2. Hamid JJM, Mitra AK, Hazmiza H, Pim CD, Ng LO, Wan MWM. Effect on gender and nutritional status on academic achievement and cognitive function among primary school children in a rural district in Malaysia. Mal J Nutr, 2011;12(2):189-200

3. Azwar S, Pengukuran intelegensi. Dalam: Azwar S, penyunting. Pengantar psikologi intelegensi. 1996. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.89-127

4. Adams GR, Adolescent development. Dalam: Gullotta TP, Adams GR, penyunting. Handbook of adolescent behavioral problems evidence-based approaches to prevention and treatment. 2005. New York: Springer.h.3-16 5. Guo X, Zheng L, Li Y, Yu S, Sun G, Yang H, dkk. Differences in lifestyle

behaviors, dietary habits, and familial factors among normal-weight, overweight, and obese Chinese children and adolescents. Int J of Behavioral Nutr and Physical Activity, 2012;9(120):1-9

6. Akhter N, Sondhya FY. Nutritional status of adolescents in Bangladesh: comparison of severe thinness status of a low-income family’s adolescents between urban and rural Bangladesh. J Educ Health Promot, 2013;2(27):1-12 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2010. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010.h.110-30

8. Ijarotimi OS, Ijadunola KT. Nutritional status and intelligence quotient of primary schoolchildren in Akure community of Ondo State, Nigeria. Tanzania Health Research Bulletin, 2007;9(2):69-76

9. Naglieri JA, Conway C. Intelligence tests measuring diverse abilities. Dalam: Naglieri JA, Goldstein S, penyunting. Practitioner’s guide to assessing intelligence and achievement. Edisi pertama. New Jersey: John Wiley & Sons, 2009.h.27-229

10. Nur’aeni. Tes bakat. Dalam: Nur’aeni, penyunting. Tes psikologi: Tes intelegensi dan tes bakat. Edisi pertama. Yogyakarta: UM Purwokerto Press bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2012.h.67-135

11. Kranzler JH. The construct validity of the multidimensional aptitude battery: a word of caution.J of Clin Psychology, 1991;47(5):691-7

12. Buciora PW, Witoszynska BS, Klimberg A, Wojtyla A, Gozdziewska M, Wojtyla K, dkk. Nutrition-related health behaviours and prevalence of overweight and obesity among Polish children and adolescents. Annals of Agricultural and Environmental Medicine, 2013;20(2):332-40

13. Hendarto A, Sjarif DR. Antropometri anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, penyunting. Buku ajar nutrisi pediatrik dan


(1)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

A. Ketua Penelitian

Nama

: dr. Regia Sabaraty Sinurat

Jabatan

: Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak

FK-USU/RSHAM

B. Anggota Penelitian

1. dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K)

2. dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K)

3. Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog

4. dr. Tri Faranita, M.Ked.(Ped), Sp.A

5. dr. Winra Pratita, M.Ked.(Ped), Sp.A

6. dr. Natasha Yuanita

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / Perlengkapan

: Rp. 10.000.000

2. Transportasi / Akomodasi

: Rp. 5.000.000

3. Penyusunan / Penggandaan

: Rp. 3.000.000

4. Seminar hasil penelitian

: Rp 2.000.000

Jumlah

: Rp. 20.000.000


(2)

3. Jadwal Penelitian

Kegiatan/ Waktu

1–7 Jan’ 2015

7–31 Jan’2015

21 Jan-14 Feb’2015

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan

Laporan

Pengiriman

Laporan


(3)

Lampiran 4. Lembaran Penjelasan kepada Responden

Kepada adik siswa dan siswi yang saya hormati,

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya dr. Regia Sabaraty Sinurat

sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan dan saya

sedang melakukan penelitian yang berjudul “

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN

PRESTASI AKADEMIK PADA REMAJA

”.

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

antara status nutrisi dengan prestasi akademik pada remaja, sehingga kelak tercapai

cita-cita mulia dan menjadi sukses.

Pada lazimnya, penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya

karena yang dilakukan adalah pemeriksaan status nutrisi dan tes IQ tanpa ada

intervensi. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2015

Yang memberi penjelasan


(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : dr. Regia Sabaraty Sinurat

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 18 Maret 1981

Alamat : Jln. Jati II no. 53/55 Medan 20217

Nama Orang Tua :

Ayah : Alm. St. Drs. Gustaf Oberlin Sinurat

Ibu : P. br. Sitorus

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD ST Antonius V Medan, tamat tahun 1993

Sekolah Menengah Pertama : SMPN 3 Medan ,tamat tahun 1996 Sekolah Menengah Umum : SMUN 5 Medan, tamat tahun 1999

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2005

Dokter Spesialis Anak : sedang melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran USU, Medan, masuk Juli 2010

RIWAYAT PEKERJAAN : Dokter PTT Kabupaten Tapanuli Utara tahun

2005 - 2006


(6)

PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan-V IDAI: Tatalaksana Awal Kegawatan pada bayi dan anak di Medan, 29-30 April 2012, sebagai peserta.

2. Advanced Pediatric Resusitation Course. 24-25 November 2012 RS USU Medan, sebagai peserta.

3. Pelatihan Resusitasi Neonatus. 21-22 September 2013 di Emerald Garden Hotel Medan, sebagai peserta.

4. Simposium Nasional :”Meningkatkan Ilmu dan Kompetensi Dokter Anak Untuk Masa Depan yang Lebih Baik.” 13-15 Januari 2014 Tiara Convention Centre Medan, sebagai peserta.

5. Workshop “Deteksi Dini Gangguan Kognitif dan Bahasa.” 15 Januari 2014 di Tiara Convention Centre Medan, sebagai peserta.

6. Stabilization of the Critically Ill Children. 22-23 September 2014 at Abdul Hakim Hall, Univeritas Sumatera Utara Medan, as participant.

7. Simposium Nasional “Current Pediatric Management 2015”, 20-22 Maret 2015, di Hotel Santika Dyandra Medan, sebagai peserta.

ORGANISASI

1. 2005 – sekarang : IDI (Ikatan Dokter Indonesia)