Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Akademi Kebidananan Cipto Medan Tahun 2015

(1)

MENTARI NIM : 145102214

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI AKADEMI KEBIDANAN CIPTO MEDAN

TAHUN 2015 Abstrak Mentari

Latar belakang: Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche). Pada remaja putri dibutuhkan status gizi yang baik dalam membantu pertumbuhan remaja termasuk keteraturan siklus menstruasi. Remaja putri yang mengalami asupan gizi kurang atau lebih dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi dan berdampak pada gangguan menstruasi.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015. Metodologi: Desain penelitian yang digunakan adalah secara korelasi dengan pendekatan cross secsional. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik total

sampling yaitu seluruh mahasiswi sebanyak 74 orang. Analisa data dengan uji Pearson chi square.

Hasil : Dari 74 responden, yang tidak mengalamigangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 62 orang (95,4%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 3 orang (33,3) dan responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 2 orang (3,1%) dan gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 3 orang (33,3%) kemudian responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 1 orang (1,0%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 3 orang (33,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri. Kesimpulandan saran : Dari hasil penelitian ini bahwa terdapat ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015. Maka disarankan untuk remaja putri agar lebih menjaga status gizi dan memelihara kesehatan reproduksi mereka agar menstruasi mereka tidak terganggu.


(5)

ACADEMY MIDWIFERY 2015 Abstract

Mentari

Background : Adolescence is a period of transition or the transition from childhood to adulthood is characterized by physical changes, psychological and psychosocial. In the girls, puberty is marked by the beginning of menstruation (menarche). In adolescent girls needed a good nutritional status in helping the growth of adolescents, including the regularity of the menstrual cycle. Young women who experience the nutritional intake of less or more can cause reproductive dysfunction and impact on menstrual disorders.

Research purposes : to determine the relationship of nutritional status with menstrual disorders in young women at the Akademi kebidanan Cipto Medan 2015.

Methodology : The study design used is in correlation with cross sectional approach . Data collection techniques using total sampling technique that is the whole student as many as 74 people . Analysis of the data by the Pearson chi-square test .

Results : Of the 74 respondents , who do not mengalamigangguan menstruation with normal nutritional status as many as 62 people ( 95.4 % ) and those with menstrual disorders with normal nutritional status as many as three people ( 33.3 ) and respondents who did not experience menstrual disturbances with nutritional status thin as many as two people ( 3.1 % ) and menstrual disorders with nutritional status thin as many as three people ( 33.3 % ) and respondents who did not experience menstrual disorders and nutritional status fat that is as much one person ( 1.0 % ) and impaired nutritional status fat menstruation as many as three people ( 33.3 % ) . Statistical test results obtained by value p = 0,001 , it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and menstrual disorders in adolescent girls.

Conclusions and suggestions : From the results of this study that there is no significant relationship between nutritional status and menstrual disorders in young women at the Academy of Obstetrics Cipto Medan Year 2015. It is advisable for young girls in order to better maintain the nutritional status and maintain their reproductive health so that they are not menstruating disturbed .


(6)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di Akademi Kebidananan Cipto Medan Tahun 2015”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan pada Fakultas Keperawatan Sumatera Utara yang telah yang memberikan pengarahan dan petunjuk selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Pelaksana Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rina Amelia, MARS, selaku dosen Pembimbing dan sekaligus sebagai Orang Tua angkat yang telah memberi segenap arahan, bimbingan, motivasi dan serta waktu luang selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Erniyati, Skp. MNs, selaku penguji I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep. Ns. M. Bio. Med, selaku penguji II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Ibu Lenny Rohani Lumban Gaol, SST, selaku direktris di Akademi Kebidanan

Cipto Medan yang telah memberikan izi kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

ii

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada kedua Orang Tua dan keluarga yang peneliti cintai yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, dukungan, serta semangat moril dan material kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada rekan-rekan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan..

10. Dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Dalam kesempatan ini, mudah-mudahan tulisan ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya, semoga segala budi baik dari orang orang yang peneliti sebutkan diatas mendapat imbalan dari Allah SWT.

Amin Ya Rabbal’Alamin.

Medan, Juli 2015 Penulis


(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman COVER LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi ... 8

B. Fungsi Status Gizi ... 10

C. Kebutuhan Zat Gizi Untuk Remaja ... 11

D. Masalah dan Penatalaksanaa Gizi Pada Remaja ... 12

E Bodi Masa Index (BMI) ... 14

F. Gangguan Menstruasi ... 16

G. Siklus Menstruasi ... 22

H. Fisiologi Menstruasi ... 23

I. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi ... 24

J. Hormon Yang Berperan Dalam Menstruasi ... 25

K. Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi... ... 28

L. Hormon Dalam Menstruasi... 30

M. Obesitas Dan Gangguan Siklus Menstruasi ... 32

N. Remaja ... 36

O. Perubahan Fisik Pada Remaja ... 37

P. Ciri Ciri Umum Masa Remaja ... 40

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep ... 41

B. Hipotesa... ... 41

C. Definisi Operasional... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 45

C. Tempat Penelitian... 45


(9)

iv

G. Uji Vliditas dan Relibilits ... 48 H. Prosedur Pengumpulan Data ... 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 50 B. Pembahasan ... 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ... 15

Tabel 2.2 Peristiwa Yang Terjadi Dalam Uterus (Rahim) ... 28

Tabel 2.3 Kerugian Berat Badan Kurang Dan Lebih ... 36

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 ... 50

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015... 51

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Menstruasi Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 ... 51

Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 ... 52


(11)

vi

Halaman Skema 3.1 : Kerangka Konsep ... 41


(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Pengambilan Data Penelitian Lampiran 6 : Surat Selesai Pengambilan Data Penelitian Lampiran 7 : Master Data Penelitian


(13)

TAHUN 2015 Abstrak Mentari

Latar belakang: Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche). Pada remaja putri dibutuhkan status gizi yang baik dalam membantu pertumbuhan remaja termasuk keteraturan siklus menstruasi. Remaja putri yang mengalami asupan gizi kurang atau lebih dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi dan berdampak pada gangguan menstruasi.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015. Metodologi: Desain penelitian yang digunakan adalah secara korelasi dengan pendekatan cross secsional. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik total

sampling yaitu seluruh mahasiswi sebanyak 74 orang. Analisa data dengan uji Pearson chi square.

Hasil : Dari 74 responden, yang tidak mengalamigangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 62 orang (95,4%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 3 orang (33,3) dan responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 2 orang (3,1%) dan gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 3 orang (33,3%) kemudian responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 1 orang (1,0%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 3 orang (33,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri. Kesimpulandan saran : Dari hasil penelitian ini bahwa terdapat ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015. Maka disarankan untuk remaja putri agar lebih menjaga status gizi dan memelihara kesehatan reproduksi mereka agar menstruasi mereka tidak terganggu.


(14)

NUTRITIONAL STATUS OF RELATIONS WITH MENSTRUAL DISORDERS IN YOUNG WOMEN IN MEDAN CIPTO

ACADEMY MIDWIFERY 2015 Abstract

Mentari

Background : Adolescence is a period of transition or the transition from childhood to adulthood is characterized by physical changes, psychological and psychosocial. In the girls, puberty is marked by the beginning of menstruation (menarche). In adolescent girls needed a good nutritional status in helping the growth of adolescents, including the regularity of the menstrual cycle. Young women who experience the nutritional intake of less or more can cause reproductive dysfunction and impact on menstrual disorders.

Research purposes : to determine the relationship of nutritional status with menstrual disorders in young women at the Akademi kebidanan Cipto Medan 2015.

Methodology : The study design used is in correlation with cross sectional approach . Data collection techniques using total sampling technique that is the whole student as many as 74 people . Analysis of the data by the Pearson chi-square test .

Results : Of the 74 respondents , who do not mengalamigangguan menstruation with normal nutritional status as many as 62 people ( 95.4 % ) and those with menstrual disorders with normal nutritional status as many as three people ( 33.3 ) and respondents who did not experience menstrual disturbances with nutritional status thin as many as two people ( 3.1 % ) and menstrual disorders with nutritional status thin as many as three people ( 33.3 % ) and respondents who did not experience menstrual disorders and nutritional status fat that is as much one person ( 1.0 % ) and impaired nutritional status fat menstruation as many as three people ( 33.3 % ) . Statistical test results obtained by value p = 0,001 , it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and menstrual disorders in adolescent girls.

Conclusions and suggestions : From the results of this study that there is no significant relationship between nutritional status and menstrual disorders in young women at the Academy of Obstetrics Cipto Medan Year 2015. It is advisable for young girls in order to better maintain the nutritional status and maintain their reproductive health so that they are not menstruating disturbed .


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis (Widyastuti, 2011).

Usia remaja ditandai dengan terjadinya perubahan pada bentuk dan organ reproduksi, datangnya haid ini pun menandakan bahwa fungsi tubuhnya berjalan dengan normal dan baik. Selama masa pubertas, otak melepaskan hormon yang mestimulasi indung telur (ovarium) untuk memproduksi hormon estrogen dan progesterone kedua hormon ini yang akan mematangkan sel telur sehingga terjadi menstruasi atau kehamilan jika ada pembuahan. Menstruasi merupakan pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasa terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun (Misnadiarly, 2010).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaannya. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara


(16)

2

normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ organ serta menghasilkan energi (Alamsyah, 2013).

Cakir M et al pada tahun 2007, di dalam penelitiannya menemukan 31,2% remaja di Turki mengalami ketidakteraturan pola menstruasi. Perbedaan panjangnya pola menstruasi antar wanita biasanya disebabkan karena tidak seimbangnya hormon estrogen, progesteron, LH dan FSH karena suatu penyakit, status gizi maupun stress. (Devirahma, 2012).

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. (Almatsier, 2010). Hampir 50% remaja tidak sarapan setiap paginya. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau sarapan memang penting. Namun mereka yang sarapan secara teratur hanya 60% (Daniel, 1997 dalam Devirahma, 2012).

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4 persen (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus) dan prevalensi gemuk pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Sulut termasuk dalam lima belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk.

Gambaran status gizi pada kelompok umur dewasa >18 tahun dapat diketahui melalui prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Masa Tubuh (IMT). Status gizi pada kelompok dewasa berusia 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Hasil Rikesdas 2013 menunjukkan


(17)

bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 14,76% dan berat badan lebih sebesar 11,48% dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 26,23% sedangkan prevalensi penduduk dewasa kurus 11,09% (Kemenkes, 2013).

Menurut laporan Rikesdas tahun 2013 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (12,95%), Lampung (18,52%), Nusa Tenggara Barat (19,47%). Provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan tertinggi yaitu Sulawesi Utara (40,54%), Kalimantan Timur (35,38%) dan DKI Jakarta (34,67%). Prevalensi penduduk kurus terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5,6%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan orevalensi penduduk dewasa kurus diatas prevalensi nasional yaitu Kalimantan Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (6,2%) dan Tertinggi di Sulawesi Utara (24,0). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas nasional yaitu Jawa Barat, Bali, Papua, di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara. Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal.

Tahun awal dimulainya menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap terjadinya gangguan menstruasi. Sebanyak 75% perempuan pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait dengan menstruasi. Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri dan perdarahan yang banyak yang menyebabkan remaja perempuan menemui dokter . Menurut Beniarz J et al yang mendapatkan prevalensi


(18)

4

aminorea primer sebanyak 5,3%, aminorea sekunder 18,0%, oligominorea 50%, polimenorea 10,5% dan gangguan campuran sebanyak 15,8% (Sianipar, 2009).

Seringkali pada masa remaja mengalami masalah kesehatan reproduksi salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi seperti dimenorea yaitu rasa nyeri pada saat haid, hipermenorea haid lebih lama dari normal, dan amenorea yaitu tidak datangnya haid. Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi terganggu diantaranya adalah fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok, hormon prolaktin berlebihan dan status gizi (Proverawati, 2009).

Penelitian yang dilakukan di Australia pada wanita usia 26-36 tahun diketahui sebanyak 3,6% mengalami polimenorea dan 10% mengalami oligomenorea. Pada wanita dengan rasio lingkar pinggang panggul ≥ 0,76 (obesitas). Pada penelitian menyimpulkan bahwa resiko terjadinya gangguan siklus menstruasi dua kali lebih besar pada wanita yang mengalami obesitas dibandingkan dengan wanita normal (Asniyah, 2010).

Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan menderita kurang gizi yaitu terlalu kurus (kurang energi kronik) dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi. Di samping itu masalah yang sering muncul adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas. Hal hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan system produksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche (Waryana, 2010).

Pada tahun 2004, World Healt Organization (WHO) mengelompokan Indonesia sebagai negara yang memiliki kurang gizi pada penduduknya. Pada saat itu angka gizi kurang dan gizi buruk diindonesia berjumlah 5.119.935 dari total kelompok balita sejumlah 17.984.224 balita. Kelompok ini merupakan angka yang menunujukan pertumbuhan yang sangat pesat (Alamsyah, 2013).


(19)

Data dari Depkes RI (2004), menunjukan 52% remaja perempuan menderita anemia. Pada remaja Indonesia (berumur 15 sampai 19 tahun), angka tertinggi kurang gizi kronis mencapai 36%. Masalah kesehatan gizi pada remaja sering berlanjut pada masalah gizi masa dewasa. Bila anaknya lahir hidup akan disertai dengan gangguan pertumbuhan dan tingkat kecerdasan yang kurang. Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu minggu kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang karena system saraf pusat sangat peka pada 2 sampai 5 minggu pertama konsepsi sedangkan ibu dengan malnutrisi sepanjang trimester 3 akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) < 2500 g (Badriah, 2014).

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi maka penting dilakukan penelitian ini. Dimana masalah yang sering terjadi pada remaja adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas, dimana sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan sistem reproduksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche (Depkes RI). Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 ?


(20)

6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi Pada Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Distribusi karakteristik status gizi berdasarkan IMT pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015

b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan menstruasi yang terjadi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden

Bagi remaja putri sebagai bahan informasi dan masukan dalam menambah pengetahuan pada pendidikan kesehatan tentang status gizi dan gangguan mentruasi.

2. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan, informasi dan menambah wawasan tentang status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja.

3. Bagi institusi Pendidikan

Sebagai bahan dasar referensi dan bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja.


(21)

4. Bagi tempat penelitian

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja untuk meningkatkan kesejahteraan remaja dalam menjaga status gizi dan menstruasinya


(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

Menurut (Cakrawati 2014), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaannya. Status gizi dibagi tiga kelompok, yaitu:

1. Gizi baik

Asupan gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seorang yang bersangkutan.

2. Gizi kurang

Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. 3. Gizi lebih

Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan.

Menurut Waryana (2010), gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat memengaruhi kesehatan. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ organ serta menghasilkan energi. Namun ada pendapat lain, gizi adalah zat zat yang diperlukan tubuh yang berasal dari makanan.


(23)

1. Makanan

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat zat gizi dan unsur unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.

2. Keadaan gizi

Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

3. Status gizi (Nutrition Status)

Keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaannya.

4. Malnutrition (gizi salah, malnutrisi)

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada 4 bentuk malnutrisi:

a. Under Nutrition

Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.

b. Specific Deficiency

Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, Fe, dll. c. Over Nutrition

Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. d. Imbalance


(24)

10

e. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) adalah seorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari atau gangguan penyakit tertentu.

B. Fungsi Zat Gizi

Menurut (Cakrawati, 2014), Fungsi zat gizi secara umum adalah sebagai sumber energi, zat pembangun dan pengatur. Fungsi tersebut dapat dipenuhi dari makanan yang dikonsumsi sehari hari mencakup nasi, ikan, daging, telur, susu, sayuran, buah, gula, margarin dan lain sebagainya. Setiap kelompok gizi memiliki fungsi masing masing seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, viatamin dan juga air. Serat pun kini menjadi komponen yang penting dalam komposisi diet makanan sehari hari. Berikut fungsi dari zat zat gizi yang terdapat dalam makanan:

1. Karbohidrat

Fungsi utama dalam karbohidrat adalah menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh. Karbohidrat dalam makanan dapat berbentuk pati seperti yang terdapat dalam sereal ataupun gula seperti yang terkandung dalam buah buahan.

2. Lemak

Lemak dalam makanan dapat berbentuk minyak seperti yang ditemukan dalam biji bijian, mentega ataupun berbentuk minyak seperti yang terdapat dalam daging.

3. Protein

Fungsi uatama protein adalah membentuk jaringan baru dan memeperbaiki jaringan yang rusak dalam tubuh. Protein dalam makanan dapat berupa kasein


(25)

yang ada dalam susu atau albumin dalam telur, globulin dalam kacang kacangan dan gluten dalam gandum.

4. Mineral

Kalsium, fosfor, besi, iodine merupakan sebagian mineral yang ditemukan dalam bahan pangan dalam bentuk komposisi organik dan anorganik.

5. Vitamin

Vitamin yang ada dalam makanan terdiri atas vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, K dan juga vitamin larut dalam air seperti vitamin B dan C. 6. Air

Air adalah sebagian penting dalam struktur tubuh dan jumlahnya sekitar 60% dari berat tubuh.

C. Kebutuhan Zat Gizi untuk Remaja

Menurut (Badriah, 2014), Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal diperlukan asupan zat gizi yang seimbang dari makanan dan minuman yang bervariasi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimia, antropometri, diet dan psikososial.

1. Energi

Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja putri sebesar 2000-2200 kkal sedangkan untuk pria sebesar 2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil olahannya (macaroni, spaghetti, umbi-umbian (ubi jalar, singkong) jagung, gula dan lain lain.


(26)

12

2. Protein

Sumber protein disebut juga zat pembangun sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan badan, pembentukan jaringan baru dan pemeliharaan tubuh.

3. Lemak

Lemak berguna sebagai cadangan energi, pelarut vitamin A, D, E dan K, pelumas persendian, pertumbuhan dan pencegahan peradangan kulit dan pemberi cita rasa pada makanan.

4. Vitamin

Kebutuhan vitamin pada masa remaja meningkat karena pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi.

5. Mineral

Mineral sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan selama masa pertumbuhan pada remaja. Pada puncak masa pertumbuhan, remaja membutuhkan dua kali lebih banyak jumlah kalsium, zat besi, zink, magnesium dan nitrogen di banding masa lainnya.

D. Masalah dan Penatalaksanaan Gizi pada Remaja

Menurut (Badriah, 2014), masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, oleh karena itu kita perlu menangani lebih lanjut tentang masalah gizi remaja. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa kelompok remaja banyak yang mengalami masalah gizi. Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang ditemukan pada remaja antara lain adalah:

1. Indeks Masa Tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus 2. Obesitas


(27)

3. Anoreksia Nervosa dan Bulimia 4. Anemia

Masalah gizi pada remaja yaitu a. Kurus

Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja wanita. Prevalensi IMT kurang atau kurus berkisar antara 30%-40%.

b. Obesitas

Obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30 standar BBI (Berat Badan Ideal) atau juga keadaan jika seorang anak mempunyai berat badan 120% lebih besar dari berat badan seharusnya pada usianya.

c. Anoreksia Nervosa dan Bulimia

Anoreksia dan bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita.

1. Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan.

2. Bulimia Nervosa

Penderita bulimia mempunyai ciri khas yang hampir sama dengan penderita anoreksia, namun pada bulimia penderita lebih sulit dideteksi karena berat tubuh mereka bisa saja melebihi batas normal, di bawah batas normal atau bahkan normal.

3. Penatalaksanaan Anoreksia dan Bulimia Nervosa


(28)

14

a. Mengembalikan berat badan normal

b. Terapi psikis yang sering kali dibarengi dengan pemberian obat obatan.

d. Anemia

Masalah gizi lain yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja putri adalah kurang zat gizi besi atau anemia.

E. Body Masa Index (BMI)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Massa Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Massa Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa,2008).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak remaja yang kurang dari 18 tahun, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali .

Rumusan perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m)x Tinggi badan (m)

Atau: Berat badat (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Supariasa, 2008).


(29)

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan batas ambang IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori Keterangan IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat rendah 17,0-18,5

Normal >18,5-25,5

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber: Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa (Waryana, 2010).

Berat normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan resiko sakit rendah. Berat badan yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan resiko terhadap berbagai macam penyakit. Khususnya bagi wanita yang mengalami kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, perdarahan yang tidak teratur) dan faktor penyakit pada persalinan (Supariasa,2008)

Menghitung Index Masa Tubuh (IMT)

Index Masa Tubuh (IMT) adalah suatu rumusan kesehatan, dimana berat badan seseorang (kg) dibagi dengan tinggi badan (��)2 dalam rumus satuan (m). IMT = BB/(��)2

Misalnya: BB= 45 kg dan TB=165 kg Maka IMT = (45)/(165)2


(30)

16

Keterangan IMT <17,0 – 18,5 = Kekurangan berat badan IMT <18,5 – 25,0 = Normal

IMT <25,0 = Kelebihan berat badan

Maka kekurangan berat badan bisa dilihat langsung dari pertumbuhan anak, yaitu dilihat dari fisik anak. Pertumbuhan fisik itu dapat dilihat langsung dari berat badan anak. Apabila anak mendapat gizi yang lebih baik, maka kenaikan berat badan anak akan terkendali (Nirwana, 2012).

F. Gangguan Menstruasi

Menurut Dewi (2013), Gangguan menstruasi adalah menstruasi yang tidak normal dalam hal panjang siklus haid, lama haid dan jumlah darah haid yang melibatkan, hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium.

a. Kelainan siklus 1. Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga bulan berturut turut.

a. Ada dua jenis amenorea yaitu

• Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid dan wanita dengan usia 14 tahun, pertumbuhan sex sekunder belum tampak tidak haid atau telah mencapai usia 16 tahun, seks sekunder tumbuh. • Amenorea sekunder adalah wanita pernah mendapat haid

tetapi kemudian tidak mendapat haid lagi dan wanita usia reproduksi pernah haid tetapi haidnya tidak datang selama tiga bulan berturut turut.


(31)

b. Sebab sebab amenorea

• Gangguan organik pusat : tumor, radang

• Gangguan kejiwaan : syok emosional, psikosis, anoreksia nervosa, pseudosiesis

• Gangguan poros hipotalamus hipofisis

Sindrom amenorea-galaktorea, sindrom stein-leventhal, amenorea hipotalamik

• Gangguan gonad

 Kelainan congenital : sindrom turner, sindrom testicular feminization.

 Menopause premature  The insensitive ovary

 Penghentian fungsi ovarium karena operasi radiasi, radang • Gangguan hipofisis

 Sindrom Sheehan dan penyakit simmonds

 Tumor : adenoma basofil (penyakit Cushing), adenoma asidofil (akromegali, gigantisme). Adenoma kromofod (sindrom Forbes-albright).

 Penyakit umum

Obesitas, gangguan gizi, DM, endometriosis TB, histerektomi, aplasia vaginae.

c. Pemeriksaan

Anamnesis : usia menarche, gangguan psikis, alat kontrasepsi yang digunakan, gangguan tyroid, DM, obat obatan, peningkat atau penurun berat badan.


(32)

18

d. pengobatan

Tidak diobati bila siklus haid berovulasi dan bila ingin diobati diberikan kombinasi estrogen dan progesterone mulai hari ke 16-25 siklus haid.

2. Polimenorea a. pengertian

polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasanya atau haid terlalu sering (<21 hari).

b. penyebab

gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal endometriosis, peradangan ovarium. c. pengobatan

• fase folikuler memendek : estrogen 2x/hari ke 3-8.

• insufiensi korpus luteum : Progesteron 5-10 mg/hari ke 18-25. 3. Oligomenorea

a. pengertian

Oligomenorea adalah siklus haid lebih panjang/ hari jarang (>35 hari). b. penyebab

Fase folikuler yang memanjang dan fase sekresi yang memanjang c. pengobatan

Bila siklus haid berovulasi tidak perlu pengobatan

b. Menurut Setiyaningrum (2014), Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid.


(33)

1. Hipermenorea (Menoragia)

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endomentrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya pada waktu haid.

Terapi pada hipermenorea pada mioma uteri niscaya tergantung dari penanganan mioma uteri sedangkan diagnosis dan terapi polip endometrium terdiri dari kerokan.

2. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Sebab sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita pada uterus (misalnya sesudah meomektromi). Pada gangguan endokrin dan lain lain. Kecuali ditemukan sebab nyata tetapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenorea tidak menganggu fertilitas. c. perdarahan diluar haid

1. Metroragia

metroragia adalah perdarahan yang terjadi tanpa ada hubungan dengan siklus haid. Penyebabnya adalah kelainan organik dan endokrinologik dan pengobatannya adalah kelaianan organik sesuai dengan penyebab (servisitis), kelaianan hormonal yaitu kombinasi enstrogen dan progesterone hari ke 16-25 siklus haid.


(34)

20

d. gangguan lain yang ada hubungan dengan haid 1. Premenstrual tension (tegangan prahaid)

Premenstrual tension merupakan keluhan keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala gejala yang tidak beberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita berumur antara 30 dan 45 tahun. Keluhan keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisa insomnia, nyeri kepala, mudah tersingung, sukar tidur, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae dan sebagainya. Sedangkan pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi dan peningkatan gejala gejala fisik tersebut diatas.

2. Mastalgia

Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma. Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum sedang pada mastalgia keras kadang kadang perlu diberhentikan metiltestosteron 5 mg sehari secara sublingual. Bromokriptine dalam dosis kecil dapat membantu pengurangan penderitaan.

3. Mittelschmerz

Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira kira sekitar pertengahan siklus haid pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan tetapi mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya


(35)

beberapa jam tetapi hanya beberapa kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan yang kadang kadang sangat sedikit berupa getah bewarna coklat sedangkan pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa. Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar dan tidak disertai mual dan muntah. Penanganan umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan.

4. Dismenorea

Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita wanita mudah pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena pengobatan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan.

Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak dibawah perut sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Penanganan dismenorea ini dapat dilakukan dengan cara penerangan dan nasehat, pemberian obat analgesik tetapi hormonal tetapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin, dilatasi kanalis servikalis dan lain sebagainya.


(36)

22

G. Siklus Menstruasi

Menurut Proverawati (2009), Siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Siklus haid juga meliputi saat-saat ketika terjadi perdarahan, beserta jarak waktu sebelum haid berikutnya mulai, dengan rata-rata 28 hari. Tetapi pada wanita yang haidnya teratur pun dapat terjadi kemelesetan beberapa hari, baik maju maupun mundur.

Selama haid, hypothalamus mengirim sejumlah faktor pencetus FSH ke kelenjar bawah otak yang membuat FSH, jumlah FSH dalam darah kemudian meningkat dan merangsang sejumlah folikel tumbuh dan membentuk estrogen sehingga jumalh darah dalam hormon meningkat. Estrogen merangsang dinding uterus agar menebal. Di akhir haid, hampir seluruh dinding runtuh, bercampur dengan darah dan keluar. Siklus menstruasi dibagi empat fase yang ditandai dengan perubahan pada endometrium uterus, fase tersebut yaitu menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi atau luteal dan fase premenstruasi atau iskemik. Fese menstruasi yaitu korpus luteum berfungsi sampai kira kira hari ke-23 atau hari ke-24 pada siklus 28 hari dan kemudian mulai bergeser, akibatnya terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium, perubahan iskemik terjadi pada anteriola dan diikuti oleh menstruasi. Fase proliferasi, stadium ini berlangsung kira kira 5 hari, kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar kelenjar mulai terjadi hipertrofi dan berproliferasi dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Fase sekresi (luteal) yaitu fase setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesterone yang meningkat dan terus diproduksinya


(37)

estrogen oleh korpus luteum dan endometrium menebal. Fase premenstrual yaitu korpus luteum menurun, kadar progesterone dan estrogen menurun, arteri pada endometruim berkontriksi dan dinding uterus menjadi menyusut dan mati karena iskemia. Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun. Titik kritis ukuran antropometri pencetus menstruasi dini (menarche) berat badan 40 kg dan tinggi badan 148 cm. terdapat hubungan antara massa lemak tubuh dengan kejadian usia menstruasi dini, begitu pulak dengan hubungan antara BMI dengan usia menstrusai (Waryana, 2010).

H. Fisiologi Menstruasi

Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hypotalamus. Hypotalamus mempunyai hormon hormon gonadotropin, hormon releasing, hormon GNRH yang mensekresi dua hormon yaitu follicle stimulating hormon releasing hormon (FSH-RH) dan luteinizing hormon releasing hormon (LH-RH). Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis interior untuk mensekresi follicle stimulating hormon dan luteinizing hormon yang menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron yang selanjutnya akan memberikan umpan balik yang mengandung kadar hormon gonadotropin kepada hipotalamus. Satu siklus menstruasi adalah siklus ovarium, siklus endometrium dan siklus sekresi. Jarak siklus berjarak antara 15-45 hari dan rata rata 28 hari. Lamanya menstruasi sekitar 2-8 hari dan rata rata 4-6 hari. Darah menstruasi tidak dapat membeku dengan jumlah sekitar 4-60-80 ml setiap siklus menstruasi (Waryana, 2010).


(38)

24

I. Faktor-Foktor Yang Mempengruhi Menstruasi 1. Faktor Hormonal

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seseorang wanita yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta progesteron yang dihasilkan ovarium (Kusmiran, 2011).

2. Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium pada perdarahan (Kusmiran, 2011) .

3. Faktor Vaskuler

Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkan dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena (Kusmiran, 2011).

4. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid (Kusmiran, 2011).


(39)

5. Faktor Status Gizi Terhadap Reproduksi

Gizi dan makanan tidak saja diperlukan dalam pertumbuhan, perkembangan fisik, mental dan kesehatan tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang untuk mendapatkan keturunan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi lebih. Kelebihan gizi pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, perdarahan yang tidak teratur).

6. Faktor Stress

Bahwa dalam sistem reproduksi wanita selain dibutuhkan nutrisi yang baik juga faktor psikologi mempengaruhi. Jika seorang wanita mengalami gangguan psikologi, meskipun nutrisinya bagus maka sistem reproduksinya bisa terganggu.

J. Hormon Yang Berperan Dalam Siklus Menstruasi

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin (Proverawati, 2009).

a. Estrogen

Estrogen atau hormon wanita bertangung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan tuba fallopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal serta


(40)

26

karakteristik seksual sekunder wanita. Hormon tersebut terutama berkaitan dengan perubahan perubahan siklus normal yang terjadi pada endometrium dan rahim selama siklus. Estradiol merupakan estrogen alam utama yang diproduksi oleh ovarium disamping beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolic dalam hati. Berbagai sediaan estrogen alam atau sintetik dikembangkan untuk pemakaian oral, parenteral maupun topical. Absorpsi biasanya baik dan absorpsi melalui kulit juga bisa menimbulkan efek sistemik. Estrogen digunakan untuk terapi pada beberapa kondisi wanita termasuk kontrol konsepsi, endometriosis, hipogonadisme, monopouse dan perdarahan abnormal sedangkan pada pria untuk penatalaksanaan paliatif kanker prostat yang tidak bisa di operasi (Proverawati, 2009).

b. Progestin

Merupakan hormon yang secara alami terutama diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta yang berperan dalam produksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur dan membantu perkembangan serta berfungsinya kelenjar mammae. Disamping efek progestationalnya, progestin sintetik tertentu memiliki efek anabolik, androgenik atau estrogenik (biasanya lemah). Progesteron merupakan progestin alam yang paling banyak yang selain efeknya sebagai hormon juga berfungsi sebagai zat untuk produksi berbagai androgen, kortikosteroid dan estrogen secara endrogen (Proverawati, 2009).

Satu sel dihasilkan oleh satu ovarium setiap 28 hari. Hormon merupakan cairan kimia yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengendalikan proses proses metabolisme dalam tubuh. Perubahan yang terjadi setiap bulan pada organ reproduksi wanita disebut siklus menstruasi. Siklus


(41)

menstruasi pada wanita terjadi setiap periode tertentu, misalnya 28 hari. Namun demikian siklus menstruasi tersebut sangat bervariasi untuk tiap individu yaitu berkisar antara 20-40 hari. Perubahan perubahan yang terjadi selama menstruasi menyakut pemasakan sel telur dan penebalan dinding rahim guna menerima sel telur yang telah dibuahi. Jika sel telur didalam ovarium masak, dinding rahim menebal. Lebih kurang pada hari ke 14 dari siklus menstruasi yang 28 hari, sel telur dihasilkan dari ovarium dan dikenal sebagai proses ovulasi (Proverawati, 2009).

Sel telur tersebut tetap hidup selama 24-48 jam dan bergerak sepanjang saluran telur menuju ke rahim uterus. Sel telur tersebut dapat dibuahi bila terdapat sperma yang hidup dalam saluran telur selama 48 jam sesudah atau sebelum ovulasi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi didalam saluran telur maka akan luruh (rusak). Dinding rahim akan luruh dan terjadi perdarahan. Peristiwa tersebut terjadi setiap bulan dan dikenal sebagai menstruasi. Lamanya menstruasi berlansung selama 4-6 hari. Saat menstruasi berlangsung, sel telur yang lain mulai mengalami pemasakan. Rahim juga mulai menebal sebagai persiapan menerima sel telur lain tersebut. Menstruasi mulai terjadi saat organ perkembangbiakan seorang gadis, menstruasi pertama terjadi pada usia 8-13 tahun dan terus berlanjut sampai usia 45-55 tahun. Pada usia lima puluhan siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan berhenti untuk selamanya, peristiwa ini disebut menopause (proverawati, 2009).


(42)

28

Tabel 2.2 Pristiwa yang terjadi dalam uterus (rahim) adalah sebagai berikut:

Hari Keadaan Rahim Hal Yang Terjadi

1-6 Peluruhan dinding Mentruasi

7-12 Dinding mulai tebal Sel telur masak dalam ovarium 13-14 Dinding semangkin tebal Ovulasi

15-28 Dinding dalam kondisi paling Sel telur bergerak menuju rahim

K. Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi

Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya pendek. Namun, penanganan kasus dengan siklus menstruasi yang tidak normal, tak berdasarkan kepada panjanh atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai. Penanganan dilakukan oleh dokter berdasarkan penyebabnya (Proverawati, 2009).

1. Fungsi Hormon Terganggu yaitu menstruasi terkait erat dengan sistem hormon

yang diatur di otak, tepatnya kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila system pengaturan ini terganggu, otomatis sistem siklus menstruasinya pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik yaitu ada ibu yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini

bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolisme didalam tubuhnya tidak bekerja dengan baik atau ibu menderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme ibu sehingga siklus menstruasinya pun tidak teratur.

3. Stres

Stres jangan dianggap enteng sebab akan menganggu sistem metabolisme didalam tubuh. Bisa saja karena stress, ibu jadi mudah lelah, berat badan turun dratis bahkan sakit sakitan sehingga metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.


(43)

4. Kelenjar Gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormon ikut terganggu.

5. Hormon Prolaktin Berlebihan

Pada ibu menyusui, produksi hormon prolaktinya cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat ibu tak kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan ibu. Pada kasus ini tak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan pada ibu guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bias tinggi biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.

Dengan siklus menstruasi yang normal, secara fisiologis menggambarkan, organ reproduksi cenderung sehat dan tidak bermasalah. Sistem hormonalnya baik ditunjukkan dengan sel yang terus diproduksi dan siklus menstruasi yang teratur. cenderung diluar kategori normal dengan berbagai pola. Mungkin pada awalnya siklus menstruasi lebih dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan menstruasi di luar siklus menstruasi normal. Misal, siklus semula 35-40 hari, tetapi bulan berikutnya bisa tidak menstruasi selama 3 bulan. Di sisi lain, ada pula yang dalam sebulan bisa mengalami menstruasi lebih dari sekali. Haid yang berlangsung kurang dari 21 hari dikategorikan siklus menstruasi yang pendek (Lyra, 2012).

Apabila siklus menstruasi itu pendek maupun panjang, sama-sama menunjukkan ketidaknormalan pada sistem metabolisme dan hormonal.


(44)

30

Dampaknya pun sama, yaitu jadi lebih sulit hamil dikemudian jika pola siklus menstruasi tidak segera ditangani oleh medis. Pada siklus pendek, perempuan mengalami “unovulasi” karena sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit untuk dibuahi. Pada siklus panjang, hal ini menandakan sel telur jarang sekali diproduksi atau perempuan mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika sel telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi. Padahal, menstruasi merupakan tanda kalau perempuan sedang subur (Lyra, 2012).

Ganggun haid dan siklusnya adalah sebagai berikut : 1. Gangguan yang berhubungan dengan haid

a) Premenstrual tension (ketegangan prahaid) b) Mastodinia

c) Ilutterschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) d) Dismenorea

2. Perdarahan uterus abnormal

a) Gangguan siklus: polimenorea, oligomenorea dan amenorea b) Gangguan perdarahan: hipermenorea, hipomenorea dan menoragia c) Perdarahan diluar haid: metroragia (Wiknjosastro, 2008).

L. Hormon Dalam Menstruasi 1. Siklus Hormonal

Pada masa pubertas anak tumbuh dengan cepat dan mendapatkan bentuk tubuh yang khas bagi jenisnya. Wanita masuk dalam masa reproduktif kurang lebih 30 tahun, masa reproduktif 30 tahun klimakterium


(45)

(Premenopause-Menopause-Post Menopause) senium (kemunduran organ tubuh dalam kemampuan fisik).

3. Siklus Ovarium

Di dalam ovarium terdapat banyak sel sel telur muda dikelilingi oleh sel sel gepeng disebut polikel primordial.

4. Hormon Hormon dari Ovarium a. Estrogen

• Timbulnya tanda kelamin skunder (timbulnya buah dada, rambut kemaluan dan lain lain)

• Menambah kontraksi uterus • Mengatur haid

• Untuk pengobatan menopause

• Untuk memulai persalinanan (kalau anak mati dalam kandungan) • Estrogen terpenting: estron, estriol dan estradiol

b. Progesteron

• Dibentuk oleh corpus luteum, setelah terjadi ovulasi, plasenta merupakan sumber pembuatan progesteron

• Dalam urine disebut pregandiol yang tertinggi terjadi pada hari ke 20 dan ke 21 setelah haid

• Pengaruhnya pada alat alat reproduksi seperti uterus dan mammae c. Testosteron

Lebih banyak didapati pada pria 5. Siklus Haid

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahanan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.


(46)

32

Menstruasi yang terjadi setiap bulanya disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun).

6. Ovulasi

Ovarium melepaskan satu sel telur setiap bulannya (ovulasi) yang biasanya terjadi 12-16 hari sebelum haid berikutnya. Untuk mendeteksi terjadinya ovulasi, beberapa wanita menggunakan suhu basal tubuh dan lender. Suhu tubuh biasanya meningkat setelah ovulasi dan terus meningkat hingga bebebrapa hari sesudahnya. Lender kental dihasilkan serviks biasanya muncul sesaat sebelum ovulasi. Lender subur ini membantu sperma bergerak menuju sel telur. Setelah dibuahi, sel telur akan menempel pada dinding rahim.

Pada dasarnya siklus haid wanita tidak sama, tapi umumnya berlangsung antara 25-35 hari (rata rata 28 hari). Hari pertama di hitung sebagai permulaan siklus haid. Jumlah hari sebelum haid berikutnya terjadi (hari pertama perdarahan). Jangka waktu menstruasi antara 3-10 hari.

M. Obesitas Dan Gangguan Siklus Menstruasi

Masa remaja adalah periode yang paling rawan dalam perkembangan hidup seorang manusia setelah ia mampu bertahan hidup (survive), dimana secara fisik ia mencari identitas diri. Dalam proses pencarian identitas diri ini, remaja masih harus dihadapkan pada kondisi lingkungan yang juga membutuhkan penyesuain kejiwaan (Waryana, 2010).

Tubuh yang ideal merupakan idaman setiap orang. Bisa dikatakan secara sederhana yang serba instan ditambah olahraga yang terkadang jarang dilakukan, cenderung menyebabkan tubuh mudah menjadi gemuk (obesitas). Obesitas


(47)

didefinisikan sebagai peningkatan berat badan yang melebihi batas kebutuhan skletal dan fisik sebagai akibat dari akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Batas kegemukan pada umumnya adalah 20% melebihi standart normal obesitas terjadi jika selama periode waktu tertentu jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dari pada jumlah yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh. Kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida pada jaringan adiposa (lemak).

Orang yang mengidap obesitas biasanya mengalami peningkatan resiko terserang beberapa penyakit dan gangguan kesehatan, salah satunya adalah mengalami gangguan siklus menstruasi. Setiap wanita normal memiliki sepasang ovarium, yang tiap bulannya menghasilkan sebuah sel telur (ovum), yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus menstruasi. Pematangan ovum (ovulasi) merupakan kunci penting bagi seorang wanita dalam menjalani kehidupan reproduksinya untuk mendapatkan keturunan dikemudian hari. Kehidupan reproduksi seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang nantinya berpotensi menimbulkan gangguan.

Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kegemukan (obesitas), yang identik dengan hiperkolestrolemia. Remaja yang tergolong obesitas dengan gangguan siklus menstruasi adalah remaja dengan Sindrom polikistik ovarium. Sindrom ovarium polikistik merupakan salah satu masalah endokrinologi pada wanita masa reproduksi yang berhubungan dengan kelainan hormonal dan dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara umum. Pada kenyataannya, baik gejala klinik, pemeriksaan biokimiawi maupun pemeriksaan penunjangnya dapat memberikan hasil yang bervariasi. Alasan yang paling sering penyebab pasien dengan sindrom ini datang ke dokter ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi dan masalah obesitas dan


(48)

34

pertumbuhan rambut yang berlebihan serta kelainan lainnya seperti hipertensi, kadar lemak darah dan gula darah yang meningkat.

Pengaruh obesitas terhadap hambatan poliferasi folikel serta pematangan ovum, yang pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi yang dapat digolongkan dalam beberapa hal yakni:

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan, yang meliputi hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea

2. Kelainan siklus yang meliputi polimenorea, oligomenorea dan amenorea

3. Perdarahan diluar siklus menstruasi, seperti keterangan premenstruasi, mastodinia, rasa nyeri pada ovulasi dan dismenorea.

Kebutuhan energi dan nutrisi remaja dan dewasa dipengruhi oleh usia reproduksi, tingkat aktifitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit lebih tinggi untuk memenuhi pertumbuhan remaja. Bila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan beresiko mengalami defisiensi. Apabila seorang wanita mengalami defisiensi nutrisi, misal defisiensi zat besi akan menyebabkan anemia. Anemia akan mengganggu aktifitas sehari-hari, juga berpengaruh pada sistem reproduksi. Gizi dan makanan tidak saja dipengaruhi bagi pertumbuhan, perkembangan fisik, mental dan kesehatan tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang agar mendapat keturunan (Sibagariang, 2010).

Pada remaja putri banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi menarche anatara lain adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kematangan sel dan asupan gizi yang dikonsumsi saat menjelang datangnya menarche (Waryana, 2010).

Suatu hal yang dapat mempengaruhi pembentukan hormon salah satunya adalah asupan gizi dengan asupan gizi yang baik dapat mempercepat pembentukan hormon-hormon yang mempengaruhi datangnya menarche. Sehingga dengan


(49)

perbaikan gizi atau asupan gizi yang baik dapat menyebabkan umur haid pertama menjadi lebih dini (Depkes RI, 1995).

Disamping itu masalah yang sering muncul adalah kelebihan asupan gizi yang dapat menyebabkan obesitas. Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan tubuh dan sistem reproduksi hormon yang berkaitan erat dengan terjadinya menarche (Depkes RI).

Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan sebagai under

weight atau “kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas batas maksimum

dinyatakan senagai “over weight” atau kegemukan. Orang-orang yang berada dibawah ukuran berat normal mempunyai resiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas ukuran normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif (Supariasa, 2008).

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Masa Index (BMI). Di Indoneia istilah Body Masa Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2008).


(50)

36

Tabel 2.3 Kerugian Berat Badan Kurang Dan Berat Badan Berlebihan (Supariasa, 2008)

N. Remaja

Remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya peubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2011). Menurut (Pieter, 2011), Dinamika masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Remaja awal

Adapun ciri ciri dinamika perkembangan psikologi pada remaja awal terlihat dari:

a. Mulai menerima kondisi dirinya b. Berkembangnya cara berfikir

BERAT BADAN KERUGIAN

Kurang (kurus) 1. Penampilan cendrung kurang baik 2. Mudah letih

3. Resiko penyakit tinggi antara lain: • Penyakit infeksi

• Depresi • Anemia • Diare

4. Wanita kurus yang hamil mempunyai risiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR

5. Kurang mampu bekerja keras Kelebihan

(gemuk)

1. Penampilan yang kurang menarik 2. Gerakan tidak gesit dan lamban

3. Mempunyai risiko penyakit antara lain: • Jantung dan pembuluh darh

• Kencing manis (diabetes melitus) • Tekanan darah tinggi

• Gangguan sendi dan tulang • Gangguan ginjal

• Gangguan kantung empedu • Kanker

4. Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid yang tidak teratur perdarahan yang tidak teratur) dan faktor penyakit pada persalinan


(51)

c. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi

d. Bersikap over estimate seperti meremehkan segala masalah, meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong

e. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada 2. Remaja tengah

Ciri ciri dinamika perkembangan psikologis pada remaja tengah yaitu: a. Bentuk fisik mangkin sempurna dan mirip dengan orang dewasa b. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna

c. Semangkin berkembang keinginan untuk mendapatkan status d. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat e. Keinginan menolong dan ditolong orang lain

3. Remaja akhir

Ciri ciri dinamika perkembangan psikologis pada remaja akhir: a. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak kanak b. Berlatih mandiri dalam membuat keputusan

c. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi

d. Dapat berfikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi dan kondisi e. Belajar menyesuaikan diri pada norma norma yang berlaku

O. Perubahan Fisik pada Remaja

Menurut (Widyastuti, 2011), perubahan fisik pada remaja diikuti munculnya tanda tanda sebagai berikut:

1. Tanda tanda seks primer

Tanda tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki laki gonad atau testis yang terletak di dalam scrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran


(52)

38

matang kemudian terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun, lalu pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada usia 20-21 tahun. Tanda bahwa fungsi organ reproduksi pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah artinya ia bermimpi mengenai yang berkaitan dengan hubungan seksual sehingga mengeluarkan sperma.

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Tingkat kecepatan antara organ satu dan lainya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira kira 5,3 gram pada usia 6 tahun rata rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lender dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan, masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan.

2. Tanda tanda seks skunder a. Laki laki

• Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan terjadi sekitar satu tahun setelah testis dan penis mulai membesar.

• Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori pori membesar. • Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif, seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat.


(53)

• Otot

Otot otot pada tubuh remaja menjadi bertambah besar dan kuat, lebih lebih bila dilakukan latihan otot maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki.

• Suara

Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan maka terjadi perubahan suara, mula mula agak serak kemudian volumenya juga meningkat.

• Benjolan di dada

di sekitar kelenjar susu Pada wanita • Rambut

Rambut bulu kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki laki.

• Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. • Payudara

Seiring pinggul membesar maka payudara juga membesar dan putting susu menonjol.

• Kulit

Kulit seperti halnya laki laki juga menjdi lebih kasar, lebih tebal, pori pori membesar.

• Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. • Otot


(54)

40 • Suara

Suara beruba menjadi semangkin merdu.

P. Ciri Ciri Umum Masa Remaja

Menurut (Pieter, 2011), ciri ciri umum masa remaja adalah 1. Sebagai periode peralihan

Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

2. periode mencari identitas diri

Kini remaja tidak puas lagi untuk sama dengan teman temannya. Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak kanak atau menjadi orang dewasa, apakah siap menjadi suami atau istri dengan latar belakang berbeda. Tugas penting yang dihadapi oleh para remaja ialah mengembangkan sense of individual indentity yaitu menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan dan standar tindakan.


(55)

41

Status Gizi

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini status gizi sebagai variabel independen sedangkan variabel dependen atau yang mempengaruhi (sebab) adalah gangguan menstruasi. Secara skematis kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Skema 3.1: Kerangka Konsep Penelitian B. Hipotesa

Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Notoatmodjo, 2010). Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.

Gangguan Menstruasi pada remaja


(56)

42

C. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional N

O

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur A Variabel

Independen

Status Gizi Remaja mengetahui keadaan tubuhnya yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan penggunaann ya. Mengukur dengan menggunakan rumus IMT yaitu BB/(TB)2 Pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan Menurut Depkes yang dikutip oleh Waryana (2010), dikatakan Kurus yaitu (Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0) dan (kekurangan

berat badan tingkat ringan 17,0-18,5)

Normal yaitu > 18,5-25,0

Gemuk yaitu (Kelebihan berat badan tingkat ringan >

25,0-27,0) dan (Kelebihan berat

badan tingkat berat > 27,0)

Ordinal

B Variabel Dependen Gangguan Menstruasi pada Remaja putrid Gangguan menstruasi yang dialami oleh mahasiswi meliputi

Wawancara Kuesioner Terganggu apabila :

- Lama haidnya (<3 hari dan >7 hari)

- Siklus haidnya


(57)

gangguan siklus, jumlah darah yang dialami setiap bulannya dan lama haid tidak normal yaitu

Amenorea yaitu keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut turut

Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasanya atau haid terlalu sering (<21 hari) Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang/haid jarang (>35 haria) Tidak terganggu apabila :

- Lama haidnya 3-7 hari

- Siklus haidnya normal yaitu 21-35 hari


(58)

44

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitik yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu pendekatan dengan melakukan pencatatan dan pengukuran variabel pada saat yang sama. Semua subjek hanya diamati satu kali saja dan penelitian tidak melakukan tindak lanjut (Notoatmodjo, 2010). Dimana bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa desain atau rancangan cross sectional (lintang potong) merupakan studi observasional, dapat bersifat deskriptif atau analitik. Pengukuran variabel-variabelnya hanya satu kali dengan waktu dapat berbeda. Studi cross sectional analitik, variabel Independen (faktor resiko, prediktor, kausal) dan variabel dependen (efek, penyakit, akibat) diidentifikasi lalu dilakukan pengukuran secara serentak atau sekaligus hanya satu kali saja, tentu tidak semua subjek dapat dilakukan pengukuran pada waktu atau hari yang sama, jadi dapat berbeda waktu tetapi pengukuran tetap satu saja, tanpa adanya tindak lanjut atau pengukuran ulang.


(59)

B. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini seluruh populasi menjadi subjek penelitian karena seluruh populasi dapat dijangkau dalam penelitian sehingga seluruh populasi menjadi keseluruhan subjek penelitian. Sampel diambil dari semua mahasiswi yang berada di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 yang berjumlah 74 orang.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015. Alasan peneliti mengambil tempat ini karena belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April tahun 2015.

E. Etika Penelitian

Menurut (Notoatmodjo, Soekidjo, 2010) Secara garis besar dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milton, 1999 dalam Bondan Palestin).


(60)

46

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek peneliti, peneliti seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan (inform concent) yang mencangkup :

a. Menjelaskan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahui kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden. 3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti sebagai kejujuran, keterbukaan dan kehati hatian. Untuk itu lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan


(61)

prosedur penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (blancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada kasusnya. Peneliti hendaknya meminimalisai dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian subjek penelitian.

F. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi data dan kuesioner, yaitu dengan cara melakukan pengukuran berat badan melalui timbang injak yang memiliki ketelitian 0,1 kg dan membaginya dengan tinggi badan melalui pengukuran tinggi badan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm dan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan kepustakaan yang mendukung tentang hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri yang termasuk dalam variabel penelitian bagi pewawancara maupun pasien.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya ataupun hal hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010).


(62)

48

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Penelitian dilakukan pada bulan Maret s/d April 2015. Setelah mendapatkan izin dari Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Cipto Medan, penelitian kemudian mengadakan pendekatan pada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian, setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (Informed consent), kemudian menjelaskan tujuan penelitian pada responden. Peneliti mengumpulkan data dengan menyebar kuesioner, mengobservasi dengan menghitung tinggi dan berat badan kepada responden satu persatu. Semua data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisa.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan pemeriksaan kuesioner dengan melihat data dan jawaban apakah sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coditing) untuk memudahkan penelitian dalam melakukan analisa data dan pengolahan data. Selanjutnya peneliti memasukkan data yang telah diperiksa dan diberi kode dengan menggunakan teknik komputerisasi, yang disebut dengan entry

data dengan menggunakan bantuan program komputer yang disesuaikan melalui

langkah berikut: 1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan tujuan melihat gambaran masing-masing variabel dalam distribusinya dengan menyajikan proporsi variabel dalam sampel penelitian. Setelah kuesioner diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.


(63)

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui hubungan terhadap objek penelitian adalah menggunakan uji chi square (X2) dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probalitas (p) < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan apabila nilai X2 hitung < X2 atau nilai probalitas (p) > 0,005 maka hipotesis penelitian di tolak yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(64)

50

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang berjudul hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri di akademi kebidanan cipto medan tahun 2015 dengan responden yang berjumlah sebanyak 74 orang dan dilakukan pada bulan maret 2015 di dapat hasil penelitian sebagai berikut:

1. Analisa Univariat a. Umur Remaja Putri

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai umur pada remaja putri sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Umur Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015

Umur (usia) Frekurnsi (orang) Persentasi (%) 18-20 50 67,8 21-23 23 31,0 >24 1 1,3 Total 74 100

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa umur remaja putri paling banyak pada usia 18-20 tahun sebanyak 50 orang (67,5%).


(65)

b. Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai status gizi pada remaja putri sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 Status Gizi Frekuensi Persentasi (%) Kurus 5 6,8

Normal 65 87,8 Gemuk 4 5,4 Total 74 100

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak mempunyai status gizi normal yaitu sebanyak 65 orang (87,8%).

c. Siklus Menstruasi Remaja Putri

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai siklus menstruasi pada remaja putri sebagai berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Gangguan Menstruasi Pada Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015

Gangguan Menstruasi Frekuensi (orang) Persentasi(%) Tidak Terganggu 65 87,8 Terganggu 9 12,2 Total 74 100 Berdasarkan Tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa responden paling banyak tidak mengalami gangguan menstruasi pada remaja putri sebanyak 65 orang (87,8%).


(66)

52

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai hubungan status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri sebagai berikut:

Tabel 5.4

Hubungan Status Gizi Dengan Gangguan Menstruasi Pada Remaja Putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015

Status Gizi Kurus Normal Gemuk Gangguan Menstruasi Value Tidak Terganggu Terganggu

Total

N % N % n %

2 3,1 3 33,3 5 100 0,001 62 95,4 3 33,3 65 100

1 1,0 3 33,3 4 100 Jumlah 65 100 9 100 74 100

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dapat dilihat penelitian yang telah dilakukan di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 74 responden, yang tidak mengalami Gangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 62 orang (95,4%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi normal yaitu sebanyak 3 orang (33,3) dan responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 2 orang (3,1%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi kurus yaitu sebanyak 3 orang (33,3%) kemudian responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 1 orang (1,0%) dan yang mengalami gangguan menstruasi dengan status gizi gemuk yaitu sebanyak 3 orang (33,3%).

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil yaitu p = 0,001 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan gangguan menstruasi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015.


(67)

B. Pembahasan 1. Status Gizi

Berdasarkan distribusi frekuensi status gizi pada remaja putri di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 menunjukkan bahwa status gizinya lebih banyak yang normal. Gizi kaum remaja yang dicermikan oleh pola makannya akan sangat menentukan apakah mereka bisa mencapai pertumbuhan fisik yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan fisik kaum remaja akan sangat ditentukan oleh asupan kalori dan protein. Dengan mengkonsumsi kalori dan protein secara cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dapat dicapai dengan baik (Dieny, 2014).

Menurut Marmi (2013), ada berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja, yaitu kebiasaan makan yang buruk, pemahaman mengenai gizi yang keliru oleh remaja dimana tubuh yang langsing menjadi idaman bagi remaja putri sehingga mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Selain itu, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu yang menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi, dan promosi yang berlebihan melalui media massa, usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru sehingga dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja sehingga tertarik untuk membelinya tanpa tahu kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. Serta masuknya produk-produk makanan siap saji (fast food) yang menjadi trend di kehidupan modern remaja saat ini menyebabkan remaja tidak lagi memperhatikan asupan gizi mereka.

Setelah dilakukan penelitian di Akademi Kebidanan Cipto Medan Tahun 2015 dapat diketahui banyak responden mengalami status gizi normal itu


(1)

LEMBAR OBSERVASI DAN KUESIONER

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI AKADEMI KEBIDANAN CIPTO MEDAN

TAHUN 2015

No.Responden

Tanggal : .../.../.../ A. Identitas Responden

1. Inisial Nama :

2. Umur : Tahun 3. Tinggi Badan : cm 4. Berat Badan : kg 5. Tingkat :

Petunjuk pengisian : Pilihlah jawaban dibawah ini dengan memberi tanda x (silang) pada jawaban yang benar.

B. Pertanyaan

1. Berapakah jarak interval atau siklus menstruasi yang anda alami setiap mentruasi...

a. 21-35 hari b. < 21 hari c. > 35 hari

2. Pada saat anda mengalami haid berapa hari anda mengalaminya? a. 1-2 hari

b. 3-7 hari c. >7 hari


(2)

64 3. Masalah yang perna anda alami saat haid ...

a. Tidak dapat haid sedikitnya 3 bulan b. Perdarahan banyak lebih dari biasanya c. Perdarahan sedikit


(3)

(4)

(5)

(6)

68 RIWAYAT HIDUP

1.

Identitas Diri

Nama : Mentari

Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 07 Januari 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

Nama Orang Tua

Ayah : Tumin

Ibu : Suyanti

Alamat : Kuta Baru Dusun V, Kec Tebing Tinggi, Kab Serdang Bedagai.

2. Riwayat Pendidikan :

Tahun 1999-2005 : SD Negeri 106234 Tebing Tinggi

Tahun 2005-2008 : SMP Swasta NUSANTARA Tebing Tinggi Tahun 2008-2011 : SMA Swasta Ir.H.Djuanda Tebing Tinggi Tahun 2011-2014 : D-III Akademi Kebidanan Cipto Medan

Tahun 2014-2015 : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara