Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Akademik di SD Negeri 153030 Kacamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah
OLEH:
M. FAKHRUROJI SIHOMBING 110100026
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran”
OLEH:
M. FAKHRUROJI SIHOMBING 110100026
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DI SD NEGERI 153030 KECAMATAN BARUS
KABUPATEN TAPANULI TENGAH
NAMA : M. FAKHRUROJI SIHOMBING
NIM : 110100026
Pembimbing Penguji I
dr. Badai Buana Nasution, M.Ked(Ped), SpA dra. Merina Panggabean NIP. 198104222008121003 NIP. 196305231992032001
Penguji II
dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M NIP. 196405021992032003
Medan, 27 Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran
Universita Sumatera Utara
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 195402201980111001
(4)
ABSTRAK
Status gizi mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Pada anak yang kurang gizi akan terjadi perubahan pada metabolisme tubuh yang berdampak pada penurunan suplai energi ke otak sehingga menurunkan fungsi kerja hippocampus dan korteks serebri dalam hal membentuk dan menyimpan memori untuk proses belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi akademik siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dengan timbangan injak digital dan microtoise serta hasil belajar dari nilai rapor. Data mengenai hubungan status gizi dengan prestasi akademik dianalisis dengan uji
chi-square.
Hasil penelitian didapatkan siswa SD Negeri 153030 yang memiliki gizi baik sebanyak 69 orang (78,4%), gizi lebih 13 orang (14,8%), dan gizi kurang sebanyak 5 orang (5,7%). Prestasi belajar siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah yang dibawah rata-rata sebesar (53,4%). Hasil uji chi square didapati nilai p=0.098.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
(5)
ABSTRACT
Nutritional status on children can affect their cognitive . Child with Malnutrition occurs changing metabolism which affect to declane of cognitive and brain abilities . This is caused of malnutrition reducing energy supply to the brain especially to hippocampus and cortex function which have the function on storing memory in learning .
This study is aimed to determine the relationship between nutritional status with student achievement of 01 153030 Kecamatan Barus Elementary school.
This is an analytic study with cross sectional design. Data are obtained from the antropometric and learning achievement are obtained from report cards. Data are analyzed using chi-square test.
The results showed that the students in Elementary School 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, who had normonutrition were
69 samples (78,4%), overweight were 13 samples (14,8%) and malnutrition were 5 samples (5,7%). Children with undergrade were 53,4%. The results of chi square test p = 0.098.
Form this study can be concluded that there is no relationship between nutritional status and student’s learning achievement in Elementary School 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
Proposal karya tulis ilmiah ini diberi judul “Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Akademik di SD Negeri 153030 Kacamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah” disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam pengerjaan proposal karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Badai Buana Nasution, M.Ked (Ped), SpA, selaku dosen pembimbing penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
2. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
Peneliti menyadari proposal karya tulis ilmiah ini masih ada kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan proposal karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, peneliti berharapkan proposal karya tulis ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, 29 Januari 2015 Peneliti
M. Fakhruroji Sihombing NIM : 110100026
(7)
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN………. ABSTRAK……… ABSTRACT……….. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN………
BAB 1 PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang……….... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian……….
1.3.1. Tujuan Umum………... 1.3.2. Tujuan Khusus………... 1.4. Manfaat Penelitian………...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Status Gizi………...
2.1.1. Pengertian Status Gizi………. 2.1.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar………. 2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi…….. 2.1.4. Cara Penentuan Status Gizi ……….…………. 2.1.5. Metode Penilaian Status Gizi………. 2.2. Prestasi Belajar ………... 2.2.1. Defenisi………. i ii iv vi v viii ix x 1 1 2 2 2 2 3 4 4 4 5 5 6 8 13 13
(8)
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar …
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 3.1. Kerangka konsep penelitian... 3.2. Variabel dan definisi operasional... 3.3. Hipotesa...
BAB 4 METODE PENELITIAN... 4.1. Jenis Penelitian... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 4.3.1. Populasi ... 4.3.2. Sampel ... 4.3.3. Teknik pengambilan sampel ... 4.3.4. Kriteria inklusif ... 4.3.5. Kriteria eksklusif...……… 4.4. Metode Pengunpulan Data ... 4.5. Pengolahan dan Analisa Data ...
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……… 5.1. Hasil……… 5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian……… 5.1.2. Deskripsi karakteristik sampel……….. 5.1.3. Analisa status gizi berdasarkan jenis kelamin………. 5.1.4. Analisa prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin.. 5.1.5. Analisa hubungan status gizi dengan prestasi
akademik……….. 5.2. Pembahasan………. 5.2.1. Hubungan jenis kelamin dengan status gizi…………..
14 18 18 18 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 21 22 22 22 22 23 24 25 27 27
(9)
5.2.2. Hubungan jenis kelamin dengan prestasi akademik… 5.2.3. Hubungan status gizi dengan prestasi akademik……..
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 6.1. Kesimpulan………. 6.2. Saran………
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN
27 28
30 30 30
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 3.2.
Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5.
Tabel 5.6. Tabel 5.7.
Tabel 5.8.
Judul
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Distribusi Karakteristik Sampel
BB/U berdasarkan jenis kelamin TB/U berdasarkan jenis kelamin BB/TB berdasarkan jenis kelamin
Prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin BB/U berdasarkan prestasi akademik
TB/U berdasarkan prestasi akademik BB/TB berdasarkan prestasi akademik
Halaman 18
22 23 23 24 24 25 26 26
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 3.1
Judul
Kerangka Konsep Penelitian
Halaman 18
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Curriculum Vitae Lampiran 2 Etical Clearance Lampiran 3 Tabel z-score
(13)
ABSTRAK
Status gizi mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Pada anak yang kurang gizi akan terjadi perubahan pada metabolisme tubuh yang berdampak pada penurunan suplai energi ke otak sehingga menurunkan fungsi kerja hippocampus dan korteks serebri dalam hal membentuk dan menyimpan memori untuk proses belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi akademik siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dengan timbangan injak digital dan microtoise serta hasil belajar dari nilai rapor. Data mengenai hubungan status gizi dengan prestasi akademik dianalisis dengan uji
chi-square.
Hasil penelitian didapatkan siswa SD Negeri 153030 yang memiliki gizi baik sebanyak 69 orang (78,4%), gizi lebih 13 orang (14,8%), dan gizi kurang sebanyak 5 orang (5,7%). Prestasi belajar siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah yang dibawah rata-rata sebesar (53,4%). Hasil uji chi square didapati nilai p=0.098.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
(14)
ABSTRACT
Nutritional status on children can affect their cognitive . Child with Malnutrition occurs changing metabolism which affect to declane of cognitive and brain abilities . This is caused of malnutrition reducing energy supply to the brain especially to hippocampus and cortex function which have the function on storing memory in learning .
This study is aimed to determine the relationship between nutritional status with student achievement of 01 153030 Kecamatan Barus Elementary school.
This is an analytic study with cross sectional design. Data are obtained from the antropometric and learning achievement are obtained from report cards. Data are analyzed using chi-square test.
The results showed that the students in Elementary School 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, who had normonutrition were
69 samples (78,4%), overweight were 13 samples (14,8%) and malnutrition were 5 samples (5,7%). Children with undergrade were 53,4%. The results of chi square test p = 0.098.
Form this study can be concluded that there is no relationship between nutritional status and student’s learning achievement in Elementary School 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak yang sehat adalah anak yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar sesuai standar pertumbuhan fisik pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya (Santoso, 2004). Sesuai dengan visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk pembangunan kesehatan yang pada dasarnya lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan pelayanan penyembuhan dan rehabilitasi serta meningkatkan pemberdayaan sumber daya kesehatan dalam menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja yang berakibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan gizi (Hamurwono, 2001). Maka dari itu salah satu usaha kesehatan adalah perbaikin gizi pada usia dini, terutama pada usia 7-12 tahun.
Berbagai masalah kesehatan banyak ditemui dikalangan anak sekolah diantaranya adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal, dan faktor yang mengakibatkan tersebut adalah faktor gizi. Dan masih banyak lagi dibeberapa wiliayah Indonesia anak yang asupan gizinya memprihatinkan, padahal asupan gizi yang baik tiap harinya dibutuhkan anak-anak tersebut supaya memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi penerus bangsa yang unggul (Santoso, 1999).
Dan adapun Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu: anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi (Dinkes, 2009).Gizi buruk dapat menyebabkan penurunan kekebalan, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, dan mengurangi produktivitas (WHO, 2013).
Prevalensi anak sekolah yang mengalami gizi kurang 18,4 % sehingga Indonesia termasuk diantara 36 negara di dunia yang member 90 % kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008). Walaupun pada tahun 2010
(16)
prevalensi gizi kurang menurun 17,9 %, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik diwilayah rawan (Riskesdas 2010).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa status gizi yang baik sangat penting untuk pemberdayaan kualitas hidup seseorang dan produktivitas kerja, khususnya bagi anak yang dalam tahap perkembangan baik fisik maupun intelegensi yaitu anak pada masa Sekolah Dasar. Maka dari itu peneliti ingin meneliti bagaimana hubungan status gizi dengan tingkat intelegensia yang mana diukur melalui prestasi akademik anak di sekolah. Peneliti ingin meneliti hubungan tersebut di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah. Tempat ini dipilih karena merupakan sekolah tempat peneliti tinggal dan beragam keadaan sosial ekonomi yang mencerminkan keadaan status gizi dan prestasi akademik anak di sekolah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan status gizi dengan prestasi akademik di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah ?”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik siswa di sekolah SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan status gizi siswa di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah
2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran prestasi akademik siswa di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah
(17)
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan status gizi dengan jenis kelamin siswa di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan status gizi dengan prestasi akademik siswa di sekolah SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.4. Manfaat Peneletian
1. Bagi Pelayanan Kesehatan bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan konseling kepada siswa, masyarakat maupun keluarganya tentang pentingnya kebutuhan gizi yang baik dan tepat.
2. Bagi orang tua siswa bermanfaat untuk pengetahuan maupun referensi tentang pentingnya gizi baik dan menetukan pola makan yang sehat bagi keluarganya.
3. Bagi peneliti bermanfaat untuk pengetahuan dan pengalaman serta dalam penulisan karya ilmiah bagi peneliti.
4. Bagi pihak sekolah bermanfaat untuk merencanakan program gizi baik bagi setiap siswanya dan memberikan pengetahuan tentang gizi baik dan tepat,Agar meningkatkan prestasi akademik dan SDM anak-anak didiknya.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Pengertian Status Gizi
Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan, yang dipergunakan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi (Jellife, 1989).
Status gizi adalah tingkat kecukupan dan penggunaan satu nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Jahari, 1988). Status gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari (Coitinho, 1992). Infeksi juga ikut mempengaruhi status gizi. Masalah kurangnya asupan zat gizi dan adanya penyakit infeksi biasanya merupakan penyebab utama (Mahan, 1998).
Gizi baik merupakan kondisi dimana nutrisi yang menyuplai tenaga seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air memenuhi keperluan tubuh seseorang. Nutrisi organik yang diperlukan oleh tubuh sesorang termasuk 9 macam asam amino, asam lemak, glukosa, empat macam vitamin larut lemak, 10 macam vitamin larut air, diet serat dan kolin. Bagi nutrisi non organik, termasuk empat macam mineral, 7 macam trace mineral, 3 elektrolit dan ultra trace elemen juga diperlukan dalam diet. Nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang berbeda mengikut umur dan kondisi fisiologis (Johanna Dwyer, 2012).
Gizi kurang merupakan kondisi dimana apabila seseorang tidak boleh lagi mempertahankan natural bodily capacities seperti pertumbuhan, resistan terhadap infeksi, penyembuhan dari penyakit, pembelajaran dan juga aktivitas fisik. Sebab utama dari undernutrition adalah kekurangan asupan makanan sewaktu anak yang mencakupi kekurangan ASI. Antara lain adalah penyakit seperti HIV/AIDS, diare, pnemonia dan malaria (UNICEF, 2006).
(19)
Gizi lebih merupakan konsumsi nutrisi dan makanan ke tahap yang membahayakan kesehatan seperti kondisi obesitas, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan kanker. (Unite for Sight, 2013).
2.1.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Pada masa sekolah, anak usia 6 – 12 tahun banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana serta lingkungan baru dalam kehidupannya. Pada usia ini, anak mempunyai banyak aktivitas diluar rumah sehingga terkadang melupakan waktu makan. Selain itu, anak juga sudah aktif memilih makanan yang disukai sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka dan akhirnya dapat mempengaruhi status gizinya (Moehji, 1992).
Dengan meningkatnya kebutuhan akan zat gizi pada usia sekolah, misalnya untuk melaksanakan tugas atau berjalan jauh yang membutuhkan energi lebih besar dari pada anak yang lebih muda, akan membuat anak usia sekolah menjadi beresiko tinggi menderita malnutrisi atau kelaparan dibandingkan anak usia 3 – 5 tahun (Rosner, 1990).
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi
Menurut Soekirman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung
1. Penyebab langsung, yaitu : a. Asupan Makanan
b. Penyebab infeksi yang mungkin diderita
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya, anak yang mendapat makanan yang tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya berakibat kurang gizi.
(20)
2. Penyebab tidak langsung, yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota dalam jumlah yang cukup dan baik untuk gizinya. Ketahanan pangan keluarga mencakup ketersediaan pangan baik dari hasil produksi sendiri maupun dari sumber lain atau pasar. Harga pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
b. Pola pengasuhan anak meliputi sikap dan perilaku ibu atau pengaruh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya.
c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, yaitu akses dan keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik. Semakin baik ketersediaan air bersih yang cukup untuk keluarga serta semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah peningkatan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.
2.1.4. Cara Penentuan Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variable lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan BB maupun TB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
(21)
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu, penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuan yang dipakai yaitu 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Bila jumlah hari kurang dari 15, dibulatkan kebawah dan bila jumlah hari lebih dari 15 dibulatkan ke atas (Depkes RI, 2004).
2. Berat Badan
Berat Badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan dinyatakan Indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan Berat Badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketepatan umur, sehingga kurang dapat menggambarkan kecendrungan perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Abunain, 1990).
3. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan Berat Badan Lahir Rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan Menurut Tinggi Badan). Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun. Selain itu, indeks ini dapat menggambarkan kecenderungan perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Depkes RI, 2004).
Berat badan dan Tinggi badan adalah parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi
(22)
untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Khumaidi, 1994). Berdasarkan baku rujukan antropometri menurut Centers for Disease Control (CDC) tahun 2000 untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan z-score sebagai batas ambang. Penilaian gizi anak-anak di Negara-negara yang populasinya relative baik (well nourished), sebaiknya menggunakan persentile, sedangkan untuk gizi anak-anak di Negara yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Abunain, 1990).
2.1.5. Metode Penilaian Status Gizi
Secara umum penilaian status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2010).
1. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
1.1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status).
(23)
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut: Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: IMT = berat badan (kg) / kuadrat tinggi badan (m)
(24)
1. IMT<17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
f. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.
g. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu:
1). Persen terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi, median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas. Contoh pemakaian cara ini adalah pada penentuan status gizi dengan ketentuan Eid Index dengan menggunakan kurva CDC-NCHS 2000.
(25)
2). Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3). Standar Deviasi Unit (SDU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Jika hasil pengukuran lebih besar dari nilai median, maka NSBR adalah hasil pengurangan +1 SD dengan median. Namun jika hasil pengukuran lebih rendah dibanding median, maka NSBR adalah hasil pengurangan median dengan -1 SD.
Kategori BB/U :
1. Kategori Gizi Buruk, jika z-score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika z-score > -3,0 s/d z-score < -2,0 3. Kategori Gizi Baik, jika z-score > -2,0 s/d z-score < 2,0 4. Kategori Gizi Lebih, jika z-score >2,0
Kategori TB/U :
1. Kategori Sangat Pendek, jika z-score < -3,0
2. Kategori Pendek, jika z-score > -3,0 s/d z-score < -2,0 3. Kategori Normal, jika z-score > -2,0
Kategori BB/TB:
1. Kategori Sangat Kurus, jika z-score < -3,0 Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
(26)
2. Kategori Kurus, jika z-score > -3,0 s/d Z-score < -2,0 3. Kategori Normal, jika z-score > -2,0 s/d Z-score < 2,0 4. Kategori Gemuk, jika z-score > 2,0
1.2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
1.3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
1.4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
(27)
2. Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga (Proverawati, 2010) yaitu :
2.1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.
2.2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
2.3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.
2.2. Prestasi Belajar 2.2.1. Definisi
Prestasi belajar adalah merupakan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru (KBBI, 1993).
(28)
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Soematri (1978), Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis sebagai contoh : faktor kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan, daya ingat, kemauan, bakat.
1. Faktor internal : 1.1. Faktor biologis
a. Kandungan sampai lahir, sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan seseorang.
b. Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian didalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat diperlukan diantaranya makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga dan istirahat yang cukup.
1.2. Faktor psikologis a. Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja mencapai prestasi belajar tinggi jika proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
(29)
b. Kemauan
Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagiamanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.
c. Bakat
Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam suatu bidang.
d. Daya ingat
Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Sifat cepat atau lambat : menunjukkan lamanya waktu untuk memasukan kesan kedalam pikiran
2. Sifat setia : kesan-kesan yang masuk dapat disimpan sama persis dengan objek yang sebenarnya
3. Sifat tahan lama : sifat ini juga dimiliki oleh daya menyimpan yang berarti kesan-kesan yang masuk dapat disimpan dalam waktu yang lama atau tidak mudah lupa
4. Sifat luas : sifat inipun dimiliki oleh daya menyimpan, yang berarti dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang benyak
5. Sifat siap : sifat ini dimiliki oleh daya reproduksi, yang berarti dapat mengeluarkan kembali kesan-kesan yang telah tersimpan didalam pikiran, baik secara lisan maupun secara tertulis, kemampuan mengingat ini
(30)
dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang lain diantaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi.
6. Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan dan segenap panca indra ke satu objek didalam satu aktivitas.
2. Faktor Eksternal
Adalah merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor waktu.
2.1. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.
2.2. Faktor lingkungan sekolah
Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup dan memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil sekolah.
(31)
2.3. Faktor lingkungan masyarakat
Didalam masyarakat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar,ada pula lingkungan atau tempat tertentu yang menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu seperti kursus bahasa inggris dan lain-lain. Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi yang mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, bioskop dan lain-lain.
2.4. Faktor waktu
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa dan mahasiswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.
(32)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi, dan variabel dependen adalah prestasi akademik dan jenis kelamin.
Tabel 3.2.Definisi operasional dan skala pengukuran Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Status gizi anak Adalah keadaan tubuh akibat konsumsi zat-zat makanan Berat badan dengan timbangan , tinggi badan dengan mikrotoise BB(kg) dan TB(cm) menurut umur(tah un) berdasark an tabel dengan
Kategori BB/U : Gizi buruk, (z-scor <-3,0), Gizi kurang (z-score >-2,0 s/d <-2, Gizi baik (z-score >-2,0 s/d z-score <2, Gizi lebih (z-score >2)
Ordinal
Status Gizi :
BB/U TB/U BB/TB
Prestasi akademik Jenis Kelamin
(33)
hasil hitungan z-skor
Kategori TB/U : Sangat pendek (z-score <-3,0), Pendek (z-score >-3,0 s/d z-score -2,0), Normal (z-score -2,0)
Kategori BB/TB : Sangat kurus (z-score <-3,0, kurus (z-score >-2,0), Normal (z-score >-2,0 s/d 2,0), Gemuk (z-score >2,0) Prestasi akademik di sekolah Hasil Rata-rata nilai Ujian pada semester ganjil dan semester genap Data Nilai Hasil Ujian dari Sekolah Pengamat an data hasil ujian Semester -sangat baik (≥ 85) -baik (70-85) -kurang baik (50-69) -tidak baik (≤ 49)
Ordinal
3.3. Hipotesa
Yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik anak di sekolah.
(34)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang mencari hubungan tingkat status gizi dengan prestasi akademik pada anak-anak sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2014.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah bagi kelas 4,5 dan 6.
4.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 87 orang .
4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Total sampling, dimana semua populasi sampel dijadikan sampel penelitian.
4.3.4. Kriteria Inklusif
Semua Siswa SD Negeri 153030 Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah di kelas 4,5 dan 6.
4.3.5. Kriteria Ekslusif
Semua yang tidak hadir dalam penelitian atau tidak setuju menjadi subjek penelitian.
(35)
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data mengenai antropometri anak didapat dengan pengukuran terhadap berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran terhadap tinggi badan menggunakan mikrotoise. Kemudian ditentukan status gizinya dengan menggunakan tanel BB/TB dengan table Z-score.
4.4.2. Data Sekunder
Adapun data sekunder meliputi data indeks prestasi anak sekolah dasar yang diperoleh dari nilai ujian semester responden meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, PKN, Matematika, IPA dan IPS yang diambil dari data sekolah SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah. Adapun alasan peneliti mengambil data dari mata pelajaran tersebut karena merupakan bidang studi pokok.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data mengenai status gizi dan prestasi akademik akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian kedua variabel akan dianalisis hubungannya dengan menggunakan uji statistik dengan uji chi square dan diolah dengan bantuan SPSS.
(36)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah. Berlokasi di Desa Kedaigedang Kecamatan Barus.
5.1.2. Deskripsi karakteristik sampel
Responden siswa dalam penelitian ini sebanyak 87 orang yang berasal dari kelas 4, 5 dan 6. Jumlah Siswa pada kelas 4 adalah 21 orang, laki-laki sebanyak 11 orang dan perempuan sebanyak 10 orang, jumlah siswa pada kelas 5 adalah 41 orang, dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas 5a dan kelas 5b. Pada kelas 5a jumlah responden sebanyak 20 orang , laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 10 orang. Selanjutnya kelas 5b jumlah responden sebanyak 21 orang. Laki-laki sebanyak 12 orang dan perempuan sebanyak 9 orang. Dan yang terakhir kelas 6 yang berjumlah 25 orang responden perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 15 orang.
Table 5.1 Distribusi Karakteristik Sampel Karakteristik Frekuensi n(%)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
49 (56%) 38 (43,7%)
Usia (tahun) 9
10 11
21 (23,9%) 41 (46,6%) 25 (28,4%)
(37)
Berdasarkan jenis kelamin siswa, laki-laki sebanyak 49 orang (56,3%), perempuan sebanyak 38 orang (43,7%). Sedangkan berdasarkan usia siswa, usia 9 tahun sebanyak 21 orang (23,9%), 10 tahun sebanyak 41 orang (46,6%), dan usia 11 tahun sebanyak 25 orang (28,4%). Dan dapat disimpulkan lebih banyak siswa laki-laki dari pada perempuan.
5.1.3. Analisa status gizi berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 BB/U berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan p value Status Gizi
Gizi kurang Gizi Baik
13 (26.5%) 36 (73,5%)
10 (26,3%) 0,982 28 (73,7%)
Berdasarkan tabel 5.2 BB/U berdasarkan jenis kelamin, didapatkan laki-laki dengan gizi kurang sebanyak 13 orang (26,5%) dan gizi baik sebanyak 36 orang (73,5%) , perempuan didapatkan dengan gizi kurang sebanyak 10 orang (26,4%) dan gizi baik sebanyak 28 orang (73,7%). Hubungan antara status gizi dengan jenis kelamin berdasarkan tabel chi square didapatkan hasil p value = 0,982 hal ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan jenis kelamin.
Tabel 5.3 TB/U berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan p value Status Gizi
Sangat Pendek Pendek
Normal
7 (14,3%) 26 (53,1%) 16 (32,7%)
8 (21,1%) 0,213 13 (33,3%)
17 (44,7%)
Berdasarkan tabel 5.3 TB/U berdasarkan jenis kelamin, didapatkan laki-laki dengan status gizi sangat pendek sebanyak 7 orang (14,3%), pendek sebanyak 26 orang (53,1%) dan normal sebanyak 16 orang (32,7%), perempuan didapatkan dengan status gizi sangat pendek sebanyak 8 orang (21,1%), pendek sebanyak 13
(38)
orang (33,3%) dan normal sebanyak 17 orang (44,7%). Hubungan antara status gizi dengan jenis kelamin berdasarkan tabel chi square didapatkan hasil pvalue = 0,213 hal ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara TB/U dengan jenis kelamin.
Tabel 5.4 BB/TB berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan p value Status Gizi Gizi kurang Gizi Baik Gizi Lebih 4 (8,2%) 36 (73,5%) 9 (18,4%)
1 (2,6%) 0,286 33 (86,8%)
4 (10,5%)
Berdasarkan tabel 5.4 BB/TB berdasarkan jenis kelamin, didapatkan laki-laki dengan gizi kurang sebanyak 4 orang (8,2%), gizi baik sebanyak 36 orang (73,5%) dan gizi lebih sebanyak 9 orang (18,4%), perempuan didapatkan dengan gizi kurang sebanyak 1 orang (2,6%), gizi baik sebanyak 33 orang (86,8%) dan gizi lebih sebanyak 4 orang (10,5%). Hubungan antara status gizi dengan jenis kelamin berdasarkan tabel chi square didapatkan hasil p value = 0,286 hal ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara BB/TB dengan jenis kelamin.
5.1.4. Analisa prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.5 Prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin
Prestasi Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik Laki-laki 0 29 (59,2%) 20 (40,8%) 0
Perempuan p value
0 0,105 18 (47,4%)
17 (44,7%) 3 (7,9%)
(39)
Selanjutnya laki-laki dengan prestasi kurang baik sebanyak 29 orang (59,2%) dan prestasi baik sebanyak 20 orang (40,8%), perempuan dengan prestasi kurang baik sebanyak 18 orang (47,4%), prestasi baik sebanyak 17 orang (44,7%) dan yang sangat baik sebanyak 3 orang (7,9%). Hubungan antara prestasi akademik dengan jenis kelamin berdasarkan tabel chi square didapatkan hasil p value = 0,105, hal ini juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara prestasi akademik dengan jenis kelamin
5.1.5. Analisa hubungan status gizi dengan prestasi akademik
Tabel 5.6. Tabulasi Silang Hubungan BB/U dengan Prestasi Prestasi p value
Sangat
Baik Baik
Kurang Baik Status
Gizi
gizi kurang 2(8,7%) 13(52,2%) 9(39,1%) 0,107 gizi baik 1(1,6%) 25(39,1%) 38(59,4%)
Dari data yang didapat menunjukkan bahwa, status gizi kurang dengan prestasi sangat baik sebanyak 2 orang (8,7%), prestasi baik sebanyak 13 orang (52,2%) dan prestasi kurang baik sebanyak 9 orang (39,1%), status gizi baik dengan prestasi sangat baik sebanyak 1 orang (1,6 %), prestasi baik sebanyak 25 orang (39,1%) dan prestasi kurang baik sebanyak 38 orang (59,4%)
Berdasarkan table di atas, didapati bahwa nilai p value 0,107 lebih besar dari nilai kemaknaan (α) 0.05 ini berarti tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi pada anak.
(40)
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Hubungan TB/U dengan prestasi
Prestasi p value Sangat
Baik Baik
Kurang Baik Status
Gizi
S. pendek 1(6,7%) 7(46,7%) 0 0,098 Pendek Normal 2(5,1%) 0 16(41%) 14(42%) 39(44,8%) 19(58%)
Dari data yang didapat menunjukkan bahwa, status gizi sangat pendek dengan prestasi sangat baik sebanyak 1 orang (6,7%), prestasi yang baik sebanyak 7 orang (46,7%) dan prestasi kurang baik sebanyak 7 orang (46,7%). Status gizi pendek dengan prestasi sangat baik sebanyak 2 orang (5,1%), prestasi baik sebanyak 16 orang (41,0%) dan prestasi kurang baik sebanyak 21 orang (53,8%). Selanjutnya status gizi normal dengan prestasi baik sebanyak 14 orang (42,4%) dan prestasi kurang baik sebanyak 19 orang (57,6%).
Berdasarkan table di atas, didapati bahwa nilai p value 0,696 lebih besar dari nilai kemaknaan (α) 0.05 ini berarti tidak terdapat hubungan antara TB/U dengan prestasi akademik.
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan BB/TB dengan Prestasi Akademik Prestasi p value
Sangat
Baik Baik
Kurang Baik Status
Gizi
gizi kurang 0 5(5,7%) 0 0.098 gizi baik 3(3,4%) 27(31%) 39(44,8%) gizi lebih 0 5(5,7%) 8(9,2%)
Dari data yang didapat menunjukkan bahwa, status gizi kurang dengan prestasi baik sebanyak 5 orang (5,7%), status gizi baik dengan prestasi yang sangat baik sebanyak 3 orang (3,4%), status gizi baik dengan prestasi baik sebanyak 27 orang (31%) dan status gizi baik dengan prestasi kurang baik
(41)
sebanyak 39 orang (44,8%). Selanjutnya gizi lebih dengan prestasi baik sebanyak 5 orang (5,7%) dan gizi lebih dengan prestasi kurang baik sebanyak 8 orang (9,2%).
Berdasarkan table di atas, didapati bahwa nilai p value 0.098 lebih besar dari nilai kemaknaan (α) 0.05 ini berarti tidak terdapat hubungan antara BB/TB dengan prestasi akademik.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Hubungan jenis kelamin dengan status gizi
Hasil pengukuran terhadap status gizi berdasarkan indeks BB/U, menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang berstatus gizi baik (73,7%) dari pada laki-laki (73,5%).
Berdasarkan indeks TB/U, menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang berstatus gizi normal (44,8%) dari pada laki-laki (18,4%).
Berdasarkan pengukuran terhadap status gizi berdasarkan indeks BB/TB, menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang berstatus gizi baik (86,8%) dari pada laki-laki (73,5%).
Berdasarkan status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB) tersebut, perempuan lebih baik status gizinya dari pada laki-laki, sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Suhendri, 2009), yang berpendapat bahwa status gizi perempuan seharusnya lebih tinggi dari pada laki-laki, sebab pada usia dewasa akan mengalami proses kehamilan. Sehingga ketika pertambahan berat badannya sesuai dengan pertambahan usianya, maka resiko untuk mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi lebih kecil.
5.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Akademik
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak responden perempuan yang berprestasi baik dari pada responden laki-laki, serta lebih banyak responden laki-laki yang berprestasi kurang baik dari pada responden perempuan. Tetapi dari hasil pengujian berdasarkan chi square didapatkan p value = 0,105. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
(42)
kelamin dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Nuryoto, 1998), tentang Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki dan Perempuan di wilayah yogyakarta, berpendapat bahwa secara umum prestasi akademik perempuan lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. (Elviani, Aprilyadi.2013), juga menemukan dalam penelitiannya bahwa lebih banyak responden perempuan yang prestasi akademiknya lebih baik dari pada responden laki-laki.
5.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Akademik
Berdasarkan Pada uji analisis dengan uji chi-square, didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan (Elviani, Aprilyadi. 2013), Hubungan Status Gizi dan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II di SD Negeri 56 Kota Lubuklinggau, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Serta penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian (Sa’adah, Herman, Sastri. 2014) yang menyatakan bahwa ada Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang.
Menurut (Husini Mahdin Anwar, 2006) Kecerdasan adalah efek tidak langsung. Kurang Gizi menyebabkan isolasi diri, yaitu untuk mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku, eksploratori, perhatian, dan motivasi. Pada keadaan kekurangan gizi, anak menjadi tidak aktif, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik disekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Sehingga perkembangan kognitif terhambat, ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan Kurang Gizi. Selain itu intelegensi siswa juga dipengaruhi oleh faktor siswa sendiri yaitu keluarganya, sekolah dan tempat dia bermain (Willis, 2012). Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh, serba kekurangan, dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
(43)
siswa. Siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi (Agustini, Malonda, Purba. 2013).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, seperti lingkungan, aspek psikologis dan faktor pendekatan belajar. Seorang siswa yang bersikap conserving (apatis) terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar (Syah, 2010).
(44)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SD Negeri 153030 Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, dapat disimpulkan :
1. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan jenis kelamin dan prestasi akademik dengan jenis kelamin
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi akademik
6.2. Saran
1. Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah
Memberitahukan hasil penelitian kepada pihak sekolah tentang hasil penelitian, serta menyarankan pihak sekolah agar lebih memperhatikan mutu pembelajaran disekolah tersebut dan menjelaskan banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
Memberitahukan kepada dinas kesehatan hasil penelitian yang dilakukan, serta menyarankan dinas kesehatan untuk melakukan penelitian faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi akademik.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. 2008. PrestasiBelajar. Diunduh: http : //spesialis-torch.com
Abunai n, D. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi.
Puslitbang Gizi Bogor Persada
Coitinho, D. 1992. Understanding Human Rights Appoches to Food and Nutritional Security in Brazil. SCN NEWS
Depkes RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta. Dinkes Kabupaten Luwu Utara. 2009. Tentang Gizi Buruk, Faktor-Faktor
Terjadinya Gizi Buruk
Elviani dan Aprilyadi.2013.Hubungan status gizi dan jenis kelamin dengan prestasi belajar pada siswa kelas II di SD Negeri 56 Kota Lubuklinggau
Hamurwono, G.B.dkk.2001.Pelayanan Medik Dasar Menyongsong Millenium III.Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosisal, Jakarta
Ijarotimi OS, Ijadunolo KT. 2007.Evaluation of energy and micronutrients intake with learning achievement at Nigerian. Journal of Nutrition.; 3(4): 250-3. Jahari, A.B. 1988. Antropometri sebagai Indikasi Status Gizi. Gizi Indonesia,
Journal of The Indonesian Nutrition Association
Jelliffe, D.B. and Jelliffe, E. F. P. 1989. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford University
Johana Dwyer. 2012. Nutrient Requirements and Dietary Assessment. In: Dan L.Longo,Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Kamus Besar Bahasa Indonesia (tim).1989.Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.cetakan 2, Balai Pustaka : Jakarta Kementerian Kesehatan RI.2010. Riset Kesehatan Dasar 2010
Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia
Kumara, A. 1989. Studi Validitas dan Reliabilitas Culture Fair Intelligence Test Skala 3 sebagai Alat Ukur Intelligensi pada Para Mahasiswa.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
(46)
Mahdin, Anwar Husaini.2006.Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
Mahan, L.K. and Arlin, M.T. 1998. Krause’s Food: Nutrition and Diet Therapy. 8th ed. Philadelphia
Mc Wayne, C. 2004. A multivariate examination of parent involvement and the social and academic competencies of urban kindergarten children. Psychology in the Schools
Moehji, S. 1992. Ilmu Gizi. Cet. 2. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Neisser, U., Boodoo, G., Bouchard, Jr, T.J., Boykin, A.W., Brody, N., Ceci, S.J., Halpern, D.F., et al. 1996. Intelligence: Knowns and Unknowns.
Nuryoto.1998. Perbedaan Prestasi Akademik Antara laki-laki dan perempuan di wilayah Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Pamularsih, A. 2009. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi akademik Siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Laporan Penelitian
Papalia, D.E., et al. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan)
Bagian I s/d IV Ed.IX. Jakarta: Penerbit Kencana
Proverawati.2010.Buku ajar gizi untuk kebidanan.Jogjakarta: Nuha Medika
Purba RB.2010. Hubungan kecerdasan emosional, status gizi dengan prestasi belajar (tesis). Universitas Diponegoro
Sa’adah dkk.2013.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Sudati.1989.Hasil analisa data Susenas Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang.FK UNAND
Rosner, B. 1990. Fundamentals of Biostatistics. 3th ed. Massachusetts: PWS-Kent Publishing Company
Santoso, S.Dkk.1999.Kesehatan dan Gizi.PT.Rineka Cipta : Jakarta
Santoso, Soegeng.2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 1
Edisi V. Jakarta: Penerbit Erlangga
Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi 11. Jakarta: Penerbit Erlangga
(47)
Senjaya, S. 2009. Pengertian Inteligensi.
http://sutisna.com/psikologi/inteligensi/pengertian-inteligensi/
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Soemantri, A.G. 1978.Hubungan Anemia Kekurangan Zat Besi dengan Konsentrasi dan Prestasi Belajar. Tesis : Program Pascasarjana UNDIP. Suhendri.2009.Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak dibawah
lima tahun (balita) : Tangerang
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Unicef.2006. Progress for children. Available:
Uniteforsight.2013. OverNutrition. Available:http://www.uniteforsight.org/hung
WHO. 2013. Nutrition. Available :
Wibowo, Kusno, R.H., Rihati, S. 1995. Media Gizi Keluarga
Willis, S.(2012). Psikologi Pendidikan.Bandung : Alfabeta
Zainul, A. Dan Nasution, A.1997. Penilaian Hasil Belajar, Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud
(48)
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 49 55.7 56.3 56.3
perempuan 38 43.2 43.7 100.0
Total 87 98.9 100.0
Missing System 1 1.1
Total 88 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 9 21 23.9 24.1 24.1
10 41 46.6 47.1 71.3
11 25 28.4 28.7 100.0
Total 87 98.9 100.0
Missing System 1 1.1
Total 88 100.0
BBU * jeniskelamin Crosstabulation
jeniskelamin
Total laki-laki perempuan
BBU rendah 13 10 23
normal 36 28 64
(49)
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .001a 1 .982
Likelihood Ratio .001 1 .982
Linear-by-Linear Association .001 1 .982
N of Valid Cases 87
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.05.
TBU * jeniskelamin Crosstabulation
Jeniskelamin
Total laki-laki perempuan
TBU sangat pendek 7 8 15
pendek 26 13 39
normal 16 17 33
Total 49 38 87
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.089a 2 .213
Likelihood Ratio 3.120 2 .210
Linear-by-Linear Association .118 1 .732
N of Valid Cases 87
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.55.
BBTB * jeniskelamin Crosstabulation
Count
jeniskelamin
Total laki-laki perempuan
(50)
BBTB kurus 4 1 5
normal 36 33 69
gemuk 9 4 13
Total 49 38 87
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.503a 2 .286
Likelihood Ratio 2.637 2 .268
Linear-by-Linear Association .057 1 .812
N of Valid Cases 87
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18.
prestasi * jeniskelamin Crosstabulation
Jeniskelamin
Total laki-laki perempuan
prestasi kurang baik 29 18 47
Baik 20 17 37
sangat baik 0 3 3
Total 49 38 87
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.499a 2 .105
Likelihood Ratio 5.606 2 .061
Linear-by-Linear Association 2.577 1 .108
N of Valid Cases 87
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.31.
(51)
BBU * prestasi
Prestasi
Total
kurang baik Baik sangat baik
BBU rendah 9 12 2 23
normal 38 25 1 64
Total 47 37 3 87
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.464a 2 .107
Likelihood Ratio 4.146 2 .126
Linear-by-Linear Association 3.931 1 .047
N of Valid Cases 87
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .79.
TBU * prestasi Crosstabulation
Count
prestasi
Total
kurang baik Baik sangat baik
TBU sangat pendek 7 7 1 15
pendek 21 16 2 39
normal 19 14 0 33
(52)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.216a 4 .696
Likelihood Ratio 3.219 4 .522
Linear-by-Linear Association 1.063 1 .303
N of Valid Cases 87
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .52.
BBTB * prestasi Crosstabulation
Count
Prestasi
Total
kurang baik Baik sangat baik
BBTB kurus 0 5 0 5
normal 39 27 3 69
gemuk 8 5 0 13
Total 47 37 3 87
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.821a 4 .098
Likelihood Ratio 10.049 4 .040
Linear-by-Linear Association 2.807 1 .094
N of Valid Cases 87
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17.
(53)
KELAS BERAT BADAN (kg)
TINGGI BADAN
(cm) BB/U TB/U BB/TB PRESTASI
JENIS KELAMIN
UMUR (TAHUN)
4 18 115 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 9
4 21 119 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 20 117 Rendah Pendek Normal Baik Perempuan 9
4 22 115 Normal Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9 4 18 112 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 9 4 22 124 Normal Pendek Normal Sangat baik Perempuan 9 4 22 118 Normal Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 25 121 Normal Pendek Lebih Baik Laki-laki 9
4 22 117 Normal Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 9 4 21 117 Normal Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9 4 21 113 Rendah Sangat pendek Normal Sangat baik Perempuan 9
4 22 120 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 18 112 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 9
4 22 112 Normal Sangat pendek Lebih Baik Laki-laki 9
4 30 133 Normal Normal Normal Baik Perempuan 9
4 23 122 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 9
4 22 121 Normal Normal Normal Baik Perempuan 9
4 21 117 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 25 124 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 9
4 36 139 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 9
4 21 116 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9
(54)
5 27 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 32 132 Normal Normal Lebih Baik Perempuan 10
5 30 136 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 24 126 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 32 124 Normal Pendek Lebih Kurang baik Perempuan 10
5 21 130 Rendah Normal Kurang Baik Laki-laki 10
5 22 119 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 24 122 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 10 5 23 121 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 10 5 28 135 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10
5 23 122 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 32 134 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 23 131 Normal Normal Kurang Baik Laki-laki 10
5 23 129 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 24 124 Normal Pendek Normal Baik Perempuan 10
5 24 125 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 27 130 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 30 134 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 125 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 23 126 Normal Pendek Normal Baik Perempuan 10
5 28 135 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10
5 24 125 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 29 126 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 31 131 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 10
(55)
5 24 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 124 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 120 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 31 126 Normal Pendek Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 29 127 Normal Pendek Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 24 127 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 33 142 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 23 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10
5 31 139 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 21 123 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 23 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 27 130 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10
5 22 123 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 22 122 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 28 131 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10 5 27 128 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 6 24 125 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 132 Normal pendek Normal Baik Laki-laki 11
6 30 132 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 30 136 Normal Normal Normal Baik Laki-laki 11
6 29 125 Normal Sangat pendek Lebih Kurang baik Perempuan 11 6 28 129 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 125 Normal Pendek Lebih Baik Laki-laki 11
(56)
6 28 134 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11 6 33 134 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 11 6 27 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 27 129 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 11
6 24 130 Rendah Pendek Kurang Baik Laki-laki 11
6 30 135 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11 6 25 129 Rendah Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 11 6 24 128 Rendah Pendek Normal Sangat baik Perempuan 11 6 25 127 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 137 Normal Normal Kurang Baik Perempuan 11
6 25 127 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 11 6 25 130 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 42 148 Normal Normal Normal Baik Perempuan 11
6 29 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 44 144 Normal Normal Lebih Baik Perempuan 11
6 24 129 Rendah Pendek Normal Kurang baik Perempuan 11
(57)
LAMPIRAN
Lampiran 1 Curriculum Vitae
(CURRICULUM VITAE)
Nama : M. Fakhruroji Sihombing Tempat/Tanggal Lahir : Barus, 17 Januari 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pembangunan No. 122 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1999 lulus Taman kanak-kanak Aisiyah Barus 2. Tahun 2005 lulus Sekolah Dasar Negeri No. 153028
Barus I
3.Tahun 2008 lulus Madrasah Tsanawiyah Negeri Barus
4.Tahun 2011 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri Barus
Riwayat Organisasi : 1. Panitia Porseni FK USU 2013 2. Panitia Medical Futsal League 3. Panitia PMB 2014
(58)
(1)
KELAS BERAT BADAN (kg)
TINGGI BADAN
(cm) BB/U TB/U BB/TB PRESTASI
JENIS KELAMIN
UMUR (TAHUN)
4 18 115 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 9
4 21 119 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 20 117 Rendah Pendek Normal Baik Perempuan 9
4 22 115 Normal Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9 4 18 112 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 9 4 22 124 Normal Pendek Normal Sangat baik Perempuan 9 4 22 118 Normal Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 25 121 Normal Pendek Lebih Baik Laki-laki 9
4 22 117 Normal Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 9 4 21 117 Normal Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9 4 21 113 Rendah Sangat pendek Normal Sangat baik Perempuan 9
4 22 120 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 18 112 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 9 4 22 112 Normal Sangat pendek Lebih Baik Laki-laki 9
4 30 133 Normal Normal Normal Baik Perempuan 9
4 23 122 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 9
4 22 121 Normal Normal Normal Baik Perempuan 9
4 21 117 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 9
4 25 124 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 9 4 36 139 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 9 4 21 116 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Laki-laki 9
(2)
5 27 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 32 132 Normal Normal Lebih Baik Perempuan 10
5 30 136 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 24 126 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 32 124 Normal Pendek Lebih Kurang baik Perempuan 10
5 21 130 Rendah Normal Kurang Baik Laki-laki 10
5 22 119 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 24 122 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 10 5 23 121 Rendah Sangat pendek Normal Baik Perempuan 10 5 28 135 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10
5 23 122 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 32 134 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 23 131 Normal Normal Kurang Baik Laki-laki 10
5 23 129 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 24 124 Normal Pendek Normal Baik Perempuan 10
5 24 125 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 27 130 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 30 134 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 125 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 23 126 Normal Pendek Normal Baik Perempuan 10
5 28 135 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10
5 24 125 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 29 126 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 31 131 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 10
(3)
5 24 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 124 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10 5 24 120 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 31 126 Normal Pendek Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 29 127 Normal Pendek Lebih Kurang baik Laki-laki 10 5 24 127 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10
5 33 142 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 23 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10
5 31 139 Normal Normal Normal Baik Perempuan 10
5 21 123 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 23 123 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 27 130 Normal Pendek Normal Kurang baik Perempuan 10
5 22 123 Rendah Pendek Normal Baik Laki-laki 10
5 22 122 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 10 5 28 131 Normal Normal Normal Kurang baik Perempuan 10 5 27 128 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 10 6 24 125 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 132 Normal pendek Normal Baik Laki-laki 11
6 30 132 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 30 136 Normal Normal Normal Baik Laki-laki 11
6 29 125 Normal Sangat pendek Lebih Kurang baik Perempuan 11 6 28 129 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 125 Normal Pendek Lebih Baik Laki-laki 11
(4)
6 28 134 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11 6 33 134 Normal Normal Lebih Kurang baik Laki-laki 11 6 27 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 27 129 Normal Pendek Normal Baik Laki-laki 11
6 24 130 Rendah Pendek Kurang Baik Laki-laki 11
6 30 135 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11 6 25 129 Rendah Sangat pendek Normal Baik Laki-laki 11 6 24 128 Rendah Pendek Normal Sangat baik Perempuan 11 6 25 127 Normal Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 28 137 Normal Normal Kurang Baik Perempuan 11
6 25 127 Rendah Sangat pendek Normal Kurang baik Perempuan 11 6 25 130 Rendah Pendek Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 42 148 Normal Normal Normal Baik Perempuan 11
6 29 132 Normal Normal Normal Kurang baik Laki-laki 11
6 44 144 Normal Normal Lebih Baik Perempuan 11
6 24 129 Rendah Pendek Normal Kurang baik Perempuan 11
(5)
LAMPIRAN
Lampiran 1 Curriculum Vitae
(CURRICULUM VITAE)
Nama
: M. Fakhruroji Sihombing
Tempat/Tanggal Lahir : Barus, 17 Januari 1994
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Pembangunan No. 122 Medan
Riwayat Pendidikan
: 1. Tahun 1999 lulus Taman kanak-kanak Aisiyah Barus
2. Tahun 2005 lulus Sekolah Dasar Negeri No. 153028
Barus I
3.Tahun 2008 lulus Madrasah Tsanawiyah Negeri
Barus
4.Tahun 2011 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri
Barus
Riwayat Organisasi
: 1. Panitia Porseni FK USU 2013
2. Panitia Medical Futsal League
3. Panitia PMB 2014
(6)