BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketepatan Waktu Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teoritis

2.1.1 Ketepatan Waktu Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat apabila
informasi yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi pembuat keputusan
sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi
pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan,

maka

informasi

yang


dihasilkan

akan

kehilangan

relevansinya.Kebutuhan akan ketepatan waktu pelaporan keuangan secara jelas
telah disebutkan dalam kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan
bahwa ketepatan waktu merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang harus
dipenuhi, agar laporan keuangan yang disajikan relevan untuk pembuatan
keputusan. Profesi akuntansi pun mengakui akan kebutuhan terhadap ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan dalam pekerjaan
akuntan yang selalu berusaha untuk tepat waktu dalam menyajikan laporan
keuangan (Hilmi et al, 2006:1-2)
Berdasarkan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK
(2004) (Harahap, 2011:130), laporan keuangan harus memenuhi empat
karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan
keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu
dapat dipahami, relevan, matearilitas, dan andal. Untuk mendapatkan informasi


Universitas Sumatera Utara

yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala
ketepatan waktu. Gregory dan Van Horn (1963) berpendapat dalam (Hilmi et al,
2008:4-5), secara konsepsual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas
ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang
baik dilihat dari segi waktu.
Pada tahun 1996, Bapepam mengeluarkan Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan
perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan
dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada
akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan
perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam semakin
memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,
Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan
tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90
hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dan dalam Peraturan Bapepam

dan LK Nomor X.K.6 dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan
dimaksud melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan

Universitas Sumatera Utara

sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan. (Hilmi et al,
2008:3-4).
2.1.2 Pengertian Auditing
Auditing menurut Agoes (2004:3) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan
dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2002:9) auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan beberapa pengertian audit di atas, maka auditing mengandung
unsur-unsur (Mulyadi 2002:9-10) :
1.

Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan
dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan
bertujuan.

2.

Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses
sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan

Universitas Sumatera Utara

yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa
memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
3.


Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan
mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.

4.

Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan
kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula
bersifat kualitatif.

5.

Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai
sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat
berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
b. Anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen

c. Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) diindonesia

6.

Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report)

7.

Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya
pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan
kantor pelayanan pajak

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Pengertian Standar Auditing
Standar

auditing


merupakan

ukuran

pelaksanaan

tindakan

yang

menjadipedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi,
2002:16). Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01 (SA Seksi
1502) adalah sebagai berikut :
1.

Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
danpelatihan teknis cukup sebagai auditor.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalamsikap mental harus diperhatikan oleh auditor.
c) Dalam

pelaksanaan

audit

dan

penyusunan

laporannya,

auditor

wajibmenggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2.

Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asistenharus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untukmerencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yangakan dilakukan.
c) Bukti

audit

kompeten

yang

cukup

harus

diperoleh

melalui


inspeksi,pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadaiuntuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Universitas Sumatera Utara

3.

Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusunsesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b) Laporan

auditor

harus

menunjukkan

atau


menyatakan,

jika

ada,ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporankeuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansitersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai,kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporankeuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikiantidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan,maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan denganlaporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelasmengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkattanggungjawab yang dipikul oleh auditor (Mulyadi 2002:1617).
Dengan adanya standar pekerjaan lapangan pertama dan ketiga yang
menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang
dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai, maka penyelesaian
audit pada suatu perusahaan akan membutuhkan waktu yang relatif lama,
akibatnya akuntan publik dapat menunda untuk mempublikasikan laporan audit
atau laporan keuangan auditannya.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pengertian Audit Delay
Dalam melaksanakan audit, auditor biasanya melakukan suatu perencanaan
dengan membuat anggaran waktu (time budget). Time budget adalah suatu
estimasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan langkah-langkah audit dalam
program audit. Time budget hanya sekedar pedoman, tidak bernilai mutlak. Bila
auditor membutuhkan waktu tambahan untuk melakukan program audit, time
budget dapat dirubah sewaktu-waktu agar auditor dapat mengumpulkan bukti
yang cukup dan lebih memadai sesuai dengan tujuan audit. Akan tetapi,
perubahan time budget yang terlalu lama juga tidak baik karena akan
menyebabkan terjadinya audit delay.
Menurut Wah Lai dan Cheuk (2005), audit report lag atau audit delay
adalah periode sejak tanggal akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal pelaporan
audit. Definisi tersebut selaras denganHossain dan Taylor (1998) yang
berpendapataudit delay telah dianggap sebagai periode waktu dari akhir tahun
akuntansi perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor. Sedangkan menurut
Knechel dan Payne (2001) dalam Ahmad et al (2005), audit report lag / audit
delay adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit
perusahaan. Oleh karena itu, semakin lama auditor dalam meyelesaikan pekerjaan
auditnya maka audit delay akan semakin panjang.
2.1.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

2.1.5.1 Ukuran Perusahaan
Ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara ukuran perusahaan dengan audit delay baik di negara-negara

Universitas Sumatera Utara

maju maupun berkembang (Newton dan Ashton, 1989; Davies dan Whittred,
1980; Ashton et al, 1989; Carslaw dan Kaplan, 1991; Garsomble, 1981; Gilling,
1977; dan Abdulla, 1996) dalam (Modugu et al, 2012:3). Sebagai contoh Ashton
et al (1987) mengatakan lewat penelitian mereka bahwa aktiva dapat memberikan
kekuatan yang lebih besar bagi perusahaan. Mayoritas peneliti sebelumnya
menggunakan aktiva (assets) sebagai alat untuk menghitung ukuran perusahaan.
Terdapat hubungan negatif antara audit delay dengan ukuran perusahaan yang
telah dibuktikan oleh banyak penelitian empiris. Sebaliknya, peneliti seperti
Givolry dan Palman (1982) menemukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan (baik negatif maupun positif) antara audit delay dengan ukuran
perusahaan. Ada beberapa alasan yang mendukung mengapa ukuran perusahaan
dapat berhubungan negatif dengan tingkat audit delay. Perusahaan berskala besar
biasanya menyelesaikan laporan keuangannya lebih cepat daripada perusahaan
berskala kecil. Dyer dan McHugh (1975) sepakat bahwa manajemen perusahaan
besar memiliki insentif untuk mengurangi audit delay karena perusahaan berskala
besar dipantau lebih ketat oleh para investor dan regulator, dan dengan demikian
mendapat tekanan besar dari pihak eksternal untuk melaporkan laporan
keuangannya lebih cepat. Perusahaan berskala besar juga memiliki internal
kontrol yang lebih bagus, yang akan mengurangi kecenderungan terjadinya
kesalahan pada laporan keuangan dan memungkinkan auditor untuk bergantung
pada pengendalian yang lebih luas (Carslaw dan Kaplan 1991).

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.2 Profitabilitas
Profitabilitas

menggambarkan

kemampuan

perusahaan

untuk

memperoleh laba melalui semua sumber daya yang ada (Harahap, 2011:304).
Laba telah digunakan oleh beberapa peneliti sebagai variabel penjelas untuk audit
delay (Dyer dan McHugh, 1975; Carslaw and Kaplan, 1991; dan Custis, 1976)
dalam (Mondugu et al, 2012:4). Di antara para peneliti, Courtis (1976) dan Dyer
dan McHugh (1975) menemukan hubungan positif antara profitabilitas dan audit
delay sedangkan Carslaw dan Kaplan (1991) menemukan hubungan negatif antara
profitabilitas dan audit delay. Banyak argumen yang mendukung profitabilitas
memiliki hubungan negatif terhadap audit delay. Profitabilitas dapat dianggap
salah satu indikasi hasil kegiatan tahun ini, apakah baik atau buruk (Ashton et al,
1987). Jika perusahaan mengalami kerugian, manajemen mungkin ingin menunda
perilisan laporan keuangan tahunan untuk menghindari ketidaknyamanan
penyampaian kabar buruk tersebut. Di sisi lain, perusahaan yang memiliki
keuntungan ingin menyelesaikan laporan keuangan mereka sedini mungkin agar
dapat segera merilis laporan keuangan yang telah diaudit, dan memberitakan
kabar baik tersebut ke semua pihak.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
perusahaan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), rasio yang
mengukurperbandingan antara laba sebelum pajak dan total aset. Peneliti
menggunakan ROA sebagai proksi dari tingkat profitabilitas karena ROA
menggambarkan perolehan laba melalui penjualan aset perusahaan, dimana

Universitas Sumatera Utara

penjualan aset lebih memberikan informasi yang pasti tentang laba secara berkala
dibandingkan ROE (Return on Equity) dan ROI (Return on Investment).
Menurut Respati (2004) dalam (Lestari, 2010:37), penggunaan ROA
sebagai indikator profitabilitas perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan dipakai dalam penelitian Dyer dan McHugh
(1975) dan Na’im (1998). Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat profitabilitas
suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan
pengumuman laporan keuangantahunan.
2.1.5.3 Solvabilitas
Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Harahap, 2011:303). Telah
dikemukakan bahwa peningkataan jumlah hutang perusahaan, akan memberikan
tekanan kepada perusahaan agar merilis laporan keuangan yang telah diaudit lebih
cepat untuk meyakinkan kreditur (Abdula 1996). Debt to Equity Ratio(DER)
digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat solvabilitas dalam penelitian
ini. DER merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara tingkat hutang
dengan tingkat modal yang dimiliki perusahaan. Peneliti menggunakan rasio DER
sebagai proksi dari tingkat solvabilitas karena DER lebih memberikan informasi
yang pasti bagi pihak investor dibandingkan dengan rasio solvabilitas yang lain.
Debt to Equity Ratio(DER) telah dipelajari secara empiris oleh beberapa
peneliti seperti Carslaw dan Kaplan (1991) dan Abdula (1996) dan hasilnya tidak
ada hubungan yang signifikan antara Debt to Equity Ratio(DER) dengan audit
delay.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.4 Opini Audit
Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
(Mulyadi, 2002:20) :
1)

Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).Pendapat
wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang
signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan

prinsip

akuntansi

berterima

umum

tersebut,

serta

pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
2)

Pendapat

wajar

tanpa

pengecualian

dengan

bahasa

penjelasan

(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language).Pendapat ini
diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar
auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang
diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan.
3)

Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).Auditor
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit
apabila lingkup audit dibatasi oleh klien, auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan

Universitas Sumatera Utara

klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum, dan prinsip akuntansi berterima
umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak
diterapkan secara konsisten.
4)

Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).Pendapat tidak wajar merupakan
kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan
pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun
berdasarkan

prinsip

akuntansi

berterima

umum

sehingga

tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas perusahaan klien.
5)

Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion).Jika
auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka
laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion
report).

Kondisi

yang

menyebabkan

auditor

menyatakan

tidak

memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Carslaw dan Kaplan dalam (Saputri, 2012) menemukan adanya hubungan
positif antara opini audit dengan audit delay. Pada perusahaan yang menerima
jenis pendapat qualified opinion akan menunjukkan audit delay yang lebih
panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified
opinion. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ashton et alserta Ahmad dan
Kamarudin yang membuktikan pula bahwa audit delay akan lebih panjang jika

Universitas Sumatera Utara

perusahaan menerima pendapat qualified atau selain pendapat unqualified.
Menurut Elliott audit delay akan relatif lama pada perusahaan yang menerima
qualified opinion, disebabkan karena proses pemberian opini auditor melibatkan
negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf
teknis lainnya dan perluasan lingkup audit.
Pada penelitian ini akan digunakan variabel dummy untuk mengukur
opini audit, yaitu pemberian angka 1 (satu) pada unqualified opinion dan angka 0
(nol) pada non-unqualified opinion(semua opini audit di luar unqualified opinion).
2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian tentang audit delay telah dilakukan, baik di dalam

negeri maupun di luar negeri. Modugu et al (2012) lewat penelitiannya yang
berjudul Determinants of Audit Delay in Nigerian Company : Empirical Evidance
menggunakan

7

variabel

independen

yaitu

ukuran

perusahaan,

DER,

profitabilitas, cabang dari perusahaan multinasional, ukuran KAP, biaya audit,
dan tipe perusahaan. Modugu et al menggunakan sampel 20 perusahaan go public
selama periode 2009 - 2011 dan menemukan bahwa dibutuhkan minimal 30 hari
serta maksimal 276 hari bagi perusahaan-perusahaan di Nigeria untuk
menerbitkan laporan keuangannya. Penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa
penentu utama dari audit delay adalah cabang perusahaan multinasional, ukuran
perusahaan dan biaya yang dibayarkan kepada auditor.
Di Indonesia, Kartika (2009) mengambil sampel penelitian sebanyak 199
pada periode 2005 – 2007, menguji 4 faktor yang dapat mempengaruhi audit
delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Faktor – faktor tersebut

Universitas Sumatera Utara

adalah Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), total aktiva serta
reputasi kantor akuntan publik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan secara
simultan bahwa Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), total aktiva
serta reputasi kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap audit
delay. Tetapi secara parsial, Return on Assets (ROA) berpengaruh negatif
signifikan terhadap audit delay dan Debt to Equity Ratio (DER), total aktiva serta
reputasi kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap audit delay. Rata-rata
lamanya audit delay didapat 72,58 hari dengan nilai minimum 27 hari dan
maksimum 124 hari.
Selanjutnya Lestari (2010) menguji secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor, dan opini auditor terhadap
audit delay pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan yang terkategori high
profile dengan sampel 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2004-2008. Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua
variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Pengujian
secara parsial memperlihatkan hasil bahwa ada 3 dari 5 faktor yang berpengaruh
terhadap auditdelay, yakni faktor profitabilitas, solvabilitas, dan kualitas auditor.
Dan rata-rata audit delay perusahaan sampel di Bursa Efek Indonesia sepanjang
2004-2008 adalah 71,80 hari.
Yovance (2011) meneliti pengaruh Debt to Total Assets Ratio (DTAR),
kualitas audit dan opini going concern terhadap Audit Report Lag (ARL) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006

Universitas Sumatera Utara

hingga tahun 2008. Diperoleh 18 perusahaan yang akan dijadikan objek penelitian.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DTAR, kualitas audit, dan opini going
concern tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap ARL. Tetapi secara parsial,
DTAR berpengaruh positif terhadap ARL, sedangkan kualitas audit dan opini going
concern tidak berpengaruh terhadap ARL.

Sedangkan Stephani (2010) meneliti pengaruh tingkat profitabilitas, tingkat
solvabilitas, ukuran perusahaan, kualitas KAP, dan jenis industri terhadap audit
delay pada perusahaan pertambangan dan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Diperoleh sampel sebanyak 35 perusahaan sebagai objek penelitian
selama tiga tahun mulai tahun 2007 sampai 2009 sehingga diperoleh 105 unit
analisis. Hasil penelitian yang dilakukan Stephani adalah kelima variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap audit delay secara bersama-sama.
Secara parsial Kualitas KAP dan jenis industri berpengaruh negatif terhadap audit
delay, sementara tiga variabel independen lainnya ROA, DER dan total asset
tidak berpengaruh terhadap audit delay
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

Variabel Penelitian

Modugu et al
(2012)

Determinants of
Audit Delay in
Nigerian
Companies:
Empirical
Evidence

Variabel Independen :
Ukuran perusahaan,
cabang dari
perusahaan
multinasional, biaya
audit, debt-equityratio, tingkat
profitabilitas, ukuran
KAP, serta jenis
industri

Hasil Penelitian
Faktor penentu utama
dari audit delay adalah
cabang perusahaan
multinasional, ukuran
perusahaan dan biaya
yang dibayarkan kepada
auditor

Universitas Sumatera Utara

Kartika
(2010)

Yustina
(2011)

Yovance
(2011)

Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Audit Delay
pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia

Analisis
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Ukuran Kap
Dan Jenis Opini
Audit Terhadap
Audit Report
Lag Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia
Pengaruh Debt
to Total Assetss
Ratio, Kualitas
Audit, dan Opini
Going Concern
Terhadap Audit
Report Lag
Pada
Perusahaan
Manufaktur

Variabel Dependen :
Audit Delay
Variabel Independen :
Return on
Assets(ROA), Debt to
Equity Ratio (DER),
total aktiva serta
reputasi kantor
akuntan publik
Variabel Dependen :
Audit Delay

Variabel Independen :
Ukuran perusahaan
(total assets), ukuran
KAP dan jenis opini
audit
Variabel Dependen :
Audit Delay

Debt to Total Assetss
Ratio (DTAR),
kualitas audit dan
opini going concern

Secara simultan Return
on Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), total
aktiva serta reputasi
kantor akuntan publik
berpengaruh secara
signifikan terhadap audit
delay. Tetapi secara
parsial, Return on Assets
(ROA) berpengaruh
negatif signifikan
terhadap audit delay dan
Debt to Equity Ratio
(DER), total aktiva serta
reputasi kantor akuntan
publik tidak berpengaruh
terhadap audit delay
Secara parsial ukuran
perusahaan (total assets)
dan jenis opini audit tidak
berpengaruh terhadap
audit report lag. Dan
ukuran KAP secara
parsial memiliki pengaruh
negatif terhadap audit
report lag. Dan secara
simultan ukuran
perusahaan(total assetss),
ukuran KAP dan jenis
opini audit berpengaruh
terhadap audit report lag
DTAR, kualitas audit,
dan opini going concern
tidak berpengaruh secara
bersama-sama terhadap
ARL. Tetapi secara
parsial, DTAR
berpengaruh positif
terhadap ARL, sedangkan
kualitas audit dan opini
going concern tidak

Universitas Sumatera Utara

Stephani
(2010)

2.3

yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia
Analisis FaktorFaktor yang
Mempengaruhi
Audit Delay
pada
Perusahaan
Pertambangan
dan Perbankan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2007-2009

berpengaruh terhadap
ARL.
Variabel Independen :
Tingkat profitabilitas,
tingkat solvabilitas,
ukuran perusahaan,
kualitas KAP, dan
jenis industri
Variabel Dependen :
Audit Delay

Kelima variabel
independen berpengaruh
signifikan terhadap audit
delay secara bersamasama. Secara parsial
Kualitas KAP dan jenis
industri berpengaruh
negatif terhadap audit
delay, sementara tiga
variabel independen
lainnya ROA, DER dan
total asset tidak
berpengaruh terhadap
audit delay

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmdjo, 2002). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
terdapat banyak faktor yang diuji apakah memiliki pengaruh terhadap audit delay.
Dan pada penelitian ini, faktor-faktor yang akan diuji adalah ukuran perusahaan,
tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, dan opini audit.
Model kerangka pemikiran di bawah ini akan menegaskan bahwa faktorfaktor seperti ukuran perusahaan yang ditunjukkan dalam Total Assets,
profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return on Assets (ROA), solvabilitas yang
ditunjukkan dalam Debt to Equity Ratio (DER), serta opini audit akan
memberikan pengaruh terhadap audit delay perusahaan baik secara parsial
maupun secara simultan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka
yang telah dikemukakan maka model kerangka konseptual dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan H1
(Total Assets)
(X1)

Tingkat Profitabilitas
(Return on Assets) H2
(X2)

AUDIT
H5

DELAY

H3
Tingkat Solvabilitas
(Debt to Equity Ratio)
(X3)

H4

(Y)

Opini Audit
(X4)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga, karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan kerangka
konseptual di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1

: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H2

:Tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H3

: Tingkat Solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H4

: opini audit berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan minyak
dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H5

: Ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, dan opini
audit berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan minyak dan gas
bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 112 91

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009

0 64 111

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 139

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia)

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Laporan Keuangan dengan Model Springate dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perataan Laba - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Auditor Switchng Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan - Investigasi Terhadap Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Audit Report Lag, yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan

0 0 20