Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2007-2009

OLEH :

REISA JETIRA SUARDI

070503142

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,

Reisa Jetira Suardi NIM : 070503142


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009”, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Drs. Rasdianto, Msi, Ak, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Wahidin Yasin, Msi, Ak, selaku Dosen Penguji II, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.

5. Orang tua penulis, Ayahanda Suardi Kamal dan Ibunda Neneng Julie Hartati dan Adik-adik Reidita, Revan, Rifky dan Ranti yang telah memberikan doa dan dukungan yang tulus baik moril maupun materiil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini

Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2011 Penulis,

Reisa Jetira Suardi NIM: 070503142


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Apakah tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, ukuran perusahaan, kualitas KAP, dan jenis industri baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan pertambangan dan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id, diperoleh 56 perusahaan pertambangan dan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 35 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun mulai tahun 2007 sampai 2009 sehingga diperoleh 105 unit analisis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, DER, Total

asset, Kualitas KAP, dan Jenis industri. Variabel dependen nya adalah audit delay. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini adalah kelima variabel independen berpengaruh signifikan terhadap audit delay secara bersama-sama. Secara parsial Kualitas KAP dan jenis industri berpengaruh negatif terhadap audit delay, sementara tiga variabel independen lainnya ROA, DER dan total asset tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Kata kunci: Audit delay, ROA (Return On Asset), DER (Debt to Equity Ratio), Total asset, Kualitas KAP, Jenis Industri


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence audit delay. There are profitability, solvency, firm size, reputation of audit firm and industry classification predicted partially or simultaneously influence toward audit delay in mining and bank’s firm which listed in BEI.

Data that used in this research is financial statement from each company published through website bank’s firm. Sampling method that used is purposive sampling and there are 35 companies as a research object for 3 years observation since period 2007 to 2009 then there are 105 analysis units. This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are ROA, DER, total asset, reputation of audit firm and industry classification. The dependent variable is audit delay. Analysis method that used in this research is quantitative method with multiple regressions.

This research concludes that all five of the independent variables have positive significant influence towards audit delay in simultan, but in partial reputation of audit firm and industry classification negatively influence towards audit delay. While other 3 independent variables ROA, DER and firm size are not influence towards audit delay.

Keywords: Audit delay, ROA (Return On Asset), DER (Debt to Equity Ratio), Total Asset, reputation of audit firm, industry classification


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan ... 9

B. Audit dan Standar Pelaporan Audit 1. Pengertian Audit ... 10

2. Standard Auditing ... 11


(8)

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

1. Profitabilitas ... 14

2. Solvabilitas ... 15

3. Ukuran Perusahaan ... 16

4. Kualitas Kantor Akuntan Publik ... 16

5. Jenis Industri ... 17

6. Opini Auditor ... 18

7. Extraordinary item ... 20

8. Tahun Penutupan Buku ... 21

E. Peneliti Terdahulu ... 21

F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual ... 29

2. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ……… 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 29

C. Jenis dan Sumber Data ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

F. Metode dan Teknik Analisis Data ... 40


(9)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian ... 48

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 49

2. Uji Asumsi Klasik ... 51

a. Uji Normalitas ... 51

b. Uji Multikolinieritas ... 54

c. Uji Autokorelasi ... 56

d. Uji Heteroskedastisitas ... 58

3. Analisis Regresi ... 59

a. Persamaan Regresi ... 59

b. Analisis Koefisien Determinasi ... 62

c. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ………76

LAMPIRAN ……….78


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel ………..33

Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel………38

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ………. 47

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan ………... 48

Tabel 4.2 Descriptive statistic ... 50

Tabel 4.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 54

Tabel 4.4 Coefficients ... 55

Tabel 4.5 Coefficient Correlations ……….. 56

Tabel 4.6 Pengambilan keputusan Durbin Watson ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin Watson ...57

Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi ... 59

Tabel 4.9 Hasil Análisis Koefisien Determinasi ... 63

Tabel 4.10 Hasil Uji t ... 64


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 29

Gambar 4.1 Regression Standardized Residual... 52

Gambar 4.2 Observed Cum Prob ... 53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Perusahaan Sampel ………. ... 78

Lampiran ii Data Mentah Variabel Penelitian Tahun 2007-2009 ... 80

Lampiran iii Data Variabel-Variabel Penelitian Tahun 2007-2009 ... 84

Lampiran iv Descriptive Statistic... 90

Lampiran v Uji Asumsi Klasik ... 91

Lampiran vi Regression Analyze ... 95

Lampiran vii Uji t ... 96


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Apakah tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, ukuran perusahaan, kualitas KAP, dan jenis industri baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan pertambangan dan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id, diperoleh 56 perusahaan pertambangan dan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 35 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun mulai tahun 2007 sampai 2009 sehingga diperoleh 105 unit analisis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA, DER, Total

asset, Kualitas KAP, dan Jenis industri. Variabel dependen nya adalah audit delay. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini adalah kelima variabel independen berpengaruh signifikan terhadap audit delay secara bersama-sama. Secara parsial Kualitas KAP dan jenis industri berpengaruh negatif terhadap audit delay, sementara tiga variabel independen lainnya ROA, DER dan total asset tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Kata kunci: Audit delay, ROA (Return On Asset), DER (Debt to Equity Ratio), Total asset, Kualitas KAP, Jenis Industri


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence audit delay. There are profitability, solvency, firm size, reputation of audit firm and industry classification predicted partially or simultaneously influence toward audit delay in mining and bank’s firm which listed in BEI.

Data that used in this research is financial statement from each company published through website bank’s firm. Sampling method that used is purposive sampling and there are 35 companies as a research object for 3 years observation since period 2007 to 2009 then there are 105 analysis units. This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are ROA, DER, total asset, reputation of audit firm and industry classification. The dependent variable is audit delay. Analysis method that used in this research is quantitative method with multiple regressions.

This research concludes that all five of the independent variables have positive significant influence towards audit delay in simultan, but in partial reputation of audit firm and industry classification negatively influence towards audit delay. While other 3 independent variables ROA, DER and firm size are not influence towards audit delay.

Keywords: Audit delay, ROA (Return On Asset), DER (Debt to Equity Ratio), Total Asset, reputation of audit firm, industry classification


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya dan kinerja yang dimiliki suatu perusahaan pada pihak ketiga yaitu investor dan kreditor serta pihak manajemen untuk evaluasi kinerja guna pengambilan kebijakan manajemen yang akan datang. Sekarang laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public.

Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan


(16)

dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Yaitu antara menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Atau sebaliknya, pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevan dan keandalan kebutuhan pengambilan keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan dan merupakan pertimbangan

cost-benefit (IAI, 2002).

Informasi diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bila disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut (Givoly dan Palmon (1982) dalam Aryati (2005)). Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat


(17)

karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu. Hal inilah yang menimbulkan adanya keterlambatan penerbitan hasil audit atau yang disebut audit

delay.

Berangkat dari paparan di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang turut pula mempengaruhi ketepatan pelaporan keuangan.

Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal

penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan laporan auditor independen (Ashton et al, 1987 ). Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM Nomer Keputusan 80/PM/ 1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Berdasar pada beberapa pengkajian yang pernah dilakukan, penelitian kali ini bermaksud menguji berbagai fenomena menarik terkait faktor-faktor yang


(18)

berpengaruh pada audit delay, tingkat profitabilitas misalnya diperkirakan berpengaruh adalah perusahaan yang mengumumkan rugi, dengan kata lain memiliki tingkat profitabilitas rendah. Perusahaan yang mengalami kerugian kemungkinan akan meminta auditornya agar menjadwalkan waktu audit lebih lama dari biasanya (Carslaw dan Kaplan, 1991). Hal ini sejalan juga dengan penelitian Kartika (2009), dan Lestari yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Sementara peneliti lain Rachmawati (2008), Luciana dan Lucas (2006), Ahmad dan Kamarrudin (2000) menyebutkan sebaliknya bahwa profitabilitas yang dinyatakan dalam ROA tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Faktor yang akan diuji kembali ialah pengaruh solvabilitas (total hutang terhadap ekuitas) terhadap audit delay. Secara teori tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. Teori ini didukung oleh penelitian Lestari (2010) yang menyatakan solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Namun penelitian Kartika (2009), Rachmawati (2008), Luciana dan Lucas (2006) menyatakan solvabilitas tidak berpengaruh.

Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (Total aktiva), Kualitas auditor dan Jenis industri. Faktor tersebut juga pernah diuji sebelumnya dalam penelitian terdahulu dan tetap


(19)

menunjukkan ketidakkonsistenan. Seperti ukuran perusahaan yang disimpulkan berpengaruh dalam penelitan Carslaw dan Kaplan (1991) dan Luciana dan Lucas (2006), namun penelitian Ahmad dan Kamaruddin (2000) dan Kartika (2009) menyatakan sebaliknya. penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu, perbedaannya penulis hanya mengkaji pada perusahaan pertambangan dan perbankan (tidak mengkaji seluruh perusahaan seperti pada penelitian terdahulu) perusahaan ini dipilih penulis karena merupakan perusahaan yang berkembang dewasa ini, perusahaan pertambangan telat meningkat menjadi most active stock dan perusahaan perbankan masih merupakan most leading company, disamping teori bahwa perusahaan sector pertambangan memiliki banyak asset yang tidak diukur secara moneter yang mengakibatkan lamanya penerbitan audit, apakah perusahaan pertambangan dan perbankan yang telah berkembang sebagai most leading company tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan teori dalam penerbitan laporan keuangan auditannya. Penelitian penulis menyertakan beberapa variable yang telah diuji pada tahun-tahun lama, namun belum diuji pada tahun-tahun-tahun-tahun baru ini. Penulis ingin melihat apakah variable yang disimpulkan berpengaruh/tidak berpengaruh pada tahun-tahun yang lama itu masih sama pada tahun-tahun-tahun-tahun yang baru-baru ini.

Berdasarkan uraian sebelumnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dilaporkan dalam skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009”.


(20)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dibahas sebelumnya maka peneliti membatasi beberapa variabel independen dan objek penelitian sebagai berikut: 1. Tingkat profitabilitas akan digunakan rasio Return On Asset (ROA). Rasio

ini merupakan rasio umum yang digunakan karena mampu menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dari keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

2. Tingkat solvabilitas akan digunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan yang meningkatkan kecenderungan kerugian dan meningkatkan kehati-hatian

auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

3. Ukuran perusahaan yang digunakan untuk mengukurnya adalah proksi Total

Asset. Total asset mencerminkan kekuatan internal control dan kemampuan

perusahaan untuk membuat auditor menyelesaikan auditnya tepat waktu.

4. Kualitas auditor yaitu reputasi akuntan publik yang akan digunakan adalah variabel dummy yakni pemberian nilai 1 (satu) pada KAP yang termasuk kategori Big Four dan 0 (nol) pada KAP yang tidak termasuk kategori Big

Four.

5. Jenis industri yaitu diklasifikasikan dalam sektor keuangan (financial) dan non-keuangan (non-financial). Digunakan variabel dummy, yakni pemberian nilai 1 (satu) pada sektor keuangan dan nilai 0 (nol) pada sektor non-keuangan.


(21)

6. Objek penelitian adalah perusahaan publik sektor pertambangan dan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2007-2009.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang dan pemfokusan batasan masalah adalah sebagai berikut:

1. apakah tingkat profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay? 2. apakah tingkat solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap audit delay ? 3. apakah ukuran perusahaan (Total Asset) berpengaruh terhadap audit delay? 4. apakah kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay ?

5. apakah jenis industri berpengaruh terhadap audit delay ?

6. apakah tingkat profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), ukuran perusahaan (Total Asset), kualitas auditor , jenis industri berpengaruh terhadap audit

delay ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui pengaruh tingkat profitabilitas (ROA) terhadap audit

delay.

b. untuk mengetahui pengaruh tingkat solvabilitas (DER) terhadap audit


(22)

c. untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (Total Asset) terhadap

audit delay.

d. untuk mengetahui pengaruh kualitas auditor terhadap audit delay. e. untuk mengetahui pengaruh jenis industri terhadap audit delay.

f. untuk mengetahui pengaruh tingkat profitabilitas (ROA), tingkat solvabilitas (DER), ukuran perusahaan (total asset), kualitas auditor, jenis industri terhadap audit delay

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai bidang penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi audit

delay.

b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dan deskripsi mengenai bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

c. Bagi praktisi manajemen, perusahaan publik, analis keuangan dan investor hasil penelitian ini memberikan deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan pertambangan dan keuangan dalam kurun waktu tertentu.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Perkembangan perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Semakin berkembangnya pasar modal menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Pada umumnya laporan keuangan terdiri atas lima, yaitu laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas daan catatan atas laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002).

Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (IAI, 2002) adalah:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.


(24)

2. Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback

value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum

mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

3. Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar.

4. Dapat dibandingkan

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.

B. Audit dan Standar Pelaporan audit 1. Pengertian Audit

Auditing menurut Arens, dkk (2008) didefinisikan sebagai “pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan”.

Sedangkan menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2003) definisi audit sebagai berikut:

Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya terhadap pihak yang berkepentingan.


(25)

Auditing merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta atau keadaan yang sebenarnya (condition) dengan keadaan yang seharusnya (criteria). Pada dasarnya tujuan audit bukanlah untuk memberikan informasi tambahan, namun dimaksudkan untuk menilai apakah pelaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sehingga memungkinkan pemakai laporan keuangan lebih bergantung pada informasi yang disusun oleh pihak lain.

Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materil, sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.

2. Standar Auditing

Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut:

a. Standar Umum,

• Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

• Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.

• Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan

• Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.


(26)

• Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

• Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

• Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

• Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

• Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

• Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.


(27)

C. Audit Delay

Pelaporan keuangan akan lebih bermanfaat bila disampaikan secara tepat waktu. Informasi nya akan relevan bagi pemakai bila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk pengambilan keputusan.

Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur

dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Ashton, 1987).

Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraph 24 (IAI, 2002) laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas dalam membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pengguna. Empat karakteristik itu adalah dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal.

Dalam melaksanakan audit, auditor biasanya melakukan suatu perencanaan dengan membuat anggaran waktu (time budget) yang menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu masing-masing kegiatan audit. Anggaran tersebut merupakan suatu pedoman, namun tidak absolut. Apabila auditor menyimpang dari program audit akibat suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Terdapat tekanan bagi auditor dalam hal ini, antara memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada profesionalitasnya sesuai dengan Standard Pemerikasaan Akuntan Publik (SPAP) yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta alat-alat pengumpulan


(28)

bukti yang cukup memadai. Bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga berakibat kepada audit delay yang nantinya berpengaruh pada ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay 1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan informasi penting bagi investor. Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang mengalami laba, cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu, lebih cepat daripada yang tingkat profitabilitasnya rendah.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu (Lestari, 2010):

a. Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan.

b. Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.

c. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

d. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masingmasing divisi.


(29)

Return On Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:

2. Solvabilitas

Rasio solvabilitas disebut juga dengan rasio leverage. Solvabilitas perusahaan dapat dihitung melalui beberapa rasio seperti debt to total asset, debt to equity

ratio, debt to total capitalization ratio. Dalam penelitian ini hanya berfokus pada debt to equity ratio yang dirumuskan:

Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar

hutang dengan equity yang dimilikinya. Rasio ini menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama (Harahap, 2008).

Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. (Ukago, 2005 dalam Lestari, 2010).


(30)

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan biasanya diukur melalui total nilai aktiva atau Total

Asset. Total nilai aktiva terdiri dari jumlah current asset, fixed asset, intangible asset dan investment. McHugh (1975) dalam Ahmad et al (2003) berargumen

bahwa manajemen perusahaan dengan sumber daya (asset) yang besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit delay dan mempercepat pelaporan keuangan ke publik karena adanya pengawasan dari investor, regulator dan masyarakat. Perusahaan besar lebih memiliki internal control yang kuat yang dapat mengurangi kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat diandalkan serta dipercaya oleh auditor, sehingga tidak memerlukan pemeriksaan intensif (carslaw, 1991).

4. Kualitas Kantor Akuntan Publik dan Auditor

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa professional dalam praktek akuntan publik (rachmawati , 2008).

Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi dengan the big four atau tidak. Carslaw dan Kaplan (1991) menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dan kualitas auditor, sementara Gilling (1977) dalam Hossain dan Taylor (1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut.


(31)

a. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

b. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.

c. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko, & Sanjadja.

d. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.

5. Jenis Industri

Jenis industri diklasifikasikan menjadi sektor keuangan dan non-keuangan. Menurut penelitian sebelumnya Ashton et.al (1987) dan Carslaw (1991) berpendapat perusahaan sektor keuangan memilki audit delay yang lebih pendek atau berpengaruh negatif terhadap audit delay. Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham dan Elliot (1987) mengklasifikasikan jenis industri menjadi dua kelompok yaitu perusahaan manufaktur, dagang, perusahaan minyak dan gas sebagai sub sampel industri. Sedangkan bank komersial, simpan pinjam, bank penyimpanan dan perusahaan asuransi sebagai sub sampel perusahaan finansial. Hasil dan penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan industri mengalami audit

delay yang lebih panjang dibandingkan perusahaan finansial.

Penelitian yang dilakukan Carslaw dan Kaplan (1991) dengan sampel 245 perusahaan ditahun 1987 dan 206 perusahaan ditahun 1988 mengklasifikasikan yang ada di New Zelland Stock Exchange menjadi dua kelompok: industri finasial dengan industri lain selain industri finansial dimana klasifikasi ini dilakukan sama


(32)

dengan penelitian Ashton (1987). Hasil yang diperoleh adalah pada tahun 198 perusahaan finansial mengalami audit delay yang lebih singkat. Sedangkan ditahun 1987 tidak tercapai tingkat signifikan yang seharusnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Halim (2000) dengan jumlah sampel 177 emiten tahun 1993, 1995, dan 1997 mengklasifikasikan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjadi dua sub sampel industri dan finansial. Hasil yang diperoleh adalah rata-rata audit delay antara perusahaan finansial dan non finansial tidak berbeda jauh. (Rachmawati, 2008)

Audit delay diharapkan untuk lebih singkat pada perusahaan finansial karena

perusahaan dengan jenis tersebut mempunyai sedikit persediaan atau bahkan tidak sama sekali sehingga waktu audit yang dibutuhkan tidak lama. Selain itu kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur dibandingkan dengan perusahaan non finansial, kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud.

6. Opini Auditor

Opini atau pendapat audit merupakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI 2001) memaparkan:

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan


(33)

laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), lima jenis pendapat akuntan yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (IAI, 2001). Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh Arens dkk (2008), jika memenuhi kondisi berikut:

• Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

• Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

• Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language).

IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit:

• Lingkup audit dibatasi oleh klien.

• Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.

• Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

• Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Dengan demikian pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.


(34)

Pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Keterangan lebih lanjut dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) bahwasanya laporan keuangan yang diberi pendapat tidak wajar oleh auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion),

Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Pernyataan Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan

audit delay lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa

pengecualian. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat. 7. Extraordinary Item

Beberapa penelitian sebelumnya memasukkan extraordinary item sebagai faktor yang mempengaruhi audit delay (Ashton, 1989 ; Carslaw, 1991 ; Bamber, 1993). Carslaw (1991) menemukan bahwa extraordinary item secara positif berpengaruh terhadap audit delay.

Item – item luar biasa adalah kejadian material yang jarang terjadi dan tidak berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan (Kieso, 2002). Item – item luar biasa memiliki dua kategori yang harus dipenuhi yaitu :


(35)

a. Bersifat tidak biasa, artinya memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak berhubungan dengan aktivitas operasi normal perusahaan, dengan memperhitungkan kondisi lingkungan.

b. Jarang terjadi, artinya diharapkan tidak akan terjadi kembali di masa yang akan datang, dengan memperhatikan kondisi lingkungan.

Terdapat beberapa pengecualian mengenai item – item luar biasa, dimana item – item ini tidak dianggap sebagai item luar biasa yaitu (kieso, 2002) :

a. Penurunan atau penghapusan piutang, persediaan dan peralatan yang dilease pada pihak lain, biaya penelitian dan pengembangan yang ditangguhkan serta aktiva tak berwujud yang lainnya.

b. Keuntungan atau kerugian dari transaksi valuta asing, termasuk devaluasi dan revaluasi.

c. Keuntungan atau kerugian pelepasan segmen bisnis.

d. Keuntungan atau kerugian dari penjualan bangunan, pabrik dan peralatan operasi.

e. Pengaruh dari pemogokan.

f. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.

8. Tahun Penutupan Buku

Beberapa penelitian terdahulu menggunakan tahun penutupan buku sebagai variabel independen pada audit delay (Carslaw, 1991 ; Ashton 1989). Berdasarkan kesimpulan peneliti terdahulu, tahun penutupan buku selain 31 Desember secara positif mempengaruhi audit delay atau jangka waktu audit nya lebih lama.

E. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Ashton dkk. (1987) di Kanada meneliti hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 (empat belas), meliputi


(36)

ukuran perusahaan, jenis industri, perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas SPI, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, kompleksitas EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, pengumuman laba atau rugi, jenis opini, dan profitabilitas. Ashton menggunakan sampel dari perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh Peat, Marwick, Mitchel & Co. pada tahun 1982 sebanyak 488 perusahaan. Hasil analisis univariate pada keseluruhan sampel memperlihatkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.

Carslaw dan Kaplan (1991) meneliti audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New Zealand di tahun 1987 dan 1988. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, auditor (reputasi KAP), bulan penutupan tahun buku, struktur kepemilikan perusahaan, dan proporsi hutang terhadap total aset. Ditemukan bahwa rata-rata audit delay di New Zealand pada tahun 1987 adalah 87,7 hari, sementara rerata audit delay pada tahun 1988 sejumlah 95,5 hari.


(37)

Variabel-variabel yang mempengaruhi audit delay pada tahun 1987 meliputi ukuran perusahaan, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, struktur kepemilikan perusahaan. Pada tahun 1988, variabel yang berpengaruh terdiri atas ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, dan proporsi hutang terhadap total aset. Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan dan pengumuman kerugian yang konsisten berpengaruh terhadap audit delay selama periode penelitian.

Hossain and taylor (1998) meneliti audit delay pada beberapa perusahaan-perusahaan di Pakistan yang merupakan Negara berkembang. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, anak perusahaan multinasional dan ukuran KAP (kualitas auditor). Hasil penelitian dari 103 sampel perusahaan yang terdaftar dengan interval waktu minimum 30 hari dan maksimum 249 hari. Perusahaan yang terdaftar di Pakistan membutuhkan waktu sekitar rata-rata tiga bulan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak perusahaan multinasional lebih cepat melaksanakan audit dan kelima variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan.

Di Negara Asia tenggara lainnya penelitian dilakukan oleh Ahmad dan Kamaruddin (2000). Dengan sampel 100 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Kuala Lumpur selama tahun 1996-2000. Hasil statistic deskriptif mengindikasikan bahwa audit delay lebih dari 100 hari selama jangka waktu lima tahun tersebut dengan standar deviasi 36 hari. Penelitian ini menggunakan delapan variabel independen yang dihipotesiskan berpengaruh terhadap audit delay yaitu ukuran perusahaan, jenis industri, laba/rugi perusahaan, extraordinary item, opini


(38)

audit, kualitas auditor, akhir tahun buku perusahaan dan proporsi hutang. Hasil penelitian menunjukkan jenis industri, laba/rugi perusahaan, opini audit, ukuran KAP, akhir tahun buku perusahaan dan proporsi hutang berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan dan extraordinary item tidak berpengaruh signifikan.

Di Indonesia, Halim (2000) dalam Lestari (2010) mengambil sampel penelitian tahun 1997 pada 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, ukuran perusahaan, jenis industri, penutupan tahun buku, opini auditor, tingkat profitabilitas, laba/rugi operasi, lamanya menjadi klien KAP. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa audit delay pada perusahaan yang terdaftar di BEI adalah 84,5 hari. Audit delay cenderung lebih panjang pada faktor penutupan tahun buku, laba/rugi operasi, lamanya menjadi klien KAP. Disisi lain hasil penelitan

multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak

berpengaruh terhadap audit delay, namun yang berpengaruh kuat hanya rugi/ laba operasi dan penutupan tahun buku.

Luciana dan Lucas (2006) mengambil sampel pada 131 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai tahun 2004 dengan menggunakan ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan extraordinary item sebagai variabel independen. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan. Sementra profitabilitas, solvabilitas dan extraordinary item tidak berpengaruh signifikan.


(39)

Rachmawati (2008) mengambil sampel pada 59 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang dipilih dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan audit delay dan timeliness sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, internal auditor dan kualitas KAP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan kualitas KAP berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas, internal auditor dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit

delay. Sementara itu pada timeliness ukuran perusahaan, kualitas KAP dan

solvabilitas berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak berpengaruh.

Kartika (2009) mengambil perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode cluster random sampling sebanyak 199 perusahaan sebagai sampel dengan periode laporan keuangan tahun 2005 sampai 2007. Yang menjadi variable terikat adalah audit delay dan variable bebas adalah ROA, DER, total

asset, serta kualitas auditor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan

semua variable bebas yang dipilih berpengaruh terhadap audit delay, tetapi secara parsial ROA berpengaruh negative signifikan terhadap audit delay, sedangkan DER, total asset dan kualitas auditor tidak berpegaruh terhadap audit delay.

Lestari (2010) mengambil perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008. Yang menjadi variable bebas adalah ukuran perusahaan (TA), profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor. Hasil penelitian menunjukkan pengujian secara parsial memperlihatkan profitabilitas, solvabilitas dan kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay


(40)

sementara ukuran perusahaan dan opini auditor tidak berpengaruh. Namun secara simultan seluruh variable bebas berpengaruh terhadap audit delay.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian terdahulu Nama

Peneliti

Judul Variable Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian Robert H. Ashton, John j. Willingham, and Robert k. Elliott (1987) An Empirical Analysis of Audit Delay

Variabel independen:

Ukuran perusahaan, Jenis industri, Perusahaan publik atau non publik, Bulan penutupan tahun buku, Kualitas SPI, Kompleksitas operasional, Kompleksitas keuangan, Kompleksitas pelaporan keuangan, Kompleksitas EDP, Campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, Lamanya perusahaan menjadi klien KAP,

Pengumuman laba atau rugi, Jenis opini, dan Profitabilitas Variabel Dependen: Audit Delay Regresi Linier Berganda

Audit delay signifikan lebih lama pada:

perusahaan yang

mempunyai qualified

opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku.

Sementara pada uji

analisis multivariate,

hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel Charles A.P.N. carslaw an Steven E. Kaplan (1991) An Examinati on of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand Variabel independen: ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, auditor (reputasi KAP) variable dependen: Audit Delay Regresi Linier Berganda Variabel-variabel yang

mempengaruhi audit

delay pada tahun 1987

meliputi ukuran perusahaan, pengumuman

kerugian, extraordinary

item, jenis opini, struktur kepemilikan perusahaan. Pada tahun 1988, variabel yang berpengaruh terdiri atas ukuran perusahaan,


(41)

pengumuman kerugian, dan proporsi hutang terhadap total asset.

Monirul alam hossain and Peter J. taylor (1998) An Examination of audit delay : Evidence from Pakistan Variabel independen: Ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, anak perusahaan multinasional dan ukuran KAP Variabel dependen: Audit Delay Regresi Linier Berganda Anak perusahaan multinasional lebih cepat melaksanakan audit. Kelima variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan Raja adzrin raja ahmad dan Khairul Anuar Kamaruddin (2000) Audit Delay and The Timeliness of coorporate reporting: Malaysian Evidence Variabel independen: Total Asset, klasifikasi industry, laba/rugi perusahaan,

extraordinary item, opini audit, ukuran KAP, akhir tahun buku perusahaan, proporsi utang Variabel dependen: Audit Delay Regresi Linier Berganda

jenis industri, laba/rugi perusahaan, opini audit, kualitas auditor, akhir tahun buku perusahaan dan proporsi hutang berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Sedangkan ukuran perusahaan dan extraordinary item tidak

berpengaruh signifikan Halim varianda (2000) Faktor-faktor yang mempengar uhi audit delay

Variabel independen: ukuran perusahaan, jenis industri, penutupan tahun buku,

opini auditor, tingkat profitabilitas, laba/rugi operasi, lamanya menjadi klien KAP

Variabel dependen: Audit Delay

Regresi Linier berganda

Secara parsial Audit delay cenderung lebih panjang pada faktor penutupan tahun buku, laba/rugi operasi, lamanya menjadi klien KAP.

Secara simultan ketujuh faktor tersebut secara serentak berpengaruh terhadap audit delay

Luciana spica almilia dan Lucas setiady (2006) Faktor-faktor yang mempengar uhi penyelesaia n laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ Variabel independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan extraordinary item Variabel dependen: Penyelesaian

Regresi Linier berganda

ukuran perusahaan dan

umur perushan berpengaruh signifikan.

Sementra profitabilitas,

solvabilitas dan extraordinary item tidak

berpengaruh signifikan Sistya Rachmawati Pengaruh factor Variabel independen: profitabilitas, Regresi linier berganda

ukuran perusahaan dan


(42)

(2008) internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness solvabilitas, ukuran perusahaan, internal auditor dan kualitas KAP

Variabel dependen: Audit delay dan timeliness

berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas, internal auditor dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.

pada timeliness ukuran perusahaan, kualitas KAP

dan solvabilitas berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas dan internal auditor tidak berpengaruh Kartika Perina simbolon (2009) Analisis faktor-faktor yang mempengar uhi audit delay pada perusahaan yang

terdaftar di BEI

Variabel independen: ROA, DER, total asset, serta kualitas auditor

Variabel dependen: Audit Delay

Regresi linier berganda

secara simultan semua variable bebas yang dipilih berpengaruh

terhadap audit delay,

tetapi secara parsial ROA berpengaruh negative signifikan terhadap audit delay, sedangkan DER, total asset dan kualitas auditor tidak berpegaruh terhadap audit delay Dewi Lestari (2010) Analisis faktor-faktor Yang mempengar uhi audit delay: pada perusahaan Consumer goods Yang terdaftar di bursa efek indonesia Variabel independen: ukuran perusahaan (TA), profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor

Variabel dependen: Audit delay

Regresi Linier berganda

pengujian secara parsial memperlihatkan

profitabilitas, solvabilitas dan kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay sementara ukuran perusahaan dan opini auditor tidak berpengaruh. Namun secara simultas seluruh

variable bebas berpengaruh terhadap audit delay


(43)

F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yaitu menjelaskan bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Profitabilitas (X1)

Solvabilitas (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Kualitas auditor (X4)

Jenis Industri (X5)

Audit Delay (Y)


(44)

Didalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan ROA (Return on Assets).

Return on Assets (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total

aktiva. Rasio ini mencoba untuk mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi biasanya memiliki

audit delay yang lebih singkat karena tingkat profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Maka perusahaan cenderung ingin menyampaikan good news kepada pihak eksternal perusahaan.

Solvabilitas diukur dengan DER (Debt to Equity Ratio). Perusahaan yang memiliki solvabilitas tinggi, maka audit delay nya lebih panjang. Karena semakin tinggi solvabilitas maka menunjukkan tingginya resiko perusahaan yang mengindikasikan mengalami kesulitan keuangan. Manajemen cenderung menunda penerbitan berita buruk.

Ukuran perusahaan diukur melalui Total Asset. Manajemen perusahaan dengan sumber daya (asset) yang besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit delay dan mempercepat pelaporan keuangan ke publik .

Kualitas auditor adalah reputasi akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan. Auditor yang termasuk kategori Big four akan membuat proses pengauditan lebih cepat. Disamping demi menjaga reputasinya, kantor akuntan publik ini memiliki lebih banyak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sehingga lebih efektif dalam melakukan penjadwalan audit.

Jenis industri yaitu membedakan apakanh perusahaan termasuk dalam kategori industri keuangan atau non keuangan. Dalam teori dinilai yang termasuk


(45)

industri keuangan memiliki audit delay yang lebih singkat daripada industri non keuangan.

2. Hipotesis Peneltian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2006). Berdasarkan latar belakang, kerangka konseptual dan tinjauan teoritis, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

: Tingkat profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay. : Tingkat solvabilitas (DER) berpengaruh terhadap audit delay. : Ukuran perusahaan (Total Asset) berpengaruh terhadap audit delay. : Kualitas auditor berpengaruh terhadap audit delay.

: Jenis industri berpengaruh terhadap audit delay.

: Tingkat profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, kualitas auditor, dan jenis industri, secara bersama-sama berpengaruh terhadap audit delay.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan cetak biru yang member garis dari setiap prosedur mulai dari hipotesis sampai analisis data (Erlina dan Mulyani, 2007). Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif yang bersifat kausal. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih (Rochaety dkk, 2007) dengan hubungan yang bersifat kausal yaitu hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pertambangan (mining and mining

service) dan perbankan (banking) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2007-2009, berupa laporan keuangan yang diunduh dari www.idx.co.id yaitu 56 sebanyak perusahaan.

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu dengan


(47)

mengambil sampel dari populasi berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006). Beberapa kriteria atau pertimbangan penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. perusahaan pertambangan dan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007,2008 dan 2009.

2. perusahaan tersebut tidak didelisting pada tahun 2007,2008 dan 2009. 3. perusahaan tersebut telah menerbitkan dan melaporkan laporan

keuangan yang telah di audit secara teratur selama tahun 2007, 2008, dan 2009.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat perusahaan pertambangan dan perbankan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 35 sampel dan terdiri dari 105 unit analisis (3 tahun dari 35 sampel).

Tabel 3.1 Proses seleksi sampel

No Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 Adaro Energy Tbk X √ √ -

2 ATPK Resources Tbk √ √ X -

3 Bayan Resources Tbk X √ √ -

4 Bumi Resources Tbk √ √ √ 1

5 Darma Henwa Tbk X √ √ -

6 Garda Tujuh Buana Tbk X √ √ -

7 Indo Tambang Raya Megah Tbk √ √ √ 2

8 Perdana Karya Perkasa Tbk √ √ X -

9 Petrosea Tbk √ √ √ 3

10 Resources Alam Indonesia Tbk X √ √ -

11 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk √ √ √ 4

12 Apexindo Pratama Duta Tbk √ √ √ 5

13 Elnusa Tbk X √ √ -

14 Energi Mega Persada Tbk √ √ √ 6

15 Medco Energi International Tbk √ √ √ 7


(48)

17 Ratu Prabu Energi Tbk X √ √ -

18 Aneka Tambang (persero) Tbk √ √ √ 8

19 Cita Mineral Investindo Tbk √ √ √ 9

20 International Nickel Indonesia Tbk √ √ √ 10

21 Timah Tbk √ √ √ 11

22 Central korporindo International Tbk √ √ X -

23 Citatah Industri Marmer Tbk √ √ √ 12

24 Mitra Investindo Tbk. X √ √ -

25 Bank Agroniaga Tbk √ √ √ 13

26 Bank Arta Niaga Kencana Tbk √ X √ -

27 Bank Artha Graha International Tbk √ √ √ 14

28 Bank Bukopin Tbk √ √ √ 15

29 Bank Bumi Artha Tbk √ √ √ 16

30 Bank Capital Indonesia tbk √ √ √ 17

31 Bank Central Asia Tbk √ √ √ 18

32 Bank Century Tbk √ X √ -

33 Bank CIMB Niaga Tbk √ √ √ 19

34 Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ 20

35 Bank Ekonomi Raharja Tbk X √ √ -

36 Bank Eksekutif International Tbk √ √ √ 21

37 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk √ √ √ 22

38 Bank ICB Bumiputera Tbk √ √ √ 23

39 Bank International Indonesia Tbk √ √ √ 24

40 Bank Kesawan Tbk √ √ √ 25

41 Bank Lippo Tbk √ X √ -

42 Bank Mandiri (persero) Tbk √ √ √ 26

43 Bank Mayapada Tbk √ √ √ 27

44 Bank Mega Tbk √ √ √ 28

45 Bank Windu Kentjana Int’l Tbk √ √ X -

46 Bank Negara Indonesia Tbk √ √ √ 29

47 Bank Nusantara Parahyangan Tbk √ √ X -

48 Bank OCBC NISP Tbk √ √ √ 30

49 Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ 31

50 Bank Permata Tbk √ √ √ 32

51 Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk √ √ √ 33

52 Bank Swadesi Tbk √ √ √ 34

53 Bank Tabungan Negara (persero) Tbk X √ √ -

54 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk X √ √ -

55 Bank UOB Buana Tbk √ X √ -


(49)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling yang merupakan kombinasi antara data Time Series dan data cross section. Data

Time Series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat

dalam beberapa interval waktu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan tahunan, data cross section atau data satu waktu adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu.

Sumber data yang diteliti dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi yang telah tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Sumber datanya adalah laporan keuangan auditan perusahaan pertambangan dan keuangan yang terdaftar di BEI periode 2007-2009, melalui situs resmi milik Bursa Efek Indonesia, yait ringkasan kerja perusahaan yang diperoleh melalui ICMD. Jenis data yang dibutuhkan antara lain:

1. tanggal laporan audit independen diterbitkan

2. laba/rugi bersih perusahaan sebelum pajak penghasilan 3. total Asset

4. total Kewajiban 5. total Ekuitas

6. kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan. D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, jadi pengumpulan data diperoleh dari pihak ketiga atau dicari secara manual dari luar perusahaan. Pengumpulan


(50)

data dilakukan dalam dua tahap, pertama studi pustaka dengan membaca literatur dan jurnal-jurnal terkait dengan masalah yang diteliti lalu ditarik kesimpulan dan dibuat kerangka pemikiran tambahan untuk penelitian sendiri. Kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan mengunduh pada situs

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dilambangkan dengan X. Variabel bebas adalah variable yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen (terikat) dan yang mempunyai hubungan positif maupun negatif bagi variabel terikat lainnya (Erlina dan Mulyani, 2007). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proftabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, kualitas auditor dan jenis industri.

a. Tingkat Profitabilitas ( )

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam penelitian ini digunakan Return On Asset (ROA). Perusahaan dengan profitabilitas tinggi diduga membutuhkan waktu penyelesaian audit yang lebih pendek. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(51)

b. Tingkat Solvabilitas (

Dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini membandingkan antara total ekuitas yang dimiliki perusahaan untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur. DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

c. Ukuran Perusahaan (

Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar informasi yang dimiliki perusahaan dan mencerminkan kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan. Proksi yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan adalah Total

Asset.

d. Kualitas Auditor atau KAP (

Kualitas auditor mengacu pada apakah KAP (Kantor Akuntan Publik) yang mengaudit termasuk dalam kategori the big four (nilai dummy 1) atau

non big four (nilai dummy 0). Yang termasuk dalam kategori the big four

adalah:

1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.


(52)

3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko, & Sanjadja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan. e. Jenis Industri (

Jenis industri dibedakan menjadi industri keuangan dan non keuangan. Menggunakan variabel dummy yaitu pemberian nilai 0 (nol) untuk perusahaan non keuangan dan nilai 1 (satu) untuk perusahaan keuangan.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dilambangkan dengan Y. variabel terikat adalah perhatian utama dalam sebuah pengamatan; variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina dan Mulyani, 2007). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah audit delay yang diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari, ialah jangka waktu antara tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera dalam laporan auditor independen (lestari, 2010)

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi

Operasional

Pengukuran Skala

Audit Delay

(Y)

Lama waktu penyelesaian audit

diukur dari tanggal penutupan

tahun buku hingga tanggal laporan auditor

independen atas laporan keuangan audit


(53)

Profitabilitas (X1)

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diukur dalam ROA

Return On Asset (ROA)

Rasio Solvabilitas (X2) Kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang maupun pendek dengan menggunakan

equity yang diukur

dalam DER

Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio Ukuran Perusahaan (X3) Seberapa besar aktiva perusahaan untuk memberikan insentif dalam percepatan penerbitan laporan keuangan auditan. Diukur melalui total asset.

Total aktiva (total asset) Rasio

Kualitas Auditor (X4)

Menunjukkan

auditor yang berafiliasi dengan KAR the big four dan non the big

four

KAP the big four diberi nilai 1 KAP non big four diberi nilai 0

Nominal Jenis Industri (X5) Jenis industri membedakan antara industri keuangan dan non keuangan yang diduga berpengaruh pada keterlambatan penerbitan laporan keuangan

Jenis Industri keuangan diberi nilai 1

Jenis Industri non keuangan diberi nilai 0


(54)

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dilakukan pengujian asumsi klasik untuk keperluan analisis data tersebut. Analisis data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17 for windows.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk memperoleh model regresi yang memberikan hasil Best Linear

Unbiased Estimator (BLUE), model tersebut perlu diuji asumsi klasik dengan

metode Ordinary Least Square (OLS) atau pangkat kuadrat terkecil biasa. Model regresi dikatakan BLUE apabila tidak terdapat Autokorelasi, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan Normalitas (lestari: 2010). Berikut ini penjelasan mengenai uji asumsi klasik yang akan dilakukan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Model regresi yang paling baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. normalitas dapat dideteksi dengan alat analisis grafik berupa PP Plot dan uji Kolmogorov Smirnov dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai signifikan reidualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pedoman pengambilan keputusan yaitu:


(55)

1) apabila nilai signifikasi atau probabilitas > 0,05 , maka distribusi data normal

2) apabila nilai signifikasi atau probabilitas < 0,05 . maka distribusi data tidak normal

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Jika terjadi relasi berarti terjadi masalah multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1) nilai tolerance dan lawannya, dan 2) variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukkan variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum untuk menunjukkan adanya multikolineraitas adalah nilai tolerance > 10 persen dan VIF < 10. Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan


(56)

mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki kolerasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi. c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi, disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena ”gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Suatu jenis pengujian yang umumnya digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi yang dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson yang disebut sebagai statistik Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d dari hasil perhitungan dengan nilai d1 dan du dari tabel Durbin-Watson. Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai

dl lebih besar dari nilai du pada tabel.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan


(57)

lain tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini pengujian heteroskedasitas dilakukan dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedatis dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah

di-studentized. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk dapat menentukan

heteroskedastisitas antara lain:

1) jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain melihat grafik plot, ada beberapa cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terdapat kondisi heteroskedastisitas atau homokedastisitas, antara lain uji park, uji Glejser dan uji White.


(58)

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh rasio profitabilitas (ROA), solvabilitas (DER), ukuran perusahaan (total asset), kualitas auditor dan jenis industri terhadap audit delay dengan model dasar sebagai berikut:

Y = α + + + + + + ε

Keterangan:

Y = lamanya hari penyelesaian audit (audit delay)

α = konstanta

= profitabilitas (ROA) = solvabilitas (DER)

= ukuran perusahaan (total asset) = kualitas auditor

= jenis industri = Koefisien regresi

ε = error (tingkat kesalahan)

a. Pengujian Signifikasi Parsial (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Langkah-langkah pengujian:


(59)

: = 0, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

: ≠ 0, artinya terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

2) tentukan level signifikan

signifikasi tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan melihat nilai probabilitas dari t rasio masing-masing

variabel independen pada taraf uji α = 5%.

3) kriteria pengambilan keputusan

- jika probabilitas lebih kecil daripada α maka ditolak dan diterima

yang memiliki arti bahwa variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

- Jika probabilitas lebih besar daripada α maka ditolak dan diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat pula digunakan perbandingan signifikasi dengan ketentuan:

diterima jika < diterima jika >

b. Pengujian Signifikasi serentak (uji F)

Uji F digunaka untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan variasi pengaruh variabel independen secara bersama-sama dan simultan terhadap variabel dependen. Langkah pengujian:


(60)

1) merumuskan hipotesis

: β = β = β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel dependen (Y). : β = β = β ≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel dependen (Y). 2) tentukan level signifikasi

Signifikan tidaknya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat profitabilitas dari F

rasio seluruh variabel independen pada taraf uji α= 5%.

3) kriteria pengambilan keputusan:

- jika probabilitas lebih kecil daripada α maka ditolak dan diterima

yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

- Jika probabilitas lebih besar daripada maka ditolak dan diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat pula dilihat signifikasinya yang dibandingkan dengan dengan ketentuan:

diterima jika < diterima jika >


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 105

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 15.27244060 Most Extreme Differences Absolute .100

Positive .076

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z 1.020

Asymp. Sig. (2-tailed) .249

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Lampiran v (lanjutan)

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 84.387 3.955 21.334 .000

ROA -16.323 12.762 -.145 -1.279 .204 .640 1.563

DER -.217 .323 -.077 -.671 .504 .625 1.599

TA -2.022E-14 .000 -.102 -.985 .327 .766 1.306 RKAP -8.465 3.524 -.240 -2.402 .018 .824 1.214

JI -9.456 4.682 -.266 -2.019 .046 .472 2.117

a. Dependent Variable: AD

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .432a .187 .146 15.653 2.113

a. Predictors: (Constant), JI, RKAP, TA, ROA, DER b. Dependent Variable: AD


(3)

Lampiran v (lanjutan)

Hasil Uji Heteroskedastisitas


(4)

Lampiran vi

HASIL ANALISIS REGRESI

Model

Unstandardized Coefficients

B

Std. Error

1

(Constant)

84.387

3.955

ROA

-16.323

12.762

DER

-.217

.323

TA

-202200000000000

.000

RKAP

-8.465

3.524

JI

-9.456

4.682

HASIL ANALISIS KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1

.432

a

.187

.146

15.653

a. Predictors: (Constant), JI, RKAP, TA, ROA, DER


(5)

Lampiran vii

HASIL UJI T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 84.387 3.955 21.334 .000

ROA -16.323 12.762 -.145 -1.279 .204 .640 1.563

DER -.217 .323 -.077 -.671 .504 .625 1.599

TA -2.022E-14 .000 -.102 -.985 .327 .766 1.306 RKAP -8.465 3.524 -.240 -2.402 .018 .824 1.214

JI -9.456 4.682 -.266 -2.019 .046 .472 2.117


(6)

Lampiran vii

HASIL UJI F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 5566.495 5 1113.299 4.544 .001a

Residual 24257.734 99 245.028 Total 29824.229 104

a. Predictors: (Constant), JI, RKAP, TA, ROA, DER b. Dependent Variable: AD