BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Nias Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kesejahteraan

  Manusia hidup dengan beragam pilihan dalam kehidupannya. Mau berusaha atau bermalas-malasan. Mau menjadi orang sukses atau orang yang gagal. Demikian pula dengan kesejahteraan dalam masyarakat. Masyarakat yang mau hidupnya sejahtera juga dihadapkan dengan pilihan yang menentukan kesejahteraannya.

  Undang-undang No 13 tahun 1998 tentang ketentuan pokok kesejahteraan masyarakat memuat pengertian kesejahteraan masyarakat sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

  Kesejahteraan dapat dilihat dari 2 sisi, kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan individu adalah suatu cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan-pilihan obyektif untuk kehidupan pribadinya. Sedangkan kesejahteraan sosial merupakan cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan sosial secara obyektif yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kepuasan seluruh individu dalam masyarakat (Badrudin: 2012)

  Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

  Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 yang merupakan amandemen Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, menyatakan ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

  Maka kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat (Badrudin: 2012).

  Menurut Arsyad dan Sukirno, tingkat pendapatan perkapita tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat kesejahteraan karena kelemahan yang bersumber dari ketidaksempurnaan dalam penghitungan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dan kelemahan yang bersumber dari kenyataan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan tetapi juga faktor-faktor lain (Badrudin: 2012)

  Menurut Todaro (2006:20) banyak negara Dunia Ketiga yang dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun gagal meningkatkan taraf hidup penduduk di daerah tersebut.

  Untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat dalam satu periode tertentu, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator kesejahteraan.

  Dari informasi yang didapatkan ada delapan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Delapan indikator keluarga sejahtera menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah: a.

  Pendapatan

  b. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga c.

  Keadaan tempat tinggal d. Fasilitas tempat tinggal e. Kesehatan anggota keluarga f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan g.

  Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan h. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

  Merurut BKKBN ada beberapa tahapan keluarga sejahtera. Secara rinci keberadaan Keluarga Sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut: 1.

  Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal.

  Indikator kebutuhan dasar keluarga sejahtera adalah: a.

  Spiritual Anggota keluarga dapat melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masing-masing.

  b.

  Pangan Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih.

  c.

  Sandang Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda yang digunakan di rumah, sekolah, bekerja, dan bepergian.

  d.

  Papan Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah .

  e.

  Kesehatan Bila anak menderita sakit atau PUS ingin mengikuti KB dapat dengan mudah pergi ke petugas kesehatan atau Rumah Sakit.

  Karena belum dapat memenuhi 5 indikator kebutuhan dasar ini, keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dikatakan sebagai keluarga miskin.

  2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti: a.

  Kebutuhan Pendidikan b.

  Keluarga Berencana c. Interaksi dalam keluarga d.

  Interaksi dengan lingkungan tempat tinggal e. Fasilitas transportasi.

  3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

  4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

  5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

2.1.2 Indeks Pembangunan Manusia

  Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup (Badrudin, 2012:154).

  Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/ HDI) adalah rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, serta Pengeluaran Perkapita.

  Indeks Pembangunan Manusia pertama kali dipublikasikan oleh UNDP (United Nations Development Program) sebagai penyempurnaan dari PQLI (Physcal Quality of Life Indeks) yang kini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia.

  IPM digunakan untuk mengelompokkan sebuah negara/daerah sebagai daerah maju, berkembang, atau terbelakang. IPM juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan dan peran pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat.

  Menurut Badan Pusat statistik, penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, yaitu membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih, memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederahana, membentuk suatu indeks komposit aripada menggunakan sejumlah indeks dasar, dan menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi (Badrudin, 2012: 161)

  Komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

  Usia hidup diukur dengan usia harapan hidup, pengetahuan diukur dari kemampuan baca tulis dan tingkatan pendidikan (SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi), dan standar hidup layak diukur melalui pengeluaran perkapita rill yang disesuaikan. Dalam perhitungan IPM, indeks pendidikan dan kesehatan sangat tepat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya.

  Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah:

  1. IPM menerjemahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks kedalam tiga dimensi dasar yang terukur.

  2. IPM membantu dalam pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada manusia.

  3. IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang universal.

  4. IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia.

  5. IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM.

  Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dapat tercapai dengan pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pembangunan dengan kepastian bahwa seluruh masyarakat (penduduk) bisa menikmati semua hasil pembangunan.

2.1.3 Pembangunan Ekonomi

  Pembangunan ekonomi merupakan: (1) suatu proses yang merupakan suatu perubahan yang terjadi terus menerus, (2) usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per kapita, dan (3) kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang (Sukirno, 1985:13).

  Pembangunan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses perubahan secara menyeluruh baik dalam tata susunan ekonomi masyarakat, perubahan landasan kegiatan ekonomi dan kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

  Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi karena penekanan analisisnya terhadap faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan pendapatan nasional. Beberapa ekonom juga memberikan pengertian yang sama tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Hanya saja istilah pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi pada negara yang sedang berkembang dan pertumbuhan ekonomi dikenal sebagai negara maju.

  Teori tentang pembangunan ekonomi terus berkembang sejak teori Adam Smith (tahun 1776) hingga sampai pada saat ini. Menurut Hakim (2004: 42)

  

Pembangunan Ekonomi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi berskala besar, yaitu skala sebuah negara .

  Menurut Hakim (2004:42), indikator-indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi pembangunan ekonomi antara lain pertumbuhan GNP, GNP perkapita dengan dasar pengukuran kurs pasar, GNP perkapita dengan pengukuran purchasing power parity atau perbandingan daya beli, NEW (Net

  

Economic Welfare atau kesejahteraan ekonomi bersih), PQLI (Physical Quality of

  

Life Index atau indeks kualitas hidup), HDI (Human Development Index atau

Indeks Pembangunan Manusia), serta indikator pemenuhan kebutuhan pokok.

  Pada dekade 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Mengakibatkan terjadinya perubahan pandangan tentang pembangunan ekonomi yang bukan semata-mata untuk meningkatkan pertumbuhan GNP setinggi- tingginya melainkan melakukan usahan untuk mengurangi tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.

2.1.3.1 Teori Pembangunan Klasik

  Teori ini dianut oleh Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus.

  a.

  Adam Smith. Sebagai pelopor ekonom klasik, Adam Smith mengatakan bahwa ada dua aspek dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Ada tiga variabel yang berkaitan dengan pertumbuhan output total, yaitu sumber daya alam yang tersedia (tanah sebagai faktor produksi), sumber daya manusia, dan modal (stok kapital). Pembangunan ekonomi terjadi apabila kegiatan/ proses produksi berjalan secara terus menerus (Hakim, 2004: 64).

  b.

  David Ricardo. Teori pertumbuhan klasik ini dikembangkannya dengan mempertajam konsep mekanisme laju pertumbuhan output dan laju pertumbuhan penduduk. David Ricardo menekankan pada pendistribusian pendapatan para pelaku ekonomi. Beberapa asumsi perekonomian David Ricardo: sumber daya alam (tanah) terbatas, jumlah penduduk menyesuaikan dengan tingkat upah, kemajuan teknologi, dan sektor pertanian yang dominan. Jadi, keterbatasan sumber alam (faktor produksi) dan pertumbuhan faktor produksi penduduk akan membatasi pembangunan ekonomi. Dalam hal ini disebut sebagai The Law of Diminishing Return yaitu hukum pertambahan hasil yang semakin menurun, yang terjadi pada suatu kegiatan produksi dimana salah satu inputnya tetap dan input yang lain variabel (Hakim, 2004:69) c. Thomas Malthus. Menurut Malthus proses pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat (Jhingan,

  2008: 97). Keberhasilan pembangunan perekonomian menurut Malthus adalah kesejahteraan suatu negara, yaitu suatu negara yang memiliki peningkatan GNP potensial. Terdapat dua faktor dalam peningkatan GNP potensial, yaitu faktor ekonomi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Sedangkan faktor non ekonomi adalah keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, kerja keras masyarakat dan disiplin, serta sikap jujur. Kedua faktor ini harus berjalan secara beriringan sehingga mampu meningkatkan GNP potensial, khususnya pada sektor pertanian dan industri (Hakim, 2004: 73).

  2.1.3.2 Josep Shcumpeter

  Dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economics Development (1934) dan Busines Cycle (1939) menjelaskan ada dua hal penting dalam pembangunan ekonomi. Pertama, sistem kapitalisme merupakan sistem paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Kedua, faktor utama yang mengakibatkan perkembangan ekonomi adalah inovasi.

  Sehingga pembangunan ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh inovator (Badrudin, 2012: 139-140)

  2.1.3.3 Walt Witman Rostow

  Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju. Proses pembanguan terbagi atas lima tahap, yaitu masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas landas, menuju kedewasaan, dan era konsumsi masal tinggi. Kriteria yang membedakan dalam tiap tahap adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi ekonomi, sosial, politik, serta budaya dalam sebuah perekonomian (Hakim, 2004: 89)

2.1.4 Pembangunan Daerah

  Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (Elsyarief Ariefa'id, 2011).

  Pembangunan akan berjalan dengan baik bila dijalankan secara berkelanjutan. Terlebih untuk daerah-daerah yang baru melakukan pemekaran.

  Pemerintah daerah diberikan kewajiban untuk melanjutkan tugas pemerintah pusat, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki hak yang penuh atas daerah otonomi baru tersebut.

  Serupa dengan pembangunan pada umumnya, sasaran utama dalam pembangunan daerah adalah penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, memberikan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah, peningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan, perbaikan infrastruktur, dan penyediaan lapangan kerja.

  Selain pembangunan masyarakat, bagian penting yang juga harus dibenahi dalam pembangunan daerah adalah sistem pemerintahan serta perbaikan kualitas pelayanan umum bagi masyarakat. Untuk itu dibutuhkan perencanaan pembangunan daerah yang baik, yang berdasarkan pada potensi sumber daya daerah yang dimiliki.

2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

  Anggaran pendapatan dan belanja merupakan suatu alat negara (daerah) untuk menentukan pemasukan dan pengeluaran suatu pemerintahan sesuai dengan perencanaan pembangunan yang sudah disusun sebelumnya.

  Dalam ekonomi publik dipelajari bagaimana peranan pemerintah serta dampak kebijakan fiskal yang ditetapkan dalam pemerintahan. Peranan pemerintah daerah terlihat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja untuk satu masa periode.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun secara sistematis sesuai dengan sumber-sumber dan alokasi dana yang ada. Ada beberapa fungsi APBD, antara lain: a.

  Fungsi Stabilisasi: sebagai pedoman bagi pemerintah untuk mengelola keuangan daerah. Sehingga program pembangunan dapat terlaksana dan mencapai tujuan yang ditetapkan.

  b. Fungsi Alokasi: Melalui APBD dapat diketahui besaran alokasi dana yang dibutuhkan dalam tiap bidang serta dapat mengetahui sasaran dan prioritas utama yang dikerjakan suatu satuan unit kerja dalam satu tahun pemerintahan.

  c.

  Fungsi Distribusi: Distribusi pendapatan yang disusun akan dikeluarkan kembali untuk didistribusikan pada Belanja Daerah semua sektor yang ada secara merata. Tujuannya supaya setiap kalangan dan sektor dapat melakukan pembangunan.

  d. Fungsi Regulasi: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendali tingkat inflasi.

  Kemampuan pemerintah untuk mengimplementasikan rancangan yang sudah disusun akan melihat sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

  2 Sri Kusreni dan Sultan Suhab 2009 Kebijaksanaan APBD dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan

  3. Berdasarkan kriteria BPS, 30 sejahtera, 6 tidak

  2. Berdasarkan kriteria Bappenas 32 responden sejahtera, 4 tidak

  1. Pendapatan nelayan lebih besar dari UMR

  Observasi data primer dan data sekunder. 36 orang responden

  Tingkat Kesejahteraan Masyarakat berdasarkan kriteria UMR, BAPPENAS, dan BPS

  3 Hendrik, 2011 Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masayarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan

  Pendapatan daerah dan belanja daerah berpengaruh positif secara langsung terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Tetapi pembiayaan daerah berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan.

  Effect

  Analisis Regresi Linier Berganda, pendekata n Random

  X1: Kapasitas Fiskal Daerah X2: Alokasi Belanja Modal Daerah X3: Pembiayaan Daerah Y: Indeks Pembangunan Manusia

  Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian dapat dilihat melalui Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  2. Pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan seiring dengan naiknya harga kebutuhan pokok 3. Masyarakat tinggal di rumah yang semi permanen 4. Pelayanan yang diterima masyarakat cukup baik dengan adanya fasilitas- fasilitas pendukung

  1. Pendapatan masyarakat masih tergolong rendah

  20 orang sampel

  Purposive Sampling

  Observasi. Metode:

  Indikator Keluarga Sejahtera Menurut BPS 2005: Pendapatan; Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga; Keadaan tempat tinggal; Kesehatan anggota keluarga; Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan; Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan; Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

  1 Eko Sugiharto 2007 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik

  Hasil

  Metode Analisis

  Judul Variabel

  N o Nama, Tahun,

  5. Masyarakat Nelayan di Desa benua Baru Ilir tergolong dalam keluarga sejahtera Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau

  4 Natalia Nainggolan 2008 Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Studi Kasus Kabupaten Dairi

  D-W test 1.

  Dalam anggaran belanja terdapat beberapa sektor sebagai alokasi dana, antara lain sektor pendidikan dan kesehatan. Melalui kedua sektor ini, masyarakat dapat menerima dan menikmati secara langsung peranan pemerintah dan mampu menunjang kehidupan masyarakat karena memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat.

  Oleh sebab itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu gambaran kinerja pemerintah daerah untuk merealisasikan kesejahteraan masyarakat daerah.

  Seperti dijelaskan dalam teori-teori diatas, pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi ini diwujudkan dalam penyusunan dan penyelenggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggara Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

  3. Masyarakat masih belum bisa dikatakan sejahtera

  2. Pembangunan terfokus pada bidang pendidikan (signifikan), untuk bidang pendidikan, tenaga kerja, dan infrastruktur belum berpengaruh signifikan

  Pendapatan masyarakat meningkat

  Multikolin ieritas,

  X1: Tingkat Kesehatan X2: Tingkat Pendidikan X3: Ketenagakerjaan X4: Infrastruktur Daerah Y : Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (diukur dari pendapatan)

  f-statistik,

  ,

  2

  R

  t-statistik ,

  Analisis Regresi Linier Berganda, OLS,

2.3 Kerangka Konseptual

  Hubungan antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan masyarakat secara ringkas ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pendidikan

  Pendapatan Belanja Kesehatan Gambar 2.1

  Pendapatan

Hubungan APBD dan masyarakat

  Masyarakat

  Seperti dijelaskan dalam gambar 2.2, masyarakat melakukan suatu pekerjaan untuk mendapatkan pendapatan. Pendapatan merupakan jumlah yang didapatkan oleh masyarakat dalam satu periode tertentu yang siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sandang, pangan, maupun papan.

  Misalnya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

  Pekerjaan Pendidikan Pendapatan masyarakat

  Kesehatan Gambar 2.2

  

Pendapatan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia atau yang sering disingkat

  IPM merupakan suatu komponen yang mengukur pencapaian kualitas hidup masyarakat yang terlihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Artinya Indeks Pembangunan Manusia diukur dari usia hidup, angka melek huruf, lamanya sekolah, dan pengeluaran perkapita, dapat digambarkan sebagai berikut:

  

Rata-rata Usia

Hidup

Angka Melek

Indeks

  Huruf Kesejahteraan Pembangunan

  Masyarakat Manusia (IPM) Rata-rata Lama Sekolah

Pengeluaran

  

Perkapita

Gambar 2.3 Indeks Pembangunan Manusia

  Dengan demikian, ada sebuah garis yang berhubungan antara pengeluaran pemerintah, pendapatan masyarakat, dan Indeks Pembangunan Manusia. Proses pembangunan kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 2.4.

  Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan (X1)

  Pengeluaran Kesejahteraan Pemerintah dalam Masyarakat (IPM) bidang Kesehatan Y

  (X2) Pendapatan Masyarakat (X3)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  1. Pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

  2. Pengeluaran pemerintah dalam sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

  3. Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Nias Barat

53 397 72

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kesejahteraan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Petani Padi di Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani - Analisis Pengaruh Pendapatan Usahatani Kopi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Kabupaten Aceh Tengah Dan Kabupaten Bener Meriah)

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kesejahteraan - Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan - Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Batunadua Kota Padangsidimpuan

0 7 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Langkat

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias

0 0 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Cara Pengukuran Tingkat Pengangguran - Analisis Tingkat Pengangguran di Kota Medan

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan - Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

0 1 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pertambangan - Analisis Dampak Keberadaan PT. Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 20