Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Nias Barat

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT di KABUPATEN NIAS BARAT

OLEH:

NAOMI SEPNINA L DAELI

100501164

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat sebagai suatu daerah otonomi baru. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik dan dinas atau instansi terkait.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan model analisis linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Variabel yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator kesejahteraan, Pengeluaran Pemerintah Dalam Bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan, Dan Pendapatan Masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan Eviews 6 sebagai alat estimasi.

Hasil regresi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan, dan pendapatan masyarakat dengan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 99,8% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain sebanyak 0,2%, signifikan pada α = 1%


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang karena kasihnNya telah memberikan pengetahuan dan ketekunan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan doa, waktu, moril, dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, terlebih kepada:

1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai ayahanda Sokhiaro Daeli, S.E, M.Si dan ibunda Siliati Hia yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis selama ini. juga kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dan doa.

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat,

SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Bapak Drs. Rujiman, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, dan masukan dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai dengan sangat baik.

6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs.

Rahmad Sumanjaya Hsb, Msi sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan

8. Seluruh Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah

mendukung penyelesaian proses administrasi yang dibutuhkan selama ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terimakasih

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 ManfaatPenelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kesejahteraan ... 9

2.1.2 Indeks Pembangunan Manusia ... 13

2.1.3 Pembangunan Ekonomi ... 15

2.1.3.1 Teori Pembangunan Klasik ... 17

2.1.3.2 Josep Scumpeter ... 19

2.1.3.3Walt Witman Rostow ... 19

2.1.4 Pembangunan Daerah... 19

2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27


(6)

3.5 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Pengolahan Data... 29

3.7 Teknik Analisis ... 29

3.8 Uji Statistik ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah ... 33

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat ... 33

4.1.2 Penduduk ... 36

4.1.3 Tenaga Kerja ... 38

4.1.4 Sosial ... 39

4.1.4.1 Pendidikan ... 39

4.1.4.2 Kesehatan ... 42

4.1.5 Potensi Daerah ... 43

4.1.5.1 Sektor Pertanian ... 43

4.1.5.2 Sektor Perkebunan ... 44

4.1.5.3 Sektor Peternakan ... 44

4.1.5.4 Sektor Perikanan ... 44

4.2 Analisis dan Pembahasan ... 45

4.2.1 Analisis Indikator Kesejahteraan Masyarakat ... 45

4.2.1.1 Pendidikan ... 45

4.2.1.2 Kesehatan ... 46

4.2.1.3 Pendapatan Masyarakat ... 47

4.2.2 Interprestasi Model... 47

4.2.2.1 Uji Kesesuaian ... 49

4.2.2.1.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 51

4.2.2.1.2 Uji F statisik ... 51

4.2.2.1.3 Uji t statisik ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54


(7)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22 4.1 Banyaknya Desa dan Dusun Berdasarkan Kecamatan... 34 4.2 Daftar Nama Pulau di Kabupaten Nias Barat ... 35 4.3 Luas Wilayah Kabupaten Nias Barat Berdasarkan Kecamatan .. 36 4.4 Jumlah Penduduk Tahun 2010-2012 Berdasarkan Kecamatan ... 37 4.5 Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut kegiatan utama ... 39 4.6 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru berdasarkan kecamatan ... 41 4.7 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Nias Barat ... 43


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan APBD dan Masyarakat ... 24

2.2 Pendapatan Masyarakat ... 24

2.3 Indeks Pembangunan Manusia ... 25

2.4 Kerangka Konseptual ... 26


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Awal ... 59

2 Data Interpolasi ... 60

3 Data Ln ... 61


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat sebagai suatu daerah otonomi baru. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik dan dinas atau instansi terkait.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan model analisis linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Variabel yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator kesejahteraan, Pengeluaran Pemerintah Dalam Bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan, Dan Pendapatan Masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan Eviews 6 sebagai alat estimasi.

Hasil regresi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan, dan pendapatan masyarakat dengan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 99,8% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain sebanyak 0,2%, signifikan pada α = 1%


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan harapan hidup dari semua masyarakat. Sejahtera dalam segi pendapatan, pendidikan, kesehatan, serta faktor-faktor lain. Kehidupan yang layak dan sejahtera memiliki arti masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa menopang pada kehidupan orang lain.

Sebagai bagian penting dalam proses berjalannya kegiatan dalam suatu wilayah, masyarakat juga memiliki peranan dalam pencapaian kesejahteraan. Masyarakat yang ingin memiliki kehidupan yang sejahtera akan berusaha dan bekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan layak untuk kehidupannya.

Kelayakan hidup masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pembangunan ekonomi yang digunakan sebagai salah satu faktor pencapaian tujuan suatu negara. Menurut Hakim (2004: 42) Pembangunan ekonomi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi berskala besar, yaitu skala sebuah negara.

Tujuan utama bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, tujuan utama bangsa Indonesia adalah memajukan ke-sejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan ini akan tercapai dengan adanya peran pemerintah dalam


(12)

membantu percepatan pertumbuhan ekonomi sehingga mampu meningkatkan standar kehidupan masyarakat yang sejahtera. Namun, luasnya wilayah Negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menyebabkan ketidakmerataannya pengalokasian sarana dan prasarana yang akan menunjang kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia.

Pemerintah pusat sebagai penyelenggara pemerintahan membutuhkan peran pemerintah daerah untuk membantu mewujudkan tujuan bangsa Indonesia. Tentu saja pemerintah pusat atau daerah tidak dapat melakukan pekerjaan ini tanpa ada dukungan dan interaksi dari masyarakat, serta pelaku-pelaku ekonomi lainnya seperti perusahaan, bank/ lembaga bukan bank, dan DPR-DPRD sebagai pengambil kebijakan.

Pemerintah daerah ada karena terjadinya otonomi daerah. Otonomi daerah yang mulai bergulir sejak 1 Januari 2001 (Badrudin: 2012) memberikan dampak kepada pemerintah dan pelaku-pelaku ekonomi di daerah untuk mampu mengelola daerahnya tersebut. Otonomi daerah secara penuh diberikan pada kabupaten/ kota sehingga pemerintah daerah mampu bekerja eluas-luasnya dan mampu bertanggung jawab atas pekerjaannya mencapai tujuan otonomi itu sendiri.

Melalui hak dan wewenang yang diberikan kepada otonomi daerah, pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) mengelola daerahnya melalui penetapan kebijakan-kebijakan dan anggran daerah sehingga akan memperlancar interaksi pelaku-pelaku ekonomi. Pada hakikatnya tujuan otonomi daerah adalah tercapainya kesejahteraan rakyat, tersalurnya pelayanan publik, dan terciptanya demokrasi rakyat. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama melakukan


(13)

pembangunan daerah dengan pemanfaatan sumber daya yang ada di daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu bentuk peran pemerintah daerah untuk mensejahterakan masyarakat terwujud melalui penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD menjelaskan sumber-sumber pemasukan dan pengeluaran daerah untuk setiap sektor yang ada dalam jangka satu tahun. Setiap ketetapan yang ditetapkan pemerintah akan berpengaruh secara luas dalam suatu komunitas masyarakat.

Sasaran utama kesejahteraan adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat membutuhkan sarana yang menunjang untuk dapat hidup sejahtera dengan adanya lapangan pekerjaan. Namun masyarakat tidak akan mampu bekerja pada lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah bila masyarakat tidak memiliki kemampuan dalam bidangnya. Masyarakat membutuhkan pendidikan yang layak dan berkelanjutan untuk menunjang kehidupan sosialnya.

Pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan dan mewajibkan masyarakat untuk menempuh pendidikan wajib 12 tahun (SMA/ SMK sederajat) dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Masyarakat yang kurang mampu akan dibantu melalui penyelenggaraan program pemerintah dalam bidang pendidikan seperti dana BOS dan beasiswa siswa berprestasi. Dengan demikian pemerintah telah melakukan pembangunan kualitas masyarakat dalam mencapai tingkat kesejahteraannya. Keberhasilan pemerintah dalam peningkatan pendidikan dapat dilihat dalam indikator Indeks Pembangunan Manusia yaitu dalam angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.


(14)

Peningkatan kualitas masyarakat juga tidak terpisahkan dari pembangunan dalam bidang kesehatan. Pembangunan dalam bidang kesehatan mencakup kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengenalan penyakit, pencegahan serta pengobatannya. Usaha-usaha ini dilakukan guna meningkatkan angka harapan hidup masyarakat yang juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam Indeks Pembangunan Manusia.

Pembangunan kualitas kesehatan masyarakat dilakukan pemerintah dengan berbagai upaya, diantaranya adalah dengan melakukan pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat, peningkatan kualitas tenaga kesehatan, penyediaan fasilitasnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, serta penambahan tenaga medis; Dokter, Perawat, Bidan, dan tenaga kesehatan lainnya.

Oleh sebab itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah mewakili berbagai aspek dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan serta peran pemerintah.

Kabupaten Nias Barat adalah salah satu kabupaten hasil pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008. Sebagai daerah otonomi baru, Pemerintah Kabupaten Nias Barat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebagai wujud mensejahterakan masyarakat. Pembenahan dilakukan mulai dari bagian terkecil, baik fisik maupun non fisik seperti tata pemerintahan, pembangunan manusia, infrastruktur dan berbagai fasilitas pelayanan publik.


(15)

Kabupaten Nias Barat yang berada di sebelah Barat Pulau Nias berjarak ± 60 KM dari kota Gunungsitoli. Daerah yang berpenduduk 81.807 jiwa pada tahun 2010 merupakan daerah yang sangat terbelakang dan memprihatinkan pada awal pemerintahan. Daerah ini termasuk daerah yang sulit dijangkau karena keterbatasan mode transportasi dan infrastruktur yang tidak mendukung berjalannya proses pemerintahan. Banyak jalan-jalan (jembatan) yang terputus akibat gempa, sumber daya listrik yang tidak stabil, sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang lengkap, serta kurangnya tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

Pemerintah Nias Barat mewujudkan berlangsungnya otonomi daerah melalui pelayanan kepada masyarakat. Seperti telah dikatakan sebelumnya, pemerintah daerah otonomi baru juga bertugas untuk menyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah yang sebagian besarnya adalah ditujukan kepada masyarakat. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sektor yang memiliki hubungan secara langsung dengan masyarakat dan memiliki pengaruh penting bagi masyarakat untuk mensejahterakan kehidupannya.

Pada awal tahun pemerintah Nias Barat lebih memfokuskan pada pembangunan fisik seperti pembangunan sekolah dan puskesmas di tiap-tiap kecamatan. Dan seiring berlangsungnya pemerintahan, pembangunan tersebut sudah mulai diarahkan kepada pembangunan manusia dengan penambahan tenaga-tenaga pengajar dan tenaga kesehatan, peningkatan mutu dan kualitas pendidikan melalui pendidikan dasar, pendidikan lanjutan, serta perguruan tinggi.


(16)

Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah pemekaran wawasan masyarakat semakin terbuka luas. Masyarakat di Nias Barat yang mayoritas masih bermata pencaharian sebagai petani tradisional tidak mengenal adanya teknologi modern. Setelah terjadinya pemekaran, tenaga-tenaga yang telah terdidik secara khusus dalam bidangnya mampu membantu masyarakat dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dalam peningkatan hasil produksi.

Bukan hanya pada tingkat pendidikan. Wawasan masyarakat juga mulai terbaharui pada sektor kesehatan. Masyarakat semakin menyadari untuk bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal, masyarakat harus memiliki kondisi tubuh yang sehat. Namun, kesehatan bukan hanya milik orang dewasa yang bekerja. Kesehatan sangat diperhatikan dan ditanamkan pada seseorang mulai dari bayi lahir hingga bertumbuh dan berkembang hingga dewasa. Dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli dalam bidangnya, masyarakat di Nias Barat juga mulai mengetahui cara hidup sehat.

Dengan sekilas informasi diatas, penulis mencoba menganalisis apakah dengan kondisi yang terjadi di masyarakat Nias Barat dapat dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik? Maka penulis mencoba menulis dalam Skripsi dengan Judul “Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Nias Barat”.


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penelitian ini dibatasi dalam perumusan masalah. Perumusan masalah berguna untuk membuat penelitian ini lebih mudah dalam mengambil kesimpulan.

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat dilihat dari pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan?

b. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat dilihat dari pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan?

c. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetatahui tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat yang dilihat dari pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan.

b. Mengetatahui tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat yang dilihat dari pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan.

c. Mengetatahui tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat yang dilihat dari pendapatan masyarakat.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan pembelajaran kepada penulis untuk memahami tingkat kesejahteraan masyarakat.

b. Penelitian ini dapat berguna sebagai acuan dalam penelitian terbaru mahasiswa Ekonomi Pembangunan pada masa yang akan datang.

c. Memberikan informasi yang akurat kepada pihak yang memerlukan dalam penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

d. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi dengan gelar Sarjana Ekonomi


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kesejahteraan

Manusia hidup dengan beragam pilihan dalam kehidupannya. Mau berusaha atau bermalas-malasan. Mau menjadi orang sukses atau orang yang gagal. Demikian pula dengan kesejahteraan dalam masyarakat. Masyarakat yang mau hidupnya sejahtera juga dihadapkan dengan pilihan yang menentukan kesejahteraannya.

Undang-undang No 13 tahun 1998 tentang ketentuan pokok kesejahteraan masyarakat memuat pengertian kesejahteraan masyarakat sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

Kesejahteraan dapat dilihat dari 2 sisi, kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial. Kesejahteraan individu adalah suatu cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan-pilihan obyektif untuk kehidupan pribadinya. Sedangkan kesejahteraan sosial merupakan cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan sosial secara obyektif yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kepuasan seluruh individu dalam masyarakat (Badrudin: 2012)


(20)

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 yang merupakan amandemen Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, menyatakan ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

Maka kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat (Badrudin: 2012).

Menurut Arsyad dan Sukirno, tingkat pendapatan perkapita tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat kesejahteraan karena kelemahan yang bersumber dari ketidaksempurnaan dalam penghitungan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dan kelemahan yang bersumber dari kenyataan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan tetapi juga faktor-faktor lain (Badrudin: 2012)

Menurut Todaro (2006:20) banyak negara Dunia Ketiga yang dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun gagal meningkatkan taraf hidup penduduk di daerah tersebut.


(21)

Untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat dalam satu periode tertentu, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator kesejahteraan.

Dari informasi yang didapatkan ada delapan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Delapan indikator keluarga sejahtera menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah:

a. Pendapatan

b. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga c. Keadaan tempat tinggal

d. Fasilitas tempat tinggal e. Kesehatan anggota keluarga

f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan g. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan h. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Merurut BKKBN ada beberapa tahapan keluarga sejahtera. Secara rinci keberadaan Keluarga Sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut:

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal. Indikator kebutuhan dasar keluarga sejahtera adalah:


(22)

a. Spiritual

Anggota keluarga dapat melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masing-masing.

b. Pangan

Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih.

c. Sandang

Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda yang digunakan di rumah, sekolah, bekerja, dan bepergian.

d. Papan

Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah . e. Kesehatan

Bila anak menderita sakit atau PUS ingin mengikuti KB dapat dengan mudah pergi ke petugas kesehatan atau Rumah Sakit.

Karena belum dapat memenuhi 5 indikator kebutuhan dasar ini, keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dikatakan sebagai keluarga miskin.

2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti:

a. Kebutuhan Pendidikan b. Keluarga Berencana c. Interaksi dalam keluarga


(23)

d. Interaksi dengan lingkungan tempat tinggal e. Fasilitas transportasi.

3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

2.1.2 Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup (Badrudin, 2012:154).

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/ HDI) adalah rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar


(24)

manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, serta Pengeluaran Perkapita.

Indeks Pembangunan Manusia pertama kali dipublikasikan oleh UNDP (United Nations Development Program) sebagai penyempurnaan dari PQLI (Physcal Quality of Life Indeks) yang kini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia.

IPM digunakan untuk mengelompokkan sebuah negara/daerah sebagai daerah maju, berkembang, atau terbelakang. IPM juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan dan peran pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat.

Menurut Badan Pusat statistik, penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, yaitu membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih, memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederahana, membentuk suatu indeks komposit aripada menggunakan sejumlah indeks dasar, dan menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi (Badrudin, 2012: 161)

Komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan usia harapan hidup, pengetahuan diukur dari kemampuan baca tulis dan tingkatan pendidikan (SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi), dan standar hidup layak diukur melalui pengeluaran perkapita rill yang disesuaikan. Dalam perhitungan IPM, indeks pendidikan dan kesehatan sangat tepat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena kesehatan dan


(25)

pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya.

Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah:

1. IPM menerjemahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks kedalam tiga dimensi dasar yang terukur.

2. IPM membantu dalam pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada manusia.

3. IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang universal.

4. IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia.

5. IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dapat tercapai dengan pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pembangunan dengan kepastian bahwa seluruh masyarakat (penduduk) bisa menikmati semua hasil pembangunan.

2.1.3 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan: (1) suatu proses yang merupakan suatu perubahan yang terjadi terus menerus, (2) usaha untuk menaikkan tingkat


(26)

pendapatan per kapita, dan (3) kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang (Sukirno, 1985:13).

Pembangunan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses perubahan secara menyeluruh baik dalam tata susunan ekonomi masyarakat, perubahan landasan kegiatan ekonomi dan kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi karena penekanan analisisnya terhadap faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan pendapatan nasional. Beberapa ekonom juga memberikan pengertian yang sama tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Hanya saja istilah pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi pada negara yang sedang berkembang dan pertumbuhan ekonomi dikenal sebagai negara maju.

Teori tentang pembangunan ekonomi terus berkembang sejak teori Adam Smith (tahun 1776) hingga sampai pada saat ini. Menurut Hakim (2004: 42)

Pembangunan Ekonomi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi berskala besar, yaitu skala sebuah negara.

Menurut Hakim (2004:42), indikator-indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi pembangunan ekonomi antara lain pertumbuhan GNP, GNP perkapita dengan dasar pengukuran kurs pasar, GNP perkapita dengan pengukuran purchasing power parity atau perbandingan daya beli, NEW (Net Economic Welfare atau kesejahteraan ekonomi bersih), PQLI (Physical Quality of


(27)

Life Index atau indeks kualitas hidup), HDI (Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia), serta indikator pemenuhan kebutuhan pokok.

Pada dekade 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Mengakibatkan terjadinya perubahan pandangan tentang pembangunan ekonomi yang bukan semata-mata untuk meningkatkan pertumbuhan GNP setinggi-tingginya melainkan melakukan usahan untuk mengurangi tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan.

2.1.3.1 Teori Pembangunan Klasik

Teori ini dianut oleh Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus.

a. Adam Smith. Sebagai pelopor ekonom klasik, Adam Smith mengatakan bahwa ada dua aspek dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Ada tiga variabel yang berkaitan dengan pertumbuhan output total, yaitu sumber daya alam yang tersedia (tanah sebagai faktor produksi), sumber daya manusia, dan modal (stok kapital). Pembangunan ekonomi terjadi apabila kegiatan/ proses produksi berjalan secara terus menerus (Hakim, 2004: 64).

b. David Ricardo. Teori pertumbuhan klasik ini dikembangkannya dengan mempertajam konsep mekanisme laju pertumbuhan output dan laju pertumbuhan penduduk. David Ricardo menekankan pada pendistribusian pendapatan para pelaku ekonomi. Beberapa asumsi


(28)

perekonomian David Ricardo: sumber daya alam (tanah) terbatas, jumlah penduduk menyesuaikan dengan tingkat upah, kemajuan teknologi, dan sektor pertanian yang dominan. Jadi, keterbatasan sumber alam (faktor produksi) dan pertumbuhan faktor produksi penduduk akan membatasi pembangunan ekonomi. Dalam hal ini disebut sebagai The Law of Diminishing Return yaitu hukum pertambahan hasil yang semakin menurun, yang terjadi pada suatu kegiatan produksi dimana salah satu inputnya tetap dan input yang lain variabel (Hakim, 2004:69)

c. Thomas Malthus. Menurut Malthus proses pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat (Jhingan, 2008: 97). Keberhasilan pembangunan perekonomian menurut Malthus adalah kesejahteraan suatu negara, yaitu suatu negara yang memiliki peningkatan GNP potensial. Terdapat dua faktor dalam peningkatan GNP potensial, yaitu faktor ekonomi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Sedangkan faktor non ekonomi adalah keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, kerja keras masyarakat dan disiplin, serta sikap jujur. Kedua faktor ini harus berjalan secara beriringan sehingga mampu meningkatkan GNP potensial, khususnya pada sektor pertanian dan industri (Hakim, 2004: 73).


(29)

2.1.3.2 Josep Shcumpeter

Dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economics Development

(1934) dan Busines Cycle (1939) menjelaskan ada dua hal penting dalam pembangunan ekonomi. Pertama, sistem kapitalisme merupakan sistem paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Kedua, faktor utama yang mengakibatkan perkembangan ekonomi adalah inovasi. Sehingga pembangunan ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh inovator (Badrudin, 2012: 139-140)

2.1.3.3 Walt Witman Rostow

Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju. Proses pembanguan terbagi atas lima tahap, yaitu masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas landas, menuju kedewasaan, dan era konsumsi masal tinggi. Kriteria yang membedakan dalam tiap tahap adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi ekonomi, sosial, politik, serta budaya dalam sebuah perekonomian (Hakim, 2004: 89)

2.1.4 Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki suatu daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik


(30)

dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (Elsyarief Ariefa'id, 2011).

Pembangunan akan berjalan dengan baik bila dijalankan secara berkelanjutan. Terlebih untuk daerah-daerah yang baru melakukan pemekaran. Pemerintah daerah diberikan kewajiban untuk melanjutkan tugas pemerintah pusat, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki hak yang penuh atas daerah otonomi baru tersebut.

Serupa dengan pembangunan pada umumnya, sasaran utama dalam pembangunan daerah adalah penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, memberikan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah, peningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan, perbaikan infrastruktur, dan penyediaan lapangan kerja.

Selain pembangunan masyarakat, bagian penting yang juga harus dibenahi dalam pembangunan daerah adalah sistem pemerintahan serta perbaikan kualitas pelayanan umum bagi masyarakat. Untuk itu dibutuhkan perencanaan pembangunan daerah yang baik, yang berdasarkan pada potensi sumber daya daerah yang dimiliki.

2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran pendapatan dan belanja merupakan suatu alat negara (daerah) untuk menentukan pemasukan dan pengeluaran suatu pemerintahan sesuai dengan perencanaan pembangunan yang sudah disusun sebelumnya.


(31)

Dalam ekonomi publik dipelajari bagaimana peranan pemerintah serta dampak kebijakan fiskal yang ditetapkan dalam pemerintahan. Peranan pemerintah daerah terlihat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja untuk satu masa periode.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun secara sistematis sesuai dengan sumber-sumber dan alokasi dana yang ada. Ada beberapa fungsi APBD, antara lain:

a. Fungsi Stabilisasi: sebagai pedoman bagi pemerintah untuk mengelola keuangan daerah. Sehingga program pembangunan dapat terlaksana dan mencapai tujuan yang ditetapkan.

b. Fungsi Alokasi: Melalui APBD dapat diketahui besaran alokasi dana yang dibutuhkan dalam tiap bidang serta dapat mengetahui sasaran dan prioritas utama yang dikerjakan suatu satuan unit kerja dalam satu tahun pemerintahan.

c. Fungsi Distribusi: Distribusi pendapatan yang disusun akan dikeluarkan kembali untuk didistribusikan pada Belanja Daerah semua sektor yang ada secara merata. Tujuannya supaya setiap kalangan dan sektor dapat melakukan pembangunan.

d. Fungsi Regulasi: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengendali tingkat inflasi. Kemampuan pemerintah untuk mengimplementasikan rancangan yang sudah disusun akan melihat sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakatnya.


(32)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian dapat dilihat melalui Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N

o

Nama, Tahun,

Judul Variabel

Metode

Analisis Hasil

1 Eko Sugiharto 2007

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik

Indikator Keluarga Sejahtera Menurut BPS 2005:

Pendapatan; Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga;

Keadaan tempat tinggal; Kesehatan anggota keluarga;

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan; Kemudahan memasukkan anak ke jenjang

pendidikan; Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi Observasi. Metode: Purposive Sampling 20 orang sampel

1. Pendapatan masyarakat masih tergolong rendah

2. Pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan seiring dengan naiknya harga kebutuhan pokok

3. Masyarakat tinggal di rumah yang semi permanen

4. Pelayanan yang diterima masyarakat cukup baik dengan adanya fasilitas-fasilitas pendukung

5. Masyarakat Nelayan di Desa benua Baru Ilir tergolong dalam keluarga sejahtera

2 Sri Kusreni dan Sultan Suhab 2009 Kebijaksanaan APBD dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan

X1: Kapasitas Fiskal Daerah

X2: Alokasi Belanja Modal Daerah

X3: Pembiayaan Daerah Y: Indeks Pembangunan Manusia Analisis Regresi Linier Berganda, pendekata n Random Effect

Pendapatan daerah dan belanja daerah berpengaruh positif secara langsung terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat. Tetapi pembiayaan daerah berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan. 3 Hendrik, 2011

Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masayarakat Nelayan Danau Tingkat Kesejahteraan Masyarakat berdasarkan kriteria UMR,

BAPPENAS, dan BPS

Observasi data primer dan data sekunder. 36 orang responden

1. Pendapatan nelayan lebih besar dari UMR

2. Berdasarkan kriteria Bappenas 32 responden sejahtera, 4 tidak

3. Berdasarkan kriteria BPS, 30 sejahtera, 6 tidak


(33)

Danau Bawah di Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau 4 Natalia Nainggolan 2008 Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Studi Kasus Kabupaten Dairi

X1: Tingkat Kesehatan X2: Tingkat Pendidikan X3: Ketenagakerjaan X4: Infrastruktur Daerah Y : Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat (diukur dari pendapatan)

Analisis Regresi Linier Berganda, OLS, t-statistik, R2,

f-statistik,

Multikolin ieritas,

D-W test

1. Pendapatan masyarakat meningkat

2. Pembangunan terfokus pada bidang pendidikan (signifikan), untuk bidang pendidikan, tenaga kerja, dan infrastruktur belum berpengaruh signifikan 3. Masyarakat masih belum

bisa dikatakan sejahtera

2.3 Kerangka Konseptual

Seperti dijelaskan dalam teori-teori diatas, pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi ini diwujudkan dalam penyusunan dan penyelenggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggara Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Oleh sebab itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu gambaran kinerja pemerintah daerah untuk merealisasikan kesejahteraan masyarakat daerah.

Dalam anggaran belanja terdapat beberapa sektor sebagai alokasi dana, antara lain sektor pendidikan dan kesehatan. Melalui kedua sektor ini, masyarakat dapat menerima dan menikmati secara langsung peranan pemerintah dan mampu menunjang kehidupan masyarakat karena memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat.


(34)

Hubungan antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan masyarakat secara ringkas ditampilkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.1

Hubungan APBD dan masyarakat

Seperti dijelaskan dalam gambar 2.2, masyarakat melakukan suatu pekerjaan untuk mendapatkan pendapatan. Pendapatan merupakan jumlah yang didapatkan oleh masyarakat dalam satu periode tertentu yang siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sandang, pangan, maupun papan. Misalnya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

Gambar 2.2 Pendapatan Masyarakat

Pendapatan Masyarakat Pendapatan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD)

Belanja

Pendidikan

Kesehatan

Pendapatan masyarakat

Pendidikan

Kesehatan Pekerjaan


(35)

Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia atau yang sering disingkat IPM merupakan suatu komponen yang mengukur pencapaian kualitas hidup masyarakat yang terlihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Artinya Indeks Pembangunan Manusia diukur dari usia hidup, angka melek huruf, lamanya sekolah, dan pengeluaran perkapita, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3

Indeks Pembangunan Manusia

Dengan demikian, ada sebuah garis yang berhubungan antara pengeluaran pemerintah, pendapatan masyarakat, dan Indeks Pembangunan Manusia. Proses pembangunan kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 2.4.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Rata-rata Usia Hidup Angka Melek

Huruf Kesejahteraan

Masyarakat Rata-rata

Lama Sekolah Pengeluaran


(36)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

1. Pengeluaran pemerintah dalam sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

2. Pengeluaran pemerintah dalam sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

3. Pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM)

Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan

(X1)

Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Kesehatan

(X2) Pendapatan Masyarakat (X3)

Kesejahteraan Masyarakat (IPM)


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metode berhubungan dengan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian.

Fungsi penelitian pada dasarnya adalah untuk memberikan penjelasan dan jawaban atas suatu permasalahan serta mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah. Untuk melakukan pemecahan masalah harus menggunakan cara ilmiah yang rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono: 2009).

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam penyajian hasil penelitian nantinya. Penulis juga menggunakan metode penelitian deskriptif yang mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul yang diberikan, maka lokasi penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Nias Barat. Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Lahõmi, Kecamatan Sirombu, Kecamatan Mandrehe Barat,


(38)

Kecamatan Moro’õ, Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Lolofitu Moi, dan Kecamatan Ulu Moro’õ.

3.3 Definisi Operasional

1. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat sebagai variabel dependen menggunakan Indeks Pembangunan Manusia sebagai pengukuran (dalam angka indeks).

2. Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan adalah anggaran dana yang dikeluarkan pemerintah pada pendidikan (dalam Rupiah). 3. Pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan adalah anggaran dana

yang dikeluarkan pemerintah pada kesehatan (dalam Rupiah)

4. Tingkat pendapatan masyarakat adalah pendapatan perkapita masing-masing kecamatan (dalam Rupiah)

3.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan menggunakan metode interpolasi data yaitu mengubah data tahunan menjadi data kuartalan. Interpolasi digunakan untuk mencukupi data yang dibutuhkan dikarenakan Kabupaten Nias Barat baru 4 tahun mendapatkan hak otonimi daerah. Interpolasi data pertama kali diperkenalkan oleh Insukindro dalam bukunya Ekonomi, Uang dan Bank. Adapun rumus untuk mengolah interpolasi data adalah:


(39)

Q1= 1 4 ,

Q2= 1 4 ,

Q3= 1 4 ,

Q4= 1 4 ,

3.5 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu teknik penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan, seperti tulisan ilmiah, jurnal dan laporan penelitian ilmiah terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian dalam skripsi ini.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan, serta pendapatan masyarakat mulai tahun 2009-2012 di Nias Barat.

3.6 Pengolahan Data

Untuk melakukan pengolahan data digunakan program Eviewss 6.0

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa atau ordinary least square (OLS). Data yang digunakan di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistika yaitu persamaan linear berganda sehingga secara sistematis model persamaan dirumuskan sebangai berikut:


(40)

Y = f ( X1, X2,X3 ... ( 1 )

Kemudian fungsi tersebut ditrasformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + μ ... ( 2 )

Untuk memudahkan penghitungan dalam estimasi, maka variabel X1, X2, dan X3 diuah dalam bentuk persen (Ln) sebagai berikut:

Y = α + Ln β1 X1 + Ln β2 X2 + Ln β3 X3 + μ ... ( 3 ) Dimana:

Y = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

X1 = Pengeluaran pemerintah dalam bidang Pendidikan X2 = Pengeluaran pemerintah dalam bidang Kesehatan

X3 = Pendapatan Masyarakat β1, β2, β3 = Koefisien Regresi = intersep μ = Tingkat kesalahan (term of error) Ln = Perubahan angka rupiah ke persen

Secara otomatis, maka bentuk hipotesisnya sebagai berikut:

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pengeluaran pemerintah bidang Pendidikan), maka Y (IPM) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Pengeluaran pemerintah bidang Kesehatan), maka Y (IPM) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.


(41)

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Pengeluaran pemerintah bidang Kesehatan), maka Y (IPM) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.8 Uji Statistik

Uji statistik yang dilakukan adalah sebagai uji signifikasi hasil estimasi yang diperoleh terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Maka uji hipotesis yang digunakan adalah:

a. Koefisien Determinasi (R2) yang mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Ciri-ciri dari R2:

1. Jumlah nilai R2 tidak pernah negatif.

2. Nilai R2 digunakan antara 0 – 1 ( 0 < R2 ≤ 1)

b. Uji Simultan (Uji Statistik F) merupakan uji yang menunjukkan pengaruh variabel secara simultan yaitu variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Pengujian F-statistik digunakan hipotesis:  Ho : b1 ≠ b2


(42)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi variabel dependen. c. Uji Parsial (Uji Statistik t) dimaksudkan untuk menguji hubungan

masing-masing variabel independen secara terpisah (sendiri) terhadap variabel dependen.

Pengujian t-statistik digunakan hipotesis:

 Ho : b1 = 0

 Ha : b1≠ 0

Bila nilai t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji dapat berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima. Ho diterima artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Kondisi Wilayah 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias Barat

Kabupaten Nias Barat adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berada dalam Pulau Nias yang berjarak ± 85 mil laut dari Sibolga. Selain kabupaten Nias Barat terdapat juga Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan dan Kota Gunungsitoli.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tanggal 26 November 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara, maka Kabupaten Nias Barat resmi dimekarkan menjadi satu Kabupaten terpisah dari Kabupaten Nias (Induk). Kabupaten Nias Barat berada di sebelah barat Pulau Nias yang berjarak ± 60 km dari kota Gunungsitoli. Luas wilayah Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 km2 dengan ibukota terletak di Kecamatan Lahõmi.

Kabupaten Nias Barat berbatasan dengan :

 Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara

 Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Lõlõwau Kabupaten Nias Selatan

 Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Botomuzõi, Kecamatan Ma’u, Kecamatan Hiliserangkai dan Kecamatan Gidõ Kabupaten Nias  Sebelah Barat: Berbatasan dengan Samudera Hindia.


(44)

Kabupaten Nias yang terdiri atas 8 wilayah kecamatan, 105 desa dan 10 pulau-pulau kecil yang terdapat di kecamatan Sirombu. Cakupan wilayah kabupaten Nias Barat terdiri dari:

1. Kecamatan Lahõmi dengan ibukota kecamatan Sitõlubanua 2. Kecamatan Sirombu dengan ibukota kecamatan Tetesua.

3. Kecamatan Mandrehe Barat dengan ibukota kecamatan Lasarafaga. 4. Kecamatan Moro’õ dengan ibukota kecamatan Hilifadõlõ.

5. Kecamatan Mandrehe dengan ibukota kecamatan Mandrehe. 6. Kecamatan Mandrehe Utara dengan ibukota kecamatan Lahagu. 7. Kecamatan Lõlõfitu Moi dengan ibukota kecamatan Lõlõfitu Moi. 8. Kecamatan Ulu Moro’õ dengan ibukota kecamatan Lawelu.

Rincian banyaknya desa dan dusun di Kabupaten Nias Barat terlihat dari table 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1

Banyaknya Desa dan Dusun Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Desa Dusun

1 Lahõmi 11 31

2 Sirombu 25 57

3 Mandrehe Barat 14 39

4 Moro’õ 10 36

5 Mandrehe 20 62

6 Mandrehe Utara 12 32

7 Lõlõfitu Moi 13 39

8 Ulu Moro’õ 5 18

Jumlah 105 314


(45)

Pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar wilayah Kabupaten Nias Barat tertera dalam tabel 4.2 dilihat dari status pulau berpenghuni atau tidak berpenghuni.

Tabel 4.2

Daftar Nama Pulau di Kabupaten Nias Barat

No Nama Pulau Keterangan (Berpenghuni/Tidak)

1 Pulau Hinako Berpenghuni

2 Pulau Imana Berpenghuni

3 Pulau Bawa Berpenghuni

4 Pulau Bõgi Berpenghuni

5 Pulau Asu Berpenghuni

6 Pulau Si’ite Tidak Berpenghuni 7 Pulau Lawandra Tidak Berpenghuni 8 Pulau Langu Tidak Berpenghuni 9 Pulau Heruanga Tidak Berpenghuni 10 Pulau Hamutala Tidak Berpenghuni

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias

Dari kedelapan kecamatan yang ada di kabupaten Nias Barat, Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Sirombu dengan luas wilayah 118.79 km2 atau sekitar 21,83 persen, sementara luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Ulu Moro’o dengan luas wilayah 52,30 km2. Luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Nias Barat tertera dalam tabel 4.3


(46)

Tabel 4.3

Luas Wilayah Kabupaten Nias Barat Berdasarkan Wilayah Kecamatan No Kecamatan Luas (Km2)

1 Lahõmi 88,39

2 Sirombu 118,79

3 Mandrehe Barat 61,29

4 Moro’õ 52,30

5 Mandrehe 77,59

6 Mandrehe Utara 39,56

7 Lõlõfitu Moi 77,59

8 Ulu Moro’õ 28,58

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Nias Barat, yaitu berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut bervariasi antara 0-800 m. Kabupaten Nias Barat terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 48 persen, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 35 persen dan dari berbukit sampai pegunungan 16 persen dari keseluruhan luas daratan. Dengan kondisi topografi yang demikian banyak jalan Kabupaten Nias Barat yang berbelok-belok. disebabkan kota-kota utama di Kabupaten Nias Barat umumnya terletak di lahan perbukitan.

4.1.2 Penduduk

Seperti nama daerahnya, penduduk yang berdomisili di Kabupaten Nias Barat mayoritas bersuku Nias, namun juga terdapat penduduk yang bersuku Batak, Minang, Jawa, Bugis dan lain-lain. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010


(47)

penduduk 150,36 jiwa/km2. Pada tahun 2012, jumlah penduduk Nias Barat meningkat menjadi 82.701 jiwa. Sex Ratio Kabupaten Nias Barat pada tahun 2012 adalah sebesar 91,86 artinya jika ada 10.000 perempuan di Kabupaten Nias Barat maka ada 9.186 laki-laki. Secara rinci penduduk Kabupaten Nias Barat dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Kabupaten Nias Barat tahun 2010-2012 berdasarkan Kecamatan (jiwa)

No Kecamatan 2010 2011 2012

1 Lahõmi 7.548 7.620 7630

2 Sirombu 9.478 9.565 9582

3 Mandrehe Barat 7.384 7.453 7464

4 Moro’õ 9.440 9.528 9543

5 Mandrehe 18.697 18.873 18902

6 Mandrehe Utara 7.920 7.994 8007 7 Lõlõfitu Moi 13.674 13.801 13824

8 Ulu Moro’õ 7.666 7.738 7749

Jumlah Penduduk 81.807 82.572 82.701

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nias Barat

Dari data yang ada, jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di kecamatan Mandrehe, dan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah di kecamatan Mandrehe Barat. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk di Kabupaten Nias Barat disajikan dalam bentuk grafik sebagaimanat terlihat pada gambar 4.1


(48)

Gambar 4.1

Penduduk Kabupaten Nias Barat (2010-2012)

Jumlah penduduk di Kabupaten Nias Barat selalu mengalami perubahan yang disebabkan mobilitas masyarakat yang tergolong tinggi. Masyarakat Kabupaten Nias Barat selalu mencoba mencari kehidupan yang lebih baik di daerah lain diseberang pulau dan suatu saat dalam waktu yang tidak terlalu lama akan pulang lagi ke kampung halamannya. Mobilitas penduduk ini dilakukan bukan hanya orang perorangan tetapi dilakukan perkelapa keluarga, sehingga sangat mempengaruhi keberadaan penduduk di Kabupaten Nias Barat.

4.1.3 Tenaga Kerja

Untuk melakukan suatu kegiatan produksi, dibutuhkan angkatan kerja. Pada tahun 2012 Kabupaten Nias Barat, terdapat 43.015 penduduk yang tergolong dalam penduduk angkatan kerja dengan pembagian sebanyak 42.506 termasuk penduduk bekerja dan 509 penduduk menganggur. Tingkat Partisipasi angkatan

0 5000 10000 15000 20000

Penduduk Kabupaten Nias Barat

2010 2011 2012


(49)

tingkat Pengangguran terbuka sebesar 1,18 persen. Kondisi tersebut mengalami penurunan dari tahun 2011, dimana angkatan kerja sebesar 74,91 persen dan tingkat pengangguran terbuka hanya 3,83 persen.

Mata pencaharian masyarakat pada umumnya pada bidang pertanian, perikanan, dan perkebunan. Selain itu, jenis pekerjaan lain masyarakat di Kabupaten Nias Barat adalah dalam bidang industri, perdagangan, rumah makan dan jasa akomomdasi, jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, dan pekerjaan lainnya.

Kegiatan utama penduduk berumur 15 tahun keatas yang terbagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja disajikan dalam tabel 4.5

Tabel 4.5

Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kabupaten Nias Barat (2010-2012)

Jenis Kegiatan Utama 2010 2011 2012

Angkatan Kerja 37.759 38.416 43.015

Bekerja 37.537 36.944 42.506

Penganggur 222 1.472 509

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah, IRT, dll 9.931 12.868 51.800 Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja 79,18 74,91 83,04

Tingkat Pengangguran (%) 0,59 3,83 1,18

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias

4.1.4 Sosial 4.1.4.1 Pendidikan

Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat harus memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas pula. Hal ini menjadikan


(50)

pendidikan sebagai salah satu indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan terlaksana dengan tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan itu sendiri.

Masyarakat di Nias Barat juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan masyarakat lain dalam menerima pendidikan yang layak. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan pemerintah melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi.

Ketersediaan fasilitas Pendidikan di Kabupaten Nias Barat masih jauh dari yang diharapkan baik dari segi jumlah gedung sekolah, jumlah tenaga pendidik/guru, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Setelah terjadinya pemekaran di Kabupaten Nias Barat, pemerintah sudah melakukan berbagai usaha pembangunan fisik dan pembangunan non fisik.

Pada tahun ajaran 2010/2011untuk tingkatan Sekolah Dasar (SD), terdapat 103 SD Negeri yang tersebar di 8 kecamatan dengan jumlah siswa sebanyak 16.954 orang, sementara untuk jumlah guru sebanyak 1.397 orang dengan rasio perbandingan 1 orang guru mengajar 12 murid. Selama tahun 2012 tercatat sebanyak 16.162 murid Sekolah Dasar dengan jumlah guru sebanyak 1.238 orang. Rasio perbandingan antara murid dan guru meningkat, 1 orang guru harus mengajar 13 orang murid. Penurunan jumlah murid diikuti dengan menurunnya jumlah guru.

Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kabupaten Nias Barat terdapat 23 sekolah SLTA yaitu SMU sebanyak 12 sekolah dan SMK sebanyak 11


(51)

sekolah. Banyaknya murid SLTA seluruhnya adalah 3.695 orang dan jumlah guru sebanyak 451 orang. Rasio perbandingan antara guru dan murid di SLTA adalah 1 orang guru mengajar 8 orang murid. Pada tahun 2012, tidak ada penambahan jumlah sekolah namun jumlah murid yang bertambah menjadi 4.391 orang. Tetapi, penambahan jumlah murid tidak diikuti dengan penambahan jumlah guru yang berkurang menjadi 409 orang. Dengan ini menunjukkan 1 orang guru harus berusaha mengajar 11 orang murid SLTA. Data-data yang didapatkan dikumpulkan secara rinci dalam tabel perbandingan jumlah sekolah, murid dan guru dibawah ini:

Tabel 4.6

Perbandingan Jumlah Sekolah, Jumlah Murid dan Jumlah Guru di Kabupaten Nias Barat pada tahun 2012

No Kecamatan Sekolah Murid Guru

SD SMP SMA SD SMP SMA SD SMP SMA

1 Lahõmi 14 3 3 1.517 556 692 148 43 72

2 Sirombu 15 7 2 1.880 774 382 174 57 41

3 Mandrehe

Barat 11 3 2 1.799 342 261 138 30 49

4 Moro’õ 14 6 2 2.104 696 327 187 70 27

5 Mandrehe 17 10 5 3.565 1.684 1.521 251 147 86 6 Mandrehe

Utara 14 5 4 2.069 615 385 60 54 55

7 Lõlõfitu Moi 10 5 3 2.083 776 582 151 42 44

8 Ulu Moro’õ 8 4 2 1.164 456 241 128 40 35

Jumlah 103 43 23 16.181 5.899 4.391 1.237 483 409


(52)

4.1.4.2 Kesehatan

Seperti ada pepatah yang mengatakan “Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Kesehatan sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara jasmani maupun rohani. Sedari dini, masyarakat diajarkan untuk menyadari pentingnya hidup sehat sehingga akan meningkatkan kualitas kehidupan dan angka harapan hidup.

Peningkatan fasilitas kesehatan di Kabupaten Nias Barat terus diupayakan dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah dengan menyediakan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di setiap Kecamatan. Setidaknya, saat ini sudah ada 29 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), 2 Pos Klinik Desa (Polindes), dan 24 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan semakin baik bila didukung oleh tenaga kesehatan yang profesional. Saat ini tenaga kesehatan di Kabupaten Nias Barat belum dapat dikatakan sangat baik, dikarenakan jumlahnya yang masih sangat sedikit. Pada tahun 2011 terdapat 13 orang Dokter dimana 10 orang merupakan Dokter tidak tetap (PTT). Pada tahun 2012 jumlah dokter berkurang sehingga tinggal 4 orang dokter. Hal ini menyebabkan kurang meratanya pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat di 8 kecamatan Kabupaten Nias Barat. Fasilitas dan tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Nias Barat pada tahun 2011-2012 terlihat pada Tabel 4.7 berikut:


(53)

Tabel 4.7

Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Nias Barat tahun 2011-2012

2011 2012

Fasilitas Kesehatan (unit)

Puskesmas 29 29

Polindes 2 2

Poskesdes 20 24

Tenaga Kesehatan (orang)

Dokter Umum 13 4

Perawat 136 126

Bidan 109 125

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias

Tingkat kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tercapainya pembangunan di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat kesehatan masyarakat, maka semakin baik sumber daya manusia yang ada. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Nias Barat melalui Dinas Kesehatan melakukan berbagai upaya seperti turun ke lapangan untuk melakukan penyuluhan cara hidup sehat kepada masyarakat, memberikan imunisasi dan suntikan kepada ibu hamil.

4.1.5 Potensi Daerah 4.1.5.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian di Kabupaten Nias Barat di dominasi oleh komoditi padi sawah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian, jumlah luas panen padi sawah tahun 2010 adalah 1580 Ha, dengan produksi rata-rata sekitar 3,03 ton per Ha. Adapun kecamatan yang menghasilkan jumlah panen padi paling banyak


(54)

1.203 ton, disusul Kecamatan Mandrehe dengan luas panen padi sawah sekitar 310Ha dan produksi sekitar 930 ton. Kecamatan Mandrehe Utara dan Kecamatan Sirombu masing-masing mempunyai luas panen sekitar 260Ha dengan produksi panen 780 ton dan 832 ton.

Tingkat produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Nias Barat relatif masih rendah. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan pertanian tanaman pangan hingga saat ini masih dikelola secara tradisional dan luas tanam yang tidak begitu luas sehingga sangat mempengaruhi produktivitas.

4.1.5.2 Sektor Perkebunan

Yang menjadi andalan pada sektor perkebunan di Kabupaten Nias Barat adalah tanaman karet, kelapa, kakao, pinang, kopi, cengkeh, dan nilam. Dari beberapa jenis tanaman tersebut, tanaman yang paling banyak ditanam oleh masyarakat adalah tanaman karet. Tanaman perkebunan di Kabupaten Nias Barat sangatlah potensial karena merupakan daerah yang cukup subur untuk tanaman perkebunan.

4.1.5.3 Sektor Peternakan

Dapat dikatakan bahwa masyarakat di Kabupaten Nias Barat gemar melakukan pekerjaan beternak, baik dalam komoditi besar ataupun kecil. Ternak unggulannya adalah Babi dan ayam buras. Selain itu terdapat juga ternak yang lain yang termasuk dalam ternak besar, kecil dan unggas meliputi: ayam, itik, kambing, kerbau dan sapi.


(55)

Masyarakat menjadikan kegiatan beternak sebagai kegiatan sampingan setelah pekerjaan utama mereka dan biasanya kegiatan ini dilakukan di lingkungan tempat tinggal.

4.1.5.4 Sektor Perikanan

Sebagai daerah kepulauan maka Kabupaten Nias Barat sangat potensial terhadap perikanan laut. Sebagian besar hasil perikanan laut tersebut merupakan hasil tangkapan nelayan tradisional sehingga hasil tangkapan yang diperoleh setiap tahunnya relatif masih rendah. Selain perikanan laut, perikanan darat juga menyimpan potensi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Nias Barat. Namun untuk saat ini perikanan darat masih kurang dikembangkan dengan baik.

4.2 Analisis dan Pembahasan

4.2.1 Analisis Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Indikator kesejahteraan masyarakat dilihat melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berdasarkan perkembangan komponen-komponen Indeks Pembangunan Manusia itu sendiri. Semakin tinggi IPM suatu daerah, maka kesejahteraan masyarakat daerah tersebut semakin baik. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat IPM maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

4.2.1.1 Pendidikan


(56)

yang serba modern ini, semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang layak untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

Kondisi pendidikan penduduk umumnya diketahui dari angka partisipasi sekolah yaitu tingkat pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf. Baru-baru ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan meningkatkan program wajib belajar dari 9 tahun menjadi 12 tahun, dengan demikian diharapkan angka melek huruf semakin meningkat. Semakin banyak masyarakat yang dapat membaca dan bersekolah.

Pada tahun 2010, angka melek huruf Kabupaten Nias Barat sebesar 84,30%. Tahun selanjutnya angka melek huruf di Kabupaten Nias Barat semakin meningkat hingga pada tahun 2012, angka melek huruf menjadi sebesar 84.47%. Walaupun belum menunjukkan peningkatan yang pesat tapi hal ini dapat menunjukkan bahwa pemerintah cukup memperhatikan kondisi pendidikan di Kabupaten Nias Barat.

4.2.1.2 Kesehatan

Pelayanan Publik menjadi salah satu tujuan adanya otonomi daerah, yaitu supaya masyarakat dapat merasakan secara langsung peran pemerintah dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang diraskan langsung oleh masyarakat adalah pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk fasilitas maupun tenaga-tenaga kesehatan yang ahli dalam bidangnya.


(57)

Kesehatan masyarakat akan mempengaruhi pembangunan kualitas sumber daya manusia secara fisik maupun mental. Kesehatan masyarakat dalam pengukuran IPM dikaitkan pada angka kelahiran bayi, kesehatan ibu, dan lamanya hidup. Di Kabupaten Nias Barat, angka harapan hidup pada tahun 2012 sebesar 69,31 tahun yang meningkat dari dua tahun sebelumnya yaitu 69,15 tahun.

4.2.1.3 Pendapatan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat juga bergantung pada pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita diperoleh dari hasil bagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Setelah diketahui pendapatannya, kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari seberapa besar tingkat konsumsi yang digunakannya. Pengeluaran perkapita merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan keadaan kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rata-rata perkapita per Bulan juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2010 pengeluaran per Kapita per Bulan Rp 607.160,00 dan di Tahun 2012 sebesar Rp 614.830,00.

4.2.2 Interpolasi Data

Telah dijelaskan sebelumnya dalam Metode penelitian bahwa dalam penelitian ini menggunakan interpolasi data yaitu pengubahan data tahunan menjadi data kuartal (triwulan).


(58)

Berikut disajikan contoh penghitungan interpolasi Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010 Kuartal pertama sampai ke empat. Data terlampir.

.

. . . .

. . .

. .

. .

.

. . . .

. . .

. .

. .

.

. . . .

. . .

. .

. .


(59)

.

. . . .

. . .

. .

. .

Dari keempat hasil kuartal yang telah didapatkan dapat dibuktikan bahwa Q1, Q2, Q3, dan Q4 merupakan hasil interpolasi dari IPM tahun 2010.

Bukti IPM = Q1 + Q2 + Q3 + Q4

= 16.56 + 16.60 + 16.63 + 16.67

= 66.46

4.2.3 Interprestasi Model

Analisis dalam pembahasan ini untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel yakni variabel dependent dan variabel independent. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dibuat yakni Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Kesehatan, dan Pendapatan Masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat (Indeks Pembangunan Manusia) maka telah dilakukan regresi dengan hasil estimasi sebagai berikut:


(60)

Y = 13.26865 + 0.133186 Ln X1 – 0.140816 Ln X2 + 0.260477 Ln X3 Standart Error = 0.056464 (0.009866) (0.013822) (0.037581)

t-statistik = (234.99)*(13.50)*(-10.18)*(6.93) R2 = 0.998716

F statistic = 2074.366

Dari hasil estimasi dapat dijelaskan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, yaitu sebagai berikut:

a. Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM). Hal ini dilihat dari koefisen X1 sebesar 0.133186, dimana setiap 1 persen kenaikan pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan mampu menaikkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,13 angka indeks, ceteris paribus. b. Pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan memiliki pengaruh yang

negatif terhadap peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (IPM). Hal ini dilihat dari koefisen X3 sebesar -0.140816, dimana setiap 1 persen kenaikan pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan menurunkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,14 angka indeks, ceteris paribus. c. Pendapatan masyarakat memiliki pengaruh yang positif terhadap

peningkatankesejahteraan Masyarakat (IPM). Hal ini dilihat dari koefisen X3 sebesar 0.260477, dimana setiap 1 persen kenaikan pendapatan masyarakat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,26 angka indeks, ceteris paribus.


(61)

4.2.4 Uji Kesesuaian (test of Goonedness of Test) 4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2)

Hasil estimasi diatas menunjukkan nilai R2 = 0.998716 yang menyatakan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dapat dijelaskan secara bersamaan oleh ketiga variabel independent (Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, dan pendapatan masyarakat) sebesar 99,8 % dan 0.2% lainnya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

4.2.4.2 Uji F-Statistik

Dari hasil regresi diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar 2074.366.

Dengan , ; V1 ( ; dan V2 ,

dimana k merupakan seluruh variabel (bebas dan terikat) dan n merupakan jumlah observasi. Sehingga diketahui F-tabel pada tingkat signifikansi 1 % adalah 7,59.

Berdasarkan penghitungan tersebut maka diperoleh F-hitung lebih besar dari F-tabel (2074.366> 7.59). Dengan demikian disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan, serta pendapatan masyarakat mampu mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Nias Barat secara bersamaan.

4.2.4.3 Uji t-statistik

Pengujian t-statistik dilakukan guna mengetahui pengaruh secara parsial setiap variabel independent terhadap variabel dependen. Untuk itu dibutuhkan penghitungan t-tabel, dimana α = 0.01; , dan pada uji ini


(62)

dilakukan pengujian 2 arah. Sehingga pada kondisi tersebut dapat diketahui nilai t-tabel sebesar 3.35539.

a. Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan (X1)

Pada hasil estimasi diatas diketahui bahwa nilai hitung lebih besar dari t-tabel (13.50> 3.35539). Artinya Ha diterima, pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dalam hal ini dilihat memiliki hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah cukup berperan dalam meningkatkan pendidikan bagi kesejahteraan masyarakat di Kabputen Nias Barat.

b. Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Kesehatan (X2)

Pada hasil estimasi diatas diketahui bahwa nilai hitung lebih kecil dari t-tabel (-10.18< 3.35539). Artinya Ho diterima, pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan belum memiliki pengaruh secara nyata terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Pemerintah telah berusaha memberikan anggaran dana yang dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya, namun pada kenyataannya pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan belum efektif penggunaannya kepada masyarakat. Masih kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan, ataupun cara hidup masyarakat yang masih belum sesuai taraf hidup sejahtera juga dapat menjadi salah satu penyebab kurangnya pengaruh pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan.


(63)

c. Pendapatan Masyarakat (X3)

Pada hasil estimasi diatas diketahui bahwa nilai hitung lebih kecil dari t-tabel (6.93> 3.35539). Artinya Ha diterima, pendapatan masyarakat mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Peningkatan pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat juga mulai meningkat. Meskipun belum terlihat secara merata, namun hal ini dapat dikatakan menjadi awal yang baik.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil estimasi yang didapatkan, yaitu:

1. Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat. Bila dilihat pula secara parsial, Pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan juga memiliki pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan memberikan pengaruh

negatif terhadap peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat. Bila dilihat pula secara parsial, Pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diakibatkan masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Nias Barat. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena tidak efektifnya penggunaan pengeluaran pemerintah dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

3. Pendapatan masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia sebagai indikator kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat. Bila dilihat secara parsial,


(65)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun penyebaran pendapatan masyarakat di Nias Barat masih belum merata dan tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

Dengan tercapainya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang baik serta semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, maka mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Nias Barat. Dari analisis secara langsung juga terlihat bahwa masyarakat di Nias Barat sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) sedang melakukan pembenahan baik secara fisik maupun non fisik.

5.2 Saran

Melihat hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. Kabupaten Nias Barat memang masih baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Namun, meskipun baru 4 tahun, tidak menutup kemungkinan pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Nias Barat harus lebih mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dalam bidang pendidikan. Karena seperti yang kita ketahui pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang kualitas hidup masyarakat dan menjadikan masyarakat lebih sejahtera.


(66)

2. Demikian pula dalam bidang kesehatan. Pemerintah harus bekerja lebih baik dan memanfaatkan setiap pengeluaran dalam bidang kesehatan sehingga tujuan pengeluaran tersebut dapat tercapai yaitu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat serta penyuluhan tentang hidup sehat akan membantu meningkatkan angka harapan hidup masyrakat.

3. Kesejahteraan masyarakat juga terlihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Dengan telah terpenuhinya kondisi pendidikan dan kesehatan yang baik, masyarakat akan mampu melakukan proses produksi. Namun juga, pemerintah diharapkan mampu mengupayakan penyediaan lapangan kerja kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya sehingga mampu menunjang kesejahteraan individu tersebut.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Aryfa’id, Syarief. 2011. Apa itu Pembangunan Daerah dan Perencanan Pembangunan Daerah? http://pskpm.blogspot.com/2011/04/apa-itu-pembangunan-daerah-dan.html (8 Maret 2014)

Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Kecamatan Nias Barat Dalam Angka. 2013

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Statistik Daerah Kecamatan Nias Barat. 2013

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Nias Barat Dalam Angka Kerjasama. 2012

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Nias Barat Dalam Angka Kerjasama

2013

_________, Cara Melakukan Interpolasi data dengan Eviews.

http://www.scribd.com/doc/79215788/Cara-Melakukan-Interpolasi-Data (17 Mei 2014)

Fauziah, Syifa. Pengertian Kesejahteraan Sosial/ Masyarakat.

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2284125-pengertian-kesejahteraan-sosial-masyarakat/#ixzz33ENj0JzI (26 Mei 2014) Hakim, Abdul. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta- Ekonisia

Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Duyun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 16 No 1 Hal 21-32

Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta- Raja Grafindo Persada

Kusreni, Sri dan Sultan Suhab. 2009. “Kebijaksanaan APBD dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan” Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Volume 5 Nomor 3.

Mandacan, Nataniel D. 2012. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah.


(68)

Pemerintah Kabupaten Garut. 2014. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat. http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_kesejahteraan_so sial_kesejahteraan_masyarakat

Pratomo, Wahyu dan Paidi Hidayat. 2010. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan- USU Press

Romy Pradhana, Arya. 2010. Ekonometri- Ordinary Least Square.

http://romypradhanaarya.wordpress.com/2010/05/10/ekonometri-metode-ordinary-least-square/

Setiawan, Bhakti dan Abdul Hakim. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia

Setiawan, Prabu. 2009. Interpolasi Data.

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/interpolasi-data.html ( 17 Mei 2014)

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan-Grasindo Monoratama Sudardjat, Ilyda. 2012. Modul Statistik 2. Medan-FEUSU

Sugiharto, Eko. 2007. “Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik” EPP. Volume 4 No 2 Hal 32-36

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Cv

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta. FEUI-Bima Grafika

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan jilid 1. Erlangga.

Undang-Undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


(69)

Lampiran 1

Data awal Indeks Pembangunan Manusia, Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Kesehatan, dan Pendapatan Masyarakat

Tahun IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan

2009 65.96 Rp 8,050,000,000 Rp 4,562,000,000 Rp 937,314 2010 66.46 Rp 17,430,000,000 Rp 5,937,000,000 Rp 1,639,627 2011 67.10 Rp 61,100,000,000 Rp 26,530,000,000 Rp 3,593,421 2012 67.59 Rp 114,100,000,000 Rp 23,240,000,000 Rp 3,903,472

Sumber: - Badan Pusat Statistik


(70)

Lampiran 2 Data Interpolasi

Tahun Kuartal IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan

2010

Q1 16.56 Rp 3,478,125,000 Rp 1,355,343,750 Rp 344,065 Q2 16.60 Rp 4,064,375,000 Rp 1,441,281,250 Rp 387,959 Q3 16.63 Rp 4,650,625,000 Rp 1,527,218,750 Rp 431,854 Q4 16.67 Rp 5,236,875,000 Rp 1,613,156,250 Rp 475,749

2011

Q1 16.72 Rp 11,180,937,500 Rp 4,701,906,250 Rp 715,187 Q2 16.76 Rp 13,910,312,500 Rp 5,988,968,750 Rp 837,299 Q3 16.79 Rp 16,639,687,500 Rp 7,276,031,250 Rp 959,411 Q4 16.83 Rp 19,369,062,500 Rp 8,563,093,750 Rp 1,081,523

2012

Q1 16.86 Rp 23,556,250,000 Rp 6,118,437,500 Rp 946,801 Q2 16.89 Rp 26,868,750,000 Rp 5,912,812,500 Rp 966,179 Q3 16.91 Rp 30,181,250,000 Rp 5,707,187,500 Rp 985,557 Q4 16.94 Rp 33,493,750,000 Rp 5,501,562,500 Rp 1,004,935


(71)

Lampiran 3 Data Ln

Tahun Kuartal IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan 2010 Q1

16.56 21.97 21.03 12.75

Q2

16.60 22.13 21.09 12.87

Q3

16.63 22.26 21.15 12.98

Q4

16.67 22.38 21.20 13.07

2011 Q1

16.72 23.14 22.27 13.48

Q2

16.76 23.36 22.51 13.64

Q3

16.79 23.54 22.71 13.77

Q4

16.83 23.69 22.87 13.89

2012 Q1

16.86 23.88 22.53 13.76

Q2

16.89 24.01 22.50 13.78

Q3

16.91 24.13 22.46 13.80

Q4

16.94 24.23 22.43 13.82


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aryfa’id, Syarief. 2011. Apa itu Pembangunan Daerah dan Perencanan Pembangunan Daerah? http://pskpm.blogspot.com/2011/04/apa-itu-pembangunan-daerah-dan.html (8 Maret 2014)

Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Kecamatan Nias Barat Dalam Angka. 2013

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Statistik Daerah Kecamatan Nias Barat. 2013

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Nias Barat Dalam Angka Kerjasama. 2012

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. Nias Barat Dalam Angka Kerjasama 2013

_________, Cara Melakukan Interpolasi data dengan Eviews.

http://www.scribd.com/doc/79215788/Cara-Melakukan-Interpolasi-Data (17 Mei 2014)

Fauziah, Syifa. Pengertian Kesejahteraan Sosial/ Masyarakat.

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2284125-pengertian-kesejahteraan-sosial-masyarakat/#ixzz33ENj0JzI (26 Mei 2014) Hakim, Abdul. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta- Ekonisia

Hendrik. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Pulau Besar dan Danau Bawah di Kecamatan Duyun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 16 No 1 Hal 21-32

Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta- Raja Grafindo Persada


(2)

 

http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_kesejahteraan_so sial_kesejahteraan_masyarakat

Pratomo, Wahyu dan Paidi Hidayat. 2010. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. Medan- USU Press

Romy Pradhana, Arya. 2010. Ekonometri- Ordinary Least Square. http://romypradhanaarya.wordpress.com/2010/05/10/ekonometri-metode-ordinary-least-square/

Setiawan, Bhakti dan Abdul Hakim. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Setiawan, Prabu. 2009. Interpolasi Data.

http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/interpolasi-data.html ( 17 Mei 2014)

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan-Grasindo Monoratama Sudardjat, Ilyda. 2012. Modul Statistik 2. Medan-FEUSU

Sugiharto, Eko. 2007. “Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik” EPP. Volume 4 No 2 Hal 32-36

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Cv

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta. FEUI-Bima Grafika

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan jilid 1. Erlangga.

Undang-Undang No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Undang-Undang No 13 Tahun 1998 Ketentuan Pokok Kesejahteraan Masyarakat


(3)

Lampiran 1

Data awal Indeks Pembangunan Manusia, Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah dalam bidang Kesehatan, dan Pendapatan Masyarakat

Tahun IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan

2009 65.96 Rp 8,050,000,000 Rp 4,562,000,000 Rp 937,314 2010 66.46 Rp 17,430,000,000 Rp 5,937,000,000 Rp 1,639,627 2011 67.10 Rp 61,100,000,000 Rp 26,530,000,000 Rp 3,593,421 2012 67.59 Rp 114,100,000,000 Rp 23,240,000,000 Rp 3,903,472 Sumber: - Badan Pusat Statistik


(4)

 

Data Interpolasi

Tahun Kuartal IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan

2010

Q1 16.56 Rp 3,478,125,000 Rp 1,355,343,750 Rp 344,065

Q2 16.60 Rp 4,064,375,000 Rp 1,441,281,250 Rp 387,959

Q3 16.63 Rp 4,650,625,000 Rp 1,527,218,750 Rp 431,854

Q4 16.67 Rp 5,236,875,000 Rp 1,613,156,250 Rp 475,749

2011

Q1 16.72 Rp 11,180,937,500 Rp 4,701,906,250 Rp 715,187

Q2 16.76 Rp 13,910,312,500 Rp 5,988,968,750 Rp 837,299

Q3 16.79 Rp 16,639,687,500 Rp 7,276,031,250 Rp 959,411

Q4 16.83 Rp 19,369,062,500 Rp 8,563,093,750 Rp 1,081,523

2012

Q1 16.86 Rp 23,556,250,000 Rp 6,118,437,500 Rp 946,801

Q2 16.89 Rp 26,868,750,000 Rp 5,912,812,500 Rp 966,179

Q3 16.91 Rp 30,181,250,000 Rp 5,707,187,500 Rp 985,557

Q4 16.94 Rp 33,493,750,000 Rp 5,501,562,500 Rp 1,004,935

Sumber: Data Olahan


(5)

Lampiran 3 Data Ln

Tahun Kuartal IPM Pendidikan Kesehatan Pendapatan 2010 Q1

16.56 21.97 21.03 12.75

Q2

16.60 22.13 21.09 12.87

Q3

16.63 22.26 21.15 12.98

Q4

16.67 22.38 21.20 13.07

2011 Q1

16.72 23.14 22.27 13.48

Q2

16.76 23.36 22.51 13.64

Q3

16.79 23.54 22.71 13.77

Q4

16.83 23.69 22.87 13.89

2012 Q1

16.86 23.88 22.53 13.76

Q2

16.89 24.01 22.50 13.78

Q3

16.91 24.13 22.46 13.80

Q4

16.94 24.23 22.43 13.82


(6)

 

Hasil Regresi

Dependent Variable: IPM Method: Least Squares Date: 06/11/14 Time: 13:57 Sample: 2010Q1 2012Q4 Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.26865 0.056464 234.9915 0.0000

PENDIDIKAN 0.133186 0.009866 13.50000 0.0000

KESEHATAN -0.140816 0.013822 -10.18805 0.0000

PENDAPATAN 0.260477 0.037581 6.931068 0.0001

R-squared 0.998716 Mean dependent var 16.76333

Adjusted R-squared 0.998235 S.D. dependent var 0.127802 S.E. of regression 0.005370 Akaike info criterion -7.354881 Sum squared resid 0.000231 Schwarz criterion -7.193246 Log likelihood 48.12929 Hannan-Quinn criter. -7.414725 F-statistic 2074.366 Durbin-Watson stat 2.243828

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data Olahan