PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI JALUR PEN (1)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI JALUR
PENDIDIKAN NON FORMAL UNTUK MEWUJUDKAN USAHA
MANDIRI DENGAN PEMANFAATAN ENCENG GONDOK
PADA MASYARAKAT SEKITAR RAWA PENING
Riskha Nur Fitriyah
Abstrak

Kaum perempuan memiliki sejumlah potensi, yang apabila dikelola secara baik potensi
itu akan memberi manfaat yang besar. Jumlah kaum perempuan jauh lebih besar, namun
partisipasi dan peran aktifnya masih belum maksimal. Persoalan pokok yang dihadapi kaum
perempuan di Indonesia berkaitan dengan kualitas, mutu sumber daya yang rendah sehingga
berakibat kualitas hidupnya juga tidak cukup baik. Pendidikan nonformal merupakan salah satu
alternatif yang mampu melakukan proses pemberdayaan, melalui berbagai program pendidikan
masyarakat yang dapat menjembatani perempuan dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan
kemandirian. Pemberdayaan perempuan melalui jalur Pendidikan Non Formal untuk
mewujudkan usaha mandiri dengan pemanfaatan enceng gondok pada masyarakat sekitar Rawa
Pening adalah dengan pembelajaran di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dengan
layanan Kelompok Belajar Usaha (KBU). Tanaman Enceng gondok yang melimpah di Rawa
Pening dan manfaatnya sebagai komoditas yang dapat dikomersialkan membuat masyarakat
sekitar menggantungkan hidupnya dari sini.
Kata kunci : pendidikan non formal, pemberdayaan, kemandirian


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting di Indonesia,
sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini
sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di
belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah
membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan
kekerasan dan kejahatan. Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak
dilakukan, seperti pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu
pengentasan kemiskinan, dan lain sebagainya. Hingga saat ini bangsa Indonesia juga belum
benar-benar terlepas dari kemiskinan, karena kemiskinan tidak dapat dihilangkan, namun
hanya dapat dikurangi. Salah satu program yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan usaha mandiri.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar mampu memecahkan permasalahan yang dialaminya atau yang dikenal

dengan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan para
anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat yang menyadari
akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dimana kondisi pemberdayaan
akan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya.
Dalam mencapai kondisi tersebut dibutuhkan adanya dari pihak luar dalam hal ini pendidikan
nonformal untuk membantu melihat potensi atau kemampuan yang dimiliki masyarakat
sehingga mereka dapat memberdayakan dirinya.
Kaum perempuan memiliki sejumlah potensi, yang apabila dikelola secara baik
potensi itu akan memberi manfaat yang besar. Padahal jumlah kaum perempuan jauh lebih
besar, namun partisipasi dan peran aktifnya masih belum maksimal. Komposisi penduduk
Indonesia menurut Sensus 2000 berjumlah 203,4 juta jiwa sebanyak 50,3% kaum perempuan.
Dari jumlah itu kaum perempuan dapat menjadi pelaku pembangunan ekonomi dalam

menggerakkan masyarakat untuk memerangi kemiskinan. Selain itu, secara proporsional
peran itu harus dibuat seimbang sehingga akan memberikan keterwakilan dalam berbagai
bidang kehidupan. Persoalan pokok yang dihadapi kaum perempuan di Indonesia berkaitan
dengan kualitas, mutu sumber daya yang rendah sehingga berakibat kualitas hidupnya juga
tidak cukup baik. Semua saling berkaitan, kemiskinan yang menjadi sebab kebodohan dan
tingkat peran sertanya dalam berbagai bidang kehidupan. Prioritas penajaman program
pembangunan pemberdayaan perempuan meliputi peningkatan pendidikan, peningkatan

derajat kesehatan dan perbaikan ekonomi perempuan. Ketiga program itu didukung dua
perlindungan hukum dan pandangan sosial budaya serta agama. Strategi untuk memperbaiki
perekonomian kaum perempuan bersama akan berusaha meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Sebab kaum perempuan memiliki dua peran sekaligus. Selain
untuk kepentingan dirinya juga anggota keluarga yang lain, semua akan ikut merasakan.
Rawa Pening adalah danau alam yang terletak diketinggian 600 m diatas permukaan laut
dengan luas area sebesar 2.700 ha. Pada saat ini, sekitar 1/3 bagian dari luas danau atau setara dengan
900 ha area tertutup oleh eceng gondok yang penyebarannya merata diseluruh danau. Enceng gondok
dapat dimanfaatkan dan diproses menjadi barang kerajinan, seperti tas, sandal, tikar, kursi, keset dan
lain – lain. Dari uraian di atas, kami akan membahas makalah dengan judul “Pemberdayaan

Perempuan Melalui Jalur Pendidikan Non Formal Untuk Mewujudkan Usaha Mandiri
Dengan Pemanfaatan Enceng Gondok Pada Masyarakat Sekitar Rawa Pening”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran pemberdayaan perempuan melalui jalur pendidikan non Formal untuk
mewujudkan usaha mandiri?
2. Bagaimana cara pemanfaatan enceng gondok di sekitar Rawa Pening sehingga dapat
meningkatakan taraf ekonomi dan mengurangi kemiskinan?
3. Apa saja yang menjadi kendala dan permasalahan Pemberdayaan Perempuan Melalui Jalur

Pendidikan Non Formal Untuk Mewujudkan Usaha Mandiri Dengan Pemanfaatan Enceng
Gondok Pada Masyarakat Sekitar Rawa Pening?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini, yaitu untuk:
1. Mengetahui peran pemberdayaan perempuan melalui jalur pendidikan non Formal untuk
mewujudkan usaha mandiri.

2. Mengetahui cara pemanfaatan enceng gondok di sekitar Rawa Pening sehingga dapat
meningkatakan taraf ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
3. Mengetahui kendala dan permasalahan Pemberdayaan Perempuan Melalui Jalur
Pendidikan Non Formal Untuk Mewujudkan Usaha Mandiri Dengan Pemanfaatan
Enceng Gondok Pada Masyarakat Sekitar Rawa Pening.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Perempuan

Istilah pemberdayaan masyarakat atau empowerment memiliki makna agar orangorang yang diberdayakan itu mempunyai “daya” atau mempunyai kemampuan untuk hidup
layak sama dengan temannya sesama manusia. Sulistiyani (2004:7) menjelaskan bahwa

“Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau
kemampuan”. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai
proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya,
kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya. Tjokrowinoto (dalam Kusnadi, 2006: 219) konsep pemberdayaan ini lebih
luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic need) akan tetapi juga
menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need). Riant
Nugroho, 2008) mengemukakan, ada empat indikator pemberdayaan perempuan, yaitu 1)
Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber daya produktif di
dalam lingkungan, 2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau
sumber daya yang terbatas tersebut, 3) Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan
mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber dayasumber daya tersebut, 4) Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus samasama
menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan
setara.
Dalam hal peningkatan ekonomi perempuan di Indonesia khususnya di daerah
perdesaan, perempuan memiliki keterbatasan dalam menjalankan aktivitasnya, keterbatasan
tersebut seperti rendahnya pendidikan, keterampilan, sedikitnya kesempatan kerja, dan juga
hambatan ideologis perempuan yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan juga
dihadapkan pada kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “tripple burden of women”,
yaitu perempuan harus melakukan fungsi reproduksi, produksi dan fungsi sosial secara

bersamaan di masyarakat. Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan untuk
memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas. Oleh karena itu program
pemberdayaan bagi perempuan di bidang ekonomi sangat diperlukan karena pada dasarnya
perempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam perekonomian terutama dalam
pengaturan ekonomi rumah tangga Dalam makalah ini yang dimaksud pemberdayaan adalah
pemberdayaan yang dilakukan terhadap perempuan yang memanfaatkan enceng gondok
sebagai kerajinan tangan di sekitar Rawa Pening.

B. Pendidikan Non Formal
Agar Masyarakat memiliki kemampuan mengembangkan potensinya dalam
rangka pemberdayaan masyarakat maka peran pendidikan nonformal sangat strategis.
Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari
kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu
didalam mencapai tujuan belajarnya (Coombs, dalam Sudjana, 2000: 23). Program
pendidikan Nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia diri, pendidikan kepemudaaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik.
Peran pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan di dalamnya meliputi
peningkatan dan perubahan sumberdaya manusia sehingga mampu membangun masyarakat dan
lingkungannya. Kindervatter (dalam Kusnadi : 2005) menyarankan beberapa ciri mendasar yang
dapat diidentifikasi dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal
meliputi:
1) Small group structure, yaitu pembentukan kelompok kecil yang dapat dilakukan berdasarkan
umur yang sama, minat yang sama dan sukarela. Empowering menekankan pada kebersamaan
langkah yang memungkinkan kelompok dapat berkembang.
2) Transfer of responsibility, yaitu pemberian tanggung jawab kepada warga belajar ini sudah
dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, penyusunan program sampai dengan evaluasi program
yang sudah dilaksanakan.
3) Participant leadership, yaitu kepemimpinan kelompok dipegang warga belajar. Semua
kegiatan diatur oleh kelompok, sehingga semua warga belajar memilikitanggung jawab dalam
setiap kegiatan.
4) Agent as facilitator, yaitu; agen, guru, tutor sebagai pendidik berperan sebagai fasilitator.
5) Democratic and non-hierenchical relationship and processes, yaitu dalam proses pengambilan
keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau hasil pemungutan
suara.


6) Integration of reflection and action, yaitu adanya kesamaan pandang dan langkah di dalam
mencapai tujuan tertentu, yang dapat ditumbuhkan dari masalah-masalah aktual. Analisis
masalah dalam proses pemberdayaan merupakan hal yang sangat penting, dalam pelaksanaannya
diperlukan fasilitator yang cakap dan jeli dalam mengungkap masalah atau kebutuhan yang
dirasakan oleh warga belajar.
7) Methods which encourage self-reliance, yaitu metode yang digunakan harus dipilih dan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga belajar seperti: dialog, dan kelompok kegiatan bebas,
antara lain; kelompok belajar dan workshop yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat
digunakan warga belajar dan berbagai latihan mandiri.
8) Improvement of social, economic, and or political standing, yaitu bahan diarahkan pada
kebutuhan/kenyataan hidup sehari-hari warga belajar. Dan kegiatan belajar ini pada akhirnya
harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi dan atau kedudukan dalam bidang
politik.

C. Manfaat Enceng gondok di Rawa Pening
Enceng Gondok ( Eichornia crassipes ) termasuk dalam kelompok gulma
perairan. Tanaman ini memiliki kecepatan berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi,
terutama di daerah tropis dan subtropis. Selain itu, enceng gondok juga mempunyai
kemampuan yang sangat besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan
lingkungan. Satu batang enceng gondok dalam waktu 52 hari mampu menghasilkan tanaman

baru seluas 1 m2. Rawa Pening terletak di perbatasan antara Salatiga dan Ambarawa. Saat ini
Rawa pening dijadikan sebagai tempat pariwisata, lahan pemeliharaan ikan karamba dan
tempat mencari ikan bagi masyarakat sekitarnya. Hampir 80 % dari permukaan air di Rawa
Pening saat ini ditumbuhi oleh tanaman eceng gondok dan 5 % tanaman air lain. Untuk
menanggulangi bahaya atau kerugian dari tanaman ini, sejak 5 tahun yang lalu enceng
gondok menjadi komoditi yang menguntungkan dengan adanya pengrajin dari tanaman eceng
gondok ini, masyarakat sekitar dapat memanfaatkanya menjadi kerajinan tangan yang
menarik dan berdaya jual tinggi.
Enceng gondok yang berkembang di Rawapening saat ini telah mencapai jumlah
yang sangat banyak. Batang enceng gondok dapat dijadikan sebagai bahan baku produk
kerajinan anyaman yang dapat dikomersialkan. Hanya dengan berbekal ketrampilan yang
mudah dipelajari, didukung dengan kemauan, kreatifitas dan seni, maka enceng gondok dapat

diolah menjadi kerajinan tas, sepatu, sandal, keranjang, tempat tissue bahkan dapat dibuat
mebel seperti kursi, meja dan sofa. Enceng gondok dapat dimanfaatkan menjadi bahan
kerajinan tangan yang menguntungkan. Keuntungan bahan kerajinan tangan dari enceng
gondok adalah sebagai berikut: (a). Bahanya mudah didapat, (b). Harganya murah, (c). Harga
jual kerajinan tangan tinggi, (d). Pengerjaannya mudah, (e). Kerajinan tangan dari eceng
gondok adalah unik dan menarik.


BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Pemberdayaan Perempuan Melalui Jalur Pendidikan Non Formal Untuk
Mewujudkan Usaha Mandiri
Pendidikan nonformal merupakan salah satu alternatif yang mampu melakukan
proses pemberdayaan, melalui berbagai program pendidikan masyarakat yang dapat

menjembatani perempuan dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemandirian
(Kindervatter dalam Kusnadi, 2005). Hadirnya pendidikan masyarakat sebagai alternatif
pendidikan formal untuk memenuhi kebutuhan perempuan dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat, di mana tujuannya mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Proses pemberdayaan yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas perempuan melalui layanan program pendidikan masyarakat
antara lain: Kegiatan Keaksaraan Fungsional, Kelompok Belajar Keterampilan (KBK),
Kelompok Belajar Usaha (KBU), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Kecakapan Hidup (Life
Skills), dan sejenisnya dengan mempergunakan seperangkat modul/instrumen pembelajaran
yang ada di PKBM baik di desa maupun di kota seluruh Indonesia (Sihombing, 2000).
Pemberdayaan perempuan melalui jalur Pendidikan Non Formal untuk

mewujudkan usaha mandiri dengan pemanfaatan enceng gondok pada masyarakat sekitar
Rawa Pening adalah dengan pembelajaran di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
dengan layanan Kelompok Belajar Usaha (KBU). Tujuan dari adanya Kelompok Belajar
Usaha adalah menumbuhkembangkan semangat berwirausaha bagi warga masyarakat yang
tidak memiliki semangat untuk mengubah nasibnya dengan memanfaatkan peluang – peluang
yang difasilitasi oleh Pemerintah secara maksimal. Melalui KBU diharapkan kelompok
masyarakat miskin dapat mengembangkan kemampuan dan kapasitas dirinya, sehingga dapat
memiliki satu keterampilan kerja dan pengalaman berusaha yang dapat dikembangkan pada
ekonomi lokal, baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan semakin
berkembangnya KBU PKBM diharapkan akan muncul para usahawan kecil yang mampu
menopang perekonomian di tingkat lokal bahkan nasional yang nantinya dapat mewujudkan
usaha mandiri. Usaha mandiri memiliki pengertian yaitu kemampuan untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya sehingga
mendapat keuntungan tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga sisi sosial. Namun demikian,
keberhasilan KBU dalam memberdayakan masyarakat kurang mampu sangat dipengaruhi
oleh kualitas pelayanan yang diberikan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan KBU
PKBM, maka perlu dirumuskan atau dilakukan strategi pengembangan kelembagaan secara
parsitipatif dan berdasarkan prinsip Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) yang
melibatkan

warga

belajar,

instruktur/pengelola,

pemerintah

Kelurahan,

pengurus

kelembagaan, Dinas Pendidikan setempat, Dinas Perekonomian dan UMKM setempat,
Dinas Tenaga Kerja setempat dan swasta (Yuliantoro, 2008).
B. Cara Pemanfaatan Enceng gondok di Sekitar Rawa Pening Sehingga Dapat
Meningkatakant Taraf Ekonomi dan Mengurangi Kemiskinan.
Tanaman Enceng gondok yang melimpah di Rawa Pening dan manfaatnya
sebagai komoditas yang dapat dikomersialkan membuat masyarakat sekitar menggantungkan
hidupnya dari sini. Pola masyarakat sekitar Rawa Pening adalah setelah enceng gondok
basah diambil dari Rawa Pening dengan menggunakan perahu, kemudian dikeringkan selama
kurang lebih satu minggu dan kemudian dibuat tali dan disetorkan ke pengepul. Setelah itu,
oleh pengepul enceng gondok kering di bawa menggunakan truk ke daerah Bantul
Yogyakarta. Disana, proses bahan baku setengah jadi diproses sampai jadi kerajinan tangan
dan dipasarkan.
Pekerjaan kerajinan ini umumnya dilakukan oleh ibu-ibu. Pemerintah telah
melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan ketrampilan pengrajin melalui
berbagai bimbingan dan penyuluhan serta pelatihan. Namun sejauh ini belum menampakan
hasil yang positif bagi pengrajin, karena pengrajin masih terpola hanya mencari dan
mengambil enceng gondok untuk disetorkan ke pengepul, sehingga masyarakat belum
menerima tambahan nilai ekonomis. Sebagian masyarakat menganggap, bahwa hanya
dengan menyiapkan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi sudah dapat menghasilkan
uang. Sikap dan mental (mind set) seperti inilah yang perlu dirubah di kalangan para pencari enceng
gondok, agar tumbuh dan berkembang jiwa wirausaha, dengan tidak hanya mencari enceng gondok
tetapi lebih dari itu mau berusaha untuk mengembangkan keterampilan untuk meningkatkan nilai
ekonomi enceng gondok. Kesadaran inilah yang harus ditumbuhkan dikalangan pencari enceng
gondok menajdi pengrajin enceng gondok.
Di sekitar Rawa Pening, tepatnya di Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kab. Semarang
terdapat sentra pembuatan kerajinan enceng gondok yang awalnya didirikan oleh Suami istri, karena
bakat seni, pengalaman, ulet dan pantang menyerah keuarga ini mampu meningkatkan perekonomian
dengan membuat kerajinan tangan. Dari situlah kemudian berdiri KBU PKBM “Abi Citra Kusuma”
yang hingga sekarang masih berjalan. Dari kegiatan ini, diharapkan masyarakat tidak hanya sebagai
pencari enceng gondok tetapi dapat sebagai pengolah sampai jadi kerajinan tangan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi, dkk (2005). Pendidikan Keaksaraan. Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Ambar Teguh Sulistyani, 2004, “Kemitraan dan Model – Model Pemberdayaan”, Gaya Gava
Media, Yogyakarta
Riant Nugroho. 2008. Gender dan Administrasi Publik. Yogyakarta Pustaka Pelajar
Sudjana, D, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah,
Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.
Yunus, Firdaus (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial-Paulo Freire & YB Mangun

Wijaya, Yogyakarta: Logung Pustaka
Harahap, A dkk, 2003, kerajinan tangan dan enceng gondok, Proyek Pemberdayaan UPT dan
Tenaga Kependidikan Luar Sekolah Jawa Tengah
th. 2003 semarang
Sihombing, U. 2000. Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategis, Konsep Kiat dan
Pelaksanaan. PD. Mahkota Jakarta.
Yuliantoro. G. 2008. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU) di
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) (Studi Kasus di PKBM “Mitra Mandiri”
Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi) (Tesis) IPB, Bogor