JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK DENGAN TEMA CITA-CITAKU MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 5 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK DENGAN TEMA CITA-CITAKU MELALUI METODE

DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 5 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI

AGUNG LAMPUNG SELATAN Oleh

SRI MULYANI

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik pada tema cita-citaku kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik dengan tema cita-citaku melalui metode discovery .

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus. Data yang peroleh melalui lembar observasi dan instrument tes pada setiap siklus. Berdasarkan hasil analisis data bahwa penggunaan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari presentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (50%) dan siklus II (81,25%) dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II (31,25%).

Hasil belajar siswa siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 2 orang siswa (8,33%) dan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 10 orang siswa(41,67%). Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas pada data awal sebesar 61,73 , dan meningkat sebesar 3,42 menjadi 66,15 di siklus dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 9,75 menjadi 75,9.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Sri Mulyani lahir di Desa Karang Anyar pada tanggal 3 September 1992, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saryono dan Ibu Siti Maryam.

Pada tahun 1998 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri Tri Dharmayoga selesai pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ketapang selesai pada tahun 2007. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menjadi mahasiswa penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kembahang Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 1 Kembahang Kecamatan BatuBrak Kabupaten Lampung Barat yang dilaksanakan pada 1 Juli- 15 September 2013.


(7)

Moto

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri

(Ar-Ra’d:11)

Kesungguhan akan mendapatkan apa yang dicita-citakan (Pepatah Arab)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa sukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang terkasih dalam hidupku:

Bapak dan Ibu terima kasih untuk perjuangannya, ketulusan kasih sayang dan cintanya yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan memberikan

doa dan materil untuk keberhasilanku.

Mbaku Tri Widyastuti dan Kakakku FredyAmriansyah yang kusayangi dan keluarga besarku yang selalu menantikan keberhasilanku.

Teman-teman senasib dan seperjuangan S1 PGSD angkatan 2010 yang selalu berbagi suka dan duka.

Para Pendidikku terima kasih atas semua ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan.


(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik dengan Tema Cita-citaku melalui Metode Discovery pada Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis haturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin yang telah diberikan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu di Fakultas ini.

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas saran maupun kritik yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

memberikan bimbingan, motivasi, dan semangat dalam menyusun proposal sampai selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Riyanto M Taruna, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai. 6. Bapak Drs. Nazaruddin Wahab, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang telah

memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGSD pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

8. Bapak Winarno, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SDN 5 Karang Anyar, para guru dan staf yang telah memberi izin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Keluarga besar PGSD khususnya teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 terima kasih atas doa, dukungan, serta kebersamaannya selama ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis

Sri Mulyani NPM 1013053091


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ... i

ABSTRAK ... iii

SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Pembelajaran ... 12

3. Pengertian Aktivitas Belajar... 13

4. Pengertian Hasil Belajar ... 14

B. Metode Pembelajaran ... 16

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 16

2. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 16

C. Metode Discovery ... 20

1. Pengertian Metode Discovery ... 20

2. Kelebihan Metode Discovery ... 21


(12)

D. Pembelajaran Tematik Terpadu ... 24

E. Tema Cita-citaku ... 25

F. Kurikulum 2013 ... 27

G. Peniaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu ... 28

H. Kerangka Pikir ... 30

I. Hipotesis Tindakan... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian ... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

C. Objek Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Alat Pengumpul Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Prosedur Penelitian ... 44

H. Indikator Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kegiatan ... 51

1. Profil SDN 5 Karang Anyar ... 51

2. Deskripsi awal ... 51

3. Refleksi awal ... 52

B. Hasil Penelitian ... 52

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 52

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 68

C. Pembahasan ... 81

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 81

2. Hasil Belajar Siswa ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 5 Karang

Anyar Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

2. Hasil Analisis Afektif Siswa kelas IV SDN Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

3. Hasil Penilaian Psikomotor Siswa kelas IV SDN Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

4. Hasil Belajar Siswa Kognitif IPS kelas IV SDN Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 5

5. Hasil Belajar Siswa dalam mata pelajaran IPS kelas IV SDN Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 5

6. Instrumen Data Aktivitas Siswa ... 38

7. Indikator Aktivitas Siswa ... 38

8. Rubik penilaian tiap aspek yang diamat ... 38

9. Lembar Pengamatan Indikator Sikap Siswa ... 40

10.Indikator Keterampilan Mengemukakan Pendapat... 41

11.Kualifikasi Hasil Observasi ... 42

12.Konversi Nilai Kompetensi Sikap (Afektif) Siswa ... 42

13.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar Siklus I pertemuan pertama ... 59

14.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar siklus 1 pertemuan kedua ... 61

15.Hasil Analisis penilaian afektif Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus I Pertemuan Pertama ... 62

16.Hasil Analisis penilaian afektif SiswaKelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus I Pertemuan Kedua ... 63

17.Hasil Penilaian psikomotor Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus I Pertemuan Pertama ... 64

18.Hasil Penilaian psikomotor Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus I Pertemuan Kedua ... 65

19.Hasil Penilaian Kognitif IPS Siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Pada Siklus I ... 66

20.Hasil Belajar IPS Siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Pada Siklus I ... 66

21.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar Siklus II pertemuan pertama ... 73

22.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar Siklus II pertemuan Kedua ... 74


(14)

Anyar Siklus II Pertemuan kedua ... 76

25.Hasil Penilaian psikomotor Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus II Pertemuan Pertama ... 77

26.Hasil Penilaian psikomotor Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Siklus II Pertemuan Kedua ... 78

27.Hasil Penilaian Kognitif IPS Siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Pada Siklus II ... 79

28.Hasil Belajar IPS Siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Pada Siklus II ... 79

29.Rekapitulasi Presentase Aktivitas Siswa ... 81

30.Data Penilaian afektif Siswa ... 83

31.Data Nilai Psikomotor Siswa... 84

32.Rekapitulasi Nilai Hasil IPS Belajar Siswa ... 85


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 35


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan sumber daya manusia pada suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagai tonggak dasar dari lembaga pendidikan di Indonesia, satuan pendidikan SD juga tidak terbebas dari berbagai masalah, baik itu mengenai hasil belajar siswanya maupun kualitas mutu pendidikannya. Pendidik merupakan sosok yang memiliki kedudukan yangsangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling


(17)

menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajaran. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pada kegiatan proses belajar mengajar seorang guru memiliki peranan dan posisi yang sangat strategis, guru harus mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pengajaran yang menarik, kreatif dan dinamis sehingga proses belajar mengajar di dalam kelas menyenangkan bagi peserta didik.

Pada tahun 2013 telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 secara bertahap.

Perubahan kurikulum ini diharapkan mampu merubah pendidikan menjadi yang lebih baik dan berkualitas. Berdasarkan hal tersebut inovasi penerapan metode pembelajaran dilakukan pada semua pembelajaran yang diajarkan tidak terkecuali pada pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran


(18)

IPS, karena dalam penerapan kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik terpadu.

Pembelajaran tematik atau dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan pokok bahasan pada minimal dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan.

Sejalan dengan itu, menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Berdasarkan hasil observasi tanggal 27 Februari 2014, meskipun sudah mulai diterapkannya kurikulum 2013 guru di SDN 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan belum menerapkan kurikulum tersebut secara maksimal dalam proses pembelajaran. Meskipun sudah menerapkan pembelajaran tematik namun terkadang masih terjadi pemisahan pelajaran. Selain itu, guru juga kurang menggunakan variasi metode pembelajaran. Kegiatan pembelajaran juga masih terpusat pada guru (teaching centered) textbook centered dan monomedia sehingga kurang menumbuhkan pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan . Siswa juga kurang


(19)

aktif dalam mengikuti proses kegiatan belajar sehingga nilai siswa pun menjadi rendah, terutama khususnya pada pelajaran IPS. Berikut data hasil dan aktivitas belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar.

Tabel 1.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN 5 Karang Anyar Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014

Nilai Aktivitas (NA) Yang

Diperoleh frekuensi Kualifikasi

80 % < NA < 100% - Sangat Aktif

60 % < NA < 80% 3 Aktif

40 % < NA < 60% 5 Cukup Aktif

20 % < NA < 40% 5 Kurang Aktif 0 % < NA < 20% 11 Sangat Kurang Aktif Sumber: SD Negeri 5 Karang Anyar

Tabel 1.2 Hasil Analisis Penilaian Afektif Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Semester Ganjil

Nilai Yang Diperoleh Predikat Jumlah

Siswa Persentase

81-100 Sangat Baik (SB) 2 8,33%

66-80 Baik (B) 4 16,67%

51-65 Cukup (C) 10 41,67%

26-50 Kurang (K) 8 33,33%

0-25 Sangat Kurang (SK) - 0%

Sumber: SD Negeri 5 Karang Anyar

Tabel 1.3 Hasil Penilaian Psikomotor Siswa Kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Semester Ganjil

Nilai Keterampilan Yang

Diperoleh Predikat

Jumlah

Siswa Persentase

81-100 Sangat Baik (SB) 2 8,33%

66-80 Baik (B) 4 16,67%

51-65 Cukup (C) 9 37,5%

26-50 Kurang (K) 9 37,5%

0-25 Sangat Kurang

(SK) - 0%


(20)

Tabel 1.4 Hasil Kognitif Siswa dalam mata pelajaran IPS kelas IV SDN 5 Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

Rentang Nilai Frekuensi Keterangan

≥66 8 Tuntas

<66 16 Tidak Tuntas

Jumlah Siswa 24

Tuntas = 8 Tidak Tuntas = 16

KKM = 66 Sumber: SD Negeri 5 Karang Anyar

Tabel 1.5 Hasil Belajar IPS Siswa kelas IV SDN 5 Karang Anyar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014

Rentang Nilai Frekuensi Keterangan

≥66 8 Tuntas

<66 16 Tidak Tuntas

Jumlah Siswa 24

Tuntas = 8 Tidak Tuntas = 16

KKM = 66

Berdasarkan data aktivitas siswa pada tabel 1.1 di atas, terlihat aktivitas siswa yang rendah yaitu 3 siswa aktif (12,5%), 5 siswa cukup aktif (20,8%), 5 siswa kurang aktif (20,8%), dan 11 siswa sangat kurang aktif(45,9%). Sedangkan hasil penilaian sikap siswa pada tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa dari 24 orang siswa yang mengikuti pembelajaran, jumlah siswa yang termasuk dalam predikat “Sangat Baik” berjumlah 3 orang siswa (8,33%), yang termasuk dalam predikat “Baik” berjumlah 4 orang siswa (16,67%), yang termasuk dalam predikat “Cukup” berjumlah 9 orang siswa (41,67%), dan yang termasuk predikat “Kurang” berjumlah 8 orang siswa (33,33%). Selanjutnya berdasarkan hasil penilaian keterampilan siswa pada tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa dari 24 orang siswa yang mengikuti pembelajaran, siswa yang termasuk dalam predikat “Sangat Baik” berjumlah 2 orang siswa (8,33%), yang termasuk dalam predikat “Baik” berjumlah 4 orang siswa (16,67%), yang termasuk dalam predikat “Cukup” berjumlah 9 orang siswa


(21)

(37,5%), dan yang termasuk predikat “Kurang” berjumlah 9 orang siswa (37,5%).

Sedangkan berdasarkan data hasil belajar IPS pada tabel 1.4 di atas, pada saat guru mengadakan evaluasi sebagian siswa tidak tidak dapat mengerjakan soal test sehingga hasil evaluasi siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu nilai di bawah KKM. KKM untuk pelajaran IPS yang telah ditentukan oleh sekolah SDN 5 Karang Anyar yaitu 66. Dari 24 siswa hanya 8 orang siswa yang mendapat ≥66 atau 33% dan sebanyak 16 orang siswa atau 67% belum mencapai KKM.

Sedangkan berdasarkan data hasil belajar IPS pada tabel 1.5 di atas, Dari 24 siswa hanya 8 orang siswa yang mendapat ≥66 atau 33% dan sebanyak 16 orang siswa atau 67% belum mencapai KKM. Hasil belajar tersebut sudah merupakan gabungan dari 3 ranah penilaian yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut di atas, diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN 5 Karang Anyar agar siswa lebih aktif dan kreatif sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah metode discovery. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses,


(22)

mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Metode pembelajaran ini dapat digunakan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, kiranya perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga peneliti mengangkat judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik dengan Tema Cita-citaku melalui Metode Discovery pada Siswa Kelas IV SDN 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar pelajaran IPS siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari 24 siswa hanya 8 (33%) orang siswa yang termasuk dalam kategori siswa aktif.

2. Rendahnya hasil belajar pelajaran IPS siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari 24 siswa hanya 8 (33%) orang siswa yang nilainya mencapai KKM (66).

3. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teaching centered) textbook centered dan monomedia.

4. Guru belum secara optimal menggunakan variasi metode-metode pembelajaran.


(23)

6. Masih sering terjadi pemisahan mata pelajaran dalam pembelajaran tematik

7. Guru belum menggunakan metode discovery dalam pembelajaran tematik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya aktivitas siswa kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar tahun pelajaran 2013/2014

2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar tahun pelajaran 2013/2014

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah metode discovery dengan tema cita-citaku dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Apakah metode discovery dengan tema cita-citaku dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IVA SDN 5 Karang


(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar melalui metode Discovery pada siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 2. Meningkatkan hasil belajar IPS melalui metode Discovery pada siswa

kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Lampung Selatan dan menumbuhkembangkan potensi yang ada dalam diri siswa 2. Guru, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelasnya, serta menambah wawasan dalam mengembangkan kemampuan guru dalam penerapan metode Discovery. Serta mampu menciptakan pembelajaran yang bervariasi,aktif, menarik, dan kondusif.

3. Sekolah, merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui metode Discovery. 4. Peneliti, dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman


(25)

guru mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara professional khususnya dalam proses pembelajaran. Serta mampu menciptakan pembelajaran yang bervariasi,aktif, menarik, dan kondusif.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Hampir semua pakar bidang psikologi dan pendidikan menyepakati bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku.

Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2012 : 7) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dankecakapan.” Sedangkan Gagne, Berliner dan Hilgrad dalam Hanafiah dan Suhana (2012: 7) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”.

Sementara itu, Hilgrad dan Gordon dalam Oemar Hamalik (2009: 48) menyatakan bahwa “belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku


(27)

dasar kecenderungan-kecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan dan sebagainya)”.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Slameto (2010: 2) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain secara keseluruhan, sebagai mana pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Selain itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam Nabisi Lapono (2008: 1.14) menyebut “belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan belajar merupakan perubahan kepribadian dan tingkah laku secara keseluruhan dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran.

.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa. Pembelajaran dilakukan oleh guru untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut


(28)

Oemar Hamalik (2009: 57) “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran” . Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar”.

Sejalan dengan itu, Sudjana (2010: 28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Sementara, Trianto (2010: 17) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan.

3. Pengertian Aktivitas Belajar


(29)

aktivitas. Aktivitas siswa bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok. Menurut Dimyati & Mudjiono, (2006: 236) “aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain”. Sedangkan menurut Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa “aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”.

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 23) “proses aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan mental mengolah bahan ajar atau pengalaman lain yang dilakukan oleh siswa menyangkut sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan


(30)

pendidikan. Untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar tidak akan dicapai siswa apabila siswa tersebut tidak memperhatikan cara-cara dan faktor yang menunjang keberhasilan belajar tersebut.

Bloom dalam Suprijono (2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), applicatian (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).Domain psikomotor meliputi initiotory, pre-routine, rountinized.Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Gagne dalam Suprijono (2010: 5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Sedangkan Menurut Oemar Hamalik (2009: 33) “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dicapai setelah belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(31)

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian metode pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 580) “metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja bersistem untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Sejalan dengan itu, T. Raka Joni dalam Soli Abimayu

(2008: 2.5) mengartikan “metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif

umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu”.

Sementara itu, Menurut Sudjana, (2005: 76) “metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran”. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara pembelajaran yang digunakan oleh

guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Masing-masing metode pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Sanjaya, dkk dalam Nabisi Lapono (2008: 6.2) mengemukakan “berbagai metode pembelajaran, baik metode


(32)

pembelajaran yang lebih berpusat pada guru maupun yang lebih berpusat pada siswa. Metode pembelajaran yang lebih berpusat pada guru meliputi : ceramah, tanya-jawab, dan demonstrasi”.

1. Metode ceramah

Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan berbahasa, intonasi suara, penggunaan media, dan variasi gaya mengajar lainnya sangat menentukan keberhasilan metode ini.

2. Metode tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu anak usia SD harus ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia yang kreatif. Untuk itu guru harus menguasai keterampilan bertanya dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi didalam menciptakan situasi yang kondusif bagi terlaksananya tanya jawab yang mendidik.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu,


(33)

proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.

Sedangkan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa menurut Kartawisastra, dkk dalam Nabisi Lapono (2008: 7.2) “meliputi : kerja kelompok, karya wisata, discovery, eksperimen, pengajaran unit, dan pengajaran dengan modul dan inquiry.

1. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok

dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi

pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama.

2. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata atau studi wisata sebagai metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang ada di tempat itu.

3. Metode Discovery

Sund dalam Soli Abimanyu (2008: 7.10) berpendapat bahwa “discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”.

Discovery diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode


(34)

discovery mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

4. Metode Eksperimen

Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.

5. Metode Pengajaran Unit

Metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan pembelajaran terpadu. 6. Pengajaran Dengan Modul

Modul adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum pindah ke unit yang lain

7. Metode Inquiry


(35)

juga penemuan. Dengan kata lain, inquiry adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya”.

Berdasarkan jenis-jenis metode yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti memilih metode discovery karena metode jenis ini dinilai cocok untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode discovery juga belum diterapkan dalam pembelajaran di SDN 5 Karang Anyar. Guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa. Akan tetapi, apabila menggunakan metode discovery maka siswa akan aktif dalam pembelajaran karena mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

C. Metode Discovery

1. Pengertian Metode Discovery

Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,

beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.


(36)

discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Sedangkan Menurut Hanafiah dan Suhana dalam Suprapto (2010: 7) “metode discovery merupakan suatu rangkain pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyalidiki secara sistematis,kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode discovery dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memperoleh sendiri pengetahuan baru melalui pengamatan, percobaan dan penyelidikan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.

2. Kelebihan Metode Discovery

Menurut Soli Abimanyu (2008: 7.10) kelebihan dari metode discovery yaitu:

a. Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan. b. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. c. Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

d. Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. f. Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau

fasilitator.

3. Kelemahan Metode Discovery


(37)

yaitu:

a. Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yangpandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustrasi.

b. Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.

c. Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.

d. Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

e. Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.

Solusi untuk mengatasi kelemahan metode tersebut menurut Abimanyu (2008: 7.11) yaitu:

a. Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi. b. Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas

sehingga tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal. c. Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah

terbiasa dengan metode ini maka gunakanlah metode penemuan bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.

4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Discovery

Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery dalam Soli Abimanyu (2008: 7.12) adalah:

1. Kegiatan Persiapan

a) Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment). b) Merumuskan tujuan pembelajaran.

c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas.

d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Kegiatan Pelaksanaan Penemuan


(38)

Kegiatan Pembukaan

a) Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.

b) Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

c) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

Kegiatan Inti

a) Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.

b) Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.

c) Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan. d) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. e) Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika

diperlukan.

f) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. g) Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. h) Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. Kegiatan Penutup

a) Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. b) Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.

c) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

5. Langkah-langkah Yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Metode Discovery

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode discovery menurut Hanafiah dan Suhana dalam Suprapto (2010: 9)

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa 2. Seleksi pendahuluan terhadap konsep 3. Seleksi bahan /masalah yg akan dipelajari

4. Menemukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik

5. Mengecek pemahaman pesrta didik terhadap permasalahan yang akan diselidiki dan ditemukan

6. Mempersiapkan setting kelas

7. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan


(39)

9. Menganalisis sendiri atas data temuan

10.Merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik 11.Member penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam

melakukan penemuan

12.Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi hasil temuan

D. Pembelajaran Tematik Terpadu

Kurikulum yang tengah dikembangkan saat ini adalah Kurikulum 2013, dimana dalam penerapannya menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek pembelajaran, baik intra maupun antarmata pelajaran.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “tematik diartikan sebagai berkenaan dengan tema. Tema sendiri adalah pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak dan sebagainya). Sedangkan, terpadu berarti sudah padu (disatukan, dilebur menjadi satu dan sebagainya)”. Dari uraian tersebut, terlihat bahwa dua kata tersebut tampak berbeda, namun sebenarnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada proses penyatuan. Jika “tematik” pada dasarnya berorientasi pada satu wujud melalui penyesuaian dengan suatu tema (objek) tertentu, maka “terpadu” adalah membuat wujud baru yang satu dengan cara meleburkan berbagai wujud asal yang berbeda-beda.

Depdiknas dalam Trianto (2009: 79) menyatakan “pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran terpadu termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu, istilah pembelajaran tematik pada dasarnya


(40)

adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Jadi, dapat disimpulkan Pembelajaran tematik atau dapat juga disebut pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan/mengaitkan pokok bahasan pada minimal dua mata pelajaran atau lebih menjadi satu tema yang berkaitan studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.

E. Tema Cita-citaku

Cita-citaku merupakan tema ketujuh dalam pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas IV Sekolah Dasar dan dilaksanakan pada pembelajaran di semester genap. Tema ini memiliki tiga buah subtema yang masing-masing subtema memiliki 6 pembelajaran. Subtema 1 berjudul Aku dan cita-citaku, subtema 2 berjudul Hebatnya Cita-citaku dan subtema 3 berjudul Giat Berusaha Meraih Cita-cita.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subtema 2 yaitu “Hebatnya Cita- citaku” dan subtema 3 “Giat Berusaha Meraih Cita-cita”. Pada subtema 2, pembelajaran 1 diisi dengan kegiatan membuat percakapan mengenai kehebatan cita-cita, melakukan percobaan bunyi dengan menggunakan


(41)

steteskop sederhana dan mengulas informasi bacaan mengenai suatu cita-cita. Pada pembelajaran 2, diisi dengan kegiatan mengeksplorasi jaring-jaring suatu bangun ruang, mencari informasi suatu cita-cita dan mengulas informasi bacaan mengenai suatu cita-cita.

Selanjutnya, pembelajaran 3 diisi dengan kegiatan membuat suatu percakapan, mengulas informasi bacaan mengenai suatu cita-cita dan melakukan percobaan bunyi. Pada pembelajaran 4, berisikan kegiatan berkreasi membuat barang daur ulang dari barang bekas, menggambar dan membuat jaring-jaring bangun ruang dan mencari infomasi mengenai suatu cita-cita. Pada pembelajaran 5, berisi tentang perkembangan teknologi, aktivitas kebugaran jasmani dan mencari informasi satu jenis pekerjaan. Dan yang terakhir, pada pembelajaran 6 berisi kegiatan menuliskan manfaat kerja sama dan berkreasi membuat diorama.

Sedangkan pada subtema 3 pembelajaran 1 berisi tentang mencari informasi tentang cita-cita menjadi astronaut, mewawancarai teman dan menuliskan usaha apa saja yang perlu dilakukan untuk meraih cita-cita, mempraktikan sebuah drama, dan menuliskan keberagaman sifat diri. Pada pembelajaran 2, berisi tentang menyimak cerita dan menentukan gagasab utama dalam setiap paragraph, mengambil nilai-nilai penting dari isi cerita, dan menuliskan teknologi apa saja yang membantu manusia dalam mewujudkan cita-citanya. Pada pembelajaran 3 berisi tentang menulis ringkasan cerita, menjelaskan tentang macam-macam dan contoh-contoh dan menghitung besar sudut, menuliskan bentuk kerja sama yang terjadi dalam belajar. Selanjutnya pada


(42)

pembelajaran 4 berisi tentang menjawab pertanyaan mengenai pekerja, menentukan bangun segi empat dan menentukan besar sudut pada segi empat, serta melakukan permainan lari meloncati rintangan kardus, meloncati ban dan loncat tegak untuk kebugaran.

Pada pembelajaran 5 berisi tentang menyanyikan lagu daerah dan belajar menyanyikan solmisasi, menuliskan usaha yang perlu dilakukan untuk menjadi penyanyi, menuliskan perbedaan sifat dan manfaat kerja sama, menuliskan manfaat teknologi alat music bagi penggunanya, dan berkreasi membuat alat musik sederhana. Pada pembelajaran 6 berisi tentang berlatih menari sajojo, menuliskan tentang cita-cita menjadi penari dan menuliskan sifat-sifat dan ciri-ciri segitiga.

Pembelajaran subtema 2 dan 3 tersebut akan diterapkan dengan menggunakan metode discovery, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan menumbuhkan sikap kepedulian dan kerja sama dan membuat mereka menjadi lebih memahami materi pembelajaran.

F. Kurikulum 2013

Pada tahun ajaran 2013/2014 telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dengan perubahan kurikulum ini diharapkan dapat

membawa perubahan pendidikan menjadi yang lebih baik.

Menurut Mulyasa (2013: 163) implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini


(43)

dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama, kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer knowledge). Kedua, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari perkembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadia dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Pada kurikulum 2013 ini, penilaian menggunakan penilaian autentik. Kunandar (2013: 35) “penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntunan kompetensi yang ada di standar kompetensi atau kompetensi inti dan kompetensi dasar”.

G. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Terpadu

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang dan menyeluruh sehingga dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.


(44)

Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Salah satu cakupan dalam proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Menurut Kunandar (2013: 35) “penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar”.

Dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes yaitu mengukur kompetensi berdasarkan hasil saja, menuju penilaian autentik yaitu mengukur kompetensi sikap,keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Menurut Kunandar (2013: 38), penilaian autentik memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk,


(45)

dipastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif. Penilaian autentik dalam pembelajaran tematik terpadu dapat didesain saat guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memerhatikan kompetensi-kompetensi yang diharapkan dan alur skenario pembelajarannya. Guru dapat dengan mudah menentukan jenis penilaian autentik apa yang akan diterapkan pada pembelajaran tematik terpadu yang telah didesain sesuai dengan tujuan, prinsip dan hakikat penilaian autentik.

H. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi, peneliti mendapatkan masalah bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Karang Anyar, khususnya


(46)

pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan masalah tersebut, perlu digunakannya metode discovery pada pembelajaran tematik dalam penerapan kurikulum 2013 agar hasil belajar dan aktivitas siswa dapat meningkat. Untuk lebih jelas mengeni kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan kerangka pikir

Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik, guru menyajikan materi ajar berdasarkan tema tidak lagi terpisah seperti halnya mata pelajaran. Hasil observasi menunjukan bahwa guru belum menerapkan kurikulum 2013 tersebut secara maksimal. Kurikulum 2013 telah dipermudah dengan adanya panduan untuk merencanakan perangkat pembelajaran. Buku ajar sudah disusun berdasarkan tema dan kegiatan pembelajaranya tapi guru masih menyampaikan materi ajar secara terpisah

MASALAH

TINDAKAN

HASIL

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa

2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa

1. Kurilum 2013 2. Tematik terpadu 3. Metode discovery

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa

2. Meningkatkan hasil belajar siswa meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor


(47)

belum dikaitkan dengan tema. Selain itu, kurikulum juga menuntut guru agar dapat mengoptimalkan penggunaan berbagai metode pembelajaran dan pemanfaatan media sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran kepada siswa.

Metode discovery dalam penerapnnya mempunyai relevansi dengan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific. Langkah-langkah dalam metode pembelajaran discovery memberi kesempatan kepada ssiswa untuk lebih berpikir kritis untuk menemukan penemuan-penemuan baru.

Hasil yang diharapkan melalui penerapan metode discovery ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor.

I. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan/ pernyataan sementara yang kebenarannya masih perlu diuji dalam penelitian. Hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “hipotesis ialah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan”. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2000: 210) “hipotesis ialah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan suatu dugaan atau pernyataan yang kebenarannya masih perlu dibuktikan. Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan


(48)

hipotesis penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Bahwa dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar tahun pelajaran 2013/2014

2. Bahwa dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar tahun pelajaran 2013/2014


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Wardhani, dkk., (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sedangkan Menurut Arikunto, dkk (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Arikunto, dkk (2011: 16) mengemukakan dalam pelaksanakan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajaran tercapai.


(50)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Arikunto, (2006: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung selatan.

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini akan direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/ 2014 selama kurang lebih 4 bulan, terhitung dari bulan Maret sampai dengan Juni 2014. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian .

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri5 Karang Anyar dengan jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 14 orang siswa

Perencanaan

SIKLUS I Refleksi

Pelaksanaan Obsevasi

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Obsevasi DST


(51)

laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Penelitian ini akan dilaksanakan secara kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang telah diperoleh selama penelitian tindakan kelas yaitu dengan teknik tes dan non tes.

1. Teknik Tes

Pada akhir setiap pembelajaran perlu dilakukan penilaian untuk mengukur pencapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu. Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Menurut Arikunto (2006: 150) Teknik tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif (angka) berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Melalui tes ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan metode discovery.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Anas Sudijono (2011: 76) teknik nontes merupakan teknik pengukuran yang dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan


(52)

angket (questionaire) dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).

Observasi digunakan untuk mengetahui apakah melalui tema cita-citaku menggunakan metode discovery di kelas IVA SD Negeri 5 Karang Anyar akan lebih efektif, apa pengaruhnya untuk siswa serta bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah soal tes dan lembar observasi.

1. Tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IVA dalam pembelajaran tematik terpadu pada tema “cita-citaku” melalui metode discovery. Tes hasil belajar bisa berupa tes formatif yang diberikan pada akhir subtema atau pokok bahasan.

2. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan observer untuk mengamati aktivitas siswa, hasil belajar afektif, dan psikomotor saat pembelajaran berlangsung dalam penerapan metode discovery. Berikut ini adalah tabel pengamatan yang kemudian skornya akan dikonversi ke skala nilai, yaitu


(53)

Tabel 3.1 Instrumen Data Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Jumlah skor

Nilai aktivitas

siswa Partisipasi Minat Perhatian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 4 5 dst

Sumber: diadopsi dari Aqib

Tabel 3.2 Indikator Aktivitas Siswa No. Aspek yang

diamati

Indikator

1. Partisipasi

a. Mengajukan pertanyaan

b. Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru c. Mengemukakan pendapat

d. Melakukan semua tahapan pembelajaran dengan baik

2. Minat

a. Antusias/semangat dalam mengikuti pembelajaran

b. Tertib terhadap instruksi yang diberikan c. Menampakkan rasa ingin tahu ketika proses

belajar berlangsung

d. Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

3. Perhatian

a. Tidak membuat kegaduhan b. Mendengarkan pendapat teman

c. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama

d. Melaksanakan perintah guru Sumber: diadopsi dari Aqib

Tabel 3.3 Rubik penilaian tiap aspek yang diamati

Skor Keterangan

4 Jika keempat poin dalam aspek yang diamati muncul selama pengamatan

3 Jika hanya tiga poin aspek yang muncul 2 Jika hanya dua poin aspek yang muncul 1 Jika hanya satu poin aspek yang muncul Sumber: diadopsi dari Aqib


(54)

b. Instrumen pengumpulan data dalam kompetensi kognitif (pengetahuan). Peneliti menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal-soal pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk dapat berpikir kritis, selain itu tes tulis juga dapat berupa soal pilihan ganda, isian/jawaban singkat, benar-salah dan uraian. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Instrumen pengumpulan data dalam kompetensi afektif (sikap).

Peneliti melakukan penilaian kompetensi sikap melalui lembar observasi. Instrumen yang digunakan untuk observasi adalah daftar cek atau skala nilai. Pada penilaian hasil belajar afektif siswa, peneliti memilih sikap rasa ingin tahu, kreatif dan kerja sama untuk diteliti. Berikut adalah contoh instrumen lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar kompetensi sikap siswa:


(55)

Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Indikator Sikap Siswa

No. Sikap yang diamati Indikator

1 Rasa ingin tahu

a. Mempertanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan konsep yang dibahas. b. Menggunakan semua panca indranya

untuk mengenal atau mengamati suatu objek atau benda.

c. Senang menjajaki buku, gambar, objek dan sebagainya untuk mencari gagasan baru.

d. Melakukan eksperimen terhadap benda atau objek.

2 Kreatif

a. Membentuk suatu konsep dengan caranya sendiri

b. Memiliki wawasan/ide yang luas dalam menciptakan suatu karya

c. Pantang menyerah dalam usaha menciptakan suatu karya

d. Mampu memadukan dan memanfaatkan sesuatu yang terdapat disekitarnya untuk menjadi sebuah karya

3 Kerja sama

a. Bersedia membantu teman tanpa mengharap imbalan

b. Aktif dalam kerja kelompok

c. Mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi

d. Membagi tugas kepada teman dalam berdiskusi/ tidak mendominasi (Kemendikbud Buku Guru Tema Cita-citaku: (2013)

e. Pengumpulan data dalam kompetensi psikomotor (keterampilan). Peneliti menilai kompetensi keterampilan siswa melalui penilaian kinerja. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian. Pada penilaian hasil belajar kompetensi psikomotor (keterampilan) ini, peneliti memilih unjuk kerja siswa seperti membuat sebuah teks percakapan, percobaan membuat steteskop sederhana, dan lain-lain.


(56)

Tabel 3.5 Indikator Keterampilan Mengemukakan Pendapat Indikator Skor Indikator Operasional

Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis

4 Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis sangat jelas

3 Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis dengan jelas

2 Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis kurang jelas

1 Menyampaikan gagasan secara lisan dan logis tidak jelas

Menggunakan bahasa yang baik

4 Menggunakan bahasa yang baik sangat jelas 3 Menggunakan bahasa yang baik dengan jelas 2 Menggunakan bahasa yang baik kurang jelas 1 Menggunakan bahasa yang baik tidak jelas

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data terhadap aktivitas

siswa, sikap dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran. Data

diperoleh dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi.

a. Rumus analisis aktivitas belajar siswa Keterangan:

NA = Nilai Aktivitas JS = Jumlah Skor SM = Skor Maksimum 100% = Bilangan tetap Sumber: Adaptasi dari Aqib (2009: 41)


(57)

Tabel 3.6. Kualifikasi Hasil Observasi Nilai Aktivitas (NA) Yang

Diperoleh Kualifikasi 80 % < NA < 100% Sangat Aktif

60 % < NA < 80% Aktif

40 % < NA < 60% Cukup Aktif 20 % < NA < 40% Kurang Aktif

0 % < NA < 20% Sangat Kurang Aktif Sumber: (Prayitno, 2010: 49)

b. Rumus Analisis Sikap Siswa

Tabel 3.7 Konversi Nilai Kompetensi Sikap (Afektif) Siswa

No Nama Siswa

Indikator/Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Predikat kategori Rasa Ingin Tahu Kreatif Kerja Sama 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan:

1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = amat baik Skor/Nilai:


(58)

90-100 = A (amat baik) 80-89 = B (baik) 70-79 = C (cukup) 60-69 = D (kurang baik)

c. Rumus Analisis Keterampilan Siswa

2. Analisis Kuantitatif

Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus. Dapat dihitung menggunakan teknik persentase.

a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual.

Keterangan:

NA = Nilai Akhir yang dicari

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban yang benar pada tes TS = Total Skor maksimum dari tes

(Purwanto, 2008:112)

b. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa ̅ ∑

Keterangan: ̅ = Nilai rata-rata siswa

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa ∑N = Jumlah siswa


(59)

c. Ketuntasan klasikal

Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.

G. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian tindakan kelas yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran tematik terpadu pada tema “cita-citaku” menggunakan metode discovery pada subtema 2 Hebatnya Cita-citaku pada pembelajaran 1 dan 2 pada siklus I. sedangkan subtema 3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita pada pembelajaran 1 dan 2 direncanakan akan dilaksanakan sampai siklus ke II. Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai


(60)

dengan kurikulum.

2. Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode discovery dengan tema “cita-citaku” subtema 2 Hebatnya Cita-citaku pembelajaran 1.

3. Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment). 4. Merumuskan tujuan pembelajaran.

5. Menyiapkan materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi pelajaran itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Materi pelajaran tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas.

6. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal

1. Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan.

2. Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

b. Kegiatan Inti

1. Mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan (discovery).


(61)

masalah yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.

4. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. 5. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika

diperlukan.

6. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

7. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan (discovery). 8. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya

c. Kegiatan Akhir

1. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. 2. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.

3. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa dengan cara memberikan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi


(62)

belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan metode discovery berlangsung. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.

Siklus II

Siklus II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran tema cita-citaku melalui penerapan metode discovery. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Berikut langkah-langkah dalam siklus II:

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus II peneliti mempersiapkan proses pembelajaran melalui penerapan metode discovery. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.

2. Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode discovery dengan tema “cita-citaku” subtema 2 Hebatnya Cita-citaku pembelajaran 1.

3. Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment). 4. Merumuskan tujuan pembelajaran.


(63)

itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Materi pelajaran tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas.

6. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II, tema pembelajarannya adalah “cita-citaku” dengan subtema 3 yaitu “Giat Berusaha Meraih Cita-cita”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal

1. Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.

2. Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

b. Kegiatan Inti

1. Mengemukakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan (discovery).

2. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan masalah yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.


(64)

5. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan.

6. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

7. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan (discovery). 8. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya

c. Kegiatan Akhir

1. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. 2. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.

3. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa

mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa dengan cara memberikan tanda checklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus kedua adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan metode discovery. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.


(65)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa secara klasikal minimal mencapai kualifikasi “Aktif” yaitu apabila 60 % < NA < 80%.

2. Tingkat keberhasilan belajar siswa mencapai 75% dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66.


(1)

50

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa secara klasikal minimal mencapai kualifikasi “Aktif” yaitu apabila 60 % < NA < 80%.

2. Tingkat keberhasilan belajar siswa mencapai 75% dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 66.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode discovery pada pembelajaran tematik dengan tema “cita-citaku” kelas IVA SDN 5 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa yang meningkat pada setiap siklusnya, yakni nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I mencapai 50% yang termasuk dalam kategori “cukup aktif”, nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus II mencapai 81,25% yang termasuk dalam kategori “sangat aktif”. Peningkatan nilai rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 31,25%.

2. Dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVA SDN 5 Karang Anyar. Data awal menunjukkan, dari 24 orang siswa yang mengikuti pembelajaran, terdapat 16 orang siswa (75%) yang hasil belajarnya masih di bawah KKM atau dinyatakan belum tuntas. Sedangkan siswa yang dinyatakan tuntas hanya 8 orang siswa


(3)

91

(25%). Pada Siklus I terlihat dari 24 orang siswa, terdapat 14 orang siswa (48,83%) belum tuntas, sedangkan yang tuntas mencapai 10 orang siswa (41,67%). Jika dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari 8 orang siswa (25%) menjadi 10 orang siswa (41,67%). Dengan demikian pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 2 orang siswa (8,33%).

Pada siklus II, dapat dilihat bahwa dari 24 orang siswa terdapat 4 orang siswa (16,67%) yang nilainya belum tuntas dan terdapat 20 orang siswa (83,33%) yang nilainya tuntas. Jika dibandingkan dengan siklus I, jumlah siswa yang dinyatakan tuntas mengalami peningkatan dari 10 orang siswa (41,67%) menjadi 20 orang siswa (83,33%). Dengan demikian pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 10 orang siswa (41,67%). Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas pada data awal sebesar 61,73dan meningkat sebesar 4,42 menjadi 66,15 di siklus dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 9,75 menjadi 75,9. Hasil belajar tersebut merupakan gabungan nilai dari seluruh aspek penilaian yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini dasampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery yaitu:

1. Bagi siswa


(4)

sehingga siswa dapat lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

b. Siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa untuk mengungkapkan pendapat dan ide-ide baru serta mengembangkan cara berpikir kritis dan kreatif.

c. Siswa harus belajar dengan giat untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Guru

a. Guru harus menggunakan berbagai sumber, bahan dan media pembelajaran secara maksimal.

b. Guru memberikan motivasi dan dorongan kapada siswa agar lebih aktif mengikuti kegiatan pembelajaran

c. Guru harus menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran agar dapat lebih maningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah

a. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan penggunaan berbagai macam metode dan media pembelajaran untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam mengajar

b. Sekolah hendaknya melengkapi sarana dan prasarana agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat meneliti lebih lanjut penggunaan metode discovery dalam proses pembelajaran untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa.


(5)

93

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto,dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta. Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti.

Jakarta.

Fatimah. (2011). Upaya Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Dengan Metode Discovery(Discovery Learning). Skripsi. FKIP: Universitas Lampung

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid II. Andi. Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika

Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010.Penelitian Tindakan Kelas. Rajawali Grafindo Persada.Jakarta. ________. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers.

Lapono, Nabisi dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Remaja Rosdakaya.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Prayitno, Edi & Sri Wulandari. 2010. Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Matematika Di SD (Versi Ebook. Pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK) matematika. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprapto. (2012). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Discovery Pada Pembelajaran IPA di Kelas IVA SD Negeri 8

Metro Timur Tahun Ajaan 2011/2012. Skripsi. FKIP: Universitas

Lampung

Sudjana,Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Tim Penyusun. 2013. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Peraturan Mendiknas No.66 Tahun 2013). Depdiknas. Jakarta.

Tim Redaksi.2013. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2013. Sinar Grafika. Jakarta

Wardhani, Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.

Zainal, Aqib. 2013. Model-Model, Media, Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA KEGIATANKU SISWA KELAS 1 SDN LANDUNGSARI 2 MALANG

0 9 26

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN SUKARAJA RAJABASA LAMPUNG SELATAN

0 16 51

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA CITA-CITAKU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU TAHUN 2013/2014

5 31 71

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 58

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 62

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GEDUNG AGUNG KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

0 5 44

Melalui Metode Inquiry Dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

0 9 83

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK DENGAN TEMA CITA-CITAKU MELALUI METODE DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SDN 5 KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

0 8 69

MELALUI METODE INQUIRI DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 4 KARANG ANYAR KECAMATAN JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN

0 5 63

Kelas 04 SD Tematik 7 Cita citaku Siswa

0 2 112