Air Rebusan Daun Sirih Untuk Meningkatka
Air Rebusan Daun Sirih (Piper Betle Linn) sebagai Antiseptik pada Uterus Sapi Betina Post Partus
untuk Meningkatkan Reproduktivitas dan Produktivitas
Sekar Sulistiyo1a, Fadly Akbar Parinduri2b, Ratih Dewi Purnama Sari3c, dan Andriyanto4d
1,2,3
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga,Bogor 16680 Indonesia
a
E-mail: [email protected], bE-mail: [email protected], cEmail: [email protected]
4
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga,Bogor 16680 Indonesia
d
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sektor peternakan sapi merupakan peluang usaha yang menjanjikan bagi sebagian masyarakat. Akan tetapi terdapat
permasalahan kesehatan sapi yang dapat menurunkan nilai produktivitas sapi. Salah satu contoh masalah dalam
peternak rakyat adalah gangguan pada saluran reproduksi sapi betina yaitu pembusukan uterus post partus.
Pembusukan tersebut terjadi karena adanya infeksi bakteri pada uterus oleh sisa dari plasenta yang belum keluar.
Plasenta yang belum keluar tersebut membusuk ketika tingkat kebersihan vagina dari sapi tidak terjaga. Hal ini
dapat menimbulkan infeksi maupun peradangan yang nantinya menurunkan nafsu makan sapi serta penurunan
reproduktivitas dan produktivitas sapi. Pemberian air rebusan daun sirih ke dalam uterus sapi melalui lubang vagina
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas alat reproduksi sapi karena terdapat
kandungan antiseptik. Daun sirih mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang
merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol,
kavibekol, estragol, dan terpinen. Pemberian air rebusan daun sirih pada uterus secara langsung dapat
membersihkan sisa-sisa plasenta dan mengobati infeksi dalam uterus akibat bakteri. Uterus yang bersih akan
merangsang dinding uterus untuk menghasilkan hormon prostaglandin yang berfungsi membersihkan dan
menyuburkan kembali sistem reproduksi sapi. Penerapan pemberian air rebusan daun sirih ke dalam uterus sapi post
partus sangat mudah dan murah untuk dilaksanakan. Namun hal ini belum dikenal masyarakat. Penelitian dan studi
lapang penulis di kecamatan Getasan kabupaten Semarang, Jawa Tengah menunjukkan hasil yang sangat efektif dan
sudah mulai berjalan di daerah tersebut.
Kata Kunci: Sirih, Reproduksi, Produktivitas
PENDAHULUAN
Latar belakang
Peternakan sapi merupakan bisnis yang
menjanjikan di kalangan masyarakat Indonesia. Hal
ini dikarenakan beternak sapi dapat dilakukan dengan
relatif mudah. Tidak seperti halnya di bidang
teknologi dan informasi. Akan tetapi, sistem
peternakan di Indonesia masih memprihatinkan.
Peternakan sapi di Indonesai saat ini masih
didominasi oleh peternakan rakyat. Dikutip dari
antarjateng.com, Prof. Muladno yang merupakan
Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Indonesia
mengatakan bahwa kondisi peternakan di Indonesia
saat ini sangat memprihatinkan. Peternak hanya
memiliki dua sampai tiga ekor sapi dengan berbagai
keterbatasan seperti akses lemah dan pengetahuan
teknologi lemah.. Hingga saat ini, di Indonesia
jumlah sapi tidak seimbang dengan jumlah yang
dibutuhkan. Total populasi sapi nasional yang ada
hanya 16 juta ekor sapi, termasuk di dalamnya sapi
impor dan sapi betina.Beberapa faktor yang
menghambat sektor peternakan dalam negeri adalah
bibit ternak dan gangguan reproduksi. Penelitian
tentang pembibitan telah banyak dilakukan, namun
belum disosialisasikan dengan baik.Kegagalan
tersebut terjadi karena komunikasi yang tidak baik
antara Badan Litbang dan perguruan tinggi. Selain
itu, peternak tidak memiliki insentif dalam
mengadopsi teknologi baru yang disertai peningkatan
biaya. Faktor lainnya adalah tingginya angka
kematian dan pemotongan sapi yang tidak diimbangi
dengan angka kelahiran yang memadai. Gangguan
reproduksi post partus adalah salah satu sebab
rendahnya produktivitas sapi di Indonesia. Oleh
karena itu, penanggulangan dan penanganan penyakit
dan gangguan postpartus perlu mendapatkan
perhatian serius dari semua pihak karena pada
dasarnya penyakit dapat mengubah proses produksi
dan menimbulkan kerugian akibat penyakti menular.
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman obat.
Jenis tanaman obat yang masuk dalam kategori ini
mencapai lebih dari 1000 jenis. Salah satu di
antaranya adalah daun sirih (Piper betle). Daun sirih
telah dikenal oleh masyarakat Asia sejak lama
sebagai obat-obatan tradisional. Daun sirih dipercaya
mampu mengobati berbagai jenis penyakit, seperti
penyakit kulit, sakit gigi dan mulut, hidung berdarah,
abses, penyakit lambung dan ginjal, dan penyakit
saluran kelamin karena kandungan antiseptik di
dalamnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, menjadikan
penulis tertarik untuk menggagas suatu metode
penggunaan air rebusan daun sirih untuk
meminimalisir terjadinya infeksi saluran reproduksi
sapi betina post partus untuk meningkatkan
produktivitas dan reproduktivitas.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari uraian tersebut
adalah semakin menurunnya tingkat produktivitas
dan reproduktivitas sapi betina post partus akibat
infeksi bakteri pada saluran reproduksi sebagai akibat
kurangnya perawatan sapi oleh peternak.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah
untuk
meningkatkan
produktivitas
dan
reproduktivitas sapi melalui penggunaan air rebusan
daun sirih untuk sapi post partus pada saluran
reproduksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Reproduksi
Keberhasilan dalam menangani penyakit pada
ternak merupakan kunci keberhasilan suatu
peternakan. Penyakit-penyakit pada ternak dapat
disebabkan oleh parasit, jamur, virus, dan bakteri[1].
Gangguan reproduksi hewan terutamapada sapi perah
disebabkan oleh faktor manajemen dan penanganan
ternak, faktor makanan, lingkungan, faktor genetik
dan
fungsi
hormonal
serta
faktor
kecelakaan/traumatik. Gangguan reproduksi yang
umum terjadi pada sapi diantaranya endometritis,
distokia, abortus, hipofungsi ovari, korpus luteum
persisten dan sistik ovari [2].
Gangguan reproduksi yang tidak ditangani dan
diatasi dengan baik dapat menyebabkan kerugian
ekonomi yang cukup besar secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa faktor terpenting penyebab
dari gangguan reproduksi adalah endometritis dan
faktor kecelakaan atau traumatik. Kejadian tersebut di
antaranya adalah abortus dan distokia [3]. Kejadiankejadian tersebut dapat menyebabkan kurang
suburnya ternak penderita bila tidak ditangani dengan
serius.
Endometritis merupakan peradangan pada
endometrium (dinding rahim). Uterus (rahim) sapi
biasanya
terkontaminasi
dengan
berbagai
mikroorganisme (bakteri) selama masa puerpurium
(masa nifas). Gejalanya meliputi: leleran berwarna
jernih keputihan sampai purulen (kekuningan) yang
berlebihan,
uterus
mengalami
pembesaran
(peningkatan ukuran). Penderita bisa nampak sehat,
walaupun dengan leleran vulva purulen dan dalam
uterusnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis
terhadap fertilitas (pembuahan) adalah dalam jangka
pendek, menurunkan kesuburan, Calving Interval dan
S/C naik, sedangkan jangka panjang menyebabkan
sterilitas (kemajiran) karena terjadi perubahan
saluran reproduksi. Faktor predisposisi (pendukung)
terjadinya endometritis adalah distokia, retensi
plasenta, musim,kelahiran kembar, infeksi bakteri
serta penyakit metabolit [4].
Distokia merupakan keadaan hewan sulit lahir dari
keadaan normal. Distokia umumnya disebabkan
faktor maternal yang terlalu besar, posisi fetus
abnormal dilatasi serviks yang tidak sempurna,
terjadinya inersia uterus (kondisi uterus yang tidak
kontraksi atau karena kelelahan), terjadinya torsio
uterus, fetus yang kembar, dan fetus yang abnormal.
Penarikan paksa merupakan penanganan pada kasus
ini. Metode ini rawan terjadi perlukaan dan infeksi
pada dinding saluran kelamin betina sehingga
dianjurkan untuk memberikan antibiotik [5].
Abortus adalah pengeluaran fetus sebelum akhir
masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup
hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah
pengeluaran fetus sebelum masa akhir kebuntingan
dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar
tubuh induk [6]. Kejadian ini pula rawan terjadi
infeksi daerah organa genetalia ternak sapi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat hidup
dari sisa-sisa plasenta yang tidak dapat keluar dengan
sempurna. Hal ini juga dapat terjadi pada kasus
retensio sekundinae. Berdasarkan hal tersebut, perlu
diberikan antibiotik pada saluran kelamin betina
untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat
menurunkan produktivitas ternak.
Daun Sirih
Sirih adalah tanaman asli dari Malaysia Tengah
dan Malaysia Timur dan telah dibudidayakan lebih
dari 2500 tahun yang lalu di seluruh Malaysia dan
Asia Tropis. Sejak sirih diketahui memiliki sifat
seperti obat, tanaman ini telah banyak digunakan di
India, Indonesia, dan negara-negara di region IndoChina (Malaysia, Vietnam, Laos, Thailand,
Myanmar, Singapur). Sirih tidak dapat tumbuh di
daerah dengan suhu yang terlalu tinggi atau rendah
dan kelembaban udara yang rendah. Sirih akan
tumbuh subur dalam kondisi hutan lembab dengan
kelembaban yang relatif tinggi, tanah yang gembur,
dan kaya bahan organik dengan pH sekitar 7-7.5.
Sirih berkembang baik di daerah dengan curah hujan
tahunan 2250-4750 mm dan biasa dibudidayakan
pada ketinggian sampai dengan 900 m [7]. Daun sirih
berwarna hijau kekuningan sampai hijau gelap
dengan bagian atas yang mengkilap dan bentuk daun
seperti hati [7].Sirih merupakan tanaman botani
komersial yang paling menjanjikan karena memiliki
banyak nilai-nilai terapeutik. Daun sirih memiliki
potensi besar untuk bertindak sebagai antioksidan
alami dan sebagai antimikroba yang memiliki
spektrum yang luas terhadap berbagai strain bakteri.
Contonhnya, Bacillus cereus, Enterococcus faecalis,
Listeria monocytogenes, Micrococcus luteus,
Staphylococcus aureus, Aeromonas hydrophila,
Escherichia
coli,
Pseudomonas
aeruginosa,
Salmonella
Enteritidis,Streptococcus
mutans,
Streptococcus
pyogenes,Enterococcus
faecium,
Actinomycetes viscosus, Streptococcus sanguis,
Fusobacterium nucleatum, dan Prevotella intermedia
[7]. Daun sirih (Piper betle) dapat digunakan sebagai
antibakteri karena mengandung 4.2 % minyak atsiri
yang sebagian besar terdiri dari betepenol yang
merupakan isomer dari Euganol allypyrocatechine,
Cineol methyl euganol, Caryophillen (siskuiterpen),
kavikol, kavibekol, estragol, dan terpinan [8]. Daun
sirih juga memiliki aktivitas sebagai antijamur dan
antiprotozoal terhadap pathogen yang dapat
menyebabkan tifus, kolera, TBC dan lain-lain.
Ekstrak daun sirih juga menunjukkan aktivitas
gastroprotektif dengan meningkatkan produksi mukus
dan menurunkan produksi asam lambung [7].
Tabel 1. Nutritional composition of fresh betel leaf
No
Komposisi
Persentase Kandungan
1
Air
85-90%
2
Protein
3-3.5%
3
Lemak
0.4-1.0%
4
Mineral
2.3-3.3%
5
Serat
2.3%
6
Klorofil
0.01-0.25%
7
Karbohidrat
0.5-6.2%
8
Asam nikotinik
0.63-0.89 mg/100g
9
Vitamin C
0.005-0.01%
10
Vitamin A
1.9-2.9 mg/100g
11
Thiamine
10-70 g/100g
12
Riboflavin
1.9-30 g/100g
13
Tanin
0.1-1.3%
14
Nitrogen
2.0-7.0%
15
Phosphor
0.05-0.6%
16
Potasium
1.1-4.6%
17
Kalsium
0.2-0.5%
18
Besi
0.005-0.007%
19
Yodium
3.4 g/100g
20
Minyak Esensial
0.08-0.2%
21
Energi
44 kkal/100g
Sumber: Guha P. 2006. Betel leaf: the neglected green gold of India.
Daun sirih juga mengandung antioksidan,
antifungi, antiulcergenic, antiplatelet, antidiabetic,
immunomodulatory, antileshmanial, antimoebic, anti-
inflammatory,
antifilarial and antimicrobial,
antifertility, antihyperglycemic, antidermatophytic,
antinapecative, and radioprotective properties [9].
Daun sirih memiliki aktivitas biologi seperti aktivitas
sebagai antimikroba, aktivitas gastroprotective,
antioksidan, antidiabetic, radio protective activity,
memiliki efek terhadap sistem kardiovaskular atau
platelet
inhibition
activity,
antifertility,
cholinomimetic effect, hepato-protective activity, oral
care agent, and neuropharmacological profile[7].
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan
komponen minyak atsiri mempunyai aktivitas
antibakteriyaitu dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan bakteri patogen [10]. Air rebusan sirih
dapat digunakan sebagai obat batuk maupun sebagai
bakteriosid terutama Haemophylus influenzae,
Staphylococcus
aureus,
dan
Streptococcus
haemoliticus [11]. Pada uji antibakteri dengan metode
dilusi air rebusan daun sirih jawa dapat menghambat
pertumbuhan
Staphylococcus
aureus
dalam
konsentrasi 60% [12].
Minyak atsiri daun sirih (Piper betel) dari Srilanka
mempunyai nilai KHM yaitu sebesar 5,00 x
103μg/mL terhadap bakteri Staphylococusaureus,
1,00 x 104 μg/mL terhadap bakteri Staphylococus
epidermidis, 1,00 x 104 μg/mL terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa, 3,12 x 102μg/mL terhadap
bakteri Escherichia coli, 2,50 x 103μg/mL terhadap
Streptococcus yogenes [13]. Minyak atsiri daun sirih
pada konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Streptococcus agalactiae, tetapi
hanya dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus pada konsentrasi 25% dan 50% [14]. Ekstrak
etanol sirih merah mempunyai kemampuan
antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif khususnya terhadapStaphylococcus
aureus dengan KHM 25% dan Escherichia coli
dengan KHM 6,25% [15].
Secara umum daun sirih mengandung minyak
atsiri 1-4,2% yang terdiri dari hidroksikavikol,
kavikol, kavibetol, metal eugenol, karvakol, terpena,
seskuiterpena, fenilpropana, tannin, enzim diastasae
0,8- 1,8%, enzim katalase, gula, pati, vitamin A, B
dan C [16]. Sebesar 82,8% komponen penyusun
minyak atsiri daun sirih terdiri dari senyawa-senyawa
fenol, dan hanya 18,2% merupakan senyawa bukan
fenol [17]. Senyawa anti bakteri dapat bersifat
bakterisidal, fungisidal, maupun germisidal [18].
METODE PENELITIAN
Penilitian dilakukan pada sapi jenis FH. Jumlah
sapi yang digunakan berjumlah 350 ekor dan dapat
lebih di luar program. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Penelitian dilakukan dengan memberikan
edukasi kepada peternak tentang deteksi masa estrus
dan edukasi perawatan kandungan postpartus.
Daun sirih yang digunakan untuk penelitian
adalah jenis daun sirih hijau yang dapat dengan
mudah didapat peternak.. Pengolahan daun sirih
dilakukan dengan perebusan 15-20 lembar daun sirih
bersama 6-8 liter air. Perebusan dilakukan selama 1
jam. Hasil rebusan disaring dan didiamkan selama 24
jam.
Dosis pemberian adalah 3-4 liter per perlakuan.
Perlakuan dilakukan selama 2 minggu. Frekuensi
perlakuan adalah 2 kali perhari. Perlakuan dilakukan
dengan cara memasukkan secara langsung ke dalam
saluran reproduksi sapi dengan menggunakan botol
atau selang.Pada sapi yang sudah terlambat
penanganan dapat diberikan perlakuan 4 kali sehari
untuk perawatan luka lama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gangguan reproduksi pada sapi postpartum pada
umumnya kurang diperhatikan oleh masyarakat
peternak. Keadaan ini tampak dari produktivitas sapi
yang cenderung menurun tiap tahunnya. partum
menyebabkan pemulihan perlukaan kandungan
semakin lama, bahkan dapat menyebabkan infeksi
bakteri yang dapat mengakibatkan terjadi kegagalan
inseminasi buatan. Hal ini terjadi karena bibit tidak
dapat tertanam pada saluran reproduksi betina yang
tidak sehat.
Pada dasarnya daun sirih sudah digunakan untuk
berbagai kasus, seperti digunakkan untuk mencegah
terjadinya infeksi yang dapat menyebabkan mastitis
Perawatan saluran reproduksi menggunakan air
rebusan daun sirih digunakan pada kasus sapi yang
terlambat deteksi masa estrus. Keterlambatan deteksi
birahi menyebabkan kebuntingan dan kelahiran
terjadi dalam 2 sampai 3 tahun sekali. Permasalahan
ini terjadi karena sapi tidak mendapatkan penanganan
yang baik pada saat pasca kelahiran. Kebanyakan
masyarakat peternak lebih memerhatikan kondisi
pedet dibanding induk sapi, padahal induk sapi
membutuhkan perawatan pasca kelahiran selayaknya
manusia. Hal ini dikarenakan proses kelahiran pasti
meninggalkan trauma dan perlukaan pada saluran
reproduksi sapi.
Ketiadaan penanganan yang tepat pada sapi post
Pemberian air rebusan daun sirih secara rutin 2 kali
sehari menunjukkan hasil yang positif. Saluran
reproduksi betina, terutama uterus mengalami
pemulihan sehingga organ kembali normal dan sehat.
Kondisi saluran reproduksi
yang sehat
memberikan dampak yang positif pula bagi tingkat
reproduktivitas sapi. Saluran reproduksi yang sehat
menyebabkan persentasi keberhasilan inseminasi
buatan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan kebuntingan pada sapi.
Pada umumnya gangguan reproduksi seperti
endometritis disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang
sering ditemukan dalam kasus endometritis saluran
reproduksi sapi betina adalah Sthaphylococcus,
Streptococcus, dan E. coli. Efek pemberian air
rebusan daun sirih adalah pencegahan terjadinya
infeksi bakteri pada perlukaan dan trauma pasca
kelahiran sapi bunting. Daun sirih memiliki potensi
besar untuk bertindak sebagai antioksidan alami dan
sebagai antimikroba yang memiliki spektrum yang
luas terhadap berbagai strain bakteri. Contonhnya,
Bacillus cereus, Enterococcus faecalis, Listeria
monocytogenes, Micrococcus luteus, Staphylococcus
aureus, Aeromonas hydrophila, Escherichia coli,
Pseudomonas
aeruginosa,
Salmonella
Enteritidis,Streptococcus mutans, Streptococcus
pyogenes,Enterococcus
faecium,
Actinomycetes
viscosus, Streptococcus sanguis, Fusobacterium
nucleatum, dan Prevotella intermedia [7].
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nafsu
makan indukan sapi post partus meningkat. Selain itu
juga tidak terjadi pembusukan pada saluran
reproduksi sapi. Setelah jarak waktu kawin
dilaksanakan, IB mudah berhasil dan jarak bunting
tepat waktu. Hal tersebut karena sudah bersihnya
kembali saluran reproduksi sapi, dan hormon
prostaglandin sudah disekresikan. Saluran reproduksi
yang telah bersih secara otomatis produksi hormon
seperti FSH, estrogen, LH dapat berlangsung secara
teratur dan normal.
KESIMPULAN
Pemberian air rebusan daun sirih memberikan
mampu meningkatkan reproduktivitas sapi. Air
rebusan sirih mampu menghambat dan mencegah
pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat
menginfeksi uterus. Keberhasilan program pemberian
air rebusan daun sirih ditentukan oleh keteraturan
dalam pemberian air rebusan daun sirih pada saluran
reproduksi sapi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada drh.
Andriyanto yang telah banyak membimbing penulis
dalam menyusun tulisan ini. Ucapan terima kasih
juga kami haturkan kepada drh Mukhlas Y. Alamsyah
yang telah menjadi inspirasi dan guru kami di
lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Mas Trisno yang telah membantu penelitian
dan sebagai mediator kepada peternak di lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak Yogyakarta
(ID) : Universitas Gadjah Mada press
2.
Achjadi K. 2013. Manajemen Kesehatan
Reproduksi dan Biosekuriti. Makalah Pertemuan
Swasembada Persusuan di Indonesia. Yogyakarta.
Juni 2013
3.
Norafizah BM. 2014. Gangguan Produksi Pada Sapi
Perah dan Upaya Penanggulangannya (Studi kasus
di BPPT-SP Bunikasih, Cianjur, Jawa Barat)
[Skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor
4.
Ratnawati D, Pratiwi WC, Lukman AS. 2007.
Petunjuk
Teknis
Penanganan
Gangguan
Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruan (ID) :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
5.
Whittier WD, Currin NM, Currin JF, Hall B. 2009.
Calving Emergences in beef cattle : identification
and prevention. Di dalam Virgina Cooperation
Extension Publication. Pp : 400-18
6.
Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan Pada Ternak
dan Kerbau. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia
Press.
7.
Pradhan D, Suri KA, Pradhan DK, Biswasroy P.
2013. Golden heart of the nature: Piper betle L.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
1(6): 147-167
8.
Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia.
Jakarta (ID) : Dian Rakyat
9.
Sripradha S. 2014. Betel leaf – the green gold. J.
Pharm. Sci. & Res. 6(1): 36-37
10. Yuksel, K, Uçan, Sait U, Kartal M, Altun M.L,
Aslan S, Sayar E, and Ceyhan T. 2006, GC-MS
Analysis and Antibacterial Activity of Cultivated
Satureja cuneifolia Ten Essential Oil, Turkey
Journal Chemitry, vol. 30, pp. 253 – 259.
11. Mursito B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk
Penyakit Malaria. Jakarta (ID) : PT. Penebar
Swadaya
12. Irmasari A.2002. Perbandingan Daya Antibakteri
Antara Gerusan Daun Sirih Hitam, Sirih Jawa
Dengan Oksitetrasiklin Terhadap Staphylococcus
aureus Secara In Vitro. Surabaya (ID) : Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
13. Arambawela L, Kumaratunga KGA, and Dias K.
2005. Studies on Piper Betle of Srilanka. Journal
of the National Science Foundation of Sri Lanka.
Vol. 33 (2). Pp : 133-139
14. Poeloengan dan Soeripto. 1998. Pengaruh Putih
Telur Terhadap Pertumbuhan Gram Positif Dan
Gram Negatif Secara In Vitro. Media kedokteran
Hewan Institute Pertanian Bogor. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor
15. Juliantina FR, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T,
and Bowo ET. 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper
crocatum) Sebagai Agen Antibakterial Terhadap
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Vol. 1. Pp :
11-21
16. Rostiana O, Rosita SM, dan Sitepu D. 1991.
Keanekaragaman genotipa sirih (Piper betle Linn)
asal dan penyebaran. Di dalam :Warta Tumbuhan
Obat Indonesia. Vol I (1) : 16-18
17. Koesmiati, S. 1966. Daun sirih (Piper betle Linn)
sebagai
desinfektan[Skripsi].Bandung(ID)
:
InstitutTeknologi Bandung
18. Fardiaz, S. 1989. Keamanan Pangan Jilid I. Bogor
(ID) : Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
untuk Meningkatkan Reproduktivitas dan Produktivitas
Sekar Sulistiyo1a, Fadly Akbar Parinduri2b, Ratih Dewi Purnama Sari3c, dan Andriyanto4d
1,2,3
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga,Bogor 16680 Indonesia
a
E-mail: [email protected], bE-mail: [email protected], cEmail: [email protected]
4
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus IPB Dramaga,Bogor 16680 Indonesia
d
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sektor peternakan sapi merupakan peluang usaha yang menjanjikan bagi sebagian masyarakat. Akan tetapi terdapat
permasalahan kesehatan sapi yang dapat menurunkan nilai produktivitas sapi. Salah satu contoh masalah dalam
peternak rakyat adalah gangguan pada saluran reproduksi sapi betina yaitu pembusukan uterus post partus.
Pembusukan tersebut terjadi karena adanya infeksi bakteri pada uterus oleh sisa dari plasenta yang belum keluar.
Plasenta yang belum keluar tersebut membusuk ketika tingkat kebersihan vagina dari sapi tidak terjaga. Hal ini
dapat menimbulkan infeksi maupun peradangan yang nantinya menurunkan nafsu makan sapi serta penurunan
reproduktivitas dan produktivitas sapi. Pemberian air rebusan daun sirih ke dalam uterus sapi melalui lubang vagina
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas alat reproduksi sapi karena terdapat
kandungan antiseptik. Daun sirih mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang
merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol,
kavibekol, estragol, dan terpinen. Pemberian air rebusan daun sirih pada uterus secara langsung dapat
membersihkan sisa-sisa plasenta dan mengobati infeksi dalam uterus akibat bakteri. Uterus yang bersih akan
merangsang dinding uterus untuk menghasilkan hormon prostaglandin yang berfungsi membersihkan dan
menyuburkan kembali sistem reproduksi sapi. Penerapan pemberian air rebusan daun sirih ke dalam uterus sapi post
partus sangat mudah dan murah untuk dilaksanakan. Namun hal ini belum dikenal masyarakat. Penelitian dan studi
lapang penulis di kecamatan Getasan kabupaten Semarang, Jawa Tengah menunjukkan hasil yang sangat efektif dan
sudah mulai berjalan di daerah tersebut.
Kata Kunci: Sirih, Reproduksi, Produktivitas
PENDAHULUAN
Latar belakang
Peternakan sapi merupakan bisnis yang
menjanjikan di kalangan masyarakat Indonesia. Hal
ini dikarenakan beternak sapi dapat dilakukan dengan
relatif mudah. Tidak seperti halnya di bidang
teknologi dan informasi. Akan tetapi, sistem
peternakan di Indonesia masih memprihatinkan.
Peternakan sapi di Indonesai saat ini masih
didominasi oleh peternakan rakyat. Dikutip dari
antarjateng.com, Prof. Muladno yang merupakan
Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Indonesia
mengatakan bahwa kondisi peternakan di Indonesia
saat ini sangat memprihatinkan. Peternak hanya
memiliki dua sampai tiga ekor sapi dengan berbagai
keterbatasan seperti akses lemah dan pengetahuan
teknologi lemah.. Hingga saat ini, di Indonesia
jumlah sapi tidak seimbang dengan jumlah yang
dibutuhkan. Total populasi sapi nasional yang ada
hanya 16 juta ekor sapi, termasuk di dalamnya sapi
impor dan sapi betina.Beberapa faktor yang
menghambat sektor peternakan dalam negeri adalah
bibit ternak dan gangguan reproduksi. Penelitian
tentang pembibitan telah banyak dilakukan, namun
belum disosialisasikan dengan baik.Kegagalan
tersebut terjadi karena komunikasi yang tidak baik
antara Badan Litbang dan perguruan tinggi. Selain
itu, peternak tidak memiliki insentif dalam
mengadopsi teknologi baru yang disertai peningkatan
biaya. Faktor lainnya adalah tingginya angka
kematian dan pemotongan sapi yang tidak diimbangi
dengan angka kelahiran yang memadai. Gangguan
reproduksi post partus adalah salah satu sebab
rendahnya produktivitas sapi di Indonesia. Oleh
karena itu, penanggulangan dan penanganan penyakit
dan gangguan postpartus perlu mendapatkan
perhatian serius dari semua pihak karena pada
dasarnya penyakit dapat mengubah proses produksi
dan menimbulkan kerugian akibat penyakti menular.
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman obat.
Jenis tanaman obat yang masuk dalam kategori ini
mencapai lebih dari 1000 jenis. Salah satu di
antaranya adalah daun sirih (Piper betle). Daun sirih
telah dikenal oleh masyarakat Asia sejak lama
sebagai obat-obatan tradisional. Daun sirih dipercaya
mampu mengobati berbagai jenis penyakit, seperti
penyakit kulit, sakit gigi dan mulut, hidung berdarah,
abses, penyakit lambung dan ginjal, dan penyakit
saluran kelamin karena kandungan antiseptik di
dalamnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, menjadikan
penulis tertarik untuk menggagas suatu metode
penggunaan air rebusan daun sirih untuk
meminimalisir terjadinya infeksi saluran reproduksi
sapi betina post partus untuk meningkatkan
produktivitas dan reproduktivitas.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari uraian tersebut
adalah semakin menurunnya tingkat produktivitas
dan reproduktivitas sapi betina post partus akibat
infeksi bakteri pada saluran reproduksi sebagai akibat
kurangnya perawatan sapi oleh peternak.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah
untuk
meningkatkan
produktivitas
dan
reproduktivitas sapi melalui penggunaan air rebusan
daun sirih untuk sapi post partus pada saluran
reproduksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Reproduksi
Keberhasilan dalam menangani penyakit pada
ternak merupakan kunci keberhasilan suatu
peternakan. Penyakit-penyakit pada ternak dapat
disebabkan oleh parasit, jamur, virus, dan bakteri[1].
Gangguan reproduksi hewan terutamapada sapi perah
disebabkan oleh faktor manajemen dan penanganan
ternak, faktor makanan, lingkungan, faktor genetik
dan
fungsi
hormonal
serta
faktor
kecelakaan/traumatik. Gangguan reproduksi yang
umum terjadi pada sapi diantaranya endometritis,
distokia, abortus, hipofungsi ovari, korpus luteum
persisten dan sistik ovari [2].
Gangguan reproduksi yang tidak ditangani dan
diatasi dengan baik dapat menyebabkan kerugian
ekonomi yang cukup besar secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa faktor terpenting penyebab
dari gangguan reproduksi adalah endometritis dan
faktor kecelakaan atau traumatik. Kejadian tersebut di
antaranya adalah abortus dan distokia [3]. Kejadiankejadian tersebut dapat menyebabkan kurang
suburnya ternak penderita bila tidak ditangani dengan
serius.
Endometritis merupakan peradangan pada
endometrium (dinding rahim). Uterus (rahim) sapi
biasanya
terkontaminasi
dengan
berbagai
mikroorganisme (bakteri) selama masa puerpurium
(masa nifas). Gejalanya meliputi: leleran berwarna
jernih keputihan sampai purulen (kekuningan) yang
berlebihan,
uterus
mengalami
pembesaran
(peningkatan ukuran). Penderita bisa nampak sehat,
walaupun dengan leleran vulva purulen dan dalam
uterusnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis
terhadap fertilitas (pembuahan) adalah dalam jangka
pendek, menurunkan kesuburan, Calving Interval dan
S/C naik, sedangkan jangka panjang menyebabkan
sterilitas (kemajiran) karena terjadi perubahan
saluran reproduksi. Faktor predisposisi (pendukung)
terjadinya endometritis adalah distokia, retensi
plasenta, musim,kelahiran kembar, infeksi bakteri
serta penyakit metabolit [4].
Distokia merupakan keadaan hewan sulit lahir dari
keadaan normal. Distokia umumnya disebabkan
faktor maternal yang terlalu besar, posisi fetus
abnormal dilatasi serviks yang tidak sempurna,
terjadinya inersia uterus (kondisi uterus yang tidak
kontraksi atau karena kelelahan), terjadinya torsio
uterus, fetus yang kembar, dan fetus yang abnormal.
Penarikan paksa merupakan penanganan pada kasus
ini. Metode ini rawan terjadi perlukaan dan infeksi
pada dinding saluran kelamin betina sehingga
dianjurkan untuk memberikan antibiotik [5].
Abortus adalah pengeluaran fetus sebelum akhir
masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup
hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah
pengeluaran fetus sebelum masa akhir kebuntingan
dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar
tubuh induk [6]. Kejadian ini pula rawan terjadi
infeksi daerah organa genetalia ternak sapi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat hidup
dari sisa-sisa plasenta yang tidak dapat keluar dengan
sempurna. Hal ini juga dapat terjadi pada kasus
retensio sekundinae. Berdasarkan hal tersebut, perlu
diberikan antibiotik pada saluran kelamin betina
untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat
menurunkan produktivitas ternak.
Daun Sirih
Sirih adalah tanaman asli dari Malaysia Tengah
dan Malaysia Timur dan telah dibudidayakan lebih
dari 2500 tahun yang lalu di seluruh Malaysia dan
Asia Tropis. Sejak sirih diketahui memiliki sifat
seperti obat, tanaman ini telah banyak digunakan di
India, Indonesia, dan negara-negara di region IndoChina (Malaysia, Vietnam, Laos, Thailand,
Myanmar, Singapur). Sirih tidak dapat tumbuh di
daerah dengan suhu yang terlalu tinggi atau rendah
dan kelembaban udara yang rendah. Sirih akan
tumbuh subur dalam kondisi hutan lembab dengan
kelembaban yang relatif tinggi, tanah yang gembur,
dan kaya bahan organik dengan pH sekitar 7-7.5.
Sirih berkembang baik di daerah dengan curah hujan
tahunan 2250-4750 mm dan biasa dibudidayakan
pada ketinggian sampai dengan 900 m [7]. Daun sirih
berwarna hijau kekuningan sampai hijau gelap
dengan bagian atas yang mengkilap dan bentuk daun
seperti hati [7].Sirih merupakan tanaman botani
komersial yang paling menjanjikan karena memiliki
banyak nilai-nilai terapeutik. Daun sirih memiliki
potensi besar untuk bertindak sebagai antioksidan
alami dan sebagai antimikroba yang memiliki
spektrum yang luas terhadap berbagai strain bakteri.
Contonhnya, Bacillus cereus, Enterococcus faecalis,
Listeria monocytogenes, Micrococcus luteus,
Staphylococcus aureus, Aeromonas hydrophila,
Escherichia
coli,
Pseudomonas
aeruginosa,
Salmonella
Enteritidis,Streptococcus
mutans,
Streptococcus
pyogenes,Enterococcus
faecium,
Actinomycetes viscosus, Streptococcus sanguis,
Fusobacterium nucleatum, dan Prevotella intermedia
[7]. Daun sirih (Piper betle) dapat digunakan sebagai
antibakteri karena mengandung 4.2 % minyak atsiri
yang sebagian besar terdiri dari betepenol yang
merupakan isomer dari Euganol allypyrocatechine,
Cineol methyl euganol, Caryophillen (siskuiterpen),
kavikol, kavibekol, estragol, dan terpinan [8]. Daun
sirih juga memiliki aktivitas sebagai antijamur dan
antiprotozoal terhadap pathogen yang dapat
menyebabkan tifus, kolera, TBC dan lain-lain.
Ekstrak daun sirih juga menunjukkan aktivitas
gastroprotektif dengan meningkatkan produksi mukus
dan menurunkan produksi asam lambung [7].
Tabel 1. Nutritional composition of fresh betel leaf
No
Komposisi
Persentase Kandungan
1
Air
85-90%
2
Protein
3-3.5%
3
Lemak
0.4-1.0%
4
Mineral
2.3-3.3%
5
Serat
2.3%
6
Klorofil
0.01-0.25%
7
Karbohidrat
0.5-6.2%
8
Asam nikotinik
0.63-0.89 mg/100g
9
Vitamin C
0.005-0.01%
10
Vitamin A
1.9-2.9 mg/100g
11
Thiamine
10-70 g/100g
12
Riboflavin
1.9-30 g/100g
13
Tanin
0.1-1.3%
14
Nitrogen
2.0-7.0%
15
Phosphor
0.05-0.6%
16
Potasium
1.1-4.6%
17
Kalsium
0.2-0.5%
18
Besi
0.005-0.007%
19
Yodium
3.4 g/100g
20
Minyak Esensial
0.08-0.2%
21
Energi
44 kkal/100g
Sumber: Guha P. 2006. Betel leaf: the neglected green gold of India.
Daun sirih juga mengandung antioksidan,
antifungi, antiulcergenic, antiplatelet, antidiabetic,
immunomodulatory, antileshmanial, antimoebic, anti-
inflammatory,
antifilarial and antimicrobial,
antifertility, antihyperglycemic, antidermatophytic,
antinapecative, and radioprotective properties [9].
Daun sirih memiliki aktivitas biologi seperti aktivitas
sebagai antimikroba, aktivitas gastroprotective,
antioksidan, antidiabetic, radio protective activity,
memiliki efek terhadap sistem kardiovaskular atau
platelet
inhibition
activity,
antifertility,
cholinomimetic effect, hepato-protective activity, oral
care agent, and neuropharmacological profile[7].
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan
komponen minyak atsiri mempunyai aktivitas
antibakteriyaitu dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan bakteri patogen [10]. Air rebusan sirih
dapat digunakan sebagai obat batuk maupun sebagai
bakteriosid terutama Haemophylus influenzae,
Staphylococcus
aureus,
dan
Streptococcus
haemoliticus [11]. Pada uji antibakteri dengan metode
dilusi air rebusan daun sirih jawa dapat menghambat
pertumbuhan
Staphylococcus
aureus
dalam
konsentrasi 60% [12].
Minyak atsiri daun sirih (Piper betel) dari Srilanka
mempunyai nilai KHM yaitu sebesar 5,00 x
103μg/mL terhadap bakteri Staphylococusaureus,
1,00 x 104 μg/mL terhadap bakteri Staphylococus
epidermidis, 1,00 x 104 μg/mL terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa, 3,12 x 102μg/mL terhadap
bakteri Escherichia coli, 2,50 x 103μg/mL terhadap
Streptococcus yogenes [13]. Minyak atsiri daun sirih
pada konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Streptococcus agalactiae, tetapi
hanya dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus pada konsentrasi 25% dan 50% [14]. Ekstrak
etanol sirih merah mempunyai kemampuan
antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif khususnya terhadapStaphylococcus
aureus dengan KHM 25% dan Escherichia coli
dengan KHM 6,25% [15].
Secara umum daun sirih mengandung minyak
atsiri 1-4,2% yang terdiri dari hidroksikavikol,
kavikol, kavibetol, metal eugenol, karvakol, terpena,
seskuiterpena, fenilpropana, tannin, enzim diastasae
0,8- 1,8%, enzim katalase, gula, pati, vitamin A, B
dan C [16]. Sebesar 82,8% komponen penyusun
minyak atsiri daun sirih terdiri dari senyawa-senyawa
fenol, dan hanya 18,2% merupakan senyawa bukan
fenol [17]. Senyawa anti bakteri dapat bersifat
bakterisidal, fungisidal, maupun germisidal [18].
METODE PENELITIAN
Penilitian dilakukan pada sapi jenis FH. Jumlah
sapi yang digunakan berjumlah 350 ekor dan dapat
lebih di luar program. Penelitian dilakukan di
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Penelitian dilakukan dengan memberikan
edukasi kepada peternak tentang deteksi masa estrus
dan edukasi perawatan kandungan postpartus.
Daun sirih yang digunakan untuk penelitian
adalah jenis daun sirih hijau yang dapat dengan
mudah didapat peternak.. Pengolahan daun sirih
dilakukan dengan perebusan 15-20 lembar daun sirih
bersama 6-8 liter air. Perebusan dilakukan selama 1
jam. Hasil rebusan disaring dan didiamkan selama 24
jam.
Dosis pemberian adalah 3-4 liter per perlakuan.
Perlakuan dilakukan selama 2 minggu. Frekuensi
perlakuan adalah 2 kali perhari. Perlakuan dilakukan
dengan cara memasukkan secara langsung ke dalam
saluran reproduksi sapi dengan menggunakan botol
atau selang.Pada sapi yang sudah terlambat
penanganan dapat diberikan perlakuan 4 kali sehari
untuk perawatan luka lama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gangguan reproduksi pada sapi postpartum pada
umumnya kurang diperhatikan oleh masyarakat
peternak. Keadaan ini tampak dari produktivitas sapi
yang cenderung menurun tiap tahunnya. partum
menyebabkan pemulihan perlukaan kandungan
semakin lama, bahkan dapat menyebabkan infeksi
bakteri yang dapat mengakibatkan terjadi kegagalan
inseminasi buatan. Hal ini terjadi karena bibit tidak
dapat tertanam pada saluran reproduksi betina yang
tidak sehat.
Pada dasarnya daun sirih sudah digunakan untuk
berbagai kasus, seperti digunakkan untuk mencegah
terjadinya infeksi yang dapat menyebabkan mastitis
Perawatan saluran reproduksi menggunakan air
rebusan daun sirih digunakan pada kasus sapi yang
terlambat deteksi masa estrus. Keterlambatan deteksi
birahi menyebabkan kebuntingan dan kelahiran
terjadi dalam 2 sampai 3 tahun sekali. Permasalahan
ini terjadi karena sapi tidak mendapatkan penanganan
yang baik pada saat pasca kelahiran. Kebanyakan
masyarakat peternak lebih memerhatikan kondisi
pedet dibanding induk sapi, padahal induk sapi
membutuhkan perawatan pasca kelahiran selayaknya
manusia. Hal ini dikarenakan proses kelahiran pasti
meninggalkan trauma dan perlukaan pada saluran
reproduksi sapi.
Ketiadaan penanganan yang tepat pada sapi post
Pemberian air rebusan daun sirih secara rutin 2 kali
sehari menunjukkan hasil yang positif. Saluran
reproduksi betina, terutama uterus mengalami
pemulihan sehingga organ kembali normal dan sehat.
Kondisi saluran reproduksi
yang sehat
memberikan dampak yang positif pula bagi tingkat
reproduktivitas sapi. Saluran reproduksi yang sehat
menyebabkan persentasi keberhasilan inseminasi
buatan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan kebuntingan pada sapi.
Pada umumnya gangguan reproduksi seperti
endometritis disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang
sering ditemukan dalam kasus endometritis saluran
reproduksi sapi betina adalah Sthaphylococcus,
Streptococcus, dan E. coli. Efek pemberian air
rebusan daun sirih adalah pencegahan terjadinya
infeksi bakteri pada perlukaan dan trauma pasca
kelahiran sapi bunting. Daun sirih memiliki potensi
besar untuk bertindak sebagai antioksidan alami dan
sebagai antimikroba yang memiliki spektrum yang
luas terhadap berbagai strain bakteri. Contonhnya,
Bacillus cereus, Enterococcus faecalis, Listeria
monocytogenes, Micrococcus luteus, Staphylococcus
aureus, Aeromonas hydrophila, Escherichia coli,
Pseudomonas
aeruginosa,
Salmonella
Enteritidis,Streptococcus mutans, Streptococcus
pyogenes,Enterococcus
faecium,
Actinomycetes
viscosus, Streptococcus sanguis, Fusobacterium
nucleatum, dan Prevotella intermedia [7].
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nafsu
makan indukan sapi post partus meningkat. Selain itu
juga tidak terjadi pembusukan pada saluran
reproduksi sapi. Setelah jarak waktu kawin
dilaksanakan, IB mudah berhasil dan jarak bunting
tepat waktu. Hal tersebut karena sudah bersihnya
kembali saluran reproduksi sapi, dan hormon
prostaglandin sudah disekresikan. Saluran reproduksi
yang telah bersih secara otomatis produksi hormon
seperti FSH, estrogen, LH dapat berlangsung secara
teratur dan normal.
KESIMPULAN
Pemberian air rebusan daun sirih memberikan
mampu meningkatkan reproduktivitas sapi. Air
rebusan sirih mampu menghambat dan mencegah
pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat
menginfeksi uterus. Keberhasilan program pemberian
air rebusan daun sirih ditentukan oleh keteraturan
dalam pemberian air rebusan daun sirih pada saluran
reproduksi sapi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada drh.
Andriyanto yang telah banyak membimbing penulis
dalam menyusun tulisan ini. Ucapan terima kasih
juga kami haturkan kepada drh Mukhlas Y. Alamsyah
yang telah menjadi inspirasi dan guru kami di
lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Mas Trisno yang telah membantu penelitian
dan sebagai mediator kepada peternak di lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak Yogyakarta
(ID) : Universitas Gadjah Mada press
2.
Achjadi K. 2013. Manajemen Kesehatan
Reproduksi dan Biosekuriti. Makalah Pertemuan
Swasembada Persusuan di Indonesia. Yogyakarta.
Juni 2013
3.
Norafizah BM. 2014. Gangguan Produksi Pada Sapi
Perah dan Upaya Penanggulangannya (Studi kasus
di BPPT-SP Bunikasih, Cianjur, Jawa Barat)
[Skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor
4.
Ratnawati D, Pratiwi WC, Lukman AS. 2007.
Petunjuk
Teknis
Penanganan
Gangguan
Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruan (ID) :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
5.
Whittier WD, Currin NM, Currin JF, Hall B. 2009.
Calving Emergences in beef cattle : identification
and prevention. Di dalam Virgina Cooperation
Extension Publication. Pp : 400-18
6.
Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan Pada Ternak
dan Kerbau. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia
Press.
7.
Pradhan D, Suri KA, Pradhan DK, Biswasroy P.
2013. Golden heart of the nature: Piper betle L.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
1(6): 147-167
8.
Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia.
Jakarta (ID) : Dian Rakyat
9.
Sripradha S. 2014. Betel leaf – the green gold. J.
Pharm. Sci. & Res. 6(1): 36-37
10. Yuksel, K, Uçan, Sait U, Kartal M, Altun M.L,
Aslan S, Sayar E, and Ceyhan T. 2006, GC-MS
Analysis and Antibacterial Activity of Cultivated
Satureja cuneifolia Ten Essential Oil, Turkey
Journal Chemitry, vol. 30, pp. 253 – 259.
11. Mursito B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk
Penyakit Malaria. Jakarta (ID) : PT. Penebar
Swadaya
12. Irmasari A.2002. Perbandingan Daya Antibakteri
Antara Gerusan Daun Sirih Hitam, Sirih Jawa
Dengan Oksitetrasiklin Terhadap Staphylococcus
aureus Secara In Vitro. Surabaya (ID) : Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
13. Arambawela L, Kumaratunga KGA, and Dias K.
2005. Studies on Piper Betle of Srilanka. Journal
of the National Science Foundation of Sri Lanka.
Vol. 33 (2). Pp : 133-139
14. Poeloengan dan Soeripto. 1998. Pengaruh Putih
Telur Terhadap Pertumbuhan Gram Positif Dan
Gram Negatif Secara In Vitro. Media kedokteran
Hewan Institute Pertanian Bogor. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor
15. Juliantina FR, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T,
and Bowo ET. 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper
crocatum) Sebagai Agen Antibakterial Terhadap
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Vol. 1. Pp :
11-21
16. Rostiana O, Rosita SM, dan Sitepu D. 1991.
Keanekaragaman genotipa sirih (Piper betle Linn)
asal dan penyebaran. Di dalam :Warta Tumbuhan
Obat Indonesia. Vol I (1) : 16-18
17. Koesmiati, S. 1966. Daun sirih (Piper betle Linn)
sebagai
desinfektan[Skripsi].Bandung(ID)
:
InstitutTeknologi Bandung
18. Fardiaz, S. 1989. Keamanan Pangan Jilid I. Bogor
(ID) : Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.