Penetapan harga pokok produk (1)

HARGA PRODUK
Harga ( Pricing) adalah merunjuk dalam penetuan jumlah uang yang harus ditagihkan kepada
konsumen untuk suatu barang atau jasa yang diperolehnya. Model penentuan harga lazimnya
digunakan adalah harga begitu keluat dari pabrik, harga yang berlaku di pasar seringkali lebih
bergantung pada parameter-parameter yang sulit dikendalikan secara langsung oleh perusahaan.
Strategi model penentuan harga yang dipilih dapat dengan model penentuan harga dimana volume
tinggi biasanya akan menurunkan harga dan biasanya barang-barang mengalami penurunan harga
apakah akibat diskon dan lain sebagainya
Arti dan pentingnya harga
Dalam perekonomian sekarang ini, pertukaran atau jual beli barang dan jasa tidak lagi dilakukan
secara barter, tetapi dilakukan dengan menggunakan suatu alat pembayaran atau alat penukar yang
disebut uang. Kadang-kadang uang ini juga dikatakan sebagai sejumlah nilai pertukaran. Penjual akan
menerima sejumlah uang sebagai imbalan dari usahanya menjual barang atau jasa kepada pembeli.
Sebaliknya pembeli akan membayarkan sejumlah uang kepada penjual sebesar nilai barang yang
dibelinya. Jadi harga dapat didefinisikan sebagai berikut : Harga adalah sejumlah uang (ditambah
beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya.
Penentuan harga ini merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang
ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos/biaya, atau bahkan lebih dari itu. Yaitu untuk
mendapatkan laba. Tetapi jika harga ditentukan terlalu tinggi akan berakibat kurang menguntungkan.
Dalam hal ini pembeli akan berkurang, volume penjualan berkurang, semua biaya mungkin tidak

dapat ditutup dan pada akhirnya perusahaan bisa menderita rugi. Salah satu prinsip bagi manajemen
dari penentuan harga ini adalah menitik beratkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah
ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Harga
Dalam kenyataan, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1.

Kondisi Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. Pada periode resesi
misalnya merupakan suatu periode dimana harga pada suatu tingkat yang lebih rendah. Di Indonesia
setelah da keputusan pemerintah 15 November 1978 yang menentukan nilai tukar $1.00 (1 Dollar
Amerika) dari Rp. 415 menjadi Rp. 625 terjadi reaksi-reaksi dikalangan masyarakat khususnya
masyarakat bisnis. Reaksi spontan terhadap keputusan tersebut adalah adanya kenaikan hargaharga. Kenaikan yang paling menyolok terjadi pada harga barang-barang mewah, barang-barang
impor dan barang-barang yang dibuat dengan bahan atau komponen dari luar negeri.
2.

Penawaran dan Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Pada

umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.

Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva,
disebut kurva permitaan.
Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual
pada suatu tingkat harga tertentu. Pada umumnya harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang
ditawarkan lebih besar. Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan tersebut dapat
digambarkan pada kurva penawaran.
Menurut teori ekonomi harga akan ditentukan pada suatu titik pertemuan antara kurva permintaan
dan kurva penawaran.
3.

Elastisitas Permintaan

Faktor lain dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Sebenarnya sifat
permintaan pasar ini tidak dapat mempengaruhi penentuan harga tetapi juga mempengaruhi volume
yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume penjualan ini berbanding terbalik,
artinya jika terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun dan sebaliknya.
a.


In Elastis

Jika permintaan ini bersifat InElastis, maka perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang
lebih kecil pada volume penjualannya.
b.

Elastis

Apabila permintaan tersebut bersifat Elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan terjadinya
perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar.
c.

Unitary Elasticity

Apabila permintaan tersebut bersifat Unitary Elasticity, maka perubahan harga akan menyebabkan
perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata lain penurunan harga
sejumlah 10% akan mengakibatkan naiknya volume penjualan 10% pula.
4.

Persaingan


Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Barangbarang dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan persaingan murni (Pure Competition).
Dalam persaingan seperti ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak
pula. Banyaknya penjual dan pembeli ini akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual
dengan harga lebih tinggi kepada pembeli yang lain. Selain persaingan murni, dapat terjadi keadaan
persaingan lainnya seperti : persaingan tidak sempurna, oligopoli dan monopoli.
a.

Persaingan tidak sempurna

Untuk barang-barang yang dihasilkan dari pabrik (barang-barang manufaktur) dengan merk tertentu,
kadang-kadang mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Hal ini dapat disebabkan karena harganya
lebih tinggi dari barang-barang sejenis dengan merk lain. Keadaan pasar seperti ini disebut
persaingan tidak sempurna (Inperfect Competition) dimana barang tersebut telah dibedakan dengan
memberikan merk.

b.

Oligopoli


Dalam keadaan Oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang ditetapkan dapat
lebih tinggi dari pada kalau dalam persaingan sempurna.
c.

Monopoli

Dalam keadaan Monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya 1 (satu), sehingga penentuan
harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :


Permintaan barang bersangkutan



Harga barang-barang subtitusi/pengganti



Peraturan harga dari pemerintah


5.

Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat
menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua
biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan.
6.

Tujuan Manajer

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Setiap
perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan yang lainnya. Tujuantujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain :
o

Laba maksimum

o

Volume penjualan tertentu


o

Penguasaan pasar

o

Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu

7.

Pengawasan Pemerintah

Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan
pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan harga maksimum dan minimum,
diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha kearah
monopoli.
Metode – metode Penetapan Harga
Ada dua pendekatan pokok dalam penentuan harga jual, yaitu
a.

Pendekatan biaya ( penetapan harga biaya plus,penetapan harga Mark-up dan penetapan
harga break-Even) serta
b.

Pendekatan pasar atau Persaingan.

1.

Penetapan Harga Biaya Plus ( Cost-Plus Pricing Method)

Dalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit
ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut ( disebut
marjin). Jadi harga jual produk itu dapat dihitung dengan rumus :
Biaya Total + Marjin = Harga jual
Sebuah perusahaan pengecoran telah memutuskan untuk memenuhi pesanan dari langganannya
sebanyak 100 unit pompa air tangan. Biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi diperkirakan
sebanyak
Rp 3.350.000,- dengan perincian sebagai berikut :



Biaya Material

Rp 2.000.000,-



Biaya tenaga kerja

Rp 750.000,-



Biaya lain seperti penyusutan alat-alat,gaji
Pimpinan , sewa gedung dan sebagainya

Rp

600.000,-

-------------------------Jumlah biaya :


Rp 3.350.000,-

Jika Perusahaan menginginkan laba sebesar 15 % dari biaya total, maka
Harga total = biaya total + laba
= Rp 3.350.000,- + ( 15% x Rp 3.350.000,-)
= Rp 3.852.500,Dengan demikian setiap pompa ditetapkan harganya sebesar Rp 38.525,- ( dari Rp 3.852.500) : 100)
dengan laba per unit sebesar
Rp 5.025.000,- ( dari 502.500 : 100).

2.

Penetapan Harga Mark-Up ( Mark-Up Pricing Method)

Pada Pokoknya, penerapan harga mark-up ini hampir sama dengan penerapan harga biaya plus,
hanya saja para pedagang atau perusahaan perdagangan lebih bayak menggunakan penetapan harga
mark-up. Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah
menambah harga beli dengan sejumlah mark-up.
Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual
Jadi mark-up ini merupakan kelebihan harga jual diatas harga belinya.


Keuntungan dapat diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu pedagang tersebut juga
harus mengeluarkan sejumlah biaya eksplotasi yang juga diambilkan dari sebagian mark up.
3.

Penetapan Harga Break-Even (Break-Even Pricing)

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih
mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga Break-Even. Perusahaan dapat dikatakan dalam
keadaan break-even adalah bilamana penghasilan yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan
anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan
laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik break-even ( titik pas-pasan), jika penjualan
berada di bawah titik break even, maka perusahaan akan menderita rugi.
Metode penetapan harga break-even ini dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa
anggapan tertentu, yaitu :


Seluruh biaya dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.



Seluruh barang yang diproduksi akan terjual



Biaya variabel per unitnya tetap

Dengan demikian kita perlu mengetahui beberapa konsep tentang
biaya seperti : biaya variabel , biaya Tetap dan biaya total.

Biaya Variabel adalah biaya yang berubah ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah
hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya variabelnya juga akan
meningkat. Biaya variabel yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rara-rata
(Average Variable Cost).

Biaya Tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan
/sejumlah hasil yang diproduksi. Termasuk biaya tetap ini antara lain : gaji pimpinan, sewa gedung,
pajak kekayaan. Pada tingkat kapasitas tertentu atau selama jangka waktu yang pendek , biaya ini
tetap sama besarnya. Tetapi untuk jangka waktu panjang biaya ini akan berubah menjadi biaya
variabel. Biaya tetap akan dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-ratA
( Average Fixed Cost).

Biaya Total merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan
kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya total yang
dibebankan pada setiap unit biaya total rata-rata ( Average total Cost).
Biaya total = Biaya tetap + Biaya Variabel


Penghasilan Total

Selain beberapa konsep biaya yang telah dibahas di muka, perlu juga diketahui tentang konsep
penghasilan. Penghasilan Total ini merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya.

Ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah hasil dengan harga jual per unit. Penghasilan yang
diperoleh dari masing-masing unit disebut penghasilan rata-rata ( average revenue).
Setelah diketahui beberapa konsep biaya dan penghasilan, maka kita sekarang dapat mencari
titik pertemuan antara biaya total dengan penghasilan total. Titik ini dinamakan titik Break-Even
(Break-Even Point).
Untuk menentukan titik break-even dapatlah menggunakan formula berikut ini :
BTT
Titik Break-Even =

----------------------

(dalam unit)

H - BVR

BTT
Titik Break-Even = ----------------------------BVR
1-

--------H

Dimana:
BTT = Biaya Tetap Total
H

= Harga jual per Unit

BVR = Biaya Variabel Rata-rata
H- BVR disebut kontribusi per unit pada over-head
Contoh :
Diketahui bahwa perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 250,00, biaya variabel
sebesar Rp 30,00 per unit. Jika dikehendaki harga jual per unit sebesar Rp 80,00, maka titik break –
even nya dapat dicari dengan memasukkan data tersebut ke dalam rumus sebagai berikut :
250
BEP ( dalam Unit) = -------------------------------- = 5 unit
80 – 30
250
BEP ( dalam Rupiah) = --------------------------- = Rp 400,-

30
1-

-------80

Pada jumlah hasil sebanyak 5 unit, perusahaan berada dalam keadaan break-even dimana
penghasilan total sama besarnya dengan biaya total. Pada saat itu perusahaan tidak memperoleh
laba, juga tidak menderita rugi.
Dari perhitungan dan gambar 1 di bawah, kita dapat melihat bahwa perusahaan akan
memperoleh laba apabila membuat produk di atas 5 unit, dan akan menderita rugi apabila membuat
produk di bawah 5 unit ( dengan harga jual yang sama). Misalkan perusahaan tersebut menjual
produknya sebanyak 6 unit, maka akan memperoleh laba Rp 50,- dengan perhitungan sebagai berikut
:

Biaya variabel total :
Biaya Tetap

= 6 unit x rp 30,-

= Rp 180,-

=

= Rp 250,---------------------

Biaya Total
Penghasilan Total

=

= Rp 430,-

= 6 unit x Rp 80,-

= Rp 480,------------------------Laba = Rp 50,-

Sebaliknya , jika perusahaan hanya menjual produknya sebanyak 3 unit, maka perusahaan akan
menderita rugi sebesar Rp 100,- dengan perhitungan sebagai berikut:


Biaya Variabel total

= 3 unit x Rp 30,-

= Rp 90,-



Biaya Tetap Total

=

= Rp 250,--------------------



Biaya Total



Penghasilan Total

=
= 3 Unit x Rp 80,-

= Rp 340,= Rp 240,-

4.

Penetapan Harga dalam Hubungannya dengan Pasar

Dalam hal ini, penentuan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang
menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama
dengan tingkat harga pasar agar dapat ikut bersaing. Atau dapat juga ditentukan lebih tinggi atau
lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.
Politik Penetapan Harga
Penetapan harga bagi perusahaan yang besar sering melibatkan beberapa manajer seperti :
manajemen produk, manajemen penjualan dan manajemen lain. Beberapa politik penetapan harga
yang akan dibahas di sini adalah :
1.

Penetapan Harga Psikologis

Kebijaksanaan ini biasanya digunakan untuk penjualan barang pada tingkat pengecer. Dalam metode
ini harga ditetapkan dengan angka yang ganjil atau janggal, misalnya Rp 2.999,- ( salah satu jenis
harga yang dipakai oleh perusahaan sepatu ‘BATA”). Karena menggunakan angka ganjil, penetapan
harga psikologis ini juga disebut penetapan harga ganjil ( Odd Pricing). Adapun contoh yang lain
adalah harga kamera merk RICOH 500GX yang ditetapkan sebesar Rp 4.999.999,00
2.

Price Lining

Price Lining ini lebih banyak digunakan oleh pengecer daripada pedagang besar atau produsen. Di
sini, penjual menentukan beberapa tingkatan harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh
sebuah toko yang menjual berbagai macam sepatu dengan model , ukuran dan kualitas berbeda,
telah menentukan tiga tingkatan harga, yaitu Rp 3.000,-, Rp 5.000,- dan Rp 10.000,- . Hal ini akan
memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli dengan harga yang
sesuai ( menurut julah uang yang dimilikinya).
3.

Potong Harga

Potongan harga ( discount) merupakan pengurangan dari harga yang ada, biasanya potongan
harga ini diwujudkan dalam bentuk tunai dan dimaksudkan untuk menarik konsumen. Tetapi
kadang-kadangan potongan tersebut juga diberikan berupa barang. Adapun jenis-jenis potongan
yang dapat diberikan oleh penjual adalah :
a.

Potongan Kuantitas

Potongan kuantitas adalah potongan harga yang ditawarkan oleh penjual agar konsumen bersedia
membeli dalam jumlah yang lebih besar atau bersedia memusatkan pembeliannya pada penjual
tersebut. Misalnya : kalau pembeli membeli produk yang paling sedikit 10 unit, maka diberi potongan
5 % dan kalau pembeliannya kurang dari 10 unit tidak dapat potongan.
b.

Potongan Dagang

Potongan dagang atau disebut juga otongan fungsional merupakan potongan harga yang ditawarkan
pada pembeli atas pembayaran untuk fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi potongan

dagang ini hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan produknya. Mereka ini termasuk
penyalur, baik pedagang besar maupun pengecer.

c.

Potongan Tunai

Potongan tunai adalah potongan yang diberikan kepada pembeli atas pembayaran rekeningnnya
pada suatu periode, dan mereka melakukan pembayaran tepat pada waktunya. Misalnya : penjual
menawarkan produknya dengan syarat pembayaran 2/10, n/10. Jika pembeli membayar dalam
waktu sepuluh hari, mereka mendapat potongan 2 % dan pembayaran harus dilakukan dalam waktu
30 hari sesudah barang diterima.
d.

Potongan Musiman

Potongan musiman adalah potongan yang diberikan kepada pembeli yang melakukan pembelian di
luar musim tertentu. Misalnya pembeli yang membeli jas hujan pada musim panas, akan
memperoleh potongan sebesar 5%,10% atau 20%.
4.

Penetapan Harga Geografis

Di sini, penjual harus mempertimbangkan ongkos angkut atau ongkos kirim untuk barang-barang
yang disampaikan kepada pembeli. Ongkos angkut ini dapat ditanggung seluruhnya oleh pembeli
atau oleh penjual saja, atau mereka menanggung sebagian-bagian. Salah satu penetapan harga
geografis ini adalah Free on Board (FOB)_ yang dibedakan ke dalam dua golongan yaitu :
a.
F.O.B tempat asal ( FOB point of origin) dimana seluruh ongkos angkut ditanggung oleh
pembeli.
b.
F.O.B tujuan ( F.O,B destination) dimana seluruh ongkos angkut ditanggung oleh penjual
termasuk keamanan dalam perjalanan.