Tradisi Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Tradisi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Untuk yang lain, lihat Tradisi (disambiguasi).
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya
ini, suatu tradisi dapat punah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi

Makalah Rambu Solo Upacara Kematian di
Tana Toraja
June 24, 2010 | tulisananakkos

UNIVERSITAS INDONESIA
MAKALAH KEBUDAYAAN INDONESIA
RAMBU SOLO: UPACARA KEMATIAN DI TANA TORAJA
oleh :
Arie Dwi Budiawati

Harliati
Santoso
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Depok, 2009
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. A. Pengertian
Rambu Solo adalah upacara pemakaman yang berada di Tana Toraja. Upacara ini merupakan
adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun-temurun ini mewajibkan
keluarga yang ditinggal mati membuat pesta besar sebagai penghormatan terakhir kepada
mendiang yang telah pergi.
Rambu Solo juga merupakan upacara yang meriah karena dilangsungkan selama berhari-hari.
Waktu pelaksanaan Rambu Solo adalah siang hari, yaitu saat matahari condong ke barat dan
biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari, bahkan dua minggu bagi kalangan bangsawan.
1. B. Rambu Simbol-Simbol dalam Solo
Pelaksanaan Rambu Solo juga identik dengan penyembelihan kerbau dan babi. Tetapi yang
paling ditonjolkan dalam upacara tersebut adalah penyembelihan kerbau. Kerbau merupakan hal
utama yang harus ada dalam upacara ini. Masyarakat Toraja beranggapan bahwa kerbau adalah
kendaraan yang ditunggangi arwah si mati untuk mengantarnya ke surga. Kerbau yang

disembelih berkisar puluhan ekor bahkan jumlah itu bisa mencapai ratusan berdasarkan strata
sosialnya. Jenis kerbau yang disembelih adalah kerbau biasa/kerbau hitam, kerbau balian (kerbau
aduan), dan kerbau belang (kerbau Bonga).
1. C. Prosesi Upacara Rambu Solo
Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang sudah meninggal tidak dengan sendirinya mendapat
gelar orang mati. Bagi mereka sebelum terjadinya upacara Rambu Solo’ maka orang yang
meninggal itu dianggap sebagai orang sakit. Karena statusnya masih ‘sakit’, maka orang yang
sudah meninggal tadi harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti
menemaninya, menyediakan makanan, minuman dan rokok atau sirih. Hal-hal yang biasanya
dilakukan oleh arwah, harus terus dijalankan seperti biasanya.
Jika keluarga si mati itu belum mampu melaksanakan upacara Rambu Solo, jenazah itu akan
disimpan di tongkonan (rumah adat Toraja) sampai pihak keluarga mampu menyediakan hewan
kurban untuk melaksanakan upacara tersebut. Penyimpanan jenazah itu bisa memakan waktu
bertahun-tahun.
Setelah pihak keluarga mampu menyediakan hewan kurban tersebut, barulah Rambu Solo
dilaksanakan. Jenazah dipindahkan dari rumah duka ke tongkonan tammuon (tongkonan pertama
tempat dia berasal). Di sana dilakukan penyembelihan 1 ekor kerbau sebagai kurban atau dalam
bahasa Torajanya Ma’tinggoro Tedong, yaitu cara penyembelihan khas orang Toraja, menebas
kerbau dengan parang dengan satu kali tebasan saja. Kerbau yang akan disembelih ditambatkan


pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Setelah itu, kerbau tadi dipotong-potong dan
dagingnya dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir.
Jenazah berada di tongkonan pertama (tongkonan tammuon) hanya sehari, lalu keesokan harinya
jenazah akan dipindahkan lagi ke tongkonan yang berada agak ke atas lagi, yaitu tongkonan
barebatu, dan di sini pun prosesinya sama dengan di tongkonan yang pertama, yaitu
penyembelihan kerbau dan dagingnya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di
sekitar tongkonan tersebut.
Setelah disimpan satu hari, jenazah dipindahkan ke tongkonan yang lebih tinggi, yaitu tongkonan
barebatu. Prosesinya juga sama saat jenazah itu dipindahkan ke tongkonan tammuon., yaitu
penyembelihan kerbau dan pembagian dagingnya kepada orang-orang yang berada di sekitar
tongkonan tersebut.
Seluruh prosesi acara Rambu Solo’ selalu dilakukan pada siang hari. Siang itu sekitar pukul
11.30 Waktu Indonesia Tengah (Wita), kami semua tiba di tongkonan barebatu, karena hari ini
adalah hari pemindahan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante (lapangan tempat acara
berlangsung).
Jenazah diusung menggunakan duba-duba (keranda khas Toraja). Di depan duba-duba terdapat
lamba-lamba (kain merah yang panjang, biasanya terletak di depan keranda jenazah, dan dalam
prosesi pengarakan, kain tersebut ditarik oleh para wanita dalam keluarga itu).
Prosesi pengarakan jenazah dari tongkonan barebatu menuju rante dilakukan setelah kebaktian
dan makan siang. Barulah keluarga dekat arwah ikut mengusung keranda tersebut. Para laki-laki

yang mengangkat keranda tersebut, sedangkan wanita yang menarik lamba-lamba.
Dalam pengarakan terdapat urut-urutan yang harus dilaksanakan, pada urutan pertama kita akan
lihat orang yang membawa gong yang sangat besar, lalu diikuti dengan tompi saratu (atau yang
biasa kita kenal dengan umbul-umbul), lalu tepat di belakang tompi saratu ada barisan tedong
(kerbau) diikuti dengan lamba-lamba dan yang terakhir barulah duba-duba.
Jenazah tersebut akan disemayamkan di rante (lapangan khusus tempat prosesi berlangsung), di
sana sudah berdiri lantang (rumah sementara yang terbuat dari bambu dan kayu) yang sudah
diberi nomor. Lantang itu sendiri berfungsi sebagai tempat tinggal para sanak keluarga yang
datang nanti. Karena selama acara berlangsung mereka semua tidak kembali ke rumah masingmasing tetapi menginap di lantang yang telah disediakan oleh keluarga yang sedang berduka.
Iring-iringan jenazah akhirnya sampai di rante yang nantinya akan diletakkan di lakkien (menara
tempat disemayamkannya jenazah selama prosesi berlangsung). Menara itu merupakan bangunan
yang paling tinggi di antara lantang-lantang yang ada di rante. Lakkien sendiri terbuat dari pohon
bambu dengan bentuk rumah adat Toraja. Jenazah dibaringkan di atas lakkien sebelum nantinya
akan dikubur. Di rante sudah siap dua ekor kerbau yang akan ditebas.
Setelah jenazah sampai di lakkien, acara selanjutnya adalah penerimaan tamu, yaitu sanak
saudara yang datang dari penjuru tanah air. Pada sore hari setelah prosesi penerimaan tamu

selesai, dilanjutkan dengan hiburan bagi para keluarga dan para tamu undangan yang datang,
dengan mempertontonkan ma’pasilaga tedong (adu kerbau). Bukan main ramainya para
penonton, karena selama upacara Rambu Solo’, adu hewan pemamah biak ini merupakan acara

yang ditunggu-tunggu.
Selama beberapa hari ke depan penerimaan tamu dan adu kerbau merupakan agenda acara
berikutnya, penerimaan tamu terus dilaksanakan sampai semua tamu-tamunya berada di tempat
yang telah disediakan yaitu lantang yang berada di rante. Sore harinya selalu diadakan adu
kerbau, hal ini merupakan hiburan yang digemari oleh orang-orang Tana Toraja hingga sampai
pada hari penguburan. Baik itu yang dikuburkan di tebing maupun yang di patane’ (kuburan dari
kayu berbentuk rumah adat).
1. D. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Rambu Solo
Upacara Rambu Solo memiliki nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat, di antaranya
adalah gotong royong dan tolong-menolong. Meskipun terlihat sebagai pemborosan karena
mencari harta untuk dihabiskan dalam suatu kematian, unsur gotong royong yang terlihat
sangatlah jelas, contohnya dalam hal penyediaan kerbau. Suatu keluarga yang dirundung duka
(yang ditinggal mati) mendapat sumbangan kerbau, babi, atau uang dari sanak keluarganya untuk
melangsungkan Rambu Solo.
Unsur tolong-menolong pun juga berperan dalam pelaksanaan Rambu Solo. Upacara ini
dilakukan oleh siapa pun yang mampu. Biasanya, ada juga pembagian daging kerbau kepada
orang-orang yang tidak mampu. Hal ini menyebabkan adanya pengurangan kesenjangan sosial.
Selain dua nilai di atas, nilai religi juga tampak dari upacara Rambu Solo. Masyarakat Toraja
memaknai kematian sebagai suatu hal tak ditakuti karena mereka percaya bahwa ada kehidupan
setelah kematian. Bagi mereka, kematian adalah bagian dari ritme kehidupan yang wajib dijalani.

Walau boleh ditangisi, kematian juga menjadi kegembiraan yang membawa manusia kembali
menuju surga, asal-muasal leluhur. Dengan kata lain, mereka percaya adanya kehidupan setelah
kematian.
Dalam upacara kematian Rambu Solo, kesedihan tidak terlau tergambar di wajah-wajah keluarga
yang berduka, sebab mereka punya waktu yang cukup untuk mengucapkan selamat jalan kepada
si mati, sebab jenazah yang telah mati biasanya disimpan dalam rumah adat ( tongkonan ),
disimpan bisa mencapai hitungan tahun. Maksud dari jenazah disimpan ada beberapa alasan,
pertama adalah menunggu sampai keluarga bisa atau mampu untuk melaksanakan upacara
kematian Rambu Solo, kedua adalah menunggu sampai anak-anak dari si mati datang semua
untuk siap menghadiri pesta kematian ini. Karena mereka menganggap bahwa orang yang telah
mati namun belum diupacarakan tradisi Rambu Solo ini dianggap belum mati dan dikatakan
hanya sakit, karena statusnya masih “ sakit “. Orang yang sudah meninggal tadi harus dirawat
dan diperlakukan sebagai orang yang masih hidup.
PENUTUP

Upacara Rambu Solo, Pemakaman Termahal (Bagian 2)
Kategori Sejarah & Budaya

1. Kerbau Kurban
2. Pernak-pernik


Lanjutan dari Upacara Rambu Solo, Pemakaman Khas Toraja (Bagian 1)
Upacara pemakaman adat di Tana Toraja memang tergolong unik. Keunikannya bahkan
sudah terkenal sampai ke mancanegara. Ritual adat pada setiap prosesinya penuh dengan makna.
Sehingga ketika Anda berkunjung ke Tana Toraja untuk menyaksikan ritual pemakaman ini, akan
ada banyak hal yang mengagumkan. Namun satu hal yang akan membuat Anda cukup kaget,
yaitu biaya penyelenggaraan Rambu Solo.

Seperti yang sudah Anda ketahui bahwa ritual pemakaman
masyarakat Toraja biasanya dilaksanakan berbula-bulan bahkan bertahun-tahun setelah kepergian
seseorang. Waktu yang lama tesebut dikarenakan anggota keluarga almarhum membutuhkan
waktu untuk mengumpulkan dana yang cukup banyak. Nah, tahukan Anda berapa jumlah biaya
yang dikeluarkan keluarga untuk melaksanakan Upacara Pemakaman Rambu Solo? sebuah
Upacara Rambu Solo bisa mencapai 4-5 miliyar rupiah. Rata-rata Rambu Solo diselenggarakan
dengan biaya ratusan juta rupiah.
Rambu Solo bukan upacara pemakaman. Dalam upacara pemakaman ini banyak sekali hal-hal
yang menjadi persyaratan dan pendukung sebuah Rambu Solo yang ideal.

Kerbau Kurban


Salah satu persyaratan dalam menyelenggarakan Rambu Solo
adalah hewan kurban berupa kerbau dan babi. Bagi masyarakat Toraja, kerbau adalah hewan
suci. Dalam Upacara Rambu Solo, kerbau menjadi aspek yang utama. Menurut keyakinan
masyarakat Toraja, kerbau merupakan hewan yang akan menghantarkan arwah orang yang
meninggal ke Puya. Semakin banyak kerbau yang dikurbankan, maka arwah orang yang
meninggal akan semakin cepat mencapai Puya.
Kerbau yang dikurbankan pun bukan sembarang kerbau. Kerbau yang akan dikurbankan dalam
Upacara Rambu Solo adalah Tedong Bonga (kerbau bule) Belang, dari jenis Bubalus bubalis
yang biasa dikenal sebagai kerbau lumpur. Kerbau ini mempunyai ciri albino (bule) dan warna
kulit yang belang. Harga seekor kerbau ini sekitar 20-50 juta rupiah. Namun untuk kerbau yang
spesial, harganya bisa mencapai sekitar 600 juta rupiah.

Sedangkan untuk jumlah kerbau yang akan dikurbankan pada Rambu Solo ini, tergantung dari
strata sosial keluarga yang berduka. Semakin tinggi strata sosial sebuah keluarga, semakin
banyak pula jumlah kerbau yang dikurbankan. Untuk keluarga dengan strata sosial menengah,
biasanya kurbau yang dikurbankan sebanyak 8-10 ekor ditambah babi sebanyak 30-50 ekor.
Namun untuk keluarga dari kalangan bangsawan, kerbau yang dikurbankan berjumlah sekitar 25150 ekor. Dengan demikian tidak mengherankan jika biaya yang digunakan untuk melaksanakan
Rambu Solo bisa mencapai 4-5 miliyar rupiah. Sebagian besar dari biaya tersebut digunakan
untuk membeli persyaratan hewan kurban ini.
Kerbau-kerbau yang menjadi kurban Upacara Rambu Solo ini, akan diarak keliling desa terlebih

dahulu sebagai bentuk penghormatan. Kemudian menjelang sore akan diadakan pertarungan
kerbau. Setelah acara tersebut baru kemudian kerbau-kerbau ini disembelih. Daging kerbaukerbau tersebut kemudian dibagikan kepada orang-orang yang telah membantu proses
pelaksanaan Rambu Solo.

Pernak-pernik

Selain persyaratan hewan kurban, beberapa hal yang menjadi
kewajiban dalam Upacara Rambu Solo Tana Toraja Sulawesi adalah pernak-pernik perhiasan.
Sebagai contoh, peti jenazah biasanya dihias dengan kain adat, juga tali dan pernak-pernik dari
emas dan perak. Tak hanya itu, di dalam peti jenazah juga akan diletakkan berbagai barang
sebagai “bekal perjalanan” menuju Puya. Barang-barang tersebut berupa pakaian, bermacammacam perhiasan, dan sejumlah uang. Tidak hanya bekal milik jenazah, bekal untuk anggota
keluarga yang sudah lama meninggal juga dititipkan para jenazah yang baru saja meninggal ini.

Barang-barang tersebut merupakan persyaratan dalam Upacara
Rambu Solo, sebagai persembahan dan pembekalan kepada almarhum agar bisa melakukan
perjalanan ke Puya.

Setelah melewati Upacara Rambu Solo, almarhum akan diarak
dan diantar ke pemakaman yang terletak di dinding tebing. Biasanya akan dibentangkan kain
merah yang panjang, dengan peti jenasah berada di paling belakang. Tak hanya dari pihak

keluarga saja, seluruh masyarakat desa akan turut berjalan mengantarkan jenazah sampai ke
Lakkian.
Indeks istilah umum: pemakaman termahal, kerbau termahal toraja, Kerbau termahal di toraja,
tempat pemakaman termahal di indonesia, biaya pemakaman toraja.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157