TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT HANJA
TUGAS
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
DAN ENTITAS ANAK
Kelompok 5
Nama kelompok :
1. Adytia Prabowo
2. Deliana Azeva
3. Suci Alviolanda Thasyah
Kelas : 5AB
Dosen Pengampu
Henny Yulisiati, S.E.,M.Ak
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................4
1.3.1 Tujuan Penulisan ............................................................................4
1.3.2 Manfaat Penulisan ..........................................................................4
1.4 Gambaran Umum Perusahaan..................................................................4
BAB II ANALISIS TREND
2.1 Pengertian Analisis Trend ........................................................................12
2.2 Perhitungan Analisis Trend......................................................................13
BAB III ANALISIS COMMON SIZE
3.1 Pengertian Analisis Common Size...........................................................23
3.2 Perhitungan Analisis Common Size.........................................................25
BAB IV ANALISIS RASIO
4.1 Pengertian Analisis Rasio.........................................................................37
4.2 Perhitungan Analisis Rasio.......................................................................37
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................55
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan
keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga
mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha
pada masa lalu dan sekarang. Analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat keuntungan,
tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode Analisis
Trend, Analisis Common Size, dan Analisis Rasio, melalui analisis rasio
dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio atau relatif dan bukan dalam
angka yang absolut. Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat
perubahan perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap,
meningkat atau bahkan menurun. Faktor-faktor yang paling utama untuk
mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas, profitabilitas atau
rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Likuiditas dapat menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat
mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber
dayanya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Anlasis laporan
keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mengingat perusahaan
tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu analisis Trend dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
analisis Trend ?
2. Apa itu analisis Common Size dan bagaimana cara analisis menggunakan
metode Common Size?
3. Apa itu analisis Rasio dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
Rasio?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
pengertian
analisis
trend
dan
cara
analisis
menggunakan metode analisis trend
2. Untuk mengetahui Analisis Common Size dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Common Size?
3. Untuk mengetahui pengertian Analisis Rasio dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Rasio?
1.3.2
Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan
teori yang diperoleh dengan praktek yang sesungguhnya
2. Bagi Pembaca, ntuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi
masalah yang sama dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
1.4 Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perjalanan sejarah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (PT.
H.M. Sampoerna Tbk) berawal dari tahun 1913 ketika imigran dari
Surabaya, Liem Seeng Tee, membuat dan menjual rokok kretek
lintingan tangan dengan campuran cengkeh yang kini menjadi merk
terkemuka di Indonesia, yaitu Dji Sam Soe. Ia mulai membuat dan
menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya,
4
Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu
perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek
dan rokok putih secara komersial. Putera kedua Aga Sampoerna yaitu,
Putra Sampoerna, mengambil alih kemudi PT. H.M. Sampoerna pada
tahun 1978. Di bawah kendalinya, PT. H.M. Sampoerna berkembang
menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan modern dan
memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, PT. H.M.
Sampoerna memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rokok
terkemuka di Indonesia.
Pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, affilisi
dari Philip Morris Internasional Inc., perusahaan tembakau terkenal
yang merupakan bagian dari Altria Group, Inc. telah mengakuisisi
sebesar 97,95% saham PT HM Sampoerna Tbk. Perubahan
kepemilikan ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan
sejarah Sampoerna. Dengan kepemimpinan Martin G. King sebagai
presiden direktur dan didukung okeh jajaran direksi dengan keahlian
nasional dan internasional PT. H.M. Sampoerna Tbk memiliki
landasan yang kokoh untuk berkembang lebih pesat lagi. Berkat kerja
keras dan dedikasi dari seluruh manajemen serta karyawan, PT. H.M.
Sampoerna
Tbk
telah
mendapat
pengakuan
dengan
meraih
penghargaan nasional dan internasional. Ratusan penghargaan dalam
berbagai bidang seperti bidang manajemen, pemasaran, penjualan, dan
manufaktur telah diterima oleh PT. H.M. Sampoerna Tbk.
Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. H.M. Sampoerna Tbk. terletak di Jalan Surabaya–
Malang KM 51 ,4 Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur–
Indonesia 67161.
Visi dan Misi Perusahaan
5
Visi
Visi PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terkandung dalam
“Falsafah Tiga Tangan”. Falsafah tersebut mencerminkan lingkungan
usaha dan peranan Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari ketiga
”Tangan” tersebut mewakili: perokok dewasa; karyawan dan mitra
bisnis; serta masyarakat luas. Ketiganya merupakan pemangku
kepentingan Sampoerna dalam mencapai visi sebagai perusahaan paling
terkemuka di Indonesia.
Misi :
1. Menyediakan produk-produk berkualitas tinggi bagi perokok dewasa
dengan kategori harga pilihan mereka. Sampoerna berkomitmen penuh
untuk memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar
bagi perokok dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan
dan inovasi untuk memenuhi selera perokok dewasa yang dinamis.
2. Memberikan kompensasi yang kompetitif dan lingkungan kerja yang baik
bagi
karyawan
dan
membina
hubungan
baik
dengan
mitra
usaha. Karyawan adalah aset terpenting Sampoerna. Kompensasi,
lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk pengembangan karir dan
diri adalah kunci utama dalam membangun motivasi dan produktivitas
karyawan. Di sisi lain, mitra usaha Sampoerna juga berperan penting
dalam keberhasilan Perseroan dan kami mempertahankan kerja sama
yang
erat
dengan
mereka
untuk
memastikan
vitalitas
dan
keberlangsungan mereka.
3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas. Kesuksesan Sampoerna
tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam
mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan dan kontribusi
Perusahaan, kami memfokuskan pada kegiatan Akses terhadap
Pendidikan, Peluang Ekonomi, Pemberdayaan Perempuan, serta Tanggap
Bencana dan Kesiapsiagaan.
6
Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. SAMPOERNA PRINTPACK
Gambar 4.2 Pabrik PT. H.M. Sampoerna Tbk
7
Produk PT. H.M. Sampoerna Tbk
Sampoerna memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan rokok di
Indonesia, yang meliputi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek
Mesin (SKM). Sampoerna juga mendistribusikan produk PT Philip Morris
Indonesia (PMID), Marlboro, di Indonesia. Di antara merek rokok kretek
Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek, dan U Mild.
Berkat fokus dan investasi pada portofolio merek, pada tahun 2014,
sejumlah kelompok merek perusahaan berhasil mempertahankan posisi 10
merek rokok teratas di Indonesia dan kami berhasil mempertahankan posisi
sebagai pemimpin pasar dengan pangsa pasar sebesar 34,9% pada tahun
2014*.
Sampoerna manufactures, markets and distributes cigarettes in Indonesia,
including Hand-Rolled Kretek Cigarettes (SKT) and Machine-Made Kretek
Cigarettes (SKM). Sampoerna also distributes the product of PT Philip
Morris Indonesian (PMID), Marlboro, in Indonesia. Among Sampoerna’s
kretek cigarette brands are Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek and U
Mild.
Thanks to the focus and investment in our brand portfolio, in 2014 some of
company’s brands continued to be in the top 10 brands in Indonesia, and we
maintained the position as the market leader with the market share of
34.9% in 2014*.
Sampoerna A
8
Keluarga Sampoerna A terdiri dari varian-varian SKM, yang meliputi merek
A Mild. A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989 dan
merupakan pelopor produk rokok kategori LTLN (rendah tar rendah nikotin)
di Indonesia.
The Sampoerna A brand family comprises SKM variants, including the A
Mild brand. Sampoerna launched A Mild in 1989, as a pioneer in the LTLN
(low tar low nicotine) cigarette brand in Indonesia.
Dji Sam Soe
Dji Sam Soe merupakan merek SKT pertama yang diproduksi oleh Handel
Maatstchapijj Liem Seeng Tee, yang kemudian menjadi Hanjaya Mandala
Sampoerna. Produk-produk SKT Sampoerna, yaitu Dji Sam Soe dan
Sampoerna Kretek hingga saat ini diproduksi dengan tangan di 5 fasilitas
produksi Sampoerna dan 38 fasilitas produksi milik Mitra Produksi Sigaret
(MPS) di sekitar pulau Jawa. Bentuk dan desain kemasan Dji Sam Soe tidak
pernah berubah sejak tahun 1913 atau selama lebih dari 100 tahun. Dji Sam
Soe diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini
tetap menjadi pemimpin di segmen SKT.
Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM. Dji Sam Soe Filter, Dji
Sam Soe Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru
diluncurkan pada awal tahun 2014, merupakan bagian dari segmen SKM.
Sedangkan Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan
bagian dari segmen SKT.
9
Dji Sam Soe was the first SKT brand produced by Handel Maatschappij
Liem Seeng Tee, which later became Hanjaya Mandala Sampoerna.
Sampoerna’s SKT products, namely Dji Sam Soe and Sampoerna Kretek
are still manufactured by hand to this day in 5 Sampoerna's manufacturing
facilities and 38 facilities belonging to Third Party Operators (TPO)
throughout Java. The shape and design of Dji Sam Soe's packaging have
not changed for over 100 years since 1913. Dji Sam Soe is positioned as a
premium kretek brand in Indonesia and continues to be the leader of the
SKT segment.
Dji Sam Soe has SKT and SKM variants. Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe
Magnum Filter and Dji Sam Soe Magnum Blue—which was launched in
early 2014—are parts of SKM segment. On the other hand, Dji Sam Soe
Kretek and Dji Sam Soe Super Premium are part of SKT segment.
Sampoerna Kretek
Sampoerna Kretek adalah Sigaret Kretek Tangan yang diproduksi pertama
kali pada tahun 1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, generasi
kedua keluarga Sampoerna. Dengan menggabungkan tembakau dan cengkeh
berkualitas, Sampoerna Kretek berhasil menjadi sigaret kretek tangan
terbaik di kelasnya.
Sampoerna Kretek is a Hand-Rolled Kretek Cigarette that was first
manufactured in 1968 in Denpasar, Bali, by Aga Sampoerna, who
represented the second generation of the Sampoerna family. Combining
10
high quality tobacco and clove, Sampoerna Kretek has succeeded to be the
best hand-rolled kretek cigarette in its class.
U Mild
U Mild diluncurkan pada tahun 2005 sebagai bagian dari portofolio produk
LTLN Sampoerna bersama dengan A Mild. Pertumbuhan volume penjualan
U Mild terus meningkat sejak diluncurkannya.
U Mild was launched in 2005 as part of Sampoerna's LTLN portfolio along
with A Mild. U Mild has seen continued growth in sales volume since it was
launched.
Marlboro
Marlboro diluncurkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh PMID dan
merupakan salah satu merek internasional terbesar di pasaran. Sampoerna
mendistribusikan Marlboro di Indonesia. Saat ini terdapat lima varian
Marlboro yang terdiri dari Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro
Black Menthol, Marlboro Lights Menthol, dan Marlboro Ice Blast.
Marlboro was launched in 1984 in Indonesia by PMID and is one of the
biggest international brands in the market. Sampoerna distributes
Marlboro in Indonesia. Marlboro currently has five variants, namely
Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro Black Menthol, Marlboro
Lights Menthol and Marlboro Ice Blast.
11
BAB II
ANALISIS TREND
2.1 Pengertian Analisis Trend
Analisis trend merupakan
suatu
metode
analisis statistika yang
ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang
akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan
berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam
periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut
dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoristis,
dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan adalah
kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau
periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan
tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan
yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit
maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek. Metode yang
dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah :
Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),
Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).
Secara
khusus,
analisis
time
series
dengan
metode kuadrat
terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data
ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti: Y = a
+ b X.
Keterangan :
Y
adalah
variabel
dependen
(tak-bebas)
yang
dicari trendsnya dan X adalah variabel independen (bebas) dengan
menggunakan waktu (biasanya dalam tahun). Sedangkan untuk mencari nilai
12
konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan: a = ΣY / N dan b =
ΣXY/ΣX2
13
2.2 Perhitungan Menggunakan Metode Analisis Trend
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS ANALISIS TREND LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
(dalam jutaan rupiah)
Periode
Akun
Analisis Trend
2014
2015
2016
2014%
2015%
2016%
Rp
Rp
Rp
%
%
%
Penjualan bersih
80,690,139
89,069,306
95,466,657
Beban pokok penjualan
(60,190,077)
(67,304,917)
(71,611,981)
Laba kotor
21,764,389
(5,974,163)
23,854,676
Beban penjualan
20,500,062
(5,295,372)
Beban umum dan administrasi
(1,399,271)
(1,742,155)
(1,737,275)
Penghasilan lain-lain
151,822
148,549
Beban lain-lain
(263,106)
Penghasilan keuangan
110%
118%
100%
112%
-349%
100%
106%
116%
113%
115%
100%
125%
124%
267,679
100%
98%
-102%
(210,358)
(108,713)
100%
7995%
41%
68,963
(138,425)
854,068
100.00%
120%
1486%
Biaya keuangan
57,465
(47,416)
(22,324)
100%
-981%
47%
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi
14,115
15,844
385
100%
112%
3%
13,718,299
13,932,644
17,011,447
100%
102%
124%
Laba sebelum pajak penghasilan
100.00%
(6,097,049)
Beban pajak penghasilan
(3,537,216)
(3,569,336)
(4,249,218)
100%
101%
-42%
Laba tahun berjalan
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100.00%
102%
125%
Penghasilan komprehensif lain
14
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali imbalan pascakerja
Beban pajak penghasilan Terkait
(22,137)
(11,432)
(309,867)
100.00%
5%
140%
100.00%
5%
140%
100%
5%
140%
100.00%
407%
672%
5%
19%
55,221
2,883
77,429
(166,149)
(8,549)
(232,438)
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
061
248
410
Penghasilan komprehensif lain, setelah pajak
(166,088)
(8,301)
(32,028)
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN
Laba yang diatribusikan kepada:
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100%
103%
125%
pemilik entitas induk
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100.00%
102%
125%
-
-
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100%
102%
125%
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100%
103%
125%
-
-
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100.00%
103%
125%
2,306
2,326
110
100%
101%
5%
Pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi:
kepentingan nonpengendali
Jumlah penghasilan komprehensif yang diatribusikan
kepada :
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Laba per saham dasar
dan dilusian (Rupiah penuh)*)
15
Grafik Analisis Trend (Laba Rugi)
140
120
100
80
Penjualan
Laba tahun berjalan
Penghasilan komperhensif tahun
berjalan
60
40
20
0
2014
2015
2016
16
Dalam analisis trend dari Laporan Laba Rugi PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :
Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%
Tahun Dasar
Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2015 Rp 10,355,007,- maka, Angka
indeks adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 10,355,007 x 100%
Rp 10,014,995
=
103%
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1.
Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar
103% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun 2014.
2.
Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014 naik sebesar 3% Jika
dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2014.
3.
Jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015 berjumlah 3% lebih
besar dari jumlah penghasilan komprehensif pada akhir tahun 2014.
Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2016 Rp 12,530,201,- maka,
Angka indeks adalah :
Angka Indeks 2016 = Rp12,530,201 x 100%
Rp10,014,995
=
125%
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada ada pada akhir tahun 2016
sebesar 125% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun
2014.
2. Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2016 naik sebesar 22% Jika
dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015.
3. Jumlah
penghasilan komprehensif pada tahun 2016 berjumlah 25% lebih besar
dari jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014.
17
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS TREND LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
(Dalam Jutaan Rupiah)
Periode
Akun
Analisis Trend
2014
2015
2016
2014
2015
2016
Rp
Rp
Rp
%
%
%
65,086
1,718,738
5,056,183
100
2641
7768
- Pihak ketiga
855,768
2,288,676
3,124,358
100
267
365
- Pihak-pihak berelasi
153,877
170,066
198,168
100
111
129
- Pihak ketiga
80,286
124,063
190,079
100
155
237
- Pihak-pihak berelasi
8,006
2,144,022
1,483,815
100
26780
18534
0
1,349,701
1,634,332
100
0
17,431,586
19,071,523
19,442,023
100
109
112
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas
Piutang usaha
Piutang lainnya
Aset keuangan jangka pendek lainnya
Persediaan
Pajak dibayar dimuka
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
Uang muka pembelian tembakau
Biaya dibayar dimuka
Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual
Jumlah aset lancar
2,448
1,418
100
58
0
676,086
1,168,354
974,217
100
173
144
1,328,672
1,536,678
1,377,109
100
116
104
171,411
156,025
167,212
100
91
98
4,288
78,066
100
1821
100
143
20,777,514
29,807,330
0
33,647,496
162
18
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi
48,347
61,789
62,174
100
128
129
Properti investasi
435,991
605,616
585,098
100
139
134
Aset tetap
5,919,600
6,281,176
6,895,483
100
106
116
Tanah untuk pengembangan
114,900
113,729
114,888
100
99
100
Aset pajak tangguhan
219,407
235,765
272,268
100
107
124
Goodwill
60,423
60,423
60,423
100
100
100
Aset tidak lancar lainnya
804,448
844,896
870,447
100
105
108
Jumlah aset tidak lancar
7,603,116
8,203,394
8,860,781
100
108
117
JUMLAH ASET
28,380,630
38,010,724
42,508,277
100
134
150
90,658
100
0
0
2,744,820
100
0
0
LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga
- Pihak berelasi
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
2,313,370
2,567,887
100
127
141
942,290
877,743
1,302,730
100
93
138
382,594
364,569
735,290
100
95
192
49,154
898,492
100
7
124
176,838
100
0
3
100
198
0
100
124
136
1,819,182
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
utang cukai
Akrual
723,887
6,164,841
120,209
238,337
507,145
628,781
Liabilitas imbalan kerja
- jangka pendek
691,643
19
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
79,645
45,410
34,830
5,329
100
57
44
100
0
0
100
103
106
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek
19,630
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk dijual
Jumlah liabilitas jangka pendek
20,248
20,768
1,062
0
13,600,230
4,538,674
6,428,478
1,172,616
1,351,368
1,806,764
100
0
0
100
33
47
100
115
154
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas imbalan kerja
Liabilitas pajak tangguhan
730
Liabilitas sewa pembiayaan
33,455
40,878
65,744
100
122
197
Pendapatan tangguhan
75,485
63,744
32,277
100
84
43
1,282,286
1,455,990
1,904,785
100
114
149
14,882,516
5,994,664
8,333,263
100
40
56
438,300
465,272
465,272
100
106
106
99,396
20,185,848
20,466,910
100
20309
20591
646,270
646,518
646,928
100
100
100
-29,721
-29,721
-29,721
100
100
100
90,000
90,000
95,000
100
100
106
- Belum dicadangkn
12,253,869
10,358,143
12,530,625
100
85
102
Jumlah ekuitas
13,498,114
32,016,060
34,175,014
100
237
253
Jumlah liabilitas jangka panjang
Jumlah liabilitas
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Modal saham
Modal dasar
Tambahan modal disetor
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Ekuitas lainnya
Saldo laba
- Dicadangkan
20
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
28,380,630
38,010,724
42,508,277
100
134
150
Grafik Analisis Trend (Laporan Posisi Keuangan)
300
250
200
Aset
Liabilitas
Ekuitas
150
100
50
0
2014
2015
2016
21
Dalam analisis trend dari laporan keuangan PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :
Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%
Tahun Dasar
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah total aset lancar tahun
2014 sebesar Rp 20.777.514,- dan total aset lancar Tahun 2015 Rp 29.807.330,maka, Angka indeks adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 29.807.330 x 100%
=
143%
Rp 20.777.514
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 143% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancar pada tahun 2014 naik sebesar 43% jika dibandingkan
dengan total aset lancar akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2015 berjumlah 43% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.
Angka Indeks 2016
= Rp 33.647.496 x 100%
=
162%
Rp 20.777.514
Kemudian, total aset lancar akhir tahun 2016 sebesar Rp 33.647.496
maka :
1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 162% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancarnyang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 62% jika
dibandingkan dengan total aset akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2016 berjumlah 62% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Jumlah Liabilitas tahun 2015 Rp
5.994.664 dan jumlah Liabilitas tahun 2014 Rp 14.882.516 maka,Angka indeks
adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 5.994.664 x 100%
=
40%
Rp14.882.516
22
Kemudian Jumlah Liabilitas akhir tahun 2015 sebesar Rp 5.994.664
maka :
1. Jumlah Liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 seebesar 40% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 40% terjadinya
penurunan jika dibandingkan dengan jumlah liabilitas 2014.
Angka Indeks 2016 = Rp 8.333.263 x 100%
=
56%
Rp 14.882.516
1. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56%
terjadinya peningkatan dari tahunm 2015.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Ekuitas pada tahun 2015
Rp 32.016.060 dan pada tahun 2014 Rp 13.498.114 maka Angka
Indeksnya adalah
Angka Indeks 2015 = Rp 32.016.060 x 100%
= 237 %
Rp13.498.114
Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2015 Rp 31.016.060 maka:
1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 237% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 137% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.
Angka Indeks 2016 = Rp 34.175.014 x 100%
= 253%
Rp 13.498.114
Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2016 Rp 34.175.014 maka:
1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 253% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 153% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.
23
BAB III
ANALISIS COMMON SIZE
3.1 Pengertian Persentase common size
Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah
persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masingmasing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur labarugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut
common-size statement. Dan Menurut Jusuf (2000: 75), common size
analysis adalah menganalisis laporan keuangan untuk satu periode tertentu
dengan cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos lainnya.
Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan persentase di mana
salah satu pos ditetapkan patokan 100%.
Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total
penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Dalam laporan common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase dan
tidak ditunjukkan jumlah moneternya. Dalam laporan keuangan common size
(laporan yang berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam
kelompok yang bersangkutan adalah 100%. Prosedur dalam analisis common
size disebut sebagai analisis vertikal karena melakukan evaluasi akun dari
atas ke bawah (atau dari bawah ke atas).
Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami
pembentuk internal laporan keuangan. Laporan laba rugi common size dapat
memberikan perspektif yang lebih baik untuk mengevaluasi upaya
pemangkasan biaya. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan yang
terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan. Laporan keuangan
common size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena
laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common
size.
24
Rumus Analisis Common Size:
Neraca
: (item-item dalam Neraca / Tot. Aktiva) x 100%
Rugi/Laba : (item -item dalam Lap. Rugi laba / Tot. Penjualan) x 100%
Cara Perhitungan Persentase Common Size
Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan
keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut
(Djarwanto, 1999: 71) :
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan
jumlah penjualan netto dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan
totalnya, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur
laporan keuangan itu dengan totalnya.
25
3.2 Perhitungan menggunakan Analisis Common Size
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
Akun
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas
Piutang usaha
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Piutang lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Aset keuangan jangka pendek lainnya
Persediaan
Pajak dibayar dimuka
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
Uang muka pembelian tembakau
Biaya dibayar dimuka
Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk
dijual
Jumlah aset lancar
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi
Properti investasi
2014
Rp
Periode
2015
Rp
2016
Rp
(dalam jutaan rupiah)
Analsis Common Size
2014
2015
2016
%
%
%
65,086
1,718,738
5,056,183
0.23
4.52
4.52
855,768
153,877
2,288,676
170,066
3,124,358
198,168
3.02
0.54
6.02
0.45
6.02
0.45
80,286
8,006
190,079
1,483,815
1,634,332
19,442,023
0.28
0.03
17,431,586
124,063
2,144,022
1,349,701
19,071,523
61.42
0.33
5.64
3.55
50.17
0.33
5.64
3.55
50.17
2,448
676,086
1,328,672
171,411
1,418
1,168,354
1,536,678
156,025
974,217
1,377,109
167,212
0.01
2.38
4.68
0.60
0.00
3.07
4.04
0.41
0.00
3.07
4.04
0.41
4,288
78,066
20,777,514
29,807,330
33,647,496
0.02
73.21
0.21
78.42
0.21
78.42
48,347
435,991
61,789
605,616
62,174
585,098
0.17
1.54
0.16
1.59
0.16
1.59
26
Aset tetap
Tanah untuk pengembangan
Aset pajak tangguhan
Goodwill
Aset tidak lancar lainnya
Jumlah aset tidak lancar
JUMLAH ASET
LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga
- Pihak berelasi
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
utang cukai
Akrual
Liabilitas imbalan kerja
- jangka pendek
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk
dijual
Jumlah liabilitas jangka pendek
5,919,600
114,900
219,407
60,423
804,448
7,603,116
28,380,630
6,281,176
113,729
235,765
60,423
844,896
8,203,394
38,010,724
6,895,483
114,888
272,268
60,423
870,447
8,860,781
42,508,277
90,658
2,744,820
20.86
0.40
0.77
0.21
2.83
26.79
100.00
16.52
0.30
0.62
0.16
2.22
21.58
100.00
16.52
0.30
0.62
0.16
2.22
21.58
100.00
0.32
9.67
1,819,182
942,290
2,313,370
877,743
2,567,887
1,302,730
6.41
3.32
6.09
2.31
6.04
3.06
382,594
723,887
6,164,841
120,209
364,569
49,154
735,290
898,492
176,838
1.35
2.55
21.72
0.42
0.96
0.13
0.00
0.63
1.73
2.11
0.42
0.00
507,145
628,781
691,643
1.79
1.65
1.63
79,645
5,329
45,410
34,830
0.28
0.02
0.12
0.00
0.08
0.00
19,630
20,248
20,768
0.07
0.05
0.05
13,600,230
1,062
4,538,674
6,428,478
0.00
47.92
0.00
11.94
0.00
15.12
238,337
27
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas imbalan kerja
Liabilitas pajak tangguhan
Liabilitas sewa pembiayaan
Pendapatan tangguhan
Jumlah liabilitas jangka panjang
Jumlah liabilitas
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk
Modal saham
Modal dasar
Tambahan modal disetor
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Ekuitas lainnya
Saldo laba
- Dicadangkan
- Belum dicadangkn
Jumlah ekuitas
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
1,172,616
730
33,455
75,485
1,282,286
14,882,516
1,351,368
1,806,764
40,878
63,744
1,455,990
5,994,664
65,744
32,277
1,904,785
8,333,263
438,300
99,396
646,270
-29,721
465,272
20,185,848
646,518
-29,721
465,272
20,466,910
646,928
-29,721
90,000
12,253,869
13,498,114
28,380,630
90,000
10,358,143
32,016,060
38,010,724
95,000
12,530,625
34,175,014
42,508,277
0.00
4.13
0.00
0.12
0.27
4.52
52.44
0.00
3.56
0.00
0.11
0.17
3.83
15.77
0.00
4.25
0.00
0.15
0.08
4.48
19.60
1.54
0.35
2.28
-0.10
0.00
0.32
43.18
47.56
100.00
1.22
53.11
1.70
-0.08
0.00
0.24
27.25
84.23
100.00
1.09
48.15
1.52
-0.07
0.00
0.22
29.48
80.40
100.00
Grafik Analisis Common Size (Laporan Posisi Keuangan)
28
120
100
80
Aset
Liabilitas
Ekuitas
60
40
20
0
2014
2015
2016
29
Dari data Laporan Posisi Keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan
entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat diketahui persentase per
komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa Common Size dari Neraca
akun kas dan setara kas PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk DAN
ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:
1. Antara Komponen Kas dengan Total Aset (dalam jutaan rupiah)
Untuk tahun 2014 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 65.086
x 100
Rp 28.380 .630
= 0,23%
¿
Artinya, saldo kas tahun 2014 sebesar 0,23% dari jumlah aset akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar
Rp0,0023
Untuk tahun 2015 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 1.718 .738
x 100
Rp 38.010 .724
=4,52%
¿
Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52%% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452
Untuk tahun 2016 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 5.056 .183
¿
x 100
Rp 42.508 .277
= 4.52%
Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452
2. Antara Komponen Utang Pajak dengan Total Pasiva
Untuk tahun 2014 adalah :
30
¿
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 382.594
x 100
Rp 28.380 .630
= 1,35%
Artinya, saldo utang pajak tahun 2014 sebesar 1,35% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2014 adalah Rp0,0135 aset yang dibiayai dari utang pajak
sebesar Rp0,0135
¿
Untuk tahun 2015 adalah :
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 364.569
x 100
Rp 38.010 .724
= 0,96%
Artinya, saldo utang pajak tahun 2015 sebesar 0,96% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2015 adalah Rp0,0096 aset yang dibiayai dari utang pajak
¿
sebesar Rp0,0096
Untuk tahun 2016 adalah :
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 735.290
x 100
Rp 42.508 .277
= 1,73%
31
Artinya, saldo utang pajak tahun 2016 sebesar 1,73% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2015 adalah Rp0,0173 aset yang dibiayai dari utang pajak
sebesar Rp0,0173.
32
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
Penjualan bersih
2014
Rp
Rp
80,690,139
Periode
2015
Rp
Rp
89,069,306
2016
Rp
Rp
95,466,657
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban penjualan
Beban umum dan administrasi
(60,190,077)
20,500,062
(5,295,372)
(1,399,271)
(67,304,917)
21,764,389
(5,974,163)
(1,742,155)
(71,611,981)
23,854,676
(6,097,049)
(1,737,275)
151822
(263106)
57465
(47,416)
14115
148549
(210358)
68963
(138,425)
15844
267679
(108713)
854068
(22,324)
385
13,718,299
13,932,644
Akun
Penghasilan lain-lain
Beban lain-lain
Penghasilan keuangan
Biaya keuangan
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi
Laba sebelum pajak penghasilan
Beban pajak penghasilan
Laba tahun berjalan
Penghasilan komprehensif lain
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali imbalan pascakerja
(3,537,216)
10,181,083
-22137
(3,569,336)
10,363,308
(11,432)
17,011,447
(4,249,21
8)
12,762,22
9
(309,867)
(dalam jutaan rupiah)
Analisis Commond Size
2014
2015
2016
%
%
%
100
100
100
-75
25
-7
-2
-76
24
-7
-2
-75
25
-6
-2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
17
16
18
-4
-4
-4
13
12
13
0
0
0
33
Beban pajak penghasilan
Terkait
Pos yang akan
direklasifikasi ke
laba rugi:
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Penghasilan komprehensif lain,
setelah pajak
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN
Laba yang diatribusikan kepada:
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Jumlah penghasilan komprehensif yang
diatribusikan kepada :
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Laba per saham dasar
dan dilusian (Rupiah penuh)*)
55221
2883
77429
0
0
0
(166,149)
(8,549)
(232,438)
0
0
0
61
(166,088)
248
(8,301)
410
(232,028)
0
0
0
0
0
0
10,014,995
10,355,007
12,530,201
12
12
13
10,181,083
10,181,083
10,363,308
10,363,308
12,762,229
13
12
13
12,762,229
13
12
13
10,014,995
-
10,355,007
-
12,530,201
12
12
13
10,014,995
2306
10,355,007
2326
12
12
13
12,530,20
1
110
Grafik Analisis Common Size (Laporan Laba Rugi)
34
20
18
16
14
12
Laba sebelum pajak
Laba tahun berjalan
Penghasilan komperhensif tahun
berjalan
10
8
6
4
2
0
2014
2015
2016
35
Dari data Laporan Laba Rugi dan Komperhensif Lainya PT. Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk dan entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat
diketahui persentase per komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa
Common Size dari laba sebelum pajak
PT. HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:
Laba sebelum pajak 2014
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp 13.718 .299
x 100
Rp 80.690 .139
= 17%
Laba sebelum pajak 2015
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp 13.932.644
x 100
Rp 80.069 .306
= 16%
Laba sebelum pajak 2016
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp17.011 .447
x 100
Rp 95.466 .657
= 18%
Berdasarkan tabel dan perhitungan laba sebelum pajak selama periode
2014 – 2016 terlihat berfluktuasi karena pada tahun 2015 laba yang sebelumya 17
% mengalami penurunan sebesar 1 % yang menjadi 16% di tahun 2015, tetapi
pada tahun 2016, laba sebelum pajak naik sebesar 2% sehingga pada tahun 2016
36
mendapatkan laba 18% yang mana, laba sebelum pajak ini adalah laba sebelum
pajak yang paling tinggi dari periode 2014 – 2016.
Sedangkan untuk beban pokok penjualan turun selama tahun 2014-2016
pada tahun 2014 beban pokok penjualan sebesar 75%, pada tahun 2015 beban
pokok penjualan naik sebesar 1% menjadi 76% dan pada tahun 2016 jumlah
beban pokok penjualan naik dari Rp67.304.917 (dalam jutaan rupiah) menjadi
Rp71.611.981 (dalam jutaaan rupiah) tetapi berdasarkan perhitungan common size
beban pokok penjualan pada tahun 2016 turun sebesar 1%. Ini mengartikan bahwa
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mampu menekan beban pokok penjualan
untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
Untuk laba tahun berjalan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
mengalami fluktuasi walau jumlahnya naik setiap tahun. Pada tahun 2015
persentase dari perhitungan common size laba tahun berjalan menurun sebesar 1%
tetapi secara jumlah laba yang di dapat PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
meningkat sebesar Rp182.225 (dalam jutaan rupiah) ini menandakan bahwa beban
pokok penjualan pada tahun 2014 lebih sedikit yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba yang lebih dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016
persentase common size naik kembali sebesar 1%.
37
BAB IV
ANALISIS RASIO
4.1 Pengertian Analisis Rasio
Analisis rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca
dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu
perusahaan tertentu.Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Manfaat Analisis Rasio :
a. Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan perusahaan yang
bersangkutan
b. Perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.
4.2 Perhitungan Menggunakan Analisis Rasio
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancar, yang berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kwajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan, maupun di dalam perusahaan.
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan asset lancar yang
dimiliki.
Current Ratio=
Aset Lancar
Utang Lancar
X100%
38
Tahun 2014=
Rp 20.777 .514
X 100 =1,53
Rp13.600 .230
Tahun 2015=
Rp 29.807.330
X 100 =6,58
Rp 4.538.674
Tahun 2016=
Rp 33.647 .496
X 100 =5,23
Rp 6.428 .478
Analisis rasio lancar PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun
2014 menunjukkan jumlah aktiva lancar sebanyak 1,5 (dibulatkan) kali
utang lancar setiap Rp 1 utang lancar, dijamin oleh Rp1,5 aset lancar.
Tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan yang cukup pesat, sebesar
Rp 6,6 (dibulatkan) asset lancar dapat menjamin Rp 1 utang lancar.
Namun tahun 2015 ke tahun 2016 sedikit mengalami penurunan yang
berselisih
1,35.
Hal
ini
berarti
perusahaan
mampu
mengelola/memanajemen asset lancar tahun 2015 lebih baik daripada
tahun setelahnya. Tahun 2015 menandakan bahwa kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih besar daripada tahun
sesudahnya. Namun, di samping itu rasio lancar yang tinggi menunjukkan
adanya kelebihan aset lancar yang akan mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar secara umum
menghasilkan tingkat return yang lebih rendah dibandingkan dengan aset
tetap.
b. Cash Ratio
Cash Ratio Merupakan Ratio (Rasio) yang digunakan dalam
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan kas yang tersedia.
Cash Ratio=
( Kas+Setara Kas)
x 100
Utang Lancar
39
Tahun 2014=
( Rp 65.086)
x 100 =0,005
Rp 13.600 .230
Tahun 2015=
( Rp 1.718 .738)
x 100 =0,379
Rp 4.538 .674
Tahun 2016=
(5.056 .183)
x 100 =0,787
6.428 .478
.Tahun 2014 dan 2015 merupakan keadaan perusahaan yang kurang
baik dikarenakan rasio kas yang berada di bawah rata-rata industri yaitu
sebesar 50%, hal ini dinilai buruk karena untuk membayar kewajiban
masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar
lainnya, sedangkan pada tahun 2016 kondisi rasio kas tergolong cukup
baik karena berada di atas rata-rata industri untuk rasio kas.
c. Acid Test Ratio (Rasio Cepat/quick ratio)
Rasio cepat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengam menggunakan asset lancar yang
dimilikinya tanpa memanfaatkan persediaan.
Rasio Cepat =
Aset Lancar−Persediaan
Utang Lancar
Tahun 2014=
20.777 .514−17.431586
=0,246
13.600 .230
Tahun 2015=
29.807 .330−19.071 .523
=2,365
4.538.674
Tahun 2016=
33.647 .496−19.442.023
=2,210
6.428 .478
Di antara komponen aset lancar, persediaan biasanya dianggap
sebagai asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin
panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas dan juga terjadi
ketidakpastian nilai persediaan. Dengan alasan di atas, persediaan
40
dikeluarkan dari asset lancar untuk perhitungan rasio cepat. Rasio cepat
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun 2015 lebih besar dari tahun
sebelum dan sesudahnya. Jika rata-rata industri untuk rasio cepat adalah
1,5 kali, maka keadaan perusahaan pada tahun 2015 dan 2016 lebih baik
dari tahun 2014, karena kondisi ini menunjukkan bawha perusahaan tidak
harus menjual persediaannya jika akan melunasi utang lancarnya, tetapi
dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.
d. Rasio perputaran kas
Perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan
modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas utuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan.
Rasio Perputaran Kas=
penjualanbersih
total aktiva lancar−total utang lancar
Tahun 2014=
80.690 .139
=11,242
20.777 .514−13.600 .230
Tahun 2015=
89.069 .306
=3,525
29.807 .330−4.538 .674
Tahun 2016=
95.466 .657
=3,507
33.647 .496−6.428 .478
Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10% maka pada
tahun 2014 perusahaan berada di posisi sangat baik karena perputaran
kasnya masih tergolong stabil, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 dapat
di artikan kas yang tertanam pada aktiva sulit dicairkan dalam waktu
singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih
sedikit.
41
Tabel 4.2.1
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
Rekapitulasi Analisis Rasio Likuiditas
Rekapitulas
Rasio
Tahun
2014
1,53
2015
6,58
2016
5,23
Rasio Kas
Rasio
0,005
0,246
0,379
2,365
0,787
2,210
11,242
3,525
3,507
i
Lancar
Cepat
Rasio
Perputaran Kas
Berdasarkan rasio likuiditas, terlihat terlihat bahwa pada tahun 2014 adanya utang
cukai dan utang dari pihak yang berelasi maka utang lancar perusahaan hampir
setara dengan aktiva lancar yang dimiliki, apabila melihat aktiva lancar tanpa
melihat persediaan yang ada, perusahaan juga hanya dapat menutupi sebagian
utang lancar dan biaya-biaya saat jatuh tempo. Kas yang dimiliki perusahaan juga
belum dapat menutup utang lancar perusahaan. Dilihat dari perputaran kas tahun
2014 yang sangat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mampu
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan pada tahun 2015 perusahaan telah dapat menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, hal ini dikarenakan pada tahun
2015, tidak ada utang cukai dan utang dari pihak yang berelasi, dan dari segi
penutupan utang lancar dengan menggunakan kas, pada tahun 2015 kas
perusahaan telah dapat menutupi sebagian utang lancar yang dimiliki dengan
perputaran kas yang cukup baik, yaitu tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu
rendah.
Pada tahun 2016 terjadi sedikit kenaikan dari utang dikarenakan adanya utang
cukai dan kenaikan utang pajak, dan hal ini membuat sedikit penurunan terhadap
kemampuan perusahaan dalam menutupi utang lancarnya dengan menggunakan
aktiva lancar. Jika ditinjau dari kemampuan perusahaan menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan kas dan setara kas maka terlihat bahwa perusahaan telah
42
dapat menutupi hampir sebagian utang lancarnya dengan menggunakan kas,
dikarenakan adanya kenaikan jumlah uang kas pada perusahaan di tahun 2016.
Sedangkan berdasarkan aktiva lancar dikurang persediaan yang ada, perusahaan
telah mampu menutupi utangnya dengan baik. Perputaran kas yang terjadi pada
tahun 2016 juga cukup baik.
Dapat disimpulkan bahawa, pada tahun 2014 perusahaan tidak mampu menutupi
kewajiban lancarnya, namun di tahun 2015 dan 2016 perusahaan dapat dikatakan
likuid karena telah mampu menutupi seluruh utang lancar yang dimiliki.
43
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau dengan kata lain
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Perusahaan dikatakan solvable jika total asset > total hutang.
a. Rasio Total Utang terhadap Total Aset (DAR)
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio
yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi.
Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan meningkatkan ROE dengan
cepat, tetapi sebaliknya jika penjualan menurun, ROE akan menurun pula. Risiko
perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi akan semakin tinggi pula.
Rasio total utang terhadap total aset=
Tahun 2014=
14.882 .516
=0,524
28.380 .630
Tahun 2015=
5.994 .664
=0,158
38.010 .724
Tahun 2016=
8.333.263
=0,196
42.508.277
Total Utang
Total Aset
Rasio DAR pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Menunjukkan
bahwa pada tahun 2014, 52% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang,
sedangkan untuk tahun 2015 dan 2016 perusahaan hanya dibiayai sekitar 15% dan
19% dari utang untuk pendanaan.
b. Rasio Total Utang terhadap Total Ekuitas (DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur total utang dalam struktur modal
suatu perusahaan dalam kondisi utang jangka panjang perusahaan.
44
Rasio total utang terhadap total ekuitas=
Tahun2014=
14.882 .516
=¿ 1,103
13.498 .114
Tahun 2015=
5.994 .664
=¿ 0,187
32.016 .060
Tahun 2016=
8.333 .263
=0,248
34.175 .014
Total Utang
Total Ekuitas
Rasio debt to equity (DER) di atas menggambarkan struktur permodalan
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yang pada tahun 2014 seluruh modal
dibiayai dari kreditor sepenuhnya, sedangkan tahun 2015 hanya 18% modal di
biayai oleh utang dan tahun 2015 dengan 24%.
45
Tabel 4.2.2
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
Rekapitulasi Analisis Rasio Solvabilitas
Rekapitulas
i
Rasio total
utang
terhadap
total aset
Rasio total
utang
terhadap
total ekuitas
Tahun
2014
0,524
2015
0,158
2016
0,196
1,103
0,187
0,248
Berdasarkan tabel di atas. Pada tahun 2014 jika di persentase kan maka sekitar
52% pendanaan masih di biayai oleh utang , hal ini dikarenakan jumlah utang
perusahaan hampir mencapai setengah aset perusahaan. Sedangkan dilihat dari
ekuitas perusahaan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa seluruh modal
perusahaan di biayai oleh utang perusahaan.
Pada tahun 2015 jika di persentasekan, makan hanya sekitar 15% pendanaan
masih di biayai oleh utang, hal ini di karenakan jumlah
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
DAN ENTITAS ANAK
Kelompok 5
Nama kelompok :
1. Adytia Prabowo
2. Deliana Azeva
3. Suci Alviolanda Thasyah
Kelas : 5AB
Dosen Pengampu
Henny Yulisiati, S.E.,M.Ak
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................4
1.3.1 Tujuan Penulisan ............................................................................4
1.3.2 Manfaat Penulisan ..........................................................................4
1.4 Gambaran Umum Perusahaan..................................................................4
BAB II ANALISIS TREND
2.1 Pengertian Analisis Trend ........................................................................12
2.2 Perhitungan Analisis Trend......................................................................13
BAB III ANALISIS COMMON SIZE
3.1 Pengertian Analisis Common Size...........................................................23
3.2 Perhitungan Analisis Common Size.........................................................25
BAB IV ANALISIS RASIO
4.1 Pengertian Analisis Rasio.........................................................................37
4.2 Perhitungan Analisis Rasio.......................................................................37
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................55
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan
keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga
mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha
pada masa lalu dan sekarang. Analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat keuntungan,
tingkat risiko dan tingkat kesehatan suatu perusahaan.
Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode Analisis
Trend, Analisis Common Size, dan Analisis Rasio, melalui analisis rasio
dapat dihasilkan pengukuran dalam bentuk rasio atau relatif dan bukan dalam
angka yang absolut. Dengan demikian dapat mempermudah dalam melihat
perubahan perubahan yang terjadi, apakah menunjukkan arah yang tetap,
meningkat atau bahkan menurun. Faktor-faktor yang paling utama untuk
mendapatkan perhatian analisis adalah tingkat likuiditas, profitabilitas atau
rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Likuiditas dapat menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Profitabilitas dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Solvabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Aktivitas dapat
mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber
dayanya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Anlasis laporan
keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mengingat perusahaan
tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu analisis Trend dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
analisis Trend ?
2. Apa itu analisis Common Size dan bagaimana cara analisis menggunakan
metode Common Size?
3. Apa itu analisis Rasio dan bagaimana cara analisis menggunakan metode
Rasio?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
pengertian
analisis
trend
dan
cara
analisis
menggunakan metode analisis trend
2. Untuk mengetahui Analisis Common Size dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Common Size?
3. Untuk mengetahui pengertian Analisis Rasio dan bagaimana cara analisis
menggunakan metode Rasio?
1.3.2
Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan
teori yang diperoleh dengan praktek yang sesungguhnya
2. Bagi Pembaca, ntuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi
masalah yang sama dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.
1.4 Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perjalanan sejarah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (PT.
H.M. Sampoerna Tbk) berawal dari tahun 1913 ketika imigran dari
Surabaya, Liem Seeng Tee, membuat dan menjual rokok kretek
lintingan tangan dengan campuran cengkeh yang kini menjadi merk
terkemuka di Indonesia, yaitu Dji Sam Soe. Ia mulai membuat dan
menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya,
4
Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu
perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek
dan rokok putih secara komersial. Putera kedua Aga Sampoerna yaitu,
Putra Sampoerna, mengambil alih kemudi PT. H.M. Sampoerna pada
tahun 1978. Di bawah kendalinya, PT. H.M. Sampoerna berkembang
menjadi perseroan publik dengan struktur perseroan modern dan
memulai masa investasi dan ekspansi. Dalam proses, PT. H.M.
Sampoerna memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rokok
terkemuka di Indonesia.
Pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, affilisi
dari Philip Morris Internasional Inc., perusahaan tembakau terkenal
yang merupakan bagian dari Altria Group, Inc. telah mengakuisisi
sebesar 97,95% saham PT HM Sampoerna Tbk. Perubahan
kepemilikan ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan
sejarah Sampoerna. Dengan kepemimpinan Martin G. King sebagai
presiden direktur dan didukung okeh jajaran direksi dengan keahlian
nasional dan internasional PT. H.M. Sampoerna Tbk memiliki
landasan yang kokoh untuk berkembang lebih pesat lagi. Berkat kerja
keras dan dedikasi dari seluruh manajemen serta karyawan, PT. H.M.
Sampoerna
Tbk
telah
mendapat
pengakuan
dengan
meraih
penghargaan nasional dan internasional. Ratusan penghargaan dalam
berbagai bidang seperti bidang manajemen, pemasaran, penjualan, dan
manufaktur telah diterima oleh PT. H.M. Sampoerna Tbk.
Lokasi Perusahaan
Lokasi PT. H.M. Sampoerna Tbk. terletak di Jalan Surabaya–
Malang KM 51 ,4 Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur–
Indonesia 67161.
Visi dan Misi Perusahaan
5
Visi
Visi PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terkandung dalam
“Falsafah Tiga Tangan”. Falsafah tersebut mencerminkan lingkungan
usaha dan peranan Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari ketiga
”Tangan” tersebut mewakili: perokok dewasa; karyawan dan mitra
bisnis; serta masyarakat luas. Ketiganya merupakan pemangku
kepentingan Sampoerna dalam mencapai visi sebagai perusahaan paling
terkemuka di Indonesia.
Misi :
1. Menyediakan produk-produk berkualitas tinggi bagi perokok dewasa
dengan kategori harga pilihan mereka. Sampoerna berkomitmen penuh
untuk memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar
bagi perokok dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan
dan inovasi untuk memenuhi selera perokok dewasa yang dinamis.
2. Memberikan kompensasi yang kompetitif dan lingkungan kerja yang baik
bagi
karyawan
dan
membina
hubungan
baik
dengan
mitra
usaha. Karyawan adalah aset terpenting Sampoerna. Kompensasi,
lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk pengembangan karir dan
diri adalah kunci utama dalam membangun motivasi dan produktivitas
karyawan. Di sisi lain, mitra usaha Sampoerna juga berperan penting
dalam keberhasilan Perseroan dan kami mempertahankan kerja sama
yang
erat
dengan
mereka
untuk
memastikan
vitalitas
dan
keberlangsungan mereka.
3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas. Kesuksesan Sampoerna
tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam
mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan dan kontribusi
Perusahaan, kami memfokuskan pada kegiatan Akses terhadap
Pendidikan, Peluang Ekonomi, Pemberdayaan Perempuan, serta Tanggap
Bencana dan Kesiapsiagaan.
6
Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. SAMPOERNA PRINTPACK
Gambar 4.2 Pabrik PT. H.M. Sampoerna Tbk
7
Produk PT. H.M. Sampoerna Tbk
Sampoerna memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan rokok di
Indonesia, yang meliputi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek
Mesin (SKM). Sampoerna juga mendistribusikan produk PT Philip Morris
Indonesia (PMID), Marlboro, di Indonesia. Di antara merek rokok kretek
Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek, dan U Mild.
Berkat fokus dan investasi pada portofolio merek, pada tahun 2014,
sejumlah kelompok merek perusahaan berhasil mempertahankan posisi 10
merek rokok teratas di Indonesia dan kami berhasil mempertahankan posisi
sebagai pemimpin pasar dengan pangsa pasar sebesar 34,9% pada tahun
2014*.
Sampoerna manufactures, markets and distributes cigarettes in Indonesia,
including Hand-Rolled Kretek Cigarettes (SKT) and Machine-Made Kretek
Cigarettes (SKM). Sampoerna also distributes the product of PT Philip
Morris Indonesian (PMID), Marlboro, in Indonesia. Among Sampoerna’s
kretek cigarette brands are Dji Sam Soe, A Mild, Sampoerna Kretek and U
Mild.
Thanks to the focus and investment in our brand portfolio, in 2014 some of
company’s brands continued to be in the top 10 brands in Indonesia, and we
maintained the position as the market leader with the market share of
34.9% in 2014*.
Sampoerna A
8
Keluarga Sampoerna A terdiri dari varian-varian SKM, yang meliputi merek
A Mild. A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989 dan
merupakan pelopor produk rokok kategori LTLN (rendah tar rendah nikotin)
di Indonesia.
The Sampoerna A brand family comprises SKM variants, including the A
Mild brand. Sampoerna launched A Mild in 1989, as a pioneer in the LTLN
(low tar low nicotine) cigarette brand in Indonesia.
Dji Sam Soe
Dji Sam Soe merupakan merek SKT pertama yang diproduksi oleh Handel
Maatstchapijj Liem Seeng Tee, yang kemudian menjadi Hanjaya Mandala
Sampoerna. Produk-produk SKT Sampoerna, yaitu Dji Sam Soe dan
Sampoerna Kretek hingga saat ini diproduksi dengan tangan di 5 fasilitas
produksi Sampoerna dan 38 fasilitas produksi milik Mitra Produksi Sigaret
(MPS) di sekitar pulau Jawa. Bentuk dan desain kemasan Dji Sam Soe tidak
pernah berubah sejak tahun 1913 atau selama lebih dari 100 tahun. Dji Sam
Soe diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini
tetap menjadi pemimpin di segmen SKT.
Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM. Dji Sam Soe Filter, Dji
Sam Soe Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru
diluncurkan pada awal tahun 2014, merupakan bagian dari segmen SKM.
Sedangkan Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan
bagian dari segmen SKT.
9
Dji Sam Soe was the first SKT brand produced by Handel Maatschappij
Liem Seeng Tee, which later became Hanjaya Mandala Sampoerna.
Sampoerna’s SKT products, namely Dji Sam Soe and Sampoerna Kretek
are still manufactured by hand to this day in 5 Sampoerna's manufacturing
facilities and 38 facilities belonging to Third Party Operators (TPO)
throughout Java. The shape and design of Dji Sam Soe's packaging have
not changed for over 100 years since 1913. Dji Sam Soe is positioned as a
premium kretek brand in Indonesia and continues to be the leader of the
SKT segment.
Dji Sam Soe has SKT and SKM variants. Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe
Magnum Filter and Dji Sam Soe Magnum Blue—which was launched in
early 2014—are parts of SKM segment. On the other hand, Dji Sam Soe
Kretek and Dji Sam Soe Super Premium are part of SKT segment.
Sampoerna Kretek
Sampoerna Kretek adalah Sigaret Kretek Tangan yang diproduksi pertama
kali pada tahun 1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, generasi
kedua keluarga Sampoerna. Dengan menggabungkan tembakau dan cengkeh
berkualitas, Sampoerna Kretek berhasil menjadi sigaret kretek tangan
terbaik di kelasnya.
Sampoerna Kretek is a Hand-Rolled Kretek Cigarette that was first
manufactured in 1968 in Denpasar, Bali, by Aga Sampoerna, who
represented the second generation of the Sampoerna family. Combining
10
high quality tobacco and clove, Sampoerna Kretek has succeeded to be the
best hand-rolled kretek cigarette in its class.
U Mild
U Mild diluncurkan pada tahun 2005 sebagai bagian dari portofolio produk
LTLN Sampoerna bersama dengan A Mild. Pertumbuhan volume penjualan
U Mild terus meningkat sejak diluncurkannya.
U Mild was launched in 2005 as part of Sampoerna's LTLN portfolio along
with A Mild. U Mild has seen continued growth in sales volume since it was
launched.
Marlboro
Marlboro diluncurkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh PMID dan
merupakan salah satu merek internasional terbesar di pasaran. Sampoerna
mendistribusikan Marlboro di Indonesia. Saat ini terdapat lima varian
Marlboro yang terdiri dari Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro
Black Menthol, Marlboro Lights Menthol, dan Marlboro Ice Blast.
Marlboro was launched in 1984 in Indonesia by PMID and is one of the
biggest international brands in the market. Sampoerna distributes
Marlboro in Indonesia. Marlboro currently has five variants, namely
Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro Black Menthol, Marlboro
Lights Menthol and Marlboro Ice Blast.
11
BAB II
ANALISIS TREND
2.1 Pengertian Analisis Trend
Analisis trend merupakan
suatu
metode
analisis statistika yang
ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang
akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan
berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam
periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut
dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor
apa saja yang memengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoristis,
dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan adalah
kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau
periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan
tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan
yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit
maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek. Metode yang
dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah :
Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),
Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan
Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).
Secara
khusus,
analisis
time
series
dengan
metode kuadrat
terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data
ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti: Y = a
+ b X.
Keterangan :
Y
adalah
variabel
dependen
(tak-bebas)
yang
dicari trendsnya dan X adalah variabel independen (bebas) dengan
menggunakan waktu (biasanya dalam tahun). Sedangkan untuk mencari nilai
12
konstanta (a) dan parameter (b) dapat dipakai persamaan: a = ΣY / N dan b =
ΣXY/ΣX2
13
2.2 Perhitungan Menggunakan Metode Analisis Trend
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS ANALISIS TREND LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
(dalam jutaan rupiah)
Periode
Akun
Analisis Trend
2014
2015
2016
2014%
2015%
2016%
Rp
Rp
Rp
%
%
%
Penjualan bersih
80,690,139
89,069,306
95,466,657
Beban pokok penjualan
(60,190,077)
(67,304,917)
(71,611,981)
Laba kotor
21,764,389
(5,974,163)
23,854,676
Beban penjualan
20,500,062
(5,295,372)
Beban umum dan administrasi
(1,399,271)
(1,742,155)
(1,737,275)
Penghasilan lain-lain
151,822
148,549
Beban lain-lain
(263,106)
Penghasilan keuangan
110%
118%
100%
112%
-349%
100%
106%
116%
113%
115%
100%
125%
124%
267,679
100%
98%
-102%
(210,358)
(108,713)
100%
7995%
41%
68,963
(138,425)
854,068
100.00%
120%
1486%
Biaya keuangan
57,465
(47,416)
(22,324)
100%
-981%
47%
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi
14,115
15,844
385
100%
112%
3%
13,718,299
13,932,644
17,011,447
100%
102%
124%
Laba sebelum pajak penghasilan
100.00%
(6,097,049)
Beban pajak penghasilan
(3,537,216)
(3,569,336)
(4,249,218)
100%
101%
-42%
Laba tahun berjalan
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100.00%
102%
125%
Penghasilan komprehensif lain
14
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali imbalan pascakerja
Beban pajak penghasilan Terkait
(22,137)
(11,432)
(309,867)
100.00%
5%
140%
100.00%
5%
140%
100%
5%
140%
100.00%
407%
672%
5%
19%
55,221
2,883
77,429
(166,149)
(8,549)
(232,438)
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
061
248
410
Penghasilan komprehensif lain, setelah pajak
(166,088)
(8,301)
(32,028)
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN
Laba yang diatribusikan kepada:
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100%
103%
125%
pemilik entitas induk
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100.00%
102%
125%
-
-
10,181,083
10,363,308
12,762,229
100%
102%
125%
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100%
103%
125%
-
-
10,014,995
10,355,007
12,530,201
100.00%
103%
125%
2,306
2,326
110
100%
101%
5%
Pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi:
kepentingan nonpengendali
Jumlah penghasilan komprehensif yang diatribusikan
kepada :
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Laba per saham dasar
dan dilusian (Rupiah penuh)*)
15
Grafik Analisis Trend (Laba Rugi)
140
120
100
80
Penjualan
Laba tahun berjalan
Penghasilan komperhensif tahun
berjalan
60
40
20
0
2014
2015
2016
16
Dalam analisis trend dari Laporan Laba Rugi PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :
Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%
Tahun Dasar
Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2015 Rp 10,355,007,- maka, Angka
indeks adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 10,355,007 x 100%
Rp 10,014,995
=
103%
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1.
Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar
103% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun 2014.
2.
Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014 naik sebesar 3% Jika
dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2014.
3.
Jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015 berjumlah 3% lebih
besar dari jumlah penghasilan komprehensif pada akhir tahun 2014.
Dari Laporan Laba/Rugi diatas, tahun dasar diambil dari jumlah
penghasilan komprehensif tahun berjalan tahun 2014 sebesar Rp 10,014,995,dan Jumlah penghasilan komprehensif Tahun 2016 Rp 12,530,201,- maka,
Angka indeks adalah :
Angka Indeks 2016 = Rp12,530,201 x 100%
Rp10,014,995
=
125%
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada ada pada akhir tahun 2016
sebesar 125% dari jumlah penghasilan komprehensif yang ada pada tahun
2014.
2. Jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2016 naik sebesar 22% Jika
dibandingkan dengan jumlah penghasilan komprehensif akhir tahun 2015.
3. Jumlah
penghasilan komprehensif pada tahun 2016 berjumlah 25% lebih besar
dari jumlah penghasilan komprehensif pada tahun 2014.
17
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS TREND LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
(Dalam Jutaan Rupiah)
Periode
Akun
Analisis Trend
2014
2015
2016
2014
2015
2016
Rp
Rp
Rp
%
%
%
65,086
1,718,738
5,056,183
100
2641
7768
- Pihak ketiga
855,768
2,288,676
3,124,358
100
267
365
- Pihak-pihak berelasi
153,877
170,066
198,168
100
111
129
- Pihak ketiga
80,286
124,063
190,079
100
155
237
- Pihak-pihak berelasi
8,006
2,144,022
1,483,815
100
26780
18534
0
1,349,701
1,634,332
100
0
17,431,586
19,071,523
19,442,023
100
109
112
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas
Piutang usaha
Piutang lainnya
Aset keuangan jangka pendek lainnya
Persediaan
Pajak dibayar dimuka
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
Uang muka pembelian tembakau
Biaya dibayar dimuka
Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual
Jumlah aset lancar
2,448
1,418
100
58
0
676,086
1,168,354
974,217
100
173
144
1,328,672
1,536,678
1,377,109
100
116
104
171,411
156,025
167,212
100
91
98
4,288
78,066
100
1821
100
143
20,777,514
29,807,330
0
33,647,496
162
18
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi
48,347
61,789
62,174
100
128
129
Properti investasi
435,991
605,616
585,098
100
139
134
Aset tetap
5,919,600
6,281,176
6,895,483
100
106
116
Tanah untuk pengembangan
114,900
113,729
114,888
100
99
100
Aset pajak tangguhan
219,407
235,765
272,268
100
107
124
Goodwill
60,423
60,423
60,423
100
100
100
Aset tidak lancar lainnya
804,448
844,896
870,447
100
105
108
Jumlah aset tidak lancar
7,603,116
8,203,394
8,860,781
100
108
117
JUMLAH ASET
28,380,630
38,010,724
42,508,277
100
134
150
90,658
100
0
0
2,744,820
100
0
0
LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga
- Pihak berelasi
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
2,313,370
2,567,887
100
127
141
942,290
877,743
1,302,730
100
93
138
382,594
364,569
735,290
100
95
192
49,154
898,492
100
7
124
176,838
100
0
3
100
198
0
100
124
136
1,819,182
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
utang cukai
Akrual
723,887
6,164,841
120,209
238,337
507,145
628,781
Liabilitas imbalan kerja
- jangka pendek
691,643
19
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
79,645
45,410
34,830
5,329
100
57
44
100
0
0
100
103
106
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek
19,630
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk dijual
Jumlah liabilitas jangka pendek
20,248
20,768
1,062
0
13,600,230
4,538,674
6,428,478
1,172,616
1,351,368
1,806,764
100
0
0
100
33
47
100
115
154
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas imbalan kerja
Liabilitas pajak tangguhan
730
Liabilitas sewa pembiayaan
33,455
40,878
65,744
100
122
197
Pendapatan tangguhan
75,485
63,744
32,277
100
84
43
1,282,286
1,455,990
1,904,785
100
114
149
14,882,516
5,994,664
8,333,263
100
40
56
438,300
465,272
465,272
100
106
106
99,396
20,185,848
20,466,910
100
20309
20591
646,270
646,518
646,928
100
100
100
-29,721
-29,721
-29,721
100
100
100
90,000
90,000
95,000
100
100
106
- Belum dicadangkn
12,253,869
10,358,143
12,530,625
100
85
102
Jumlah ekuitas
13,498,114
32,016,060
34,175,014
100
237
253
Jumlah liabilitas jangka panjang
Jumlah liabilitas
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Modal saham
Modal dasar
Tambahan modal disetor
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Ekuitas lainnya
Saldo laba
- Dicadangkan
20
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
28,380,630
38,010,724
42,508,277
100
134
150
Grafik Analisis Trend (Laporan Posisi Keuangan)
300
250
200
Aset
Liabilitas
Ekuitas
150
100
50
0
2014
2015
2016
21
Dalam analisis trend dari laporan keuangan PT HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk, telah ditentukan dasar sebagai penmbanding,baru kemudian
dicarikan angka indeksnya Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai
berikut :
Angka Indeks = Tahun Pembanding x 100%
Tahun Dasar
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah total aset lancar tahun
2014 sebesar Rp 20.777.514,- dan total aset lancar Tahun 2015 Rp 29.807.330,maka, Angka indeks adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 29.807.330 x 100%
=
143%
Rp 20.777.514
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 143% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancar pada tahun 2014 naik sebesar 43% jika dibandingkan
dengan total aset lancar akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2015 berjumlah 43% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.
Angka Indeks 2016
= Rp 33.647.496 x 100%
=
162%
Rp 20.777.514
Kemudian, total aset lancar akhir tahun 2016 sebesar Rp 33.647.496
maka :
1. Total aset lancar yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 162% dari total
aset lancar yang ada pada tahun 2014.
2. Total aset lancarnyang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 62% jika
dibandingkan dengan total aset akhir tahun 2014.
3. Total aset lancar akhir tahun 2016 berjumlah 62% lebih besar dari total
aset lancar pada akhir tahun 2014.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Jumlah Liabilitas tahun 2015 Rp
5.994.664 dan jumlah Liabilitas tahun 2014 Rp 14.882.516 maka,Angka indeks
adalah :
Angka Indeks 2015 = Rp 5.994.664 x 100%
=
40%
Rp14.882.516
22
Kemudian Jumlah Liabilitas akhir tahun 2015 sebesar Rp 5.994.664
maka :
1. Jumlah Liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 seebesar 40% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 40% terjadinya
penurunan jika dibandingkan dengan jumlah liabilitas 2014.
Angka Indeks 2016 = Rp 8.333.263 x 100%
=
56%
Rp 14.882.516
1. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56% dari
jumlah liabilitas yang ada pada tahun 2014.
2. Jumlah liabilitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 56%
terjadinya peningkatan dari tahunm 2015.
Dari posisi keuangam diatas, tahun dasar adalah Ekuitas pada tahun 2015
Rp 32.016.060 dan pada tahun 2014 Rp 13.498.114 maka Angka
Indeksnya adalah
Angka Indeks 2015 = Rp 32.016.060 x 100%
= 237 %
Rp13.498.114
Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2015 Rp 31.016.060 maka:
1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 237% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2015 sebesar 137% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.
Angka Indeks 2016 = Rp 34.175.014 x 100%
= 253%
Rp 13.498.114
Kemudian jumlah ekuitas akhir tahun 2016 Rp 34.175.014 maka:
1. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 253% dari jumlah
ekuitas yang ada pada tahun 2015.
2. Jumlah ekuitas yang ada pada akhir tahun 2016 sebesar 153% jika
dibandingkan dengan jumlah ekuitas tahun 2014.
23
BAB III
ANALISIS COMMON SIZE
3.1 Pengertian Persentase common size
Menurut Djarwanto (1999: 71), persentase per komponen adalah
persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masingmasing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur labarugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut
common-size statement. Dan Menurut Jusuf (2000: 75), common size
analysis adalah menganalisis laporan keuangan untuk satu periode tertentu
dengan cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos lainnya.
Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan persentase di mana
salah satu pos ditetapkan patokan 100%.
Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total
penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Dalam laporan common size, seluruh akun dinyatakan dalam presentase dan
tidak ditunjukkan jumlah moneternya. Dalam laporan keuangan common size
(laporan yang berukuran sama) adalah karena total jumlah akun-akun dalam
kelompok yang bersangkutan adalah 100%. Prosedur dalam analisis common
size disebut sebagai analisis vertikal karena melakukan evaluasi akun dari
atas ke bawah (atau dari bawah ke atas).
Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami
pembentuk internal laporan keuangan. Laporan laba rugi common size dapat
memberikan perspektif yang lebih baik untuk mengevaluasi upaya
pemangkasan biaya. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan yang
terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan. Laporan keuangan
common size juga berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena
laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common
size.
24
Rumus Analisis Common Size:
Neraca
: (item-item dalam Neraca / Tot. Aktiva) x 100%
Rugi/Laba : (item -item dalam Lap. Rugi laba / Tot. Penjualan) x 100%
Cara Perhitungan Persentase Common Size
Metode mengubah jumlah-jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan
keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut
(Djarwanto, 1999: 71) :
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva (total utang plus modal sendiri), dan
jumlah penjualan netto dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan
totalnya, dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur
laporan keuangan itu dengan totalnya.
25
3.2 Perhitungan menggunakan Analisis Common Size
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2014-2016
Akun
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas
Piutang usaha
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Piutang lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Aset keuangan jangka pendek lainnya
Persediaan
Pajak dibayar dimuka
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
Uang muka pembelian tembakau
Biaya dibayar dimuka
Aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk
dijual
Jumlah aset lancar
Aset tidak lancar
Investasi pada entitas asosiasi
Properti investasi
2014
Rp
Periode
2015
Rp
2016
Rp
(dalam jutaan rupiah)
Analsis Common Size
2014
2015
2016
%
%
%
65,086
1,718,738
5,056,183
0.23
4.52
4.52
855,768
153,877
2,288,676
170,066
3,124,358
198,168
3.02
0.54
6.02
0.45
6.02
0.45
80,286
8,006
190,079
1,483,815
1,634,332
19,442,023
0.28
0.03
17,431,586
124,063
2,144,022
1,349,701
19,071,523
61.42
0.33
5.64
3.55
50.17
0.33
5.64
3.55
50.17
2,448
676,086
1,328,672
171,411
1,418
1,168,354
1,536,678
156,025
974,217
1,377,109
167,212
0.01
2.38
4.68
0.60
0.00
3.07
4.04
0.41
0.00
3.07
4.04
0.41
4,288
78,066
20,777,514
29,807,330
33,647,496
0.02
73.21
0.21
78.42
0.21
78.42
48,347
435,991
61,789
605,616
62,174
585,098
0.17
1.54
0.16
1.59
0.16
1.59
26
Aset tetap
Tanah untuk pengembangan
Aset pajak tangguhan
Goodwill
Aset tidak lancar lainnya
Jumlah aset tidak lancar
JUMLAH ASET
LIABIITAS
Liabilitas jangka pendek
Pinjaman
- Pihak ketiga
- Pihak berelasi
Utang usaha dan lainnya
- Pihak ketiga
- Pihak-pihak berelasi
Utang Pajak
- Pajak penghasilan badan
- Pajak lain-lain
utang cukai
Akrual
Liabilitas imbalan kerja
- jangka pendek
Pendapatan tangguhan
- jangka pendek
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
Liabilitas sewa pembiayaan
- jangka pendek
Liabilitas atas kelompok lepasan dimiliki untuk
dijual
Jumlah liabilitas jangka pendek
5,919,600
114,900
219,407
60,423
804,448
7,603,116
28,380,630
6,281,176
113,729
235,765
60,423
844,896
8,203,394
38,010,724
6,895,483
114,888
272,268
60,423
870,447
8,860,781
42,508,277
90,658
2,744,820
20.86
0.40
0.77
0.21
2.83
26.79
100.00
16.52
0.30
0.62
0.16
2.22
21.58
100.00
16.52
0.30
0.62
0.16
2.22
21.58
100.00
0.32
9.67
1,819,182
942,290
2,313,370
877,743
2,567,887
1,302,730
6.41
3.32
6.09
2.31
6.04
3.06
382,594
723,887
6,164,841
120,209
364,569
49,154
735,290
898,492
176,838
1.35
2.55
21.72
0.42
0.96
0.13
0.00
0.63
1.73
2.11
0.42
0.00
507,145
628,781
691,643
1.79
1.65
1.63
79,645
5,329
45,410
34,830
0.28
0.02
0.12
0.00
0.08
0.00
19,630
20,248
20,768
0.07
0.05
0.05
13,600,230
1,062
4,538,674
6,428,478
0.00
47.92
0.00
11.94
0.00
15.12
238,337
27
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas imbalan kerja
Liabilitas pajak tangguhan
Liabilitas sewa pembiayaan
Pendapatan tangguhan
Jumlah liabilitas jangka panjang
Jumlah liabilitas
EKUITAS
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk
Modal saham
Modal dasar
Tambahan modal disetor
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Ekuitas lainnya
Saldo laba
- Dicadangkan
- Belum dicadangkn
Jumlah ekuitas
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
1,172,616
730
33,455
75,485
1,282,286
14,882,516
1,351,368
1,806,764
40,878
63,744
1,455,990
5,994,664
65,744
32,277
1,904,785
8,333,263
438,300
99,396
646,270
-29,721
465,272
20,185,848
646,518
-29,721
465,272
20,466,910
646,928
-29,721
90,000
12,253,869
13,498,114
28,380,630
90,000
10,358,143
32,016,060
38,010,724
95,000
12,530,625
34,175,014
42,508,277
0.00
4.13
0.00
0.12
0.27
4.52
52.44
0.00
3.56
0.00
0.11
0.17
3.83
15.77
0.00
4.25
0.00
0.15
0.08
4.48
19.60
1.54
0.35
2.28
-0.10
0.00
0.32
43.18
47.56
100.00
1.22
53.11
1.70
-0.08
0.00
0.24
27.25
84.23
100.00
1.09
48.15
1.52
-0.07
0.00
0.22
29.48
80.40
100.00
Grafik Analisis Common Size (Laporan Posisi Keuangan)
28
120
100
80
Aset
Liabilitas
Ekuitas
60
40
20
0
2014
2015
2016
29
Dari data Laporan Posisi Keuangan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan
entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat diketahui persentase per
komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa Common Size dari Neraca
akun kas dan setara kas PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk DAN
ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:
1. Antara Komponen Kas dengan Total Aset (dalam jutaan rupiah)
Untuk tahun 2014 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 65.086
x 100
Rp 28.380 .630
= 0,23%
¿
Artinya, saldo kas tahun 2014 sebesar 0,23% dari jumlah aset akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar
Rp0,0023
Untuk tahun 2015 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 1.718 .738
x 100
Rp 38.010 .724
=4,52%
¿
Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52%% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452
Untuk tahun 2016 adalah:
Kas dan Setara Kas
¿
x 100
Total Aset
Rp 5.056 .183
¿
x 100
Rp 42.508 .277
= 4.52%
Artinya, saldo kas tahun 2015 sebesar 4,52% dari jumlah aktiva akhir tahun
tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk kas sebesar Rp0,0452
2. Antara Komponen Utang Pajak dengan Total Pasiva
Untuk tahun 2014 adalah :
30
¿
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 382.594
x 100
Rp 28.380 .630
= 1,35%
Artinya, saldo utang pajak tahun 2014 sebesar 1,35% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2014 adalah Rp0,0135 aset yang dibiayai dari utang pajak
sebesar Rp0,0135
¿
Untuk tahun 2015 adalah :
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 364.569
x 100
Rp 38.010 .724
= 0,96%
Artinya, saldo utang pajak tahun 2015 sebesar 0,96% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2015 adalah Rp0,0096 aset yang dibiayai dari utang pajak
¿
sebesar Rp0,0096
Untuk tahun 2016 adalah :
Utang Pajak Penghasilan Badan
x 100
Total Liabilitas dan
ekuitas
¿
Rp 735.290
x 100
Rp 42.508 .277
= 1,73%
31
Artinya, saldo utang pajak tahun 2016 sebesar 1,73% dari jumlah liabilitas
dan modal akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 liabilitas per 31
Desember 2015 adalah Rp0,0173 aset yang dibiayai dari utang pajak
sebesar Rp0,0173.
32
PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.
ANALISIS COMMON SIZE LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 2014-2016
Penjualan bersih
2014
Rp
Rp
80,690,139
Periode
2015
Rp
Rp
89,069,306
2016
Rp
Rp
95,466,657
Beban pokok penjualan
Laba kotor
Beban penjualan
Beban umum dan administrasi
(60,190,077)
20,500,062
(5,295,372)
(1,399,271)
(67,304,917)
21,764,389
(5,974,163)
(1,742,155)
(71,611,981)
23,854,676
(6,097,049)
(1,737,275)
151822
(263106)
57465
(47,416)
14115
148549
(210358)
68963
(138,425)
15844
267679
(108713)
854068
(22,324)
385
13,718,299
13,932,644
Akun
Penghasilan lain-lain
Beban lain-lain
Penghasilan keuangan
Biaya keuangan
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi
Laba sebelum pajak penghasilan
Beban pajak penghasilan
Laba tahun berjalan
Penghasilan komprehensif lain
Pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali imbalan pascakerja
(3,537,216)
10,181,083
-22137
(3,569,336)
10,363,308
(11,432)
17,011,447
(4,249,21
8)
12,762,22
9
(309,867)
(dalam jutaan rupiah)
Analisis Commond Size
2014
2015
2016
%
%
%
100
100
100
-75
25
-7
-2
-76
24
-7
-2
-75
25
-6
-2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
17
16
18
-4
-4
-4
13
12
13
0
0
0
33
Beban pajak penghasilan
Terkait
Pos yang akan
direklasifikasi ke
laba rugi:
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Penghasilan komprehensif lain,
setelah pajak
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN
Laba yang diatribusikan kepada:
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Jumlah penghasilan komprehensif yang
diatribusikan kepada :
pemilik entitas induk
kepentingan nonpengendali
Laba per saham dasar
dan dilusian (Rupiah penuh)*)
55221
2883
77429
0
0
0
(166,149)
(8,549)
(232,438)
0
0
0
61
(166,088)
248
(8,301)
410
(232,028)
0
0
0
0
0
0
10,014,995
10,355,007
12,530,201
12
12
13
10,181,083
10,181,083
10,363,308
10,363,308
12,762,229
13
12
13
12,762,229
13
12
13
10,014,995
-
10,355,007
-
12,530,201
12
12
13
10,014,995
2306
10,355,007
2326
12
12
13
12,530,20
1
110
Grafik Analisis Common Size (Laporan Laba Rugi)
34
20
18
16
14
12
Laba sebelum pajak
Laba tahun berjalan
Penghasilan komperhensif tahun
berjalan
10
8
6
4
2
0
2014
2015
2016
35
Dari data Laporan Laba Rugi dan Komperhensif Lainya PT. Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk dan entitas anaknya tahun 2014, 2015, dan 2016 diatas dapat
diketahui persentase per komponennya, dan dapat disimpulkan dalam analisa
Common Size dari laba sebelum pajak
PT. HANJAYA MANDALA
SAMPOERNA Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA sebagai berikut:
Laba sebelum pajak 2014
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp 13.718 .299
x 100
Rp 80.690 .139
= 17%
Laba sebelum pajak 2015
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp 13.932.644
x 100
Rp 80.069 .306
= 16%
Laba sebelum pajak 2016
¿
Laba sebelum pajak
x 100
Penjualan Bersih
¿
Rp17.011 .447
x 100
Rp 95.466 .657
= 18%
Berdasarkan tabel dan perhitungan laba sebelum pajak selama periode
2014 – 2016 terlihat berfluktuasi karena pada tahun 2015 laba yang sebelumya 17
% mengalami penurunan sebesar 1 % yang menjadi 16% di tahun 2015, tetapi
pada tahun 2016, laba sebelum pajak naik sebesar 2% sehingga pada tahun 2016
36
mendapatkan laba 18% yang mana, laba sebelum pajak ini adalah laba sebelum
pajak yang paling tinggi dari periode 2014 – 2016.
Sedangkan untuk beban pokok penjualan turun selama tahun 2014-2016
pada tahun 2014 beban pokok penjualan sebesar 75%, pada tahun 2015 beban
pokok penjualan naik sebesar 1% menjadi 76% dan pada tahun 2016 jumlah
beban pokok penjualan naik dari Rp67.304.917 (dalam jutaan rupiah) menjadi
Rp71.611.981 (dalam jutaaan rupiah) tetapi berdasarkan perhitungan common size
beban pokok penjualan pada tahun 2016 turun sebesar 1%. Ini mengartikan bahwa
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mampu menekan beban pokok penjualan
untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
Untuk laba tahun berjalan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
mengalami fluktuasi walau jumlahnya naik setiap tahun. Pada tahun 2015
persentase dari perhitungan common size laba tahun berjalan menurun sebesar 1%
tetapi secara jumlah laba yang di dapat PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
meningkat sebesar Rp182.225 (dalam jutaan rupiah) ini menandakan bahwa beban
pokok penjualan pada tahun 2014 lebih sedikit yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba yang lebih dibandingkan dengan tahun 2015. Pada tahun 2016
persentase common size naik kembali sebesar 1%.
37
BAB IV
ANALISIS RASIO
4.1 Pengertian Analisis Rasio
Analisis rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca
dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap suatu
perusahaan tertentu.Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Manfaat Analisis Rasio :
a. Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan perusahaan yang
bersangkutan
b. Perkembangan keuangan perusahaan yg bersangkutan.
4.2 Perhitungan Menggunakan Analisis Rasio
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) lancar, yang berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kwajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan, maupun di dalam perusahaan.
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan asset lancar yang
dimiliki.
Current Ratio=
Aset Lancar
Utang Lancar
X100%
38
Tahun 2014=
Rp 20.777 .514
X 100 =1,53
Rp13.600 .230
Tahun 2015=
Rp 29.807.330
X 100 =6,58
Rp 4.538.674
Tahun 2016=
Rp 33.647 .496
X 100 =5,23
Rp 6.428 .478
Analisis rasio lancar PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun
2014 menunjukkan jumlah aktiva lancar sebanyak 1,5 (dibulatkan) kali
utang lancar setiap Rp 1 utang lancar, dijamin oleh Rp1,5 aset lancar.
Tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami kenaikan yang cukup pesat, sebesar
Rp 6,6 (dibulatkan) asset lancar dapat menjamin Rp 1 utang lancar.
Namun tahun 2015 ke tahun 2016 sedikit mengalami penurunan yang
berselisih
1,35.
Hal
ini
berarti
perusahaan
mampu
mengelola/memanajemen asset lancar tahun 2015 lebih baik daripada
tahun setelahnya. Tahun 2015 menandakan bahwa kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih besar daripada tahun
sesudahnya. Namun, di samping itu rasio lancar yang tinggi menunjukkan
adanya kelebihan aset lancar yang akan mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar secara umum
menghasilkan tingkat return yang lebih rendah dibandingkan dengan aset
tetap.
b. Cash Ratio
Cash Ratio Merupakan Ratio (Rasio) yang digunakan dalam
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek dengan kas yang tersedia.
Cash Ratio=
( Kas+Setara Kas)
x 100
Utang Lancar
39
Tahun 2014=
( Rp 65.086)
x 100 =0,005
Rp 13.600 .230
Tahun 2015=
( Rp 1.718 .738)
x 100 =0,379
Rp 4.538 .674
Tahun 2016=
(5.056 .183)
x 100 =0,787
6.428 .478
.Tahun 2014 dan 2015 merupakan keadaan perusahaan yang kurang
baik dikarenakan rasio kas yang berada di bawah rata-rata industri yaitu
sebesar 50%, hal ini dinilai buruk karena untuk membayar kewajiban
masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar
lainnya, sedangkan pada tahun 2016 kondisi rasio kas tergolong cukup
baik karena berada di atas rata-rata industri untuk rasio kas.
c. Acid Test Ratio (Rasio Cepat/quick ratio)
Rasio cepat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengam menggunakan asset lancar yang
dimilikinya tanpa memanfaatkan persediaan.
Rasio Cepat =
Aset Lancar−Persediaan
Utang Lancar
Tahun 2014=
20.777 .514−17.431586
=0,246
13.600 .230
Tahun 2015=
29.807 .330−19.071 .523
=2,365
4.538.674
Tahun 2016=
33.647 .496−19.442.023
=2,210
6.428 .478
Di antara komponen aset lancar, persediaan biasanya dianggap
sebagai asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin
panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas dan juga terjadi
ketidakpastian nilai persediaan. Dengan alasan di atas, persediaan
40
dikeluarkan dari asset lancar untuk perhitungan rasio cepat. Rasio cepat
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. tahun 2015 lebih besar dari tahun
sebelum dan sesudahnya. Jika rata-rata industri untuk rasio cepat adalah
1,5 kali, maka keadaan perusahaan pada tahun 2015 dan 2016 lebih baik
dari tahun 2014, karena kondisi ini menunjukkan bawha perusahaan tidak
harus menjual persediaannya jika akan melunasi utang lancarnya, tetapi
dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.
d. Rasio perputaran kas
Perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan
modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
ketersediaan kas utuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang
berkaitan dengan penjualan.
Rasio Perputaran Kas=
penjualanbersih
total aktiva lancar−total utang lancar
Tahun 2014=
80.690 .139
=11,242
20.777 .514−13.600 .230
Tahun 2015=
89.069 .306
=3,525
29.807 .330−4.538 .674
Tahun 2016=
95.466 .657
=3,507
33.647 .496−6.428 .478
Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10% maka pada
tahun 2014 perusahaan berada di posisi sangat baik karena perputaran
kasnya masih tergolong stabil, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 dapat
di artikan kas yang tertanam pada aktiva sulit dicairkan dalam waktu
singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih
sedikit.
41
Tabel 4.2.1
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
Rekapitulasi Analisis Rasio Likuiditas
Rekapitulas
Rasio
Tahun
2014
1,53
2015
6,58
2016
5,23
Rasio Kas
Rasio
0,005
0,246
0,379
2,365
0,787
2,210
11,242
3,525
3,507
i
Lancar
Cepat
Rasio
Perputaran Kas
Berdasarkan rasio likuiditas, terlihat terlihat bahwa pada tahun 2014 adanya utang
cukai dan utang dari pihak yang berelasi maka utang lancar perusahaan hampir
setara dengan aktiva lancar yang dimiliki, apabila melihat aktiva lancar tanpa
melihat persediaan yang ada, perusahaan juga hanya dapat menutupi sebagian
utang lancar dan biaya-biaya saat jatuh tempo. Kas yang dimiliki perusahaan juga
belum dapat menutup utang lancar perusahaan. Dilihat dari perputaran kas tahun
2014 yang sangat tinggi maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mampu
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan pada tahun 2015 perusahaan telah dapat menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, hal ini dikarenakan pada tahun
2015, tidak ada utang cukai dan utang dari pihak yang berelasi, dan dari segi
penutupan utang lancar dengan menggunakan kas, pada tahun 2015 kas
perusahaan telah dapat menutupi sebagian utang lancar yang dimiliki dengan
perputaran kas yang cukup baik, yaitu tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu
rendah.
Pada tahun 2016 terjadi sedikit kenaikan dari utang dikarenakan adanya utang
cukai dan kenaikan utang pajak, dan hal ini membuat sedikit penurunan terhadap
kemampuan perusahaan dalam menutupi utang lancarnya dengan menggunakan
aktiva lancar. Jika ditinjau dari kemampuan perusahaan menutupi utang lancarnya
dengan menggunakan kas dan setara kas maka terlihat bahwa perusahaan telah
42
dapat menutupi hampir sebagian utang lancarnya dengan menggunakan kas,
dikarenakan adanya kenaikan jumlah uang kas pada perusahaan di tahun 2016.
Sedangkan berdasarkan aktiva lancar dikurang persediaan yang ada, perusahaan
telah mampu menutupi utangnya dengan baik. Perputaran kas yang terjadi pada
tahun 2016 juga cukup baik.
Dapat disimpulkan bahawa, pada tahun 2014 perusahaan tidak mampu menutupi
kewajiban lancarnya, namun di tahun 2015 dan 2016 perusahaan dapat dikatakan
likuid karena telah mampu menutupi seluruh utang lancar yang dimiliki.
43
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, atau dengan kata lain
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Perusahaan dikatakan solvable jika total asset > total hutang.
a. Rasio Total Utang terhadap Total Aset (DAR)
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio
yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi.
Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan meningkatkan ROE dengan
cepat, tetapi sebaliknya jika penjualan menurun, ROE akan menurun pula. Risiko
perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi akan semakin tinggi pula.
Rasio total utang terhadap total aset=
Tahun 2014=
14.882 .516
=0,524
28.380 .630
Tahun 2015=
5.994 .664
=0,158
38.010 .724
Tahun 2016=
8.333.263
=0,196
42.508.277
Total Utang
Total Aset
Rasio DAR pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Menunjukkan
bahwa pada tahun 2014, 52% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang,
sedangkan untuk tahun 2015 dan 2016 perusahaan hanya dibiayai sekitar 15% dan
19% dari utang untuk pendanaan.
b. Rasio Total Utang terhadap Total Ekuitas (DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur total utang dalam struktur modal
suatu perusahaan dalam kondisi utang jangka panjang perusahaan.
44
Rasio total utang terhadap total ekuitas=
Tahun2014=
14.882 .516
=¿ 1,103
13.498 .114
Tahun 2015=
5.994 .664
=¿ 0,187
32.016 .060
Tahun 2016=
8.333 .263
=0,248
34.175 .014
Total Utang
Total Ekuitas
Rasio debt to equity (DER) di atas menggambarkan struktur permodalan
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk yang pada tahun 2014 seluruh modal
dibiayai dari kreditor sepenuhnya, sedangkan tahun 2015 hanya 18% modal di
biayai oleh utang dan tahun 2015 dengan 24%.
45
Tabel 4.2.2
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
Rekapitulasi Analisis Rasio Solvabilitas
Rekapitulas
i
Rasio total
utang
terhadap
total aset
Rasio total
utang
terhadap
total ekuitas
Tahun
2014
0,524
2015
0,158
2016
0,196
1,103
0,187
0,248
Berdasarkan tabel di atas. Pada tahun 2014 jika di persentase kan maka sekitar
52% pendanaan masih di biayai oleh utang , hal ini dikarenakan jumlah utang
perusahaan hampir mencapai setengah aset perusahaan. Sedangkan dilihat dari
ekuitas perusahaan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa seluruh modal
perusahaan di biayai oleh utang perusahaan.
Pada tahun 2015 jika di persentasekan, makan hanya sekitar 15% pendanaan
masih di biayai oleh utang, hal ini di karenakan jumlah