keaktifan kader posyandu dengan keteramp

NASKAH PUBLIKASI
KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM
PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DLINGO I KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Gizi

Diajukan Oleh:

Harfi Gatra Wicaksono
NIM: P07131112066

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2015

2

INTISARI

Keaktifan Kader Posyandu dengan Keterampilan Kader dalam Penimbangan Balita di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dlingo I Kabupaten Bantul Propinsi D.I
Yogyakarta

1)

Harfi Gatra Wicaksono1, Herawati2, Th. Ninuk Sri Hartini2
harfi.gatra@yahoo.com, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tata Bumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293
2)
Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Posyandu adalah salah satu kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga).Posyandu diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan
untuk masyarakat.Salah satu tugas kader adalah melakukan penimbangan
balita. Keterampilan kader dalam penimbangan balita penting karena jika kader
posyandu kurang terampil dalam penimbangan akan berdampak pada kesalahan
dalam menginterpretsikan hasil penimbangan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui keaktifan kader posyandu dan keterampilan kader dalam
penimbangan balita di posyandu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan desain crosssectional. Penelitian ini dilakukan dillakukan
di 3 desa yang terdiri dari 29 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo I.
Subyek penelitian adalah kader posyandu yang bertugas di meja 2
(penimbangan) sejumlah 30 orang. Variabel penelitian ini adalah keaktifan kader
dan keterampilan kader.Keterampilan kader dalam menimbangan balita diteliti
dengan pengamatan sebanyak 5 kali penimbangan.Instrumen yang digunakan
adalah checklist ketrerampilan dalam penimbangan.Untuk menguji hipotesis
penelitiandigunkan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 80%
termasuk kader aktif dan 20% termasuk kader tidak aktif. Sedangkan kader
posyandu terampil sebanyak 73,3% dan kader posyandu tidak terampil sebanyak
26,7%. Kesalahan yang paling banyak dilakukan dalam penimbangan adalah
langkah 5 dan langkah 9.Ada hubungan yang signifikan antara keaktifan kader
posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan balita.Kesimpulanada
hubungan yang signifikan antara keaktifan kader posyandu dengan keterampilan
kader dalam penimbangan balita.
Kata kunci : keaktifan kader, keterampilan penimbangan, kader posyandu Dlingo

3

ABSTRACT

Cadres Active`And Toddler Weighing skill of cadre At Posyandu In the
work area of Puskesmas Dlingo I Bantul Regency D.I Yogyakarta
1)

Harfi Gatra Wicaksono1, Herawati2, Th. Ninuk Sri Hartini2
harfi.gatra@yahoo.com, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tata Bumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293
2)
Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Posyandu is one of
UPGK activities (Improvement of nutrition and
family).Posyandu is held from, by and for society. One of the duty of posyandu
cadre is to conduct toddler weighing. Weighing skill of posyandu cadre is
important thing because unskilled weighing will impact to the mistake to result
interpretation. This study aim to know the liveliness and toddler weighing skill of
posyandu cadre. The type of research is an observational study with a crosssectional design. This research was conducted in 3 villages that consisted of 29
posyandu in the work area of Puskesmas Dlingo I. The subject of this study is the
posyandu cadre who have duty on second table (weighing section). The variables
of this research are liveliness cadre and toddler weighing. The toddler weighing

skill of posyandu cadre were observed 5 times. To test the hypothesis of the
study, the chi square that was used. Based on the study as many as 80% of
posyandu cadre categories as active cadre and 20% as unactive cadre.
Meanwhile, as many as 73,3% of posyandu cadre categoriesed as skilful cadre
and 26,7 as unskillful cadre. The step that usually mistaken on toddler weighing
are step five and nine. The Conclusion is there is a significant relationship
between cadres livelinessnd toddler weighing skill of posyandu cadre.

Keywords :liveliness cadres, weighing skill, Dlingo posyandu’s cadre

4

A. PENDAHULUAN
Posyandu adalah pelayanan dalam bentuk kesehatan yang
diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat1.Upaya
dalam mencapai tujuan program penanggulangan perbaikan gizi masyarakat
tersebut dengan melalui peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
dimana salah satu kegiatannya adalah pemantauan pertumbuhan balita di
Posyandu2.
Pelaksanaan posyandu dilakukan oleh kader posyandu. Di dalam

melakukan kegiatan di posyandu setiap kader harus memiliki katrampilan dalam
melakukan pemantauan pertumbuhan balita2. Salah satu keterampilan kader
posyandu adalah menimbang balita dengan menggunakan dacin.Terdapat
sembilan langkah penimbangan yang harus dilakukan2.
Jumlah seluruh kader Posyandu yang ada di wilyah kerja Puskesmas
Dlingo I berjumlah 202 orang, sedangkan jumlah kader aktif yaitu 174 orang
(86,13%) dan jumlah kader tidak aktif sejumlah 28 orang (13,86%). Jumlah kader
terlatih yaitu 66 orang (32,67%). Berarti masih ada 136 kader (67,32%) yang
belum terlatih. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas gizi
Puskesmas Glingo I menyatakan bahwa 45 % kader belum terampil dalam
penimbangan.
Masih terdapat kader yang tidak melakukan prosedur 9 langkah
penimbangan sesuai urutan saat balita ditimbang. Kader yang tidak terlatih
berdampak pada kurang terampilnya kader dalam melaksanakan penimbangan
sehingga kader salah dalam menginterpretasikan hasil penimbangan3.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini observasional, dengan
desain crosssectionalyang mengkaji hubungan keaktifan kader posyandu dengan
keterampilan kader dalam penimbangan balita di posyandu wilayah kerja
Puskesmas Dlingo I.

penelitianini dilakukan di seluruh posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Dlingo IBantul Yogyakarta pada bulan Mei - Juni tahun 2015.
Subjek dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Dlingo I dengan kriteria inklusi: merupakan kader yang bertugas di
meja 2, kader yang menimbang memakai dacin, bersedia menjadi responden
dengan mengisi informed consent yang berjumlah 30 kader posyandu.
Penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan
terikat.Variabel bebas yaitu keaktifan kader posyandu dan variabel terikat yaitu
keterampilan akder dalam penimbangan balita.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data skunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi Identitas responden (nama
kader, umur kader, pendidikan terakhir kader, lama menjadi kader, pekerjaan
selain kader dan jumlah pelatihan yang pernah diikuti) dan data keterampilan
kader. Data skunder yang dukumpulkan meliputi data kehadiran kader selama
satu tahun terakhir dan gambaran umum Puskesmas Dlingo I.
Analisa data yang digunakan yaitu Chi-Square untuk menguji hipotesis
hubungan antara variabel bebas dab variabel terikat.

1


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keaktifan Kader Posyadu
keaktifan kader adalah suatu frekuensi dan keikutsertaan kader dalam
melaksankan kegiatan posyandu secara rutin setiap bulan, yaitu bila kader
membantu melaksanakan seluruh kegiatan di posyandu lebih dari 8 kali
dalam 12 bulan. Kader posyandu dikatakan tidak aktif apabila frekuensi dan
keikutsertaan kader dalam melaksankan kegiatan posyandu kurang dari 8
kali dalam 12 bulan4.
Kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo I dilakukan
setiap bulan secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 30 orang
kader posyandu yang bertugas di meja 2 bahwa sebagian besar (80%) kader
posyandu adalah kader aktif dan sebanyak 20% kader posyandu adalah kader
tidak aktif.
Keaktifan kader posyandu dapat diasumsikan bahwa kader kesehatan
yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan wewenang
dan tanggungjawabnya. Tingkat keaktifan merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh kader posyandu yang dipengaruhi oleh sikap positif terhadap
posyandu5.
Hal yang mempengaruhi keikutsertaan dan keaktifan dalam kegiatan
posyandu adalah sikap. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak

(tend to behave), sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan
atau perilaku terbuka. Menurut Notoatmodjo (2005), Sikap yang positif atau
negatif terhadap posyandu serta kedudukannya sebagai kader turut
berperan
aktif dalam kegiatan posyandu6.Secara rinci keaktifan kader
posyandu menurut frekuensi kehadiran kader dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Distribusi Keaktifan Kader Posyandu Menurut Frekuensi
Kehadiran Kader
Keaktifan Kader
Posyandu
Aktif
Kehadiran 8-11 kali
Kehadiran 12 kali
Tidak aktif
Kehadiran < 8 kali
Total

Kader

%


6
18

20
60

6
30

20
100

Berdasarkan Tabel 8 diketahui, kader posyandu yang aktif dengan
frekuensi kehadiran 8-11 kali dalam kegiatan posyandu selama satu tahun
terakhir sejumlah 6 (20%) orang.Kader posyandu dengan frekuensi kehadiran
12 kali dalam kegiatan posyandu selama satu tahun terakhir sejumlah 18
(60%) orang.Kader posyandu yang tidak aktif yaitu dengan frekuensi
kehadiran < 8 selama satu tahun terakhir sejumlah 6 (20%) orang.
Partisipasi dan kehadiran kader dalam kegiatan posyandu hendaknya

menjadi perhatian bagi pihak Puskesmas sebagai tim pembina posyandu.
Penilaian yang lebih mendalam tentang partisipasi kader dan faktor-faktor
yang berhubungan dengannya diperlukan sebagai salah satu cara
mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi perumusan program yang
tepat terkait peningkatan keaktifan kader posyandu. Semakin aktif kader hadir

2

di posyandu dan melaksanakan secara terus menerus tugas pokok kader
maka akan semakin baik dan terampil kader dalam melaksanakannya7.
2.

No
1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.
9.

Ketrampilan Kader dalam Penimbangan Balita
Keterampilan kader dapat dikategorikan menjadi terampil dan tidak
terampil.Keterampilan kader dalam penimbangan balita diperoleh dengan
observasi menggunakan checklist sesuai prosedur 9 langkah penimbangan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari jumlah 30 kader yang
diamati dalam praktik penimbangan balita menggunakan dacin yaitu
sebanyak 22 (73,3%) kader posyandu terampil dalam melaksanakan 9
langkah penimbangan balita, sedangkan sisanya yaitu 8 (26,7%) kader
posyandu tidak terampil dalam melakukan penimbangan balita yang sesuai
dengan prosedur. Secara rinci gambaran keterampilan kader dalam
penimbangan balita menggunakan dacin sesuai Standar Operational
Procedure (SOP) secara rinci disajikan pada tabel 3.

Tabel 2. Hasil Penilaian Keterampilan Kader Sesuai Standar Operational
Procedure (SOP) Penimbangan Balita
Ya
Tidak
Keterampilan penimbangan sesuai SOP
n
%
n
%
Dacin digantungkan pada pelana rumah atau
30
100 0
0
penyangga kaki tiga
Dacin diperiksa kembali sudah tergantung kuat
23
76,7 7 23,3
(dengan menarik kuat-kuat dacin ke arah bawah)
Sebelum dacin digunakan bandul diletakkan di
23
76,7 7 23,3
angka nol
Sarung timbang atau celana timbang atau kotak
30
90
0
10
timbang dipasang pada dacin
Dacin yang sudah dibebani sarung timbang/celana
22
73,3 8 26,7
timbang/ kotak timbang diseimbangkan dengan
memasukkan pasir kedalam kantung plastik diujung
batang timbangan
Anak ditimbang, timbangan diseimbangkan
25
83,3 5 16,7
sampai jarum tegak lurus
Berat badan anak ditentukan dengan membaca
27
90
3
10
angka diujung bandul geser
Hasil penimbangan dicatat diatas kertas
30
100 0
0
Bandul geser diletakkan kembali ke angka nol
22
73,3 8 26,7
kemudian ujung batang dacin dimasukkan ke tali
pengaman, setelah itu baru anak diturunkan

Total

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui kesalahan yang paling
banyak dilakukan oleh kader terdapat pada langkah 5 yaitu
menyeimbangkan dacin menggunakan kantong penyeimbang (26,7%) dan
langkah 9 yaitu meletakkan kembali bandul geser keangka 0 (26,7%).

3

100
100
100
100
100

100
100
100
100

3.

Keterampilan Kader Menurut Karakteristik
Karakteristik kader posyandu yang diteliti secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.Keterampilan Kader Menurut Karakteristik
Keterampilan kader dalam
penimbangan
Total
Variabel
Terampil
Tidak
Terampil
n
%
n
%
N
%
Usia (tahun)
20-29
1
33,3
2
66,
3
10
7
0
30-40
9
75
3
25
12
10
0
>40
12
80
3
20
15
10
0
Pendidikan Kader
Tamat SD - SLTP
4
40
6
60
10
10
0
Tamat SLTA - PT
18
90
2
10
20
10
0
Pekerjaan Kader
Bekerja
6
75
2
25
8
10
0
Ibu
Rumah
16
72,7
6
27,
22
10
Tangga
3
0
Lama Menjadi Kader
(Tahun)
10
14
77,8
4
22,
18
10
2
0
Pelatihan/refreshing
kader
Pernah
22
78,6
6
21,
28
10
4
0
Tidak pernah
0
0
2
100
2
10
0
Frekuensi Pelatihan
< 5 kali
14
66,7
7
33,
21
10
3
0
5-10 kali
1
100
0
0
1
10
0
>10 kali
7
87,5
1
12,
8
10
5
0
Tabel 9menyajikan data keterampilan kader menurut karakteristik
kader. Diketahui sebanyak 54,5% kader posyandu yang terampil dalam

4

penimbangan yaitu pada usia >40 tahun. Kader posyandu yang tidak
terampil dalam penimbangan terbanyak pada usia 20-29 tahun (66,7%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa kader yang berusia lebih tua (>40 tahun) lebih
banyak yang terampil dalam penimbangan balita.
Karakteristik kader posyandu menurut tingkat pendidikan, diketahui
90% kader posyandu terampil dalam penimbangan berpendidikan tamat
SLTA – PT (90%).Kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan
balita paling tinggi berpendidikan tamat SD - SLTP (60%).Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan kader, maka semakin
banyak yang terampil dalam penimbangan balita.
Karakteristik kader menurut pekerjaan, persentase terbanyak kader
posyandu terampil dalam penimbangan yaitu kader yang bekerja sebagai
petani dan pedagang (75%), sedangkan kader posyandu yang tidak terampil
dalam penimbangan balita terbanyak yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar
27,3%.
Karakteristik kader posyandu menurut lama menjadi kader, persentase
terbanyak kader posyandu terampil dalam penimbangan yaitu kader dengan
lama masa kerja selama 5 – 10 tahun dan > 10 tahun yaitu masing-masing
100% dan 77,8%, sedangkan kader posyandu yang tidak terampil dalam
penimbangan balita terbanyak yaitu kader dengan masa kerja < 5 tahun
(100%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kader yang lama masa kerja
selama > 10 tahun lebih banyak yang terampil dalam penimbangan balita.
Kader posyandu menurut pelatihan/refreshing, diketahui sebanyak
78,9% kader posyandu yang terampil dalam penimbangan balita pernah
mengikuti pelatihan/refreshing yang diselenggarakan oleh Puskesmas Dlingo
I, sedangkan 100% kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan
balita menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan/refreshing.
Frekuensi pelatihan/refreshing yang pernah diikuti oleh kader
posyandu selama satu tahun terakhir diketahui persentase terbanyak kader
posyandu yang terampil dalam penimbangan balita pernah mengikuti
pelatihan/refreshing 5-10 kali dan >10 kali yaitu masing-masing 100% dan
87,5%, kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita
diketahui terbanyak belum pernah mengikuti pelatihan sebesar 100%.
4.

Hubungan Keaktifan Kader Posyandu dengan Keterampilan Kader
Hubungan antara keaktifan kader posyandu dengen keterampilan
kader dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Distribusi. Hubungan Keaktifan Kader Dengan Keterampilan Kader
dalam Penimbangan Balita

Keaktifan
Kader
Aktif
Tidak Aktif
Total

Keterampilan Kader dalam
Penimbangan Balita
Tidak
Terampil
Terampil
n
%
n
%
20
66,7
4
13,7
2
6,7
4
13,3
22
73,3
8
26,7

5

Total
n
24
6
30

%
80
20
100



p

6,136

0,029

Berdasarkan tabel 10 diketahui dari semua kader posyandu yang
terampil dalam penimbangan (73,3%), lebih banyak kader yang aktif yaitu
66,7% dan dari semua kader yang tidak terampil dalam penimbangan
(26,7%) juga lebih banyak dari kader yang aktif yaitu 13,7%.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis chi squaredengan hasil
koreksi Fisher’s exact testdiketahui ada hubungan yang signifikan antara
keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan
(p