STRATEGI PENGELOLAAN PEMAKAIAN KEKAYAAN (1)

STRATEGI PENGELOLAAN PEMAKAIAN KEKAYAAN
DAERAH BERUPA ARMADA PERALATAN PADA DINAS
PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BENGKAYANG

NAMA
NIM
PROGRAM STUDI

: YOHANES( agungarthaavisa1@gmail.com)
: 017070343
: EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PONTIANAK – KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2014

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 1


STRATEGI PENGELOLAAN PEMAKAIAN KEKAYAAN
DAERAH BERUPA ARMADA PERALATAN PADA DINAS
PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BENGKAYANG
Oleh : Yohanes (agungarthaavisa1@gmail.com)
ABSTRAK
Program
Studi
Ekonomi
Pembangunan.Fakultas
Ekonomi
Pembangunan.Universitas Terbuka UPBJJ Pontianak – Kalimantan Barat. Karya
Ilmiah ini bertujuan untuk mencari penyebab kurangnya optimalisasi pengelolaan
aset alat berat, dikarenakan kondisi alat berat yang semuanya sudah usang dan
umur ekonomisnya sudah habis tentunya akan membebani dalam operasional dan
pemeliharaannya. Berawal dari sini, sehingga muncul usaha untuk
mengoptimalkan aset alat berat, salah satunya dengan mencari stategi alternatif
pengelolaan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk alternatif dalam
pengelolaan aset alat berat pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang
sebagai pengelola alat berat, dengan melakukan analisa terhadap kondisi eksisting
ditinjau dari aspek-aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen.Penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi eksisting
pengelolaan alat berat Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang, analisis
tingkat kepentingan (harapan) dan persepsi (kenyataan) serta analisis SWOT
untuk merumuskan strategi pengoptimalan pengelolaan alat berat. Pengumpulan
data penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu dengan melalui observasi dan
wawancara para pejabat/stakeholder yang dianggap ahli dan terkait dalam
pengelolaan alat berat. Pengelola yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bengkayang masih belum mampu memberikan pelayanan dengan baik atau
pengguna alat berat ( operator ) belum menerima kinerjanya sesuai apa yang
diharapkan. Selanjutnya dari analisis SWOT menghasilkan strategi agresif dengan
4 strategi alternatif yang berupaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi alternatif tersebut adalah memanfaatkan fungsi
Workshop dengan berbagai aktivitas alat beratnya yang direkomendasikan sebagai
pendukung penyedia prasarana infrastruktur, memperbaiki kualitas pelayanan alat
berat dengan orientasi pelayanan prima, memanfaatkan fasilitas yang tersedia dan
memberdayakan SDM pengelola untuk kepentingan bersama, dan penyesuaian
rencana target dengan potensi pendapatan dari retribusi sewa alat berat.
Pengawasan pengelolaan aset alat berat atau armada alat berat sebaiknya
dilakukan melalui sebuah sistem yang mutakhir sejalan dengan kemajuan
teknologi pada saat ini demi tercapainya target penerimaan PAD Kabupaten

Bengkayang yang sangat diharapkan,sehingga semakin meningkat pada tahun –
tahun kedepannya guna mendukung PAD Kabupaten Bengkayang secara
keseluruhannya.
Kata kunci : Retribusi Daerah,Analisis SWOT,Sistem Pengawasan Alat
Berat,GPS,Kabupaten Bengkayang

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 2

WEALTH MANAGEMENT STRATEGIES FOR USE IN THE
FORM OF EQUIPMENT FLEET DEPARTMENT OF PUBLIC
WORKS DISTRIC BENGKAYANG
By: Yohanes (agungarthaavisa1@gmail.com)

ABSTRACT
Programe Economic Studies of Economic Development .Development
Faculty.University Open UPBJJ Pontianak - West Kalimantan. Scientific aims to
investigate the cause of the lack of heavy equipment asset management
optimization, due to machine conditions it is outdated and its economic life is up

certainly will weigh in operations and maintenance. Starting from here, so there is
an attempt to optimize asset heavy equipment, one of them by finding alternative
strategies for better management. This study aimed to alternative asset
management of heavy equipment at the Department of Public Works as a manager
Bengkayang heavy equipment, with analyzing the existing conditions in terms of
technical aspects, financing, legal, and manajemen.Reseach uses descriptive
analysis to describe the existing condition management of the Department of
Public Works heavy equipment Bengkayang, analysis of the level of importance
(expectation) and perception (reality) as well as a SWOT analysis to formulate a
management strategy optimization of heavy equipment. Research data collection
is done in 2 stages: through observation and interviews with the officials /
stakeholders who are considered experts in the management and associated heavy
equipment. Manager of the Department of Public Works Bengkayang still not able
to provide a good or service with heavy equipment users (operators) have not
received a performance fit what is expected. Furthermore, from the SWOT
analysis produces an aggressive strategy with four alternative strategies that
attempt to use force to take advantage of opportunities that exist. The alternative
strategy is to utilize the functionality Workshop with various activities
recommended as a heavy equipment manufacturer support infrastructures,
improve service quality heavy equipment with excellent service orientation, take

advantage of the facilities available and empowering human resources manager
for the common good, and the adjustment plan with potential earnings of the
target heavy equipment rental fees. Asset management oversight fleet of heavy
equipment or heavy equipment should be done through a sophisticated system in
line with the current technological advances in order to achieve revenue targets
Lokasi Revenue Bengkayang highly expected, thus increasing the year - in the
future to support Lokal Revenue Distric Bengkayang as a whole.
Keywords: Levies, SWOT Analysis, Equipment Monitoring System, GPS, Distric
Bengkayang

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang merupakan satuan perangkat
kerja pemerintah daerah dan salah satu dinas yang tidak bisa terlepas dari
keberadaan dan keandalan alat berat yang dimiliki. Peranan peralatan dalam hal

ini alat berat ikut menentukan keberhasilan didalam mendukung pelaksanaan
pekerjaan jalan dan jembatan, serta pembangunan dan perkembangan Kabupaten
Bengkayang itu sendiri, karena adanya strategi pengelolaan alat berat yang baik.
Kondisi existing peralatan pada DPU Kabupaten Bengkayang rata – rata peralatan
berumur 6-7 tahun bahkan ada yang 12 tahun, kondisi alat berat yang semuanya
sudah usang dan umur ekonomisnya sudah habis tersebut akan sangat membebani
bagi instansi pengelola, karena apabila dilakukan pemeliharaan semua pasti akan
memerlukan biaya sangat banyak, sedangkan anggaran pemeliharaan yang
dialokasikan sangat terbatas.
Berdasarkan data inventarisasi aset pada DPU Kabupaten Bengkayang Tahun
Anggaran 2014 masih terdapat 10 unit dengan kondisi 4 baik, 5 kurang baik , dan
10 unit rusak berat. Penjelasan tentang daftar inventaris tersebut seperti disajikan
dalam Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel.1 DAFTAR INVENTARISASI ALAT BERAT YANG DIKELOLA OLEH
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BENGKAYANG TA. 2014
No

Jenis Alat /
Kendaraan


Merk/Type

Tahun
Pengadaan

Harga Sewa /
Hari /

Keterangan/Kondisi

7 Jam
1

Excavator

Kobelco
SK200-6E

2006


Rp 988.200,00

2

Excavator

JCB

2008

Rp 1.092.200,00

B

3

Buldozer

Komatsu D68
E Ss


2006

Rp 1.483.500,00

RB

4

Motor Gradder

Komatsu
GD511A-1

2006

Rp 1.217.100,00

KB


Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

KB

Halaman 4

5

Bachoe Loader

JCB

2008

Rp 872.200,00

KB

6


Three Wheel
Loader

SAKAI R2 - 1

2006

Rp 698.300,00

B

7

Vibro Roller

DYNAPAC

2008

Rp 695.750,00

B

8

Dump Truck

Mitsubishi PS
120

2002

Rp 465.700,00

KB

9

Tronton

HINO

2007

Rp 533.600,00

B

10

Dump Truck

Toyota Dyna

2007

Rp 498.100,00

KB

Catatan : B : Baik, KB: Kurang Baik, RB : Rusak Berat

Keterangan : Sumber dari Bagian Peralatan dan Workshop Dinas Pekerjaan Umum
Kab.Bengkayang

Sejauh mana yang kita ketahui tentang sosialisasi terhadap setiap kebijakan
pembangunan ekonomi disuatu daerah tentunya merupakan suatu kebijakan
yang penting untuk dilaksanakan dalam roda pemerintahan. Setiap derap
langkah pembangunan

ekonomi

dilakukan

disuatu

daerah,

seringkali

tujuannya tidak dipahami dengan baik oleh masyarakat sebagai pihak yang
merasakan hasil pembangunan ekonomi tersebut. Pemahaman yang kurang
tepat terhadap sebuah kebijakan pembangunan ekonomi tentunya akan
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan pelaksanaan
kebijakkan pembangunan yang dilaksanakan. Untuk itu pemerintah sebagai
pengambil

kebijakan

dalam

sebuah

pembangunan

tentunya

memiliki

kewajiban untuk memahamkan apa yang diperbuat untuk kepentingan rakyat.
Sementara perikehidupan ekonomi maupun pemerintahan dalam flame
otonomi khusus yang baru dimulai ini, tentunya diperlukan adanya pola
pikir yang sejiwa dengan kebijakan pemerintahan ini. Kewenangan yang
telah diberikan kepada pemerintahan daerah dengan diikuti perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah, diharapkan, pengelolaan dan penggunaan
anggaran sesuai dengan prinsip “money follows function”.
Salah

satu

problema

yang

dihadapi

oleh

sebagian

Daerah

Kabupaten/Kota di Indonesia dewasa ini adalah berkisar pada upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Problema ini muncul karena

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 5

adanya kecenderungan berpikir dari sebagian kalangan birokrat di Daerah
yang menganggap bahwa parameter utama yang menentukan kemandirian
suatu Daerah di era Otonomi adalah terletak pada peraturan yang berlaku.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber
pendapatan Daerah merupakan: Pendapatan Asli Daerah itu Sendiri, yang
terdiri dari: Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan
Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan,
Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah.
Dalam rangka mengoptimalisasikan Pendapatan Asli Daerah, Kabupaten
Bengkayang khususnya Pengelolaan Retribusi Sewa Alat Berat pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang dijadikan Retribusi Daerah sebagai
bagian dari sumber penerimaan retribusi daerah. Sektor Pajak Daerah tersebut
meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan

Jalan,

Pajak Pengambilan

Dan

Pengolahan

Bahan

Galian

Golongan C serta Retribusi Daerah yang terdiri: Retribusi Jasa Umum antara
lain Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan pada besarnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Realitas mengenai rendahnya PAD di sejumlah Daerah pada masa lalu,
akhirnya mengkondisikan Daerah untuk tidak berdaya dan selalu bergantung
pada

bantuan pembiayaan

atau

subsidi

dana

dari

Pemerintah

Pusat.

Rendahnya konstribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pembiayaan Daerah,
karena Daerah hanya diberikan kewenangan mobilisasi sumber dana retribusi
yang mampu memenuhi hanya sekitar 20%- 30% dari total penerimaan
untuk membiayai kebutuhan rutin dan pembangunan, sementara 70% 80%
dialokasikan dari pusat.
Selain karena persoalan kewenangan yang terbatas dalam memobilisasi
sumber dana retribusi, juga terdapat persoalan yang bersifat teknis yuridis
yaitu dalam bentuk regulasi yang dijadikan dasar hukum bagi Daerah untuk
memungut Pendapatan Asli Daerah, baik yang bersumber dari Retribusi
Daerah.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 6

Beberapa

faktor -

faktor

Kabupaten Bengkayang

yang

mempengaruhi

dalam menetapkan

target

Pemerintah
penerimaan

Daerah
Retribusi

Daerah. Faktor yang amat penting dan mempengaruhi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bengkayang

dalam

menetapkan

target

pendapatan Retribusi

Daerah di Kabupaten Bengkayang adalah situasi dan kondisi perekonomian
dan politik yang kondusif. Hal ini menjadi penting artinya karena kedua
hal ini dapat dikatakan sebagai dua sisi mata uang dan dapat menentukan
hitam - putihnya realisasi penerimaan.
Persoalan yang ada dilapangan secara umum menunjukkan bahwa
Pendapatan

Asli Daerah

(PAD)

yang

sudah

ada

belum

seluruhnya

merupakan hasil maksimal dari penggalian pendapatan dari sumber yang
sudah ada maupun belum tergalinya sumber-sumber potensial pendapatan
yang ada di daerah tersebut. Permasalahan tersebut muncul karena kurang
maksimalnya usaha yang bertujuan untuk mengembangkan potensi–potensi
sumber PAD secara intensif oleh pemerintah daerah.
Untuk hal itu maka menjadi sangat strategis bagi daerah untuk
memiliki penguasaan terhadap potensi PAD yang tidak sekedar potret PAD
daerah saat berjalan namun lebih pada kebijakan yang akan berdampak
pada

peningkatan

PAD. Dimana

Retribusi

menjadi

andalan

utama

Pemerintah Kabupaten Bengkayang untuk mengisi pendapatan daerah.
Merupakan sebagian kecil dari sumber pendapatan retribusi daerah yang
dapat dikelola oleh Pemerintah di Kabupaten Bengkayang , terutama Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang sebagai SKPD Pengelola.

1.2. Perumusan Masalah
Berkenaan

dengan

fungsi

peraturan

Daerah

yang

berorientasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam menunjang pelaksanaan Otonomi
Daerah di Kabupaten Bengkayang , maka masalah yang akan dibahas
adalah : Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada
Peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 7

1.3.

Persoalan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Data yang diperoleh oleh peneliti, yang berupa kata-kata, gambar, dll
data disini yang dimaksud adalah dokumen pribadi, foto-foto, kamera, dll, harus
dideskripsikan oleh peneliti dengan detail. Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti memilih untuk mengambil lokus di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bengkayang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni jenis data
kualitatif. Pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan
sekunder. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian, peneliti
menggunakan teknik observasi dan wawancara. Alat yang dipakai dalam
melakukan analisis data dalam penelitian ini adalah analisis SWOT, dan
dilanjutkan dengan tes litmus untuk menyaring isu strategis.
Beberapa persoalan penelitian yang diambil diantaranya, sebagai berikut :
1.

Berapa besarkah Retribusi Daerah sebagai sumber Pendapatan Asli
Daerah terhadap total Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Bengkayang ?

2.

Berapa besarkah tingkat pencapaian, penerimaan Retribusi Daerah Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang Tahun 2014 ?

3.

Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi penerimaan Retribusi
Daerah pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang terhadap total
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bengkayang ?

4.

Bagaimanakah strategi penanganan aset alat berat pada Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bengkayang ?

5.

Bagaimanakah langkah pengawasan pemakaian kekayaan milik daerah ?

1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagaimana permasalahan yang telah dikemukakan di
atas adalah untuk:
1.

Untuk mengetahui tingkat retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2014.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 8

2.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapaian, penerimaan Retribusi
Daerah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang Tahun 2014.

3.

Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan
Retribusi Daerah pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang
terhadap total Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bengkayang.

4.

Mengetahui Strategi penanganan aset alat berat pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Bengkayang

5.

Mengetahui langkah pengawasan pemakaian kekayaan milik daerah

1.5. Manfaat Penulisan
Atas hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah di Kabupaten Bengkayang maupun Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Bengkayang tentang pentingnya Tingkat Retribusi Daerah terhadap
PAD di Kabupaten Bengkayang .
2. Sebagai masukan atau tambahan pengetahuan dan pengalaman mengenai cara
peningkatan Retribusi terhadap PAD di Kabupaten Bengkayang.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain untuk meneliti masalah yang
sama pada masa akan datang.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Retribusi Daerah
Retribusi

daerah

sebagaimana

halnya

pajak merupakan

salah satu

Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk
meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Menurut Ahmad
Yani (2002: 55) “Daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang dalam

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 9

menggali potensi sumber daya keuangannya dengan menetapkan jenis
retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat”.
Menurut

Marihot P. Siahaan

(2005:6),

“Retribusi

Daerah

adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”. Jasa adalah kegiatan pemerintah
daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,
atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan,
dengan demikian bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ciri- ciri retribusi daerah:
1) Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah
2) Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
3) Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
4) Retribusi

dikenakan

pada

setiap

orang/badan

yang

mengunakan/mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara
Menurut Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Departemen
Keuangan-RI (2004:6), Kontribusi retribusi terhadap penerimaan Pendapatan
Asli Daerah Pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang relatif tetap perlu
mendapat perhatian serius bagi daerah. Karena secara teoritis terutama
untuk kabupaten/kota retribusi seharusnya mempunyai peranan/kontribusi
yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Dalam Dwi Poernomo (pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah
dalam rangka pemasukan terhadap pendapatan daerah, halaman 9 sampai 11,
Tahun 2001). Dasar hukum: Undang-undang Nomor 18 Tahu 1997, tentang
pajak daerah dan retribusi daerah dan Undang-undang Nomor 34 tahun
2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 10

Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan retribusi daerah diataur dalam
pasal 1 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, antara lain :
1.

Retribusi Daerah adalah : Pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah yang berkepentingan orang pribadi atau badan.
2. Jasa adalah : Kegiatan pemerintah daerah berupa usaha atau pelayanan
yang menyebabkan barang fasilitas atau kemanfaatan lainya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
3. Jasa Umum adalah : Jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk
tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan
4. Jasa Usaha adalah : Jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimasudkan
untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
5.

Wajib retribusi adalah : orang/ badan diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau

pemotongan retribusi

tersebut.
6.

Masa retribusi adalah : suatu jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan
tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan.
7.

Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) adalah : surat wajib retribusi

digunakan untuk melakukan pembayaran dan penyetoran yang terutang ke
kas daerah.
8.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah : surat ketetapan

retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
9. Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) adalah : surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 11

2.1.1. Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi objek dari retribusi daerah adalah bentuk jasa. Jasa yang
dihasilkan terdiri dari:
a.

Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfatan umum serta dapat
dinikmati

oleh

orang

pribadi

atau

badan.

Jasa

umum

meliputi

pelayanan kesehatan, dan pelayanan persampahan. Jasa yang tidak
termasuk jasa umum adalah jasa urusan umum pemerintah.
b. Jasa Usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh swasta. Jasa usaha antara lain meliputih penyewaan
asset yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah, penyedian tempat
penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian mobil, dan
penjualan bibit.
c.

Perizinan Tertentu, pada dasarnya pemberian izin oleh pemerintah tidak
harus dipungut retribusi. Akan tetapi dalam melaksanakan fungsi
tersebut, pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan
biaya yang tidak selalu dapat dicukupi oleh sumber-sumber penerimaan
daerah

yang

telah

ditentukan

sehingga

perizinan

tertentu

masih

dipunggut retribusi.
2.1.2. Jenis-jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut UU No 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No 34
Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a.

Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
Sesuai dengan Undang-undang No 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 huruf a,
retribusi jasa umum ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 12

1) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi
jasa usaha atau perizinan tertentu.
2)

Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaa asas desentralisasi.
3) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan
dan kemanfaatan umum.
4) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.
5) Retribusi

tersebut

tidak

bertentangan

dengan

kebijakan

nasional

mengenai penyelenggaraannya.
6) Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisiensi serta
merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial.
7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3)

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte

Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
b.

Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan

oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena
pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Kriteria retribusi jasa usaha adalah:

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 13

1)

Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau

retribusi perizinan tertentu
2)

Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang

seyogianya disediakan oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggahan/ Villa
7) Retribusi Penyedot Khusus
8) Retribusi Rumah Potongan Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c.

Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau

badan

pengendalian,

yang
dan

dimaksudkan
pengawasan

untuk

atas

pembinaan,

kegiatan

pengaturan,

pemanfaatan

ruang.

Penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Kriterian retribusi perizinan tertentu antara lain:
1.

Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan

kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 14

3.

Biaya yang menjadi beban pemerintah dalam penyelenggaraan izin

tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negative dari pemberian
izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari perizinan tertentu.
Jenis-jenis Retribusi perizinan tertentu terdiri dari ;
1)

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2)

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

3)

Retribusi Izin Gangguan

4)

Retribusi Izin Trayek

2.1.3. Sarana dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah
Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh
proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak
ketiga. Namun, dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah
tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif
dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak
bekerja sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak
dipercaya

untuk

ikut

melaksanakan

sebagian

tugas

pemungutan

jenis

retribusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang
tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan
besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan
penagihan retribusi.
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen
lain yang dipersamakan antara lain, berupa karci masuk, kupon dan kartu
langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi tepat pada
waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar dua persen setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD).

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 15

STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi
administrasi

berupa

bunga

dan atau

denda.

Tata

cara

pelaksanaan

pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
Menurut Mahenrazulfan (Fungsi Retribusi dalam meningkatkan PAD,
halaman 6, tahun 2010)
Pungutan retribusi langsung atau konsumen dalam prakteknya biasanya
dikenakan karena satu atau lebih dari pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Apakah pelayanan tersebut merupakan barang-barang publik atau privat,
mungkin pelayanan tersebut dapat disediakan kepada setiap orang.
2. Suatu jasa yang melibatkan suatu sumber daya yang langka atau mahal
dan perlunya disiplin masyarakat dalam mengkonsumsinya.
3. Ada beberapa jenis konsumsi yang dinikmati oleh individu bukan karena
kebutuhan pokok sehingga lebih merupakan pilihan dari pada keperluan.
4.

Jasa-jasa dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan mencari keuntungan
disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan individual di kantor pos,
telepon seluruhnya digunakan secara luas oleh industri.
Untuk tata cara pemungutannya retribusi tidak dapat diborongkan dan

retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah atau
dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan,
dalam hal wajib retribusi tertentu kepada mereka yang tidak membayar
tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sangsi administrasi,
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD).
2.1.4. Perhitungan Retribusi Daerah
Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan
tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian, besarnya
retribusi yang terutang dihitung berdasarkan tarif retribusi dan tingkat
penggunaan jasa.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 16

a. Tingkat Penggunaan Jasa
Tingkat Penggunaan Jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan
jasa sebagai

dasar

alokasi

beban

biaya

yang

dipikul

daerah

untuk

penyelenggaraan jasa yang bersangkutan, misalnya beberapa kali masuk
tempat rekreasi, berapa kali/berapa jam parker kendaraan, dan sebagainya.
Akan tetapi, ada pula penggunaan jasa yang tidak dapat dengan mudah
diukur. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa mungkin perlu ditaksir
berdasarkan rumus tertentu yang didasarkan atas luas tanah, luas lantai
bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan bangunan.
b. Tarif Retribusi Daerah
Tarif Retribusi Daerah adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang
ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang. Tarif
dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan perbedaan golongan tarif
sesuai dengan sasaran dan tarif tertentu, misalnya perbedaan Retribusi
Tempat Rekreasi antara anak dan dewasa.
Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan
prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi, hal ini dimasudkan untuk
mengantisipasi perkembangan perekonomian daerah berkaitan dengan objek
retribusi yang bersangkutan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 ditetapkan bahwa tarif retribusi ditinjau kembali paling lama lima
tahun sekali.
c.

Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah

Tarif

retribusi

daerah

ditetapkan

oleh

pemerintah

daerah

dengan

memperhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda antar
golongan retribusi daerah.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 21 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 8-10 prinsip dan sasaran
dalam penetapan tarif retribusi daerah ditentukan sebagai berikut:
1)

Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah
dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 17

2)

Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama
untuk memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang
dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan
oleh swasta

3)

Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan
untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan
dilapangan,

penegakan

hukum,

penatausahaan,

dan

biaya

dampak

negatif dari pemberian izin tersebut.
Menurut Kesit Bambang Prakosa (2003:49-52) prinsip dasar untuk
mengenakan retribusi biasanya didasarkan pada total cost dari pelayananpelayanan yang disediakan. Akan tetapi akibat adanya perbedaan-perbedaan
tingkat pembiayaan mengakibatkan tarif retribusi tetap dibawah tingkat
biaya (full cost) ada 4 alasan utama mengapa hal ini terjadi:
a)

Apabila suatu pelayanan pada dasarnya merupakan suatu public good
yang

disediakan

karena

keuntungan

kolektifnya,

tetapi

retribusi

dikenakan untuk mendisiplinkan konsumsi. Misalnya retribusi air minum.
b)

Apabila suatu pelayanan merupakan bagian dari swasta dan sebagian
lagi

merupakan

good

public.

Misalnya

tarif

bis disubsidi

guna

mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum dibandingkan
angkutan swasta, guna mengurangi kemacetan.
c) Pelayanan seluruhnya merupakan private good yang dapat disubsidi jika
hal ini

merupakan

permintaan

terbanyak

dan

penguasa

enggan

menghadapi masyarakat dengan full cost. Misalnya fasilitas rekreasi
dari kolam renang.
d) Privat good yang dianggap sebagi kebutuhan dasar manusia dan groupgroup berpenghasilan rendah. Misalnya perumahan untuk tunawisma.
d. Cara Perhitungan Retribusi
Besarnya retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan
yang menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara
tarif dan tingkat penggunaan jasa dengan rumus sebagai berikut:

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 18

Jumlah Jam Kerja x Tarif Retribusi = Retribusi Daerah
2.1.5. Kriteria Efektivitas Retribusi Daerah
Untuk menilai tingkat efektivitas dari pemungutan retribusi daerah ada
beberapa kriteria yang dipenuhi yaitu:
a.

Kecukupan dan Elastisitas

Elastisitas retribusi harus responsif kepada pertumbuhan penduduk dan
pendapatan, selain itu juga tergantung pada ketersediaan modal untuk
memenuhi pertumbuhan penduduk.
b. Keadilan
Dalam pemungutan retribusi daerah harus berdasarkan asas keadilan, yaitu
disesuaikan dengan kemampuan dan manfaat yang diterima.
c.

Kemampuan Administrasi

Dalam hal ini retribusi mudah ditaksir dan dipungut. Mudah ditaksir karena
pertanggungjawaban didasarkan atas tingkat konsumsi yang dapat diukur.
Mudah dipungut sebab penduduk/masyarakat hanya mendapatkan apa yang
mereka bayar, jika tidak dibayar maka pelayanan dihentikan.
2.1.6. Peraturan Pemerintah Tentang Retribusi Daerah
Peraturan yang memuat tentang retribusi daerah adalah Undang-Undang
No 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan
Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66
Tahun

2001

tentang

Retribusi

Daerah,

Bengkayang Nomor 4 Tahun 2009

Peraturan Daerah Kabupaten

tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan

Daerah berupa Armada Peralatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bengkayang, dalam peraturan-peraturan ini diatur hal-hal yang berkaitan
dengan ketentuan retribusi daerah. Seperti jenis-jenis retribusi daerah, tata
cara

dan sarana pemungutan

retribusi,

perhitungan

besarnya

retribusi

terutang dan beberapa ketentuan lainnya.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 19

2.2. Pendapatan Asli Daerah
2.2.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber –
sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan tukang punggung pembiayaan daerah,
oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya
kontribusi yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD,
semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah
terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah
terhadap bantuan pemerintah pusat.
Pendapatan Asli Daerah hanya merupakan salah satu komponen sumber
penerimaan keuangan negara disamping penerimaan lainnya berupa dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa
anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan
penyelenggaraan pemerintah di daerah. Keseluruhan bagian penerimaan
tersebut setiap tahun tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD). Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD,
namun proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi
derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber
keuangan secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor perundangundangan yang berlaku khusunya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pemerintahan

dan

pembangunan

didaerahnya

melalui

Pendapatan Asli

Daerah. Menurut Dr.Machfud Sidik,MSc, tuntutan peningkatan semakin
besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan kepada daerah itu sendiri. Dalam penggalian dan peningkatan
pendapatan daerah itu sendiri banyak permasalahan yang ditemukan, hal ini
dapat disebabkan oleh:
a. Perannya tergolong kecil dalam total penerimaan daerah sebagian besar
penerimaan daerah masih berasal dari bantuan Pusat. Dari segi upaya
pemungutan pajak, banyaknya bantuan dari subsidi ini mengurangi

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 20

“usaha” daerah dalam pemungutan PAD-nya, dan lebih mengandalkan
kemampuan

“negosiasi”

daerah

terhadap

Pusat

untuk

memperoleh

tambahan bantuan.
b. Kemampuan administrasi pemungutan di derah yang masih rendah. Hal
ini mengakibatkan bahwa pemungutan pajak cenderung dibebani oleh
biaya pungut yang besar
c. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Hal ini
mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah.
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004, “Pendapatan Asli Daerah
adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam
daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang
asli digali di daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah
dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil
ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pasal 6, “ Sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari : 1). Pajak daerah, 2). Retribusi daerah,
3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4). Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah”.
Menurut Mardiasmo (2002: 132), “Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan

daerah

perusahaan

milik

dari

sektor

daerah,

hasil

pajak

daerah,

pengelolaan

retribusi

daerah,

hasil

kekayaan

daerah

yang

dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.
Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pemerintah daerah
dilarang:
a.

Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi dan

b.

Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan
kegiatan impor/ ekspor.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 21

2.2.2 . Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber dari pendapatan
daerah, yang dimaksud pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan dalam wilayahnya sendiri.
Pendapatan asli daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah.
Menurut

Mardiasmo

(2002:132)

dalam

AMRI

SIREGAR

tentang

(ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS PAJAK DAN RETRIBUSI, halaman
34,38 dan 40. Tahun 2009)
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor
pajak

daerah, retribusi

daerah,

hasil

perusahaan

milik

daerah,

hasil

pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah.
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan daerah.
2.2.3. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah
Klasifikasi PAD berdasarkan Permendagri Nomor 13/2006 adalah :
Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi
daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai dengan undang-undang pajak
daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba
atas pernyataan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba
atas pernyataan modal

pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan

bagian laba atas pernyataan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarat. Jenis-jenis lain PAD yang di sahkan disediakan
untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termaksud dalam pajak
daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolan kekayaan daerah yang
dipisahkan,

dirinci

menurut objek

pendapatan

yang

mencakup

hasil

penjualan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 22

penerimaan atas

tuntutan

ganti

kerugian

daerah,

penerimaan

komisi,

potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan
barang dan / atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan selisi dari nilai
tukar Rupiah

terhadap

mata

uang

asing,

pendapatan

denda

atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan
denda retribusi. Pendapatan hasil ekskusif atau jaminan, pendapatan dari
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari ansuran/ cicilan
penjualan.
2.2.4. Keuangan Daerah
Menurut Menurut Mahenrazulfan (Fungsi Retribusi dalam meningkatkan
PAD, halaman 8, tahun 2010). Salah satu kriteria penting untuk mengetahui
secara nyata kemampuan Daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan ini, Pamudji menegaskan:
“Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan
dan pembangunan… Dan

keuangan inilah yang merupakan salah satu

dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan Daerah dalam
mengurus rumah tangganya sendiri”.
Untuk

dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya

Daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini
Daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, yakni: Pertama :
mengumpulkan dana dari Pajak Daerah yang sudah direstui oleh Pemerintah
Pusat; Kedua : melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau
bank

atau melalui Pemerintah Pusat; Ketiga : mengambil bagian dalam

pendapatan pajak sentral yang dipungut Daerah, misalnya sekian persen dari
pendapatan sentralnya tersebut; Keempat : menambahkan tarif pajak sentral
tertentu, misalnya pajak kekayaan atau pajak pendapatan; Kelima : menerima
bantuan atau subsidi dari pemerintah pusat.
Undang-undang

No.

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan

Daerah,

menjelaskan bahwa :

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 23

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah sendiri, yang terdiri dari:


Pajak Daerah



Retribusi Daerah



Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;

2. Sumber PAD lainnya yang sah;
Dana perimbangan, yang terdiri dari :



Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam
Dana alokasi umum, yang dialokasikan berdasarkan persentase

tertentu dari pendapatan dalam negeri neto


Dana alokasi khusus yang dialokasikan dari APBN



Lain-lain pendapatan Daerah yang sah, misalnya hibah dan dana

darurat.
Dari ketentuan tersebut di atas maka pendapatan Daerah dapat dibedakan
kedalam dua jenis yaitu: Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan non-asli
Daerah.
Sumber pendapatan daerah yang

penting lainnya

adalah retribusi

daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah “pembayaran-pembayaran
kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa–jasa
negara”.
2.2.5. Hasil Perusahan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Milik Daerah Yang di Pisahkan
Menurut Halim (2004: 68), Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
kekayaan milik daerah yang dipisahkan menurut penerimaan daerah yang
berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan.
Menurut Halim (2004: 68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut :


Bagian laba perusahaan milik daerah



Bagian laba lembaga keuangan milik Bank



Bagian laba keuangan non bank

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 24



Bagian laba atas pernyertaan modal/invetasi
Sumber penerimaan PAD yang lainnya menduduki peranan penting

setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba
Badan Usaha Milik daerah (BUMD). Menurut Undang-undang Nomor 34
tahun 2000 hasil perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
milik daerah yang di pisahkan.
BUMD merupakan badan usaha yang didirikan selurunya atau sebagian
dengan modal daerah. Tujuan didirikan BUMD adalah dalam rangka
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.
Selain itu BUMD juga merupakan cara yang lebih efisiensi dalam melayani
masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan Negara. Bagian
laba BUMD tersebut digunakan untuk membiayai pembanguanan daerah dan
anggaran

belanja

daerah,

setelah

dikurangi

dengan

penyusutan,

dan

pengurangan lain yang wajar dalam BUMD.
BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan
bagi daerah yang perlu terus ditingkatan guna mendukung pelaksanaan
otonomi daerah. Besarnya kontribusi laba BUMD dalam pendapatan asli
daerah dapat menjadi indikator kuat dan lemahnya BUMD dalam suatu
daerah.
2.2.6. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Menurut Halim (2004: 69), pendapatan ini merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah.
Menurut Halim (2004: 69), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan
berikut : 1)

Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2)

Penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposit, 4) Denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas/kehilangan kekayaan
daerah .
2.2.7. Pengelolaan Pendapatan Daerah beserta Implikasinya Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Daerah dalam struktur APBD masih merupakan elemen
yang cukup penting fungsinya baik untuk mendukung penyelenggaraan
Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 25

Pemerintahan maupun pemberian pelayanan kepada publik. Apabila dikaitkan
dengan pembiayaan, maka pendapatan Daerah masih merupakan alternatif
pilihan utama dalam mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan dan pelayanan publik di kota/ kabupaten di Indonesia.
Formulasi

kebijakan

dalam

mendukung

pengelolaan

anggaran

pendapatan Daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk mobilisasi
pendapatan asli Daerah, dana perimbangan dan penerimaan Daerah lainnya.
Kebijakan pendapatan Daerah Kota / Kabupaten di Indonesia tahun
2007- 2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar
kurang lebih 10 % dan pertumbuhan tersebut lebih disebabkan oleh adanya
pertumbuhan pada komponen PAD dan komponen Dana Perimbangan.
2.3.
1.

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kebijakan
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, sumber pendapatan
daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bengkayang meliputi
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain- lain

pendapatan

daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkayang terdiri dari
pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba perusahaan milik daerah/hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
Sedangkan Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak.
Memperhatikan kewenangan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diketahui bahwa terdapat sejumlah kewenangan dibidang Pemerintahan yang
tidak diserahkan kepada Daerah, sehingga kewenangan tersebut tetap
menjadi wewenang Pemerintah pusat dalam wujud Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.

Strategi Pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah berupa Armada Peralatan pada DPU Kab.Bengkayang

Halaman 26

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tercantum pada Pasal 6.
Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
meliputi: b. Retribusi Daerah .
Pemberlakuan jenis-jenis pajak ini tentunya disesuaikan dengan peraturanPeraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti UU No. 34/2000 tentang
Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada Undang undang ini lebih leluasa
dalam

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI ANGGOTA LEGISLATIF DALAM MEMPERKUAT HUBUNGAN DENGAN KONSTITUEN(Studi pada anggota DPRD Kabupaten Pamekasan Periode 2009-2014)

0 81 37

POLA PENGELOLAAN ISU PT. KPC (KALTIM PRIMA COAL) Studi pada Public Relations PT. KPC Sangatta, Kalimantan Timur

2 50 43

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN YANG TEPATGUNA MENINGKATKAN PANGSA PASAR PADA PERUSAHAAN ROLL KARET UD. SARI ARGO MANDIRI MALANG

6 98 2

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52