PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAHDAN MOTIVA docx

1

PROPIL PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN MOTIVASI
MEMELIHARA KESEHATAN LINGKUNGAN IBU RUMAH TANGGA
KOTA WATAMPONE
Andi Asdariah1, Mulyadi2, Lahming3, Hamsu Gani4, Bakhrani5, Faisal6,
Gufran Darma Dirawan7.
Email: iandiasdariah@yahoo.com
gufrandarma@yahoo.com,
ABSTRAK
Tujuan penelitan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan pengelolaan pengelolaan sampah dan motivasi memelihara kesehatan
lingkungan ibu rumah tangga di Kota Watampone. Jenis penelitian adalah
penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa tes pengetahuan tentang
pengelolaan sampah dan kuesioner motivasi memelihara kesehatan lingkungan.
Data hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan
pengelolaan sampah ibu rumah tangga sebanyak 58% berada pada kategori
rendah. Selanjutnya motivasi memelihara kesehatan lingkungan berada pada
kategori sedang yakni 55%. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah ini

tergambar dari kebiasaan hidup masyarakat di lokasi penelitian, yakni masih
banyak masyarakat membuang sampah plastik di jalan dan ibu rumah tangga
membakar sampah yang dihasilkan, belum ada ibu rumah tangga membuat
kompos dan pupuk cair organik dari limbah rumah tangga. Motivasi memelihara
kesehatan lingkungan masih dalam kategori sedang tergambar dari sampah yang
dibiarkan menumpuk di sudut-sudut jalan sehingga lalat berkerumun dan
menimbulkan bau tak sedap. Pengelolaan sampah oleh masyarakat dan
pemerintah daerah masih rendah. Fenomena ini dapat diamati dengan masih
banyaknya sampah domestik yang bertebaran di sepanjang jalan-jalan kota,
sampah menumpuk pada TPS, dan saluran air tersumbat.
Kata Kunci: Pengetahuan, motivasi
Latar belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan pesatnya
pembangunan dilaksanakan oleh semua negara termasuk Indonesia. Upaya
pembangunan berwawasan lingkungan merupakan alternatif yang dapat ditempuh
dan harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat seperti dalam amanah
lingkungan 5 Juni 1982 pada pokok keempat bahwa kesadaran lingkungan
dikalangan masyarakat perlu dikembangkan untuk menumbuhkan menjadi
kesadaran berbuat (Salim, 1996). Upaya pencapaian cita-cita tersebut dapat
dimulai dari tingkat terkecil dalam masyarakat yaitu rumah tangga dan dalam


2

kehidupan sehari-hari pengelolaan aktivitas rumah tangga didominasi oleh ibu
rumah tangga. Dalam pengelolaan sampah terpadu maka ibu rumah tangga dapat
melakukan 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang)
sehingga dapat meminimalkan sampah yang dihasilkan oleh keluarganya.
Selama ini masyarakat mengelola sampah dengan konsep dibuang
begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incinerator atau dibakar begitu
saja) gali tutup (sanitary landfill). Hal ini ternyata tidak memberikan solusi yang
baik apalagi jika pelaksanaannya tidak disiplin (Hadiwiyoto, 1982). Masyarakat
masih menganggap bahwa sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil
buangan tak berharga padahal berubahnya suatu produk menjadi sampah berarti
kegagalan untuk memaksimalkan pemakaian suatu barang (Ivonilla, 2009).
Untuk menangani permasalahan sampah, pemerintah
menetapkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Namun
kenyataannya bahwa penumpukan sampah di berbagai kota besar masih terjadi.

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan pengelolaan
sampah secara tepat dan benar.
Chandra (2006) menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang baikdi
suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan
daerah itu sendiri diantaranya: (1) berkurangnya tempat untuk berkembang biak
serangga atau binatang pengerat, (2) menurunkan insiden kasus penyakit menular
yang erat kaitannya dengan sampah, (3) estetika lingkungan yang bersih dan
sehat.
Pengelolaan sampah pada umumnya di Indonesia terdiri atas dua
kelompok yakni pertama masyarakat yang melakukan pengelolaan dari timbulan,
pewadahan, pengangkutan dan pembuangan akhir atau pemusnahan atau sampai
pada tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan yang kedua pengelolaan
dilaksanakan oleh pemerintah meliputi pengangkutan dari TPS ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Kenyataannya bahwa pengelolaan sampah terpadu
antara masyarakat dan pemerintah belum terlaksana secara optimal. Paradigma
masyarakat tentang pengelolaan sampah merupakan kewajiban pemerintah
sedangkan pemerintah beralasan bahwa belum optimalnya pelaksanaan pelayanan
disebabkan terbatasnya anggaran dan masih rendahnya minat sektor swasta
menanamkan modalnya di bidang ini (Hikmah, 2014).
Pengelolaan sampah merupakan suatu bidang yang berhubungan

dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan,
pengolahan, dan pembuangan sampah dengan cara yang sesuai dengan prinsipprinsip terbaik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik,
perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya serta
mempertimbangkan masyarakat luas (Fadhilah A, 2011).
Salah satu kota di daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang menghadapi
masalah pengelolaan sampah adalah Watampone ibu kota Kabupaten Bone. Luas
wilayah kota Watampone 4559 km2 dengan jumlah penduduk 135.500 jiwa. Luas
pelayanan pengangkutan sampah oleh Dinas kebersihan hanya 126,35 km 2.
Pengelolaan sampah oleh masyarakat dan pemerintah daerah masih rendah. Hal

3

ini dapat diamati dari sampah domestik yang bertebaran di sepanjang jalan-jalan
kota, menumpuknya sampah pada TPS, dan tersumbatnya saluran air. Berdasarkan
data dari BLHD Kabupaten Bone bahwa jumlah sampah rumah tangga dihasilkan
adalah 8 ton/bulan namun yang diolah hanya 1 ton, dan didaur ulang hanya 2 ton.
(BLHD Kabupaten Bone, 2014).
Pemerintah Kabupaten Bone telah mengagendakan Jum’at bersih,
namun hasilnya masih jauh dari harapan. Hasil observasi dan wawancara penulis
terhadap staf BLHD dikemukakan bahwa kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah

bersifat spontan dan hanya dilaksanakan jika akan ada perlombaan seperti lomba
adipura. Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Watampone masih
mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan
akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Passippo
Kecamatan Palakka Kota Watampone dengan luas 5 ha. Sistem ini menyebabkan
pemerintah harus mengeluarkan dana besar sebab semakin banyak sampah yang
harus dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar.
Faktor penyebab meningkatnya jumlah sampah menurut Chandra (2006)
antara lain (1) jumlah penduduk yakni semakin padat penduduk, semakin banyak
sampah menumpuk karena tempat atau ruang untuk menanpung sampah semakin
sempit/berkurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang
dihasilkan semakin banyak pula, (2) faktor geografis, (3) faktor sosial ekonomi
dan budaya, (4) kebiasaan masyarakat, (5) rendahnya pengetahuan ibu rumah
tangga tentang pengelolaan sampah dan rendahnya motivasi memelihara
kesehatan lingkungan. 6) sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang
dipakai, 7) pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai
kembali, 8) faktor waktu, 9) kemajuan teknologi, 10) jenis sampah.
Pengetahuan yang tinggi tentang pengelolaan sampah bagi ibu rumah
tangga diharapkan dapat membentuk keyakinan dan berperilaku sesuai dengan
keharusan dalam mengolah sampah dan kesadaran ibu rumah tangga akan

pentingnya mengolah sampah sehingga lingkungan dapat terpelihara dengan baik.
Sebaliknya pengetahuan yang kurang mengenai pengelolaan sampah dapat
mempengaruhi motivasi ibu rumah tangga dalam mengolah sampah sehingga
tidak peduli terhadap lingkungannya yang berpengaruh terhadap kesehatan
lingkungannya.
Pengetahuan terbentuk setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap
objek tertentu. Bloom (1981) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan yaitu:
(1) mengetahui mengingat, atau mengenal sesuatu tanpa perlu mengerti, dapat
menggunakan atau mengubahnya, (2) memahami, mengerti materi yang
dikomunikasikan tanpa perlu mengerti hubungan satu dengan yang lainnya,
(3) aplikasi menggunakan konsep umum untuk menyelesaikan masalah yang
khusus, (4) analisis, memecahkan atau membagi menjadi bagian-bagian, (5)
sintesis, menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengombinasikan ide yang
berbeda, dan (6) evaluasi, memberi pendapat tentang materi atau metoda yang
harus diaplikasikan di dalam situasi khusus.
Anderson dan Krathwohl (2010) menyatakan bahwa pengetahuan adalah
sebuah domain spesifik dan kontekstual yang merefleksikan spesifikasi domain
dan peran pengalaman, konteks sosial dalam mengkontruksi dan mengembangkan

4


pengetahuan. Lebih lanjut Anderson dan Krathwohl (2010) mengategorikan
pengetahuan menjadi empat jenis, yakni; (1) pengetahuan faktual yaitu
pengetahuan elemen dasar yang harus diketahui untuk memecahkan masalah,
(2) pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan hubungan atau keterkaitan antara
elemen dasar di dalam struktur yang lebih luas, (3) pengetahuan prosedural yaitu
cara melakukan sesuatu, dan (4) pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan dari
kognisi secara umum.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat bermacam-macam, seperti
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan. Pengetahuan dapat
digunakan manusia dalam tindakan yang sesuai pada waktu menghadapi masalah.
Pengetahuan juga memungkinkan dapat menjadi penggerak untuk perbuatanperbuatan, tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kepentingan pribadi maupun
umum. Pengetahuan secara langsung dapat mengubah sikap manusia dan
menambah kesejahteraan hidup perorangan dan masyarakat. Upaya pengumpulan
sebanyak mungkin informasi mengenai masalah lingkungan, yaitu masalah
lingkungan berkaitan secara umum dengan apa pun di sekeliling atau sekitar
manusia, antara lain: udara, air dan tanah, termasuk di dalamnya tanaman, hewan,
dan mikroorganisme yang berada dalam kandungannya.
Pengetahuan lingkungan yang perlu dimiliki oleh masyarakat khususnya
ibu rumah tangga adalah untuk membantu ibu rumah tangga dalam menjelaskan

dan memecahkan berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi saat ini. Di
antara objek lingkungan yang harus diketahui oleh ibu rumah tangga adalah
bagaimana melakukan pengelolaan sampah secara mandiri tanpa bergantung pada
pemerintah. Pengetahuan ini penting bagi ibu rumah tangga untuk menjaga dan
memeliharan kesehatan lingkungan.
Pengetahuan pengelolaan sampah yang harus dimiliki oleh ibu rumah
tangga berdasarkan kategori: 1) pengetahuan faktual yang meliputi istilah dan
spesifikasi, informasi verbal tentang sampah, 2) pengetahuan konseptual meliputi
klasifikasi, prinsip dan generalisasi, dan teori tentang pengelolaan sampah, 3)
pengetahuan prosedural adalah tahu bagaimana mengerjakan sesuatu seperti
melakukan daur ulang, pengomposan, pembuatan pupuk cair organik (POC), 4)
pengetahuan metakognitif yaitu kemampuan pengetahuan sendiri ibu rumah
tangga tentang sampah.
Ibu rumah tangga harus mengetahui pengelolaan sampah yang baik sebab
menurut Azrul Azwar (1995) pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah
tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari
udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan
kebakaran dan lain sebagainya. Senada dengan prasyarat tersebut, diungkapkan

oleh Slamet (1996) bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas perbagai
pertimbangan, yakni (a) untuk mencegah terjadinya penyakit, (b) konservasi
sumber daya alam, (c) mencegah gangguan estetika, (d) memberi insentif untuk
daur ulang/pemanfaatan dan (e) kuantitas dan kualitas akan meningkat. Oleh
karena itu perilaku para ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah harus
sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan.

5

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga
terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. (Adnani,
2011). Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendaur ulangan sampah atau pemanfaatan kembali. Sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi: 1) pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai jenis, jumlah dan sifat sampah 2) pengumpulan dalam
bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST),
3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dati TPST menuju tempat pemrosesan akhir
(TPA), 4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan

jumlah sampah, 5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
atau hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman
Keberhasilan ibu rumah tangga melakukan pengelolaan sampah secara
mandiri juga ditentukan oleh faktor motivasi
pemeliharaan kesehatan
lingkungannya. Dorongan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga berasal dari dari
dalam dirinya maupun yang berasal dari luar dirinya sehingga melakukan perilaku
pengelolaan sampah dalam hal pengumpulan sampah, pengangkutan, sampai
pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak
menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Motivasi memelihara kesehatan lingkungan adalah dorongan yang ada
dalam ibu rumah tangga melalui kegiatan-kegiatan tertentu dengan harapan untuk
memenuhi kebutuhan individu melalui indikator kebersihan lingkungan,
melakukan pencegahan penyakit dengan menghambat perkembangan vektor
penyakit seperti lalat dan nyamuk. Dengan demikian motivasi ibu rumah tangga
akan diperoleh melalui pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan
pendidikan, sehingga menjadi pendorong ibu rumah tangga untuk berperilaku
melakukan pengolahan sampah.
Motivasi memelihara kesehatan lingkungan yang dimiliki oleh ibu rumah
tangga merupakan pendorong atau daya penggerak sehingga mampu ikut seta dan

memberikan semua kemampuan dan keterampilannya dalam melakukan
pengelolaan sampah dan berperan aktif memperhatikan kebersihan
lingkungannya. Secara sederhana motivasi bagi ibu rumah tangga akan
memberikan semangat dalam melakukan pengelolaan sampah.
Kesehatan lingkungan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk
dapat hidup dan melakukan aktivitas dengan baik. Kebutuhan internal seseorang
akan menimbulkan dorongan dimana kebutuhan tidak terpuaskan akan
menimbulkan tegangan yang merangsang dari dalam individu. Hal ini telah
dikemukakan oleh Mashlow (Bangun, 2012), bahwa manusia mempunyai lima
tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu: (i) kebutuhan fisiologikal (physiological
needs), kebutuhan paling mendasar bagi kebutuhan manusia seperti: rasa lapar,
haus, istirahat dan sex (kebutuhan tingkat pertama); (ii) kebutuhan rasa aman
(safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual (kebutuhan tingkat kedua), (3) kebutuhan sosial, mencakup kasih
sayang (love needs), rasa memiliki, diterima dengan baik dalam kelompok
tertentu, dan persahabatan, (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang

6

pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status pengakuan dan
perhatian. (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Pemeliharaan kesehatan lingkungan menurut Triwibowo dan Mitha
(2013) terdiri atas dua hal yang menjadi tujuan yaitu mengurangi pemanasan
global dan menjaga kebersihan lingkungan. Untuk menjaga dan memelihara
kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tidak menurun atau tercemar, maka
perlu diadakan pengawasan seperti pengelolaan kualitas udara, pengolahan
kualitas air, pemulihan tanah terkontaminasi, sanitasi makanan dan pengelolaan
sampah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang diajukan dalam penelitian
ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan pengelolaan sampah dan motivasi
memelihara kesehatan lingkungan pada ibu rumah tangga di Kota Watampone?
Selanjutnya tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan pengelolaan sampah dan motivasi memelihara kesehatan
lingkungan pada ibu rumah tangga di Kota Watampone.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitan ini adalah penelitian survey dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sasaran penelitian adalah ibu rumah tangga yang
berdomisili di 3 kecamatan Kota Watampone, yaitu: Kecamatan Taneteriattang,
Kecamatan Tanenteriattang Barat, dan Kecamata Taneteriattang Timur. Prosedur
penarikan sampel dilakukan secara acak untuk mendapatkan 200 Kepala Keluarga
dari populasi ibu rumah tangga Kota Watampone dengan melalui systematic
random Sampling method. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
instrument berupa tes pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan kuesioner
motivasi memelihara kesehatan lingkungan. Data hasil penelitian kemudian diolah
dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah
Hasil analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
rumah tangga tentang pengelolaan sampah di Kota Watampone dengan
menggunakan instrument tes yang terdiri atas 25 butir soal, adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Statistik deskriptif pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah
tangga di Kota Watampone

7

Nilai
N

Valid

200

Missing

0

Jumlah Butir soal
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum

25
11.7300
.17985
12.0000
13.00
2.54351
6.469
14.00
5.00
19.00
2346.00

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 1 di atas yang diberikan pada 200
responden diperoleh gambaran bahwa pengetahuan ibu rumah tangga Kota
Watampone yang terendah adalah 5 dan yang tertinggi adalah 19, dengan ratarata hitung yaitu 11.73; median 12,00; dan modus 13.00. Simpangan baku (standar
deviasi) sebesar 2,54 menunjukkan skor sebaran data pengetahuan dalam
pengelolaan pengelolaan sampah bervariasi.
Selanjutnya data responden berdasarkan tingkat pengetahuan pengelolaan
sampah dikelompokkan atas lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi, digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Valid
Cumulative
Range Skor
Kategori
Frequency Percent
Percent
Percent
Sangat
3
1.5
1.5
1.5
0.00 – 5.00
Rendah
116
58.0
58.0
59.5
6.00 – 11.00 Rendah
12.0
79
39.5
39.5
99.0
– 17.00 Sedang
0
18.0
2
1.0
1.0
100
– 23.00 Tinggi
0
24.0
Sangat
0
0.0
0.0
0,00
– 29.00
0
Tinggi
100
100
Total
200.
100

8

Dari hasil analisis data responden berdasarkan pengetahuan pengelolaan
sanitasi dasar dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sangat
rendah sebesar 1.5% (3 dari total 200 responden). Responden dengan tingkat
pengetahuan rendah sebesar 58.0% (116 dari total 200 responden). Responden
dengan tingkat pengetahuan sedang sebesar 39.5 % (79 dari total 200 responden),
dan pengetahuan tinggi 1.0% ((2 dari total 200 responden) serta sangat tinggi
sebesar 0% (0 dari total 200 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa mayoritas tingkat pengetahuan pengelolaan sampah responden pada
penelitian ini berada pada posisi rendah dengan persentase sebesar 58.0%.
Deskripsi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan
Hasil analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran motivasi memelihara
kesehatan lingkungan di Kota Watampone dengan menggunakan instrument
kuesioner yang terdiri atas 24 butir pernyataan, adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Statistik Deskriptif Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan
Nilai
N

Valid

200

Missing

0

Jumlah Butir pernyataan
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum

24
63.6750
.39226
64.0000
64.00
5.54736
30.773
26.00
49.00
75.00
12735.00

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 3 di atas yang diberikan pada 200
responden diperoleh gambaran bahwa motivasi memelihara kesehatan lingkungan
ibu rumah tangga di Kota Watampone yang terendah adalah 49.00 dan yang
tertinggi adalah 75.00 dengan rata-rata hitung yaitu 63.68; median 64.00; dan
modus 64.00. Simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5.54 menunjukkan skor
sebaran data motivasi memelihara kesehatan lingkungan adalah bervariasi.
Selanjutnya data responden berdasarkan tingkat motivasi memelihara
kesehatan lingkungan dikelompokkan atas lima kategori yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, digambarkan dalam table di bawah ini.

9

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan
Range Skor
24
44
64
84
104







43
63
83
103
123

Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Total

Frequency

Percent

0
90
110
0
0

0
45.0
55.0
0
0,0

Valid
Percent
0
45.0
55.0
0
0,0

200.00

100.00

100.00

Cumulative
Percent
0
45.0
55.0
100.0

PEMBAHASAN
Deskripsi Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa rata-rata
pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah tangga di kota Watampone maka
diketahui pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah tergolong
rendah. Hasil analisis ini juga sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa
perilaku ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah seperti belum melakukan
pemisahan sampah organik dan non organik, belum melaksanakan pengomposan
terhadap sampah daun-daunan, belum melakukan pengolahan terhadap limbah
rumah tangga, belum ada ibu rumah tangga yang melakukan pembuatan pupuk
cair dari sisa makanan dan sayuran yang mereka hasilkan setiap hari. Sampah dari
daun-daunan dan sampah dari bahan kertas langsung dibakar. Sisa makanan hanya
disimpan dalam kantong plastik dan dibuang di tempat penampungan sementara.
Keadaan tempat penampungan sementara juga dalam keadaan masih
memprihatinkan sebab tidak dilengkapi penutup yang memadai, masyarakat
meletakkan sampah di luar TPS sehingga menumpuk dan berserakan di jalanan.
Selain itu masyarakat masih membuang bekas kemasan makanan dan minuman
langsung di jalan, dan keadaan saluran air tersumbat (pengamatan langsung pada
saat pengambilan data yang ditemani oleh RT dan saat FGD dengan ibu rumah
tangga di lokasi penelitian).
Hasil penelitian ini didukung oleh temuan Riswan dkk (2011) yang
melaporkan bahwa perilaku membuang sampah rumah tangga di sekitar rumah
telah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Kecamatan Daha Selatan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil penelitiannya adalah pengelolaan sampah
rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan belum dilaksanakan secara optimal.
Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perilaku terhadap kebersihan lingkungan,
pengetahuan tentang Perda persampahan, serta kesediaan membayar retribusi
sampah berkorelasi positif dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga .
Setyowati (2013) melaporkan bahwa 56,8% responden (ibu rumah tangga)
berpengetahuan tidak baik dan sekitar 60,8% responden (ibu rumah tangga)
berperilaku tidak baik dan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga dengan perilaku mengelola sampah plastik.

10

Hasil penelitian ini didukung Yunia,Tri M. dkk. (2006) yang telah
melaporkan hasil penelitian tentang pengelolaan sampah domestik pada ibu rumah
tangga. Hasilnya menunjukkan bahwa para ibu rumah tangga sebagian besar telah
mengetahui tentang pemilahan sampah (69%), namun dalam aplikasinya sebagian
besar belum melakukan (53%). Temuan penelitian ini didukung oleh Susanto,
Lailatul, dan Pahroni (2009) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan pengelolaan sampah organik
dan non organik pada masyarakat RW 03 Sumbersari Malang yaitu sebanyak 8%
responden sudah melakukan pengelolaan dengan baik terhadap sampah organik
dan sampah non organik dan 84% responden tidak melakukan pengelolaan
terhadap sampah organik dan sampah non organik. Demikian pula penelitian yang
dilakukan oleh Yusuf dan Wawan (2012) tentang proses pengelolaan sampah di
pasar Watampone Kabupaten Bone bahwa pewadahan sampah di pasar Sentral
Bone masih sangat kurang disebabkan karena kurangnya partisipasi pedagang
untuk menyiapkan pewadahan sampah, namun pengumpulan sampah oleh Dinas
Kebersihan memenuhi syarat. Selanjutnya Aisyah (2009) telah melakukan
penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di
Kecamatan Taneta Riattang Kota Watampone. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) gambaran pengetahuan lingkungan masyarakat cenderung berada pada
kategori sedang, tingkat pendidikan cenderung setaraf dengan SMA, tingkat
pendapatan masyarakat cenderung berada pada kategori rendah dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan cenderung berada pada kategori
sedang, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan lingkungan,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara bersama-sama dengan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Tanete
Riattang Variabel yang paling erat hubungannya dengan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan di Kecamatan Tanete Riattang Kota Watampone
adalah variabel pengetahuan lingkungan.
Deskripsi Motivasi Memelihara Kesehatan Lingkungan
Hasil analisis data responden berdasarkan motivasi memelihara kesehatan
lingkungan dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat sangat rendah sebesar
0.00% ( 0 dari total 200 responden), tingkat motivasi memelihara kesehatan
lingkungan responden yang rendah sebesar 45.00% (90 dari total 200 responden),
tingkat motivasi memelihara kesehatan lingkungan responden yang sedang
sebesar 55.0% (110 dari total 200 responden), tingkat memelihara kesehatan
lingkungan tinggi sebesar 0.00% (0 dari total 200 responden), dan responden
dengan motivasi memelihara kesehatan yang sangat tinggi tidak ada atau 0% (0
dari total 200 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas
tingkat motivasi memelihara kesehatan lingkungan responden pada penelitian ini
berada pada kelompok sedang dengan persentase sebesar 55.00%.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa rata-rata motivasi
memelihara kesehatan lingkungan ibu rumah tangga di kota Watampone berada
pada kategori sedang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Arwaty (2014)
yang melaporkan bahwa motivasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah
berpengaruh dengan partisipasi namun pengaruhnya sedang. Dengan demikian,

11

motivasi ibu rumah tangga dapat menentukan partisipasinya dalam pengelolaan
sampah berwawasan lingkungan. Temuan ini didukung juga oleh Narawi (2001)
yang menyatakan bahwa motivasi berarti dorongan,sebab, atau alasan seseorang
atau menjadikan seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang
berlangsung secara sadar. Sesuai dengan teori Notoatmojo (2003) bahwa perilaku
dipengaruhi antara lain oleh motivasi. Selanjutnya motivasi dapat ditentukan oleh
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-faktor motivasi dari dalam diri ibu rumah
tangga dalam memeliharaan kesehatan lingkungan berupa kepribadian, sikap,
pengalaman dan pendidikan. Faktor-faktor dari luar diri ibu rumah tangga dalam
memelihara kesehatan lingkungan dapat berasal dari berbagai sumber seperti
lingkungan tempat tinggal, tetangga, dan ekonomi keluarga. Hal ini didukung
temuan Al Muhdhar (2003) yang melaporkan bahwa terdapat kontribusi faktor
sosial, ekonomi, dan sikap ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah
rumah tangga terhadap manifestasi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam
pengelolaan sampah rumah tangga. Demikian pula temuan Sunardi (2014) yang
menyatakan bahwa motivasi berpengaruh langsung positif terhadap perilaku
sebesar 0.214 yang berarti semakin baik motivasi seseorang maka semakin baik
pula perilaku. Sebaliknya jika semakin rendah motivasi maka semakin buruk
perilaku.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa gambaran
pengetahuan pengelolaan sampah ibu rumah tangga di Kota Watampone berada
pada kategori rendah sedangkan motivasi ibu rumah tangga di Kota Watampone
memelihara kesehatan lingkungan berada pada kategori sedang. Hal ini didukung
oleh pengamatan di lapangan bahwa di lokasi penelitian masih banyak masyarakat
membiarkan sampah bertebaran dan menumpuk di sekitar tempat pembuangan
sementara yang menyebabkan banyaknya kerumunan lalat dan serangga lainnya.
Demikian pula saluran air dipakai sebagai tempat membuang sampah dan belum
ada pengelolaan sampah yang memenuhi syarat sehingga kesehatan lingkungan
masih mencemaskan.
Referensi
Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aisyah. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan di
Kecamatan Tanete Riattang Kota Watampone. Tesis. Tidak diterbitkan.
Program PKLH. Universitas Negeri Makassar
Al Muhdhar. Mimien Heni Irawati Bt. M. (2003). Jurnal Pendidikan Nilai. Vol 8,
No 2. Kontribusi Faktor Sosial, Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap terhadap
Manifestasi Perilaku Ibu-Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Dukuh Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang
Anderson dan Krathwohl. 2010. Revisi Taksonomi Bloom. Jakarta: Erlangga

12

Arwaty. 2014. Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah Yang
Berwawasan Lingkungan Di Kota Maksassar. Tesis. Tidak
diterbitkan.Universitas Negeri Makassar
Azrul Azwar. 1995. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Bangun, Wilson. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga
BLHD Kabupaten Bone. 2014. Data Non Fisik Program Adipura Kabupaten
Bone 2014-2015
Bloom, Benjamin S, (ed.), 1981. Taxonomy of Educational Objectives Book I
Cognitive Domain. London: Longman Ltd
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakatra: Penerbit
Buku Ketokteran EGC.
Fadhilah A., Sugianto H., K,. Firmandhani, W,S., Murtini, W,T,. dan Pandelaki, E.
Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Univerrsitas Diponogoro, (Online), Vo. 11 No 2 Agustus 2011.
(http://eprints.undip.ac.id. Diakses … pukul…
Hadiwiyoto, Soewedo. 1982. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: PT.
Inti Idayu Press.
Hikmah. 2014. Perilaku Masyarakat Pesisi Kota Kupang dalam Pengelolaan
Sanitasi Lingkungan Perumahan. Tesis. Tidak diterbitkan. Universitas
Negeri Makassar.
Ivonilla. 2009. Gerakan 3R-Analisis Pengelolaan Sampah di Jepang.
Universitas Indonesia..

FIB

Notoatmodjo, S. 2010. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan.PT Andi Offset.Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2012 tentang P engelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Peraturan
Menteri
Negara
PER/19/M/PAN/10/2008

Pendayagunaan

Aparatur

Negara

No:

Riswan, Sunoko, Dan Hadiyarto (2011) . Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 9 No 1.
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan
Semarang : Program Studi Ilmu Lingkungan UNDIP
Salim, Emil. 1996. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

13

Setyowati, Ririn dan Surahma Asti Mulasari. 2013. Jurnal Kesmas. Vol 7. No.
12 Juli 2013 Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam
Pengelolaan Sampah Plastik. http://jurnalkesmas.ui.ac.id
Slamet, Juli Sumirat. 1986. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sunardi. (2014). Model Perilaku pengelolaan limbah bengkel kendaraan bermotor
berwawasan lingkungan di Kota Makassar. Tesis tidak diterbitkan.
Universitas Negeri Makassar.
Tribowo, Cecep dan Mitha Erlisya P. 2013. Kesehatan Lingkungan dan K3.
Yogyakarta: Nuha Medika
Yunia, Tri, Rahkhmita Akhsayanty, R. Maya sarah G.K. Dewi Lestariyani A.
2006. Metode Pelatihan Pengelolaan Sampah Domestik Bagi Ibu Rumah
Tangga di Pemukiman Sub-Urban. Program Studi Teknik Lingkungan.
Institut Teknologi Bandung.
Yusuf dan Wawan. 2012. Jurnal. Proses Pengelolaan Sampah di Pasar Sentral
Watampone. Sulolipu. Edisi 22. Poltekkes Makassar

Dokumen yang terkait

GAMBARAN FASILITAS PENUNJANG CUCI TANGAN SERTA PENGETAHUAN SISWA TENTANG METODE CUCI TANGAN 6 LANGKAH di MTs “x” Kota Malang

3 51 20

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

EVALUASI PENERAPAN AUDIT OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MAMUR JAYA MALANG

1 27 1

POLA PENGELOLAAN ISU PT. KPC (KALTIM PRIMA COAL) Studi pada Public Relations PT. KPC Sangatta, Kalimantan Timur

2 50 43

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH(PREMARITAL INTERCOURSE)

0 18 2

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN TENTANG PENYAKIT KATARAK DENGAN PERILAKU MENCARI PERTOLONGAN PENGOBATAN DI POLI MATA RSD dr. SOEBANDI JEMBER

0 42 15

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50