Burung Pantai Kontra Krustasea pdf

1
:\
.,,:

.:.,,-+..i:ttF
.'...'..

rssN0216-1877

VolumeXXXItr, Nomor2, Tahun2008: 1-8
Oseana.

BTJRL]NGPANTAI PEMANGSA KRUSTASEA
Oleh
UcuYanuArbiD
ABSTRACT
on
coastal
birdsdepend
Ecologically,
PREDATORS.

COASTALBIRDSASCRUSTACEAN

intertidal area to obtain their lives. Coastal birds tend to concentrate in area, were preys are
occured. The most important food of coastal birds are crustacean, Jish and mollusc Coastal
bird.scarch their preys (crustaceans) in the coastal area. Decapods, Stomatopods,Amphipods
and Isopods are some crustaceans that are usually captured by coastal birds.

PENDAHT.]LUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang mempunyaijumlah pulau lebih dari 17.000
buah. Jumlah panjang total pantai di Indonesia
diperkirakan lebih dari 81.000 km, sebagian
diantaranya ditumbuhi oleh hutan mangrove'
serta hamparan lumpur dan pasir yang sangat
potensial untuk mendukung sejumlah besar
kehidupan biota. Termasuk di dalamnya adalah
burung pantai (baik burung pantai yang bersifat
sebagaipenetap maupun yang bersifat migran)
sebagaihewan pemangsa,serta berbagaijenis
krustaseasebagaisalah satu hewan mangsa

utamabagi burung pantaitersebut.Sehinggadari
kondisi tersebut,Indonesiamenjadinegarayang
penting dalam hal tersedianyahabitat yang
mendukung kehidupan burung pantai.
Setiap satwa (termasukburung pantai)
harusmencaripakanuntuk memenuhikebutuhan
hidupnya. Proses mencari pakan dan proses
makan yang dilakukan oleh satwa tersebut,
me ru p a k an pr oduk y a n g b e rma n fa a t b a g i

lingkungan. Secara alami, pemangsaanakan
menekan populasi yang berlebih dari suatu
j e n i s di suatu w i l ayah ekol ogi tertentu
(ADTSOEMARTO,198).
Hubungan antara hewan pemangsa
dengan mangsanya merupakan sebuah wujud
dari sistemdan mekanismedalam pengendalian
keseimbangankehidupandi alam liar. Pemangsa
berperan sebagai pengendali jenis hewan
tertentu di dalam suatu lingkungan. Secara

alamiah, proses pemangsaanakan menekan
p o p ul asi dari suatu j eni s hew an yang
berlebihan.Jika hewanmangsaberlebihan,maka
populasi hewan pemangsa akan bertambah
besardanjumlah hewan mangsaakandikurangi.
Jika jumlah pemangsa berlebihan, populasi
mangsa akan menurun, sebagai akibatnya
pemangsapun akan menurunkan populasinya.
Kehidupan burung pantai merupakan suatu
indikator penting dalam pengkajian mutu dan
produktivitassuatulingkunganpantai,apalagi
setelahdiikrarkannya Konvensi Ramsar pada
tahunl97l (HOLMES etal.,20[3).

l) UPT Loka KonservasiBiota Laut, PusatPenelitianOseanogran-LPl' Bitung.

B ur ung- bur un g p a n ta i s a n g a t b e rgantungpadaketersediaan
hewan-hewanpantai
yaitu ikan, krustasea,moluska,polikhaetadan
biota lainnya. Krustaseamerupakansalahsatu

mangsautamabagi burungpantai(GOSZTONYI
& KUBA, 1998).Oleh karenaitu, perlu diketahui
bagaimanaperankrustaseabagi kelangsungan
h i d u p bur ung pant a i d e m i k e s e i mb a n g a n
ekosistempantai.
Tulisan ini akan mencoba membahas
tentang kehidupan burung pantai, khususnya
mengenaicara makan dan krustaseasebagai
makananutamaburungpantai.

BI.JRT.]NGPANTAI
B urung pantai di arti kan sebagai
sekelompok burung air yang secaraekologis
b e rgantung pada kaw asan pantai untuk
memenuhikebutuhanhidupnya.Banyak burung
pantai yang berkembangbiak jauh di daerah
daratan yang bukan merupakan daerah pantai,
tetapi burung-burung tersebut sangat
bergantung pada kawasan pantai. Burung
pantai, dalam kehidupannyayaitu mencari

makan, mencari pasangan,berkembang biak,
membesarkan anak dan bersarang hampir
semuanyadilakukan di daerahpantai(HOI-MES
et al.,2003). Salah satu burung pantai yang
kehidupannya tergantung pada daerah pantai
adalahburung Trinil Pantai (Actitis hypoleucos)
dari famiii Scolopacidae(Gambar1).

Gambarl. Burung Trinil Pantai (Actitis hypoleucos),salah satujenis burung pantai yang sedang
mencarimakandi daerahpantai(CROBY,2001).

Dari 214 jenis burung pantai di dunia
yang telah teridentifikasi, 65 jenis diantaranya
ditemukan di Indonesia. Sampai saat ini belum
ada peraturan khusus yang berkaitan dengan
burung pantai di Indonesia. Dari 400 jenis
burung yang dilindungi di Indonesia, hanya 9
jenis burung pantai. Usaha perlindungan
terhadapkehidupansatwaliar, termasukburung
pantai diantaranyaperdagangansatwa melalui

CITES (The Convention on International Trade
in EndangeredSpeciesofFlora and Fauna) dan
konvensi tentang biodiversitas yaitu CBD
(Convension on Biological Diversity). Pada
ta h u n 1991, I ndones i a te l a h me ra ti fi k a s i
Konvensi Ramsar tentang lahan basah yang
berkaitan dengan habitat burung pantai.
Indonesia turut serta dalam kesepakatan
multilateral negara-negaradi kawasanAsia dan
Oseania,yaitu EastAsian-Australian Shorebird
Site Network, yang setiap negara anggota
diharuskan mengajukan lokasi-lokasi yang
penting bagi persinggahan burung pantai
(HOLMES eta1.,2003).
Kehadiran jenis burung pantai tertentu,
p a d a um um ny a d i s e s u a i k a n d e n g a n
kesukaannyaterhadaphabitat. Meskipun tidak
dapat dijadikan sebagaipanduanutama, namun
habitat dapatdijadikan sebagaipanduanuntuk
membantu identifikasi terhadap jenis burung

pantai tersebut. Sampai saat ini hampir setiap
jenis burung pantai telah dapat dipetakan
sebarannya,baik pada tingkat negara maupun
tingkat geografis yang lebih sempit.
Strategi Makan Burung Pantai
Burung pantaiberkumpuldalamjumlah
yang besar di suatu kawasanpantai selama
p e ri o d e t idak ber bia k . K o n d i s i i n i a k a n
mengakibatkan kompetisi, baik dalam hal
makanan, tempat mencari makan maupun
tempat beristirahat.Wilayah mencari makan
burung pantai umumnya adalahdaerahpasang
su ru t, s ehinggabur un g p a n ta i h a n y a b i s a

mencari makan pada saat tertentu, yaitu pada
saat air surut. Untuk mengatasi berbagai
halangan yang ditimbulkan oleh keadaan
tersebut, burung pantai memiliki strategi
khususnya dalam mencari makan. Keberadaan
pemangsaburung pantai, merupakantantangan

bagi burung pantai dalam mencari makan.
K e beradaan pemangsa tersebut sangat
dipengaruhi oleh pasangsurut dan suhu. Setiap
burung pantai memiliki perilaku makan yang
efisien, sehingga mereka dapat mencari dan
memperoleh makanan yang cukup walaupun
waktu yang terbatas(HOLMES et a1.,2003).
Kompetisi diantaraburung pantai dalam
mencari makan akan berkurang, karena adanya
spesialisasipadamasing-masingburung pantai.
Spesialisasitersebutdiwujudkan dalam bentuk
penampakan karakter morfologi, yaitu bentuk
dan ukuran paruh, bentuk dan ukuran kaki serta
ukuran mata. Burung pantai mencari makan
sesuaipada mintakat tanah dan jenis makanan
pada suatu lokasi yang sama.Disamping itu,
perbedaan morfologi a\tara jantan dengan
betinapadajenisyang sama,juga mempengaruhi
kompetisi dalam mencari makan. Beberapa
kelompokburung pantai memiliki perilaku yang

khas dan mencolok dalam mencari makan,
sehingga mudah dikenali dan memudahkan
prosesidentifikasi. Perbedaanperilaku tersebut
pada dasarnya disebabkan karena adanya
perbedaanukuran dan bentuk paruh, kaki serta
habitat dari masing-masing burung pantai
tersebut..Burung pantai yang memiliki mata
besar, makan dengan berdiri tegak sambil
melihat-lihat mangsaberikutnya, berlari dan
mematuk mangsanya. Burung pantai yang
memiliki paruhlebih panjang,umumnyamemiliki
mata lebih kecil dan mencari makan dengan
menusuk-nusukkanparuh ke dalam sedimen
yang lembut (HOLMES et al., 2003).
B eberapa burung pantai bi asanya
mencari makan di daerah pesisir pantai yang
dangkal dan berlari cepat untuk mengejar
m a ngsa yang bergerak cepat di perai ran

Semua jenis krustasea bermanfaat sebagai

mangsa burung pantai, jika dapat dicerna dan
menghasilkan energi yang memadai per satuan
waktu. Krustasea yang akan dimangsa oleh
burung pantai bi asanya memi l i ki daya
penyamaranyang baik dan memiliki kemampuan
bergerak cepat' Krustaseayang pergeraKannya
tambat, biasanya dilengkapi denganpelindung
jenistubuh yang lebih tebal dan kuat' Untuk
bawah
di
jenis krustaseayang mencari makan
-permukaan
tanah,jarang muncul ke permukaan'
memiliki kemampuanbergerak lebih lambat dan
memiliki tubuh yang halus, sertakadang-kadang
aI.,2OO3).
memanfaatkan cangkang gastropoda untuk
MAKANAN
melindungi tubuhnya, misalnya pada kumang
KRUSTASEA SEBAGAI

PANTAI
Dardanus megisros(HOLME S et al'' 2003)'
BURI]NG
Krustasea Yang hiduP di kawasan
Burung pantai cenderung berkumpul dan
pasangsurut, telah mengalamipenyesuaiandiri
te rk ons ent r as i pa d a d a e ra h y a n g p a l i n g
baik untuk
iadaplsi) dan berkembang dengan
menguntungkan, hal ini berkaitan dengan
pantal '
burung
dari
di
ri
menghi ndarkan
keberadaan mangsanya, yakni menyangkut
akan
tersebut'
krustasea
antara
di
Bebeiapajenis
ukuran, kerapatan dan posisi dari mangsanya
pada
subsffat
dalam
ke
diri
segeramenguburkan
serta kemungkinannya untuk menangkap
saatburungpantai datangmendekat'Sementara
(memakan)mangsanya.Mangsa yang berbeda'
beberapajenis mangsa lainnya justru hanya
cenderungmenempatihabitat yangberbedadan
akan berdiam diri untuk menghindari burung
memiliki relung yang berbeda pula di daerah
pantai, sampai waktu burung pantai tersebut
pasang surut. Kehadiran serta pergerakan
meninggalkannya(HOLMES et al'Zffi3)'
mangsa, sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
Krustasea meruPakan mangsa Yang
siklus pasang surut yang terjadi di daerah
paling umum bagi burung pantai selamamusim
tersebut(HOLNES et al', 2AO3)'
ilaatLerUlak(HOLMES et at',2003)' Analisisisi
Keberadaanmangsabagi burung pantai
perut burung P hal acrocorax atri ceps
merupakan sesuatuyang harus terpenuhi setiap
menunjukkan bahwajenis mangsayang dimakan
harinya, terutama pada saat-saattertentu' yaitu
oleh burung tersebut, 567o adalah berupa
padamusim migrasi maupunsaatmemijah' Hasil
krustasea(GOSZTONYI & KUBA' 1998)'
penelitian menunjukkan bahwa kurangnya
Namun kasusyang ditunjukkan oleh PUNTAeT
p e r s ediaan m ang s a a k a n b e ra k i b a t p a d a
pantai
aI. (1993), menunj ukkan bahw a mangsa
tegagalan proses pendewasaanburung
(2005)
terbanyak yang dimakan oleh Phalacrocorax
yang masih muda. WANLESS et aI'
energi
albiventer di Bahia Bustamante dan Puerto
menlunjukkanbahwa akibat kekurangan
Melo, Brasil adalahjenis ikan'
d a r i t er bat as nya ma n g s a me n y e b a b k a n
Meski terdapat banyak jenis krustasea
burung
kegagalan proses pemijahan pada
di daerahpasangsurut,namun hanya sebagian
pantaiAmmodytesmarinus di Laut Utara'
kecil yang dapat dimangsa burung pantai'
Burung pantai memangsahampir semua
tetapi
Krustaseayang tidak dapatdimangsaumumnya
fauna yang hidup di daerahpantai/pesisir'
memiliki karapasyang kuat, memiliki alat
yang paling utama adalah fauna krustasea'

tersebut.Burung pantai juga ada yang mencarl
makan dengan cara membalikkan batu atau
se ra s ah y ang did u g a s e b a g a i te mp a t
jenis
persembunyian mangsanya' Beberapa
berenang'
dengan
makan
to*ttg putttui mencari
memutar-mutarkantubuhnya di permukaan ar'
d a n m enangk ap m a n g s a n y a d e n g a n c a ra
jenis
mengapung di air. Bahkan pada beberapa
berputarjustru
terbang
burung pantai lainnya
putar di sekitar daerah pasangsurut dan segera
menangkap mangsanya dengan cara terbang
menukik ke arahmangsatersebut(HOLMES er

4

perlin&mgan diri, misalnya capit yang kuatatau
permukaan tubuh yang terdapat banyak duri'
Selain itu juga karena kemampuan adaptasiyang
baik, mampu berlari cepat' atau berlindung di
balik cangkang, serta mengubur diri dalam
substrat. Saat permukaan air berubah akibat
pasang surut, maka aktifitas dan kehadiran
Lepiting juga akan berubah. Beberapa jenis
krustaseayang paling banyak dikonsumsi oleh

Uca sp.(Brachyura, DecaPoda)

Gammarus sp. (AmPhiPoda)

burung pantai adalahjenis-jenis dari Decapoda
(Scopimera sp.,Macrophthalmus sp., L/ca sp',
Ocypode sp., Portunus sp., Penaeus sp',
C a l l i anassa sp., dan C orophi um sp.),
Sto matopoda (Oratosqui l l a sp.) serta
Amphipoda (Gammarus sp.). Di samping itu,
j enis-jenis krustaseayang dikonsumsi lainnya
adalahtergantungdarijenis burung pantai yang
mernangsanya(HOLMES et al., 2003).

Portunu s sp. (Brachyura, Decapoda)

Orato squill a sp. (StomatoPoda)

-,*ffi
d

DecaPoda)
Panulirus sp. (Macrura, Decapoda)

Penaeus sp' (Macrura' Decapoda)

pantai di daerah
Gambar2. Beberapajenis krustaseayang umum menjadi mangsabagi burung
pasang sltrut.

Hasil penelitian terhadap analisis isi
perut yang dilakukan oleh GOSZTONYI &
KUBA (1998), memberi gambaran bahwa
terdapat 560lokrustasea yang dalam perut
burung Phalacrocorax atriceps terdiri dari
Isopoda (5,7yo), Amphipoda (4,7yo), Caridea
(1 5,5yo), Brachyura (lS,syo), Stomatopoda
(2,4o/o),Campylonotus sp. (1,60/o),Munida sp.
(6 ,5%) dan jeni s k ru s ta s e a y a n g ta k
teridentifikasi (7,3%). Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan BLABER &
WASSERBURG (1989), yaitu denganmelihat
riwayat hidup burung tersebut berdasarkan
analisis "otolith".
Tingkat kemudahan penangkapan
krustaseaoleh burung pantai, juga disebabkan
adanya perbedaan ukuran tubuh krustasea.
Kepiting dengan ukuran tubuh lebih besar lebih
sulit ditangkap burung pantai, karena dapat
menggali lebih dalam. Kepiting yang lebih kecil
lebih mudah ditangkap oleh burung pantai,
karena masih bisa dijangkau paruh burung
pantai tersebut. Mangsa yang dimakan oleh
burung pantai sangat bergantung pada jenis
dan ukuran burungnya. Semakin besar ukuran
tubuh burung pantai, semakin besar pula ukuran
mangsanya.
Untuk memantau perubahan musiman
atau harian dari kehadiran mangsa di dekat atau
di permukaan sedimen, adalah dengan
menggunakan teknik tertentu, terutama bagi
kepiting penggali. Teknik tersebut yakni dengan
membuat pembatas dari kayu atau bambu
berukuran I rrf, kemudian diletakkan di atas
sedimen. Jumlah kepiting yang ada di
permukaan sedimen tersebut dihitung, baik
dengan jumlah yang akurat maupun dengan
jurnlah perkiraan. Perhitungan tersebut dapat
dilakukan setiap l5 menit pada interval sebelurq
selama atau setelahair surut.

I{TiBI.INGAN BIOMASSA KRUSTASEA
DENGAII
ST]MBER EiYERGI BT]RUNG PAN"IAI
Salahsatufungsi ekologis penting dari
burung pantai adalah sebagaiindikator kualitas
lingkungan pantai. Hal itu berkaitan erat dengan
posisi burung pantai dalam jaring-jaring
makanan, karena sebagian dari burung pantai
menduduki prmcak piramida makanan.Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan linier antara luasan hutan mangrove,
produktivitas primer, kelimpahan krustasea,
serta burung pantai. Kelimpahan krustasea
cenderung terkonsentrasipada daerah dengan
kondisi hara yang berlimpah, biasanya dibentuk
dari guguran seresahdan kotoran burung pantai.
Burung pantai sebagai pemangsa krustasea,
juga memiliki kecenderungan berkonsentrasi
pada habitat yang tersedia makanan dalam
jurnlah berlimpah. Dengan korelasi ini, dapat
ditunjukkan bahwa di lokasi ditemukan buruns
air dalam jumlah melimpah, hampir dapai
dipastikanbahwa krustaseajugadalam keadaan
yang melirrpah (NOO& 2004).
Biomassaadalahbobot dari organisme
hidup yang ditemukan di suatu wilayah dengan
ukuran tertentu, misalnya dalam I meter persegi
sedimen, dalam satuan gram per berat kering
bebas abu per meter persegi (Ash-free Dry
Weightper Square Meter - g ADW.mr). Data
biomassa krustasea di tempat burung pantai
mencari makan perlu diketahui, karena
merupakan sumber energi utama bagi burung
pantai, terutama bagi burung-burung pantai
migran. Biomassa dalamberat kering merupakan
jasad organik organisme,tanpa kandungan air,
tanpa sedimen dalam perut, tanpa kandungan
kapur dan garam. Pengukuranbiomassa suafu
organisme dapat dilakukan dengan pembakaran
atau pemanasan pada suhu tinggi, dengan
menggunakanoven sampaisuhu 540 "C selama
2 - 4 jam (HOLMES et aI., 2003).

Dengan pen g u k u ra n b i o m a s s a ,
memungkinkan dilakukan kalkulasi kerapatan
rata-rata dan penyebaran krustasea di suatu
wilayah. Selanjutnya, dapat diketahui potensi
rata-rata energi yang tersedia di unit wilayah
tersebut.Pada akhirnya, hal ini dapat dikaitkan
dengan penyebaran dan konsentrasi sebaran
burung pantai. Untuk beberapalokasi tertentu,
pengukuran biomassa memungkinkan untuk
mengkalkulasi nilai kepentingan jenis-jenis
krustasea tertentu bagi burung pantai (dalam
kaitannya dengan kelimpahan dan biomassa),
d i b a n d ingk an denga n l o k a s i l a i n , a ta u
dibandingkan dengan jenis krustasealain di
lokasi yang sama. Hasil dari pengukuran ini
dapat dikaitkan dengan usaha konservasi dan
perlindungan lokasi yang dianggap penting di
suatu daerahtertentu (HOLMES et al.,2OO3).
Jika pengukuran biomassa krustasea
dilikukan secaraberkala,misalnya setiapbulan,
dan kemudian dihubungkan dengan studi yang
lebih rinci mengenai pengukuran mangsa,
p e n g g a nt ian popula s i d a n p e n g k a j i a n
pemangsaan oleh burung pantai, maka dapat
dikalkulasi produksi biomassatahunandalam
suatuarealdan memberikaninformasi mengenai
sejarah hidup dari krustaseatertentu. Jika
dilakukan pengukuran ukuran tubuh masingmasing krustasea,maka dapat dikalkulasikan
b i o ma ss a dar i r at a- r a ta u k u ra n k ru s ta s e a
te rse b u t , dengan me n g g u n a k a n fa k to r
p e mb et ulan ( c or r ecti o n fa c to r) d a p a t
mengkalkulasibiomassakrustaseayang telah
d i ke ta h ui uk ur anny a . H a s i l p e n g u k u ra n
biomassakemudian dapatdikonversikan dalam
"kilo joule" (kj) ( I g ADW sekra 22 kj), biasanya
digunakan untuk mengkalkulasi faktor-faktor
lainnya, seperti penggunaan energi (energy
intake) dari burung yang diamati (HOLMES et
a\.2ffi3\.

DAFTARPUSTAKA

ADISOEMARTO, S. 1998.PengelolaanSatwa
N usantara suatu Gagasan demi
Peningkatan Mutu Kehidupan Bangsa.
Dalam: SumberdayaAlam sebagaiModal
dalamPembangunanBerkelanjutan.LIPI
Jakarta. P embangunan Berkelanj utan:
38-57.
BLABER, S.B.R.andT.J.WASSERBURG 1989.
Feeding Ecology of the Piscivovous
vari us.
B i rds
P hal acrocorax
P hal acrocorax mel anol eucus and
Stema bergii inMoreton Bay, Australia:
Diets and Dependance on Trawler
Discards.Mar Biol. 101: l-10.
CROBX M.J. 2001. SavingAsia's Threatened
Birds, a Guide for a Government and
Civil Society.Birdlife International: 43
pp'
GOSZTONYI.A.E. andL. KUBA 1998.Fishesin
the Diet of The Imperial Cormorant
Phalacrocorax atriceps at Punta
Loberia Chubut, Argentina. Marine
Omithology26:59-61.
HOLMES, J.;D. BAKEWELL andY.R. NOOR
2003. Panduan Studi Burung Pantai.
W etl ari ds Internati onal -Indonesi a
Programme.Bogor: 327 pp.
NOOR,Y. R.2004. PaparanNilai PentingCagar
Alam Pulau Dua, Teluk Banten sebagai
Kawasan Berbiak Burung Air, disertai
panduan pengenalanjenis burung air.
Seri Selantatkan Lingkungan Teluk
B anten. W etl ands Internati onal IndonesiaProgramme,Bogor: 70 hal.

PUNIA, GE.; J.R.C.SARAVIAand P.M.YORIO
1993.The Diet andForagingBehaviour
of two PatagonianCormorants.Mar Orn.
2l: 27- 36.

V/ANLESS, S.; M.P. HARRIS; P.REDMAN and
J.R. SPEAKMAN 2005. Low Energy
Values of Fish as a Probable cause of a
Major Seabird Breeding Failure in the
North Sea.Mar Ecol. Prog. Series.294l.
1-8.

;=
;-,

t:
a.j=
,:;::j.=

r--:*
:?,.ir::

'{i:.: