Keterkaitan K3 dengan Tuntutan Kerja Job
TUGAS MATA KULIAH
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA – K3
HUBUNGAN K3 DENGAN JOB DEMAND
Disusun oleh :
Kelompok 01
Abdan Syakura
( I0312001 )
Ardacandra Faisal P ( I0312012 )
Febriana K
( I0312029 )
Meilani Rosita
( I0312040 )
Poppy Nandasari
( I0312057 )
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
Jurnal 1
Judul
: Job demands, job resources and safety outcomes: The roles of emotional
exhaustion and safety compliance
Tahun
: 2013
Penulis
: Feng Li, Li Jiang, Xiang Yao, YongJuan Li
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai model job demands-resources (JDR) yang
menjelaskan hubungan sumber daya kerja dan tuntutan/beban kerja dengan hasil keselamatan
terkait dengan kecelakaan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa beban kerja (tuntutan
psikologis dan fisik) dan sumber daya kerja dapat mempengaruhi kelelehan emosional dan
keamanan, dengan demikian dapat berpengaruh pula terhadap resiko terjadinya cedera atau
kecelakaan kerja. Tuntutan kerja merupakan aspek fisik, psikologis, sosial, dan organisasional
yang dapat berubah menjadi stres kerja, yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek negatif
bagi kesehatan. Sedangkan sumber daya kerja dapat berfungsi dalam membantu mencapai
tujuan kerja, menurunkan tuntutan kerja yang dikaitkan dengan pengorbanan fisik maupun
psikologis. Menurut model JDR, tuntutan dan sumber daya kerja berperan dalam kelelahan
dan keterikatan kerja. Dua variabel, yaitu kelelahan emosional dan kepatuhan keselamatan
secara signifikan terkait dengan bahaya resiko kecelakaan. Studi ini menunjukkan bahwa
tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang positif dan negatif, masing-masing, terkait dengan
kelelahan emosional, yang pada gilirannya berkorelasi negatif dengan cedera.
Jurnal 2
Judul
: Psychosocial safety climate moderates the job demand–resource interaction
in predicting workgroup distress
Tahun
: 2012
Penulis
: Maureen F. Dollarda, Michelle R. Tuckeya, Christian Dormann
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai iklim keselamatan psikososial (PSC) dalam
mempengaruhi interaksi antara tuntutan kerja (job demand - D) dan sumber daya kerja (job
resource - R) dalam stres kerja kelompok. PSC pada tingkat tinggi memungkinkan
pemanfaatan sumber daya dalam hal mengurangi tuntutan kerja. Dengan menggunakan
metode hierarki linear diketahui efek dari interaksi tiga arah yang diajukan yaitu (PSC x D x
R). Sumber daya (R) yang emosionalnya tinggi mengelola hubungan yang posifit antara
tuntutan (D) emosional dan perubahan pada stres kelompok kerja tetapi hanya ketika
ketiganya pada PSC tingkat tinggi. Penulis menyatakan bahwa keselamatan psikososial
berfungsi sebagai sinyal keselamatan dalam hal pemanfaatan sumber daya dalam mengelola
tuntutan. Hasil penelitian menyatakan bahwa PSC menjadi sebuah sifat organisasi dan target
untuk perintah kontrol yang lebih tinggi untuk mengurangi stres kerja.
Jurnal 3
Judul
: Psychosocial safety climate: Conceptual distinctiveness and effect on job
demands and worker psychological health
Tahun
: 2012
Penulis
: Mohd Awang Idris, Maureen F. Dollard, Jane Coward, Christian Dormann
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai iklim keselamatan psikososial yang melintasi empat
domain (Dollard dan Bakker, 2010; Dollard, 2011) yang juga mencerminkan unsur utama
dari konsep iklim keselamatan yang akan dibahas (Cox dan Cheyne, 2000; Gerson et al.,
2000). Pertama, mengacu pada tindakan yang cepat dan tegas oleh manajer untuk
memperbaiki masalah atau isu-isu yang mempengaruhi kesehatan psikologis. Kedua, dengan
memberikan manajemen prioritas kepada psychological health. Ketiga, mengacu pada
jangkauan dari komunikasi organisasi dengan karyawan tentang isu-isu yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan psikologis, dan yang terakhir, partisipasi dan
keterlibatan organisasi dengan integrasi pemangku kepentingan termasuk karyawan, serikat
pekerja, dan perwakilan kesehatan dan keselamatan dalam proses kesehatan dan keselamatan
kerja (K3). Partisipasi dan keterlibatan organisasi meliputi mengatur K3 melalui kebijakan
dan struktur organisasi, menilai performansi setiap departemen di organisasi sehingga
prosedur penanganan lebih lebih cepat jika terjadi kecelakaan maupun insiden yang sama,
dan memotivasi para menager untuk proaktif dalam meningkatkan performansi K3. Masalah
kesehatan psikologis, menguatkan iklim keselamatan psikososial sebagai faktor risiko stres
unggul, dan target yang efisien untuk intervensi. Penelitian ini lebih fokus pada kebijakan
publik pada kesehatan psikologis dan keselamatan di tempat kerja.
Berdasarkan pembahasan pada jurnal pertama, kedua dan ketiga, dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang saling menguatkan, yaitu ketiga jurnal sama-sama membahas
mengenai tuntutan pekerjaan yang mempengaruhi aspek fisik, psikologis, sosial, dan
organisasional yang dapat berubah menjadi stres kerja, dan pada akhirnya dapat
menimbulkan efek negatif bagi kesehatan serta menyebabkan cedera karena kelelahan. Pada
ketiga jurnal juga membahas mengenai sumber daya pekerjaan atau pekerja yang sangat
berpengaruh dalam membantu mencapai tujuan kerja dan menurunkan tuntutan kerja serta
keikutsertaan dalam organisasi kesehatan dan keselamatan kerja. Pada jurnal pertama
dijelaskan bahwa sumber daya pekerja memberikan pengaruh negatif pada emosional atau
dengan kata lain dapat mengurangi kelelahan pekerja atau cedera. Sedangkan pada jurnal
kedua sumber daya berfungsi untuk memoderasi interaksi antara tuntutan kerja dalam stres
kerja kelompok, dan jurnal ketiga sumberdaya digunakan sebagai keterlibatan dalam
penanganan masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang dari keikutsertaan semua elemen
pekerja akan membantu membangun suatu iklim kerja yang sehat dan aman dan terhindar
dari resiko bahaya.
Dikaitkan dengan buku Introduction to Health and Safety at Work, pembahasan terkait
ketiga jurnal tersebut dibahas pada chapter 4 Promoting a positive health and safety culture.
Pada bab tersebut dijelaskan bahwa budaya keselamtan suatu organisasi adalah produk dari
nilai – nilai individu dan kelompok, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku yang
menentukan komitmen, gaya, dan kemampuan dari organisasi manajemen kesehatan dan
keselamatan. Budaya kesehatan dan keselamatan membutuhkan keterlibatan seluruh tenaga
kerja, harus ada komitmen bersama dalam hal sikap dan kepatuhan terhadap nilai – nilai yang
ada. Tenaga kerja harus percaya bahwa langkah – langkah keamanan yang diberlakukan akan
efektif dan berpengaruh positif terhadap target keuntungan dan kinerja.
Selain itu, dijelaskan pula terkait pengaruh faktor manusia terhadap kinerja keselamatan
pekerja. Hal yang terkait dengan pembahasan ini adalah human factors, the organization, the
job, dan personal factors. Divisi HSE telah mendefinisikan human factors sebagai
lingkungan, organisasi, faktor pekerjaan, dan karakteristik manusia yang berpengaruh
terhadap perilaku individu di tempat kerja terkait pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Sedangkan berdasarkan faktor the job, pekerjaan tersebut dinilai
berbahaya, tetapi resiko yang mungkin terjadi diabaikan. Kesehatan dan keselamatan
merupakan elemen penting dalam tahap desain pekerjaan dan peralatan apapun. Metode
penelitian dengan merancancang pekerjaan ini efektif dan ergonomis dalam merancang
pekerjaan terkait kesehatan dan keselamatan kerja.
Selanjutnya adalah terkait personal factors, personal factors merupakan kondisi
krakteristik individu yang dapat menyebabkan pengaruh untuk bertindak dengan cara tidak
aman. Penelitian menunjukkan faktor-faktor personal yang paling berkontribusi terhadap
kecelakaan adalah kompetensi rendah, kelelahan , kebosanan, moral rendah, dan mesalah
medis individu itu sendiri. Sulit memisahkan antara fisik, mental dan faktor psikologis.
Namun, tiga faktor tersebut merupakan psikologis-sikap, motivasi, dan persepsi. Sikap
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam situasi tertentu.
Namun untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja, sikap/perilaku dapat diubah oleh
pelatihan, penyusunan, penegakan, peraturan keselamatan, dan konsultasi terkait sikap –
sikap yang pernah dikuti. Sedangkan motivasi merupakan kekuatan pendorong di belakang
cara seseorang bertindak atau cara dimana orang dipengaruhi untuk bertindak. Faktor pribadi
lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan termasuk perawakan fisik,,
usia, pengalaman, kesehatan, pendengaran, kecerdasan, bahasa, keterampilan, tingkat
kompetensi, dan kualifiakasi.
Faktor pribadi adalah atribut yang mungkin membawa kekuatan atau kelemahan
karyawan ke pekerjaan mereka dan. faktor pribadi negatif tidak selalu dapat dinetralkan oleh
peningkatan desain pekerjaan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa prosedur
seleksi personil harus sesuai orang dengan pekerjaan. Hal ini akan mengurangi kemungkinan
kecelakaan atau insiden lainnya.
Pembahasan pada jurnal sejalan dengan pembahasan pada buku Introduction of Health
and Safety Environment, yaitu terkait pembahasan perlu adanya komitmen dari seluruh
tenaga kerja untuk bersedia patuh terhadap nilai-nilai atau peraturan yang ada. Selain itu ada
pula pembahasan mengenai faktor fisik, mental, dan psikologis, terhadap beban kerja pekerja
dan memungkinkan terjadi stress dan kelelahan, dan pada akhirnya nanti beresiko untuk
mengalami kecelakaan kerja atau cedera.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA – K3
HUBUNGAN K3 DENGAN JOB DEMAND
Disusun oleh :
Kelompok 01
Abdan Syakura
( I0312001 )
Ardacandra Faisal P ( I0312012 )
Febriana K
( I0312029 )
Meilani Rosita
( I0312040 )
Poppy Nandasari
( I0312057 )
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
Jurnal 1
Judul
: Job demands, job resources and safety outcomes: The roles of emotional
exhaustion and safety compliance
Tahun
: 2013
Penulis
: Feng Li, Li Jiang, Xiang Yao, YongJuan Li
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai model job demands-resources (JDR) yang
menjelaskan hubungan sumber daya kerja dan tuntutan/beban kerja dengan hasil keselamatan
terkait dengan kecelakaan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa beban kerja (tuntutan
psikologis dan fisik) dan sumber daya kerja dapat mempengaruhi kelelehan emosional dan
keamanan, dengan demikian dapat berpengaruh pula terhadap resiko terjadinya cedera atau
kecelakaan kerja. Tuntutan kerja merupakan aspek fisik, psikologis, sosial, dan organisasional
yang dapat berubah menjadi stres kerja, yang pada akhirnya dapat menimbulkan efek negatif
bagi kesehatan. Sedangkan sumber daya kerja dapat berfungsi dalam membantu mencapai
tujuan kerja, menurunkan tuntutan kerja yang dikaitkan dengan pengorbanan fisik maupun
psikologis. Menurut model JDR, tuntutan dan sumber daya kerja berperan dalam kelelahan
dan keterikatan kerja. Dua variabel, yaitu kelelahan emosional dan kepatuhan keselamatan
secara signifikan terkait dengan bahaya resiko kecelakaan. Studi ini menunjukkan bahwa
tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang positif dan negatif, masing-masing, terkait dengan
kelelahan emosional, yang pada gilirannya berkorelasi negatif dengan cedera.
Jurnal 2
Judul
: Psychosocial safety climate moderates the job demand–resource interaction
in predicting workgroup distress
Tahun
: 2012
Penulis
: Maureen F. Dollarda, Michelle R. Tuckeya, Christian Dormann
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai iklim keselamatan psikososial (PSC) dalam
mempengaruhi interaksi antara tuntutan kerja (job demand - D) dan sumber daya kerja (job
resource - R) dalam stres kerja kelompok. PSC pada tingkat tinggi memungkinkan
pemanfaatan sumber daya dalam hal mengurangi tuntutan kerja. Dengan menggunakan
metode hierarki linear diketahui efek dari interaksi tiga arah yang diajukan yaitu (PSC x D x
R). Sumber daya (R) yang emosionalnya tinggi mengelola hubungan yang posifit antara
tuntutan (D) emosional dan perubahan pada stres kelompok kerja tetapi hanya ketika
ketiganya pada PSC tingkat tinggi. Penulis menyatakan bahwa keselamatan psikososial
berfungsi sebagai sinyal keselamatan dalam hal pemanfaatan sumber daya dalam mengelola
tuntutan. Hasil penelitian menyatakan bahwa PSC menjadi sebuah sifat organisasi dan target
untuk perintah kontrol yang lebih tinggi untuk mengurangi stres kerja.
Jurnal 3
Judul
: Psychosocial safety climate: Conceptual distinctiveness and effect on job
demands and worker psychological health
Tahun
: 2012
Penulis
: Mohd Awang Idris, Maureen F. Dollard, Jane Coward, Christian Dormann
Resume :
Jurnal ini membahas mengenai iklim keselamatan psikososial yang melintasi empat
domain (Dollard dan Bakker, 2010; Dollard, 2011) yang juga mencerminkan unsur utama
dari konsep iklim keselamatan yang akan dibahas (Cox dan Cheyne, 2000; Gerson et al.,
2000). Pertama, mengacu pada tindakan yang cepat dan tegas oleh manajer untuk
memperbaiki masalah atau isu-isu yang mempengaruhi kesehatan psikologis. Kedua, dengan
memberikan manajemen prioritas kepada psychological health. Ketiga, mengacu pada
jangkauan dari komunikasi organisasi dengan karyawan tentang isu-isu yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan psikologis, dan yang terakhir, partisipasi dan
keterlibatan organisasi dengan integrasi pemangku kepentingan termasuk karyawan, serikat
pekerja, dan perwakilan kesehatan dan keselamatan dalam proses kesehatan dan keselamatan
kerja (K3). Partisipasi dan keterlibatan organisasi meliputi mengatur K3 melalui kebijakan
dan struktur organisasi, menilai performansi setiap departemen di organisasi sehingga
prosedur penanganan lebih lebih cepat jika terjadi kecelakaan maupun insiden yang sama,
dan memotivasi para menager untuk proaktif dalam meningkatkan performansi K3. Masalah
kesehatan psikologis, menguatkan iklim keselamatan psikososial sebagai faktor risiko stres
unggul, dan target yang efisien untuk intervensi. Penelitian ini lebih fokus pada kebijakan
publik pada kesehatan psikologis dan keselamatan di tempat kerja.
Berdasarkan pembahasan pada jurnal pertama, kedua dan ketiga, dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang saling menguatkan, yaitu ketiga jurnal sama-sama membahas
mengenai tuntutan pekerjaan yang mempengaruhi aspek fisik, psikologis, sosial, dan
organisasional yang dapat berubah menjadi stres kerja, dan pada akhirnya dapat
menimbulkan efek negatif bagi kesehatan serta menyebabkan cedera karena kelelahan. Pada
ketiga jurnal juga membahas mengenai sumber daya pekerjaan atau pekerja yang sangat
berpengaruh dalam membantu mencapai tujuan kerja dan menurunkan tuntutan kerja serta
keikutsertaan dalam organisasi kesehatan dan keselamatan kerja. Pada jurnal pertama
dijelaskan bahwa sumber daya pekerja memberikan pengaruh negatif pada emosional atau
dengan kata lain dapat mengurangi kelelahan pekerja atau cedera. Sedangkan pada jurnal
kedua sumber daya berfungsi untuk memoderasi interaksi antara tuntutan kerja dalam stres
kerja kelompok, dan jurnal ketiga sumberdaya digunakan sebagai keterlibatan dalam
penanganan masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang dari keikutsertaan semua elemen
pekerja akan membantu membangun suatu iklim kerja yang sehat dan aman dan terhindar
dari resiko bahaya.
Dikaitkan dengan buku Introduction to Health and Safety at Work, pembahasan terkait
ketiga jurnal tersebut dibahas pada chapter 4 Promoting a positive health and safety culture.
Pada bab tersebut dijelaskan bahwa budaya keselamtan suatu organisasi adalah produk dari
nilai – nilai individu dan kelompok, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku yang
menentukan komitmen, gaya, dan kemampuan dari organisasi manajemen kesehatan dan
keselamatan. Budaya kesehatan dan keselamatan membutuhkan keterlibatan seluruh tenaga
kerja, harus ada komitmen bersama dalam hal sikap dan kepatuhan terhadap nilai – nilai yang
ada. Tenaga kerja harus percaya bahwa langkah – langkah keamanan yang diberlakukan akan
efektif dan berpengaruh positif terhadap target keuntungan dan kinerja.
Selain itu, dijelaskan pula terkait pengaruh faktor manusia terhadap kinerja keselamatan
pekerja. Hal yang terkait dengan pembahasan ini adalah human factors, the organization, the
job, dan personal factors. Divisi HSE telah mendefinisikan human factors sebagai
lingkungan, organisasi, faktor pekerjaan, dan karakteristik manusia yang berpengaruh
terhadap perilaku individu di tempat kerja terkait pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Sedangkan berdasarkan faktor the job, pekerjaan tersebut dinilai
berbahaya, tetapi resiko yang mungkin terjadi diabaikan. Kesehatan dan keselamatan
merupakan elemen penting dalam tahap desain pekerjaan dan peralatan apapun. Metode
penelitian dengan merancancang pekerjaan ini efektif dan ergonomis dalam merancang
pekerjaan terkait kesehatan dan keselamatan kerja.
Selanjutnya adalah terkait personal factors, personal factors merupakan kondisi
krakteristik individu yang dapat menyebabkan pengaruh untuk bertindak dengan cara tidak
aman. Penelitian menunjukkan faktor-faktor personal yang paling berkontribusi terhadap
kecelakaan adalah kompetensi rendah, kelelahan , kebosanan, moral rendah, dan mesalah
medis individu itu sendiri. Sulit memisahkan antara fisik, mental dan faktor psikologis.
Namun, tiga faktor tersebut merupakan psikologis-sikap, motivasi, dan persepsi. Sikap
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam situasi tertentu.
Namun untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja, sikap/perilaku dapat diubah oleh
pelatihan, penyusunan, penegakan, peraturan keselamatan, dan konsultasi terkait sikap –
sikap yang pernah dikuti. Sedangkan motivasi merupakan kekuatan pendorong di belakang
cara seseorang bertindak atau cara dimana orang dipengaruhi untuk bertindak. Faktor pribadi
lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan termasuk perawakan fisik,,
usia, pengalaman, kesehatan, pendengaran, kecerdasan, bahasa, keterampilan, tingkat
kompetensi, dan kualifiakasi.
Faktor pribadi adalah atribut yang mungkin membawa kekuatan atau kelemahan
karyawan ke pekerjaan mereka dan. faktor pribadi negatif tidak selalu dapat dinetralkan oleh
peningkatan desain pekerjaan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa prosedur
seleksi personil harus sesuai orang dengan pekerjaan. Hal ini akan mengurangi kemungkinan
kecelakaan atau insiden lainnya.
Pembahasan pada jurnal sejalan dengan pembahasan pada buku Introduction of Health
and Safety Environment, yaitu terkait pembahasan perlu adanya komitmen dari seluruh
tenaga kerja untuk bersedia patuh terhadap nilai-nilai atau peraturan yang ada. Selain itu ada
pula pembahasan mengenai faktor fisik, mental, dan psikologis, terhadap beban kerja pekerja
dan memungkinkan terjadi stress dan kelelahan, dan pada akhirnya nanti beresiko untuk
mengalami kecelakaan kerja atau cedera.