ANALISIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP

ANALISIS SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN
KECENDERUNGAN GANGGUAN BODY DISMORPHIC
PADA REMAJA PUTRI
Mata Kuliah
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
Dosen : Dra. Indra Ratna Kusuma Wardani , M.Si

Disusun Oleh :

Dwi Milla Malida
15081022
Kelas F.1.3.B Reguler Pagi Kampus 3

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2016/2017

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI

ii

LAMPIRAN SKRIPSI

iii

DRAFT

iv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1


1.1 Latar Belakang Masalah

3

1.2 Identifikasi Masalah

4

1.3 Pembatasan Masalah

6

1.4 Perumusan Masalah

6

1.5 Tujuan Penelitian

7


1.6 Manfaat Penelitian

7

PENUTUP

9

3.1 Kesimpulan

9

3.2 Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

10


DRAFT
SISTEMATIKA PENULISAN

DAFTAR ISI
LAMPIRAN SKRIPSI
DRAFT
BAB I

PENDAHULUAN
1.7 Latar Belakang Masalah
1.8 Identifikasi Masalah
1.9 Pembatasan Masalah

BAB II

1.10

Perumusan Masalah

1.11


Tujuan Penelitian

1.12

Manfaat Penelitian

PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ANALISIS SKRIPSI
Identitas
Judul Skripsi

: Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan
Gangguan Body Dismorphic Pada Remaja Putri


Penulis

: F. Astri Kurnia Tanti (03410013)

Tahun

: 2008

Variabel Penelitian
Variabel Bebas

: Konsep Diri

Variabel Terikat

: Kecenderungan Gangguan Body Dismorphic

A. Latar Belakang Masalah
Das Sollen (yang seharusnya) : Para remaja terutama remaja putri seharusnya
lebih mengerti bahwa mencapai kesuksesan tidak hanya dilihat dari faktor

fisiknya saja tetapi faktor kognisi juga penting
Das Sein (yang sebenarnya terjadi) : 6 orang dari 10 remaja putri merasa tidak
puas dengan kondisi tubuhnya
B. Identifikasi Masalah
Masa remaja merupakan salah satu penilai yang terpenting terhadap
badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Penilaian yang baik akan membuat
remaja lebih menghargai tubuhnya, dapat menerima kondisi tubuhnya dengan
baik dan muncul kepuasan. Pada masa remaja terdapat berbagai macam
perubahan, diantaranya adalah penampilan fisik yang cepat dan membuat
remaja meningkatkan perhatian pada penampilan. Hal tersebut disebabkan
kelompok remaja mulai memberikan tanggapan dan sikap yang berkaitan
dengan tubuh.
Pada umumnya remaja putri mengalami kesulitan untuk menerima
perubahan fisik yang terjadi, remaja putri lebih sering mengalami
ketidakpuasan dengan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putra. Beberapa
remaja putri ada yang sangat tersiksa dan selalu merasa tidak puas dengan
penampilannya, sehingga secara individu maupun sosial remaja tidak dapat
berfungsi secara normal.

C. Pembatasan Masalah

Penulis melakukan wawancara dan pengamatan dengan 10 orang
remaja putri di daerah Patuk Ngampilan, Yogyakarta pada tanggal 8-10 Maret
2007
D. Perumusan Masalah
“Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan
gangguan body dismorphic pada remaja putri”
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan
gangguan body dismorphic pada remaja putri.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritik dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan informasi dalam bidang Psikologi Perkembangan, Psikologi Klinis,
Psikologi Kepribadian, dan Psikologi Sosial, terutama mengenai hubungan
antara konsep diri dengan kecenderungan gangguan body dismorphic.
Secara praktis, jika penelitian ini terbukti maka dapat dijadikan acuan
bagi berbagai pihak, khususnya remaja putrid agar dapat terhindar dari
kecenderungan gangguan body dismorphic dengan meningkatkan konsep diri
yang positif
BAB II PENUTUP
Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

RENCANA REFERENSI
Astri Kurnia Tanti, F., 2008. Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Kecenderungan Gangguan Body Dismorphic Pada Remaja Putri. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Buana Yogyakarta.

Ratna K.W, Indra. 2014. Handout Filsafat Ilmu . Untuk kalangan terbatas (tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah :
Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan . Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.

BAB I
PENDAHULUAN

Identitas Skripsi
Judul Skripsi

: Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan
Gangguan Body Dismorphic Pada Remaja Putri

Penulis

: F. Astri Kurnia Tanti (03410013)

Tahun

: 2008

Variabel Penelitian
Variabel Bebas

: Konsep Diri

Variabel Terikat


: Kecenderungan Gangguan Body Dismorphic

Skripsi karya F. Astri Kurnia Tanti berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri
dengan Kecenderungan Gangguan Body Dismorphic Pada Remaja Putri”.
Arikunto berpendapat (1992; 28) dalam bukunya Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, judul sebuah penelitian yang lengkap diharapkan mencakup:
1. Sifat dan jenis penelitian
2. Objek yang diteliti
3. Subjek penelitian
4. Lokasi/ daerah penelitian
5. Tahun/ waktu terjadinya peristiwa
Judul skripsi diatas apabila dianalisis maka dilihat sebagai berikut:
1. Sifat dan jenis penelitian

: Penelitian Kuasi Eksperimen,

2. Objek yang diteliti

: Hubungan Antara Konsep Diri
dengan Kecenderungan Gangguan
Body Dismorphic

3.

Subjek penelitian

: Remaja Putri

4. Lokasi/daerah penelitian

:-

5. Tahun/ waktu terjadinya peristiwa

:-

Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa judul yang digunakan belum
cukup lengkap mewakili setiap aspek poin-poin analisis. Poin lokasi/ daerah

penelitian dan tahun/ waktu terjadinya peristiwa tidak disertakan, namun hal
tersebut telah dijelaskan (ditambahkan keterangan) pada bagian Latar Belakang
Masalah (halaman 3) dan pada bagian Metode Penelitian (halaman 31). Sehingga
kekurangan informasi yang ada pada judul tersebut dapat tertutupi.
Berdasarkan Hand Out Filsafat Ilmu (halaman 65) ada enam kegiatan dalam
langkah Pengajuan Masalah antara lain :
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
5. Tujuan penelitian
6. Kegunaan/ manfaat penelitian
Urutan pengajuan masalah dalam skripsi harus sesuai dengan 6 kegiatan
tersebut karena dalam setiap poin tersebut ada keterkaitan dan konsistensi uraian
dalam keseluruhan penelitian dan adanya kejelasan benang merah mulai dari latar
belakang (dengan fenomenanya), fokus masalah, judul penelitian, kerangka
pemikiran (termasuk grand teori yang melahirkan indikator atau dimensi), teori
pendukung, desain penelitian (metode, pendekatan, teknik analisis dan
pembahasan), instrumen penelitian, analisis hasil penelitian kesimpulan, sampai
ke rekomendasi. Dengan adanya urutan atau langkah-langkah tersebut, penelitian
yang kita lakukan akan menghasilkan hasil penelitian yang terpadu, lengkap dan
teratur. Pertama di bagian Latar Belakang, mendorong peneliti untuk mengetahui
mengapa dan apa alasannya memilih topik penelitian ini. Dalam latar belakang
juga didukung oleh data, fakta (fenomena empirik), terkait dengan fokus masalah
yang hendak diteliti. Kedua, bagian masalah akan merumuskan masalah secara
jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan, masalah dibatasi, bagian
mana yang digarap, mengapa bagian itu yang diambil, dan gambarkan pentingnya
masalah: sumbangannya terhadap perkembangan ilmu, kegunaan praktis, dan
hubungan dengan penelitian lain.
Di lihat dari Bab I (Pendahuluan) dalam skripsi tersebut hanya terdapat 3
sub bab yakni, latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Poin identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah dalam
skripsi tersebut tidak dicantumkan dalam poin tersendiri, akan tetapi dicantumkan
secara bersamaan dengan latar belakang masalah. Sehingga secara keseluruhan
pengajuan masalah dalam skripsi tersebut lengkap. Akan lebih baik lagi apabila
enam langkah kegiatan dalam pengajuan masalah tersebut dipisah-pisah sesuai
dengan poin-poinnya sehingga akan tercipta struktur penulisan ilmiah yang logis
dan kronologis yang mencerminkan kerangka penalaran ilmiah.
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah masalah selalu mempunyai latar belakang dan konteks yang
menjadi latar belakang masalah harus diinformasikan agar orang lain
mempunyai pemahaman mengapa sesuatu menjadi masalah. Ketika seorang
peneliti memutuskan sebuah masalah, maka peneliti harus menjelaskan alasan
sesuatu itu menjadi masalah dalam konteks latar belakang masalah. Pada
skripsi ini, gaya bahasa yang digunakan dalam Latar Belakang Masalah,
mengemukakan permasalahan dari lingkup umum lalu mengerucut hingga ke
permasalahan utama. F. Astri Kurnia Tanti (Penulis skripsi) berusaha
menyajikan gambaran permasalahan dimulai dari dalam lingkup peran
masyarakat dan media massa, yang menurutnya membawa pengaruh besar
dalam mendorong seseorang untuk peduli pada penampilan dan kondisi
tubuhnya. Lanjutnya, ranah alur pembahasan diperkecil dalam lingkup yang
lebih sederhana yakni ketidakpuasan dengan penampilan fisiknya yang
didalamnya terdapat gangguan citra tubuh atau gangguan body dismorphic.
Sampai pada faktor yang mempengaruhi gangguan body dismorphic, yakni
konsep diri yang rendah. Pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri
sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang
merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Dan secara operasional
suatu suatu gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam
suatu situasi tertentu (Handout Filsafat Ilmu, halaman 64).
Das Sollen (yang seharusnya), pada skripsi tersebut adalah para remaja
terutama remaja putri seharusnya lebih mengerti bahwa mencapai kesuksesan
tidak hanya dilihat dari faktor fisiknya saja tetapi faktor kognisi juga penting,

remaja putri seharusnya bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
proporsi tubuhnya, sehingga remaja putri selalu bisa menerima perubahan
yang terjadi pada fisiknya dan remaja putri sebisa mungkin mengembangkan
sifat-sifat percaya diri, harga diri dan mampu melihat dirinya secara realistis
sehingga hal ini akan mengarahkan pada penyesuaian diri yang baik dengan
lingkungan sosial, pada akhirnya akan menghindarkan remaja putri dari
gangguan body dismorphic.
Das Sein (yang sebenarnya terjadi), pada skripsi tersebut yakni F. Astri
Kurnia Tanti (Penulis skripsi) melakukan wawancara dan pengamatan dengan
10 orang remaja putri di daerah Patuk Ngampilan, Yogyakarta pada tanggal
8-10 Maret 2007, dan terlihat bahwa 6 orang dari 10 remaja putri merasa
tidak puas dengan kondisi tubuhnya karena remaja putri tersebut melakukan
penilaian berdasarkan model-model yang ada pada majalah atau iklan.
Diantara 10 orang remaja putri tersebut ada yang rela mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk merubah warna kulit wajahnya supaya menjadi lebih
putih. Pada penelitian yang dilakukan Fausiah dan Widuri (2006) yang
dicantumkan dalam skripsi tersebut, Yuni (20 tahun) perempuan yang sudah
pernah melakukan beberapa usaha untuk membuat hidungnya “mancung”
yakni dengan 2 kali suntik silicon di pusat kecantikan dan mendatangi
seorang ahli pengobatan alternatif, pada akhirnya Yuni memutuskan untuk
menjalani operasi plastik, sehingga dapat memperbaiki tulang hidungnya agar
menjadi lebih “mancung”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam Indentifikasi masalah, masalah yang rumit dan kompleks
dipecah-pecah

kedalam

satuan

yang lebih

sederhana,

terukur

dan

memungkinkan untuk diamati. Karena ilmu merupakan pengetahuan ilmiah
yang dikembangkan secara kumulatif yang setiap permasalahan dipecahkan
secara tahap demi tahap, sedikit demi sedikit. (Handout Filsafat Ilmu,
halaman 64).
Peran masyarakat dan media baik cetak maupun elektronik, telah
membawa pengaruh besar dalam mendorong seseorang untuk peduli pada

penampilan dan kondisi tubuhnya. Media juga berperan dalam mempengaruhi
rasa ketidakpercayaan diri seseorang, sehingga media terutama media iklan
sering dijadikan ukuran bagi remaja dalam menilai dirinya.
Perhatian individu terhadap penilaian fisiknya secara langsung
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perilaku seseorang dan secara tidak
langsung mempengaruhi individu dalam mengevaluasi diri. Evaluasi inilah
yang menimbulkan perasaan puas dan tidak puas terhadap fisiknya.
Masa remaja merupakan salah satu penilai yang terpenting terhadap
badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Penilaian yang baik akan membuat
remaja lebih menghargai tubuhnya, dapat menerima kondisi tubuhnya dengan
baik dan muncul kepuasan. Pada masa remaja terdapat berbagai macam
perubahan, diantaranya adalah penampilan fisik yang cepat dan membuat
remaja meningkatkan perhatian pada penampilan. Hal tersebut disebabkan
kelompok remaja mulai memberikan tanggapan dan sikap yang berkaitan
dengan tubuh.
Pada umumnya remaja putri mengalami kesulitan untuk menerima
perubahan fisik yang terjadi, remaja putri lebih sering mengalami
ketidakpuasan dengan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putra. Beberapa
remaja putri ada yang sangat tersiksa dan selalu merasa tidak puas dengan
penampilannya, sehingga secara individu maupun sosial remaja tidak dapat
berfungsi secara normal.
Kecenderungan gangguan body dismorphic adalah kecondongan pada
perasaan ragu-ragu serta ketidakpuasan akan penampilan dan kekurangan
fisik minor pada beberapa kondisi tubuhnya, seperti tinggi badan, berat
badan, ukuran tubuh, ukuran atau bentuk hidung, atau sesuatu tentang
tubuhnya dengan melebih-lebihkan kekurangannya.
Gangguan body dismorphic umumnya mulai tampak pada seseorang
seorang individu di masa remaja atau awal masa dewasa. Pada masa remaja,
remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi dirinya sendiri dan orang lain
serta membandingkan dirinya dan orang lain dengan standar-standar ideal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan gangguan body
dismorphic yaitu penghargaan terhadap diri yang rendah dan konsep diri yang

negative. Penderita body dismorphic biasanya memiliki penghargaan yang
rendah terhadap diri dan konsep diri negative.
Konsep diri merupakan gambaran tentang diri sendiri yang merupakan
gambaran dari pandangan terhadap fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi
dan prestasi yang dicapai.
Remaja dengan konsep diri negative akan rentan mengalami gangguan
body dismorphic, karena mereka akan memandang dirinya penuh dengan

kekurangan dan sama sekali tidak ada hal yang dapat dibanggakan, terutama
untuk hal yang sifatnya terlihat seperti bentuk badan, wajah, kulit dan rambut.
Sedangkan remaja dengan konsep diri positif akan berhasil mengembangkan
sifat-sifat percaya diri, harga diri dan mampu melihat dirinya secara realistis.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diberlakukan karena dalam melakukan penelitian,
harus ada pedoman definisi yang dipegang/ dianut. Tujuannya menghindari
perbedaan konsepsi, yang berakibat kerancuan dalam melakukan penelitian.
Penulis memilih konsep diri sebagai faktor yang paling mempengaruhi
gangguan body dismorphic yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan dengan 10 orang remaja
putri di daerah Patuk Ngampilan, Yogyakarta pada tanggal 8-10 Maret 2007,
menunjukkan bahwa 6 orang dari 10 remaja putri merasa tidak puas dengan
kondisi tubuhnya. Diantara 10 orang remaja putri tersebut ada yang rela
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merubah warna kulit wajahnya
supaya menjadi lebih putih.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya (Handout
Filsafat Ilmu, halaman 65). Penulis merumuskan masalah yang dikaji lebih
lanjut dalam penelitiannya adalah : “Apakah ada hubungan antara konsep diri
dengan kecenderungan gangguan body dismorphic pada remaja putri” yang

mana rumusan masalah tersebut sudah sesuai dengan uraian yang
dikemukakan penulis pada bab I dalam latar belakang masalah, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
(Handout Filsafat Ilmu, halaman 65). Tujuan F. Astri Kurnia Tanti (Penulis
skripsi) dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara konsep
diri dengan kecenderungan gangguan body dismorphic pada remaja putri.
Tujuan tersebut sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan oleh
penulis.
F. Manfaat Penelitian
Terdapat dua manfaat penelitian yang diharapkan F. Astri Kurnia Tanti
(Penulis skripsi) yakni pertama, manfaat secara teoritik dari hasil penelitian
ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi dalam bidang
Psikologi Perkembangan, Psikologi Klinis, Psikologi Kepribadian, dan
Psikologi Sosial, terutama mengenai hubungan antara konsep diri dengan
kecenderungan gangguan body dismorphic. Kedua, manfaat secara praktis,
jika penelitian ini terbukti maka dapat dijadikan acuan bagi berbagai pihak,
khususnya remaja putrid agar dapat terhindar dari kecenderungan gangguan
body dismorphic dengan meningkatkan konsep diri yang positif.

Dinamika hubungan antara konsep diri dengan kecederungan gangguan body
dismorphic pada remaja putri adalah konsep diri pada remaja putri dapat memiliki

penilaian terhadap terhadap dirinya baik itu penilaian yang positif atau negative
maka dengan penilaian tersebut remaja putri dapat bersikap dan berperilaku
seseuai dengan dirinya. Dengan demikian sebagai remaja putri

yang sangat

memperhatikan detail penampilannya dan untuk menilai atau memandang dirinya
sendiri baik secara positif atau negative terhadap kondisi fisiknya, maka remaja
putri membutuhkan konsep diri yang tepat untuk menilai dirinya tersebut. Sesuai
dengan hasil penelitian Arthur (2001), yang menunjukkan bahwa gangguan body

dismorphic sangat dipengaruhi oleh konsep diri. Remaja putri dengan konsep diri

negative akan rentan mengalami gangguan body dismorphic, karena mereka akan
memandang dirinya penuh dengan kekurangan dan sama sekali tidak ada hal yang
dapat dibanggakan, terutama untuk hal yang sifatnya terlihat seperti bentuk badan,
wajah, kulit dan rambut. Dengan konsep diri positif diharapkan remaja putri
mampu memandang dirinya terutama fisiknya

secraa positif sehingga dapat

meminimalkan ataupun mencegah remaja megalami kecenderungan gangguan
body dismorphic. Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa terdapat

korelasi yang baik antara konsep diri dengan kecenderungan gangguan body
dismorphic pada remaja putri karena dua variabel tersebut merupakan atribut

(gejala) psikologis. Tipe dari hubungan dua variabel tersebut adalah hubungan
asimetris.

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab II dapat
disimpulkan bahwa, konsep diri berhubungan dengan kecenderungan
gangguan body dismorphic. Remaja yang mempunyai konsep diri positif akan
mempunyai kecenderungan gangguan body dismorphic yang lebih rendah dan
sebaliknya remaja yang mempunyai konsep diri negative akan mempunyai
kecenderungan body dismorphic yang lebih tinggi.
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Astri Kurnia Tanti, F., 2008. Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Kecenderungan Gangguan Body Dismorphic Pada Remaja Putri. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Buana Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Ratna K.W, Indra. 2014. Handout Filsafat Ilmu . Untuk kalangan terbatas (tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah :
Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan . Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta.