Filsafat Ilmu Defisini Dan Penalaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan bahasa sehari-hari yang buruk atau menyesatkan dapat secara serius
membatasi kemampuan kita untuk menciptakan dan mengkomunikasikan penalaran yang
benar. Seperti yang dikemukakan oleh filsuf John Locke (1632-1704), pencapaian
pengetahuan manusia seringkali terhambat oleh penggunaan kata-kata tanpa arti yang
pasti. Kontroversi yang tidak berguna kadang-kadang disebabkan dan diperkuat oleh
penggunaan term-term kunci dengan arti yang ambigu. Kita dapat membedakan
perselisihan dalam tiga macam.
Pertama, perselisihan sejati terjadi ketika orang-orang yang terlibat tidak sepakat
tentang apakah suatu proposisi itu benar atau tidak benar. Karena orang-orang yang
terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui tentang arti kata-kata yang mereka gunakan
untuk menyampaikan posisi masing-masing. Sesudah itu, masing-masing dapat
mengusulkan dan menilai argumen-argumen logis. Akhirnya, bisa membuat mereka dapat
mengatasi perselisihan pendapat tentang arti kata atau term yang mereka gunakan.
Kedua, di lain pihak, perselisihan verbal belaka terjadi karena mereka
menggunakan term-term yang ambigu untuk mengekspresikan posisi mereka masingmasing. Suatu perselisihan verbal lenyap bila mereka mencapai suatu kesepakatan
tentang arti term-term yang mereka gunakan.
Ketiga, dapat terjadi juga perselisihan yang kelihatan verbal tetapi sebenarnya
perselisihan sejati. Hal ini tampak pada kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam
perselisihan itu memecahkan setiap problem ambiguitas.
Kita dapat menghemat banyak waktu, mempertajam kemampuan bernalar kita, dan saling
berkomunikasi secara efektif jika kita melacak ketidaksepakatan tentang arti term-term
dan berusaha menyelesaikannya. Dengan menyepakati penalaran dan definisi untuk termterm yang kita gunakan dalam konteks tertentu, kita dapat mencegah dan mengatasi
perselisihan yang tidak diperlukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan membahas “Definisi dan
Penalaran” pada makalah kali ini.
1
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut.
1.3
1.
Apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran?
2.
Apa saja macam-macam definisi dan penalaran?
3.
Bagaimana cara menyusun definisi dan penalaran?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan ruang lingkup pembahasan masalah dalam tulisan di atas, maka
difokuskan tujuan makalah pada uraian berikut.
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran.
2.
Untuk mengetahui macam-macam definisi dan penalaran.
3.
Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun definisi dan penalaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Definisi
Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan.
Definisi mempunyai tugas khusus, yaitu menjelaskan arti kata-kata atau term-term. Jika
demikian, definisi dapat dijelaskan sebagai susunan kata yang digunkan untuk
menetapkan arti bagi suatu kata atau bagi suatu grup kata. Penjelasan tersebut diberikan
secara tepat, jelas, dan singkat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi adalah rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan studi. Definisi ialah
suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan
makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda, proses atau aktivitas.
Pengertian kata definisi bisa kita kemukakan sesuai dengan keinginan kira, tetapi
tentu saja akan lebih baik apabila kita mengetahui apa itu pengertian definisi dari para
ahlinya. Berikut ini adalah pengertian definisi menurut para ahli
1)
Richard Nordquist menyatakan bahwa definisi adalah sebuah pernyataan tentang
arti sebuah kata atau frasa.
2)
Samuel Butler dalam bukunya The Note-Books of Samuel Butler (1912)
menyatakan bahwa definisi adalah memasukkan atau keliaran ide ke dalam rangkaian
kata-kata.
3)
Pengertian definisi menurut Wikipedia adalah pernyataan yang menjelaskan
tentang arti sebuah istilah (kata, frasa atau simbol).
Maka dapat disimpulkan bahwa definisi adalah memberikan pengertian pada
sebuah kata atau istilah. Definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu konsep
yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri untamanya. Kesepakatan mengenai arti suatu
hal sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk itu perlu
diberikan pengertian yang jelas dan tepat untuk setiap istilah.
Pada dasarnya, setiap definisi terdiri dari dua bagian, yaitu definiedum dan
definiens. Definiedum adalah kata atau grup kata yang didefinisikan. Defieniens adalah
kata atau susunan kata yang mendefinisikan.
Telah dipahami bahwa definisi merupakan penyebutan ciri esensi suatu objek.
Oleh karena itu, bila yang didefinisikan objek yang umum, maka sebut saja ciri
esensinya. Bila yang didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, maka sebutkan
seluruh ciri esensinya ditambah dengan aksidensi yang menunjukkan kekhususan objek
itu.
3
2.2.1
Macam-Macam Definisi
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh para pakar logika atas penggunaan dan
fungsi-fungsi actual definisi, berikut ini kita akan melihat beberapa macam definisi.
a.
Definisi Stipulatif
Suatu definisi stipulatif menetapkan arti untuk suatu kat baru. Ini
mencakup penciptaan suatu kata baru atau pemberian arti baru untuk suatu kata
lama. Biasanya, tujuan suatu definisi stipulatif adalah menggantikan suatu
ungkapan yang lebih sederhana.
Definisi stipulatif diperlukan, seringkali karena adanya fenomena dan
perkembangan baru. Misalnya, pernah dilakukan upaya disuatu kebun binatang
di Amerika Serikat untuk mengawinsilangkan harimau dengan singa. Karena
kedua spesies itu memiliki kemiripan genetik, maka upaya itu berhasil. Anak,
hasil perkawinan antara seekor harimau jantan dengan seekor singa betina
disebut tigon. Sementara anak hasil perkawinan antara seekor singa jantan
dengan seekor harimau betina disebut liger. Tigon adalah turunan dari seekot
tiger atau harimau jantan dengan seekor lion atau singa betina. Liger adalah
turunan dari seekor lion jantan dengan tiger betina. Penetapan arti kedua kata
tersebut dibuat melalui definisi stipulatif.
Definisi stipultif pun dipakai untuk menetapkan kode-kode atau sandi
rahasia. Misalnya, selama Perang Dunia II, Tora, Tora, Tora adalah nama kode
yang dikirim oleh Admiral Yamamoto ke kantor pusat pengendalian perang di
Tokyo. Kode itu dipakai untuk menandakan bahwa laju tentara Jepang tidak
terhambat dalam beberapa jam sebelum pemboman Pearl Harbour. Operation
Barbarosa adalah nama yang digunakan oleh tentara Jerman untuk invasi ke
Rusia. Operation Overlord adalah nama yang digunakan oleh tentara sekutu
untuk invasi ke Normandia. Aparat penegak hukum, seperti polisi pun
menggunakan nama-nama kode tertentu untuk melakukan operasi melawan
kejahatan terorganisir. Sarutama adalah nama kode yang dipakai oleh polisi
untuk operasi pemberantasan premanisme, yang mulai digelar beberapa waktu
yang lalu di Indonesia.
Karena manusia secara kontinu menghasilkan kreasi-kreasi baru, entah
itu ramuan-ramuan makanan baru, penemuan-penemuan baru, perilaku baru,
mode-mode pakaian baru, tarian-tarian baru, atau apa pun. Definisi stipulatif
secara kontinu dipakai untuk memperkenalkan nama-nama bagi barang-barang
baru. Kadang-kadang definisi-definisi stipulatif hanya implisit dan berarti kecil
saja, tidak ada kaitan spontan antara suatu kata dan suatu tindakan, seperti halnya
ketika kata-kata bop, twist, jerk, dan chiken dipakai sebagai nama-nama tarian
pada beberapa decade yang lalu di Amerika Serikat.
4
Karena suatu definisi stipulatif menetapkan suatu arti bagi suatu kata
baru secara arbitrer, kita pun tidak dapat mengatakan ada definisi stipulatif yang
benar dan ada definisi stipulatif yang salah. Dengan kata lain, kriteria benar-salah
tidak dapat diterapkan pada definisi stipulatif. Berdasarkan alasan yang sama,
suatu definisi stipulatif tidak dapat memberikan informasi baru tentang ciri pokok
dari definiedum. Fakta bahwa kata tigon dipilih untuk menggantikan turunan dari
seekor harimau jantan dan seekor singa betina tidak menuturkan apa pun yang
baru kepada kita tentang hakikat binatang itu. Namun, suatu definisi stipulatif
bisa lebih atau kurang menyenangkan atau lebih atau kurang tepat ketimbang
definisi stipulatif lainnya.
Definisi stipulatif disalahgunakan dalam perselisihan verbal ketika
seseorang menggunakan suatu kata khusus tanpa menjelaskan apa arti kata itu,
kemudian dia meneruskan pembicaraan, dengan pengandaian bahwa setiap orang
lain pun menggunakan kata itu dengan arti yang sama. Dalam situasi semacam
ini orang itu menggunakan kata secara stipulatif. Dalam kasus tersebut,
pengandaian bahwa orang lain menggunakan kata yang digunakan dengan arti
yang sama sulit dibenarkan.
b.
Definisi Leksikal
Suatu definisi leksikal dipakai untuk melaporkan arti yang sudah dimiliki
oleh suatu kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi diksioner atau yang terdapat
dalam kamus merupakan contoh-contoh definisi leksikal. Berbeda dengan suatu
definisi stipulatif, yang menetapkan arti bagi suatu kata baru, suatu definisi
leksikal bisa benar, bisa salah bergantung dari apakah ia melaporkan atau tidak
melaporkan atau tidak melaporkan cara suatu kata, secara aktual, dipakai. Karena
kata-kata yang dipakai berarti lebih dari satu, definisi-definisi leksikal
mempunyai tujuan lebih jauh, yaitu mengeliminasi ambiguitas yang bisa muncul
jika satu dari arti yang dimaksudkan dicampuradukkan dengan arti lainnya.
Oleh karena itu, kita perlu membuat perbedaan antara kata-kata yang
aambigu dan kata-kata yang tidak jelas. Suatu kata disebut tidak jelas jika kata itu
tidak memiliki arti tertentu yang berlaku bagi semua orang yang
menggunakannya dalam konteks tertentu. Contoh kata-kata yang tidak jelas,
antara lain cinta, kebahagiaan, perdamaian, segar, kaya, miskin, normal, dan
konsevatif. Jarang kita dapat menggunakan kata-kata tersebut dengan arti yang
persis sama dengan arti yang dimaksud orang-orang lain dalam konteks tertentu.
Dilain pihak, suatu kata disebut ambigu jika ia dapat diinterpretasikan
dengan dua atau lebih arti yang jelas dalam suatu momen tertentu. Biasanya
banyak kata yang kita pakai memiliki dua atau lebih arti yang jelas dalam
konteks tertentu. Apabila dalam suatu konteks tertentu tidak jelas arti mana yang
dimaksud oleh pengguna kata itu, terjadilah ambiguitas. Termasuk dalam katakata yang ambigu, antara lain tahu, kali dan bisa.
5
Karena suatu definisi leksikal mendaftar bermacam-macam arti yang
dimiliki suatu kata, seseorang yang berusaha menurunkan suatu definisi lebih
baik siap untuk menghindari kata-kata ambigu yang digunakannya dan
mendeteksi arti-arti lainnya. Banyak problem timbul kalau ambiguitas tidak
dideteksi. Dalam banyak kasus, problem terjadi bukan karena perbedaanperbedaan yang jelas arti kata-kata seperti tahu, kali, dan bisa, tetapi karena
ketidakjelasan arti akibat pencampuradukkan arti yang satu dengan arti yang lain.
c.
Definisi yang Tepat
Tujuan dari suatu definisi yang tepat ialah mengurangi ketidakjelasan arti
suatu kata. Jika demikian, seseorang dapat mencapai suatu keputusan tentang
berlakunya suatu kata dalam situasi tertentu. Telah dikatakan bahwa kata miskin
itu tidak jelas. Untuk menentukan siapa yang miskin dan siapa yang tidak miskin
secara tepat, suatu definisi yang tepat diperlukan. Di Amerika Serikat, misalnya
miskin berarti memiliki pendapatan kurang dari $4.000 dan memiliki kekayaan
bernilai kurang dari $20.000. Ini salah satu contoh definisi yang tepat.
Penggunaan kata-kata sehari-hari dalam konteks sains, matematika, kedokteran,
atau hukum haruslah diklarifikasi dengan suatu definisi yang tepat. Kata-kata
seperti kekuatan, energi, asam, elemen, angka, persamaan, kontrak, dan agen
harus didefinisikan secara tepat oleh disiplin-disiplin khusus. Dalam bidang
kedokteran, kata momen kematian atau moment of death didefinisikan sebagai
saat otak berhenti berfungsi yang diukur dengan suatu alat bernama
electroencephalograph.
Suatu definisi yang tepat berbeda dengan suatu definisi stipulatif dalam
hal bahwa definisi stipulatif mencakup suatu penetapan arti secara murni arbiter,
sedangkan penetapan arti dalam suatu definisi yang tepat tidak arbiter. Dalam hal
ini orang harus hati-hati agar terjamin bahwa penetapan arti dalam suatu definisi
yang tepat adalah tepat dan sah dalam konteks bagi kata atau term itu dipakai.
d.
Definisi Teoretis
Dalam buku-buku yang berbicara tentang teori kinetic, istilah panas
berarti energi yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan acak moleul-molekul suatu
subtansi. Definisi ini berbuat lebih daripada sekadar menetapkan suatu arti bagi
suatu kata, ia memberikan suatu cara untuk mengerti fenomena fisik yang panas.
Jika demikian, definisi teoretis memberikan konsekuensi deduktif, yakni ketika
kecepatan molekul-molekul suatu subtansi semakin meningkat, temperatur
subtansi meningkat. Selain itu, definisi teoretis pun merangsang sejumlah
eksperimental untuk meneliti hubungan antara kecepatan molekul dan fenomena
radiasi, tekanan gas, elastisitas molekul, dan konfigurasi molekul. Singkat kata,
definisi kata panas merangsang pembentukan suatu teori yang menyeluruh
tentang panas.
6
Contoh lain untuk definisi teoretis adalah definisi cahaya sebagai suatu
bentuk radiasi elektromagnetik dan definisi energi, massa, dan akselerasi dalam
Hukum II Newton dalam persamaan F=ma. Yang terakhir disebut adalah sejenis
definisi kontekstual yang setiap kata dihasilkan sejumlah konsekuensi deduktif
tentang fenomena yang terkait dan memberikan sejumlah jalan bagi penelitian
eksperimental.
Tidak semua definisi teoretis berkaitan dengan sains. Banyak istilah
dalam filsafat seperti subtansi, bentuk, sebab, perubahan, idea, baik, pikiran, dan
Allah dijelaskan artinya berdasarkan definisi teoretis. Di dalam kenyataan,
banyak filsuf besar dalam sejarah telah memberikan definisi-definisi teoretisnya
sendiri-sendiri atas kata-kata tersebut.
e.
Definisi Persuasif
Tujuan dari definisi persuasif adalah menggerakkan sikap mendukung
atau tidak mendukung apa yang ditunjukkan oleh definiendum. Tujuan itu
dicapai dengan menetapkan secara emosional suatu harga atau arti nilai yang
tersembunyi pada suatu kata seraya memperjelasnya sehingga kata itu benarbenar memiliki arti sesuai dengan bahasa dalam konteks kata itu digunakan. Jadi,
definisi-definisi persuasif merupakan suatu sintesis dari definisi stipulatif dan
definisi leksikal, dan mungkin juga definisi teoretis, yang didukung dengan motif
retorikal untuk menggerakkan suatu sikap tertentu. Oleh karena itu, suatu definisi
persuasif menyamar sebagai suatu penetapan yang baik atas arti suatu kata seraya
mengutuk atau memuji apa yang didefinisikan. Di bawah ini beberapa contoh
pasangan yang bertentangan dari definisi-definisi persuasif.
Contoh:
Aborsi adalah pembunuhan kejam atas makhluk manusia yang tidak bersalah.
Aborsi adalah suatu prosedur operasi yang aman dan mantap sehingga seorang
wanita dibebaskan dari suatu beban yang tidak diinginkan.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu
memiliki kebebasan sebagai anugerah Tuhan untuk memiliki kekayaan dan
melakukan bisnis sesuai dengan pilihan mereka masing-masing.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu
dikorbankan demi pencarian uang secara tidak bertanggung jawab sehingga
saling pengertian dan saling hormat diganti dengan alienasi, ketamakan dan
egoism.
7
2.2
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera
(pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi. Proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang yang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar.
Definisi Penalaran menurut para ahli, antara lain:
1)
Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berfikir
dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju
kepada suatu kesimpulan.
2)
Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran unutk
sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan
lain yang telah diketahui.
Dalam penalaran juga terdapat syarat-syarat kebenaran dalam penalara, yaitu
sebagai berikut.
1.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar koklusi adalah
premis. Jadi semua premis harus benar. Benar disini harus meliputi
sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Menurut Pors (Opik, 2011) indikator dari penalaran adalah sebagai berikut.
2.2.1
1.
Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan terhadap
suatu masalah adalah masuk akal.
2.
Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan penyelidikan
dan penelitian.
3.
Meramalkan dan menggambarkan kesimpulan atau putusan dari
informasi yang sesuai.
4.
Menganalisis pernyataan-pernyataan dan memberikan contoh yang dapat
mendukung atau bertolak belakang.
5.
Mempertimbangkan validitas dari argumen yang menggunakan berfikir
deduktif dan induktif.
Ciri-Ciri Penalaran
8
Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu sebagai berikut.
1.
Dilakukan dengan sadar.
2.
Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.
3.
Sistematis.
4.
Terarah atau bertujuan.
5.
Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan
6.
Sadar tujuan.
7.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh.
2.2.2
8.
Pola pemikiran tertentu.
9.
Bersifat empiris rasional.
Metode dalam Bernalar
Ada dua jenis metode dalam menalar, yaitu induktif dan deduktif.
1.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif menurut Kusumah (Sobariah, 2011: 10) adalah proses berfikir
berupa penarikan kesimpulan yang umum atas dasar pengetahuan tentang hal
khusus yang dimulai dari sekumpulan fakta yang ada. Penalaran induktif terbagi
atas tiga, yaitu sebagai berikut.
a.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas
sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan
umum.
Contoh:
Orang Jawa tidak suka berterus terang.
Semua mahasiswi UIN Alauddin cantik.
b.
Analogi
9
Analogi adalah kesimpulan tentang kebenaran sesuatu ditarik
berdasarkan pengamatan terhadap gejala yang memiliki kemiripan.
Contoh:
Hawa nafsu adalah kuda tunggangan yang akan membawamu meraih
ambisi, sedangkan agama adalh kendali untuk mengendalikan
tungganganmu agar tidak liar, mementalkan, menyeret dan menginjakinjak dirimu.
c.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat adalah semua peristiwa harus ada penyebabnya, namun
seringkali orang sampai pada kesimpulan yang salah karena proses
penarikan kesimpulan tidak sah (karena sikap pribadi, takhayul,
prasangka, pandangan politik).
Contoh:
Sebagian besar siswa mendapat nilai buruk karena pada waktu ulangan
ada kucing hitam yang melintas di halaman.
Para masyarakat yakin tidak akan hujan saat acara karena sesepuh sudah
melemparkan pakaian dalam ke atas atap.
2.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah penalaran yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori,
atau putusan yang berlaku umum. Menurut Jacobs (Suhanri, 2011) suatu cara
penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar
dengan menggunakan logika.
Contoh:
1.
Semua makhluk akan mati.
Manusia adalah makhluk.
Karena itu, semua manusia akan mati.
2.
Semua makhluk butuh oksigen.
Manusia adalah makhluk hidup.
Karena itu, semua manusia butuh oksigen.
BAB III
10
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan.
Definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembicaraan studi. Definisi ialah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata,
frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang,
benda, proses atau aktivitas.
Ada lima macam definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal, definisi yang
tepat, definisi teoritis, dan definisi persuasif..
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera
(pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi.
Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu dilakukan dengan sadar, didasarkan atas
sesuatu yang sudah diketahui, sistematis, terarah atau bertujuan, menghasilkan
kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru, sadar tujuan, premis
berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh, pola pemikiran
tertentu dan bersifat empiris rasional.
Terdapa dua metode penalaran yang harus diketahui, yakni penalaran induktif
dan penalaran deduktif.
3.1
Saran
Agar tidak terjadi persilisihan verbal tentang masalah arti kata, maka perlu
diperhatikan apa saja yang menjadi faktor munculnya masalah kemudian diselesaikan
dengan pemahaman definisi dan penalaran yang tepat sehingga dapat mempertajam
kemampuan kita dalam bernalar dan dapat berkomunikasi secara efektif serta berusaha
menyelesaikan masalah arti kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
11
Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Filsafat . Jakarta: Grasindo.
http://www.slideshare.net/zulvamunayati/makalah-definisi-zulva
http://www.slideshare.net/gueste97040/kata-definisi-dan-klasifikasi?related=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
12
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan bahasa sehari-hari yang buruk atau menyesatkan dapat secara serius
membatasi kemampuan kita untuk menciptakan dan mengkomunikasikan penalaran yang
benar. Seperti yang dikemukakan oleh filsuf John Locke (1632-1704), pencapaian
pengetahuan manusia seringkali terhambat oleh penggunaan kata-kata tanpa arti yang
pasti. Kontroversi yang tidak berguna kadang-kadang disebabkan dan diperkuat oleh
penggunaan term-term kunci dengan arti yang ambigu. Kita dapat membedakan
perselisihan dalam tiga macam.
Pertama, perselisihan sejati terjadi ketika orang-orang yang terlibat tidak sepakat
tentang apakah suatu proposisi itu benar atau tidak benar. Karena orang-orang yang
terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui tentang arti kata-kata yang mereka gunakan
untuk menyampaikan posisi masing-masing. Sesudah itu, masing-masing dapat
mengusulkan dan menilai argumen-argumen logis. Akhirnya, bisa membuat mereka dapat
mengatasi perselisihan pendapat tentang arti kata atau term yang mereka gunakan.
Kedua, di lain pihak, perselisihan verbal belaka terjadi karena mereka
menggunakan term-term yang ambigu untuk mengekspresikan posisi mereka masingmasing. Suatu perselisihan verbal lenyap bila mereka mencapai suatu kesepakatan
tentang arti term-term yang mereka gunakan.
Ketiga, dapat terjadi juga perselisihan yang kelihatan verbal tetapi sebenarnya
perselisihan sejati. Hal ini tampak pada kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam
perselisihan itu memecahkan setiap problem ambiguitas.
Kita dapat menghemat banyak waktu, mempertajam kemampuan bernalar kita, dan saling
berkomunikasi secara efektif jika kita melacak ketidaksepakatan tentang arti term-term
dan berusaha menyelesaikannya. Dengan menyepakati penalaran dan definisi untuk termterm yang kita gunakan dalam konteks tertentu, kita dapat mencegah dan mengatasi
perselisihan yang tidak diperlukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan membahas “Definisi dan
Penalaran” pada makalah kali ini.
1
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut.
1.3
1.
Apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran?
2.
Apa saja macam-macam definisi dan penalaran?
3.
Bagaimana cara menyusun definisi dan penalaran?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan ruang lingkup pembahasan masalah dalam tulisan di atas, maka
difokuskan tujuan makalah pada uraian berikut.
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi dan penalaran.
2.
Untuk mengetahui macam-macam definisi dan penalaran.
3.
Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun definisi dan penalaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Definisi
Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan.
Definisi mempunyai tugas khusus, yaitu menjelaskan arti kata-kata atau term-term. Jika
demikian, definisi dapat dijelaskan sebagai susunan kata yang digunkan untuk
menetapkan arti bagi suatu kata atau bagi suatu grup kata. Penjelasan tersebut diberikan
secara tepat, jelas, dan singkat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi adalah rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan studi. Definisi ialah
suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan
makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda, proses atau aktivitas.
Pengertian kata definisi bisa kita kemukakan sesuai dengan keinginan kira, tetapi
tentu saja akan lebih baik apabila kita mengetahui apa itu pengertian definisi dari para
ahlinya. Berikut ini adalah pengertian definisi menurut para ahli
1)
Richard Nordquist menyatakan bahwa definisi adalah sebuah pernyataan tentang
arti sebuah kata atau frasa.
2)
Samuel Butler dalam bukunya The Note-Books of Samuel Butler (1912)
menyatakan bahwa definisi adalah memasukkan atau keliaran ide ke dalam rangkaian
kata-kata.
3)
Pengertian definisi menurut Wikipedia adalah pernyataan yang menjelaskan
tentang arti sebuah istilah (kata, frasa atau simbol).
Maka dapat disimpulkan bahwa definisi adalah memberikan pengertian pada
sebuah kata atau istilah. Definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu konsep
yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri untamanya. Kesepakatan mengenai arti suatu
hal sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk itu perlu
diberikan pengertian yang jelas dan tepat untuk setiap istilah.
Pada dasarnya, setiap definisi terdiri dari dua bagian, yaitu definiedum dan
definiens. Definiedum adalah kata atau grup kata yang didefinisikan. Defieniens adalah
kata atau susunan kata yang mendefinisikan.
Telah dipahami bahwa definisi merupakan penyebutan ciri esensi suatu objek.
Oleh karena itu, bila yang didefinisikan objek yang umum, maka sebut saja ciri
esensinya. Bila yang didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, maka sebutkan
seluruh ciri esensinya ditambah dengan aksidensi yang menunjukkan kekhususan objek
itu.
3
2.2.1
Macam-Macam Definisi
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh para pakar logika atas penggunaan dan
fungsi-fungsi actual definisi, berikut ini kita akan melihat beberapa macam definisi.
a.
Definisi Stipulatif
Suatu definisi stipulatif menetapkan arti untuk suatu kat baru. Ini
mencakup penciptaan suatu kata baru atau pemberian arti baru untuk suatu kata
lama. Biasanya, tujuan suatu definisi stipulatif adalah menggantikan suatu
ungkapan yang lebih sederhana.
Definisi stipulatif diperlukan, seringkali karena adanya fenomena dan
perkembangan baru. Misalnya, pernah dilakukan upaya disuatu kebun binatang
di Amerika Serikat untuk mengawinsilangkan harimau dengan singa. Karena
kedua spesies itu memiliki kemiripan genetik, maka upaya itu berhasil. Anak,
hasil perkawinan antara seekor harimau jantan dengan seekor singa betina
disebut tigon. Sementara anak hasil perkawinan antara seekor singa jantan
dengan seekor harimau betina disebut liger. Tigon adalah turunan dari seekot
tiger atau harimau jantan dengan seekor lion atau singa betina. Liger adalah
turunan dari seekor lion jantan dengan tiger betina. Penetapan arti kedua kata
tersebut dibuat melalui definisi stipulatif.
Definisi stipultif pun dipakai untuk menetapkan kode-kode atau sandi
rahasia. Misalnya, selama Perang Dunia II, Tora, Tora, Tora adalah nama kode
yang dikirim oleh Admiral Yamamoto ke kantor pusat pengendalian perang di
Tokyo. Kode itu dipakai untuk menandakan bahwa laju tentara Jepang tidak
terhambat dalam beberapa jam sebelum pemboman Pearl Harbour. Operation
Barbarosa adalah nama yang digunakan oleh tentara Jerman untuk invasi ke
Rusia. Operation Overlord adalah nama yang digunakan oleh tentara sekutu
untuk invasi ke Normandia. Aparat penegak hukum, seperti polisi pun
menggunakan nama-nama kode tertentu untuk melakukan operasi melawan
kejahatan terorganisir. Sarutama adalah nama kode yang dipakai oleh polisi
untuk operasi pemberantasan premanisme, yang mulai digelar beberapa waktu
yang lalu di Indonesia.
Karena manusia secara kontinu menghasilkan kreasi-kreasi baru, entah
itu ramuan-ramuan makanan baru, penemuan-penemuan baru, perilaku baru,
mode-mode pakaian baru, tarian-tarian baru, atau apa pun. Definisi stipulatif
secara kontinu dipakai untuk memperkenalkan nama-nama bagi barang-barang
baru. Kadang-kadang definisi-definisi stipulatif hanya implisit dan berarti kecil
saja, tidak ada kaitan spontan antara suatu kata dan suatu tindakan, seperti halnya
ketika kata-kata bop, twist, jerk, dan chiken dipakai sebagai nama-nama tarian
pada beberapa decade yang lalu di Amerika Serikat.
4
Karena suatu definisi stipulatif menetapkan suatu arti bagi suatu kata
baru secara arbitrer, kita pun tidak dapat mengatakan ada definisi stipulatif yang
benar dan ada definisi stipulatif yang salah. Dengan kata lain, kriteria benar-salah
tidak dapat diterapkan pada definisi stipulatif. Berdasarkan alasan yang sama,
suatu definisi stipulatif tidak dapat memberikan informasi baru tentang ciri pokok
dari definiedum. Fakta bahwa kata tigon dipilih untuk menggantikan turunan dari
seekor harimau jantan dan seekor singa betina tidak menuturkan apa pun yang
baru kepada kita tentang hakikat binatang itu. Namun, suatu definisi stipulatif
bisa lebih atau kurang menyenangkan atau lebih atau kurang tepat ketimbang
definisi stipulatif lainnya.
Definisi stipulatif disalahgunakan dalam perselisihan verbal ketika
seseorang menggunakan suatu kata khusus tanpa menjelaskan apa arti kata itu,
kemudian dia meneruskan pembicaraan, dengan pengandaian bahwa setiap orang
lain pun menggunakan kata itu dengan arti yang sama. Dalam situasi semacam
ini orang itu menggunakan kata secara stipulatif. Dalam kasus tersebut,
pengandaian bahwa orang lain menggunakan kata yang digunakan dengan arti
yang sama sulit dibenarkan.
b.
Definisi Leksikal
Suatu definisi leksikal dipakai untuk melaporkan arti yang sudah dimiliki
oleh suatu kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi diksioner atau yang terdapat
dalam kamus merupakan contoh-contoh definisi leksikal. Berbeda dengan suatu
definisi stipulatif, yang menetapkan arti bagi suatu kata baru, suatu definisi
leksikal bisa benar, bisa salah bergantung dari apakah ia melaporkan atau tidak
melaporkan atau tidak melaporkan cara suatu kata, secara aktual, dipakai. Karena
kata-kata yang dipakai berarti lebih dari satu, definisi-definisi leksikal
mempunyai tujuan lebih jauh, yaitu mengeliminasi ambiguitas yang bisa muncul
jika satu dari arti yang dimaksudkan dicampuradukkan dengan arti lainnya.
Oleh karena itu, kita perlu membuat perbedaan antara kata-kata yang
aambigu dan kata-kata yang tidak jelas. Suatu kata disebut tidak jelas jika kata itu
tidak memiliki arti tertentu yang berlaku bagi semua orang yang
menggunakannya dalam konteks tertentu. Contoh kata-kata yang tidak jelas,
antara lain cinta, kebahagiaan, perdamaian, segar, kaya, miskin, normal, dan
konsevatif. Jarang kita dapat menggunakan kata-kata tersebut dengan arti yang
persis sama dengan arti yang dimaksud orang-orang lain dalam konteks tertentu.
Dilain pihak, suatu kata disebut ambigu jika ia dapat diinterpretasikan
dengan dua atau lebih arti yang jelas dalam suatu momen tertentu. Biasanya
banyak kata yang kita pakai memiliki dua atau lebih arti yang jelas dalam
konteks tertentu. Apabila dalam suatu konteks tertentu tidak jelas arti mana yang
dimaksud oleh pengguna kata itu, terjadilah ambiguitas. Termasuk dalam katakata yang ambigu, antara lain tahu, kali dan bisa.
5
Karena suatu definisi leksikal mendaftar bermacam-macam arti yang
dimiliki suatu kata, seseorang yang berusaha menurunkan suatu definisi lebih
baik siap untuk menghindari kata-kata ambigu yang digunakannya dan
mendeteksi arti-arti lainnya. Banyak problem timbul kalau ambiguitas tidak
dideteksi. Dalam banyak kasus, problem terjadi bukan karena perbedaanperbedaan yang jelas arti kata-kata seperti tahu, kali, dan bisa, tetapi karena
ketidakjelasan arti akibat pencampuradukkan arti yang satu dengan arti yang lain.
c.
Definisi yang Tepat
Tujuan dari suatu definisi yang tepat ialah mengurangi ketidakjelasan arti
suatu kata. Jika demikian, seseorang dapat mencapai suatu keputusan tentang
berlakunya suatu kata dalam situasi tertentu. Telah dikatakan bahwa kata miskin
itu tidak jelas. Untuk menentukan siapa yang miskin dan siapa yang tidak miskin
secara tepat, suatu definisi yang tepat diperlukan. Di Amerika Serikat, misalnya
miskin berarti memiliki pendapatan kurang dari $4.000 dan memiliki kekayaan
bernilai kurang dari $20.000. Ini salah satu contoh definisi yang tepat.
Penggunaan kata-kata sehari-hari dalam konteks sains, matematika, kedokteran,
atau hukum haruslah diklarifikasi dengan suatu definisi yang tepat. Kata-kata
seperti kekuatan, energi, asam, elemen, angka, persamaan, kontrak, dan agen
harus didefinisikan secara tepat oleh disiplin-disiplin khusus. Dalam bidang
kedokteran, kata momen kematian atau moment of death didefinisikan sebagai
saat otak berhenti berfungsi yang diukur dengan suatu alat bernama
electroencephalograph.
Suatu definisi yang tepat berbeda dengan suatu definisi stipulatif dalam
hal bahwa definisi stipulatif mencakup suatu penetapan arti secara murni arbiter,
sedangkan penetapan arti dalam suatu definisi yang tepat tidak arbiter. Dalam hal
ini orang harus hati-hati agar terjamin bahwa penetapan arti dalam suatu definisi
yang tepat adalah tepat dan sah dalam konteks bagi kata atau term itu dipakai.
d.
Definisi Teoretis
Dalam buku-buku yang berbicara tentang teori kinetic, istilah panas
berarti energi yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan acak moleul-molekul suatu
subtansi. Definisi ini berbuat lebih daripada sekadar menetapkan suatu arti bagi
suatu kata, ia memberikan suatu cara untuk mengerti fenomena fisik yang panas.
Jika demikian, definisi teoretis memberikan konsekuensi deduktif, yakni ketika
kecepatan molekul-molekul suatu subtansi semakin meningkat, temperatur
subtansi meningkat. Selain itu, definisi teoretis pun merangsang sejumlah
eksperimental untuk meneliti hubungan antara kecepatan molekul dan fenomena
radiasi, tekanan gas, elastisitas molekul, dan konfigurasi molekul. Singkat kata,
definisi kata panas merangsang pembentukan suatu teori yang menyeluruh
tentang panas.
6
Contoh lain untuk definisi teoretis adalah definisi cahaya sebagai suatu
bentuk radiasi elektromagnetik dan definisi energi, massa, dan akselerasi dalam
Hukum II Newton dalam persamaan F=ma. Yang terakhir disebut adalah sejenis
definisi kontekstual yang setiap kata dihasilkan sejumlah konsekuensi deduktif
tentang fenomena yang terkait dan memberikan sejumlah jalan bagi penelitian
eksperimental.
Tidak semua definisi teoretis berkaitan dengan sains. Banyak istilah
dalam filsafat seperti subtansi, bentuk, sebab, perubahan, idea, baik, pikiran, dan
Allah dijelaskan artinya berdasarkan definisi teoretis. Di dalam kenyataan,
banyak filsuf besar dalam sejarah telah memberikan definisi-definisi teoretisnya
sendiri-sendiri atas kata-kata tersebut.
e.
Definisi Persuasif
Tujuan dari definisi persuasif adalah menggerakkan sikap mendukung
atau tidak mendukung apa yang ditunjukkan oleh definiendum. Tujuan itu
dicapai dengan menetapkan secara emosional suatu harga atau arti nilai yang
tersembunyi pada suatu kata seraya memperjelasnya sehingga kata itu benarbenar memiliki arti sesuai dengan bahasa dalam konteks kata itu digunakan. Jadi,
definisi-definisi persuasif merupakan suatu sintesis dari definisi stipulatif dan
definisi leksikal, dan mungkin juga definisi teoretis, yang didukung dengan motif
retorikal untuk menggerakkan suatu sikap tertentu. Oleh karena itu, suatu definisi
persuasif menyamar sebagai suatu penetapan yang baik atas arti suatu kata seraya
mengutuk atau memuji apa yang didefinisikan. Di bawah ini beberapa contoh
pasangan yang bertentangan dari definisi-definisi persuasif.
Contoh:
Aborsi adalah pembunuhan kejam atas makhluk manusia yang tidak bersalah.
Aborsi adalah suatu prosedur operasi yang aman dan mantap sehingga seorang
wanita dibebaskan dari suatu beban yang tidak diinginkan.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu
memiliki kebebasan sebagai anugerah Tuhan untuk memiliki kekayaan dan
melakukan bisnis sesuai dengan pilihan mereka masing-masing.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memperlakukan individu-individu
dikorbankan demi pencarian uang secara tidak bertanggung jawab sehingga
saling pengertian dan saling hormat diganti dengan alienasi, ketamakan dan
egoism.
7
2.2
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera
(pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi. Proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang yang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah
yang disebut menalar.
Definisi Penalaran menurut para ahli, antara lain:
1)
Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berfikir
dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju
kepada suatu kesimpulan.
2)
Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran unutk
sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan
lain yang telah diketahui.
Dalam penalaran juga terdapat syarat-syarat kebenaran dalam penalara, yaitu
sebagai berikut.
1.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar koklusi adalah
premis. Jadi semua premis harus benar. Benar disini harus meliputi
sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Menurut Pors (Opik, 2011) indikator dari penalaran adalah sebagai berikut.
2.2.1
1.
Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan terhadap
suatu masalah adalah masuk akal.
2.
Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan penyelidikan
dan penelitian.
3.
Meramalkan dan menggambarkan kesimpulan atau putusan dari
informasi yang sesuai.
4.
Menganalisis pernyataan-pernyataan dan memberikan contoh yang dapat
mendukung atau bertolak belakang.
5.
Mempertimbangkan validitas dari argumen yang menggunakan berfikir
deduktif dan induktif.
Ciri-Ciri Penalaran
8
Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu sebagai berikut.
1.
Dilakukan dengan sadar.
2.
Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui.
3.
Sistematis.
4.
Terarah atau bertujuan.
5.
Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan
6.
Sadar tujuan.
7.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah
diperoleh.
2.2.2
8.
Pola pemikiran tertentu.
9.
Bersifat empiris rasional.
Metode dalam Bernalar
Ada dua jenis metode dalam menalar, yaitu induktif dan deduktif.
1.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif menurut Kusumah (Sobariah, 2011: 10) adalah proses berfikir
berupa penarikan kesimpulan yang umum atas dasar pengetahuan tentang hal
khusus yang dimulai dari sekumpulan fakta yang ada. Penalaran induktif terbagi
atas tiga, yaitu sebagai berikut.
a.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas
sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan
umum.
Contoh:
Orang Jawa tidak suka berterus terang.
Semua mahasiswi UIN Alauddin cantik.
b.
Analogi
9
Analogi adalah kesimpulan tentang kebenaran sesuatu ditarik
berdasarkan pengamatan terhadap gejala yang memiliki kemiripan.
Contoh:
Hawa nafsu adalah kuda tunggangan yang akan membawamu meraih
ambisi, sedangkan agama adalh kendali untuk mengendalikan
tungganganmu agar tidak liar, mementalkan, menyeret dan menginjakinjak dirimu.
c.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat adalah semua peristiwa harus ada penyebabnya, namun
seringkali orang sampai pada kesimpulan yang salah karena proses
penarikan kesimpulan tidak sah (karena sikap pribadi, takhayul,
prasangka, pandangan politik).
Contoh:
Sebagian besar siswa mendapat nilai buruk karena pada waktu ulangan
ada kucing hitam yang melintas di halaman.
Para masyarakat yakin tidak akan hujan saat acara karena sesepuh sudah
melemparkan pakaian dalam ke atas atap.
2.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah penalaran yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori,
atau putusan yang berlaku umum. Menurut Jacobs (Suhanri, 2011) suatu cara
penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar
dengan menggunakan logika.
Contoh:
1.
Semua makhluk akan mati.
Manusia adalah makhluk.
Karena itu, semua manusia akan mati.
2.
Semua makhluk butuh oksigen.
Manusia adalah makhluk hidup.
Karena itu, semua manusia butuh oksigen.
BAB III
10
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kata definisi berasal dari bahasa Latin definition, yang berarti pembatasan.
Definisi adalah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi
pokok pembicaraan studi. Definisi ialah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata,
frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang,
benda, proses atau aktivitas.
Ada lima macam definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal, definisi yang
tepat, definisi teoritis, dan definisi persuasif..
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak belakang dari pengamatan indera
(pengamatan empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi.
Adapun ciri-ciri dalam penalaran, yaitu dilakukan dengan sadar, didasarkan atas
sesuatu yang sudah diketahui, sistematis, terarah atau bertujuan, menghasilkan
kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru, sadar tujuan, premis
berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh, pola pemikiran
tertentu dan bersifat empiris rasional.
Terdapa dua metode penalaran yang harus diketahui, yakni penalaran induktif
dan penalaran deduktif.
3.1
Saran
Agar tidak terjadi persilisihan verbal tentang masalah arti kata, maka perlu
diperhatikan apa saja yang menjadi faktor munculnya masalah kemudian diselesaikan
dengan pemahaman definisi dan penalaran yang tepat sehingga dapat mempertajam
kemampuan kita dalam bernalar dan dapat berkomunikasi secara efektif serta berusaha
menyelesaikan masalah arti kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
11
Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Filsafat . Jakarta: Grasindo.
http://www.slideshare.net/zulvamunayati/makalah-definisi-zulva
http://www.slideshare.net/gueste97040/kata-definisi-dan-klasifikasi?related=1
http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
12