Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif Indonesia
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
PROPOSAL
Disusun guna memenuhi tugas akhir semester
Mata kuliah : Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen pengampu : Zaenal Khafidzin, M. Ag
Disusun oleh :
Imam Ahmad Badawi
(1310110441)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membangun kecerdasan sekaligus
kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terusmenerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan
generasi yang diharapkan. Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan
diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya
perbaikan kualitas pendidikan adalah melalui pendidikan karakter.1
Akan tetapi tidak serta merta bertumpu pada pendidikan karakter saja yang
berorientasi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Perhatian orang tua merupakan nilai awal yang mempengaruhi sifat peserta didik sebelum
pendidikan karakter diajarkan kepada mereka.
Dewasa ini banyak sekali kejadian yang memilukan, mulai dari Vandalisme,
kriminalisasi, serta perbuatan anarkis yang di lakukan oleh kalangan pelajar yang bukan
tidak mungkin semua itu berasal dari didikan sekolahnya yang tidak menanamkan
karakter emosi yang positif kepada peserta didik dengan baik.
Pendidikan akidah akhlaq merupakan cabang dari pendidikan agama islam dimana
satu-satunya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat
manusia dan menanamkan nilai-nilai budi luhur. Didalam pendidikan tentunya banyak
faktor dimana keberhasilan menanamkan nilai budi pekerti merupakan tolak ukur
keberhasilan pencapaiannya. Namun ironisnya banyak pihak-pihak yang mendirikan
instansi hanya demi bisnis, bukan semata-mata demi kepentingan kemajuan dunia
pendidikan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal yang telah disebutkan diatas dan
bagaimana untuk memberi solusi agar proses pembelajaran dan penanaman budi pekerti
1
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2011),
hal.9.
menjadi lebih baik maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peran Pendidikan
Karakter Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Mata Pelajaran Akidah Akhlak”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menghindari adanya kemungkinan
penafsiran yang salah berhubungan dengan judul diatas, maka penulis jelaskan terlebih
dahulu istilah-istilah yang terdapat didalamnya sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang baik
kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai
pengetahuan, kesadaran, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.
2. Perhatian orang tua
Segala bentuk kasih sayang orang tua yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap
dan ucapan yang mampu memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka.
C. Batasan Masalah
Adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah akan diteliti. Maka dari itu peneliti memberi batasan
penelitian pada pendidikan karakter dan perhatian orang tua terhadap
mata pembelajaran aqidah akhlak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas penulis memberikan pokok permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
2. Bagaimana bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?
3. Adakah korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak.
2. Untuk mengetahui bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak.
3. Untuk mengetahui Korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara akademiis maupun
praktis secara berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pendidikan khususnya pada psikologi pendidikan
agama islam dan bahan dasar untuk penelitian lanjut mengenai pendidikan karakter
dan perhatian orang tua khususnya pengaruhnya terhadap pendidikan agama islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil peneltian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh
para guru didalam mendidiksiswa khususnya pelajar PAI pada lembaga-lembaga
formal.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter.
Karakter merupakan nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.2 Sedangkan orang yang berkarakter adalah orang yang
dapat
merespon
segala
situasi
secara
bermoral
dan
dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku
yang baik.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral
(moral knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral
(moral
behavior).3
Berdasarkan
ketiga
komponen
ini
dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan
kebaikan.
Bagan
dibawah
ini
merupakan
bagan
keterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
2
Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), hal.43
3
Ibid, hal. 50
Gambar: keterkaitan antara komponen moral dalam rangka
pembentukan karakter yang baik menurut Lickona.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter yang baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga
sekolah
sehingga
mempunyai
pengetahuan,
kesadaran,
dan
tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.4 Menurut Fakry
Gafar, Pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu.” Dalam defnisi tersebut ada tiga pikiran penting, yaitu:
a. Proses transformasi nilai-nilai
b. Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan
c. Menjadi satu dalam perilaku.
Sedangkan
pendidikan
karakter
di
sekolah
sebagai
Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah. Jadi pendidikan karakter di sekolah
mengandung makna:
1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia
yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
4
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hal. 36.
3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).
Tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilia-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau
kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun
koneksi
yang
harmoni
dengan
keluarga
dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Tugas pendidikan karakter selain mengajarkan mana nilai-nilai
kebaikan dan mana nilai-nilai keburukan, justru yang ditekankan
adalah
terhadap
langkah-langkah
hal-hal
yang
penanaman
baik.
kebiasaan
Hasilnya,
individu
(habituation)
diharapkan
mempunyai pemahaman tentang nilai-nilai kebaikan dan nilai
keburukan, mampu merasakan nilai-nilai yang baik dan mau
melakukannya.5
Menurut Suyanto, terdapat sembilan karakter yang berasal
dari nilai-nilai luhur universal yang menjadi tujuan pendidikan
karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
2. Kemandirian dan tanggung jawab.
3. Kejujuran/amanah.
4. Hormat dan santun.
5. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama.
6. Percaya diri dan pekerja keras.
7. Kepemimpinan dan keadilan.
8. Baik dan rendah hati.
9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
5
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 5.
Menurut Diknas (2010) jenis-jenis nilai karakter yang dapat
ditanamkan kepada peserta didik di kelas adalah sebagai berikut :
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan, misalnya,
religius dan taqwa.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, misalnya,
jujur, bertanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, berjiwa wirausaha, dan lain-lain.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, misalnya,
sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada
aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain,
santun, dan lain-lain.
d. Nilai
karakter
dalam
hubungannya
dengan
kebangsaan,
misalnya, nasionalis, menghargai keberagaman, dan lain-lain.
e. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, misalnya,
peduli sosial dan lingkungan.6
Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter,
yaitu
pendekatan
penanaman
nilai
(Inculcation
Approach.) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Dalam pendekatan
ini, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara
lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, stimulasi,
permainan peranan, dan lain-lain.
Perilaku moral (moral action) dapat dievaluasi secara
akurat dengan melakukan observasi dalam jangka waktu yang
relatif
lama
dan
secara
terus
menerus.
Pengamat
atau
pengobservasi harus orang yang sudah mengenal orang-orang
yang diobservasi agar penafsirannya terhadap perilaku yang
muncul tidak salah.
6
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011),
hal. 36.
2. Perhatian Orang Tua.
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perhatian adalah hal
(perbuatan dan sebagainya) memperhatikan, minat dan menaruh.7
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, perhatian adalah cara
menggerakkan bentuk umur cara bergaulnya jiwa dengan bahanbahan dalam medan tingkah laku.8
Adapun
menurut
Muhibbin
Syah,
perhatian
orang
tua
dimaksud adalah segala bentuk kasih sayang orang tua yang
diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan ucapan yang mampu
memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka .
Menurut Sylvia Rimm, perhatian merupakan penghargaan
yang berarti dan tak adanya perhatian bisa menghentikan perilaku
tertentu. Waktu yang dilewatkan berdua dengan anak merupakan
saat yang tepat untuk memberikan perhatian positif bagi mereka.9
Adapun perhatian orang tua yang dimaksud adalah berbagai
upaya orang tua untuk memberikan kasih sayang dan motivasi
kepada anak yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan
ucapan, baik yang dilakukan secara spontan maupun terprogram
dan bersifat terus-menerus, sehingga akan dapat dilihat suatu
dampak dari proses tersebut.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
perhatian orang tua adalah cara yang diberikan oleh orang tua
kepada anak sebagai bentuk kasih sayang melalui perbuatan, sikap
dan
7
ucapan,
baik
yang
dilakukan
secara
spontan
maupun
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1990), hlm. 301
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 23
9
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 75
8
terprogram dan bersifat terus-menerus, sehingga anak menjadi
baik dan mandiri dalam belajar.
2. Dasar-Dasar Perhatian Orang Tua
Dasar-dasar perhatian orang tua meliputi : dasar secara
flosofs, dasar secara religius, dasar secara psikologis, dasar
berdasarkan sosial budaya, dan dasar secara pedagogis.
a. Dasar flosofs.
Filosofs artinya kecintaan terhadap kebijaksanaan. Filsafat
merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses
berfkir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau
hukum-
hukum
dasar
yang
mengatur
alam
semesta
serta
mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke
dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafsika dan lain
sebagainya. Filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya,
seluas-luasnya,
setinggi-tingginya,
selengkap-lengkapnya
serta
setuntas-tuntasnya tentang sesuatu sehingga mengarah pada
hakikat sesuatu.
10
Perhatian orang tua merupakan serangkaian tindakan yang
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana, oleh karena itu
diperlukan pemikiran flosofs tentang berbagai halyang bersangkut
paut dengan bimbingan. Pemikiran dan pemahaman flosofs
menjadi alat yang bermanfaat bagi seorang pembimbing.
b. Dasar Religius.
Unsur keberagamaan terkait erat dengan hakikat, keberadaan
dan peri kehidupan kemanusiaan. Dalam dasar religius dalam
perhatian orang tua ini terdapat tiga hal pokok, yaitu :
10
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 137.
1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Tuhan.
2. Sikap
yang
mendorong
perkembangan
dan
perikehidupan
munusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama.
3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai
dan
meneguhkan
kehidupan
beragama
untuk
membantu
perkembangan dan pemecahan masalah individu. 11
Secara umum dasar religius perhatian orang tua terhadap
anak adalah :
1. Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6, yang berbunyi :
يايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم ناراوقودهاالناس
والحجارةعليهاملئكة لظاشداادييعصونالله ماامرهم ويفعلون
مايعمرون
Hai
orang-orang
yang
beriman,
peliharalah
dirimu
dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan (QS. At-Tahrim; 6)”.
Berdasarkan ayat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa orang tua diperintahkan untuk menjaga keluarganya,
yaitu anak- anaknya agar tidak terjerumus ke dalam api neraka.
Dan salah satu cara untuk menjaga anak dari api neraka adalah
dengan membimbing anak menuju jalan yang benar, sesuai
dengan petunjuk Allah SWT.
2.
Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 17-18, melalui kisah Lukman AlHakim sebagi berikut :
11
RHA. Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992), hlm. 951.
يبني اقم الصلوة وأمر بلمعروفوانه عن المنكر وصبر على مااصابك ان
فايرض مرحاانالله
ويمصعر جذك للناس ويمم
ايمور
ذلك من ام
ييحب كل مجنارفخور
Artinya
:
“Hai
anakku,
dirikanlah
shalat
dan
suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perintah yang munkar dan bersabarlah dengan apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah S.W.T. Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Berdasarkan ayat tersebut, dapat dijadikan suri tauladan yang
baik dan memang seharusnya demikian menurut ajaran Islam,
karena setiap orang tua harus menanamkan keimanan dan
ketaqwaan kepada anak-anaknya. Dengan demikian anak akan
mudah dididik untuk melakukan ibadah, kebiasaan yang dilakukan
pada waktu-waktu tertentu akan menumbuhkan kedisiplinan dan
keaktifan diri tehadap kewajiban lain yang harus dilaksanakan.
3. Al Qur’an Surat Thaha ayat 132:
الصاة واصطببر عليها ينسئلك رمقا نحن نرمقك والعاقبة
وأمراهلك
للتقوى
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertaqwa.(QS. Thooha : 132).”
Perintah mendidik anak-anak untuk mendirikan shalat dan
bersikap sabar dapat dilakukan dengan keteladanan yang baik agar
mereka mampu mendirikan shalat dan mampu memahami bahwa
Allah sendiri yang telah memberi rizki. Keteladan orang tua yang
merupakan katatan beragama dapat berupa keaktifan dalam
beribadah bersama-sama di rumah, mengaji Al-Qur’an bersama dan
membiasakan berbuat baik dalam lingkungan keluarga, yang
dimulai dari perilaku yang baik dari orang tua itu sendiri. Oleh
karena itu harapan Allah kepada kita yang paling utama adalah
agar kita menjadi orang yang taqwa.
4. Al Qur’an Al-An’am ayat 151 :
ربكم عليكم اي مدركوبه شيء
قل معالو امل مالوااملل ماحر
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena
takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
demikian
itu
yang
diperintahkan
kepadamu
supaya
kamu
memahami(nya). (QS. Al An’am).12
Ayat di atas mengajarkan agar kita membimbing anak- anak
kita agar selalu taat kepada Allah, kedua orang tua serta
menanamkan kesadaran bahwa Allah malarang untuk berbuat keji
dan
munkar.
Membimbing
dapat
dilakukan
dengan
melalui
tuntunan yang baik daru orang tua agar anaknya mampu berbuat
sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Kesadaran orang tua
tersebut dilakukan agar anak-anak mampu melaksanakan sendiri
dengan cara melihat apa yang telah dilakukan orang tuanya
tersebut, sehingga mereka memahami apa yang dilakukannya akan
mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri.
12
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami’us Shaghier (Ter.), (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), hlm. 177.
5.
Hadits Nabi Muhammad tentang awal kejadian manusia yang
berbunyi :
Dari Aswad bin Sari’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Semua anak yang dilahirkan, dilahirkan atas kemurnian sampai
lisannya dapat menerangkan maksudnya, lalu bapak ibunya yang
membuatnya Yahudi, Nasrani atau Majusi’. (HR. Abu Ya’la, Thabrani
dan Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas dapat diketahui bahwa orang tua
mempunyai peranan penting dalam membentuk dan mencetak
anak dalam keluarga. Kedua orang tualah yang pertama kali
memberikan bimbingan kepada anak. Anak yang menjadi baik
adalah tergantung bimbingan orang tua yang baik dan anak akan
menjadi buruk juga tergantung bimbingan orang tua yang tidak
baik. Jadi, baik buruknya anak adalah tergantung pada bimbingan
orang tua.
c. Dasar Psikologis
Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu.
Landasan
psikologis
dalam
bimbingan
berarti
memberikan
pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran
layanan. Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
adalah tingkah laku, klien yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah
atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah
yang
dihadapinya
atau
ingin
mencapai
tujuan-tujuan
yang
dikehendakinya .
Tingkah laku secara sederhana batasan tingkah laku adalah
gerak gerik hidup individu yang data dirumuskan dalam bentuk
kata kerja. Segenap kata kerja yang dapat dijumpai di dalam kamus
bahasa dan kata kerja bentukan menggambarkan tingkah laku
tertentu. Jenis dan jumlah tingkah laku manusia terus berkembang
sesuai dengan perkembangan budaya mereka. Tingkah laku
individu
tidak
terjadi
dalam
keadaan
kosong,
melainkan
mengandung latar belakang, latar depan, sangkut-paut dan isi
tertentu. Lagi pula, tingkah laku itu berlangsung dalam kaitannya
dengan lingkungan tertentu yang mengandung di dalamnya unsurunsur waktu, tempat dan berbagai kondisi lainnya. Suatu tingkah
laku merupakan perwujudan dari hasil interaksi antara keadaan
interen individu dan keadaan ekstern lingkungan.
d. Dasar Sosial Budaya
Sosial merupakan salah satu dari dimensi kemanusiaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang
diri. Di manapun dan bilamanapun manusia hidup senantiasa
membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna
menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.
Dalam kehidupan kelompok itu, manusia harus mengembangkan
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing
individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka.
Ketentuan- ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma
sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam system
budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendudkungnya.
Rujukan itu, melebihi proses belajar, diwariskan kepada generasi
penerus yang akan melestarikannya. Karena itu masyarakat dan
kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata
uang yahng sama. Sosial budaya mencakupi unsur-unsur sosial
kemasyarakatan yang terkait dengan sosiologi dan kebudayaan.
e. Dasar Pedagogis
Setiap masyarakat, senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan
hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan
salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial. Dengan reproduksi sosial itulah nilai-nilai
budaya
dan
norma-norma
sosial
yang
melandasi
kehidupan
masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya. Karena itu
berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendidik anggotanya,
seperti menceritakan dongeng-dongeng mitos, menanamkan etika
sosial dan memberitahu, menegur dan ketaladanan; melalui
permainan, terutama yang memperkenalkan peran-peran sosial,
serta lain-lain kegiatan di antara teman sebaya, dan kerabat .
3. Tujuan Perhatian Orang Tua.
Menurut I. Djumhur & Moh. Surya, tujuan perhatian
orang tua terhadap anak adalah:
a. Membantu anak untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi hasil belajar serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu
proses
sosialisasi
dan
sensitivitas
kepada
kebutuhan orang. membantu anak untuk mengembangkan
motif-motif
intrinsic
dalam
belajar,
sehingga
tercapai
kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan.
c. Memberikan
pemecahan
dorongan
masalah,
di
dalam
pengarahan
diri,
keputusan
dan
pengambilan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
d. Mengembangkan
nilai
dan
sikap
menyeluruh,
serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance).
e. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.
f. Membantu anak untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
dalam
penyesuaian
diri
secara
maksimal
terhadapmasyarakat.
g. Membantu anak untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fsik, mental dan sosial.
Sedangkan menurut Yusuf Gunawan, tujuan perhatian
orang tua sebagaimana tujuan bimbingan adalah:
a. Agar anak mengerti diri dan lingkungannya. Mengerti diri
meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat,
cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki untuk pengembangan
dirinya.
b. Mampu
hidupnya
memilih,
memutuskan,
secara
bijaksana,
dan
baik
merencanakan
dalam
pendidikan,
pekerjaan dan sosio-pribadi.Mengembangkan kemampuan
dan kesanggupannya secara maksimal.
c. Memecahkan
masalah
bijaksana.Mengelola
mengembangkan
yang
dihadapi
aktiftas
sudut
pandangnya
secara
kehidupannya,
dan
mengambil
keputusan serta mempertanggungjawabkannya.
d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta
bersikap
sesuai
dengan
tuntutan
dan
keadaan
lingkungannya.13
Adapun menurut Oemar Hamalik, tujuan perhatian orang tua
sebagaimana tujuan bimbingan belajar adalah :
a. Agar anak bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri
dan menggunakan pengetahuannya secara efektif.
b. Agar anak menjalani kehidupannya sekarang secara efektifdan
menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.
c. Agar semua potensi anak berkembang secara optimal meliputi
semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.
4. Indikator Perhatian Orang Tua
Indikator perhatian orang tua diantaranya meliputi :
a.
13
Bimbingan orang tua dalam belajar anak.
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Prenhalindo, 2001), hlm. 41-42
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
adalah faktor sosial, yang meliputi hubungan dengan keluarga,
hubungan dengan sekolah dan hubungan dengan masyarakat.
Menurut Mihibbin Syah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu: faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor cara belajar,
faktor lingkungan keluarga dan faktor sekolah . Termasuk factor
sosial adalah faktor bimbingan orang tua.
Bimbingan orang tua dalam belajar dapat membantu anak dalam
hal :
1. Membuat
pilihan-pilihan,
penyesuaian-penyesuaian
dan
interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi
tertentu.
2. Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
3.
Menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekadar mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berguna saja.
4. Pemberian nasihat orang tua kepada anak agar rajin belajar.14
Pemberian nasehat adalah pemberitahuan seseorang tentang
sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat
agar dia tidak melakukannya. Termasuk nasehat adalah nasihat,
peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, nasehat dapat
disebut juga al- amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar. Nasehat
atau al-amr bil- ma'ruf wan nahyu 'anil munkar merupakan salah
satu metode yang dianjurkan oleh Allah . Dalam hal pemberian
nasehast ini Allah SWT berfrman :
ادعوالى سبيل ربكم بالحكمة والموعضة الحسنة وجادالهم بالتى هي
احسن
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
(QS. An-Nahl: 125) .
b.
14
Pengawasan orang tua
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hal. 59
Pengawasan orang tua mrupakan hal yang sangat diperlukan
bagi perkembangan anak, khususnya dalam belajar anak. Orang
tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
anak, oleh karena itu orang tua wajib memberikan pengawasan
kepada anak. Baik buruknya kehidupan anak tergantung orang tua.
Anak menjadi buruk tingkah lakunya atau menjadi baik dan terpuji
tingkah lakunya juga sangat tergantung pada orang tua. Demikian
pula sukses tidaknya anak dalam belajar tergantung pengawasan
orang tua. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Aswad bin Sari ’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Setiap
anak dilahirkan atas ftrah (kesucian agama yang sesuai dengan
nurani) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanya yang
menjadikan dia beragama yahudi, nasrani atau majusi’. (HR. Abu
Ya’la, Thabrani dan Baihaqi)
Berdasarkan hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengawasan orang tua sangat diperlukan karena baik buknya anak
tergantung pada orang tua dalam mengawasi anak.
c.
Pemberian motivasi dalam belajar.
Pemberian motivasi dalam belajar dapat membantu anak dalam:
1. Memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi,
watak,
minat,
sikap
dan
kebiasaannya
agar
ia
dapat
menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat
dan
kemampuan
dan
membantu
siswa
itu
untuk
menentukan cara yang efektif dan efesien dalam menyelesaikan
bidang pendidikan yang dipilihnya agar tercapai hasil yang dia
harapkan.
3. Memperoleh
kemungkinan
gambaran
dalam
yang
lapangan
jelas
tentang
pekerjaan
kemungkinan-
agar
ia
dapat
melakukan pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan
tersebut. Disamping itu, membantunya untuk dapat kemajuan
yang
memuaskan
dalam
pekerjaan
sambil
memberikan
sumbangan secara rasional terhadap masyarakat.
Pengertian Akidah Akhlak
Kata “akidah’ secata etimologis berasal dari kata
‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘aqdan berarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi kata ‘akidah
maka berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan
‘akidah adalah keyakinan itu tesimpul dengan kokoh di dalam
hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.15
Secara terminologis (istilah), terdapat beberapa defnisi,
antara
lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna, bahwa ‘aqaid (bentuk jama’dari
akidah)
adalah
beberapa
perkara
yang
wajib
diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu- raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabar Al-Jazairy, bahwa akidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia beradasarkan akal, wahyu dan ftrah.
Kebenaran itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan
tidak ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Sedangkan kata “akhlak’ berasal dari akar kata “kholaqayakhluqu-kholqon-khuluqon-akhlaqon”
yang
berartitabi’at
atau
watak. Dari sini banyak para ulama yang membagi akhlak menjadi
dua
bagian,
yakni
akhlak
mahmudah
(terpuji)
dan
madzmumah (tercela).16
15
16
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993), hal. 1-2
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja, Jilid IV. 1993)
akhlak
Akhlak terpuji merupakan penyebab kebahagiaan di dunia dan
akhirat, mengangkat pemiliknya kederajat malaikat muqarrabin
(yang dekat Allah), sedangkan akhlak yang buruk adalah racun
pembunuh dan perbuatan buruk yang dapat menjauhkan diri dari
rahmat Tuhan.
Menurut Ahmad Amin akhlak ialah kebiasaan kehendak atau
menangnya keinginan manusia yang berlangsung bertrut-turut dan
berulang-ulang sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan
yang kemudian membentuk watak begitu lekat dengan jiwanya.17
B. Kerangka Berfkir
Pendidikan
karakter
merupakan
bentuk
pendidikan
yang
mengedepankan nilai moral dan nilai keagamaan melalui berbagai
aspek kehidupan mulai dari kesopanan serta keserasian antara
Berdasarkan landasan teori dan penelitian yang relevan diatas,
maka kerangka berfkir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar i
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pendidikan karakter
( X1 )
17
R1
Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1993)
Akidah Akhlak
(Y)
Perhatian orang tua
R
R2
C. Hipotesis
Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
terhadap
rumusan
masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Dikatakan
sementara,
karena
jawaban
yang
diberikan
baru
berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
hipotetis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiris dengan data. Adapun
hipotesis yang kami ajukan dan akan diuji kebenaranya dalam proses
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. BagaimanaSignifikansi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
5. Bagaimana bentuk signifikansi perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?
6. Adakah signifikansi korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian ini fled research, yaitu
penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilingkungan tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti melaukan studi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang kongkrit dengan cara menyebar angket.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan
adalah
pendeekatan
kuantitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
perhitungan yang diamati yang diolah dengan data statistic.
C.Populasi dan Sampel
Populasi
subyek/obyek
ditetapkan
adalah
yang
oleh
wilayah
generalisasi
mempunyai
kualitas
peneliti
untuk
dipelajari
yang
dan
dan
terdiri
atas
karakteristik
kemudian
:
yang
ditarik
kesimpulanya.
Sampel adalah sebagian dari
populasi, pengambilan sampel
tersebut didasarkan atas pendapat Suharsimi Arikunto yang memberikan
batasan jika subyek yang diteliti kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, tetapi apabila pupolasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10%15% atau 20%-25% atau lebih.
D. Variable dan Indikator
Variabel penelitian adalah suatu atribut suatu sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kgiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulan. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah :
1. Ppergaulan remaja, sebagai variable independen ( bebas) pertama
disebut variable X1, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi bergaul dengan teman-teman sebaya
b. Bimbingan orang tua
c. Teman bergaul
d. Tata cara bergaul
2. Lingkungan social sebagai variable independen (bebas) kedua disebut
variable X2, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi social
b. Nilai dan norma social
c. Kegiatan social keagamaan
3. Pendidikan agama Islam sebagai variable dependen ( terikat ) disebut
variable Y, dengan indicator sebagai berikut :
a. Mampu meningkatkan kemampuan untuk beribadah
b. Mampu mematuhi aturan ( hukum ) dalam agama Islam
c. Mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan pedoman al Qur’an
dan hadits.
Adapun desain penelitian sebgai berikut :
X1
Y
X2
Keterangan :
X1
: pergaulan remaja
X2
: lingkungan sosial
Y
: Pendidikan agama Islam
E.Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatanya dalam mengumpulkan data agar krgiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Hal ini penulis
menggunakan
instrument
penelitian
berupa
pedoman
observasi,
pedoman wawancara, dan angket terbuka.
Ada dua buah instrument yang harus dikembangkan, yaitu variable
X1 tentang pergaulan remaja dan variable X2 tentang lingkyngan social,
dan variable Y tentang pendidikan agama Islam. Dan adapun instrument
yang berupa angket terbuka adalah seperti dibawah ini :
Tabel 1
Kisi-kisi angket Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian
Pendidikan
Karakter
Indikator
No. Item
Istrumen
1. Nilai budi luhur
1,2,3
2. Bimbingan orang tua
3. Kecedasan emosional
4,5,6.7
4. Berfkir kritis
8,9,10,11
12,13,14,15
Perhatian
Orang tua
Pendidikan
1. Interaksiorang tua
1,2,3,4,5
2. Peran orang tua
6,7,8,9,10
3. Kegiatan social
11,12,13,14,15
keagamaan
1. Mampu meningkatkan
1,2,3,4,5
kemauan untuk beribdah
agama
2. Mampu mematuhi aturan (
Islam
hukum ) dalam agama
(Akidah
Akhlak)
6,7,8,9,10
Islam
11,12,13,14,15
3. Mampu menjalankan
kehidupan sesuai denngan
pedoman al Qur’an dan
hadits
F.Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penyusunan proposal ini
penulis peroleh dari dua sumber :
1. Data Lapangan
Data lapangan adalah pengumpulan data di lapangan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data
yang riil.
Untuk
memperoleh
data
lapangan,
beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode observasi
penulis
menggunakan
Metode ini di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
b. Metode angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
2. Data Literer
Data literer merupakan pengumpulan data dari sumber keustakaan.
Data kepustakaan ini tentu saja berkaitan dengan pokok bahasan
skripsi ini yaitu pergaulan remaja dan lingkungan social serta
pendidikan agama Islam.
G. Teknik Analisis Data
Setelah
data
–data
terkumpul
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan statistic. Adapun tahapanya sebagai berikut :
1. Analisis pendahuluan
Pada tahapan ini data yang terkumpul dikelompok kan kemudian
dimasukan dalam table distribusi frekuensi secara sederhana untuk
setiap variable yang ada dalam penelitian. Sedankan pada setiap item
pilihan dalam angket kana diberi penskoran dengan standar sebagai
berikut :
a. Untuk alternatif jawaban A dengan skor 4
b. Untuk alternatif jawaban B dengan skor 3
c. Untuk alternatif jawaban C dengan skor 2
d. Untuk alternatif jawaban D dengan skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisi uji hipotesis adalah tahap pembuktian kebenaran hipotesis
yang
penulis
ajukan.
Dalam
analisa
ini
penulis
mengadakan
perhitungan lebih lanjut pada table distribusi frekuensi dengan
menguji hipotesis. Adapun pengujian hiotesis ini menggunaan rumus
analisis regresi. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan dua
variable berupa hubungan kausal atau fungsional. Kita menggunakan
analisis regresi
dependen
atau
apabila kita ingin mengetahui bagaimana variable
criteria
dapat
diprediksikan
melalui
variable
independen atau predictor.
Dalam analisis hipotesis ini menggunakan rumus regresi ganda,
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat table penolong
b. Mencari masing-masing standar deviasi
c. Menghitung nilai a, b1 dan b2
d. Membuat persamaan regresi
e. Mencari koefsien determinasi
f. Mencari nilai F Reg
3. Analisis Lanjut
Setelah diketahui hasilnya
maka diinterprestasikan dengan
nilai Freg dengan Ftabel pada taraf signifkan 5% dan 1% jika nila F reg
lebih besar atau sama dengan Ftabel berarti hasil penelitian adalah
signifkan atau hipotesis yang telah diajukan diterima. Begitu
sebaliknya jika nilai Freg lebih kecil dari pada nilai Ftabel berarti hasil
penelitian adalah non signifkan atau hipotesis yang telah diajukan
ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, 2011,
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja,
Jilid IV. 1993)
Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 1993)
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993)
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009
Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1995)
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
PROPOSAL
Disusun guna memenuhi tugas akhir semester
Mata kuliah : Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen pengampu : Zaenal Khafidzin, M. Ag
Disusun oleh :
Imam Ahmad Badawi
(1310110441)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membangun kecerdasan sekaligus
kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terusmenerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan
generasi yang diharapkan. Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan
diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya
perbaikan kualitas pendidikan adalah melalui pendidikan karakter.1
Akan tetapi tidak serta merta bertumpu pada pendidikan karakter saja yang
berorientasi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Perhatian orang tua merupakan nilai awal yang mempengaruhi sifat peserta didik sebelum
pendidikan karakter diajarkan kepada mereka.
Dewasa ini banyak sekali kejadian yang memilukan, mulai dari Vandalisme,
kriminalisasi, serta perbuatan anarkis yang di lakukan oleh kalangan pelajar yang bukan
tidak mungkin semua itu berasal dari didikan sekolahnya yang tidak menanamkan
karakter emosi yang positif kepada peserta didik dengan baik.
Pendidikan akidah akhlaq merupakan cabang dari pendidikan agama islam dimana
satu-satunya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat
manusia dan menanamkan nilai-nilai budi luhur. Didalam pendidikan tentunya banyak
faktor dimana keberhasilan menanamkan nilai budi pekerti merupakan tolak ukur
keberhasilan pencapaiannya. Namun ironisnya banyak pihak-pihak yang mendirikan
instansi hanya demi bisnis, bukan semata-mata demi kepentingan kemajuan dunia
pendidikan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal yang telah disebutkan diatas dan
bagaimana untuk memberi solusi agar proses pembelajaran dan penanaman budi pekerti
1
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2011),
hal.9.
menjadi lebih baik maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peran Pendidikan
Karakter Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Mata Pelajaran Akidah Akhlak”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menghindari adanya kemungkinan
penafsiran yang salah berhubungan dengan judul diatas, maka penulis jelaskan terlebih
dahulu istilah-istilah yang terdapat didalamnya sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang baik
kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai
pengetahuan, kesadaran, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.
2. Perhatian orang tua
Segala bentuk kasih sayang orang tua yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap
dan ucapan yang mampu memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka.
C. Batasan Masalah
Adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah akan diteliti. Maka dari itu peneliti memberi batasan
penelitian pada pendidikan karakter dan perhatian orang tua terhadap
mata pembelajaran aqidah akhlak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas penulis memberikan pokok permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
2. Bagaimana bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?
3. Adakah korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak.
2. Untuk mengetahui bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak.
3. Untuk mengetahui Korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara akademiis maupun
praktis secara berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pendidikan khususnya pada psikologi pendidikan
agama islam dan bahan dasar untuk penelitian lanjut mengenai pendidikan karakter
dan perhatian orang tua khususnya pengaruhnya terhadap pendidikan agama islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil peneltian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh
para guru didalam mendidiksiswa khususnya pelajar PAI pada lembaga-lembaga
formal.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter.
Karakter merupakan nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.2 Sedangkan orang yang berkarakter adalah orang yang
dapat
merespon
segala
situasi
secara
bermoral
dan
dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku
yang baik.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral
(moral knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral
(moral
behavior).3
Berdasarkan
ketiga
komponen
ini
dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan
kebaikan.
Bagan
dibawah
ini
merupakan
bagan
keterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
2
Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), hal.43
3
Ibid, hal. 50
Gambar: keterkaitan antara komponen moral dalam rangka
pembentukan karakter yang baik menurut Lickona.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter yang baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga
sekolah
sehingga
mempunyai
pengetahuan,
kesadaran,
dan
tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.4 Menurut Fakry
Gafar, Pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu.” Dalam defnisi tersebut ada tiga pikiran penting, yaitu:
a. Proses transformasi nilai-nilai
b. Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan
c. Menjadi satu dalam perilaku.
Sedangkan
pendidikan
karakter
di
sekolah
sebagai
Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah. Jadi pendidikan karakter di sekolah
mengandung makna:
1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia
yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
4
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hal. 36.
3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).
Tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilia-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau
kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun
koneksi
yang
harmoni
dengan
keluarga
dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Tugas pendidikan karakter selain mengajarkan mana nilai-nilai
kebaikan dan mana nilai-nilai keburukan, justru yang ditekankan
adalah
terhadap
langkah-langkah
hal-hal
yang
penanaman
baik.
kebiasaan
Hasilnya,
individu
(habituation)
diharapkan
mempunyai pemahaman tentang nilai-nilai kebaikan dan nilai
keburukan, mampu merasakan nilai-nilai yang baik dan mau
melakukannya.5
Menurut Suyanto, terdapat sembilan karakter yang berasal
dari nilai-nilai luhur universal yang menjadi tujuan pendidikan
karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
2. Kemandirian dan tanggung jawab.
3. Kejujuran/amanah.
4. Hormat dan santun.
5. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama.
6. Percaya diri dan pekerja keras.
7. Kepemimpinan dan keadilan.
8. Baik dan rendah hati.
9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
5
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 5.
Menurut Diknas (2010) jenis-jenis nilai karakter yang dapat
ditanamkan kepada peserta didik di kelas adalah sebagai berikut :
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan, misalnya,
religius dan taqwa.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, misalnya,
jujur, bertanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, berjiwa wirausaha, dan lain-lain.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, misalnya,
sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada
aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain,
santun, dan lain-lain.
d. Nilai
karakter
dalam
hubungannya
dengan
kebangsaan,
misalnya, nasionalis, menghargai keberagaman, dan lain-lain.
e. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, misalnya,
peduli sosial dan lingkungan.6
Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter,
yaitu
pendekatan
penanaman
nilai
(Inculcation
Approach.) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Dalam pendekatan
ini, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara
lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, stimulasi,
permainan peranan, dan lain-lain.
Perilaku moral (moral action) dapat dievaluasi secara
akurat dengan melakukan observasi dalam jangka waktu yang
relatif
lama
dan
secara
terus
menerus.
Pengamat
atau
pengobservasi harus orang yang sudah mengenal orang-orang
yang diobservasi agar penafsirannya terhadap perilaku yang
muncul tidak salah.
6
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011),
hal. 36.
2. Perhatian Orang Tua.
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perhatian adalah hal
(perbuatan dan sebagainya) memperhatikan, minat dan menaruh.7
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, perhatian adalah cara
menggerakkan bentuk umur cara bergaulnya jiwa dengan bahanbahan dalam medan tingkah laku.8
Adapun
menurut
Muhibbin
Syah,
perhatian
orang
tua
dimaksud adalah segala bentuk kasih sayang orang tua yang
diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan ucapan yang mampu
memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka .
Menurut Sylvia Rimm, perhatian merupakan penghargaan
yang berarti dan tak adanya perhatian bisa menghentikan perilaku
tertentu. Waktu yang dilewatkan berdua dengan anak merupakan
saat yang tepat untuk memberikan perhatian positif bagi mereka.9
Adapun perhatian orang tua yang dimaksud adalah berbagai
upaya orang tua untuk memberikan kasih sayang dan motivasi
kepada anak yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan
ucapan, baik yang dilakukan secara spontan maupun terprogram
dan bersifat terus-menerus, sehingga akan dapat dilihat suatu
dampak dari proses tersebut.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
perhatian orang tua adalah cara yang diberikan oleh orang tua
kepada anak sebagai bentuk kasih sayang melalui perbuatan, sikap
dan
7
ucapan,
baik
yang
dilakukan
secara
spontan
maupun
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1990), hlm. 301
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 23
9
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 75
8
terprogram dan bersifat terus-menerus, sehingga anak menjadi
baik dan mandiri dalam belajar.
2. Dasar-Dasar Perhatian Orang Tua
Dasar-dasar perhatian orang tua meliputi : dasar secara
flosofs, dasar secara religius, dasar secara psikologis, dasar
berdasarkan sosial budaya, dan dasar secara pedagogis.
a. Dasar flosofs.
Filosofs artinya kecintaan terhadap kebijaksanaan. Filsafat
merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses
berfkir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau
hukum-
hukum
dasar
yang
mengatur
alam
semesta
serta
mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke
dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafsika dan lain
sebagainya. Filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya,
seluas-luasnya,
setinggi-tingginya,
selengkap-lengkapnya
serta
setuntas-tuntasnya tentang sesuatu sehingga mengarah pada
hakikat sesuatu.
10
Perhatian orang tua merupakan serangkaian tindakan yang
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana, oleh karena itu
diperlukan pemikiran flosofs tentang berbagai halyang bersangkut
paut dengan bimbingan. Pemikiran dan pemahaman flosofs
menjadi alat yang bermanfaat bagi seorang pembimbing.
b. Dasar Religius.
Unsur keberagamaan terkait erat dengan hakikat, keberadaan
dan peri kehidupan kemanusiaan. Dalam dasar religius dalam
perhatian orang tua ini terdapat tiga hal pokok, yaitu :
10
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 137.
1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Tuhan.
2. Sikap
yang
mendorong
perkembangan
dan
perikehidupan
munusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama.
3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai
dan
meneguhkan
kehidupan
beragama
untuk
membantu
perkembangan dan pemecahan masalah individu. 11
Secara umum dasar religius perhatian orang tua terhadap
anak adalah :
1. Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6, yang berbunyi :
يايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم ناراوقودهاالناس
والحجارةعليهاملئكة لظاشداادييعصونالله ماامرهم ويفعلون
مايعمرون
Hai
orang-orang
yang
beriman,
peliharalah
dirimu
dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan (QS. At-Tahrim; 6)”.
Berdasarkan ayat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa orang tua diperintahkan untuk menjaga keluarganya,
yaitu anak- anaknya agar tidak terjerumus ke dalam api neraka.
Dan salah satu cara untuk menjaga anak dari api neraka adalah
dengan membimbing anak menuju jalan yang benar, sesuai
dengan petunjuk Allah SWT.
2.
Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 17-18, melalui kisah Lukman AlHakim sebagi berikut :
11
RHA. Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992), hlm. 951.
يبني اقم الصلوة وأمر بلمعروفوانه عن المنكر وصبر على مااصابك ان
فايرض مرحاانالله
ويمصعر جذك للناس ويمم
ايمور
ذلك من ام
ييحب كل مجنارفخور
Artinya
:
“Hai
anakku,
dirikanlah
shalat
dan
suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perintah yang munkar dan bersabarlah dengan apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah S.W.T. Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Berdasarkan ayat tersebut, dapat dijadikan suri tauladan yang
baik dan memang seharusnya demikian menurut ajaran Islam,
karena setiap orang tua harus menanamkan keimanan dan
ketaqwaan kepada anak-anaknya. Dengan demikian anak akan
mudah dididik untuk melakukan ibadah, kebiasaan yang dilakukan
pada waktu-waktu tertentu akan menumbuhkan kedisiplinan dan
keaktifan diri tehadap kewajiban lain yang harus dilaksanakan.
3. Al Qur’an Surat Thaha ayat 132:
الصاة واصطببر عليها ينسئلك رمقا نحن نرمقك والعاقبة
وأمراهلك
للتقوى
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertaqwa.(QS. Thooha : 132).”
Perintah mendidik anak-anak untuk mendirikan shalat dan
bersikap sabar dapat dilakukan dengan keteladanan yang baik agar
mereka mampu mendirikan shalat dan mampu memahami bahwa
Allah sendiri yang telah memberi rizki. Keteladan orang tua yang
merupakan katatan beragama dapat berupa keaktifan dalam
beribadah bersama-sama di rumah, mengaji Al-Qur’an bersama dan
membiasakan berbuat baik dalam lingkungan keluarga, yang
dimulai dari perilaku yang baik dari orang tua itu sendiri. Oleh
karena itu harapan Allah kepada kita yang paling utama adalah
agar kita menjadi orang yang taqwa.
4. Al Qur’an Al-An’am ayat 151 :
ربكم عليكم اي مدركوبه شيء
قل معالو امل مالوااملل ماحر
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena
takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
demikian
itu
yang
diperintahkan
kepadamu
supaya
kamu
memahami(nya). (QS. Al An’am).12
Ayat di atas mengajarkan agar kita membimbing anak- anak
kita agar selalu taat kepada Allah, kedua orang tua serta
menanamkan kesadaran bahwa Allah malarang untuk berbuat keji
dan
munkar.
Membimbing
dapat
dilakukan
dengan
melalui
tuntunan yang baik daru orang tua agar anaknya mampu berbuat
sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Kesadaran orang tua
tersebut dilakukan agar anak-anak mampu melaksanakan sendiri
dengan cara melihat apa yang telah dilakukan orang tuanya
tersebut, sehingga mereka memahami apa yang dilakukannya akan
mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri.
12
As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami’us Shaghier (Ter.), (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), hlm. 177.
5.
Hadits Nabi Muhammad tentang awal kejadian manusia yang
berbunyi :
Dari Aswad bin Sari’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Semua anak yang dilahirkan, dilahirkan atas kemurnian sampai
lisannya dapat menerangkan maksudnya, lalu bapak ibunya yang
membuatnya Yahudi, Nasrani atau Majusi’. (HR. Abu Ya’la, Thabrani
dan Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas dapat diketahui bahwa orang tua
mempunyai peranan penting dalam membentuk dan mencetak
anak dalam keluarga. Kedua orang tualah yang pertama kali
memberikan bimbingan kepada anak. Anak yang menjadi baik
adalah tergantung bimbingan orang tua yang baik dan anak akan
menjadi buruk juga tergantung bimbingan orang tua yang tidak
baik. Jadi, baik buruknya anak adalah tergantung pada bimbingan
orang tua.
c. Dasar Psikologis
Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu.
Landasan
psikologis
dalam
bimbingan
berarti
memberikan
pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran
layanan. Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
adalah tingkah laku, klien yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah
atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah
yang
dihadapinya
atau
ingin
mencapai
tujuan-tujuan
yang
dikehendakinya .
Tingkah laku secara sederhana batasan tingkah laku adalah
gerak gerik hidup individu yang data dirumuskan dalam bentuk
kata kerja. Segenap kata kerja yang dapat dijumpai di dalam kamus
bahasa dan kata kerja bentukan menggambarkan tingkah laku
tertentu. Jenis dan jumlah tingkah laku manusia terus berkembang
sesuai dengan perkembangan budaya mereka. Tingkah laku
individu
tidak
terjadi
dalam
keadaan
kosong,
melainkan
mengandung latar belakang, latar depan, sangkut-paut dan isi
tertentu. Lagi pula, tingkah laku itu berlangsung dalam kaitannya
dengan lingkungan tertentu yang mengandung di dalamnya unsurunsur waktu, tempat dan berbagai kondisi lainnya. Suatu tingkah
laku merupakan perwujudan dari hasil interaksi antara keadaan
interen individu dan keadaan ekstern lingkungan.
d. Dasar Sosial Budaya
Sosial merupakan salah satu dari dimensi kemanusiaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang
diri. Di manapun dan bilamanapun manusia hidup senantiasa
membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna
menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.
Dalam kehidupan kelompok itu, manusia harus mengembangkan
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing
individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka.
Ketentuan- ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma
sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam system
budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendudkungnya.
Rujukan itu, melebihi proses belajar, diwariskan kepada generasi
penerus yang akan melestarikannya. Karena itu masyarakat dan
kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata
uang yahng sama. Sosial budaya mencakupi unsur-unsur sosial
kemasyarakatan yang terkait dengan sosiologi dan kebudayaan.
e. Dasar Pedagogis
Setiap masyarakat, senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan
hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan
salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial. Dengan reproduksi sosial itulah nilai-nilai
budaya
dan
norma-norma
sosial
yang
melandasi
kehidupan
masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya. Karena itu
berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendidik anggotanya,
seperti menceritakan dongeng-dongeng mitos, menanamkan etika
sosial dan memberitahu, menegur dan ketaladanan; melalui
permainan, terutama yang memperkenalkan peran-peran sosial,
serta lain-lain kegiatan di antara teman sebaya, dan kerabat .
3. Tujuan Perhatian Orang Tua.
Menurut I. Djumhur & Moh. Surya, tujuan perhatian
orang tua terhadap anak adalah:
a. Membantu anak untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi hasil belajar serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu
proses
sosialisasi
dan
sensitivitas
kepada
kebutuhan orang. membantu anak untuk mengembangkan
motif-motif
intrinsic
dalam
belajar,
sehingga
tercapai
kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan.
c. Memberikan
pemecahan
dorongan
masalah,
di
dalam
pengarahan
diri,
keputusan
dan
pengambilan
keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
d. Mengembangkan
nilai
dan
sikap
menyeluruh,
serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance).
e. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.
f. Membantu anak untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
dalam
penyesuaian
diri
secara
maksimal
terhadapmasyarakat.
g. Membantu anak untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fsik, mental dan sosial.
Sedangkan menurut Yusuf Gunawan, tujuan perhatian
orang tua sebagaimana tujuan bimbingan adalah:
a. Agar anak mengerti diri dan lingkungannya. Mengerti diri
meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat,
cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki untuk pengembangan
dirinya.
b. Mampu
hidupnya
memilih,
memutuskan,
secara
bijaksana,
dan
baik
merencanakan
dalam
pendidikan,
pekerjaan dan sosio-pribadi.Mengembangkan kemampuan
dan kesanggupannya secara maksimal.
c. Memecahkan
masalah
bijaksana.Mengelola
mengembangkan
yang
dihadapi
aktiftas
sudut
pandangnya
secara
kehidupannya,
dan
mengambil
keputusan serta mempertanggungjawabkannya.
d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta
bersikap
sesuai
dengan
tuntutan
dan
keadaan
lingkungannya.13
Adapun menurut Oemar Hamalik, tujuan perhatian orang tua
sebagaimana tujuan bimbingan belajar adalah :
a. Agar anak bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri
dan menggunakan pengetahuannya secara efektif.
b. Agar anak menjalani kehidupannya sekarang secara efektifdan
menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.
c. Agar semua potensi anak berkembang secara optimal meliputi
semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.
4. Indikator Perhatian Orang Tua
Indikator perhatian orang tua diantaranya meliputi :
a.
13
Bimbingan orang tua dalam belajar anak.
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Prenhalindo, 2001), hlm. 41-42
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
adalah faktor sosial, yang meliputi hubungan dengan keluarga,
hubungan dengan sekolah dan hubungan dengan masyarakat.
Menurut Mihibbin Syah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu: faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor cara belajar,
faktor lingkungan keluarga dan faktor sekolah . Termasuk factor
sosial adalah faktor bimbingan orang tua.
Bimbingan orang tua dalam belajar dapat membantu anak dalam
hal :
1. Membuat
pilihan-pilihan,
penyesuaian-penyesuaian
dan
interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi
tertentu.
2. Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
3.
Menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekadar mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berguna saja.
4. Pemberian nasihat orang tua kepada anak agar rajin belajar.14
Pemberian nasehat adalah pemberitahuan seseorang tentang
sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat
agar dia tidak melakukannya. Termasuk nasehat adalah nasihat,
peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, nasehat dapat
disebut juga al- amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar. Nasehat
atau al-amr bil- ma'ruf wan nahyu 'anil munkar merupakan salah
satu metode yang dianjurkan oleh Allah . Dalam hal pemberian
nasehast ini Allah SWT berfrman :
ادعوالى سبيل ربكم بالحكمة والموعضة الحسنة وجادالهم بالتى هي
احسن
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
(QS. An-Nahl: 125) .
b.
14
Pengawasan orang tua
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hal. 59
Pengawasan orang tua mrupakan hal yang sangat diperlukan
bagi perkembangan anak, khususnya dalam belajar anak. Orang
tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
anak, oleh karena itu orang tua wajib memberikan pengawasan
kepada anak. Baik buruknya kehidupan anak tergantung orang tua.
Anak menjadi buruk tingkah lakunya atau menjadi baik dan terpuji
tingkah lakunya juga sangat tergantung pada orang tua. Demikian
pula sukses tidaknya anak dalam belajar tergantung pengawasan
orang tua. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Aswad bin Sari ’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Setiap
anak dilahirkan atas ftrah (kesucian agama yang sesuai dengan
nurani) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanya yang
menjadikan dia beragama yahudi, nasrani atau majusi’. (HR. Abu
Ya’la, Thabrani dan Baihaqi)
Berdasarkan hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengawasan orang tua sangat diperlukan karena baik buknya anak
tergantung pada orang tua dalam mengawasi anak.
c.
Pemberian motivasi dalam belajar.
Pemberian motivasi dalam belajar dapat membantu anak dalam:
1. Memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi,
watak,
minat,
sikap
dan
kebiasaannya
agar
ia
dapat
menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat
dan
kemampuan
dan
membantu
siswa
itu
untuk
menentukan cara yang efektif dan efesien dalam menyelesaikan
bidang pendidikan yang dipilihnya agar tercapai hasil yang dia
harapkan.
3. Memperoleh
kemungkinan
gambaran
dalam
yang
lapangan
jelas
tentang
pekerjaan
kemungkinan-
agar
ia
dapat
melakukan pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan
tersebut. Disamping itu, membantunya untuk dapat kemajuan
yang
memuaskan
dalam
pekerjaan
sambil
memberikan
sumbangan secara rasional terhadap masyarakat.
Pengertian Akidah Akhlak
Kata “akidah’ secata etimologis berasal dari kata
‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘aqdan berarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi kata ‘akidah
maka berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan
‘akidah adalah keyakinan itu tesimpul dengan kokoh di dalam
hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.15
Secara terminologis (istilah), terdapat beberapa defnisi,
antara
lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna, bahwa ‘aqaid (bentuk jama’dari
akidah)
adalah
beberapa
perkara
yang
wajib
diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu- raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabar Al-Jazairy, bahwa akidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia beradasarkan akal, wahyu dan ftrah.
Kebenaran itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan
tidak ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Sedangkan kata “akhlak’ berasal dari akar kata “kholaqayakhluqu-kholqon-khuluqon-akhlaqon”
yang
berartitabi’at
atau
watak. Dari sini banyak para ulama yang membagi akhlak menjadi
dua
bagian,
yakni
akhlak
mahmudah
(terpuji)
dan
madzmumah (tercela).16
15
16
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993), hal. 1-2
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja, Jilid IV. 1993)
akhlak
Akhlak terpuji merupakan penyebab kebahagiaan di dunia dan
akhirat, mengangkat pemiliknya kederajat malaikat muqarrabin
(yang dekat Allah), sedangkan akhlak yang buruk adalah racun
pembunuh dan perbuatan buruk yang dapat menjauhkan diri dari
rahmat Tuhan.
Menurut Ahmad Amin akhlak ialah kebiasaan kehendak atau
menangnya keinginan manusia yang berlangsung bertrut-turut dan
berulang-ulang sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan
yang kemudian membentuk watak begitu lekat dengan jiwanya.17
B. Kerangka Berfkir
Pendidikan
karakter
merupakan
bentuk
pendidikan
yang
mengedepankan nilai moral dan nilai keagamaan melalui berbagai
aspek kehidupan mulai dari kesopanan serta keserasian antara
Berdasarkan landasan teori dan penelitian yang relevan diatas,
maka kerangka berfkir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar i
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pendidikan karakter
( X1 )
17
R1
Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1993)
Akidah Akhlak
(Y)
Perhatian orang tua
R
R2
C. Hipotesis
Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
terhadap
rumusan
masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Dikatakan
sementara,
karena
jawaban
yang
diberikan
baru
berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
hipotetis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiris dengan data. Adapun
hipotesis yang kami ajukan dan akan diuji kebenaranya dalam proses
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. BagaimanaSignifikansi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
5. Bagaimana bentuk signifikansi perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?
6. Adakah signifikansi korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian ini fled research, yaitu
penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilingkungan tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti melaukan studi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang kongkrit dengan cara menyebar angket.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan
adalah
pendeekatan
kuantitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
perhitungan yang diamati yang diolah dengan data statistic.
C.Populasi dan Sampel
Populasi
subyek/obyek
ditetapkan
adalah
yang
oleh
wilayah
generalisasi
mempunyai
kualitas
peneliti
untuk
dipelajari
yang
dan
dan
terdiri
atas
karakteristik
kemudian
:
yang
ditarik
kesimpulanya.
Sampel adalah sebagian dari
populasi, pengambilan sampel
tersebut didasarkan atas pendapat Suharsimi Arikunto yang memberikan
batasan jika subyek yang diteliti kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, tetapi apabila pupolasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10%15% atau 20%-25% atau lebih.
D. Variable dan Indikator
Variabel penelitian adalah suatu atribut suatu sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kgiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulan. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah :
1. Ppergaulan remaja, sebagai variable independen ( bebas) pertama
disebut variable X1, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi bergaul dengan teman-teman sebaya
b. Bimbingan orang tua
c. Teman bergaul
d. Tata cara bergaul
2. Lingkungan social sebagai variable independen (bebas) kedua disebut
variable X2, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi social
b. Nilai dan norma social
c. Kegiatan social keagamaan
3. Pendidikan agama Islam sebagai variable dependen ( terikat ) disebut
variable Y, dengan indicator sebagai berikut :
a. Mampu meningkatkan kemampuan untuk beribadah
b. Mampu mematuhi aturan ( hukum ) dalam agama Islam
c. Mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan pedoman al Qur’an
dan hadits.
Adapun desain penelitian sebgai berikut :
X1
Y
X2
Keterangan :
X1
: pergaulan remaja
X2
: lingkungan sosial
Y
: Pendidikan agama Islam
E.Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatanya dalam mengumpulkan data agar krgiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Hal ini penulis
menggunakan
instrument
penelitian
berupa
pedoman
observasi,
pedoman wawancara, dan angket terbuka.
Ada dua buah instrument yang harus dikembangkan, yaitu variable
X1 tentang pergaulan remaja dan variable X2 tentang lingkyngan social,
dan variable Y tentang pendidikan agama Islam. Dan adapun instrument
yang berupa angket terbuka adalah seperti dibawah ini :
Tabel 1
Kisi-kisi angket Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian
Pendidikan
Karakter
Indikator
No. Item
Istrumen
1. Nilai budi luhur
1,2,3
2. Bimbingan orang tua
3. Kecedasan emosional
4,5,6.7
4. Berfkir kritis
8,9,10,11
12,13,14,15
Perhatian
Orang tua
Pendidikan
1. Interaksiorang tua
1,2,3,4,5
2. Peran orang tua
6,7,8,9,10
3. Kegiatan social
11,12,13,14,15
keagamaan
1. Mampu meningkatkan
1,2,3,4,5
kemauan untuk beribdah
agama
2. Mampu mematuhi aturan (
Islam
hukum ) dalam agama
(Akidah
Akhlak)
6,7,8,9,10
Islam
11,12,13,14,15
3. Mampu menjalankan
kehidupan sesuai denngan
pedoman al Qur’an dan
hadits
F.Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penyusunan proposal ini
penulis peroleh dari dua sumber :
1. Data Lapangan
Data lapangan adalah pengumpulan data di lapangan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data
yang riil.
Untuk
memperoleh
data
lapangan,
beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode observasi
penulis
menggunakan
Metode ini di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
b. Metode angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
2. Data Literer
Data literer merupakan pengumpulan data dari sumber keustakaan.
Data kepustakaan ini tentu saja berkaitan dengan pokok bahasan
skripsi ini yaitu pergaulan remaja dan lingkungan social serta
pendidikan agama Islam.
G. Teknik Analisis Data
Setelah
data
–data
terkumpul
selanjutnya
dianalisis
dengan
menggunakan statistic. Adapun tahapanya sebagai berikut :
1. Analisis pendahuluan
Pada tahapan ini data yang terkumpul dikelompok kan kemudian
dimasukan dalam table distribusi frekuensi secara sederhana untuk
setiap variable yang ada dalam penelitian. Sedankan pada setiap item
pilihan dalam angket kana diberi penskoran dengan standar sebagai
berikut :
a. Untuk alternatif jawaban A dengan skor 4
b. Untuk alternatif jawaban B dengan skor 3
c. Untuk alternatif jawaban C dengan skor 2
d. Untuk alternatif jawaban D dengan skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisi uji hipotesis adalah tahap pembuktian kebenaran hipotesis
yang
penulis
ajukan.
Dalam
analisa
ini
penulis
mengadakan
perhitungan lebih lanjut pada table distribusi frekuensi dengan
menguji hipotesis. Adapun pengujian hiotesis ini menggunaan rumus
analisis regresi. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan dua
variable berupa hubungan kausal atau fungsional. Kita menggunakan
analisis regresi
dependen
atau
apabila kita ingin mengetahui bagaimana variable
criteria
dapat
diprediksikan
melalui
variable
independen atau predictor.
Dalam analisis hipotesis ini menggunakan rumus regresi ganda,
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat table penolong
b. Mencari masing-masing standar deviasi
c. Menghitung nilai a, b1 dan b2
d. Membuat persamaan regresi
e. Mencari koefsien determinasi
f. Mencari nilai F Reg
3. Analisis Lanjut
Setelah diketahui hasilnya
maka diinterprestasikan dengan
nilai Freg dengan Ftabel pada taraf signifkan 5% dan 1% jika nila F reg
lebih besar atau sama dengan Ftabel berarti hasil penelitian adalah
signifkan atau hipotesis yang telah diajukan diterima. Begitu
sebaliknya jika nilai Freg lebih kecil dari pada nilai Ftabel berarti hasil
penelitian adalah non signifkan atau hipotesis yang telah diajukan
ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, 2011,
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja,
Jilid IV. 1993)
Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 1993)
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993)
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009
Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1995)