Contoh Proposal Penelitian Kuantitatif Indonesia

PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP
PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

PROPOSAL
Disusun guna memenuhi tugas akhir semester
Mata kuliah : Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen pengampu : Zaenal Khafidzin, M. Ag

Disusun oleh :
Imam Ahmad Badawi

(1310110441)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PAI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membangun kecerdasan sekaligus

kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terusmenerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan
generasi yang diharapkan. Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan
diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya
perbaikan kualitas pendidikan adalah melalui pendidikan karakter.1
Akan tetapi tidak serta merta bertumpu pada pendidikan karakter saja yang
berorientasi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Perhatian orang tua merupakan nilai awal yang mempengaruhi sifat peserta didik sebelum
pendidikan karakter diajarkan kepada mereka.
Dewasa ini banyak sekali kejadian yang memilukan, mulai dari Vandalisme,
kriminalisasi, serta perbuatan anarkis yang di lakukan oleh kalangan pelajar yang bukan
tidak mungkin semua itu berasal dari didikan sekolahnya yang tidak menanamkan
karakter emosi yang positif kepada peserta didik dengan baik.
Pendidikan akidah akhlaq merupakan cabang dari pendidikan agama islam dimana
satu-satunya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat
manusia dan menanamkan nilai-nilai budi luhur. Didalam pendidikan tentunya banyak
faktor dimana keberhasilan menanamkan nilai budi pekerti merupakan tolak ukur
keberhasilan pencapaiannya. Namun ironisnya banyak pihak-pihak yang mendirikan
instansi hanya demi bisnis, bukan semata-mata demi kepentingan kemajuan dunia

pendidikan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal yang telah disebutkan diatas dan
bagaimana untuk memberi solusi agar proses pembelajaran dan penanaman budi pekerti

1

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2011),
hal.9.

menjadi lebih baik maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peran Pendidikan
Karakter Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Mata Pelajaran Akidah Akhlak”.

B. Identifikasi Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menghindari adanya kemungkinan
penafsiran yang salah berhubungan dengan judul diatas, maka penulis jelaskan terlebih
dahulu istilah-istilah yang terdapat didalamnya sebagai berikut :
1. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang baik
kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai
pengetahuan, kesadaran, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.

2. Perhatian orang tua
Segala bentuk kasih sayang orang tua yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap
dan ucapan yang mampu memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka.

C. Batasan Masalah
Adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah akan diteliti. Maka dari itu peneliti memberi batasan
penelitian pada pendidikan karakter dan perhatian orang tua terhadap
mata pembelajaran aqidah akhlak.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas penulis memberikan pokok permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
2. Bagaimana bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?

3. Adakah korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian siswa?
E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah
Akhlak.
2. Untuk mengetahui bentuk perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak.
3. Untuk mengetahui Korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara akademiis maupun
praktis secara berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pendidikan khususnya pada psikologi pendidikan
agama islam dan bahan dasar untuk penelitian lanjut mengenai pendidikan karakter
dan perhatian orang tua khususnya pengaruhnya terhadap pendidikan agama islam.
2. Manfaat Praktis
Hasil peneltian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh
para guru didalam mendidiksiswa khususnya pelajar PAI pada lembaga-lembaga
formal.


BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter.
Karakter merupakan nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.2 Sedangkan orang yang berkarakter adalah orang yang
dapat

merespon

segala

situasi

secara


bermoral

dan

dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku
yang baik.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral
(moral knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral
(moral

behavior).3

Berdasarkan

ketiga

komponen

ini


dapat

dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan

kebaikan.

Bagan

dibawah

ini

merupakan

bagan

keterkaitan ketiga kerangka pikir ini.


2

Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2011), hal.43
3
Ibid, hal. 50

Gambar: keterkaitan antara komponen moral dalam rangka
pembentukan karakter yang baik menurut Lickona.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter yang baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga
sekolah

sehingga

mempunyai

pengetahuan,

kesadaran,


dan

tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.4 Menurut Fakry
Gafar, Pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu.” Dalam defnisi tersebut ada tiga pikiran penting, yaitu:
a. Proses transformasi nilai-nilai
b. Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan
c. Menjadi satu dalam perilaku.
Sedangkan

pendidikan

karakter

di

sekolah


sebagai

Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah. Jadi pendidikan karakter di sekolah
mengandung makna:
1. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi
dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.
2. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia
yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
4

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
hal. 36.

3. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).
Tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilia-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau
kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun

koneksi

yang

harmoni

dengan

keluarga

dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Tugas pendidikan karakter selain mengajarkan mana nilai-nilai
kebaikan dan mana nilai-nilai keburukan, justru yang ditekankan
adalah
terhadap

langkah-langkah
hal-hal

yang

penanaman
baik.

kebiasaan

Hasilnya,

individu

(habituation)
diharapkan

mempunyai pemahaman tentang nilai-nilai kebaikan dan nilai
keburukan, mampu merasakan nilai-nilai yang baik dan mau
melakukannya.5
Menurut Suyanto, terdapat sembilan karakter yang berasal
dari nilai-nilai luhur universal yang menjadi tujuan pendidikan
karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu:
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
2. Kemandirian dan tanggung jawab.
3. Kejujuran/amanah.
4. Hormat dan santun.
5. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama.
6. Percaya diri dan pekerja keras.
7. Kepemimpinan dan keadilan.
8. Baik dan rendah hati.
9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
5

Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 5.

Menurut Diknas (2010) jenis-jenis nilai karakter yang dapat
ditanamkan kepada peserta didik di kelas adalah sebagai berikut :
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan, misalnya,
religius dan taqwa.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, misalnya,
jujur, bertanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, berjiwa wirausaha, dan lain-lain.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, misalnya,
sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada
aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain,
santun, dan lain-lain.
d. Nilai

karakter

dalam

hubungannya

dengan

kebangsaan,

misalnya, nasionalis, menghargai keberagaman, dan lain-lain.
e. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, misalnya,
peduli sosial dan lingkungan.6
Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter,

yaitu

pendekatan

penanaman

nilai

(Inculcation

Approach.) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Dalam pendekatan
ini, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara
lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, stimulasi,
permainan peranan, dan lain-lain.
Perilaku moral (moral action) dapat dievaluasi secara
akurat dengan melakukan observasi dalam jangka waktu yang
relatif

lama

dan

secara

terus

menerus.

Pengamat

atau

pengobservasi harus orang yang sudah mengenal orang-orang
yang diobservasi agar penafsirannya terhadap perilaku yang
muncul tidak salah.

6

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011),
hal. 36.

2. Perhatian Orang Tua.
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perhatian adalah hal
(perbuatan dan sebagainya) memperhatikan, minat dan menaruh.7
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, perhatian adalah cara
menggerakkan bentuk umur cara bergaulnya jiwa dengan bahanbahan dalam medan tingkah laku.8
Adapun

menurut

Muhibbin

Syah,

perhatian

orang

tua

dimaksud adalah segala bentuk kasih sayang orang tua yang
diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan ucapan yang mampu
memberikan motivasi atau daya dorong positif bagi anak-anak
mereka .
Menurut Sylvia Rimm, perhatian merupakan penghargaan
yang berarti dan tak adanya perhatian bisa menghentikan perilaku
tertentu. Waktu yang dilewatkan berdua dengan anak merupakan
saat yang tepat untuk memberikan perhatian positif bagi mereka.9
Adapun perhatian orang tua yang dimaksud adalah berbagai
upaya orang tua untuk memberikan kasih sayang dan motivasi
kepada anak yang diproyeksikan melalui perbuatan, sikap dan
ucapan, baik yang dilakukan secara spontan maupun terprogram
dan bersifat terus-menerus, sehingga akan dapat dilihat suatu
dampak dari proses tersebut.
Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

perhatian orang tua adalah cara yang diberikan oleh orang tua
kepada anak sebagai bentuk kasih sayang melalui perbuatan, sikap
dan

7

ucapan,

baik

yang

dilakukan

secara

spontan

maupun

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1990), hlm. 301
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 23
9
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 75
8

terprogram dan bersifat terus-menerus, sehingga anak menjadi
baik dan mandiri dalam belajar.
2. Dasar-Dasar Perhatian Orang Tua
Dasar-dasar perhatian orang tua meliputi : dasar secara
flosofs, dasar secara religius, dasar secara psikologis, dasar
berdasarkan sosial budaya, dan dasar secara pedagogis.

a. Dasar flosofs.
Filosofs artinya kecintaan terhadap kebijaksanaan. Filsafat
merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses
berfkir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau
hukum-

hukum

dasar

yang

mengatur

alam

semesta

serta

mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke
dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafsika dan lain
sebagainya. Filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya,
seluas-luasnya,

setinggi-tingginya,

selengkap-lengkapnya

serta

setuntas-tuntasnya tentang sesuatu sehingga mengarah pada
hakikat sesuatu.

10

Perhatian orang tua merupakan serangkaian tindakan yang
diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana, oleh karena itu
diperlukan pemikiran flosofs tentang berbagai halyang bersangkut
paut dengan bimbingan. Pemikiran dan pemahaman flosofs
menjadi alat yang bermanfaat bagi seorang pembimbing.

b. Dasar Religius.
Unsur keberagamaan terkait erat dengan hakikat, keberadaan
dan peri kehidupan kemanusiaan. Dalam dasar religius dalam
perhatian orang tua ini terdapat tiga hal pokok, yaitu :
10

Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 137.

1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah
makhluk Tuhan.
2. Sikap

yang

mendorong

perkembangan

dan

perikehidupan

munusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama.
3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya
secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai
dan

meneguhkan

kehidupan

beragama

untuk

membantu

perkembangan dan pemecahan masalah individu. 11
Secara umum dasar religius perhatian orang tua terhadap
anak adalah :
1. Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6, yang berbunyi :
‫يايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم ناراوقودهاالناس‬
‫والحجارةعليهاملئكة لظاشداادييعصونالله ماامرهم ويفعلون‬
‫مايعمرون‬
Hai

orang-orang

yang

beriman,

peliharalah

dirimu

dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan (QS. At-Tahrim; 6)”.
Berdasarkan ayat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa orang tua diperintahkan untuk menjaga keluarganya,
yaitu anak- anaknya agar tidak terjerumus ke dalam api neraka.
Dan salah satu cara untuk menjaga anak dari api neraka adalah
dengan membimbing anak menuju jalan yang benar, sesuai
dengan petunjuk Allah SWT.
2.

Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 17-18, melalui kisah Lukman AlHakim sebagi berikut :

11

RHA. Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992), hlm. 951.

‫يبني اقم الصلوة وأمر بلمعروفوانه عن المنكر وصبر على مااصابك ان‬
‫فايرض مرحاانالله‬

‫ويمصعر جذك للناس ويمم‬

‫ايمور‬

‫ذلك من ام‬

‫ييحب كل مجنارفخور‬

Artinya

:

“Hai

anakku,

dirikanlah

shalat

dan

suruhlah

(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perintah yang munkar dan bersabarlah dengan apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah S.W.T. Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Berdasarkan ayat tersebut, dapat dijadikan suri tauladan yang
baik dan memang seharusnya demikian menurut ajaran Islam,
karena setiap orang tua harus menanamkan keimanan dan
ketaqwaan kepada anak-anaknya. Dengan demikian anak akan
mudah dididik untuk melakukan ibadah, kebiasaan yang dilakukan
pada waktu-waktu tertentu akan menumbuhkan kedisiplinan dan
keaktifan diri tehadap kewajiban lain yang harus dilaksanakan.
3. Al Qur’an Surat Thaha ayat 132:
‫الصاة واصطببر عليها ينسئلك رمقا نحن نرمقك والعاقبة‬

‫وأمراهلك‬
‫للتقوى‬

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertaqwa.(QS. Thooha : 132).”
Perintah mendidik anak-anak untuk mendirikan shalat dan
bersikap sabar dapat dilakukan dengan keteladanan yang baik agar
mereka mampu mendirikan shalat dan mampu memahami bahwa

Allah sendiri yang telah memberi rizki. Keteladan orang tua yang
merupakan katatan beragama dapat berupa keaktifan dalam
beribadah bersama-sama di rumah, mengaji Al-Qur’an bersama dan
membiasakan berbuat baik dalam lingkungan keluarga, yang
dimulai dari perilaku yang baik dari orang tua itu sendiri. Oleh
karena itu harapan Allah kepada kita yang paling utama adalah
agar kita menjadi orang yang taqwa.
4. Al Qur’an Al-An’am ayat 151 :
‫ربكم عليكم اي مدركوبه شيء‬

‫قل معالو امل مالوااملل ماحر‬

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena
takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
demikian

itu

yang

diperintahkan

kepadamu

supaya

kamu

memahami(nya). (QS. Al An’am).12
Ayat di atas mengajarkan agar kita membimbing anak- anak
kita agar selalu taat kepada Allah, kedua orang tua serta
menanamkan kesadaran bahwa Allah malarang untuk berbuat keji
dan

munkar.

Membimbing

dapat

dilakukan

dengan

melalui

tuntunan yang baik daru orang tua agar anaknya mampu berbuat
sesuai dengan apa yang telah diajarkan. Kesadaran orang tua
tersebut dilakukan agar anak-anak mampu melaksanakan sendiri
dengan cara melihat apa yang telah dilakukan orang tuanya
tersebut, sehingga mereka memahami apa yang dilakukannya akan
mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri.
12

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami’us Shaghier (Ter.), (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), hlm. 177.

5.

Hadits Nabi Muhammad tentang awal kejadian manusia yang
berbunyi :
Dari Aswad bin Sari’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :

Semua anak yang dilahirkan, dilahirkan atas kemurnian sampai
lisannya dapat menerangkan maksudnya, lalu bapak ibunya yang
membuatnya Yahudi, Nasrani atau Majusi’. (HR. Abu Ya’la, Thabrani
dan Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas dapat diketahui bahwa orang tua
mempunyai peranan penting dalam membentuk dan mencetak
anak dalam keluarga. Kedua orang tualah yang pertama kali
memberikan bimbingan kepada anak. Anak yang menjadi baik
adalah tergantung bimbingan orang tua yang baik dan anak akan
menjadi buruk juga tergantung bimbingan orang tua yang tidak
baik. Jadi, baik buruknya anak adalah tergantung pada bimbingan
orang tua.
c. Dasar Psikologis
Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu.
Landasan

psikologis

dalam

bimbingan

berarti

memberikan

pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran
layanan. Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
adalah tingkah laku, klien yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah
atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah
yang

dihadapinya

atau

ingin

mencapai

tujuan-tujuan

yang

dikehendakinya .
Tingkah laku secara sederhana batasan tingkah laku adalah
gerak gerik hidup individu yang data dirumuskan dalam bentuk
kata kerja. Segenap kata kerja yang dapat dijumpai di dalam kamus
bahasa dan kata kerja bentukan menggambarkan tingkah laku
tertentu. Jenis dan jumlah tingkah laku manusia terus berkembang
sesuai dengan perkembangan budaya mereka. Tingkah laku

individu

tidak

terjadi

dalam

keadaan

kosong,

melainkan

mengandung latar belakang, latar depan, sangkut-paut dan isi
tertentu. Lagi pula, tingkah laku itu berlangsung dalam kaitannya
dengan lingkungan tertentu yang mengandung di dalamnya unsurunsur waktu, tempat dan berbagai kondisi lainnya. Suatu tingkah
laku merupakan perwujudan dari hasil interaksi antara keadaan
interen individu dan keadaan ekstern lingkungan.
d. Dasar Sosial Budaya
Sosial merupakan salah satu dari dimensi kemanusiaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang
diri. Di manapun dan bilamanapun manusia hidup senantiasa
membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna
menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan.
Dalam kehidupan kelompok itu, manusia harus mengembangkan
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing
individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka.
Ketentuan- ketentuan itu biasanya berupa perangkat nilai, norma
sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam system
budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendudkungnya.
Rujukan itu, melebihi proses belajar, diwariskan kepada generasi
penerus yang akan melestarikannya. Karena itu masyarakat dan
kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata
uang yahng sama. Sosial budaya mencakupi unsur-unsur sosial
kemasyarakatan yang terkait dengan sosiologi dan kebudayaan.

e. Dasar Pedagogis
Setiap masyarakat, senantiasa menyelenggarakan pendidikan
dengan berbagai cara dan sarana untuk menjamin kelangsungan
hidup mereka. Boleh dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan
salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial. Dengan reproduksi sosial itulah nilai-nilai

budaya

dan

norma-norma

sosial

yang

melandasi

kehidupan

masyarakat itu diwujudkan dan dibina ketangguhannya. Karena itu
berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mendidik anggotanya,
seperti menceritakan dongeng-dongeng mitos, menanamkan etika
sosial dan memberitahu, menegur dan ketaladanan; melalui
permainan, terutama yang memperkenalkan peran-peran sosial,
serta lain-lain kegiatan di antara teman sebaya, dan kerabat .
3. Tujuan Perhatian Orang Tua.
Menurut I. Djumhur & Moh. Surya, tujuan perhatian
orang tua terhadap anak adalah:
a. Membantu anak untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi hasil belajar serta
kesempatan yang ada.
b. Membantu

proses

sosialisasi

dan

sensitivitas

kepada

kebutuhan orang. membantu anak untuk mengembangkan
motif-motif

intrinsic

dalam

belajar,

sehingga

tercapai

kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan.
c. Memberikan
pemecahan

dorongan
masalah,

di

dalam

pengarahan

diri,

keputusan

dan

pengambilan

keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
d. Mengembangkan

nilai

dan

sikap

menyeluruh,

serta

perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance).
e. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.
f. Membantu anak untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
dalam

penyesuaian

diri

secara

maksimal

terhadapmasyarakat.
g. Membantu anak untuk hidup di dalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fsik, mental dan sosial.
Sedangkan menurut Yusuf Gunawan, tujuan perhatian
orang tua sebagaimana tujuan bimbingan adalah:

a. Agar anak mengerti diri dan lingkungannya. Mengerti diri
meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat,
cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki untuk pengembangan
dirinya.
b. Mampu
hidupnya

memilih,

memutuskan,

secara

bijaksana,

dan

baik

merencanakan

dalam

pendidikan,

pekerjaan dan sosio-pribadi.Mengembangkan kemampuan
dan kesanggupannya secara maksimal.
c. Memecahkan

masalah

bijaksana.Mengelola
mengembangkan

yang

dihadapi

aktiftas

sudut

pandangnya

secara

kehidupannya,
dan

mengambil

keputusan serta mempertanggungjawabkannya.
d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta
bersikap

sesuai

dengan

tuntutan

dan

keadaan

lingkungannya.13
Adapun menurut Oemar Hamalik, tujuan perhatian orang tua
sebagaimana tujuan bimbingan belajar adalah :
a. Agar anak bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri
dan menggunakan pengetahuannya secara efektif.
b. Agar anak menjalani kehidupannya sekarang secara efektifdan
menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.
c. Agar semua potensi anak berkembang secara optimal meliputi
semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

4. Indikator Perhatian Orang Tua
Indikator perhatian orang tua diantaranya meliputi :
a.

13

Bimbingan orang tua dalam belajar anak.

Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Prenhalindo, 2001), hlm. 41-42

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar
adalah faktor sosial, yang meliputi hubungan dengan keluarga,
hubungan dengan sekolah dan hubungan dengan masyarakat.
Menurut Mihibbin Syah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu: faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor cara belajar,
faktor lingkungan keluarga dan faktor sekolah . Termasuk factor
sosial adalah faktor bimbingan orang tua.
Bimbingan orang tua dalam belajar dapat membantu anak dalam
hal :
1. Membuat

pilihan-pilihan,

penyesuaian-penyesuaian

dan

interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi
tertentu.
2. Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
3.

Menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekadar mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berguna saja.

4. Pemberian nasihat orang tua kepada anak agar rajin belajar.14
Pemberian nasehat adalah pemberitahuan seseorang tentang
sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat
agar dia tidak melakukannya. Termasuk nasehat adalah nasihat,
peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, nasehat dapat
disebut juga al- amr bil-ma'ruf wan nahyu 'anil munkar. Nasehat
atau al-amr bil- ma'ruf wan nahyu 'anil munkar merupakan salah
satu metode yang dianjurkan oleh Allah . Dalam hal pemberian
nasehast ini Allah SWT berfrman :
‫ادعوالى سبيل ربكم بالحكمة والموعضة الحسنة وجادالهم بالتى هي‬
‫احسن‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
(QS. An-Nahl: 125) .
b.
14

Pengawasan orang tua

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hal. 59

Pengawasan orang tua mrupakan hal yang sangat diperlukan
bagi perkembangan anak, khususnya dalam belajar anak. Orang
tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
anak, oleh karena itu orang tua wajib memberikan pengawasan
kepada anak. Baik buruknya kehidupan anak tergantung orang tua.
Anak menjadi buruk tingkah lakunya atau menjadi baik dan terpuji
tingkah lakunya juga sangat tergantung pada orang tua. Demikian
pula sukses tidaknya anak dalam belajar tergantung pengawasan
orang tua. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Aswad bin Sari ’ RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Setiap
anak dilahirkan atas ftrah (kesucian agama yang sesuai dengan
nurani) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanya yang
menjadikan dia beragama yahudi, nasrani atau majusi’. (HR. Abu
Ya’la, Thabrani dan Baihaqi)
Berdasarkan hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengawasan orang tua sangat diperlukan karena baik buknya anak
tergantung pada orang tua dalam mengawasi anak.
c.

Pemberian motivasi dalam belajar.

Pemberian motivasi dalam belajar dapat membantu anak dalam:
1. Memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi,
watak,

minat,

sikap

dan

kebiasaannya

agar

ia

dapat

menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat

dan

kemampuan

dan

membantu

siswa

itu

untuk

menentukan cara yang efektif dan efesien dalam menyelesaikan
bidang pendidikan yang dipilihnya agar tercapai hasil yang dia
harapkan.
3. Memperoleh
kemungkinan

gambaran
dalam

yang

lapangan

jelas

tentang

pekerjaan

kemungkinan-

agar

ia

dapat

melakukan pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan
tersebut. Disamping itu, membantunya untuk dapat kemajuan

yang

memuaskan

dalam

pekerjaan

sambil

memberikan

sumbangan secara rasional terhadap masyarakat.
Pengertian Akidah Akhlak
Kata “akidah’ secata etimologis berasal dari kata
‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘aqdan berarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi kata ‘akidah
maka berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan
‘akidah adalah keyakinan itu tesimpul dengan kokoh di dalam
hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.15
Secara terminologis (istilah), terdapat beberapa defnisi,
antara
lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna, bahwa ‘aqaid (bentuk jama’dari
akidah)

adalah

beberapa

perkara

yang

wajib

diyakini

kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu- raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabar Al-Jazairy, bahwa akidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia beradasarkan akal, wahyu dan ftrah.
Kebenaran itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati serta
diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan
tidak ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Sedangkan kata “akhlak’ berasal dari akar kata “kholaqayakhluqu-kholqon-khuluqon-akhlaqon”

yang

berartitabi’at

atau

watak. Dari sini banyak para ulama yang membagi akhlak menjadi
dua

bagian,

yakni

akhlak

mahmudah

(terpuji)

dan

madzmumah (tercela).16

15

16

Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993), hal. 1-2
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja, Jilid IV. 1993)

akhlak

Akhlak terpuji merupakan penyebab kebahagiaan di dunia dan
akhirat, mengangkat pemiliknya kederajat malaikat muqarrabin
(yang dekat Allah), sedangkan akhlak yang buruk adalah racun
pembunuh dan perbuatan buruk yang dapat menjauhkan diri dari
rahmat Tuhan.
Menurut Ahmad Amin akhlak ialah kebiasaan kehendak atau
menangnya keinginan manusia yang berlangsung bertrut-turut dan
berulang-ulang sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan
yang kemudian membentuk watak begitu lekat dengan jiwanya.17

B. Kerangka Berfkir
Pendidikan

karakter

merupakan

bentuk

pendidikan

yang

mengedepankan nilai moral dan nilai keagamaan melalui berbagai
aspek kehidupan mulai dari kesopanan serta keserasian antara
Berdasarkan landasan teori dan penelitian yang relevan diatas,
maka kerangka berfkir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar i
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pendidikan karakter
( X1 )
17

R1

Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1993)

Akidah Akhlak
(Y)

Perhatian orang tua

R
R2

C. Hipotesis
Hipotesis

merupakan

jawaban

sementara

terhadap

rumusan

masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Dikatakan

sementara,

karena

jawaban

yang

diberikan

baru

berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
hipotetis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiris dengan data. Adapun
hipotesis yang kami ajukan dan akan diuji kebenaranya dalam proses
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. BagaimanaSignifikansi pendidikan karakter dalam mata pelajaran Akidah Akhlak ?
5. Bagaimana bentuk signifikansi perhatian orang tua terhadap penanaman akhlak ?
6. Adakah signifikansi korelasi dari bentuk perhatian orang tua terhadap kemandirian
siswa?

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian ini fled research, yaitu
penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilingkungan tertentu. Dalam
penelitian ini peneliti melaukan studi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang kongkrit dengan cara menyebar angket.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan

penelitian

yang

digunakan

adalah

pendeekatan

kuantitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
perhitungan yang diamati yang diolah dengan data statistic.
C.Populasi dan Sampel
Populasi
subyek/obyek
ditetapkan

adalah
yang

oleh

wilayah

generalisasi

mempunyai

kualitas

peneliti

untuk

dipelajari

yang
dan
dan

terdiri

atas

karakteristik
kemudian

:

yang
ditarik

kesimpulanya.
Sampel adalah sebagian dari

populasi, pengambilan sampel

tersebut didasarkan atas pendapat Suharsimi Arikunto yang memberikan
batasan jika subyek yang diteliti kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, tetapi apabila pupolasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10%15% atau 20%-25% atau lebih.
D. Variable dan Indikator
Variabel penelitian adalah suatu atribut suatu sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kgiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan

oleh

peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulan. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah :
1. Ppergaulan remaja, sebagai variable independen ( bebas) pertama
disebut variable X1, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi bergaul dengan teman-teman sebaya
b. Bimbingan orang tua
c. Teman bergaul
d. Tata cara bergaul
2. Lingkungan social sebagai variable independen (bebas) kedua disebut
variable X2, dengan indicator sebagai berikut :
a. Interaksi social
b. Nilai dan norma social
c. Kegiatan social keagamaan

3. Pendidikan agama Islam sebagai variable dependen ( terikat ) disebut
variable Y, dengan indicator sebagai berikut :
a. Mampu meningkatkan kemampuan untuk beribadah
b. Mampu mematuhi aturan ( hukum ) dalam agama Islam
c. Mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan pedoman al Qur’an
dan hadits.
Adapun desain penelitian sebgai berikut :

X1

Y
X2

Keterangan :
X1

: pergaulan remaja

X2

: lingkungan sosial

Y

: Pendidikan agama Islam

E.Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatanya dalam mengumpulkan data agar krgiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Hal ini penulis
menggunakan

instrument

penelitian

berupa

pedoman

observasi,

pedoman wawancara, dan angket terbuka.
Ada dua buah instrument yang harus dikembangkan, yaitu variable
X1 tentang pergaulan remaja dan variable X2 tentang lingkyngan social,
dan variable Y tentang pendidikan agama Islam. Dan adapun instrument
yang berupa angket terbuka adalah seperti dibawah ini :
Tabel 1
Kisi-kisi angket Variabel Penelitian

Variabel
Penelitian
Pendidikan
Karakter

Indikator

No. Item
Istrumen

1. Nilai budi luhur

1,2,3

2. Bimbingan orang tua
3. Kecedasan emosional

4,5,6.7

4. Berfkir kritis

8,9,10,11
12,13,14,15

Perhatian
Orang tua

Pendidikan

1. Interaksiorang tua

1,2,3,4,5

2. Peran orang tua

6,7,8,9,10

3. Kegiatan social

11,12,13,14,15

keagamaan
1. Mampu meningkatkan

1,2,3,4,5

kemauan untuk beribdah

agama

2. Mampu mematuhi aturan (
Islam

hukum ) dalam agama

(Akidah
Akhlak)

6,7,8,9,10

Islam

11,12,13,14,15

3. Mampu menjalankan
kehidupan sesuai denngan
pedoman al Qur’an dan
hadits

F.Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penyusunan proposal ini
penulis peroleh dari dua sumber :
1. Data Lapangan
Data lapangan adalah pengumpulan data di lapangan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data
yang riil.
Untuk

memperoleh

data

lapangan,

beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode observasi

penulis

menggunakan

Metode ini di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.
b. Metode angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
2. Data Literer
Data literer merupakan pengumpulan data dari sumber keustakaan.
Data kepustakaan ini tentu saja berkaitan dengan pokok bahasan
skripsi ini yaitu pergaulan remaja dan lingkungan social serta
pendidikan agama Islam.
G. Teknik Analisis Data
Setelah

data

–data

terkumpul

selanjutnya

dianalisis

dengan

menggunakan statistic. Adapun tahapanya sebagai berikut :
1. Analisis pendahuluan
Pada tahapan ini data yang terkumpul dikelompok kan kemudian
dimasukan dalam table distribusi frekuensi secara sederhana untuk
setiap variable yang ada dalam penelitian. Sedankan pada setiap item
pilihan dalam angket kana diberi penskoran dengan standar sebagai
berikut :
a. Untuk alternatif jawaban A dengan skor 4
b. Untuk alternatif jawaban B dengan skor 3
c. Untuk alternatif jawaban C dengan skor 2
d. Untuk alternatif jawaban D dengan skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisi uji hipotesis adalah tahap pembuktian kebenaran hipotesis
yang

penulis

ajukan.

Dalam

analisa

ini

penulis

mengadakan

perhitungan lebih lanjut pada table distribusi frekuensi dengan
menguji hipotesis. Adapun pengujian hiotesis ini menggunaan rumus
analisis regresi. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan dua
variable berupa hubungan kausal atau fungsional. Kita menggunakan

analisis regresi
dependen

atau

apabila kita ingin mengetahui bagaimana variable
criteria

dapat

diprediksikan

melalui

variable

independen atau predictor.
Dalam analisis hipotesis ini menggunakan rumus regresi ganda,
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat table penolong
b. Mencari masing-masing standar deviasi
c. Menghitung nilai a, b1 dan b2
d. Membuat persamaan regresi
e. Mencari koefsien determinasi
f. Mencari nilai F Reg
3. Analisis Lanjut
Setelah diketahui hasilnya

maka diinterprestasikan dengan

nilai Freg dengan Ftabel pada taraf signifkan 5% dan 1% jika nila F reg
lebih besar atau sama dengan Ftabel berarti hasil penelitian adalah
signifkan atau hipotesis yang telah diajukan diterima. Begitu
sebaliknya jika nilai Freg lebih kecil dari pada nilai Ftabel berarti hasil
penelitian adalah non signifkan atau hipotesis yang telah diajukan
ditolak.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, 2011,
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media
Muchlas Samani Dan Hariyanto, M.S. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Umar Baradja, Terjemah Kitab Akhlaku Libanin (Jakarta: Yayasan Umar Baradja,
Jilid IV. 1993)
Abdul Malik Muhammad Al Qasim, Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 1993)
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, Cet II, 1993)
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009
Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu,
1995)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64