Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Model Pembelajaran Examples Non Examples dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Kelas 5 SD Negeri Gunung Tumpeng 02 dan SD Negeri Rowoboni 01 terhadap Hasil Belajar IPA Semes

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kajian Teori

2.1.1

Model Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011: 133), berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu (Mills dalam Suprijono, 2012: 45). Pemilihan model yang tepat perlu
memperhatikan tujuan pengajaran.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2012: 46). Fungsi model pembelajaran
yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide keterampilan,
cara berpikir dan mengekspresikan ide. Sehinga model pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mangatur materi
pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada
hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik, baik
interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
kegiatan belajar mengajar (KBM) secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar
yang maksimal. Fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta

7

8


didik mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan
ide.
2.1.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) menyatakan Examples Non
Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat Dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu
definisi dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non
examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas.
Afrisanti Lusita (2011: 83) menegemukakan bahwa model pembelajaran
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contohcontoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan
kompetensi dasar.
Suyatno (2009: 73) menyatakan bahwa .Examples Non Examples
merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau
table sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau
memakai OHP/LCD, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu
diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok,
bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Selanjutnya Slavin (Chotimah, 2007: 1) dijelaskan bahwa Examples Non
Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contohcontoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi
dasar.
Jadi model pembelajaran Examples Non Examples adalah model
pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi
bahan ajar dan kompetensi. Gambar dapat ditempel di depan kelas atau dapat
ditayangkan melalui OHP/LCD sesuai dengan sarana yang ada di dalam kelas.
Gambar examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan

9

gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas.
2.1.1.3 Langkah-langkah Model Examples Non Examples
Menurut

Agus

Suprijono


(2012:

125)

langkah–langkah

model

sesuai

tujuan

pembelajaran Examples Non Examples diantaranya:
1. Guru

mempersiapkan

gambar-gambar


dengan

pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar
yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi
Dasar.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD
atau OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan
ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan
gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan
menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar
dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi
jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih
baik jika disediakan oleh guru.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa
dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan
kelompok masing-masing.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa
yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
7. Guru dan siswa
pembelajaran

menyimpulkan materi

sesuai dengan tujuan

10

Sedangkan menurut Afrisanti Lusita (2011: 83), langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran Examples Non Examples adalah:
1.

Guru

mempersiapkan


gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar dan hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
Ahli lain yaitu Hosnan (2014: 256) menyatakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dalam model Examples Non Examples adalah sebagai berikut:

1.

Guru

mempersiapkan

gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas.

5.Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Berdasarkan langkah-langkah model Examples Non Examples dalam
pembeljaran yang di jelaskan oleh tiga ahli secara keseluruhan belum
dikelompokkan pada tahap persiapan, dan pada tahap kegiatan pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada
tahap persiapan, dari ketiga pendapat ahli diatas dapat dikaji bahwa pada tahap ini
merupakan pemilihan alat peraga gambar yang akan digunakan yang sesuai

11

dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan di ajarkan. Pada tahap
pelaksanaan meliputi ketrampilan siswa dalam menganalisis sebuah konsep
dengan menggunakan media gambar. Langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Examples Non Examples dengan terstruktur dan terencana
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

No.
1.

Langkah-langkah oleh
guru

Penjelasan

Guru
mempersiapkan Di langkah ini guru diharapkan untuk
gambar-gambar
sesuai menyiapkan gambar yang sesuai tujuan mata
dengan tujuan pembelajaran. pelajaran yang bersangkutan. Hal ini

dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
2.

3.


4.

Guru menempelkan gambar Langkah kedua ini, guru menyajikan gambar yang
di papan atau ditayangkan telah dipersiapkan dengan memanfaatkan media
melalui OHP/LCD.
yang ada di sekolah. Media OHP dapat diganti
dengan proyektor LCD atau media yang lain yang
terdapat di sekolah dan sesuai dengan
perkembangan teknologi yang ada.
Guru memberi petunjuk dan Pada langkah ini, guru memberikan beberapa
memberi kesempatan pada petunjuk berupa penjelasan singkat tentang gambar
siswa
untuk yang telah disajikan. Hal ini bertujuan untuk
memperhatikan/menganalisis membantu atau memancing siswa untuk dapat
gambar
menganalisis gambar.
Melalui diskusi kelompok 2- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
3 orang siswa, hasil diskusi yang di dalamnya terdapat 2-3 orang siswa. Di
dari analisis gambar tersebut dalam kelompok, siswa diharapkan dapat
dicatat pada kertas.
berinteraksi untuk mendiskusikan analisis gambar
tersebut.

12

No.
5.

6.

7.

Langkah-langkah oleh
guru

Penjelasan

Tiap
kelompok
diberi Guru meminta perwakilan kelompok untuk
kesempatan
membacakan membacakan hasil diskusinya. Hal ini dilakukan
hasil diskusinya.
untuk
melatih
keberanian
siswa
dalam
mengungkapkan pendapat dan berbagi hasil
diskusi.
Mulai dari komentar/hasil Setelah siswa membacakan hasil diskusinya, guru
diskusi siswa, guru mulai memberikan komentar dan meluruskan hal-hal
menjelaskan materi sesuai yang masih keliru atau tidak sesuai dengan KD,
dengan kompetensi yang kemudian menjelaskan materi sesuai dengan KD
ingin dicapai.
Kesimpulan/rangkuman.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa

mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.
2.1.1.4 Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) mengemukakan keuntungan
metode Example Non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari example dan non example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example.
Sedangkan menurut Afrisanti Lusita ( 2011: 83), keunggulan model
Examples Non Examples adalah:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

13

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat dikaji model Examples Non
Examples memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya melalui
diskusi dan pemamparan hasil diskusi di depan kelas.
4. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan).
5. Siswa terlibat aktif, dapat bekerja sama, dan berinteraksi dengan siswa
lain melali diskusi.
2.1.1.5 Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non Examples
Menurut Afrisanti Lusita (2011: 83) ada dua kelemahan dalam
menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya :
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang banyak.
Kiranawati (2007) menyatakan bahwa kekurangan-kekurangan dari
metode Examples Non Examples, yaitu tidak semua materi dapat disajikan dalam
bentuk gambar dan membutuhkan waktu yang lama untuk penerapannya.
Sedangkan menurut Buehl (Depdiknas , 2007:219), kekurangan dari
model Examples Non Examples adalah tidak semua maeri dapat disajikan dalam
bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples memerlukan
waktu yang banyak.
Dari pendapat tiga ahi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekurangan
dari penerapan model Examples Non Examples adalah tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples
memerlukan waktu yang banyak.
2.1.1.6 Pengertian Model Pembelajaran Picture And Picture
Model pembelajaran Picture And Picture adalah suatu pembelajaran yang
mengguanakan gambar dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani,
2011: 89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan

14

menyenangkan. Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model
Pembelajaran

ini

mengandalkan

gambar

sebagai

media

dalam

proses

pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu dalam ukuran besar.(
afniafandi, 2013)
Menurut Suprijono (2009: 129), model pembelajaram Picture and Picture
adalah suatu metode yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan
menjadi bentuk dan urutan yang logis.
Dari uraian di atas, model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu
model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi
urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran.

Gambar-gambar

tersebut

dapat

menjadikan

pembelajaran

berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
2.1.1.7 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture
Langkah-langkah dari pelaksanaan model pembelajaran Picture and
Picture menurut Istarani (2011: 7) adalah:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka
siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping

itu

guru

juga

harus

menyampaikan

indikator-indikator

ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh peserta didik.

15

2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai
pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum
permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik
perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih
jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan
materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan
oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.

Dalam

perkembangan

selanjutnya

sebagai

guru

dapat

memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan
gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi,
karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
5. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat,
atau di modifikasi. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa
dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan
rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan
dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk
membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan
konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam
proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekananpenekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi,
menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal

16

tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
7. Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.
Langkah-langkah Picture And Picture dalam Hosnan (2014: 256) adalah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
4.Guru

menunjuk/memanggil

siswa

secara

bergantian

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Begitupun langkah-langkah Picture And Picture dalam Suprijono (2012:
125-126) adalah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
4.

Guru

menunjuk/memanggil

siswa

secara

bergantian

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Dari tiga langkah-langkah

model pembelajaran Pictures and Pictures

yang dikemukakan oleh tiga ahli di atas, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran Pictures and Pictures memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

17

Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture And Picture

No.
1.

Langkah-langkah oleh
guru
Guru
menyampaikan
tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin
dicapai.

2.

Memberikan
pengantar
kegiatan.

materi
sebelum

3.

Guru
menyediakan
gambar-gambar
yang
akan
digunakan
(berkaitan
dengan
materi).

4.

Guru menunjuk siswa
secara bergilir untuk
mengurutkan
atau
memasangkan gambargambar yang ada.

Penjelasan
Di langkah ini guru diharapkan untuk
menyampaikan
apakah
yang
menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian
KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu
yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum
permulaan
pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian
siswa yang selama ini belum siap. Dengan
motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian
materi akan menarik minat siswa untuk belajar
lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar
siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar
yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energi kita dan siswa akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang harus diberikan.

18

No.
5.

Langkah-langkah oleh
guru
Gambar-gambar
yang
sudah ada diminta oleh
siswa untuk diurutkan,
dibuat,
atau
di
modifikasi.

6.

Dari alasan tersebut guru
akan mengembangkan
materi dan menanamkan
konsep materi yang
sesuai
dengan
kompetensi yang ingin
dicapai.

7.

Guru
menyampaikan
kesimpulan.

Penjelasan
Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan
siswa dalam menentukan urutan gambar.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus,
tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyakbanyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar
ini guru harus memberikan penekananpenekanan pada hal ini dicapai dengan meminta
siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau
bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian
KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator
yang telah ditetapkan.
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa
mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.

2.1.1.8 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan metode Picture and Picture adalah
sebagai berikut:
1.

Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran
guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara
singkat terlebih dahulu.

2.

Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan
gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3.

Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa
disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4.

Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan
alasan siswa mengurutkan gambar.

5.

Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung
gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

19

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 89) kelebihan model Picture and
Picture adalah sebagai berikut:
1.

Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

2.

Melatih berpikir logis dan sistematis.

3.

Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir.

4.

Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.

5.

Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Menurut Istarani (2011: 8) kelemahan metode Picture and Picture adalah
sebagai berikut:
1.

Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta
sesuai dengan materi pelajaran.

2.

Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.

3.

Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar
sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4.

Tidak tersedianya dana khusu untuk menemukan atau mengadakan
gambar-gambar yang diinginkan.

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 90) kelemahan model Picture and
Picture adalah sebagai berikut:
1.

Memakan banyak waktu.

2.

Banyak siswa yang pasif.

3.

Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

4.

Banyak siswa tidak senang apabila sisuru bekerja sama dengan yang
lain.

5.

Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Dari uraian di atas, maka dapat dikaji bahwa model pembelajaran Picture
and Picture memiliki kelebihan:
1.

Materi yang diajarkan lebih terarah.

2.

Siswa lebih cepat menangkap materi ajar.

20

3.

Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa.

4.

Pembelajaran lebih berkesan.

5.

Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

6.

Melatih berpikir logis dan sistematis.

7.

Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.

8.

Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Kelemahan yang dimiliki model pembelajaran Picture and Picture
1.

Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta
sesuai dengan materi pelajaran.

2.

Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.

3.

Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar
sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4.

Memakan banyak waktu.

5.

Banyak siswa yang pasif.

6.

Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

7.

Banyak siswa tidak senang apabila diminta bekerja sama dengan yang
lain.

8.
2.1.2

Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Gagne (Suprijono 2012: 2) adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah. Definisi belajar berikutnya adalah dari Travers. Travers (Suprijono 2012:
2) berpendapat belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Sedangkan Cronbach (Hosnan 2014: 3) berpendapat learning is shown by
a change in behavior as a result of exaperience (belajar adalah perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Makna dari definisi yang dikemukakan
Cronbach ini lebih dalam lagi, yaitu belajar bukanlah semata-mata perubahan dan
penemuan tetapi sudah mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat perubahan

21

dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan menemukan sesuatu yang baru,
maka akan timbul sesuatu kecakapan yang bermanfaat bagi hidupnya. Howard L.
Kingskey (Hosnan 2014: 3) mengatakan, learning is the process by which
behavior (in broader sence) is originated or changed through practice r training
(belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau
diubah melalui praktik atau latihan).
Ahli berikutnya, Harold Sprears (Suprijono 2012: 2) mendefinisikan
belajar adalah mengamati, membaca meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Kemudian Geoch (Suprijono 2012: 2) mendefinisikan
belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan.

Belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Hal itu
diungkapkan Morgan (Suprijono 2012: 3).
Menurut Jackson dalam Rusman (2011: 252) belajar merupakan proses
membangun

pengetahuan

melalui

transformasi

pengalaman,

sedangkan

pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan sistematis dalam menata
lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta
didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses
belajar tersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan
lingkungannya.

Proses

belajar

merupakan

indikator

berhasil

tidaknya

pembelajaran. Jadi belajar merupakan usaha seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dan pengalamannya dengan
lingkungan belajarnya. Perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dan
pengalamannya dengan lingkungan belajarnya itu bersifat permanen.
2.1.3.2 Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang
makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas
dipertegas lagi oleh Nawawi (Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

22

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu benuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang
berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
(Susanto, 2013: 5).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Suprijono (2012: 7)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorisasi oleh para ahli pendidikan sebagaimana tersebut
di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Ahli lain yaitu Bloom (Suprijono, 2012: 6-7), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas,
menentukan

contoh),

application

hubungan),

(menerapkan),

synthesis

analysis

(mengorganisasikan,

(menguraikan,
merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan, intelektual.
Sementara, menurut Lindgren (Suprijono, 2012: 7) hasil belajar meliputi
kecakapan informasi, pengertian, dan sikap.
Dari penjelasan

para ahli di atas, hasil belajar adalah keseluruhan

kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Keseluruhan
kemampuan

tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Namun, pada penelitian ini domain yang akan diteliti adalah domain kognitif.

23

2.1.3

IPA

2.1.3.1 Hakikat IPA
Menurut Wahyana dalam Trianto (2012: 136), IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Sedangkan Kardi dan Nur dalam Trianto (2012:136), IPA adalah ilmu
tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Trianto
(2012:136) berpendapat bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Dari beberapa definisi IPA diatas, maka dapat dikaji bahwa IPA adalah
kumpulan pengetahuan yang lahir dan berkembang dari hasil observasi dan
eksperimen terhadap alam yang menuntut sikap ilmiah.
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut BSNP (2006: 484) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat;
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan;
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam;
6. Meningkatkan

kesadaran

untuk

menghargai

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

alam

dan

segala

24

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3.3 Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006: 485)
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas;
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana;
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA
di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan
perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
2.1.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Diteliti
Materi IPA kelas 5 yang akan diteliti dalam penelitian ini terangkup
dalam SK dan KD. Berikut adalah SK dan KD yang akan diteliti:
Tabel 2.3 SK dan KD yang Digunakan dalam Penelitian
Standar Kompetensi (SK)

Kompetensi Dasar (KD)

1. Mengidentifikasi fungsi organ

1.3

Mengidentifikasi

tubuh manusia dan hewan

pencernaan

manusia

fungsi
dan

dengan makanan dan kesehatan

organ

hubungannya

25

2.2

Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini

adalah penelitian dengan judul “Perbedaan Pembelajaran Examples Non Examples
dengan Picture and Picture terhadap Hasil Belajar Biologi pada Materi Sistem
Gerak Tumbuhan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran
2012/2013” oleh Setyaningrum (2013). Kesimpulan dari penelitian tersebut
adalah Hasil nilai rata-rata postest siswa menggunakan pembelajaran Picture and
Picture sebesar (76,72±8,391) lebih tinggi dari pada menggunakan pembelajaran
Examples non Examples sebesar (68,38±9,493) dan konvensional sebesar
(63,44±9,831). Hasil uji hipotesis bahwa terlihat nilai Fhitung (16,283) lebih besar
dari Ftabel (3,09). Nilai Ftabel diperoleh dari nilai taraf signifikansi 5% (df=2,93)
yaitu sebesar (3,09), maka H0 ditolak berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara ketiga pembelajaran yang diterapkan antara pembelajaran Examples non
Examples, Picture and Picture dan konvensional. Hasil uji lanjut anova
perbandingan pembelajaran Examples non Examples dan Picture and Picture
0,001 < 0,05, maka H0 ditolak, jadi terdapat perbedaan. Perbandingan
pembelajaran Examples non Examples dan kontrol 0,036 < 0,05, maka H0 ditolak,
jadi terdapat perbedaan. Perbandingan pembelajaran Picture and Picture dan
kontrol 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak, jadi terdapat perbedaan. Kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini yaitu ada perbedaan antara penggunaan
pembelajaran Examples non Examples, Picture and Picture dan konvensional
denagn pembelajaran Picture and Picture lebih baik dari pada pembelajaran
Examples non Examples dan konvensional.
Penelitian berikutnya dengan judul “Studi Komparasi Strategi Picture an
Picture Berbasis Gambar Kartun dan Examples Non Examples terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Bloran Tahun 2013/2014” oleh
Herawati (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil analisis data
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,132 > 2,021
dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelas IVA lebih besar dibandingkan kelas
IVB, yaitu 80,00 > 71,43. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah sebagai

26

berikut: (1) ada perbedaan hasil belajar IPA antara penerapan strategi Picture and
Picture berbasis gambar kartun dan strategi Example Non Example pada siswa
kelas IV MI Muhammadiyah Bloran, (2) strategi Picture and Picture berbasis
gambar kartun memberikan pengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa
dibandingkan dengan strategi Example Non Example.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Widihastuti (2014) dengan judul “Studi
Komparasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Examples Non Examples dan
Picture and Picture terhadap Hasil Belajar IPA di Kelas IV SD Muhammadiyah
16 Karangasem Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian tersebut menyatakan
tidak terdapat perbedaan antara penggunaan strategi Examples non Examples
dengan strategi Picture and Picture terhadap hasil belajar IPA kelas IV SD
Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. Hasil uji t thitung < ttabel yaitu
0,954> 2,000. Rata-rata nilai hasil belajar strategi Examples non Examples adalah
78,75 dan rata-rata nilai hasil belajar IPA strategi Picture and Picture adalah
81,56 Jadi, strategi Examples non Examples dengan strategi Picture and Picture
tidak ada yang lebih baik, dikarenakan H0 diterima. Sehingga mematahkan kedua
hipotesa kerja yang ditunjukkan dengan H1.
2.3

Kerangka Pikir

IPA di SD merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam yang
bersifat konkrit. Namun ada beberapa materi dalam pelajaran IPA yang tidak
dapat secara langsung ditunjukkan secara konkrit. Artinya tidak dapat ditunjukkan
secara

langsung melalui

percobaan

sederhana,

misalnya

pada

SK

1.

Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan memahami perubahan
yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, KD
1.3 Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan
makanan dan kesehatan. Materi tersebut hanya dapat dijelaskan langsung oleh
guru melalui ceramah, atau penggunaan media seperti video maupun gambar. Ada
beberapa model pembelajaran yang di dalamnya menggunakan gambar sebagai
media penyampaian materi. Dua model pembelajaran yang menggunakan media
gambar adalah Examples Non Examples dan Picture and Picture. Examples Non

27

Examples memiliki langkah-langkah yang bertujuan untuk menunjukkan gambar
yang sesuai dengan materi dan gambar yang tidak sesuai dengan materi, sehingga
siswa dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jika dikaitkan
dengan materi yang akan diteliti, maka model pembelajaran Examples Non
Examples diharapkan dapat membuat siswa membedakan proses daur air yang
benar dan yang salah. Model ini, dimulai dari teknik memperlihatkan gambar
yang merupakan contoh daur air yang benar dan gambar yang merupakan contoh
daur air yang salah, kemudian siswa memberikan alasan sebagai dasar pemilihan
gambar atau bagan daur air yang mereka anggap benar. Penerapan model
pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis karena siswa
terlibat dalam satu proses discovery, selain itu siswa berani berpendapat untuk
menganalisa gambar dan memberikan pembelajaran yang lebih berkesan untuk
siswa.
Sedangkan model pebelajaran Picture and Picture memiliki langkahlangkah yang bertujuan untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis. Materi
yang akan diteliti yaitu tentang daur air dirasa tepat menggunakan model Picture
and Picture karena siswa dapat belajar untuk berpikir logis mengurutkan proses
daur air. Model ini, dimulai dari teknik memperlihatkan gambar-gambar yang
relevan dengan materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah daur air untuk
diurutkan dengan benar. Penerapan model pembelajaran ini dapat mendorong
siswa untuk berani berpendapat untuk menganalisa gambar yang telah diurutkan
sehingga mengembangkan cara berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan memberikan pembelajaran yang lebih berkesan untuk siswa. Agar
tidak terlihat monoton tiap personal mengurutkan gambar, model ini bisa divariasi
dengan menunjuk siswa secara acak melalui undian sehingga siswa memang harus
menjalankan tugasnya.
Penjelasan di atas dapat menjelaskan secara singkat perbedaan antara
model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture. Model
pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture memang berbeda
namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Itulah sebabnya penelitian ini membandingkan model pembelajaran Examples

28

Non Examples dan Picture and Picture untuk mengetahui perbedaan efektifitas
antara model pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran
Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA kelas 5 SD semester 2 tahun
ajaran 2014/2015. Adapun bagan kerangka pikir sebagai berikut:

2.1 Bagan Kerangka Pikir

Model
Picture and
Picture

Kelas
Kontrol

Kondisi
Awal

Kelas
Eksperimen

Pretest

Posttest

Model
Examples
Non
Examples

Hasil
Belajar
IPA
Siswa

29

2.4

Hipotesis
Hipotesis ini digunakan untuk memberikan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah. Hipotesis bersifat sementara sehingga perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang
dikemukakan maka dapat dirimuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
perbedaan efektifitas antara model pembelajaran Examples Non Examples dan
model pembelajaran Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA kelas 5 SD
semester 1 tahun ajaran 2015/2016. Hipotesis statistik dapat dirimuskan sebagai
berikut:
1. H0 : μ1 = μ2 artinya tidak terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antara
model pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran
Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA kelas 5 SD semester
1 tahun ajaran 2015/2016.
2. Ha : μ1 ≠ μ2 artinya terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antara model
pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran Picture
and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA kelas 5 SD semester 1 tahun
ajaran 2015/2016.
Pengambilan keputusan hipotesis berdasarkan signifikansi adalah sebagai
berikut:
1. Apabila sig. > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
2. Apabila sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24